Anda di halaman 1dari 27

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang berdemokrasi, demokrasi adalah bentuk

pemerintahan di mana semua warga negaranya memiliki hak setara dalam

mengambil keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi

mengizinkan warga negara berpartisipasi baik secara langsung maupun melalui

perwakilan. Demokrasi mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan budaya. Menurut

Budiarjo (2013:106), demokrasi yang dianut di Indonesia adalah demokrasi

berdasarkan Pancasila, masih dalam taraf perkembangan dan mengenai sifat-sifat

dan ciri-cirinya terdapat berbagai tafsiran serta pandangan. Nilai-nilai demokrasi

pada dasarnya sudah hadir dalam kehidupan masyarakat Indonesia, bahkan sejak

Indonesia masih belum mengalami masa di mana dijajah oleh negara-negara

asing. Nilai-nilai demokrasi yang seharusnya dimiliki siswa yaitu kebebasan

berpendapat, kebebasan berkelompok, kebebasan berpartisipasi, kesetaraan,

berkedaulat, kerjasama, dan kepercayaan. Oleh karena itu, nilai demokrasi

menuntut kita untuk tetap bersatu dalam menjaga kedaulatan NKRI.

Nilai-nilai demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara mendukung terciptanya masyarakat yang aman, adil, dan sejahtera.

Maka dari itu, perlu adanya suatu pendidikan yang diberikan kepada masyarakat

mengenai apa itu demokrasi agar nilai- nilai demokrasi itu dapat berjalan dengan

baik. Budiarjo (2013:127), menjelaskan perkembangan demokrasi di Indonesia

telah mengalami pasang surut. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan


2

kurangnya pemahaman secara mendalam lagi terkait dengan sistem domokrasi.

Cepatnya arus globalisasi dan adanya pandangan negatif, terhadap demokrasi

hingga membuat terjadinya perubahan sistem pendidikan nasional menjadi contoh

beberapa faktor yang menjadi penyebab kurangnya pemahaman nilai-nilai

demokrasi.

Perkembangan dunia yang modern seperti saat ini, bangsa Indonesia

dihadapkan dengan tantangan yang semakin besar dan kompleks yang sejalan

dengan semakin derasnnya arus perubahan dan kuatnnya dampak globalisasi yang

membuat kondisi saat ini mengakibatkan dampak negatif terhadap cara pandang

masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ironisnnya rakyat

Indonesia kini seakan-akan tidak bisa mengenali dirinya sendiri, sehingga budaya-

budaya atau nilai-nilai yang datang dari luar yang kurang cocok dengan

kehidupan bermasyarakat kita dengan gampangnya masuk dan menjadi kewajiban

bagi kaum muda untuk meniru budaya-budaya atau nilai-nilai dari luar tadi,

sedangkan nilai-nilai luhur bangsa yang telah tertanamkan sejak dahulu dalam hati

para leluhur dinilai using atau kuno. Menurut Sihombing (1984:13) menjelaskan

aspek demokrasi khususnya dalam tingkah laku politik mempunyai pengaruh

terhadap perwujudan demokrasi Pancasila.

Penanaman nilai-nilai demokrasi ini harus dimulai sejak dini, utamanya

adalah dimulai dari lingkungan pendidikan sekolah. Mengingat demokrasi bangsa

Indonesia sekarang ini sangat memprihatinkan, dan kebanyakan masyarakat

Indonesia tidak tahu atau bahkan lupa akan konsep demokrasi yang

sesungguhnya. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Bab III pasal 4 ayat 1 menjelaskan bahwa “pendidikan


3

diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif

dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural dan

kemajemukan bangsa”.

Pendidikan demokrasi dalam dunia pendidikan harus selalu di tanamkan

kepada seluruh peserta didik melalui pendidikan kewarganegaraan, agar kualitas

demokrasi di Indonesia menjadi baik. Menurut Winarno (2014:3), pendidikan

demokrasi dikemas dalam wujud pendidikan kewarganegaraan. Turunnya moral

bangsa tidak bisa dibiarkan begitu saja karena hal itu akan merusak moral bangsa.

Upaya yang bisa dilakukan dalam menanggulangi masalah ini antara lain melalui

pendidikan dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional disebutkan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

Negara”.

Salah satu jenjang pendidikan yang harus dan wajib untuk menanggulangi

turunnya moral bangsa adalah jenjang sekolah menegah atas (SMA). Al-Fandi

(2017:5) menjelaskan pendidikan adalah sarana penting dalam membangun

peradaban manusia. Sekolah menegah atas merupakan salah satu lembaga

pendidikan yang menjadi wadah pengembangan ilmu-ilmu yang di dapat dari

jenjang pendidikan yang di bawahnya. Jenjang pendidikan SMA juga banyak

pendidikan formal maupu non formal yang menjadi pengembangan potensi diri

serta memiliki akhlak mulia, pengendalian diri, dan kecakapan hidup untuk
4

melahirkan generasi-generasi penerus bengsa dan Negara yang berdasarkan

Pancasila. Di dunia pendidikan memberi banyak manfaat kepada para siswanya

untuk bisa memahami nilai demokrasi lebih dalam melalui berbagai mata

pelajaran yang diperoleh di dalam proses belajar mengajar di sekolah, dan bisa

mengerti mengenai nilai Pancasila dalam lingkungan sekolah contohnya dalam

istilah 5S di sekolah yaitu salam, sapa, senyum, sopan, santun yang mengajarkan

tata cara bermasyarakat di lingkungan sekolah.

Lingkungan sekolah juga berdiri berbagai organisasi siswa yang

memperkokoh peran sekolah dalam memperkuat moral siswa untuk tetap bisa

menerapkan nilai demokrasi di dalam kehidupan, generasi muda yang hidup di era

global menghadapi tantangan yang berbeda dan lebih berat dibandingkan generasi

terdahulu. Menurut Al-Fandi (2017:6), menjelaskan pendidikan humanis dan

demokratis mempunyai pengertian sebagai sebuah format pendidikan yang di

dalamnya terdapat suasana saling menghargai, kebebasan berpendapat dan

keterlibatan peserta didik dalam berbagai aktivitas sekolah. Lingkungan yang

dikuasai oleh kekuatan ekonomi kapitalistik telah mendistorsi kesadaran diri

manusia yang memiliki otonom sekaligus ruang aktualisasi sebagai makhluk

sosial. Kebudayaan masyarakat lebih menonjolkan eksistensi Pancasila sebagai

kekuatan progresif revolusioner dalam membingkai nasionalisme Indonesia

sebagaimana dirintis oleh para pendiri bangsa seolah hilang daya. Pancasila

kurang dijadikan bahan referensi bagi siswa dalam menyelesaikan persoalan

dalam bermasyarakat. Pancasila sejak dulu anti dengan sistem yang tidak adil dan

menindas, yaitu imperealisme, kolonialisme, kapitalisme dan feodalisme justru

sejak era orde baru digunakan untuk melegitimasi kebijakan pembangunan


5

ekonomi yang mengarah pada sistem pembangunan kapitalistik dan secara sosial

cenderung kurang.

Penanaman nilai demokrasi dalam seorang siswa bisa dilakukan oleh

sekolah. Hal ini merupakan kewajiban sekolah untuk mendidik siswa. Penanaman

nilai demokrasi bisa dilakukan di dalam kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler.

Tetapi sering berkembangnya jaman sering kali dirasakan kurang. Menurut Alfian

(1986:61), menjelaskan prospek pertumbuhan Demokrasi Pancasila amat

tergantung pada kemampuan Indonesia menyelesaikan proses itu. Oleh sebab itu

dalam rangka untuk mengaplikasikan nilai demokrasi yang telah diajarkan maka

sekolah berkewajiban memberikan sarana kepada siswa berupa organisasi-

organisasi. Organisasi ini bertujuan untuk mengajarkan kepada siswa untuk lebih

bersifat demokratis, menghargai sesama dan bertanggung jawab sehingga

diharapkan berguna sebagai bekal dasar siswa nantinya dalam menjalani

kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Salah satu organisasi

siswa dalam sekolah yang sangat menerapkan nilai demokratis yaitu OSIS, OSIS

merupakan salah satu organisasi yang dapat melaksanakan nilai demokrasi di

sekolah karena osis merupakan dalam lingkungan sekolah dan berada dalam

pengawasan pihak sekolah.

Penanaman nilai demokrasi melalui OSIS dengan melaksanakan nilai-nilai

atau budaya demokrasi pada setiap kegiatan OSIS misalnya dapat diterapkan pada

saat pemilihan ketua OSIS, pada saat kegiatan rapat OSIS, pada saat pembagian

tugas dalam anggota OSIS dan banyak kegiatan OSIS lainnya. OSIS merupakan

kegiatan ekstrakulikuler, kegiatan ekstrakulikuler merupakan kegiatan di luar jam

biasa dan dapat dilakukan di sekolah ataupun di luar sekolah guna bertujuan
6

memperluas pengertahuan siswa. Para siswa di sekolah selain menjadi calon

pemimpin bangsa, juga harus menjadi contoh terdepan dalam penerapan nilai-nilai

demokrasi di dalam lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat agar

dapat di contoh dengan baik sifat sifat toleransi yang terdapat pada nilai-nilai

demokrasi dalam kehidupan mereka. Menurut Sihombing (1984:31), menjelaskan

karena Pancasila menempatkan keselarasan antara perorangan dan masyarakat

lingkungan, maka harus dapat berkembang penghargaan terhadap hak-hak pribadi

dengan segala kesempatan untuk mengembangkan kepribadian dan tanggung

jawab terhadap dirinya sendiri. Rasa toleransi yang diajarkan di sekolah akan

memberi siswa rasa kebersamaan, kerukunan, rasa gotong royong dan berjiwa

sosial dalam kehidupan di dalam maupun di luar sekolah sebagai tempat

pembelajaran sebelum terjun ke masyarakat. Pendidikan merupakan hak setiap

warga Indonesia agar memperoleh bimbingan yang benar. Penanaman nilai

demokrasi sangat penting di tanamkan pada sekolah menegah atas. Penanaman

nilai demokrasi akan mengajarkan anak untuk berperilaku sesuai nilai-nilai

Pancasila salah satunya sila ke lima. Nilai-nilai kerakyatan yang dipimpin oleh

hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan dan nilai-nilai

Pancasila kepada siswa SMA akan membuat perilaku peserta didik sesuai dengan

pengamalan Pancasila. Perilaku adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh

manusia yang dapat diamati dengan cara tertentu.

Pada masa SMA adalah di mana siswa beprilaku yang beragam terhadap

teman atau guru di lingkungan sekolah. Perilaku siswa tersebut terkadang

mencerminkan perilaku pengamalan nilai demokrasi. Salah satu nilai demokrasi di

jelaskan bahwa menjaga keseimbangan hak dan kewajiban, menghormati hak


7

orang lain, mengembangkan sikap adil terhadap sesama namun masih banyak

perilaku peserta didik yang melakukan hal-hal tidak sesuai dengan nilai

demokrasi. Toleransi yang mengenai pentingnya sikap saling menghormati dan

bekerjasama dikemukakan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 Pasal 29 ayat 2 yang berbunyi “Negara menjamin

kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan

untuk beribadah menurut agama dan kepercayaan itu”. Secara tidak langsung

masih banyak anak yang mengedepankan hak namun lalai akan kewajiban sebagai

siswa, perilaku yang sering dilakukan oleh anak SMA yakni tidak meneghormati

hak orang lain di lingkungan sekolah. Beberapa perilaku seperti meminta uang

jajan kepada teman, hal ini jelas perilaku yang tidak menghormati hak orang lain.

Perilaku siswa di lingkungan sekolah dengan menindas teman yang lemah salah

satunya tidak mencerminkan butir sila kelima mengembangkan sikap adil

terhadap sesama.

Pemahaman peserta didik SMA pada nilai demokrasi sangat penting di

lingkungan sekolah, dengan memiliki pemahaman yang baik akan perilaku sesuai

nilai-nilai yang terkadung dalam nilai-nilai demokrasi. Beberapa perilaku yang

sebelum tidak sesuai dengan pengamalan nilai-nilai oleh siswa akan sedikit

berkurang apabila siswa tersebut memiliki pemahaman yang bagus. Salah satu

organisasi siswa di SMA Negeri 1 Purwosari yaitu OSIS untuk bisa menanamkan

nilai-nilai demokrasi di semua anggota OSIS. Alasan memilih SMA Negeri 1

Purwosari sebagai tempat penelitian karena belum ada penelitian karena

berdasarkan informasi belum ada penelitian mengenai penerapan nilai-nilai

demokrasi dalam kegiatan OSIS di sekolah ini. Sebagai calon guru PPKn
8

diharapkan dapat menganalisis perilaku anggota OSIS dalam menerapkan nilai-

nilai demokrasi di lingkungan sekolah. Berdasarkan uraian tersebut maka penulis

tertarik untuk mengkaji lebih lanjut tentang: “Penanaman nilai demokrasi

dalam kegiatan OSIS di SMA Negeri 1 Purwosari”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, peneliti

merumuskan sebagai berikut:

1. Apa saja nilai demokrasi yang ada dalam kegiatan OSIS di SMA Negeri 1

Purwosari?

2. Bagaimana penanaman nilai demokrasi dalam kegiatan OSIS di SMA Negeri 1

Purwosari?

3. Apa saja faktor pendorong penanaman nilai demokrasi dalam kegiatan OSIS di

SMA Negeri 1 Purwosari?

4. Apa saja kendala penanaman nilai demokrasi dalam kegiatan OSIS di SMA

Negeri 1 Purwosari?

5. Bagaimana upaya mengatasi kendala penanaman nilai demokrasi dalam

kegiatan OSIS di SMA Negeri 1 Purwosari?


9

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian adalah sebagai

berikut:

1. Menjelaskan nilai demokrasi yang ada dalam kegiatan OSIS di SMA Negeri 1

Purwosari

2. Menjelaskan penanaman nilai demokrasi dalam kegiatan OSIS di SMA Negeri

1 Purwosari

3. Menjelaskan faktor pendorong dalam penanaman nilai demokrasi dalam

kegiatan OSIS di SMA Negeri 1 Purwosari

4. Menjelaskan kendala penanaman nilai demokrasi dalam kegiatan OSIS di

SMA Negeri 1 Purwosari

5. Menjelaskan upaya mengatasi kendala penanaman nilai demokrasi dalam

kegiatan OSIS di SMA Negeri 1 Purwosari


10

D. Kajian Teori

1. Demokrasi

a. Pengertian Demokrasi

Demokrasi secara estimologis berasal dari bahasa yunani “demos” yang

berarti rakyat dan “kratos” yang berarti pemerintahan. Khususnya di athena kata

“demos” biasanya mengarah pada seluruh rakyat tetapi ada pula yang mengartikan

orang-orang pada umumnya atau rakyat miskin. Demokrasi sangat penting dalam

masyarakat karena dengan berdemokrasi dapat diketahui bagaimana suatu

masyarakat menjalankan perannya, akan tetapi pemaknaan tentang demokrasi

lebih penting untuk masa sekarang, sehingga secara sederhana demokrasi dapat

diartikan sebagai kedaulatan ditangan rakyat (Budiarjo, 2007:50). Secara istilah,

banyak dikemukakan rumusan yang berbeda dalam memberikan pengertian

tentang demokrasi. Seperti yang dikatakan oleh Asshiddiqie (2011:118) bahwa

Demokrasi adalah kedaulatan yang menjamin bahwa rakyatlah yang

sesungguhnya pemilik negara dengan segala kewenangannya untuk menjalankan

semua fungsi kekuasaan negara. Rakyat adalah point penting dari permasalahan

demokrasi, karena demokrasi adalah suatu hal yang selalu akan

berkesinambungan dengan rakyat. Nasution (2011:3) mengatakan bahwa

demokrasi merupakan cara, alat, proses, nilai-nilai, norma-norma yang harus

menjiwai dan mencerminkan keseluruhaan proses kehidupan kita yang

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Jadi demokrasi di Indonesia merupakan

demokrasi yang sesuai dengan nilai-nilai luhur dan cocok dengan kebudayaan

yang ada di Indonesia.


11

Banyak negara yang menggunakan sistem pemerintahan demokrasi, dalam

sisi lain pelaksanaannya akan tergantung kepada bagaimana negara tersebut

menerapkan asas-asas demokrasi. Abraham Lincoln (dalam Untari, 2006:28)

mendefinisikan “demokrasi adalah sistem pemerintahan yang diselenggarakan

dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat”. Oleh karena itu, pelaksanaan

demokrasi di setiap negara akan berbeda dengan negara-negara lainya. Demokrasi

sangat penting dalam masyarakat, karena dengan berdemokrasi dapat diketahui

bagaimana suatu masyarakat menjalankan perannya, akan tetapi pemaknaan akan

demokrasi di masa sekarang lebih penting, sebab makna dari demokrasi pasti

dalam penerapannya kurang tepat. Meskipun terdapat perbedaan, secara umum

demokrasi dapat diartikan sebagai pemerintahan oleh rakyat di mana kekuasaan

tertinggi berada di tangan rakyat dan dijalankan langsung oleh rakyat atau wakil-

wakil rakyat yang dipilih melalui pemilihan umum yang jujur, adil, bebas, dan

periodik.

b. Tujuan Demokrasi

Demokrasi di Indonesia banyak dipengaruhi oleh latar belakang sebagai

suatu bangsa yang bermacam-macam suku, budaya dan agama. Menurut Rahman

(2009:57) menyatakan tujuan demokrasi langsung berarti “rakyat diikutsertakan

dalam proses pengambilan keputusan untuk menjalankan kebijakan pemerintah,

demokrasi tidak langsung atau perwakilan berarti dijalankan oleh wakil rakyat

yang dipilihnya melalui pemilihan umum”. Jadi asprirasi masyarakat disalurkan

melalui wakil-wakil rakyat yang duduk dilembaga perwakilan rakyat. Demokrasi


12

perwakilan dengan sistem pengawasan langsung dari rakyat berarti merupakan

demokrasi campuran antara demokrasi langsung dengan demokrasi campuran.

Semua negara di seluruh dunia menggangap negaranya adalah penganut

negara demokrasi, akan tetapi sering kali dalam prakteknya tidak sesuai dengan

tujuan demokrasi itu sendiri. Demokrasi memang sulit didefinisikan, demokrasi

dibagi menjadi demokrasi langsung dan demokrasi tidak langsung. Demokrasi

tidak akan datang, tumbuh dan berkembang dengan sendirinya akan tetapi

demokrasi memerlukan usaha nyata dari rakyat dan menjadikan demokrasi

sebagai pedoman hidup. Menurut Held (2004:5) mengatakan bahwa:

Dalam sejarah teori demokratis terletak suatu konflik yang sangat


tajam mengenai apakah demokrasi harus berarti suatu jenis
kekuasaan rakyat (suatu bentuk politik dimana warga negara terlibat
dalam pemerintahan sendiri dan pengaturan sendiri) atau suatu
bantuan bagi pembuatan keputusan (suatu cara pemberian kekuasaan
kepada pemerintah melalui pemberian suara secara periodik),
konflik ini telah memunculkan tiga jenis atau model pokok
demokrasi. Pertama, demokrasi langsung atau demokrasi partisipasi,
suatu pengambilan keputusan mengenai masalah-masalah publik
dimana warganegara terlibat secara langsung. Ini adalah tipe
demokrasi asli yang terdapat di Athena kuno,diantara tempat-tempat
yang lain. Kedua, ada demokrasi liberal atau demokrasi perwakilan,
suatu sistem pemerintahan yang mencakup pejabat-pejabat terpilih
yang melaksanakan tugas mewakili kepentingan atau pandangan-
pandangan dari warga negara dalam daerah-daerah yang terbatas
sambil tetap menjunjung tinggi aturan ukum. Ketiga, demokrasi
yang didasarkan atas model satu partai meskipun sementara oranng
mungkin meragukan apakah hal ini merupakan suatu bentuk
demokrasi juga.

c. Prinsip Demokrasi

Demokrasi menjadi sebuah kata yang paling diminati oleh siapa pun di

dunia kekuasaan. Bahkan kata ini sering disalahartikan dan disalahgunkan oleh

para pemimpin pemerintahanpaling otoriter sekalipun. Penggunaan slogan

demokrasi demi memperoleh dukungan politik dari masyarakat sering dilakukan.


13

Namun demikian, pemerintahan demokrasi adalah pemerintahan yang meliputi

tiga prinsip demokrasi, menurut Ubaedillah (2012:68) mengatakan, ketiga prinsip

demokrasi dapat dilakukan dengan; (1) Pemerintahan dari rakyat mengandung

pengertian bahwa suatu pemerintahan yang sah adalah suatu pemerintahan yang

mendapatkan pengakuan dan dukungan mayoritas rakyat melalui mekanisme

demokrasi, pemilihan umum; (2) Pemerintahan oleh rakyat memiliki pengertian

bahwa suatu pemerintahan menjalankan kekuasaannya atas nama rakyat, bukan

atas dorongan pribadi elite negara atau elite birokrasi; dan (3) Pemerintahan untuk

rakyat mengandung pengertian bahwa kekuasaan yang diberikan oleh rakyat

kepada pemerintahan harus dijalankan untuk kepentingan rakyat.

Proses demokrasi setelah terbentuknya sebuah pemerintahan yang

demokratis lewat mekanisme yang pemilu demokratis, negara berkewajiban untuk

membuka arah pemerintahan yang demokratis. Hal lainnya yang menunjang

kebebasan berekspresi dan berorganisasi adalah dukungan pemerintah terhadap

kebebasan pers yang bertanggung jawab. Menurut Ubaedillah (2012:69)

mengatakan “pers bebas bertanggung jawab adalah sistem pers dengan iklim

pemberitaan yang objektif dan seimbang dan tersedianya jalur mekanisme hukum

bagi siapa aja yang merasa dirugikan oleh suatu pemberitaan surat kabar atau

media elektronik”.

d. Macam-Macam Demokrasi di Indonesia

Demokrasi telah ada sebelum Indonesia merdeka, penanaman nilai

demokrasi pada masa sekarang ini bisa ditanamkan sejak dini melalui kegiatan

saling menghargai satu sama lain. Zamroni (2001:9) mengatakan pendidikan yang
14

demokratis harus memiliki tujuan menghasilkan lulusan yang mampu

berpatisipasi dalam kehidupan bermasyarakat dan mampu mempengaruhi

pengambilan keputusan publik. Macam-macam demokrasi yang telah

dipergunakan di Indonesia sejak sebelum jaman kemerdekaan sampai sekarang

ialah sebagai berikut:

1) Demokrasi Liberal (1945-1959)

Merupakan demokrasi yang berasaskan ideologi liberalisme. Ciri pokok

demokrasi liberal diantaranya memberikan kebebasan individu secara utuh. Selain

itu negara memberikan kebeasan berpolitik sesuai dengan hati nurani masing

masing individu. Kebebasan mendirikan partai politik, organisasi masyarakat dan

dijamin sepajang dimiliki anggota atau pendukung yang tidak menggangu

ketertiban umum serta keselamatan negara dan bangsa.

Awal mula diterapkan demokrasi dengan sistem kebinet presidensial yaitu

para menteri diangkat oleh presiden dan bertanggung jawab kepada presiden,

sehingga yang berhak untuk memperhentikan menteri adalah presiden. Namun

setelah dikeluarkannya maklumat Wakil Presiden Nomor X yang menyatakan

badan pekerja komite nasional Indonesia pusat menjadi sebuah lembaga yang

berwenang sebagaimana lembaga negara, kemudian diperkuat dengan maklumat

pemerintah tahun 1945 yang menyatakan diperbolehkan pembentukan multipartai,

serta maklumat pemerintah tanggal 14 november 1945 yang mengatakan

tanggung jawab semua berada ditangan menteri (Widodo, 2009:30)

2) Demokrasi Terpimpin (Orde Lama 1959-1965)

Demokrasi terpimpin adalah sebuah sistem demokrasi dimana seluruh

keputusan serta pemikiran berpusat pada pusat pemerintahan negara. Demokrasi


15

ini berlaku sejak 1959-1965, demokrasi terpimpin ini ditandai dengan keluaranya

ketetapan MPRS Nomor XXXIII/MPRS/1967 tanggal 12 maret 1967 tentang

pengakatan jendral Soeharto menjadi Presiden Negara Republik Indonesia.

Adapun ciri-ciri demokrasi terpimpin sebagai berikut:

a) Dominasi presiden, presiden berperan dalam penyelenggaraan pemerintah;

b) Terbatasnya peran partai politik;

c) Meluasnya peran militer sebagai unsur politik;

d) Berkembangnya pengaruh partai komunis indonesia.

3) Demokrasi Pancasila (Orde Baru 1965-1998)

Demokrasi Pancasila yaitu demokrasi yang menjadi ciri khas Indonesia

yang berasaskan musyawarah untuk mufakat, dengan mengutamakan

keseimbangan kepentingan pribadi dan kepentingan umum. Pada masa orde baru

berlaku sistem demokrasi Pancasila. Dikatakan Demokrasi Pancasila karena

sistem demokrasi yang diterapkan didasarkan pada Pancasila, yang intinya adalah

kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijkasanaan dalam permusyawaratan

perwakilan yang dijiwai sila pertama, kedua, ketiga dan menjiwai sila kelima.

Pengertian demokrasi Pancasila tersebut sesuai dengan Tap MPRS Nomor

XXVII/MPRS/1968 Tentang pedoman pelaksanaan Demokrasi Pancasila, di mana

dalam ketetapan tersebut disebutkan istilah demokrasi Pancasila adalah sama

dengan sila keempat dari Pancasila. Ciri demokrasi Pancasila yaitu di antaranya:

a) Pemerintah dijalankan berdasarkan konstitusi;

b) Adanya pemilusecara berkesinambungan;

c) Adanya peran-peran kelompok kepentingan;

d) Adanya penghargaan atas HAM serta perlindungan hak minoritas;


16

e) Demokrasi Pancasila merupakan kompetensi berbagai ide dan cara untuk

menyelesaikan masalah;

f) Ide-ide yang baik akan diterima, bukan berdasarkan suara terbanyak.

4) Demokrasi Konstitusional (1999-sekarang)

Runtuhnya orde baru ditandai dengan adanya krisis kepercayaan yang

direspon oleh kelompok penekan pressure group dengan mengadakan berbagai

macam demonstrasi yang dipelopori oleh mahasiswa, pelajar, politisi, maupun

masyarakat. Runtuhnya kekuasaan rezim orde baru telah meberikan harapan baru

bagi tumbuhnya demokrasi di Indonesia. Masa peralihan demokrasi ini

merupakan masa yang sangat rumit dan kritis karena pada masa ini akan

ditentukan kearah mana demokrasi akan dibangun. Menurut Widodo (2009:74)

Keberhasilan dan kegagalan suatu transisi demokrasi sangat bergantung pada

empat faktor, yaitu:

a) Komposisi elite politik;

b) Desain institusi politik;

c) Kultur politik atau perubahan sikap terhadap politik dikalangan elite dan non

elite politik;

d) Peran masyarakat madani.

Keempat faktor tersebut harus berjalan sinergis sebagai modal untuk

mengkondisolidasikan demokrasi. Sedangkan menurut Widodo (2009:74)

menyatakan langkah yang harus dilakukan dalam transisi indonesia menuju

demokrasi sekurang-kurangnya mencakup reformasi dalam tiga hal yang besar,

yaitu:
17

(1) Reformasi konstitusional yang menyangkut perumusan kembali falsafah,

kerangka dasar, dan perangkat legal sistem politik;

(2) Reformasi kelembangaan yang menyangkut pengembangan dan pemberdayaan

lembaga politik;

(3) Pengembangan kultur atau budaya politik yang lebih demokratis.

2. Nilai-Nilai Demokrasi

Nilai adalah sebuah realitas abstrak, tidak dapat disentuh oleh pancaindra.

Nilai juga bisa diartikan dengan sesuatu yang berharga, yang berguna dan

memperkaya batin dan yang bisa menyadarkan manusia akan sifat dalam

kehidupannya. Nilai adalah sesuatu yang dianggap bernilai atau berharga yang

menjadi landasan, pegangan, pedoman dan semangat dalam melakukan sesuatu.

Nilai bersumber pada budi yang berfungsi mendorong, mengarahkan, sikap dan

perilaku manusia (Subiyanto, 1993:22). Nilai dapat dipandang sebagai apa yang

berharga yang dijadikan standar berlakulakuan (Margono, 2002:65). Nilai yang

berhubungan dengan pandangan seseorang tentang baik dan buruk, indah dan

tidak indah, layak dan tidak layak, adil dan tidak adil, dan lain sebagainya.

Menurut Saiful Arif (2007:58) mengatakan bahwa demokrasi tidak sebatas sistem

politik maupun aturan-aturan formal yang terdapat dalam konstitusi saja.

Salah satu cara yang sering digunakan untuk menjelaskan apa itu nilai

adalah dengan membandingkan fakta. Berdasarkan beberapa pengertian di atas

dapat diambil kesimpulan tentang nilai, yaitu nilai merupakan sesuatu yang

abstrak, tidak bisa dilihat melalui panca indra, tidak bisa dijamah, dan hanya bisa

dibandingkan dengan fakta yang ada, artinya nilai perlu didasarkan dengan fakta
18

atau kenyataan yang ada. Pamudji (1985:12-17) menjelaskan bahwa dalam

demokrasi Pancasila terdapat aspek penting yang menjadi isi atau esensi dari

demokrasi Pancasila. Dalam aspek tersebut terkandung nilai-nilai demokrasi

Pancasila. Nilai-nilai tersebut adalah: (1)pengambilan keputusan sedapat mungkin

didasarkan atas musyawarah untuk mufakat; (2) persatuan dan solidaritas; (3)

kekeluargaan dan kegotong royongan; (4) keadilan; (5) terciptanya negara

kebudayaan; (6) penunjukan wakil rakyat melalui pemilu. Berdasarkan pendapat

dari Pamudji yang terdapat di atas maka dapat ditanamkan dalam kegiatan OSIS

dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut:

Tabel 1.1 Nilai-nilai demokrasi Pamudji yang dapat diterapkan dalam kegiatan
OSIS
No Nilai demokrasi yang Nilai demokrasi yang dapat diterapkan
Dikemukakan pamudji dalam kegiatan OSIS
1 Pengambilan keputusan Pengambilan keputusan
Sedapat mungkin didasarkan melalui musyawarah
Atas musyawarah untuk
mufakat
2 persatuan dan solidaritas Persatuan dan kerja sama
dalam setiap anggota OSIS
3 Kekeluargaan dan kegotong Mengedepankan kekeluargaan
royongan
4 keadilan Menegakkan keadilan
5 Terciptanya Negara Menciptakan nilai toleransi
kebudayaan
6 penunjukan wakil rakyat Mengedepankan demokrasi dalam
Melalui pemilu memilih ketua dan jajarannya
Sumber: Adaptasi dari nilai-nilai demokrasi yang dikemukakan oleh Pamudji
(1985:12-17)

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai-nilai demokrasi oleh Pamudji

yang dapat ditanamkan dalam kegiatan OSIS adalah:

(1) Pengambilan Keputusan Melalui Musyawarah untuk Mufakat


19

Pada dasarnya yang merupakan inti dari demokrasi adalah musyawarah,

oleh sebab itu, dalam setiap pengambilan keputusan yang dilakukan hendaknya

selalu dilaksanakan dengan cara bermusyawarah dan tidak memaksakan pendapat

diri sendiri kepada orang lain.

(2) Nilai Persatuan dan Solidaritas

Penerapan nilai persatuan dan solidaritas adalah dengan mempunyai atau

menunjukan perasaan bersatu yang dapat memperkokoh tali persaudaraan dalam

setiap anggota.

(3) Mengedepankan Kekeluargaan dan Kegotongroyongan

Penerapan nilai kekeluargaan dan kegotongroyongan ini harus tercermin

dalam perilaku setiap anggota untuk saling tolong menolong antar sesama

anggota.

(4) Menegakkan Keadilan

Keadilan dalam demokrasi adalah untuk membatasi kekuasaan, mencegah

tindakan sewenang-wenang terhadap orang lain dan menciptakan perdamaian dan

ketentraman.

(5) Terciptanya negara kebudayaan

Indonesia merupakan negara dengan banyak kebudayaan, banyaknya

kebudayaan yang ada di indonesia dalam terciptanya negara kebudayaan

merupakan salah satu toleransi dalam berdemokrasi.

(6) Penunjukan wakil rakyat melalui pemilu

Dalam penerapannya harus dilakukan dalam kegiatan berorganisasi agar

tercapainya nilai keadilan dalam setiap pemilihan.


20

3. Organisasi Intra Sekolah (OSIS)

a. Pengertian Organisasi Intra Sekolah (OSIS)

Menurut Departemen pendidikan dan kebudayaan bahwa OSIS merupakan

satu-satunya organisasi didalam sekolah serta bersifat intra sekolah yang artinya

tidak ada hubungan organisasi lain dengan OSIS di sekolah. Biasanya organisasi

memiliki seseorang pembimbimg atau guru pamong yang dipilih oleh pihak

sekolah. Anggota OSIS adalah seluruh siswa yang berada pada satu sekolah

tempat OSIS itu berada. Apabila OSIS dipandang sebagai suatu sistem, berarti

OSIS sebagai tempat kehidupan berkelompok siswa untuk mencapai tujuan

bersama. Dalam hal ini OSIS dipandang sebagai suatu sistem, dimana

sekolompok siswa mengadakan koordinasi dalam upaya menciptakan organisasi

yang mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam upaya mengenal, memahami dan mengelola OSIS perlu kejelasan

pengertian, tujuan dan fungsi OSIS. Dengan mengetahui pengertian, tujuan dan

fungsi OSIS yang jelas maka akan membatu pembina, pengurus dan perwakilan

kelas untuk mendayagunakan OSIS ini sesuai dengan fungsi dan tujuannya.

Pengertian OSIS meliputi diidalam surat keputusan Direktur Jendral Pendidikan

Dasar dan Menengah Nomor 226/C/Kep/1992 disebutkan bahwa organisasi

kesiswaan di sekolah adalah OSIS. OSIS adalah organisasi intra sekolah yang

masing-masing kata mempunyai pengertian sebagai berikut:

1) Organisasi

Secara Umum adalah kelompok kerjasama antara pribadi yang diadakan untuk

mencapai tujuan bersama. Organisasi dalam hal ini dimaksudkan sebagai satuan
21

atau kelompok kerjasama para siswa yang dibentuk dalam usaha mencapai tujuan

bersama, yaitu mendukung terwujudnya pembinaan kesiswaaan.

2) Siswa

Siswa adalah orang yang dating ke suatu lembaga untuk memperoleh atau

mempelajari beberapa tipe pendidikan.

3) Intra

Berarti terletak didalam dan di antara. Sehingga suatu organisasi siswa yang

didalam dan dilingkungan sekolah yang bersangkutan.

4) Sekolah

Sekolah adalah satuan pendidikan tempat menyelenggarakan kegiatan belajar

mengajar yang dalam hal ini sekolah dasar dan sekolah menengah atau sekolah

sederajat. OSIS merupakan bagian dari kebijakan pendidikan berskala nasional

dalam sektor kesiswaan, sehingga orerasionalnya perlu dilaksanakanoleh setiap

pengelola dan pelaksana pendidikan mulai dari tingkat pusat sampai tingkat

daerah, hal ini tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik

Indonesia Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Pembinaan Kesiswaan.

b. Fungsi Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)

Menurut Gunawan (2012:60) OSIS sebagai organisasi siswa yang

menampung potensi siswa untuk memiliki fungsi yang cukup luas, diantaranya :

1) Meningkatkan kesadaran berbangsa, bernegara dan cinta tanah air artinya

keikutsertaan siswa dalam kegiatan yang diselenggarakan OSIS dapat

meningkatkan nilai-nilai kebangsaan dan rasa nasionalisme sehingga

pengembangan karakter siswa dalam bidang apapun dapat ditingkatkan.


22

2) Meningkatkan kepribadian dan budi pekerti luhur artinya bahwa kegiatan serta

program kerja OSIS senantiasa didasarkan pada nilai ketuhanan dan nilai sosial

yang sesuai dengan cita-cita bangsa dan negara.

3) Meningkatkan kemampuan berorganisasi, pendidikan politik dan

kepemimpinan artinya siswa yang mengikuti kegiatan OSIS atau menjadi

bagian dari pengurus OSIS akan belajar mengenai managemen berorganisasi,

meningkatkan pemahaman mengenai kegiatan politik serta meningkatkan

keterampilan kepimpinan dalam kehidupan berorganisasi.

4) Meningkatkan keterampilan, kemandirian dan percaya diri artinya OSIS ini

mampu mendorong peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan

potensi dirinya serta meningkatkan percaya diri seorang peserta didik melalui

kegiatan-kegiatan yang menunjang pengembangan potensi diri.

c. Tujuan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)

Dalam sebuah organisasi pasti memiliki tujuan atau cita-cita yang ingin

dicapai, dalam OSIS pun juga memiliki keinginan dan cita-cita yang ingin dicapai

dalam setiap program kegiatan yang dijalankan atau dilakukan. Menurut Gunawan

(2012:62) mengatakan sebagai salah satu pembinaan kesiswaan, OSIS berperan

sebagai wadah, pengerak motivator dan bersifat prevensif. Jadi tujuan OSIS ialah:

1) Sebagai wadah bagi kegiatan siswa

Organisasi siswa intra sekolah merupakan satu-satunya wadah kegiatan

siswa di sekolah. Oleh sebab itu, OSIS dalam mewujudkan fungsinya sebagai

wadah harus melakukan upaya-upaya bersama dalam kegiatan lainmisalnya dalam

kegiatan kepemimpinan terhadap sebuah organisasi.


23

2) Sebagai motivator

Motivasi adalah perangsang yang menyebabkan lahirnya keinginan,

semangat para siswa untuk berbuat dan pendorong kegiatan bersama untuk

mencapai suatu tujuan yang sama. OSIS menjadi salah satu wadah penggerak

siswa untuk belajar agar kedepan mampu memenuhi kebutuhan yang diharapkan

yaitu menghadapi perubahan jaman, memiliki daya angkat terhadap ancaman dan

perubahan sosial yang ada dalam kehidupan masyarakat.

3) Peranan yang bersifat prevensif

Peran OSIS secara internal dapat menggerakan sumber daya yang ada.

Namun secara eksternal, peranan OSIS yaitu mampu beradaptasi dengan

lingkungan seperti menyelesaikan persoalan berperilaku menyimpang siswa,

menjaga kebersihan lingkungan sekolah serta menjadi teladan bagi siswa lainnya.

Dengan demikian, peran prevensif OSIS yaitu berhasil ikut serta menanamkan

nilainilai yang baik agar dicontoh oleh siswa lainnya.

4. Penanaman Nilai Demokrasi

Penanaman nilai demokrasi Pancasila menurut Winataputra (2002:7)

menyatakan bahwa: “warga negara yang demokratis tidak dilahirkan, melainkan

diciptakan (dibuat) dalam proses sosialisasi”. Demokrasi tidak akan datang,

tumbuh dan berkembang dengan sendirinya dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara. Mengenai Penanaman nilai demokrasi menurut

Syarbaini (2006:120) menjelaskan yang paling utama dalam menentukan berlaku


24

sistem demokrasi di suatu negara ialah ada atau tidak tentang asas-asas demokrasi

pada sistem, yaitu:

(1) Pengakuan hak-hak asasi manusia sebagai penghargaan terhadap martabat

manusia dengan tidak melupakan kepentingan umum;

(2) Adanya partisipasi dan dukungan rakyat kepada pemerintah. Jika dukungan

rakyat tidak ada, sulitlah dikatakan bahwa pemerintah itu adalah suatu

pemerintahan demokrasi.

Jadi penanaman nilai demokrasi harus disertai dengan pengakuan hak asasi

manusia agar tidak melupakan kepentingan umum agar tercipta sistem

pemerintahan yang demokratis.

Penanaman nilai demokrasi akan membentuk sistem pemerintahan yang

demokratis. Menurut Syarbaini (2006:122) menyebutkan: (1) Oligarki adalah

sistem pemerintahan yang dijalankan oleh segelintir orang untuk kepentingan

orang banyak; (2) Anarki adalah pemerintahan yang kekuasannya tidak jelas ,

tidak ada peraturan yang benar-benar dapat dipatuhi; (3) Mobokrasi adalah

pemerintahan yang dikuasai oleh sekelompok orang untuk kepentingan kelompok

yang berkuasa, bukan untuk kepentingan rakyat; (4) Diktator ialah kekuasaan

yang terpusat pada seseorang yang berkuasa mutlak. Sebagai sebuah negara,

sekolah juga merupakan suatu organisasi layaknya masyarakat mini yang

memiliki warga dan peraturan. Sekolah merupakan sebuah organisasi, yakni unit

sosial yang satu sama lain berkoordinasi dalam melaksanakan tujuan bersama.

Tujuannya yaitu mendidik anak-anak dan mengantarkan mereka menuju fase

kedewasaan agar mereka mandiri baik secara psikologis, biologis maupun sosial.

Dalam penanaman nilai demokrasi menekankan pada pengembangan ketrampilan


25

intelektual, ketrampilan pribadi dan sosial. Dalam dunia pendidikan haruslah ada

tuntutan kepada kepala sekolah untuk mentranfer pengajaran yang bersifat

akademis ke dalam realitas kehidupan yang luas di masyarakat.

Demokrasi di sekolah dapat diartikan sebagai pelaksanaan seluruh kegiatan

di sekolah yang sesuai dengan nilai-nilai demokrasi. Mekanisme berdemokrasi

dalam politik tidak sepenuhnya sesuai dengan mekanisme dalam kepemimpinan

lembaga pendidikan, namun secara subtansi, sekolah demokrasi adalah membawa

semangat demokrasi tersebut dalam perencanaan, pengelolaan dan evaluasi

penyelenggaraan pendidikan di sekolah sesuai dengan nilai-nilai demokrasi.

Beane (dalam Rosyada, 2004:16) mengemukakan bahwa kondisi yang sangat

perlu dikembangkan dalam upaya membangun sekolah demokratis ialah sebagai

berikut:

(1) Keterbukaan saluran ide dan gagasan, sehingga semua orang bisa menerima

informasi seoptimal mungkin;

(2) Memberikan kepercayaan kepada individu-individu dan kelompok dengan

kapasitas yang mereka miliki untuk menyelesaikan berbagai persoalan sekolah;

(3) Menyampaikan kritik sebagai hasil analisis dalam proses penyampaian

evaluasi terhadap ide-ide, problem-problem dan berbagai kebijakan yang

dikeluarkan sekolah;

(4) Memperlihatkan kepedulian terhadap kesejahteraan orang lain dan terhadap

persoala-persoalan publik;

(5) Ada kepeduliaan terhadap harga diri, hak-hak individu dan hak-hak minoritas;
26

(6) Pemahaman bahwa demokrasi yang dikembangkan belum mencerminkan

demokrasi yang diidealkan, sehingga demokrasi harus terus dikembangkan dan

bisa membimbing keseluruhan hidup manusia;

(7)Terhadap sebuah institusi yang dapat terus mempromosikan dan

mengembangkan cara hidup demokratis.

Secara prinsip demokrasi tercipta karena adanya saling menghormati dan

menghargai satu sama lain. Keadaan ini menciptakan suasana kesetaraan tanpa

sekat-sekat kesukuan, agama, derajat atau status ekonomi. Dengan demikian

manusia mempunyai ruang untuk mengekspresikan diri secara bertanggung

jawab. Situasi seperti inilah yang seharusnya dibangun dalam dunia pendidikan,

siswa diajak mengembangkan potensi diri.

E. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka hasil penelitian ini diharapkan

dapat bermanfaatkan bagi semua pihak:

1. Bagi peneliti

Bagi peneliti, hasil penelitian ini berguna sebagai sarana mengasah

kemampuan dan pengembangan pengetahuan tentang penanaman Nilai Demokrasi

secara langsung.

2. Bagi Universitas Negeri Malang

Kegunaan hasil penelitian bagi Universitas Negeri Malang diharapkan

dapat menjadi manfaat praktis sebagai salah satu bahan bacaan tentang

penanaman nilai demokrasi dalam kegiatan OSIS di SMA Negeri 1 Purwosari.


27

3. Bagi Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan pustaka guna

menunjang materi perkuliahan dan menambah referensi perpustakaan yang dapat

digunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan di Jurusan Hukum dan

Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang.

4. Bagi anggota OSIS

Hasil penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan pemahaman

dikalangan Anggota OSIS tentang Penanaman Nilai Demokrasi secara langsung.

Anda mungkin juga menyukai