Anda di halaman 1dari 60

PELAYANAN SOSIAL RUMAH SINGGAH DALAM REHABILITASI

ANAK BERMASALAH HUKUM DI KABUPATEN NGANJUK


Kelurahan Cangkringan, Bogo, Kecamatan Nganjuk, Kabupaten Nganjuk

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM LEMBAGA PELAYANAN SOSIAL

Disusun Oleh :

Indarti

NIM. 190910301085

Dosen Pengampu :

Wahyuni Mayangsari, S. Sos., M. Kesos

NIP. 198802102019032017

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU
KESEJAHTERAAN SOSIAL
LEMBAGA KAJIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LKPM)
(Desember, 2021)
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIKUM

PELAYANAN SOSIAL RUMAH SINGGAH DALAM REHABILITASI


ANAK BERMASALAH HUKUM DI KABUPATEN NGANJUK
Kelurahan Cangkringan, Bogo, Kecamatan Nganjuk, Kabupaten Nganjuk

Disusun Berdasarkan Pelaksanaan Praktikum


Pada Tanggal 27 September s.d 15 Desember 2021

Disusun Oleh :

Indarti NIM. 190910301085

Telah diuji oleh dosen pembimbing Praktikum pada:

Nganjuk, 18 Desember 2021

Mengetahui, Ketua LKPM


Dosen Pembimbing Praktikum Jurusan Ilmu
Kesejahteraan Sosial
FISIP
Universitas Jember

Wahyuni Mayangsari,S.Sos.,M.Kesos Arif, S.Sos.,MAP.


NIP.198802102019032017 NIP.197603102002121003

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat, nikmat, dan
anugerah-Nya sehingga praktikan dapat melaksanakan sebuah praktikum
Lembaga Pelayanan Sosial dalam waktu dua bulan yang bisa dibilang sangat
singkat dan dapat menyelesaikan Laporan Akhir Praktikum Lembaga Pelayanan
Sosial Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di
Rumah Singgah Kelurahan Cangkringan, Bogo, Kecamatan Nganjuk, Kabupaten
Nganjuk. Dalam melakukan penyusunan Laporan Akhir Praktikum ini tidak lepas
dari bimbingan, semangat, dan dukungan serta kontribusi dari banyak pihak
terkait, maka dari itu praktikan mengucapkan banyak terimakasih antara lain,
kepada :
1. Arif S.Sos., M.AP. selaku ketua Lembaga Kajian dan Pemberdayaan
Masyarakat ( LKPM ).
2. Wahyuni Mayangsari,S.Sos., M.Kesos, selaku dosen pembimbing mata kuliah
Praktikum Lembaga Pelayanan Sosial yang telah membimbing praktikan
selama kegiatan praktikum berlangsung.
3. Drs. GATOT SUGIARTO, M.Si Selaku Kepala Kantor Kesatuan Bangsa Dan
Politik Kabupaten Nganjuk.
4. Nafhan Tohawi, SH, MH Selaku Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan
Perempuan Dan Perlindungan Anak Kabupaten Nganjuk yang telah
memberikan perizinan lokasi praktikum di Rumah Singgah.
5. Tigar ardian firnanda, S.Sos selaku pekerja sosial Kab. Nganjuk.
6. Aldila mitta ak, AMd. Keb Selaku Pengurus Rumah Singgah yang telah
membantu praktikan bertemu dengan klien.

Laporan Akhir Praktikum Lembaga Pelayanan Sosial ini merupakan rangkaian


dari salah satu mata kuliah yang wajib ditempuh oleh Mahasiswa Ilmu
Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember.
Laporan ini merupakan laporan akhir praktikum Lembaga Pelayanan Sosial yang
telah berlangsung pada tanggal 27 September 2021 s.d 15 Desember 2021.

iii
Laporan ini juga digunakan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh nilai
akhir semester.
Demikian laporan Praktikum Lembaga Pelayanan Sosial yang telah praktikan
buat. Praktikan menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, maka
dari itu praktikan mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan laporan akhir praktikum Lembaga Pelayanan Sosial ini. Juga
diharapkan semoga laporan yang telah dibuat ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak.

Nganjuk, Desember 2021

Praktikan

iv
DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah....................................................................1
1.2 Tujuan Praktikum..............................................................................3
1.3 Jadwal Pelaksanaan Praktikum .........................................................3
1.4 Metode Pelaksanaan Praktikum.........................................................3
BAB II KAJIAN PUSTAKA..........................................................................4
2.1 Human Service Organisation.............................................................4
2.2 Manajemen Pelayanan Sosial............................................................7
2.3 Rumah Singgah..................................................................................8
2.4 Rehabilitasi Sosial.............................................................................9
2.5 Anak Bermasalah Hukum..................................................................12
2.6 Supervisi Lembaga Pelayanan Sosial................................................13
BAB III PROFIL LEMBAGA.......................................................................14
BAB IV ANALISIS.........................................................................................22
BAB V PENUTUP..........................................................................................27
LAMPIRAN....................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................55

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan Zaman yang semakin modern diiringi dengan perkembangan


tekhnologi yang semakin maju ternyata telah banyak mengikis moral dan pola
pikir anak. Mereka menjadi lebih aktif dalam mengikuti pergaulan yang justru
dapat menjerumuskan dirinya pada hal – hal yang membuat dirinya berhadapan
dengan hukum. Lingkungan bermain anak memiliki pengaruh yang cukup kuat
dalam pembentukan sikap, watak, maupun perilaku anak, terlebih jika anak yang
tidak dekat dengan keluarga maupun anak korban dari broken home.
Sering kita mendengar permasalahan bahwa anak menjadi pelaku dalam
melakukan tindak kejahatan seperti pemerkosaan, pembunuhan, pencurian, dan
membuat kericuhan yang dapat mengganggu kehidupan bermasyarakat yang
kemudian ditetapkan sebagai tersangka atas tindakan tersebut. Anak – Anak
dengan kondisi tersebut disebut dengan ABH ( Anak Bermasalah Hukum ).
Berdasarkan UU No 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, Anak
yang berkonflik dengan hukum yang selanjutnya disebut sebagai Anak adalah
anak yang telah berumur 12 Tahun, tetapi belum berumur 18 Tahun yang diduga
melakukan tindak pidana. Definisi tersebut diperjelas dalam pasal 1 Ayat 2 bahwa
Anak yang Berhadapan dengan Hukum adalah anak yang berkonflik dengan
hukum, anak yang menjadi korban tindak pidana, dan anak yang menjadi saksi
tindak pidana. Anak yang berkonflik dengan Hukum ( ABH ) juga didefinisikan
sebagai anak yang melakukan atau diduga melakukan tindak criminal dan mereka
dituntut untuk bertanggung jawab di hadapan hukum atas perbuatannya sehingga
mereka harus terlibat dalam proses hukum seperti penyidikan, penuntutan,
pemeriksaan, sidang pengadilan, dan banyak diantaranya yang harus menjalani
hukuman di dalam penjara ( Permatasari, 2006 dalam Yunisa Sholikhati, 2015 ).
Ada faktor yang membuat anak harus terjebak dalam permasalahan yang
mengarah pada tindakan Kriminal dan akhirnya harus berhadapan dengan hukum

1
diantaranya ialah akibat kelalaian dan kurangnya perhatian dari orang tua mereka
sehingga membuat anak harus berhadapan dengan kehidupan yang menurutnya itu
dapat memberikan kenyamanan bagi dirinya sendiri tanpa memikirkan dampak
buruk yang akan terjadi kedepannya. ABH dirujuk ke Rumah Singgah oleh
Kejaksaan Maupun Polres untuk dilakukan Rehabilitasi sembari menunggu
Sidang Putusan dan Rujukan berikutnya.
Rumah singgah didirikan pada Tahun 2018 dan diperuntukkan untuk PPKS
( Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial ). Tujuan pokok dari Rumah Singgah
adalah Shelter sebelum rujukan selanjutnya, ada juga tujuan layanan lainnya yaitu,
Memberikan perlindungan sosial, pelayanan sosial dan rehabilitasi terhadap
kelompok marginal/rentan seperti : anak jalanan, lanjut usia, penyandang cacat,
ODHA, tuna sosial, dan korban napza yang mengalami: penelantaran, trafficking,
kekerasan, perlakuan salah dan eksploitasi seksual maupun ekonomi serta
pencegahan terhadap meningkatnya tekanan permasalahan dan traumatic pada diri
sasaran pelayanan.. Di Rumah Singgah terdapat sarana dan prasarana yang dapat
bermanfaat untuk Klien, seperti Kamar Mandi, Kamar tidur ( Arjuna & Srikandi ),
Mobil untuk antar jemput klien, Ruang Konseling.
Rumah singgah juga berperan sebagai tempat rehabilitasi bagi Anak
Bermasalah Hukum dari titipan POLRES maupun titipan dari Pengadilan yang
kemudian di assessment oleh pekerja sosial dan dirujuk ke rumah singgah untuk
dilakukan bimbingan keterampilan dan pengetahuan. Keberadaan ABH ini tidak
boleh hanya sebatas diacuhkan begitu saja, tetapi harus dilakukan pembinaan
berupa pemberian rehabilitasi sosial agar mereka mampu berkembang menjadi
lebih baik lagi dari segi intelektual maupun keterampilannya. Untuk itu perlu
dilakukan usaha untuk mengangkat derajat mereka sebagaimana layaknya anak-
anak pada umumnya.
Keberadaan Rumah Singgah di Kabupaten Nganjuk sebagai media
pertolongan, dalam menangani Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS)
yang salah satunya didominasi oleh ABH, Rumah Singgah berperan sebagai
penyedia pelayanan sosial, rehabilitasi sosial, serta menyediakan kebutuhan dan
fasilitas yang diperlukan mereka. Contohnya Rumah Singgah memberikan

2
pelatihan berupa pendidikan keterampilan Modif Motor, Ketrampilan Komputer,
maupun ketrampilan lainnya.
Alasan praktikan tertarik untuk melakukan Praktikum Lembaga Pelayanan
Sosial Di Rumah Singgah yaitu Rumah Singgah mampu menjalankan kegiatan
rehabilitasi sosial bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
khususnya ABH yang akan menjadi fokus praktikum kali ini, dan jaringan yang
mudah diakses oleh praktikkan untuk masuk ke Lembaga Rumah Singgah.

1.2 Tujuan Praktikum


Secara umum Praktikum Lembaga Pelayanan Sosial ini bertujuan untuk
menganalisis serta merancang pengembangan manajemen lembaga pelayanan
sosial Rumah Singgah kepada Anak Bermasalah Hukum di Kabupaten Nganjuk.

1.3 Jadwal Pelaksanaan Praktikum


Praktikum Lembaga Pelayanan Sosial dilaksanakan pada tanggal 27
September 2021 – 15 Desember 2021.

1.4 Metode Pelaksanaan Praktikum


Metode yang digunakan dalam proses pengumpulan data adalah Wawancara.
Praktikan melakukan Tanya jawab dengan petugas Rumah Singgah dan juga
dengan Pekerja Sosial.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Menyusun sebuah tinjauan pustaka berguna untuk membantu pemahaman


praktikan terhadap fenomena yang akan dikaji. Adanya kajian pustaka akan
mendukung praktikan dalam memecahkan masalah. Kumpulan teori – teori yang
tersusun sistematis dalam kajian pustaka berguna dalam menjelaskan argumentasi
kegiatan praktikum. Dalam kegiatan praktikum lembaga pelayanan sosial ini,
praktikan mengkaji tentang layanan sosial rumah singgah dalam rehabilitasi anak
bermasalah hukum di kabupaten nganjuk. Untuk memperkuat analisis, praktikan
menggunakan berbagai teori yang dapat dijadikan dasar pemikiran dalam kegiatan
praktikum.

2.1 HSO
a. Definisi Human Service Organization (HSO)
Human Service Organization (HSO) atau organisasi pelayanan
kemanusiaan merupakan sebuah organisasi dengan fungsi utama untuk
mempertahankan atau meningkatkan personal “well being” individu, dengan
membentuk atau mengubah “personal atribut” mereka. “well being”
Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual,
dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri,
sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialny ( Pasal 1 ayat (1) UU No. 11 tahun
2009 ).
Teknologi HSO adalah serangkaian prosedur yang dirancang untuk
menangani klien.
 People-processing: HSO berusaha mentransformasikan klien (tidak
menekankan pada perubahan “personal atribut” tetapi lebih memberi label
dan status, yang akan menimbulkan respons dari unit-unit sosial lain.
 People-sustaining: HSO berusaha untuk mencegah, mempertahankan atau
 memperlambat kemunduran “well-being” klien

4
 People-changing: HSO secara langsung mengubah “personal atribut” klien
untuk meningkatkan “well-being” mereka.
b. Karakteristik Human Service Organization (HSO)
 Memiliki mandat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
 Kegiatan intinya adalah relasi antara staf dengan klien
 Tidak semua lembaga/organisasi merupakan HSO
 HSO berfokus untuk memberikan pelayanan kepada manusia
 Orang/manusia sbg input pelayanan
 Pelayanan sbg pekerjaan moral
 Memperhatikan lingkungan kelembagaan
 Teknologi pelayanan sbg ideologi praktik
 Raw material HSO adalah manusia. Manusia yang ditangani HSO
memiliki latar belakang sosial, budaya, keinginan, motivasi, dll.
 HSO lebih berorientasi non profit
 HSO bisa lembaga/organisasi non pemerintah atau lembaga/organisasi
negara
 HSO dapat berbadan hukum, bisa belum/tidak berbadan hukum
 HSO memberikan output terkait manusia (membentuk/mengubah personal
atribut)
 Misi dan tujuan organisasi diwarnai oleh nilai-nilai pekerjaan sosial, bukan
nilainilai ekonomi semata.
c. Fungsi Human Service Organization (HSO)
Fungsi HSO bagi “masyarakat”:
 Mensosialisasikan anggota masyarakat ke dalam berbagai peran yang akan
dijalankan. Contoh: lembaga-lembaga pendidikan/sekolah.
 Melakukan kontrol sosial. Contoh: lembaga-lembaga koreksional.
 Melaksanakan integrasi sosial, dengan menyediakan sarana dan sumber
bagi individu untuk berintegrasi dengan unit-unit sosial yang ada di
masyarakat. Mekanismenya: konseling, terapi, bantuan materi,
resosialisasi. Contoh: lembaga-lembaga rehabilitasi.

5
Fungsi HSO bagi “individu”:
 Memberikan sumber-sumber kritis yang memungkinkan setiap orang
untuk memperbaiki dan/atau mempertahankan tingkat kesejahteraannya.
 Melalui HSO, seseorang dapat memperoleh pendidikan, pelayanan
kesehatan, bantuan-bantuan material untuk memenuhi kebutuhannya.
d. Klasifikasi Human Service Organization (HSO)
Dua bentuk organisasi pelayanan kemanusiaan:
 Private nonprofit organizations. Organisasi pelayanan kemanusiaan non
pemerintah, termasuk di dalamnya adalah Rumah Sakit, dan lembaga
pemberi bantuan pelayanan kemanusiaan lainnya.
 Public governmental agency. Organisasi pelayanan kemanusian negara/
state yang termasuk ke dalam bentuk ini mulai dari penjara, lembaga
pelayanan kesejahteraan ( Panti-panti ) dan rumah sakit pemerintah.
Klasifikasi HSO menurut Arthur Dunham
 Berdasarkan naungan:
• GO
• NGO
 Berdasarkan bidang kegiatan:
• Kesejahteraan anak
• Kesejahteraan wanita
• Cacat fisik
• Kesehatan mental
• Koreksional, dll.
 Berdasarkan geografi:
• Lokal
• Regional
• Nasional
• Internasional

6
2.2 Manajemen Lembaga Pelayanan Sosial
Layanan Sosial ( Social Services ) itu sendiri, pada dasarnya merupakan
suatu program ataupun kegiatan yang di desain secara konkret untuk menjawab
masalah, kebutuhan masyarakat ataupun meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Layanan Sosial itu sendiri dapat ditujukan pada individu, keluarga, kelompok –
kelompok dalam komunitas, ataupun komunitas sebagai satu kesatuan. ( Adi
Isbandi R. : 2017 )
Jenis Layanan Kesejahteraan Sosial yang ditawarkan ke masyarakat dapat
berupa :
1. Layanan yang langsung ditujukan ke kelompok ( komunitas ) sasaran yang
dikenal dengan nama direct services. Misalnya saja, suatu lembaga pelayanan
masyarakat ( human service organizations ) mengembangkan program
pengembangan modal usaha dan berbagai macam model pemberian bantuan
keuangan untuk komunitas ( income generating activities ), program beasiswa
untuk anak yang tidak mampu, dan sebagainya. Di sini, semua layanan yang
dilakukan oleh lembaga ditujukan langsung pada komunitas sasaran.
2. Jenis layanan yang kedua adalah layanan yang tidak langsung diarahkan pada
komunitas sasaran, tetapi bantuan diberikan pada lembaga yang mempunyai
program langsung ke komunitas sasaran. Bentuk layanan seperti ini dikenal
dengan nama indirect services. Misalnya suatu lembaga donor internasional
dalam rangka mengurangi angka kemiskinan dan kematian bayi ( infant
mortality rate ) maka lembaga donor tersebut tidak memberikan bantuan
langsung ke komunitas sasaran, tetapi lembaga tersebut mengontak berbagai
organisasi pelayanan kemanusiaan ( human service organization ) di Indonesia
yang mempunyai program langsung ke masyarakat. setelah itu lembaga donor
internasional tersebut memberikan bantuan finansial pada berbagai HSO di
Indonesia untuk disampaikan ke komunitas sasaran. Bila dilihat dari yang
dilakukan oleh lembaga donor internasional, maka layanan yang diberikan
adalah layanan tidak langsung ( indirect services ). ( Adi Isbandi R. : 2017 )
Manajemen lembaga pelayanan sosial bertujuan untuk meningkatkan
keefektifan kerja organisasi. Dalam prakteknya menggunakan teknik intervensi

7
berencana terhadap proses dalam organisasi dengan memanfaatkan teori-teori
perilaku organisasi.
Keefektifitasan dalam hal pelayanan sosial ternyata memiliki tiga aspek kerja
yang dapat kita ketahui, yaitu keberhasilan organisasi untuk menghasilkan
perubahan pada sasaran pelayanan (klien), apakah perorangan, keluarga,
kelompok, organisasi, masyarakat atau lingkungan. Organisasi sosial memerlukan
perubahan dalam hal perencanaan atau koordinasi, agar dapat mengembangkan
pelayanan-pelayanan sosial baru atau menata kembali dengan menyediakan
sumber-sumber bagi sasaran pelayanan atau bagi program baru. Hal lain yang
dapat kita lihat adalah kualitas pelayanan atau seberapa kompeten organisasi
melaksanakan metode-metode dan teknik-teknik yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan pelayanan.
Kualitas pelayanan dapat diukur berdasarkan standar yang dibuat oleh
organisasi atau dari literatur profesional atau dari lembaga-lembaga yang bertugas
mengatur. Contoh dari kualitas pelayanan adalah tepat waktu, dapat diakses,
manusiawi, kelayakan teknis pelayanan, Dan yang terakhir kepuasan klien
(sasaran pelayanan), yaitu berkaitan dengan penilaian klien tentang kualitas dan
pengaruh pelayanan.

2.3 Rumah Singgah


Secara harfiah Rumah Singgah berarti suatu tempat berhenti sebentar ketika
diperjalanan untuk mampir atau istirahat, tetapi mencakup berbagai tempat
kegiatan dan dimanfaatkan sebagai model sarana pembinaan anak jalanan. Tujuan
umum Rumah Singgah adalah membantu anak jalanan mengatasi masalah-
masalahnya dan menemukan alternative untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya.
Sedangkan tujuan khususnya adalah:
a. Membentuk kembali sikap dan perilaku anak yang sesuai dengan nilai dan
norma yang berlaku dimasyarakat
b.Mengupayakan anak-anak kembali ke rumah jika memungkinkan atau
kepanti dan lembaga penggati lainnya jika diperlukan

8
c.Memberikan berbagai alternative pelayanan untuk pemenuhan kebutuhan
anak dan menyiapkan masa depannya sehingga menjadi warga masyarakat
yang produktif.
Sedangkan fungsi dari rumah singgah adalah sebagai berikut:
a.Tempat pertemuan pekerja sosial dengan anak jalanan
b. Perantara antara anak jalanan dengan orang tua
c.Perlindungan anak dari kekerasan dan penyalahgunaan
d. Pusat informasi tentang anak jalanan
e.Jalur masuk pelayanan sosial
f. Tempat pengenalan nilai dan norma sosial pada anak jalanan.
Jadi rumah singgah adalah suatu tempat perantara anak jalanan dengan pihak-
pihak yang ingin membantu mereka, selain itu juga dirumah singgah ini anak
jalanan mendapatkan pelayanan, pembinaan, dan pendampingan. (Ibnu
Ariwibowo, 2009)

2.4 Rehabilitasi Sosial


Rehabilitasi Sosial merupakan suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu,
baik fisik, mental, maupun sosial, agar klien dapat kembali melaksanakan fungsi
sosial dalam kehidupan masyarakat.
Rehabilitasi merupakan suatu upaya yang ditujukan untuk
mengintegrasikan kembali seseorang ke dalam kehidupan masyarakat dengan
cara membantu menyesuaikan diri dengan keluarga, masyarakat, dan juga
pekerjaan. Seseorang dapat berintegrasi dengan masyarakat apabila memiliki
kemampuan fisik, mental, dan sosial serta diberikan kesempatan untuk
berpartisipasi. Misalnya seseorang mengalami permasalahan sosial seperti anak
jalanan, maka mereka akan dicoba untuk dikembalikan kedalam keadaan sosial
yang normal seperti orang pada umumnya. Mereka diberi pelatihan atau
ketrampilan sehingga mereka tidak kembali lagi menjadi anak jalanan dan bisa
mencari pekerjaan dari ketrampilan yang dimiliki.

9
Saat ini telah banyak panti sosial baik milik pemerintah daerah maupun
milik masyarakat yang bisa disebut Lembaga Kesejahteraan Sosial ( LKS ). Panti
sosial yang ada sekarang banyak menampung berbagai orang yang mengalami
gangguan sosial. Panti – panti tersebut seperti panti rehabilitasi sosial anak
jalanan, gelandangan dan pengemis, tuna susila, penyandang disabilitas, lanjut
usia, anak terlantar atau anak yang memerlukan perlindungan khusus, dan lain
sebagainya.

Rehabiitasi sosial mempunyai beberapa tujuan, diantaranya untuk


memulihkan kembali rasa percaya diri, kesadaran, serta tanggung jawab
terhadap masa depan diri, keluarga maupun masyarakat atau lingkungan
sosialnya. Selain itu, tujuan rehabilitasi sosial untuk memulihkan kembali
kemauan dan kemampuan untuk dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara
wajar.

Rehabilitasi sosial mempunyai beberapa fungsi, diantaranya adalah :

a. Pelaksanaan kebijakan teknik penyelenggaraan rehabilitasi sosial bagi balita,


anak dan lanjut usia terlantar, serta rehabilitasi sosial bagi anak nakal, korban
napza, penyandang cacat, dan tuna sosial.
b. Penyusunan pedoman penyelenggaraan rehabilitasi sosial bagi balita, anak
dan lanjut usia terlantar, serta rehabilitasi sosial bagi anak nakal, korban
napza, penyandang cacat, dan tuna susila.
c. Pemberian bimbingan teknis penyelenggaraan rehabilitasi sosial bagi balita,
anak, dan lanjut usia terlantar, serta rehabilitasi sosial bagi anak nakal,
korban napza, penyandang cacat dan tuna sosial
d. Pelaksaan koordinasi teknis penyelenggaraan rehabilitasi sosial bagi balita,
anak dan lanjut usia terlantar, serta rehabilitasi sosial bagi anak nakal, korban
napza, penyandang cacat, dan tuna sosial
e. Pengawasan penyelenggaraan rehabilitasi sosial bagi balita, anak dan lanjut
usia terlantar, serta rehabilitasi sosial bagi anak nakal, korban napza,

10
penyandang cacat, dan tuna sosial.
Ada tiga model pelayanan rehabilitasi sosial yang diberikan kepada klien, yakni :

a. Institusional Based Rehabilitation ( IBR ) yang merupakan suatu sistem


pelayanan rehabilitasi sosial dengan menempatkan penyandang masalah
kesejahteraan sosial ke dalam suatu institusi tertentu.
b. Extra-Institusional Based Rehabilitation, merupakan suatu sistem pelayanan
sosial dengan menempatkan penyandang masalah kesejahteraan sosial pada
keluarga dan masyarakat.
c. Community Based Rehabilitation ( CBR ) yang merupakan suatu model
tindakan yang dilakukan pada tingkatan masyarakat dengan membangkitkan
kesadaran masyarakat dengan menggunakan sumber daya dan potensi yang
dimiliki olehnya.
Rehabilitasi sosial juga sebagai bentuk pemantapan sosial meliputi segala upaya
yang bertujuan memupuk, memelihara, membimbing, dan meningkatkan rasa
kesadaran dan tanggung jawab sosial bagi pribadinya, keluarga, dan masyarakat.
Berdasarkan ketentuan Pasal 60 Undang – Undang Sistem Peradilan Pidana Anak
ditentukan bahwa Anak Didik Pemasyarakatan yang terdiri dari anak pidana, anak
Negara, dan anak sipil ditempatkan di Lembaga Permasyarakatan Anak yang
harus terpisah dari orang dewasa. ( Bahri, 2020 )
Rehabilitasi Sosial bagi anak ditujukan kepada :
a. Anak yang belum berusia 12 ( dua belas ) tahun melakukan tindak pidana atau
di duga melakukan tindak pidana ;
b. Anak yang sedang menjalani proses hukum ditingkat penyidikan, penuntutan,
dan pengadilan;
c. Anak yang telah mendapatkan penetapan diversi;atau
d. Anak yang telah mendapatkan penetapan dan/atau putusan pengadilan yang
memiliki kekuatan hukum tetap.
Adapun rehabilitasi sosial bagi anak bertujuan agar :

11
a. ABH dapat melaksanakan keberfungsian sosialnya yang meliputi kemampuan
dalam melaksanakan peran, memenuhi hak – hak anak, memecahkan masalah,
aktualisasi diri, dan pengembangan potensi diri: dan
b. Tersedianya lingkungan sosial yang mendukung keberhasilan Rehabilitasi
Sosial ABH.
Sementara itu, pelaksanaan rehabilitasi sosial bagi anak harus meliputi:
a. Motivasi dan diagnosis psikososial
b. Perawatan dan pengasuhan
c. Pelatihan vokasional dan pembinaan kewirausahaan
d. Bimbingan mental spiritual
e. Bimbingan fisik
f. Bimbingan sosial dan konseling psikososialPelayanan aksesibilitas
g. Bantuan dan asistensi sosial
h. Bimbingan resosialisasi
i. Bimbingan lanjut:dan/atau
j. rujukan

2.5 Anak Bermasalah Hukum


Berdasarkan UU No 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak, Anak yang berkonflik dengan hukum yang selanjutnya disebut sebagai
Anak adalah anak yang telah berumur 12 Tahun, tetapi belum berumur 18 Tahun
yang diduga melakukan tindak pidana. Definisi tersebut diperjelas dalam pasal 1
Ayat 2 bahwa Anak yang Berhadapan dengan Hukum adalah anak yang
berkonflik dengan hukum, anak yang menjadi korban tindak pidana, dan anak
yang menjadi saksi tindak pidana. Anak yang berkonflik dengan Hukum ( ABH )
juga didefinisikan sebagai anak yang melakukan atau diduga melakukan tindak
criminal dan mereka dituntut untuk bertanggung jawab di hadapan hukum atas
perbuatannya sehingga mereka harus terlibat dalam proses hukum seperti
penyidikan, penuntutan, pemeriksaan, sidang pengadilan, dan banyak diantaranya
yang harus menjalani hukuman di dalam penjara ( Permatasari, 2006 dalam
Yunisa Sholikhati, 2015 ).

12
2.6 Supervisi Lembaga Pelayanan Sosial
Menurut Bromberg (1982) Supervisi didefinisikan sebagai hubungan
antara dua orang, bertujuan meningkatkan pekerjaan agar orang yang melakukan
pekerjaan itu terbantu melakukan pekerjaan tersebut. Sedangkan menurut Hess
(1980), Supervisi secara klasik adalah interaksi antarpribadi yang memiliki tujuan
umum dimana satu orang (supervisor) bertemu dengan yang lain (supervisee)
dalam upaya untuk membuat akhir pekerjaan lebih efektif. Menurut Tony
Morrison (2003), Supervisi sebagai proses kooperatif dan fasilitatif yang
bertujuan untuk:

a. Mengembangkan pekerja secara efektivitas dan


c. Menyediakan forum yang cocok dan sesuai bagi pekerja untuk menjamin
mereka dalam bertindak secara bertanggung jawab, serta
d. Mengembangkan pekerja sebagai seorang profesional.

Pelayanan sosial merupakan suatu bentuk aktivitas yang bertujuan untuk


membantu individu, kelompok, ataupun kesatuan masyarakat agar mereka mampu
memenuhi kebutuhanyang pada akhirnya mereka dapat memecahkan
permasalahan melalui tindakan-tindakan kerjasama ataupun melalui pemanfaatan
sumber yang ada di masyarakat untuk memperbaiki kondisi kehidupannya.

13
BAB III
GAMBARAN LEMBAGA SASARAN

3.1 Profil Lembaga


1. Nama Lembaga
Rumah Singgah Dinsos PPPA Kabupaten Nganjuk

2. Alamat Lembaga
Jl. Lurah Surodarmo, Cangkringan, Kecamatan Nganjuk, Kabupaten Nganjuk,
Jawa Timur, 64415

3. Sejarah
Situasi darurat adalah keadaan luar biasa dan mendesak yang
mengakibatkan terjadinya penderitaan, baik fisik maupun mental yang
disebabkan oleh bencana atau perlakuan salah serta penyebab lainnya. Masih
lambannya upaya penanganan permasalahan yang dilakukan oleh lembaga
khususnya Pemerintah Daerah dengan dalih bukan kewenangannya yang
menyebabkan semakin kompleksnya jumlah penyandang masalah
kesejahteraan sosial yang terjadi di Indonesia dan semakin banyaknya jumlah
orang yang tidak terjangkau oleh perlindungan negara dan tidak dapat
melaksanakan fungsi sosialnya dengan baik.
Di sisi lain bangsa Indonesia terus dihadapkan pada proses perubahan
sosial yang memunculkan persoalan kesenjangan sosial, merapuhnya nilai-nilai
kesetiakawanan sosial nasional, pergeseran nilai sosial budaya masyarakat dari
karakter homogenitas mewujud dalam nilai-nilai heterogenitas, individualis dan
menghalalkan segala cara. kondisi seperti itu sering kali memunculkan budaya
kekerasan, kerusuhan dan konflik sosial dan berbagai perbuatan melawan
hukum yang seringkali mengakibatkan semakin terpuruk dan terbaikannya hak-
hak masyarakat marginal / kelompok rentan seperti: anak, lanjut usia,
penyandang cacat, Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) dan permasalahan

14
kontemporer lainnya. Dengan mempertimbangkan permasalahan diatas, Dinas
Sosial membentuk Rumah Singgah Dinsos PPPA Kabupaten Nganjuk pada
Tahun 2019. Tujuannya tidak lain agar dimasa yang akan datang tidak ada lagi
warga Kabupaten Nganjuk yang menganggap dirinya tidak terjangkau dan
diabaikan oleh pemerintahnya sendiri.

4. Tujuan Lembaga
Memberikan perlindungan sosial, pelayanan sosial dan rehabilitasi terhadap
kelompok marginal/rentan seperti: anak jalanan,ABH, lanjut usia, penyandang
cacat, ODHA, tuna sosial, dan korban napza yang mengalami: penelantaran,
trafficking, kekerasan, perlakuan salah dan eksploitasi seksual maupun
ekonomi serta pencegahan terhadap meningkatnya tekanan permasalahan dan
traumatic pada diri sasaran pelayanan. Prinsip yang dilakukan adalah
pencegahan sedini mungkin dan penanganan masalah secara cepat, tepat, dan
terukur.

5. Jangkauan kerja Lembaga


Rumah singgah pelayanan programnya diarahkan dalam upaya perlindungan,
pelayanan dan rehabilitasi sosial terhadap Penyandang Masalah Kesejahteraan
Sosial (PMKS) yang telah mendapat rujukan dari berbagai pihak.

6. Visi dan misi Lembaga


Visi
Rumah Singgah Dinas Sosial PPPA Kabupaten Nganjuk “menjadi lembaga
profesional dalam mewujudkan kesejahteraan sosial bagi penyandang masalah
kesejahteraan sosial (PMKS) yang didukung oleh potensi dan sumber
kesejahteraan sosial (PSKS) yang handal”.
Misi
1. Meningkatkan pelayanan sosial bagi PMKS (Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial)

15
2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas jangkauan pelayanan PMKS
(Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial).
3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi
PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial).
4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pembinaan PMKS (Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial).
5. Melaksanakan Rehabilitasi Sosial PMKS (Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial) yang terjaring razia.

7. Struktur Organisasi dan Tupoksi

1. Pekerja Sosial
Pekerja sosial memiliki Fungsi sebagai fasilitator, mediator, enabler
dalam pelayanan klien
2. Keamanan
Tugas pokok dan fungsi dari petugas keamanan adalah menjaga
keamanan di lingkungan Rumah Singgah termasuk juga barang –
barang dan juga klien di dalamnya
3. Keagamaan
Tugas pokok dan fungsi keagamaan adalah memberikan bimbingan
spiritual kepada klien serta melakukan penyadaran diri klien melalui
ajaran agama tersebut.
4. Driver
Driver memiliki fungsi dalam mengantar atau menjemput klien menuju
Rumah Sakit, Pelatihan, Pengambilan dari Pengadilan, pemulangan
klien, mengantar rujukan klien ke lembaga – lembaga atau panti, dan

16
lain sebagainya.
5. Juru Masak
Juru masak mempunyai tugas pokok dalam menyiapkan makanan atau
minuman untuk klien atau tamu yang datang.
6. Kesehatan
Tugas Pokok dan fungsi dari kesehatan adalah pemeriksaan kesehatan
yang ada pada diri klien.
7. Kebersihan
Tugas pokok dan fungsi kebersihan adalah menjaga kebersihan
lingkungan Rumah Singgah supaya terlihat rapi, bersih, indah , dan
juga mampu memberikan kenyaman bagi klien yang sedang menjalani
proses rehabilitasi.

8. Sasaran Lembaga
Sasaran penerima pelayanan program diarahkan dalam upaya perlindungan,
pelayanan dan rehabilitasi sosial terhadap:
1. Anak-anak yang memerlukan perlindungan khusus : seperti anak dalam
situasi darurat, anak berhadapan dengan huku,, anak dari kelompok
minoritas,dan terisolasi, anak ter eksploitasi secara ekonomi dan seksual,
anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi korban penyalahgunaan
napza, anak korban penculikan, penjualan dan perdagangan, anak korban
kekerasan fisik/mental, yang menyandang cacat, anak lorban perlakuan salah
atau penelantaran.
2. Penyandang cacat, setiap orang yang memiliki kelainan fisik atau mental
yang dapat mengganggu atau merupakam rintangan dan hamabatan baginya
untuk melakukan aktivitasnya yang terdiri dari: penyandang cacat fisik,
penyandang cacat mental dan penyandang cacat fisik dan mental (UU N0.4
Tahun 1997).
3. Lanjut usia terlantar dan korban tindak kekerasan, yaitu setiap orang berusia
60 tahun keatas, tidak mempunyai/berdaya mencari nafkah untuk keperluan
pokok hidup seharihari. Lanjut usia korban kekerasan yaitu lanjut usia yang

17
mengalami tindak kekerasan diperlukan salah dilingkungan keluarga
maupun lingkingan sosialnya. (UU N0.13 Tahun 1998)
4. Korban trafficking: pemanfaatan orang untuk tujuan exsploitasi dalam
protitusi, eksploitasi seksual lainnya, Kerja paksa (tenaga fisik maupun
layanan jasa), perbudakkan,pengambaan, dan pengambilan organ tubuh.
5. Orang dengan HIV AIDS (ODHA) ialah seorang yang telah positif tertular
Virus HIV/AIDS ditandai dengan menurunnya kekebalan tubuh. Seringkali
mengalami stigma buruk dan diskriminasi baik dari keluarga maupun
masyarakat.
6. Korban NAPZA, ialah seseorang yang menggunakan narkotika, psikotropika
dan yang aditif lainnya termasuk minuman keras diluar tujuan pengobatan
atau tanpa pengetahuan dokter yang berwenang.
7. Tuna sosial (Gelandangan, Pengemis, dan Tuna susila), yakni seseorang
yang karena faktor-faktor tertentu tidak atau kurang mampu melaksanakan
kehidupan yang layak atau sesuai dengan norma agama, sosial atau hukum
serta secara sosial terisolasi dari lingkungan masyarakatnya.
8. Korban bencana, ialah seseorang atau masyarakat yang menderita baik
secara fisik, mental, atau sosial ekonomi akibat terjadinya bencana alam atau
musibah lainnya yang menyebabkan mereka mengalami hambatan dalam
melaksanakan tugas kehidupannya.
8. Sarana Dan Prasarana
Rumah Singgah memiliki gedung sendiri yang didalamnya terdapat Kamar
Mandi Klien, Ruang Konseling, Ruang Rapat, Kamar Tidur Klien ( Arjuna &
Srikandi ), Mobil Antar Jemput Klien, Dapur Umum, ruang serbaguna, ruang
kesekretariat.

9. Jaringan Lembaga

Nama Institusi Jenis Penanganan Alamat Lembaga


JSLU (Jaminan Sosial Perlindungan dan Dirt. Lanjut Usia
Lanjut Usia) Bantuan Sosial Bagi Kementrian Sosial RI Jl.
Lanjut Usia Salemba Raya No 28

18
Jakarta Pusat
Anthasena Rehabilitasi Anak Magelang
Bermasalah Hukum
RPSW Pasar Rebo Perlindungan (Temporari Jl.Tat Twam Asi
Shelter / Home Komplek Depsos Pasar
Protection) terhadap Rebo Jakarta Timur
Perempuan Korban
Traficking
BBRSPDI KARTINI Rehabilitasi Disabilitas Temanggung
Panti Jompo Tempat perlindungan 1. Kediri
bagi Lansia yang tidak 2. Tulungagung
diurus keluarganya 3. Tuban

10. Prosedur Penanganan Kasus

Penjelasan Prosedur Penanganan Kasus :

1. Sumber
a. Informasi Segala bentuk informasi yang diterima oleh rumah singgah baik
melalui media massa (korban, televisi) yang diterima secara langsung
maupun tidak langsung.
b. Ditemukan Korban anak, lanjut usia, orang dengan kecacatan, korban
penyalahgunaan napza dan tuna sosial ditemukan sedang berada dijalanan
dalam kondisi tidak berdaya dan secara kedaruratan membutuhkan
bantuan dari Tim Reaksi Cepat (TRC).
c. Laporan Segala bentuk informasi yang diterima oleh rumah singgahbaik
melalui laporan langsung maupun informasi yang disampaikan oleh
perorangan, masyarakat, LSM, Instansi.
2. Kasus (case) Kasus yang menjadi kewenangan bidang rehabilitasi sosial untuk
ditanagani dan dilakukan penjangkauan, meliputi kasus anak, lanjut usia,
orang dengan kecacatan, korban penyalahgunaan napza, dan tuna sosial.
3. Penjangkauan (Outreach) Setelah menerima informasi, laporan kasus atau
ditemukan langsung, korban dilakukan penjangkauan.

19
4. Case Rehabilitasi Sosial dan Non Case Rehabilitasi Sosial Rumah singgah
melihat ke Lokasi kejadian dan melakukan identifikasi. Apakah kasus tersebut
masuk dalam bidang penganan rehsos atau bukan kasus yang harus ditangani
oleh rehsos. Ketika kasus tersebut bukan menjadi kewenangan rehsos maka
rumah singgah cukup melaporkan kasus tersebut ke pihak yang berwenang
(Kepolisian) dan Rumah singgah mundur/menyetop penanganan kasus
tersebut.
5. Need Asesmen Setelah diketahui bahwa kasus tersebut menjadi kewenangan
bidang rehsos maka rumah singgah harus melakukan need asesmen
(penelaahan masalah dan kebutuhan korban)
6. Penetapan / Jenis Penanganan yang dipilih Rencana intervensi dipersiapkan
berdasarkan hasil asesmen atau rekomendasi dari case conference. Rencana
intervensi dilakukan untuk :
a. Mengkaji dan menyiapkan rencana intervensi yang mencakup tujuan
pelayanan, rencana kegiatan, anggaran, pihak yang terlibat dalam
penanganan kasus.
b. Menentukan alternative pemecahan masalah yang diputuskan berdasarkan
prioritas penanganan yang akan dilakukan.
7. Standar Penanganan
a. Berbasis Panti Menyediakan tempat sementara untuk melindungi Klien
dan pemenuhan kebutuhan dasar (pangan, sandang, kesehatan,psikososial)
sebelum klien di reunifukasi atau reintregasi kembali/lingkungan
sosialnya.
b. Non Panti Ketika klien kembali ke Masyarakat, maka hal yang harus
dilakukan, memberikan akses kepada klien mengenai penanganan yeng
dibutuhkannya seperti ; subsidi panti, PKSA, JLSU, JSPC

11. Klasifikasi Klien yang berada Di Rumah Singgah bulan September –


Desember

Jenis PMKS Jumlah Kasus

20
Anak Bermasalah Hukum 5 Anak Pencurian

2 Anak Pembunuhan

Orang Terlantar 2 Lansia Terlantar

21
BAB IV
ANALISIS

Sebagai wujud kepedulian terhadap PMKS ( Penyandang Masalah Kesejahteraan


Sosial ) maka didirikan lembaga yang khusus menangani masalah sosial tersebut
untuk pencapaian kesejahteraan pada masyarakat yang ada di Kabupaten Nganjuk.
Sebagai lembaga pelayanan sosial bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan
Sosial, Rumah Singgah tidak hanya berfungsi sebagai shelter atau tempat
penampungan sementara, namun juga sebagai tempat Perlindungan Sosial, dan
juga untuk proses rehabilitasi bagi klien yang membutuhkan.

4.1 Analisis Manajemen Pelayanan Sosial Rumah Singgah


Kualitas Pelayanan Rumah Singgah dapat diukur berdasarkan standar yang dibuat
oleh organisasi atau dari literatur professional. Kualitas Pelayanan Rumah
Singgah dalam hal ini adalah :
1. Ketepatan Waktu
Ketepatan waktu dalam hal ini adalah ketepatan atau kesigapan lembaga
dalam penanganan kasus. Pekerja Sosial melakukan penjangkauan terhadap
ABH ( Anak Bermasalah Hukum ) yang terjerat kasus untuk pendampingan
hingga proses sidang putusan di Pengadilan. Anak yang mendapatkan
peutusan Rehabilitasi, menjalani masa Rehabilitasinya di Rumah Singgah
sesuai dengan putusan pengadilan. Saat berada di Rumah Singgah, klien
mendapat pelayanan yang tepat waktu, ketika mereka sakit maka dengan tepat
akan ditangani oleh divisi kesehatan Rumah Singgah, dan jika dirasa perlu
rujukan ke Rumah Sakit maka klien akan diantarkan ke Rumah Sakit Umum
Daerah Nganjuk yang lokasinya tidak begitu jauh dengan menggunakan
mobil.
Ketepatan waktu ini juga dapat dilihat pada saat ada OT ( Orang Terlantar )
baik lansia maupun balita dilakukan penjangkauan dengan tepat waktu untuk
kemudian dilakukan penanganan lanjutan seperti pemeriksaan kesehatan,
pemeriksaan identitas, dan juga assessment terhadap klien tersebut sebelum

22
kemudian dilakukan tindakan lanjutan untuk pemulangan ke keluarga atau
rujukan ke Panti Sosial.
Pada saat di Rumah Singgah para klien mendapatkan pelayanan yang tepat
waktu seperti untuk makan.

2. Dapat Diakses
Rumah singgah dapat diakses oleh siapapun namun dengan beberapa syarat
atau ketentuan berlaku. Akses ini seperti akses Satpol PP, Polres dalam
mengantar klien yang membutuhkan layanan. Seperti ketika ada Orang
Terlantar maka Polres/Polsek melakukan rujukan ke Rumah Singgah untuk
penanganan lanjutan klien.

3. Manusiawi
Klien yang berada di Rumah Singgah mendapatkan perlakuan yang
manusiawi dari para petugas. Hal ini terlihat pada saat ABH yang masuk ke
dalam rumah singgah, petugas Rumah Singgah tidak ada yang melakukan
deskriminasi terhadap klien tersebut. semua dianggap sama – sama
memerlukan pelayanan untuk perubahan perilakunya, sehingga dalam hal
pelayanan tidak membedakan antara ABH satu dengan ABH yang satunya.
Perlakuan manusiawi juga dilakukan pada Lansia Terlantar yang mengalami
Lumpuh dan hanya terbaring di kasur, dengan perlakuan lembut petugas
membantu klien seperti menyuapi makan & minum, membantu menggendong
klien untuk ke kamar mandi, dan perlakuan yang manusiawi lainnya.

4. Kelayakan Teknis Pelayanan


Secara teknis pelayanan yang diberikan oleh Rumah Singgah telah masuk
dalam kategori kelayakan karena dari segi teknis pelayanan sudah sesuai
dengan kebutuhan klien.

5. Kepuasan Klien (Sasaran Pelayanan)

23
Kepuasan Klien berkaitan dengan penilaian klien tentang kualitas dan
pengaruh pelayanan. Pada saat praktikan melakukan wawancara dengan 3
klien ( ABH ) yang berada di Rumah Singgah, mereka ( ABH ) merasa
nyaman berada di lingkungan Rumah Singgah karena mendapatkan teman
baru, mendapatkan bimbingan ketrampilan, mendapatkan perhatian yang
cukup, dan pada saat pelayanan mendapatkan pelayanan yang baik sesuai
dengan kebutuhannya ( klien ).

4.2 Analisis SWOT


Berdasarkan analisis SWOT terhadap Pelayanan Rumah Singgah maka :
a. Strenghs ( Kekuatan )
Kekuatan dalam pelayanan sosial adalah terletak pada ketepatan waktu,
kelayakan teknis pelayanan, serta fasilitas – fasilitas penunjang lainnya.
b. Weaknesses ( Kelemahan )
Kelemahan pelayanan terletak pada jumlah SDM yang kurang dan tidak sesuai
dan juga kurangnya pemahaman terhadap proses layanan terhadap klien.
c. Oppurtunities ( Kesempatan )
Kesempatan dalam hal ini adalah penambahan SDM dan juga pembekalan
pemahaman, wawasan kepada para petugas yang berkaitan tentang pelayanan
terhadap klien.
d. Threats ( Ancaman )
Ancaman dalam proses pelayanan sosial ini terdapat pada faktor dalam
lembaga itu sendiri, hal ini dapat disebabkan karena jumlah SDM yang kurang
dan juga kurangnya pemahaman petugas mengenai proses layanan sosial yang
dilakukan mendatang sehingga ancaman yang muncul adalah menurunnya
kinerja lembaga serta tidak tepat sesuai dengan kebutuhan klien.

4.3 Analisis visi dan misi Lembaga


Visi
Rumah Singgah Dinas Sosial PPPA Kabupaten Nganjuk “menjadi lembaga
profesional dalam mewujudkan kesejahteraan sosial bagi penyandang masalah

24
kesejahteraan sosial (PMKS) yang didukung oleh potensi dan sumber
kesejahteraan sosial (PSKS) yang handal”.
Misi
1. Meningkatkan pelayanan sosial bagi PMKS (Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial)
2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas jangkauan pelayanan PMKS
(Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial).
3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi
PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial).
4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pembinaan PMKS (Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial).
5. Melaksanakan Rehabilitasi Sosial PMKS (Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial) yang terjaring razia.
Rumah Singgah telah mampu menerapkan misinya dalam proses pelayanan
rehabilitasi sosial terhadap Anak Bermasalah Hukum Di Kabupaten Nganjuk. Hal
ini dapat dilihat pada setiap poin misi serta implementasinya terhadap klien.

4.4 Analisis Sarana dan Prasarana Lembaga


Dalam melakukan pelayanan sosial, rumah singgah memiliki sarana dan prasarana
yang mendukung proses pelayanan. Sarana dan prasarana ini seperti adanya kamar
mandi klien dan petugas, ruang konseling klien, kamar tidur, dapur, ruang
sekretariat, dan fasilitas lainnya seperti mobil. Namun, juga terdapat kelemahan
dalam hal ini yakni sarana dan prasarana olahraga yang dapat digunakan klien
untuk mengisi waktu luang. Kesempatan yang dapat dilakukan adalah dengan
menyediakan sarana dan prasarana olahraga seperti bola, badminton, dan lain
sebagainya yang nantinya bisa dimanfaatkan oleh klien, mengingat bahwa klien
yang melakukan rehabilitasi sejauh ini adalah laki – laki. Ancaman dalam hal ini
adalah rusaknya fasilitas yang ada di dalam Rumah Singgah yang digunakan
bukan pada tujuannya, seperti pot bunga yang dijadikan bola untuk bermain
bersama teman – temannya.

25
4.5 Jaringan kerja lembaga
Rumah Singgah merupakan lembaga yang memiliki jaringan kerja sama dengan
lembaga lain baik pemerintah maupun non-pemerintah untuk kesuksesan dalam
proses rehabilitasi. ABH yang telah diassessment dan diketahui minat bakatnya
kemudian dilakukan peningkatan ketrampilan dengan menempatkan klien sesuai
dengan minat bakatnya tersebut.
Hal ini seperti Bengkel yang menjadi tempat pelatihan bagi klien yang menyukai
otomotif motor atau mobil. Kemudian pelatihan ketrampilan komputer bagi klien
yang minat bakatnya pada ketrampilan Komputer, selain 2 hal tersebut,
penempatan klien pada pelatihan juga disesuaikan dengan jurusan sekolahnya.
Dengan pembekalan pelatihan tersebut, klien telah memiliki bekal untuk nantinya
kembali di lingkungan keluarga dan masyarakat dan menekuni atau menerapkan
bekal yang sudah didapat selama menjalani proses rehabilitasi.
Bagi klien yang tidak ada perubahan dari awal, maka langkah yang dilakukan oleh
Rumah Singgah adalah dengan rujukan klien ke Pusat Rehabilitasi Anak “
Anthasena ” yang bertempat di Magelang. Disana akan dilakukan proses
rehabilitasi lanjutan untuk klien.

26
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian yang telah dipaparkan pada bab-bab
sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Indonesia khususnya
Kabupaten Nganjuk masih banyak terdapat permasalahan sosial yang berkaitan
dengan anak. Hal ini dapat dilihat dari jumlah ABH ( Anak Bermasalah Hukum )
yang mengalami jumlah kenaikan dari kurun waktu tertentu atau kurun bulan
dalam satu tahun terakhir. Salah satu faktor utama yang menjadi pemicu dalam
munculnya permasalahan sosial anak tersebut adalah lingkungan keluarga. dari
sekian banyak jumlah klien, banyak diantara mereka yang dilatarbelakangi oleh
keluarga. Oleh karena itu, mengingat urgennya kesejahteraan sosial masyarakat
Indonesia, maka pemerintah menetapkan bidang kesejahteraan masyarakat
sebagai salah satu sasaran dalam peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat
kabupaten Nganjuk.
Pemerintah mendirikan Rumah Singgah sebagai bukti konkret dari
kepedulian pemerintah terhadap permasalahan sosial yang ada di Kabupaten
Nganjuk. Rumah Singgah merupakan lembaga sosial yang memiliki fungsi
sebagai Shelter atau penampungan sementara bagi PMKS ( Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial ) yang memerlukan pelayanan sosial. Dalam proses layanan
terdapat Perlindungan Sosial dan Rehabilitasi sosial untuk PMKS.
Dalam pengimplementasian pelayanan sosial telah sesuai dengan prosedur
pelayanan dan juga mampu dalam memenuhi kebutuhan klien.

5.2 Rekomendasi
Rekomendasi kedepannya untuk lembaga adalah :
a. Melakukan peningkatan kualitas SDM yang handal sehingga dapat
berkontribusi dalam proses pelayanan sosial rehabilitasi anak bermasalah
hukum di Rumah Singgah Kabupaten Nganjuk.

27
b. Dalam proses pelayanan sosial rehabiitasi Anak bermasalah hukum perlu
adanya SDM yang cukup dan dapat bekerja sesuai dengan tupoksinya masing
– masing agar proses layanan lembaga dapat berjalan sesuai dengan harapan
dan kebutuhan dari masing – masing klien.
c. Menambah fasilitas – fasilitas kebutuhan klien seperti fasilitas olahraga bagi
klien untuk mengisi waktu luang. Budidaya ternak seperti ikan yang dapat
dimanfaatkan untuk dijual ataupun dikonsumsi.

28
JURNAL MINGGUAN PRAKTIKUM LEMBAGA PELAYANAN SOSIAL
JURUSAN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS JEMBER

Nama Mahasiswa : Indarti


NIM : 190910301085
Kelas : D2
Tempat : Rumah Singgah Kabupaten Nganjuk

No Tanggal, bulan dan Rencana kegiatan Realisasi Bukti kegiatan


tahun kegiatan
1 4 Oktober 2021 Mengantar surat
dari LKPM ke
BAKESBANGPOL
Kabupaten Nganjuk
untuk dibuatkan
surat rujukan ke
2 7 Oktober 2021 Mengantar Surat
Rujukan dari
BAKESBANGPOL ke
BKD, BUPATI,
DINAS SOSIAL,
RUMAH SINGGAH
3 9 Oktober 2021 Melakukan Intake Mengumpulkan
ke Lembaga Rumah data yang sudah
Singgah ada pada
kegiatan
sebelumnya.

29
No Tanggal, bulan dan Rencana kegiatan Realisasi Bukti kegiatan
tahun kegiatan
1 11 Oktober 2021 Mencari data
terkait dengan
Lembaga Rumah
Singgah yang telah
didapat
sebelumnya.
2 14 Oktober 2021 Menganalisis data Mengantarkan
yang sudah ada surat dari
kampus ke
bakesbangpol
untuk dibuatkan
surat
rekomendasi
yang nantinya
digunakan untuk
perijinan
praktikum
3 15 Oktober 2021 Mencoba untuk
datang ke
lembaga untuk
melakukan intake
4 16 Oktober 2021 Menyusun laporan
mingguan ke 3
untuk dilaporkan
kepada Dosen
Pembimbing
5 17 Oktober 2021 Menyusun Penyusunan
Laporan Laporan
Mingguan Ke 2 Mingguan
untuk dilaporkan dilakukan di
kepada Dosen rumah mulai
Pembimbing pukul 08.20
hingga pukul
09.22

30
31
No Tanggal, bulan Rencana kegiatan Realisasi kegiatan Bukti kegiatan
dan tahun
1 18 Oktober Mengambil surat Mengambil surat
2021 rujukan dari Rujukan dari
BAKESBANGPOL BAKESBANGPOL
dan kemudian dilakukan pada hari
Diantar ke senin tanggal 18
BAPPEDA, Oktober 2021.
BUPATI, dan Surat rekomendasi
DINAS SOSIAL dari
BAKESBANGPOL
diantar ke BAPEDA,
TU BUPATI, DINAS
SOSIAL.
2 21 Oktober Datang Ke
2021 Lembaga Rumah
Singgah untuk
melakukan
inisiasi sosial.
3 22 Oktober Datang Ke
2021 lembaga Rumah
Singgah untuk
mencari data
terkait dengan
sejarah, Data
keuangan rumah
singgah
4 23 Oktober Penyusunan Penyusunan
2021 Laporan laporan mingguan
Mingguan ke 3 dilakukan sesuai
dengan format
yang diberikan oleh
Dosen Pembimbing

32
Catatan :

Kendala pertama yang saya alami adalah adanya kesalahan pengetikan oleh staf
BAKESBANGPOL, dimana surat tersebut tidak sesuai dengan pengajuan yang
telah saya lakukan sebelumnya, yakni kesalahan pada judul kegiatan dan alamat
lembaga. Akhirnya, kesalahan tersebut dapat segera ditangani.

Kendala kedua yang saya alami adalah, surat dari BAKESBANGPOL yang
diantarkan ke Dinas Sosial belum ada balasan hingga saat ini. Kendala tersebut
karena pada saat pengantaran tidak bertemu dengan kepala bidang ( pak Parnaji )
dan surat diberikan kepada salah satu staf pada ruangan tersebut dan dijanjikan
akan di informasikan melalui chat whatsapp. Namun, hingga saat ini belom ada
chat dari pihak terkait.

33
No Tanggal, bulan dan Rencana kegiatan Realisasi kegiatan Bukti kegiatan
tahun
2 25 Oktober 2021 Datang Ke DINAS Surat telah diterima
SOSIAL untuk oleh sekretariat dan
memastikan praktikan
tentang kejelasan diperbolehkan
surat yang telah melanjutkan
diantar praktikum sesuai
sebelumnya dengan lembaga yang
dituju.
3 28 Oktober 2021 Datang Ke Hasil yang didapat
Lembaga Rumah adalah praktikan
Singgah untuk mendapatkan ijin dari
melakukan petugas Rumah
inisiasi. Singgah terkait
dengan pelaksanaan
praktikum sesuai
dengan waktu yang
telah ditentukan.
4 29 Oktober 2021 Datang Ke Dilakukan Pada Hari
lembaga Rumah Jum’at, 29 Oktober
Singgah untuk 2021 dan wawancara

mencari data dilakukan dengan

terkait dengan Mbak Mita selaku


Bidang Kesehatan di
sejarah, visi dan
Rumah Singgah.
misi lembaga,
Data yang diperoleh
struktur
praktikan yakni :
orgaanisasi
1. Sejarah rumah
singgah yang
berdiri sejak
tahun 2019
2. Visi dan Misi
Rumah singah

34
yang tertera
dibawah ini

3. Struktur
organisasi
lembaga

5 30 Oktober 2021 Penyusunan Penyusunan laporan


Laporan mingguan dilakukan
Mingguan ke 4 sesuai dengan format
yang diberikan oleh
Dosen Pembimbing

Catatan :

Pada hari Kamis, 28 Oktober 2021 dan Jum’at 29 Oktober 2021, Praktikan bersama teman –
teman dimintai tolong oleh PEKSOS untuk membantu pendataan pembukaan rekening untuk
anak yang orang tuanya meninggal karena COVID19. Sehingga, dalam melakukan intake dan
wawancara untuk mendapatkan data, berjalan kurang maksimal karena waktunya terpotong
oleh kegiatan pendataan tersebut.

35
No Tanggal, bulan dan Rencana kegiatan Realisasi kegiatan Bukti kegiatan
tahun
2 2 November 2021 Datang Ke Lembaga Praktikan
Rumah Singgah melakukan
untuk melanjutkan wawancara dengan
mencari data terkait mbak Mita sebagai
dengan Profil Seksi Kesehatan
Lembaga Rumah Rumah Singgah.
Singgah Data yang diperoleh
Praktikan yakni :
1. Fasilitas yang
ada di Rumah
Singgah yaitu
Kamar Mandi
Klien, Ruang
Konseling,
Ruang Rapat,
Kamar Tidur
Klien ( Arjuna &
Srikandi ), Mobil
Antar Jemput
Klien, Dapur
Umum, ruang
serbaguna,
ruang
kesekretariat.
2. Seksi Rumah
Singgah ada 7
yakni :
Seksi kesehatan
Juru Masak
Sopir

36
Satpam
3. Tujuan dari
Rumah Singgah
adalah sebagai
tempat singgah
bagi PMKS
sebelum
melakukan
Tindakan
berikutnya
3 4 November 2021 Datang ke Lembaga Wawancara
Rumah Singgah dilakukan dengan
untuk melakukan Mbak Mita sebagai
Assesment Pelayanan Seksi Kesehatan di
Sosial Rumah Singgah.
Data yang didapat
Praktikan adalah :
Kriteria Penerima
Layanan ( ABH ):
1. Anak usia 12
Tahun – 18
Tahun
2. Terdakwa
3. Pelaku
4 5 November 2021 Datang ke Lembaga Wawancara
Rumah Singgah dilakukan dengan
untuk Melakukan Mbak Mita sebagai

Assesment Pelayanan Seksi Kesehatan di

Sosial Rumah Singgah,


data yang didapat
oleh Praktikan
yaitu :
1. Masa

37
singgah
ABH paling
cepat 7 Hari
dan paling
lama 2
bulan
sampai
sidang kasus
perkaranya
selesai
2. Semasa
berada di
Rumah
Singgah,
klien
diberikan
jadwal
melakukan
kegiatan
harian dan
diberi
bimbingan
spiritual

38
No Tanggal, bulan dan Rencana Realisasi kegiatan Bukti kegiatan
tahun kegiatan
2 9 November 2021 Mencari data Kegiatan dilakukan dengan Adanya rekaman
terkait dengan Mas Angga sebagai suara yang dilakukan
Prosedur PEKSOS . data yang oleh praktikan
Pelayanan Sosial didapat yaitu :
ABH di Rumah Proses Layanan ABH terdiri
Singgah dari 3 Proses :
1. Pendampingan
Hukum.
Pendampingan
hukum ini
dilakukan oleh
pekerja sosial anak
yang
mendampingi
klien selama
proses
persidangan
hingga pada tahap
sidang putusan
dari pengadilan.
Selain itu,
pendampingan
hukum dilakukan
pada saat sidang
diversi. Sidang
diversi dilakukan
hanya satu kali
seumur hidup.
Dan sidang diversi
ini dilakukan di
polres.

2. Assesment

39
Pelayanan
assessment
dilakukan
terhadap klien
yang terjaring
razia Satpol PP
maupun Polisi
seperti
Gelandangan,
Pengamen dan
Pengemis,Orang
Terlantar, WTS
( Wanita Tuna
Susila ).
Assessmen
dilakukan oleh
pekerja sosial
dengan draft
assessment yang
telah tertulis.
3. Rehabilitasi
Rehabilitasi Sosial
dilakukan untuk
PMKS yang
mendapatkan
sidang putusan
untuk Rehabilitasi.
Rehabilitasi ABH di
Rumah Singgah
Kabupaten
Nganjuk dilakukan
dengan beberapa
kegiatan, mulai
dari penyadaran

40
hingga
peningkatan
ketrampilan yang
dimiliki oleh klien.
Pada saat proses
rehabilitasi ini
tetap didampingi
oleh pekerja sosial
serta petugas
Rumah Singgah
yang bertugas.
3 10 November 2021 Mencari data Kegiatan dilakukan dengan Rekaman suara
terkait dengan Mas Angga sebagai menggunakan
output dari PEKSOS. handphone pribadi
pelayanan sosial Output dari pelayanan milik praktikan
di Rumah 1. Perubahan
Singgah Perilaku.
Perubahan
perilaku dalam hal
ini adalah
perubahan sikap
dan perilaku klien
dari yang buruk
menjadi baik
melalui proses
rehabilitasi.
Perubahan sikap
dan perilaku klien
tersebut berawal
dari penyadaran
diri klien terhadap
kondisi yang telah
dialami.
2. Peningkatan
Ketrampilan.

41
Peningkatan
ketrampilan ini
dilakukan melalui
kegiatan pelatihan
ketrampilan
dengan kerja sama
antara Rumah
Singgah dengan
Lembaga atau
tempat pelatihan
lainnya, baik
pemerintah
maupun non -
pemerintah

42
No Tanggal, bulan dan Rencana kegiatan Realisasi kegiatan Bukti kegiatan
tahun
1 15 November 2021 Mencari data Praktikkan
Assesment klien melakukan
di Rumah Singgah wawancara dengan
PEKSOS untuk
mengumpulkan
informasi terkait
dengan Assesment
yang dilakukan
terhadap klien
( ABH ) di Rumah
Singgah.
Data yang diperoleh :
Assessment Klien
ABH ( Anak
Bermasalah Hukum )
dilakukan oleh
Pekerja Sosial dengan
klien di Rumah
Singgah.
Dalam kegiatan
assessment, Pekerja
Sosial mengajak klien
untuk berkomunikasi
secara interaktif.
Assessmen terhadap
klien selain ABH
dilakukan dengan
mengisi Draft
Assessmen yang
telah disediakan oleh

43
pekerja sosial.

2 18 November 2021 Wawancara untuk Data yang didapat


mengetahui praktikan yakni,
hubungan Rumah Singgah

lembaga dengan memiliki jaringan

lembaga lain dengan lembaga lain


dalam proses
rehabilitasi klien.
Lembaga – lembaga
yang dimaksud dalam
hal ini seperti :
1. BLKK ( Balai
Latihan
Ketrampilan
Komputer ) bagi
anak – anak yang
gemar dengan
ketrampilan
computer. Selain
balai latihan
ketrampilan
computer juga
ada bengkel yang
digunakan bagi
anak – anak yang
gemar dengan
otomotif ataupun
memodif motor.
2. Panti Jompo yang
digunakan
sebagai rujukan

44
bagi Lansia
terlantar
3. Rumah Sakit dan
Puskesmas
sebagai tempat
rujukan bagi kien
yang
memerlukan
penanganan
medis.
Selain data diatas,
praktikan juga
mendapatkan
informasi mengenai
pendanaan yang ada
di Rumah Singgah,
Pendanaan Rumah
Singgah Berasal dari
APBD Kabupaten
Nganjuk.

45
No Tanggal, bulan dan Rencana Realisasi kegiatan Bukti kegiatan
tahun kegiatan
1 23, November, Mencari Data Kegiatan rutin yang
2021 terkait dengan dilakukan rumah
Kegiatan Rumah singgah setiap
Singgah harinya telah
terjadwalkan dari
bangun tidur hingga
sebelum tidur.
Terdapat kegiatan
Keterampilan
Bersama/Bimsos/
Pelatihan/Belajar
dan Bimbingan
Rohani/Penguatan/
Konseling/Evaluasi
Diri/Keterampilan.
Selain itu juga
terdapat kegiatan
yang sifatnya
kondisional.
2 25, November, Mencari Data Berdasarkan
2021 Pendanaan penuturan dari
Lembaga Mbak Mita, Rumah
singgah Dinas
Sosial PPPA
Kabupaten Nganjuk
memperoleh
pendanaan dari
Anggaran
Pendapatan dan
Belanja Daerah
(APBD) yang
ditetapkan

46
berdasarkan
peraturan daerah.

47
No Tanggal, bulan dan Rencana kegiatan Realisasi kegiatan Bukti kegiatan
tahun
1 2, Desember, 2021 Mencari Informasi 1. JSLU (Jaminan
Lanjutan mengenai Sosial Lanjut Usia)
Jaringan Kerjasama Jenis penanganan :
Lembaga Perlindungan dan
Bantuan Sosial Bagi
Lanjut Usia
Lokasi :
Dirt. Lanjut Usia
Kementrian Sosial
RI Jl. Salemba Raya
No 28 Jakarta Pusat
2. Anthasena
Jenis Penanganan :
Rehabilitasi Sosial
Anak Bermasalah
Hukum
Lokasi :
Magelang
3. RPSW Pasar Rebo
Jenis Penanganan :
Perlindungan
(Temporari Shelter /
Home Protection)
terhadap Perempuan
korban Traficking
Lokasi :
Jl.Tat Twam Asi
Komplek Depsos
Pasar Rebo Jakarta

48
Timur
4. Balai Kartini
Lokasi :
Temanggung
5. Panti Jompo
Jenis Penanganan :
Tempat
perlindungan/tempa
t asuh lansia yang
tidak diasuh oleh
keluarganya
Lokasi :
a. Kediri
b. Tulungagung
c. Tuban

2 3, Desember, 2021 Mencari Informasi Penjelasan Alur


Lanjutan Mengenai Penenganan :
Prosedur 1). Sumber
Penanganan Kasus a. Informasi Segala
bentuk informasi
yang diterima oleh
rumah singgah baik
melalui media
massa (korban,
televisi) yang
diterima secara
langsung maupun
tidak langsung.
b. Ditemukan

49
Korban anak, lanjut
usia, orang dengan
kecacatan, korban
penyalahgunaan
napza dan tuna
sosial ditemukan
sedang berada
dijalanan dalam
kondisi tidak
berdaya dan secara
kedaruratan
membutuhkan
bantuan dari Tim
Reaksi Cepat
(TRC).
c. Laporan Segala
bentuk informasi
yang diterima oleh
rumah singgahbaik
melalui laporan
langsung maupun
informasi yang
disampaikan oleh
perorangan,
masyarakat, LSM,
Instansi.
2). Kasus (case)
Kasus yang menjadi
kewenangan bidang
rehabilitasi sosial
untuk ditanagani

50
dan dilakukan
penjangkauan,
meliputi kasus anak,
lanjut usia, orang
dengan kecacatan,
korban
penyalahgunaan
napza, dan tuna
sosial.
3). Penjangkauan
(Outreach) Setelah
menerima
informasi, laporan
kasus atau
ditemukan
langsung, korban
dilakukan
penjangkauan.
4). Case
Rehabilitasi Sosial
dan Non Case
Rehabilitasi Sosial
Rumah singgah
melihat ke Lokasi
kejadian dan
melakukan
identifikasi. Apakah
kasus tersebut
masuk dalam
bidang penganan
rehsos atau bukan

51
kasus yang harus
ditangani oleh
rehsos. Ketika kasus
tersebut bukan
menjadi
kewenangan rehsos
maka rumah
singgah cukup
melaporkan kasus
tersebut ke pihak
yang berwenang
(Kepolisian) dan
Rumah singgah
mundur/menyetop
penanganan kasus
tersebut.
5). Need Asesmen
Setelah diketahui
bahwa kasus
tersebut menjadi
kewenangan bidang
rehsos maka rumah
singgah harus
melakukan need
asesmen
(penelaahan
masalah dan
kebutuhan korban)
6). Penetapan / Jenis
Penanganan yang
dipilih Rencana

52
intervensi
dipersiapkan
berdasarkan hasil
asesmen atau
rekomendasi dari
case conference.
Rencana intervensi
dilakukan untuk :
a. Mengkaji dan
menyiapkan rencana
intervensi yang
mencakup tujuan
pelayanan, rencana
kegiatan, anggaran,
pihak yang terlibat
dalam penanganan
kasus.
b. Menentukan
alternative
pemecahan masalah
yang diputuskan
berdasarkan
prioritas
penanganan yang
akan dilakukan.
7). Standar
Penanganan
a. Berbasis Panti
Menyediakan
tempat sementara
untuk melindungi

53
Klien dan
pemenuhan
kebutuhan dasar
(pangan, sandang,
kesehatan,psikososi
al) sebelum klien di
reunifukasi atau
reintregasi
kembali/lingkungan
sosialnya.
b. Non Panti Ketika
klien kembali ke
Masyarakat, maka
hal yang harus
dilakukan,
memberikan akses
kepada klien
mengenai
penanganan yeng
dibutuhkannya
seperti ; subsidi
panti, PKSA, JLSU,
JSPC

54
DAFTAR PUSTAKA

Adi, I. R. (2018). KESEJAHTERAAN SOSIAL: PEKERJAAN SOSIAL,


PEMBANGUNAN SOSIAL DAN KAJIAN PEMBANGUNAN. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.

Fahrudin, A. (2018). PENGANTAR KESEJAHTERAAN SOSIAL. Bandung:


Reflika Aditama.
Hasenfeld, Y. (1983). HUMAN SERVICE ORGANIZATION. USA: Prentice-
Hall.
Suharto, E. (2017). MEMBANGUN MASYARAKAT MEMBERDAYAKAN
RAKYAT (KAJIAN STRATEGIS PEMBANGUNAN
KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN PEKERJAAN SOSIAL). Bandung:
PT Refika Aditama.

Abdullah, Y. A. (2021). PERAN BIDANG PELAYANAN REHABILITASI SOSIAL ( DINAS


SOSIAL ) DALAM PENANGANAN ANAK JALANAN DI KOTA SAMARINDA. Journal Sosiatri -
Sosiologi

Alfinah, N. (2019 ). PUSAT REHABILITASI ANAK JALANAN DENGAN


PENDEKATAN ARSITEKTUR PERILAKU DI KOTA MAKASAR. Jurnal
Penelitian.

55

Anda mungkin juga menyukai