KELOMPOK : 3
1. Anugrah
2. Rahmat Hidayat
3. Dalil Choirul Ummah
4. Desi Ratnasari
5. Mulianti
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2017
KATA PENGANTAR
Tim Penyusun,
DAFTAR ISI
Sampul
Kata pengantar ...................................................................................... i
Daftar isi................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 7
C. Tujuan ........................................................................................ 7
D. Manfaat ...................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Sejarah Geografi Politik .............................................................. 8
B. Sejarah Politik Indonesia ............................................................. 11
C. Birokrasi ...................................................................................... 12
D. Masalah birokrasi ........................................................................ 18
BAB II PEMBAHASAN
A. Geografi Politik ........................................................................... 35
B. Hubungan Geografi Politik dengan Birokrasi ............................. 42
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi Birokrasi .............................. 46
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 49
B. Saran ............................................................................................ 49
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 50
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perilaku politik adalah perilaku dasar dari kehidupan sosial
manusia kemudian, kehidupan juga bersifat geografi politik yang
keduanya telah berkembang cukup lama, yaitu ketika kelompok manusia
menetapkan wilayah kekuasaannya sejak manusia hidup eksis di
permukaan bumi. Meskipun demikian, studi Geografi Politik mulai
nampak di akhir abad ke-19.
Dalam struktur ilmu geografi, geografi politik masuk kepada
geografi sosial/manusia (Human Geography). Dikarenakan mengacu pada
kehidupan manusia yang berperilaku rajin ataupun pemalas disebabkan
faktor alam, maka muncullah pandangan bahwa kehidapan manusia
bersifat deterministik serta lahirlah istilah penganut enviromentalist yang
disematkan kepada filsuf yang memegang paham ini. Geografi politik
mengkaji hasil proses politik yang tidak merata secara keruangan dan cara
struktur keruangan memengaruhi proses politik. Geografi politik
menggunakan struktur tiga tingkat untuk keperluan analisis: kajian
wilayah di bawah, kajian negara di tengah, dan kajian hubungan
internasional (atau geopolitik) di atas. Ketiga subdisiplin geografi politik
ini dapat disebut sebagai keterkaitan hubungan antara manusia, negara,
dan wilayah.
Birokrasi dan politik bagai dua mata uang yang tidak bisa
dipisahkan satu sama lain. Birokrasi dan politik memang merupakan dua
institusi yang memiliki karakter yang erbeda, namun saling mengisi. Dua
karakter yang berbeda antara ini memerikan sisi positif terkait dengan
sinergi, namun disisi lain tidak dapat dipisahkan dengan aroma
perselingkuhan. Syafuan Rozi menyatakan bahwa birokrasi sebagai
wewenang atau kekuasaan yang beragai departemen pemerintahan dan
cabang-cabangnya memperebutkan sesuatu untuk kepentingan diri sendiri
mereka sendiri, atau sesame warga negara. Ciri khas birokrasi adalah
bentuk institusi yang berjanjang, rekuitmen berdasarkan keahlian, danb
ersifat impersonal.Sedangkan politik adalah usaha untuk menentukan
peraturan-peraturan yang dapat diterima baik oleh sebahagian besar warga
untuk membawa masyarakat kearh kehidupan bersama yang harmonis.
Birokrasi adalah sistem pemerintahan yang dijalankan oleh
pegawai pemerintah karena telah berpegang pada hierarki dan jenjang
jabatan. Fenomena birokrasi selalu ada bersama kita dalam kehidupan kita
sehari-hari dan setiap orang seringkali mengeluhkan cara berfungsinya
birokrasi sehingga pada akhirnya orang akan mengambil kesimpulan
bahwa birokrasi tidak ada manfaatnya karena banyak disalahgunakan oleh
pejabat pemerintah (birokratisme) yang merugikan masyarakat.
Birokrasi bukanlah suatu fenomena yang baru bagi kita karena sebenarnya
telah ada dalam bentuknya yang sederhana sejak beribu-ribu tahun yang
lalu. Namun demikian kecenderungan mengenai konsep dan praktek
birokrasi telah mengalami perubahan yang berarti sejak seratus tahun
terakhir ini. Dalam Masyarakat yang modern, birokrasi telah menjadi suatu
organisasi atau institusi yang penting. Pada masa sebelumnya ukuran
negara pada umumnya sangat kecil, namun pada masa kini negara-negara
modern memiliki luas wilayah, ruang lingkup organisasi, dan administrasi
yang cukup besar dengan berjuta-juta penduduk.
Kajian birokrasi sangat penting dipelajari, karena secara umum dipahami
bahwa salah satu institusi atau lembaga, yang paling penting sebagai
personifikasi negara adalah pemerintah, sedangkan personifikasi
pemerintah itu sendiri adalah perangkat birokrasinya (birokrat).
Membicarakan tentang birokrasi tentunya sangat penting bagi kita untuk
mengetahui bagaimana sejarah birokrasi. Birokrasi memiliki asal kata dari
Burcau, digunakan pada awal abad ke 13 di Eropa Barat bukan hanya
untuk menunjuk pada meja tulis saja, akan tetapi lebih pada kantor,
semisal tempat kerja dimana pegawai bekerja. Makna asli dari birokrasi
berasal dari Prancis yang artinya pelapis meja. Bentuk birokrasi paling
awal terdiri dari tingkatan kasta rohaniawan / tokoh agama. Negara
memformulasikan,memaksakan dan menegakkan peraturan dan memungut
pajak, memberikan kenaikan kepada sekelompok pegawai yang bertindak
untuk menyelenggarakan fungsi tersebut.
Sangat menarik membicarakan tentang birokrasi, karena dalam realita
kehidupan birokrasi terkesan negatif dan menyulitkan dalam melayani
masyarakat, padahal para pegawai birokrasi itu dibayar dari duit
masyarakat. Dan terkadang wewenang yang diberikan kepada pegawai
dari birokrasi disalahgunakan. Misalnya seperti masalah tentang korupsi di
dirjen pajak yang hangat-hangatnya dibicarakan akhir-akhir ini. Oleh
karena itu sangat diperlukan adanya reformasi birokrasi
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, penulis
mengajukan rumusannya masalah secara singkat sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan geografi politik?
2. Apakah hubungan antara geografi politik dengan birokrasi
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi birokrasi?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengkaji kembali
bagaimana keadaan serta hubungan birokrasi dengan politik di Indonesia.
Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan untuk mengkaji lebih
dalam mengenai bagaimana proses dari reformasi birokrasi itu sendiri di
Indonesia yang pada kenyataannya belum berjalan secara efektif.
D. Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini, yaitu :
1. Dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa mengenai geografi politik.
2. Dapat mengetahui pemikiran dalam geografi politik.
3. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian birokrasi.
4. Dapat mengenali perkembangan politik di Indonesia.
5. Mahasiswa dapat mengetahui hubungan antara politik dan birokrasi.
6. mahasiswa mengetahui konsep geografi kaitan dengan birokrasi
pemerintah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
C. Birokrasi
Jika dilihat dari segi bahasa, birokrasi terdiri dari dua kata yaitu
biro yang artinya meja dan krasi yang artinya kekuasaan. Birokrasi
memiliki dua elemen utama yang dapat membentuk pengertian, yaitu
peraturan atau norma formal dan hirarki. Jadi, dapat dikatakan pengertian
birokrasi adalah kekuasaan yang bersifat formal yang didasarkan pada
peraturan atau undang-undang dan prinsip-prinsip ideal bekerjanya suatu
organisasi. Secara etimologi birokrasi berasal dari istilah “buralist” yang
dikembangkan oleh Reineer von Stein pada 1821, kemudian menjadi
“bureaucracy” yang akhir-akhir ini ditandai dengan cara-cara kerja yang
rasional, impersonal dan leglistik (Thoha, 1995).
Birokrasi dapat dirujuk kepada empat pengertian yaitu,
o Birokrasi dapat diartikan sebagai kelompok pranata atau lembaga
tertentu.
o Birokrasi dapat diartikan sebagai suatu metoda untuk mengalokasikan
sumber daya dalam suatu organisasi.
o “Kebiroan” atau mutu yang membedakan antara birokrasi dengan
jenis organisasi lain. (Downs, 1967 dalam Thoha, 2003)
o Kelompok orang yang digaji yang berfungsi dalam pemerintahan.
(Castle, Suyatno, Nurhadiantomo, 1983)
D. Masalah Birokrasi
Pemerintahan sebagai pilar utama penyelenggara negara semakin
dihadapkan pada kompleksitas global, sehingga perannya harus mampu dan
cermat serta proaktif mengakomodasi segala bentuk perubahan. Kondisi tersebut
sangat memungkinkan karena aparatur berada pada posisi sebagai perumus dan
penentu daya kebijakan, serta sebagai pelaksana dari segala peraturan. Sementara
itu, kondisi objektif dari iklim kerja aparatur selama ini masih dipengaruhi oleh
teori atau model birokrasi klasik yang diperkenalkan oleh Taylor, Wilson, Weber,
Gullick, dan Urwick, yaitu (i) struktur, (ii) hierarki, (iii) otoritas, (iv) dikotomi
kebijakan administrasi rantai pemerintah, dan (v) sentralisasi. Meskipun model
tersebut memaksimumkan nilai efisiensi dan efektifitas ekonomi, namun pada
kenyataannya teori tersebut tidak dapat memberikan jawaban secara faktual sesuai
dengan banyak temuan penelitian di berbagai tempat.
Teori birokrasi tersebut telah menimbulkan berbagai implikasi negatif yang
sangat terkait dengan gejala sebagai berikut:
1. Smith, menyebutkan Inmobilism-inability to function, adalah kenyataan
yang terkait dengan adanya hambatan dan ketidakmampuan menjalankan
fungsi secara efektif.
2. E. bardock, mengemukakan gejala kelemahan adalah tekonisme, yaitu
kecenderungan sikap administratoryang menyatakan mendukung suatu
kebijaksanaan dari atas secara terbuka tetapi sebenarnya hanya melakukan
sedikit sekali partisipasi dalam pelaksanaannya. Partisipasi yang sangat
kecil tersebut dapat pula berbentuk procrastination, yaitu bentuk partisipasi
dengan penurunan mutu atau kualitas pelayanan.
3. kelemahan lain adalah koordinasi yang dapat menimbulkan kelebihan
(surpluses) maupun kekurangan (shortages)
4. Kelemahan lain adalah kebocoran dalam kewenangan (linkage of
authority), yaitu kebijaksanaan pimpinan ditafsirkan dan diteruskan oleh
pembantu pimpinan secara berlainan dalam arus perintah pada bawahan
sesuai dengan pertimbangannya sendiri.
5. Selain itu terdapat juga gejala resistance,baik secara terang-terangan
maupun tersembunyi oleh aparat dalam menjalankan tugas-tugas
kedinasan
Birokrasi harus dihindarkan dari rancangan pihak-pihak yang tidak menghiraukan
kepentingan publik untuk menjadikannya sebagai power center karena dapat
mengancam potensi masyarakat.
Dalam hal patologi demokrasi dapat dikategorikan dalam lima kelompok, yaitu :
1. Patologi yang timbul karena persepsi dan gaya manajerial para pejabat di
lingkungan birokrasi, contohnya :
1. Penyalahgunaan wewenang dan jabatan
2. Penguburan masalah
3. Menerima sogok atau suap
4. Pertentangan kepentingan
5. kecenderungan mempertahankan status quo / ketakutan pada
perubahan
6. Arogansi dan intimidasi
7. Kredibilitas relatif rendah / nepotisme
8. Paranoia dan otoriter astigmatisme
9. Patologi yang disebabkan karna kurang / rendahnya pengetahuan
dan keterampilan para petugas pelaksana berbagai kegiatan
operasional. Artinya, rendahnya produktivitas kerja dan mutu
pelayanan tidak semata-mata disebabkan oleh tindakan dan
perilakuyang disfungsional, tetapi juga karena tingkat pengetahuan
dan keteramplan yang tidak sesuai dengan tuntutan tugas yang
diemban.
10. Patologi yang timbul karena tindakan para anggota birokrasi yang
melanggar norma-norma hukum dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Yang digolongkan dalam melanggar tindakan hukum, antara lain :
1. Menerima sogok / suap
2. Korupsi, dan
3. Tata buku yang tidak benar
4. Patologi yang dimanifestasikan dalam perilaku para birokrasi yang bersifat
disfungsional / negative, yaitu bertindak sewenang-wenang dan melalaikan
tugas.
5. Patologi yang merupakan akibat situasi internal dalam berbagai analisis
dalam lingkungan pemerintahan.
Pemahaman patologi birokrasi secara tepat memerlukan analisis mendalam
mengenai konfigurasi birokrasi tersebut yang akan terlihat dalam berbagai situasi
internal yang dapat berakibat negatif terhadap birokrasi yang bersangkutan, antara
lain :
1. penempatan tujuan dan sasaran yang tidak tepat
2. eksploitasi
3. tidak tanggap
4. motivasi yang tidak tepat
5. kekuasaan kepemimpinan
6. beban kerja yang terlalu berat
7. perubahan sikap yang mendadak.
a. Faktor budaya
b. Faktor individu
d. Faktor politik
Paradigma Birokrasi
Paradigma PascaBirokrasi
Michael Barzeley menggunakan istilah post-bureaucratic paradigm untuk
menggambarkan perubahan dri model birokrasi tradisional menuju manajemen
publik modern. Karakteristik konsep manajemen publik modern menurut Barzelay
adalah:
1. Pergeseran dari kepentingan publik menjadi focus pada hasil dan citizen’s
value.
2. Pergeseran dari efisiensi menjadi focus pada kualitas dan value.
3. Pergeseran dari administrasi menjadi produksi pelayanan.
4. Pergeseran dari ketaatan pada aturan (norma) ke focus pada pengendalian.
5. Pergeseran dari enentuan fungsi, otoritas, dan struktur menjadi focus pada
misi, pelayanan pelanggan, dan outcomes.
6. Pergeseran dari pertimbanagan biaya menjadi fokus pada pemberian nilai.
7. Pergeseran dari memaksakan tanggung jawab menjadi membangun tanggung
jawab.
8. Pergeseran dari mengikuti aturan dan prosedur menjadi berfokus pada
pemahaman dan penerapan norma, identifikasi dan penyelesaian masalah, serta
perbaikan proses secara berkelanjutan.
9. Pergeseran dari pemenuhan sistem administratif menjadi fokus pada pelayanan
dan pengendalian, memperluas ilihan publik, mendorong tindakan kolektif,
pemberian insentif, pengukuran dan analisia hasil kerja.
D. Fungsi birokrasi menurut Tjokrowinoto menyatakan ada 4 yaitu :
D. Politik
1. Pengertian Politik
Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda,
yaitu antara lain:
Kedua: pada kutub yang lain, keadaan ketika negara mengalami disintegrasi, dan
kekuasaan sedang bergeser kepada organisasi ekstra negara yang berbasis suka
rela dan massal, seperti halnya dalam studi revolusi.
Dalam perspektif modernisasi, model negara pasca kolonial memiliki dua varian.
Pada masa orde baru, sistem politik didominasi atau bahkan dihegemoni
oleh Golkar dan ABRI. Kedua kekuatan ini telah menciptakankehidupan politik
yang tidak sehat. Hal itu bisa dilihat adanya hegemonic partysystem diistilahkan
oleh Afan Gaffar (1999). Sedangkan menurut William Liddle,kekuasaan orde baru
terdiri dari (1) kantor kepresidenan yang kuat, (2) militer yang aktif berpolitik, dan (3)
birokrasi sebagai pusat pengambilan kebijakan yang tepat.
4) Birokrasi Pada Masa Orde Baru
6) Reformasi Birokrasi
A. Geografi Politik
Dari geografi politik ini. Sebagian besar dari manusia adalah tipe orang
yang yang menyukai belajar berbagai bidang keilmuwan secara umum.
Namun, sebagian lagi merupakan tipe orang yang menyukai memperdalam
suatu bidang keilmuwan agar lebih fokus. Jika kita mengetahui benar tentang
macam- macam bidang keilmuwan yang dipelajari di dunia ini, maka kita
akan menemukan banyak sekali bidang keilmuwan tersebut. Salah satu
bidang keilmuwan yang dipalajari di dalam dunia pendidikan adalah ilmu
Geopolitik.
Geografi politik sendiri merupakan satu cabang ilmu yang masih
berhubungan dengan cabang keilmuwan besar, yakni Ilmu Sosial. Dimana ini
dapat dilihat dari namanya. Geopolitik ini seperti gabungan dari dua kata
yang tidak asing di telinga kita, yakni “geo” + “politik”. “Geo” juga dipakai
dalam beberapa cabang keilmuwan, yakni geografi, geologi, geodesi, dan
sebagainya. Dimana “Geo” ini mempunyai arti sebagai “Bumi”. Semnata
“Politik” kita sering mendengarnya berkaitan dengan pemerintahan. Pada
kesempatan ini kita akan membahas mengenai pengertian dari geopolitik
menurut para ahli serta beberapa orang yang mempelopori teori
Geopolitik ini berasal dari kata geo dan politik. “Geo” sendiri
mempunyai arti bumi, sementara politik berasal dari bahasa Yunani yakni
“politeia”. “Poli” yang mempunyai arti sebagai kesatuan masyarakat yang
berdiri sendiri atau independent. Sementara “teia” mempunyai arti yakni
urusan. Sementara itu, jika kita melirik ke bahasa Inggris yang menjadi
Bahasa Internasional, “politics” mempunyai arti sebagai yakni suatu
rangkaian asas atau prinsip, keadaan, cara, dan juga alat yang digunakan
untuk mencapai suatu tujuan tertentu. semendata di dalam Bahasa Indonesia
sendiri, “politik” mempunyai arti kepentingan umum warga negara pada
suatu bangsa. Lebih sempit lagi, politik ini mempunyai arti sebagai suatu
rangkaian asas, prinsip, keadaan, jalan atau cara, dan juga alat yang
digunakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang seseorang tuju.
Geopolitik ini biasa juga disebut dengan wawasan nusantara.
Pendapat dari Karl Houshiffer mengenai geopolitik ini juga disebut atau dikenal
dengan Teori Ekspansionisme. Karl Houshoffer dalam teori ekspansionismenya
mengajarkan paham geopolitik ini sebagai ajaran ekspansionisme dalam bentuk
politik geografi yang mempunyai titik berat pada persoalan- persoalan strategi
perbatasan, ruang hidup dari bangsa dan juga tekanan rasial, ekonomi dan sosial
sebagai faktor yang mengharuskan pembagian baru kekayaan di dunia. Pandangan
Karl Haushofer ini berkembang di Jerman di bawah kekuasaan Adolf Hitler, juga
dikembangkan ke Jepang dalam ajaran Hako Ichiu yang dilandasi oleh semangat
militerisme dan juga fasisme. Pokok- pokok dari teori Haushofer ini pada
dasarnya menganut teori Kjellen yang sudah dibahas sebelumnya.
Pendapat dari kedua ahli tersebut sering dikenal sebagai wawasan bahari. Teori
Raleigh dan Mahan ini pada dasarnya merupakan teori kekuatan lautan atau
kekuatan bahari. Mereka mengatakan bahwa siapa saja yang menguasai lautan
akan menguasai jalur perdagangan dunia, yang berarti menguasai kekuatan
kekuatan dunia sehingga akhirnya akan dapat mengusai dunia. Barang siapa
menguasai lautan akan dapat menguasai perdagangan. Dan menguasai
perdagangan berarti menguasai kekayaan dunia, dan pada akhirnya kan menguasai
dunia.
5. Menurut Hagget
Geopolitik atau Geografi politik menurut Hagget merupakan suatu cabang cabang
ilmu geografi manusia yang bidang kajiannya adalah aspek keruangan
pemerintahan atau kenegaraan yang meliputi hubungan regional, hubungan
internasional, dan juga pemerintahan atau kenegaraan dipermukaan bumi.
Menurut Hagget ini, dalam geografi politik lingkungan geografi dijadikan suatu
dasar perkembangan dan juga hubungan kenegaraan. Hagget juga menyatakan
bahwa bidang kajian geografi politik ini relatif luas, seperti aspek keruangan,
aspek politik, aspek hubungan regional hingga internasional.
Rudolf Kjellen adalah seorang ilmuwan politik yag berasal dari Swedia pada masa
awal abad ke-20. Menurut Rudolf Kjellen, geopolitik adalah suatu seni dan juga
praktek penggunaan kekuasaan politik atas suatu wilayah tertentu. menurut cara
pandang tradisional, istilah ini hanya diterapkan terutama terhadap dampak
geografi pada politik, namun perlahan- lahan penggunaannya telah berkembang
selama abad ke abad, yakni mencakup konotasi yang lebih luas. Bagi kalangan
akademisi, studi tentang geopolitik akan melibatkan analisis geografi, sejarah dan
juga ilmu sosial dengan mengacu pada tata ruang politik dan pola pada berbagai
skala, mulai dari tingkat negara sampai dengan tingkat internasional.
Menurut Sukma Perdana, S.Pd., M.T. (Tanpa tahun), jika politik diartikan
sebagai pendistribusian kekuasaan (power) serta kewenangan (rights) dan
tanggung jawab (responsibilities) dalam kerangka mencapai tujuan politik
(nasional), maka geografi politik berupaya mencari hubungan antara konstelasi
geografi dengan pendistribusian tersebut di atas. Hal ini disebabkan karena
bagaimanapun juga pendistribusian itu harus ditebarkan pada hamparan geografi
yang memiliki ciri-ciri ataupun watak yang tidak homogen di seluruh wilayah
negara.
Geografi politik dapat didefinisikan sebagai studi perbedaan-perbedaan
dan persamaan areal dilihat berdasarkan karakter politik sebagai bagian dari
semua hubungan perbedaan-perbedaan dan persamaan areal yang ada. (Harshorne,
1954:178 ; Prescott, 1972:1 dalam Sri Hayati, Jurnal Online “Pengantar Geografi
Politik: Perkembangan Teori Geografi Politik, Tokoh, Pendekatan, Siklus, dan
Perkembangan Negara”)
Menurut Taylor 2000:783 Geografi Politik (political geography) yang
menekankan bahwa teritorial ditafsirkan sebagai hubungan mendasar antara
kedaulatan negara dengan tanah air nasional yang terletak di jantung legitimasi
dan praktik negara modern. Dimana hasilnya adalah analisis-analisis atas wilayah,
kekuasaan dengan ruang yang terfokus yang berpusat pada Negara.
Menurut Friederich Ratzel Geografi Politik menekankan kepada
hubungan antara faktor fisis geografis dengan ras – ras di masing – masing negeri
dan bentuk pemerintahannya ditentkan oleh alam. Paham Fisis Determinis.
Menurut Otto Maul Geografi Politik adalah ajaran mengenai bentang
alam sebagai ruang hidup politik dimana kehidupan negara berlangsung.
Menurut Daniel Sihasale S.Pd,M.Si (2010), geopolitik dimaknai sebagai
ilmu penyelenggaraan negara yang setiap kebijakannya dikaitkan dengan
masalah-masalah geografi wilayah atau tempat tinggal suatu bangsa.
Menurut Sukma Perdana, S.Pd., M.T. (Tanpa tahun), geopolitik
merupakan pengembangan dari Geografi Politik, dimana negara dipandang
sebagai satu organisasi hidup yang berevolusi secara spatial dalam kerangka
memenuhi kebutuhan masyarakat bangsanya atau tuntutan kebutuhan akan
Lebensraum.Lebensraum (ruang hidup) yang secara eksplisit dikaitkan dengan
perkembangan budaya bangsa teritorial dengan perluasan,
Haushofer dalam Sukma Perdana, S.Pd., M.T., dalam artikelnya
“Konsepsi Geopolitik”, menamakan Geopolitik sebagai satu science of the
state yang mencakup bidang-bidang politik, geografi (ruang), ekonomi, sosiologi,
antropologi, sejarah dan hukum dan pertama kali diuraikan dalam bukunya yang
terkenal ’Macht und Erde’ (kekuasaan/power dan dunia).
Menurut Richard Hennig GeoPolitik merupakan ajaran tentang kekuatan
– kekuatan politik didalam keterkaitan kepada bumi dan penerapannya dimasa
mendatang sehubungan dari hasil yang didapat dari study yang dilakukan oleh
Geografi Politik.
Persamaan Geopolitik dan Geografi Politik
a. Adapun persamaannya berada pada lokus (batas atau tempat batasan)
wilayah tertentu. (Heri Mohamad Tohari S. Fil, 2010).
b. Geografi Politik dan Geopolitik sama mengkaji tata ruang di Bumi pada
suatu Negara.
c. sebagai dasar perkembangan suatu negara dan hubungan kenegaraan
1. FAKTOR BUDAYA
Budaya sebagai pendukung birokrasi dapat diurai berupa :
Budaya dan perilaku koruptif yang sudah terlembaga (uang
administrasiatau uang pelicin)
Budaya sungkan dan tidak enak dari sisi masyarakat
Masyarakat harus menanggung biaya ganda karena zero sum game
Internalisasi budaya dalam mekanisme informal yang profesional
2. FAKTOR INDIVIDU
Individu sebagai salah satu faktor yang mempengeruhi birokrasi karena :
Perilaku individu sangat bersifat unik dan tergantung pada mentalitas dan
moralitas
Perilaku individu juga terkait dengan kesempatan yang dimiliki seseorang
yang memiliki jabatan dan otoritas
Perilaku opportunistik hidup subur dalam sebuah sistem yang korup
Individu yang jujur seringkali dianggap menyimpang dan tidak mendapat
tempat
3. FAKTOR ORGANISASI DAN MANAJEMEN
Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang
industrialis Perancis bernama Henry Fayol pada awal abad ke-2. Ketika itu, ia
menyebutkan lima fungsi manajemen, yaitu merancang, mengorganisir,
memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi
tersebut telah diringkas menjadi tiga, yaitu:
1. Perencanaan (planning) adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan
dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan
tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi
tujuan itu. Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum
mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih
cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan.
Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen
karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan.
2. Pengorganisasian (organizing) dilakukan dengan tujuan membagi suatu
kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil.
Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan
dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas yang
telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara
menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus
mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa
yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, dan pada tingkatan mana
keputusan harus diambil.
3. Pengarahan (directing) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar
semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan
perencanaan manajerial dan usaha.
4. FAKTOR POLITIK
Budaya politik sangat mempengaruhi gayaâ dari para birokrat publik
dalam menjalankan fungsinya. Budaya menentukan definisi posisi seorang
birokrat terhadap konsumen publiknya. Apakah posisi mereka sebagai pelayanân
atau yang dilayaniâ, di antaranya dapat kita telusuri dalam konteks budaya politik
ini. Budaya politik ini mempengaruhi para pejabat public dalam melakukan
kegiatan birokrasi mereka. Selain itu, dari sisi warganegara, budaya politik pun
turut memainkan peran dalam menentukan posisi mereka tatkala berhadapan
dengan lembaga-lembaga politik di Negara mereka.
.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Birokrasi dan politik adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan.
Diantara keduanya saling mempengaruhi baik bersama menuju kebaikan
maupun menuju ketidakbaikan. Wajah birokrasi yang tampak terkadang
tergantung dari wajah politiknya. Karena birokrasi merupakan
implementasi dari kebijakan-kebijakan politik. Birokrasi menuntut
keteraturan sedangkan politik malah berlaku sebaliknya, namun diantara
keduanya saling bersinergi membentuk satu kesatuan yang padu.
Dinamika diantara keduanya terjadi saat kondisi diman birokrasi
tidak sejalan dengan politik. Terdapat pemisahan ranah gerak antara
birokrasi dan politik, ranah-ranah tersebut anatara lain dimensi Internal-
formal, Internal-Informal, Eksternal Formal dan eksternal-Informal. Jadi
pada intinya keduanya dapat bergerak secara berkesinambungan dalam
berbagai dimensi. Namun patut untuk dipahami bahwa dimensi-dimensi
tersebut hanya berlaku dalam tataran sisitem, diluar itu masih banyak
actor-aktor yang mewarnai kondisi keduanya. Aktor-aktor itulah yang
menentukan warna dan arah gerak antara birokrasi dan Politik.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini kami dari kelompok 3 hanya
membaca literature yang tersedia di internet dan dalam hal ini tidak
menutup kemungkinan terdapat banyak kesalahan baik itu penulisan
maupun bahasa di makalah ini oleh karena itu kami meminta dari pembaca
agar bijak dalam membaca. Dan memperbanyak membaca literature lain.
DAFTAR PUSTAKA