Anda di halaman 1dari 18

KARYA ILMIAH

PERAN PENDIDIKAN DALAM MENGATASI PERGAULAN BEBAS


PADA USIA REMAJA DI DUSUN MELATI DESA PEMANA

NAMA : DIAN PUSPAYANTI

NIS/NISN :-

KELAS : XII MIPA 3

PROGRAM : ILMU ALAM

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 MAUMERE

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas
rahmat dan hidayah-Nya, penulis bisa menyelesaikan karya ilmiah yang
berjudul " peran pendidikan dalam mengatasi pergaulan bebas pada usia
remaja di dusun melati desa pemana”.

Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada guru


Pembimbing saya Ibu Alberta, Kakak saya Haksyah Zain, Indra Gandi,
Almawati dan teman-teman yang telah membantu penulis dalam
mengerjakan karya ilmiah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada teman-teman yang telah berkontribusi dalam pembuatan karya
ilmiah ini.

Penulis menyadari ada kekurangan pada karya ilmiah ini. Oleh sebab
itu, saran dan kritik senantiasa diharapkan demi perbaikan karya penulis.
Penulis juga berharap semoga karya ilmiah ini mampu memberikan
pengetahuan tentang peran pendidikan dalam mengatasi pergaulan bebas.

Maumere,
Desember, 2021

Penulis

.
ABSTRAK

Pergaulan Bebas di usia remaja saat ini semakin menunjukkan


peningkatan yang sangat mengkhawatirkan. Peneltian ini mengkaji tentang
peran pendidikan dalam mengatasi pergaulan bebas di usia remaja. Dengan
pendidikan maka akan tercipta pembentukan karakter. Dengan karakter
remaja akan membawa dirinya untuk melakukan sesuatu yang benar dan
tidak melakukan sesuatu yang tidak benar. Karakter inilah yang menjadi
penentu mampu atau tidaknya remaja untuk menyesuaikan diri dengan
keragaman situasi yang dihadapinya, terutama untuk menghindari
pergaulan bebas.
Kata Kunci: Pergaulan Bebas, Peran Pendidikan.

Free association at the age of teenagers is now increasingly


showing a very worrying increase. This research examines the role of
education in overcoming promiscuity in adolescence. With education,
character formation will be created. With the character of a teenager will
lead him to do something right and not do something that is not right. It is
this character that determines whether or not teenagers are able to adapt to
the diversity of situations they face, especially to avoid promiscuity.
Keywords: Free Association, Role of Education.
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, atau
biasa disebut juga upaya mengembangkan kemampuan diri. Pendidikan
harus mampu mengembangkan kepribadian sisiwa/siswi menuju arah
kedewasaan. Agar dapat melaksanakan kegiatan pembinaan karakter
tersebut tenaga pendidik atau guru harus melakukan pendekatan secara
individu terhadap mereka sehingga apa yang dilakukan dapat berjalan
dengan lancar. Pembinaan karakter secara individu yang dimaksud adalah
pembinaan yang khusus dan bersifat pribadi. Pembinaan ini tidak
menuntut waktu dan saran yang khusus. Kegiatan ini dilakukan dimana
saja dan kapan saja. Hal ini penting untuk menolong seseorang dari
keterpurukan pribadinya. Karena setiap individu tidak memiliki latar
belakang, masalah atau kepribadian yang sama, maka pendekatan secara
individu merupakan cara yang tepat.
Belakangan ini pergaulan bebas pada usia remaja mejadi
permasalahan pokok yang terus timbul dikalangan masyarakat Dusun
Melati. Akibat dari pergaulan bebas pada usia remaja menimbulkan
banyak sekali masalah-masalah. Seperti masalah dalam keluarga, masalah
sosial, kehamilan diluar nikah, turunnya prestasi anak di sekolah dan
masalah-masalah lainnya. Nampaknya masih banyak orang-orang yang
mengabaikan masalah pergaulan bebas pada usia remaja saat ini. Sehingga
dampak dari pembiaran tersebut bermuara pada membudayanya pergaulan
bebas pada usia remaja. Oleh karena itu peneliti memilih judul peran
pendidikan dalam mengatasi pergaulan bebas pada usia remaja penting
untuk dilakukan.
Alasan saya memilih judul ini adalah karena seperti yang kita tahu
bahwa pergaulan bebas merupakan masalah yang sangat penting untuk di
analisis. Mengingat bahwa remaja adalah salah satu generasi muda yang
nantinya akan menjadi penerus dan kemudian akan mengisi kemerdakaan
Indonesia dengan hal-hal yang dapat memberikan manfaat baik terhadap
Indonesia, maka dengan mengangkat judul ini diharapkan agar pendidikan
dapat mampu mengatasi masalah pergaulan bebas dan mampu mencetak
generasi yang memiliki potensi dan bermoral.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan beberapa rumusan
masalah sebagai pembatasan dalam pembahasan pada karya tulis ilmiah
ini, diantarannya:
1. Masalah apa yang menimbulkan terjadinya pergaulan bebas di usia
remaja?
2. Bagaimana pendidikan dapat berperan penting dalam mengatasi
pergaulan bebas di usia remaja?
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini
dilakukan adalah untuk:
1. Dapat mengetahui faktor yang menjadi masalah timbulnya pergaulan
bebas diusia remaja
2. Dapat mengetahui cara pendidikan dalam mengatasi pergaulan bebas
diusia remaja
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan agar dapat memiliki beberapa manfaat yang
dapat membantu penulis maupun masyarakat sekitar dusun penelitian,
seperti:
1. Membantu penulis untuk menyelesaikan salah satu syarat kelulusan
ditingkat SMA.
2. Menyadarkan masyarakat khsusunya guru dan orang tua akan bahaya
pergaulan bebas di usia remaja.
3. Membantu masyarakat khususnya guru dan orang tua untuk menangani
masalah pergaulan bebas diusia remaja serta mencegah terjadinya
pergaulan bebas diusia remaja.

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Pergaulan Bebas


Pergaulan bebas adalah salah satu bentuk perilaku menyimpang yang
mana “Bebas” yang dimaksud adalah melewati batas norma-norma.
Pergaulan bebas bukan hal yang tabu lagi dalam kehidupan masyarakat,
tanpa melihat tingkat usia kata pergaulan bebas sudah sangat popular,
artinya ketika masyarakat mendengar kata pergaulan bebas maka arah
pemikirannya adalah tindakan yang terjadi di luar hukum yang
bertentangan terutama bagi aturan agama
Pergaulan bebas adalah tindakan atau sikap yang dilakukan oleh
individu atau kelompok dengan tidak di kendalikan dan tidak dibatasi oleh
aturan-aturan hukum yang berlaku dalam masyarakat. Pergaulan bebas
dalam pemahaman sehari-hari identik dengan perilaku yang dapat merusak
tatanan nilai dalam masyarakat. Berikut ini adalah pengertian pergaulan
bebas menurut para ahli yaitu:
1. Katono.
Pergaulan bebas merupakan gejala patologis sosisal pada remaja yang
disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, mengembangkan
perilaku yang menyimpang
2. Santrock
Pergaulan bebas adalah kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang
tidak dapat di terima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal
3. B. simanjuntak
Pergaulan bebas adalah sebuah proses interaksi antara seorang dengan
orang lain tanpa mengikatkan diri pada aturan-aturan baik undang-
undang maupun hukum agama serta kebiasaan.
4. Gunarsa (2004)
Pergaulan bebas yaitu sebagai pergaulan yang luas antara pemuda dan
pemudi. Tidak terlampau menekankan pengelompokan yang luas
antara dua orang saja, namun antara tidak sedikit muda-mudi.
5. Your Dictionary.
Definisi pergaluan bebas yakni kurangnya arti diskriminasi dalam
urusan seksualitas atau hubungan seks bebas sehingga situasi ini
dirasakan sebagai salah satu format ancaman bila dilaksanakan secara
berlebihan.
Dari pengertian diatas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa
pergaulan bebas menjadi suatu gejala sosial yang perlu di waspadai oleh
masyarakat. Terutama bagi setiap orang tua perlu memberikan pendidikan
serta pengajaran kepada anak agar nantinya tidak terjerumus dalam
masalah pergaulan bebas. Dengan begitu, dapat kita katakan bahwa
kurangnya perhatian orang tua adalah menjadi salah satu hal yang
menyebabkan timbulnya pergaulan bebas. Bukan hanya itu, ada beberapa
fakor yang menjadi penyebab pergaulan bebas, yaitu:
a. Rendahnya tingkat pendidikan dalam keluarga.
Salah satu faktor utama penyebab anak mengalami pergaulan bebas
adalah minimnya tingkat pendidikan dalam keluarga. Orang tua yang
seharusnya menjadi madrasah pertama seorang anak harus memberikan
pendidikan didalam keluarga. Ketika orang tua tidak melakukan
tanggung jawab penuh dalam artian melakukan pengawasan secara
intens maka orang tua memberikan peluang terjerumusnya anak ke
dalam pergaulan bebas. Contohnya, ketika orang tua memberikan izin
kepada anak untuk berpacaran, akan tetapi orang tua tidak melakukan
pengawasan.
b. Ekonomi keluarga.
Faktor kedua yang menyebabkan terjadinya pergaulan bebas adalah
ketika rendahnya ekonomi keluarga. Hal ini sudah menjadi barang tentu
bahwa akan membuat anak putus sekolah karena ekonomi yang rendah.
Dibarengi dengan keluarga yang tidak mendukung dan tidak berusaha.
Akibatnya kurangnya ilmu dan pendidikan. Sehingga anak tanpa sadar
terjerumus dalam pergaulan bebas.
c. Kondisi lingkungan.
Memperhatikan kondisi lingkungan juga sangat penting untuk
pergaulan anak. Terkadang anak bisa terjerumus karena kondisi
lingkungan yang kurang baik. Oleh karena itu orang tua perlu
memperhatikan dan mengingatkan mana lingkungan yang baik dan
mana lingkungan yang buruk kepada anak.
d. Penyalahgunaan internet.
Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya pergulan bebas adalah
menyalah gunakan internet. Internet yang seharusnya digunakan
sebagai sumber informasi untuk menunjang belajar anak akan tetapi
disalahgunakan untuk hal-hal yang berbaur negatif.
B. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan
kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke
generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Dengan
adanya pendidikan maka seseorang dapat memiliki kecerdasan, akhlak
mulia, kepribadian, kekuatan spiritual, dan keterampilan yang bermanfaat
bagi diri sendiri dan masyarakat.
Dalam bahasa inggris, pendidikan di sebut dengan education dimana
secara etimologis kata tersebut berasal dari bahasa latin, yaitu Eductum.
Kata Eductum terdiri dari dua kata yaitu E yang artinya perkembangan
dari dalam keluar, dan Duco yang artinya sedang berkembang. Sehingga
secara etimologis arti pendidikan adalah proses mengembangkan
kemampuan diri sendiri dan kekuatan individu. Jadi secara singkat
pengertian pendidikan adalah suatu proses pembelajaran kepada peserta
didik agar memiliki pemahaman terhadap sesuatu dan membuatnya
menjadi seorang manusia yang kritis dalam berpikir.
Berikut ini adalah pengertian pendidikan menurut UU dan para ahli yaitu:
1. Menurut UU SISIDIKNAS No.20 tahun 2003, pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memilii kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
2. Menurut Prof. H. Mahmud Yunus dan Martinus Jan Langeveld
mengatakan pendidikan adalah suatu usaha yang dengan sengaja
dipilih untuk mempengaruhi dan membantu anak yang bertujuan
meningkatkan ilmu pengetahuan, jasmani dan akhlak sehingga secara
perlahan bisa mengntarkan anak kepada rujuan dan cita-citanya yang
paling tinggi. Agar anak tersebut memperoleh kehidupan yang bahagia
dan apa yang dilakukannya dapat bermnaat baggi dirinya sendiri,
masyarakat, bangsa, negara dan agamanya.
3. Menurut H. Horne, pendidikan adalah proses yang terus menerus
(abadi) dari penyesuaian yang lebiih tinggi bagi makhluk manusia
yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar
kepada tuhan, seperti termanifestasi (terwujud) dalam alam sekitar
intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia. Setiap negate
maju tidak akan terlepas dari dunia pemdidikan. Semakin tinggi
kualitas suatu negara, maka semakin tinggi pula kualitas sumber daya
manusia yang dapat memajukan dan mengharumkan negaranya.
4. Ki Hajar Dewantara sebagai bapak pendidikan nasional Indonesia
mengatakan pendidikan tersebut adalah merupakan tuntutan didalam
hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksud daro pendidikan yaitu
menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak tersebut agar mereka
dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
5. Menurut Heidjrachman dan Husnah pendidikan adalah suatu kegiatan
untuk meningkatkan pengetahuan umum seseorang termasuk didalam
peningkatan penguasaan teori dan keterampilan, memutuskan dan
mencari solusi atas persoalan-persoalan yang menyangkut kegiatan
didalam mencapai tujuannya, baik itu persoalan dalam dunia
pendidikan ataupun kehidupan sehari-hari.
Dari pengertian di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa
pendidikan sangat berperan penting untuk pengebangan diri seseorang
untuk mencapai kesejahteraan negara, bangsa, dan agamanya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan waktu penelitian
Pemilihan dan penetapan lokasi penelitian ini adalah di Desa
Pemana tepatnya di Dusun Melati Kecamatan Alok Kabupaten Sikka dan
waktu penelitian ini dilaksanakan mulai dari pengajuan judul penelitian
yaitu pada tanggal 10 September 2021 sampai dengan 10 Januari 2022.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan
deskrptif kualitatif.
C. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa
pemberian angket yang berisi pertanyaan tentang peran pendidikan dalam
mengatasi pergaulan bebas pada usia remaja di Dusun Melati Desa
Pemana dan hasil angket beberapa remaja di Dusun Melati.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
berupa angket. Angket adalah teknik pengumpulan data melalui formulir-
formulir yang berisi pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada
seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban.
E. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, strategi analisis yang digunakan oleh peneliti
adalah dengan menggunakan analisis interaktif. Analisis ini dilakukan
bersamaan dengan proses pengumpulan data dilokasi penelitian. Data yang
sudah diperoleh kemudian diolah dan dianalisis dengan metode deskriptif,
metode ini bertujuan untuk memperoleh gambaran atau lukisan secara
sistematis faktual, dan akurat. Mengenai pergaulan bebas pada usia remaja
di Dusun Melati Desa Pemana
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Faktor-Faktor yang Menyebabkan terjadinya Pergaulan Bebas
Dari hasil penelitian yang dilakukan, penulis menemukan beberapa
faktor yang menjadi pemicu timbulnya bergaulan bebas di usia remaja
khususnya di Dusun Melari Desa Pemana. Adapun factor-faktor yang
menyebabkan terjadinya pergaulan bebas di Dusun Melati yaitu:
a. Tingkat Pendidikan Keluarga yang Relatif Rendah
Salah satu faktor yang menjadi penyebab terjadinya pergaulan
bebas adalah tingkat pendidikan dilingkungan keluarga yang
relatif rendah. Hal ini akan membuat anak-anak lebih leluasa
dalam bergaul tanpa memandang siapa yang dia temani
bergaul.
b. Kondisi Lingkungan yang Cenderung kurang baik
Kondisi lingkungan yang kurang baik juga akan memicu
sesorang untuk bertingkah laku sesuai dengan kebiasaan yang
sering kali dilakukan di lngkungan tersebut. Kondisi
lingkungan sangat berpengaruh pada pembentukan pola
kebiasan seseorang.
c. Kurangnya Tingkat Kesadaran pada Kaum Remaja
Kurangnya kesadaran pada remaja akan menjadikan mereka
mudah terjerumus dalam lingkaran pergaulan bebas.
Dari penjelasan diatas kita dapat mengetahui faktor-faktor yang
menjadi penyebab terjadinya pergaulan bebas di Dusun Melati Desa
Pemana. Itu membuktikan bahwa remaja di Desa Pemana Khsusnya di
Dusun Melati mengalami penurunan kadar kualitas moral sehingga
banyak remaja yang terjerumus pada pergaulan bebas.
Remaja yang merupakan salah satu ujung tombak untuk
membangun peradaban bangsa yang memiliki andil besar dalam
menentukan arah dan tujuan bangsa perlu menyadari peranannya
sebagai seorang remaja. Terjerumusnya remaja pada pergulan bebas
itu dikarenakan kurangnya pemahaman akan perananya sebagai
seorang remaja yang harus terus menuntut ilmu guna memberikan hal-
hal yang positif pada lingkungan masyarakat.
2. Peran Pendidikan Dalam Mengatasi Pergaulan Bebas
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan
kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke
generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.
Oleh karena itu pendidikan merupakan salah satu hal yang di harapkan
mampu mengatasi pergaulan bebas khsusunya pada remaja. Dalam
perkembangannya istilah pendidikan berarti pertolongan yang
diberikanoleh orang dewasa untuk anak-anak agar ia menjadi dewasa.
Salah satu isu penting pendidikan yang sering di kaji dari berbagai
sudut pandang adalah pembentukan karakter. Karakter merupakan
wadah dari berbagai karakteristik psikologis yang membimbing remaja
untuk dapat menyesuaikan diri dengan variasi lingkungan yang
dihadapi serta untuk menghindari pergaulan bebas. Dengan kata lain
karakter akan memimpin diri untuk mengerjakan sesuatu yang benar
dan tidak mengerjakan sesuatu yang tidak benar. Karakter inilah
menjadi penentu apakah remaja mampu atau tidak menyesuaikan diri
dengan keanekaragaman situasi yang dihadapinya terutama untuk
mengindari pergaulan bebas.
Pendidikan yang merangsang perkembangan karakter anak remaja
pada intinya berisi tentang kajian yang berkenaan dengan norma dan
nilai yang bermuara pada pembentukan moral. Pendidikan karakter
adalah suatu system pendidikan dengan penanaman nila-nilai yang
sesuai dengan budaya bangsa dengan komponen aspek pengetahaun
(kognitif), sikap perasaan, dan tindakan, baik terhadap tuhan yang
maha esa baik untuk dirinya sendiri, masyarakat dan bangsa.
Dalam proses pembentukan karakter pada remaja kita perlu
mengtahui beberapa sumber yang menjadi pembentuk karakter pada
anak usia remaja, yaitu:

1. Keluarga
Faktor keluarga diyakini sebagai faktor yang paling utama
berpengaruh pada anak usia remaja. Melalui aktivitas
pengasuhan yang terlihat dari cara yang dipilih orangtua dalam
mendidik anak, anak remaja akan tumbuh dan berkembang
dari pengalaman yang didapatnya. Studi-studi menemukan
bahwa hubungan yang hangat dan saling mendukung dalam
keluarga berhubungan dengan pembentukan karakter yang
positif pada anak usia remaja. Sebaliknya hubungan antara
orangtua dan anakusia remaja yang penuh dengan konflik dan
sikap kekerasan berhubungan dengan kemunculan masalah-
masalah psikologis pada masa selanjutnya.
Kedudukan orang tua yakni ibu dan bapak peranannya
sangat strategis dalam membina dan mengembangkan potensi-
potensi yang ada pada diri setiap anak–anaknya, sebelum anak-
anak itu memasuki atau melanjutkan kejenjang pendidikan
formal. Di samping itu pula ia juga sebagai motivator untuk
mengarahkan anak-anaknya agar dalam berbuat dan bertindak
beorientasi kepada sipat yang konstruktif, penuh kebahagiaan
terlepas dari tindakan dan perbuatan yang distruktif. Keluarga
yang baik akan berpengaruh positif bagi perkembangan anak,
sedangkan keluarga yang jelek akan berpengaruh negatif.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa kedudukan orang
tua juga berpengaruh pada tingkah laku anak-anaknya. Apa
yang diperbuat oleh orang tuanya pasti akan diikuti oleh anak-
anaknya pula. Situasi keluarga sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan. kepribadian seorang anak. Suami dan istri yang
hidup rukun atau yang selalu cekcok dalam rumah tangga yang
dilihat dan didengar anaksetiap hari, pasti mempengaruhi
seluruh kehidupannya.

2. Institusi prasekolah (pendidik)


Institusi pendidikan prasekolah merupakan tempat anak-
anak belajar mengembangkan berbagai macam aspek
perkembangan yang ada pada dirinya, yang salah satunya
adalah mengembangkan kemandirian. Perlu disadari bahwa
hasil yang diharapkan dari institusi prasekolah bagi anak-anak
adalah tidak sekedar menyediakan tempat bermain. Satu hal
yang juga diharapkan adalah proses internalisasi nilai yang
menuju kepada kemampuan mengurus dirinya sendiri (self-help
skill) atau yang dikenal dengan istilah kemampuan
otonomi.Sejalan dengan ciri khas periode ini sebagai sebuah
masa bermain, hampir seluruh kegiatan pada usia prasekolah
perlu melibatkan unsur bermain. Melalui kegiatan bemain anak
belajar mengembangkan kemampuan untuk mengolah diri dan
teman bermain dalam konteks interaksi sosial. Dalam proses
pembelajaran di insitusi prasekolah, yang harus dilakukan
pendidik adalah memberikan lingkungan dan stimulasi yang
cocok untuk memenuhi kebutuhan anak didik sesuai dengan
karakteristik perkembangannya. Walaupun anak memiliki
keunikan masing-masing disertai latar belakang yang berbeda,
pendidik perlu memberikan metode pembelajaran yang variatif,
sehingga suasana belajar menjadi “hidup”. Hal ini juga untuk
menfasilitasi setiap perbedaan yang ada pada anak. Dengan
landasan pemikiran tersebut pendidik harus mendasarkan diri
pada suatu pedoman pendidikan yang tepat untuk anak didik.
3. Teman Sebaya
Melalui interaksi sosial, anak akan belajar berbagi,
bergantian, mengendalikan dan menyelesaikan konflik, serta
menjaga dan mempertahankan hubungan. Pada anak usia dini,
semakin banyak berinteraksi sosial, maka hubungan timbal
balik akan terjadi sehingga secara psikologis kemampuan
sosialisasi semakin terasah. Interaksi teman sebaya merupakan
pusat sosialisasi pada masa kanak-kanak.
Dalam konteks berinteraksi dengan teman sebaya, anak
dapat memperoleh kesempatan untuk menguji adanya
perbedaan ide, belajar untuk bernegosiasi dan mendiskusikan
sudut pandang yang banyak, serta untuk memutuskan
berkompromi atau menolak gagasan dari teman sebaya.
Pengalaman interaksi dengan teman sebaya ini diyakini
menghasilkan perkembangan yang positif dan adaptif untuk
anak, seperti kemampuan memahami pemikiran, emosi dan
tujuan orang lain.
4. Media Sosial
Komunitas tidak saja berarti masyarakat saja yang berperan
dalam pembentukan perilaku, tetapi juga termasuk eksposur
media. Melalui Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa
media berperan dalam pembentukan perilaku agresif pada
anak-anak. Sebagai pengendali, orangtua dan pendidik harus
bersikap kritis terhadap tayangan-tayangan yang merusak
moral anak. Mengkritisi setiap tayangan yang ditonton, akan
membentuk berfikir kritis pada anak. Secara berproses, bila
pengertian terus diberikan, maka anak akan menyeleksi sendiri
tontonan apa yang baik untuk dirinya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Salah satu tujuan pendidikan adalah pembentukan karakter pada
anak usia remaja. Karakter merupakan wadah dari berbagai
karakteristik psikologis yang membimbing anak remaja untuk dapat
menyesuaikan diri dengan variasi lingkungan yang dihadapi serta
untuk menghindari pergaulan bebas. Dengan kata lain karakter akan
”memimpin” diri untuk mengerjakan sesuatu yang benar dan tidak
mengerjakan sesuatu yang tidak benar. Karakter inilah menjadi
penentu apakah anak remaja mampu atau tidak menyesuaikan diri
dengan keanekaragaman situasi yang dihadapinya terutama untuk
mengindari pergaulan bebas.
B. Saran
Peneliti mengharapkan agar pembahasan tentang peran pendidikan
dalam mengatasi pergaulan bebas di usia remaja ini dijadikan sebagai
acuan bagi setiap tenaga pendidik khususnya di masyarakat pada
umumnya untuk dipahami secara baik. Poin-poin penting yang ada
dalam pembahasan ini tidak hanya dihafal sebagai konsep tekstual
semata tetapi harus mampu di tuangkan langsung dalam tindakan yang
kongkrit sehingga bisa mengatasi masalah pergaulan bebas yang
terjadi di lingkungan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Afandi Rizki, 2011, Integrasi Pendidikan Karakter Dalam
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, PEDAGOGIA: Jurnal
Pendidikan
Hasan, S. H. 2012, Pendidikan sejarah Untuk Memperkuat
Pendidikan Karakter, Paramita: Jurnal Studi Sejarah.
Hasbullah, 2005, Dasar Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: Raja
Grafindopersada
https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14386/1/
T1_132013077_BAB%20I.pdf
https://www.academia.edu/30273004/
Makalah_Pergaulan_Bebas_Di_Kalangan_Remaja_kti_bahasa_indo
https://www.academia.edu/6194416/MAKALAH_PERGAULAN_BEBAS
Yusuf Abdullah, 1990, Bahaya Pergaulan Bebas, Jakarta: Media
Dakwa

Anda mungkin juga menyukai