Anda di halaman 1dari 17

PROSES POLITIK

Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Politik
Lokal dan Otonomi Daerah Tata Negara (Siyasah Syar’iyyah)
Fakultas Syariah dan Hukum Islam IAIN Bone

Oleh :

ANDI MUHAMMAD SYAFRIE ATMAJA


NIM. 742352020029

RIKA FATMAWATI
NIM. 742352020034

Dosen Pengajar:

MIRNAWATI. D, SH., MH.

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BONE
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha kuasa karena telah memberikan

kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini, atas rahmat dan

hidayah- nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul politik

demokrasi pemerintah lokal, makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas

dari dosen pengajar MIRNAWATI. D, SH., MH. pada mata kuliah politik lokal

dan otonomi daerah di IAIN Bone selain itu, kami juga berharap agar makalah ini

dapat menambah wawasan bagi pembaca mengenai politik demokrasi pemerintah

lokal kami mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada ibu Dosen


MIRNAWATI, D, SH., MH. selaku dosen pengajar, semoga tugas yang diberikan

ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni.

Menyadari bahwa eksistensi dasar kemanusian kita, sebagai mahluk yang

diciptakan dari kemahakuasaan sang pencipta, maka patutlah diucapkan puji

syukur atas kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat dan hidayah- nya,

sehingga makalah ini selesai pada waktunya, walaupun dalam bentuk yang sangat

sederhana yang diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah politik

lokal dan otonomi daerah program studi Hukum Tata Negara (siyasah syar’iyyah)

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bone.

Watampone, 31 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .....................................................................................i

KATA PENGANTAR ......................................................................................ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................2

C. Tujuan Penulisan ....................................................................................3


BAB II PEMBAHASAN

A. Tinjauan Umum Konsep Politik .............................................................4

B. Gambaran Umum Tentang Proses Politik ...............................................6

C. Proses Politik Yang Ada di Kabupaten Bone ..........................................9

BAB III PENUTUP

A. Simpulan ................................................................................................12

B. Saran ......................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konflik dan kerja sama dalam suatu proses pembuatan keputusan publik

adalah satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan sebagai bagian dari proses interaksi

antar kepentingan. Aspirasi dan kepentingan setiap kelompok dan individu dalam

masyarakat tidak selalu sama, melainkan berbeda bahkan dalam banyak hal

bertentangan satu sama lain.

Dalam usaha meneliti perilaku manusia, terlalu meremehkan negara beserta

lembaga-lembaganya padahal pentingnya lembaga-lembaga itu tidak dapat

dinaikan. Aliran baru ini dipelopori antara lain oleh Theda Skocpol yang menjadi

tersohor karena tulisannya yang berjudul “Bringing the State Back In: Strategies of

Analysis in Current Research.” Selain itu pengaruh ilmu ekonomi juga berkembang

melalui teori pilihan rasional (rational choice theory). Jadi jelaslah bahwa dewasa ini

ada keterkaitan yang erat antara ilmu politik dan ilmu-ilmu sosial lainnya, seperti

antropologi, sosiologi, dan ekonomi. 1

Manfaat pendidikan politik dapat melatih warganegara agar meningkat

partisipasi politiknya. Huntington dalam jurnal Nasiwan mendefinisikan partisipasi

politik sebagai kegiatan warga negara (private citizen) yang bertujuan

mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah.

1
Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Cet. I; Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2008), h. 9-10.

1
2

Definisi ini mensyaratkan bahwa yang tercakup dalam partisipasi politik

adalah kegiatan, dengan demikian orientasi-orientasi para warga negara terhadap

politik, pengetahuan tentang politik, minat terhadap politik, perasaan-perasaan

mengenai politik kompetisi dan keefektifan politik, persepsi-persepsi tentang

relevansi politik, itu seringkali juga tidak berkaitan.2

Dalam konteks politik, Kabupaten Bone memiliki DPRD (Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah) yang merupakan lembaga legislatif yang bertugas

membuat peraturan daerah dan mengawasi jalannya pemerintahan di Kabupaten

Bone. DPRD Kabupaten Bone terdiri dari 45 anggota yang dipilih melalui

Pemilihan Umum setiap lima tahun sekali. Dalam hal pembangunan, Pemerintah

Kabupaten Bone juga memiliki program-program prioritas untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat, antara lain dalam bidang infrastruktur, pendidikan,

kesehatan, dan pariwisata.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis berinisiatif mrmbuat suatu

karya tulis berupa makalh dengan judul “Proses Politik” yang membahas secara

umum dan melihat proses politik yang ada di Kabupaten Bone.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah pada makalah

ini, yaitu:

1. Bagainanakah konsep politik?

2. Bagaimanakah gambaran umum tentang proses politik?

3. Bagaimanakah proses politik yang ada di Kabupaten Bone?

2
Rudi Hartono, “Pendidikan dan Peran Pendidikan Politik Dalam Kehidupan
Bermasyarakat”, (Makalah, Universtas Negeri Yogyakarta, 2016), h. 8.
3

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui konse politik

2. Untuk mengetahui gambaran umum tentang proses politik

3. Untuk mengetahui proses politik yang ada di Kabupaten Bone


BAB II

PEMBAHASAN

A. Tinjauan Umum Konsep Politik

Kata politik berasal dari bahasa Yunani, yakni polis yang berarti kota yang

berstatus negara kota (city state). Dalam negarakota di zaman Yunani, orang saling

berinteraksi guna mencapai kesejahteraan (kebaikan, menurut Aristoteles) dalam

hidupnya. Politik yang berkembang di Yunani kala itu dapat ditafsirkan sebagai

suatu proses interaksi antara individu dengan individu lainnya demi mencapai

kebaikan bersama.

Dalam perkembangannya, para ilmuwan politik menafsirkan politik secara

berbeda-beda sehingga varian definisinya memperkaya pemikiran tentang politik.

Gabriel A. Almond mendefinisikan politik sebagai kegiatan yang berbuhungan

dengan kendali pembuatan keputusan publik dalam masyarakat tertentu di wilayah

tertentu, di mana kendali ini disokong lewat instrumen yang sifatnya otoritatif dan

koersif.

Politik merupakan cara orang yang hidup berkelompok membuat

keputusan. Maka dari itu, politik juga bisa disebut sebuah kesepakatan antar

manusia sehingga mereka bisa hidup bersama dalam kelompok seperti suku, kota,

atau negara. Politik juga disebut sebagai sebuah tahapan untuk membentuk atau

membangun posisi-posisi kekuasan di dalam masyarakat untuk pengambil

keputusan-keputusan yang terkait dengan kondisi masyarakat. Sederhananya,

politik adalah sebuah metode atau teknik dalam memengaruhi masyarakat sipil. 3

Jevi Nugraha, “Apa Itu Politik?”, dalam https://www.merdeka.com/jateng/apa-itu-politik-


3

berikut-pengertian-dan-contohnya-kln.html, 27 Maret 2023.

4
5

Politik adalah segala aktivitas atau sikap yang berhubungan dengan

kekuasaan dan yang bermaksud untuk mempengaruhi, dengan jalan mengubah atau

mempertahankan, suatu macam bentuk susunan masyarakat. Maka hakekat politik

menunjukkan perilaku atau tingkah laku manusia, baik berupa kegiatan, aktivitas,

ataupun sikap, yang tentunya bertujuan akan mempengaruhi atau mempertahankan

tatanan kelompok masyarakat dengan menggunakan kekuasaan. Ini berarti

kekuasaan bukanlah hakekat politik, meskipun harus diakui tidak dapat dipisahkan

dari politik, justru politik memerlukannya agar suatu kebijaksanaan dapat berjalan

dalam kehidupan masyarakat. Pada umumnya dikatakan bahwa politik (politics)

adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (atau negara) yang

menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan

tujuan-tujuan itu. 4

Aristoteles melihat politik sebagai suatu asosiasi warga negara yang

berfungsi membicarakan dan menyelenggarakan hal ikhwal yang menyangkut

kebaikan bersama selutuh anggota masyarakat. Pada pandangan klasik, dasar moral

tertinggi terdapat pada urusan-urusan yang menyangkut kebaikan bersama daripada

urusan-urusan yang menyangkut kepentingan swasta.5

Max Weber merumuskan politik sebagai persaingan untuk membagi

kekuasaan atau persaingan untuk mempengaruhi pembagian kekuasaan atau

persaiangan untuk mempengaruhi pembagian kekuasaan antarnegara maupun

antarkelompok di dalam suatu negara.6 kekuasaan melihat politik sebagai kegiatan

mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam masyarakat. Pandangan ini

biasanya dipersepsikan sebagai sesuatu yang kotor. Hal tersebut karena di dalam

4
Abdulkadir B. Nambo & Muhammad Rusdiyanto Puluhuluwa, “Memahami Tentang
Beberapa Konsep Politik..., h. 266.
5
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik (Cet.6; Jakarta: PT Grasindo, 2007), h. 2.
6
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik..., h. 3.
6

mencari dan mempertahankan kekuasaan digunakan juga tindakan yang ilegal dan

amoral.7

David Easton merumuskannya sebagai the authoritative allocation of values

for a society, atau alokasi nilai-nilai otoritatif, berdasarkan kewenangan, dan karena

itu mengikat untuk suatu masyarakat. Easton kemudian menggolongkan perilaku

politik berupa kegiatan yang mempengaruhi (mendukung, mengubah, menentang)

proses pembagian dan penjatahan nilai-nilai dalam masyarakat.8 Perebutan dalam

upaya mendapatkan dan/mempertahankan nilai-nilai disebut konflik. Maka dari itu

politik pada dasarnya adalah konflik. Pandangan ini mendasarkan bahwa konflik

adalah gejala yang serba- hadir dan gejala yang melekat dalam setiap proses

politik.9

B. Gambaran Umum Tentang Proses Politk

Pada dasarnya, menurut Miriam Budiardjo, dalam bukunya Dasar-Dasar

Ilmu Politik, Proses politik adalah pola-pola politik yang dibuat oleh manusia dalam

mengatur hubungan antara satu sama lain. Proses dalam setiap sistem dapat

dijelaskan sebagai input dan output. Input itu sendiri merupakan tuntutan serta

aspirasi masyarakat dan juga dukungan dari masyarakat. Input ini kemudian diolah

menjadi output, kebijaksanaan, dan keputusan-keputusan, yang akan dipengaruhi

oleh lingkungan sosial. 10

Lain daripada itu, Ramlan Surbakti berpandangan bahwa proses politik akan

menimbulkan gejala kekuasaan, meskipun hal itu bukan satu-satunya hal. Suatu

proses politik, pada intinya adalah penyelesaian konflik yang melibatkan

7
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik..., h. 5.
8
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik..., h. 6.
9
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik..., h. 8.
10
Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik.., h. 74.
7

pemerintah. Tahapan proses ini adalah politisasi dan/atau koalisi, pembuatan

keputusan serta pelaksanaan dan integrasi.

Hukum dan politik mmemiliki pola relasi yang tak pernah terpisahkan, pola

relasi ini kemudian berujung pada kesimpulan antara hukum determinan atas politik

atau politik determinan atas hukum. Hal semacam ini yang kemudian menjadi

pokok pembahasan dan alasan utama kenapa politik menjadi salah satu bagian yang

harus dikaji pada proses pembelajaran hukum terutama yang terkonsentrasi pada

Hukum Tata Negara.11

Proses politik berada di ruang hampa jika tidak ada objek/ tujuan dari proses

politik. Objek politik yang utama adalah Negara, Negara yang merupakan

organisasi kemayarakatan terbesar menjadi garapan utama untuk mencapai

kekuasaan (power) dalam kerangka menyebarkan pengaruh (influence). Dalam

pelaksanaan kekuasaan tentu melalului mekanisme tertentu, seperti pengambilan

keputusan (decision making), kebijakan public (public policy), dan alokasi atau

distribusi (allocation or distribution).

Jelas bahwa proses politik diawali dari proses tuntutan masyarakat, di

Indonesia hal semacam ini diejawantahkan dalam konstitusi / dasar Negara yang

memberikan kedaulatan secara penuh kepada rakyat. Tentu dalam tataran

pelaksanaannya ada intrumen yang digunakan untuk memperjuangkan tuntutannya.

Kekuasaan melalui jabatan-jabatan di berbagai level Negara dari eksekutif,

legislative, dan yudikatif sejatinya merupakan upaya untuk memberikan pengaruh

kepada msyarakat luas. Pengaruh pada msyarakat dilakukan melalui distribusi

sumber daya dalam masyarakat. Distribusi sumber daya tentu saja dipengaruhi

kelompok-kolepmpok dominan yang memiliki akses kekuasaan.

11
Yudi Rusfiana & Ismail Nurdin, Dinamika Politik Kontemporer; Internasional dan Lokal
Dengan Hambatan dan Tantangan Dalam Pencapaian (Cet. I; Bandung: CV Alfabeta, 2017), h. 52.
8

Politik bukanlah alat, sebagaimana telah disampaikan diatas bahwa politik

merupakan usaha, yang tentu saja dalam prosesnya membutuhkan alat. Alat politik

yang paling sederhana adalah rakyat dalam artian perseorangan. Setiap rakyat

memiliki peranan penting dalam proses politik, akan tetapi rakyat akan berkumpul

secara kolektif sesuai dengan persamaan cita-cita untuk mewujudkan tujuan politik

bersama.

Rakyat yang berkumpul memiliki kekuatan politik yang lebih kuat, sebab

upaya untuk mewujudkan cita-cita politik dilakukan bersama-sam dengan

menggunakan instrument tertentu, misalnya : organisasi masyarakat, partai politik,

komunita, dan bentuk-bentuk yang lain. Bentuk kolektifitas masyarakat itu

memainkan perannya masing-masing untuk mencapai tujuan dengan mekanisme

yang telah diatur. Pada tahapan ini terlihat determinan hukum atas politik. Dimana

hukum mengatur proses politik di suatu Negara. Proses untuk merebut kekuasaan

diatur dengan sistem tertentu demi terwujudnya cita-cita Negara.

Pada tahapan ini proses politik terasa begitu kuat relasinya dengan hukum.

Kekuasaan di selenggarakan melalui kebijakan publik dengan intrumen hukum.

Prof. DR. Moh. Mahfud MD dalam bukunya Politik Hukum Indonesia

mendefinisikan pola relasi hukum dan politik melalui politik hukum yang diartikan

sebagai “legal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang hukum yang akan

diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan penggantian

hukum lama, dalam rangka mencapai tujuan Negara. 12 Dapat disimpulkan bahwa

hukum merupakan alat pengejewantahan kekuasaan untuk menciptakan sistem

guna mencapai cita-cita bangsa dan tujuan Negara.

Sebagaimana yang disampaikan Subakti Ramlan bahwa Proses politik

melalui alat-alat / subjek politik dalam mencapai kekuasaan membutuhkan sumber-


12
A. Gau Kadir, “Dinamika Partai Politik di Indonesia”, Sosiohumaniora, Vol.16, No.2,
Juli, 2014, h. 134.
9

sumber yang dimiliki. Ada kondisi tertentu yang menuntut seseorang/ kelompok

masyarakat menggunakan sumber-sumber yang dimiliki untuk mempengaruhi

proses politik.

Demikianlah politik hadir diantara kehidupan sosial kemasyarakatan yang

membutuhkan proses, subjek dan objek dalam keberlangsungannya. Pada

prosesnya politik memiliki pola relasi yang kuat dengan hukum, terkadang muncul

determinan politik atas hukum dan begitupun sebaliknya.

C. Proses Politik Yang Ada di Kabupaten Bone

Sistem perpolitikan yang berlaku di Indonesia merupakan pedoman yang

harus dianut dan dijalankan di seluruh wilayah bangsa, mulai di tingkat pusat

hingga di daerah. Secara formal, regulasi terkait prosesproses politik juga semua

sudah diatur dan berlaku secara nasional. Meski demikian, di samping keberadaan

sistem dan regulasi politik tersebut, tidak bisa dinafikan bahwa pada saat yang

sama, ada nilai budaya lokal yang tetap ikut mewarnai sistem dan proses politik

yang berjalan, meski tidak tampak secara langsung. Artinya, untuk kegiatan

kegiatan politik seperti suksesi pemilihan Bupati dan wakil Bupati, atau pemilihan

anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), tetap mengacu pada sistem

dan aturan Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) yang berlaku di

Indonesia.

Peran Pemerintah Daerah menjadi posisi kunci dalam pelaksanaaan proses

politik di Kabupaten Bone. Jika dilihat dari fungsi ganda yang dimiiki Pemerintah

Daerah yakni sebagai penyelenggara sekaligus pengawas pemilihan, berarti

Pemerintah Daerah dituntut untuk mampu melaksanakan pemilihan yang

Langsung, umum, bebas dan rahasia serta jujur dan adil sesuai dengan tuntutan

demokrasi. Luasnya daerah Kabupaten Bone ditambah banyaknya desa yang


10

melakukan pemilihan menjadi tuntutan besar bagi Pemerintah Daerah untuk

menyukseskan pemilihan diseluruh wilayah Kabupaten.

Tidak ada pembatasan bahwa yang boleh menjadi calon kepala daerah harus

penduduk asli, atau harus bersuku tertentu. Bahkan faktor agama pun tidak menjadi

penghalang untuk menjadi kepala daerah, sepanjang memenuhi persyaratan yang

telah diatur di dalam Undang-Undang tentang Pemilukada. Begitu pula seterusnya,

siapa saja yang menjabat sebagai kepala daerah, undang-undang sudah memberi

kewenangan kepadanya untuk mengatur dan menata perangkat birokrasinya.

Kalangan bangsawan di Kabupaten Bone memiliki kesadaran akan asal-

usulnya dan melalui keluarga utamanya orang tua ditanamkan keyakinan dan sikap

untuk senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai kepemimpinan serta menghormati

sejarah leluhur bangsawannya. Dalam diri bangsawan di Kabupaten Bone

ditanamkan keyakinan bahwa di dalam dirinya mengalir darah pemimpin yang

kemudian membuat para bangsawan di Kabupaten Bone senantiasa termotivasi

untuk tetap mempertahankan eksistensinya sebagai wija mapparenta (keturunan

pemimpin). 13 Penanaman nilai sebagai wija mapparenta tidak hanya sekedar

penanaman nilai tentang kepemimpinan tetapi juga terkait dengan keharusan bagi

para bangsawan untuk memiliki kepribadian dan kemampuan yang memadai untuk

menjadi seorang pemimpin yang mampu mewujudkan nilai getteng, lempuk, ada

tongeng, sipakatau, dan temmappasilaingeng. 14

Dalam konteks politik Kabupaten Bone, dalam rangka menghadirkan

kehidupan politik yang demokratis, adil, egalitarian, profesional, dan kredibel,

13
Jumardi, “Tinjauan Tentang Kekuasaan Kultural di Kabupaten Bone (Studi Kasus
Kebangsawanan di Kabupaten Bone (Studi Kasus Kebangsawanan di Desa Ulubalang)”, (Skripsi,
Universitas Muhammadiyah Makassar, 2016), h. 18.
14
Suhartono, dkk. “Pengaruh Nilai Budaya Dalam Politk Lokal di Kabupaten Bone”,
Politics and Humanism, Vol. 1, No. 1, 2022, h. 33
11

dorongan keyakinan tauhid tidak menjadi faktor determinan. Hal tersebut dapat

ditandai dari gejolak atau respons yang muncul di masyarakat dalam keterlibatan

politiknya, baik secara konvensional maupun non konvensional, yang

mengagregasi imannya dengan memilih sikap-sikap pragmatis dan hedonis.

Peran Pemda sebagai faktor pendukung terlaksananya proses politik

sebenarnya telah membuka iklim pemilihan yang demokratis di Kabupaten Bone.

Mengingat bahwa kontrol pemerintah menjadi faktor kunci dalam penyelenggaraan

pemerintahan daerah, termasuk juga Pilkades. Sehingga besarnya peran Pemda

menjadi kekuatan tersendiri bagi Desa-desa untuk melaksanakan pemilihan yang

bersih sehingga harapan dari pemilihan ini dapat melahirkan Kepala Desa yang

amanah dan berpihak pada kepentingan umum.

Dengan segala daya yang ada, politik memang telah banyak diupayakan

untuk menjadi penghantar hadirnya kemaslahatan bagi semua masyarakat, karena

itu sistemya terus dibenahi. Tetapi sayangnya, praktik dan proses kehidupan politik

sejauh ini, justru telah banyak menggiring harapan akan kemaslahatan bergantung

hanya kepada sesuatu yang material, sehingga prinsipprinsip ketauhidan terabaikan.

Karena politik, kepentingan pragmatis dikejar dan iman menjadi tidak bermakna,

atau hanya sekedar menjadi simbol. 15 Melalui praktik politik yang demikian, nilai

keadilan menjadi mahal, praktik berdemokrasi menjadi komersial dan artifisial, rasa

persaudaraan menjadi hambar, toleransi menjadi kondisional, dan harkat

kemanusiaan menjadi tersandera.

15
Andi St. Aisyah, “Eksistensi Kaum Bangsawan Dalam Birokrasi di Kabupaten Bone”,
t.td. h. 10.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, adapun kesimpulan pada makalah ini,

yaitu:

1. Kata politik berasal dari bahasa Yunani, yakni polis yang berarti kota yang

berstatus negara kota (city state). Dalam negarakota di zaman Yunani, orang

saling berinteraksi guna mencapai kesejahteraan (kebaikan, menurut

Aristoteles) dalam hidupnya. Politik yang berkembang di Yunani kala itu

dapat ditafsirkan sebagai suatu proses interaksi antara individu dengan

individu lainnya demi mencapai kebaikan bersama. Politik merupakan cara

orang yang hidup berkelompok membuat keputusan. Maka dari itu, politik

juga bisa disebut sebuah kesepakatan antar manusia sehingga mereka bisa

hidup bersama dalam kelompok seperti suku, kota, atau negara. olitik juga

disebut sebagai sebuah tahapan untuk membentuk atau membangun posisi-

posisi kekuasan di dalam masyarakat untuk pengambil keputusan-

keputusan yang terkait dengan kondisi masyarakat. Sederhananya, politik

adalah sebuah metode atau teknik dalam memengaruhi masyarakat sipil.

2. Proses politik adalah pola-pola politik yang dibuat oleh manusia dalam

mengatur hubungan antara satu sama lain. Proses dalam setiap sistem dapat

dijelaskan sebagai input dan output. Input itu sendiri merupakan tuntutan

serta aspirasi masyarakat dan juga dukungan dari masyarakat proses politik

akan menimbulkan gejala kekuasaan, meskipun hal itu bukan satu-satunya

hal. Suatu proses politik, pada intinya adalah penyelesaian konflik yang

12
13

melibatkan pemerintah. Tahapan proses ini adalah politisasi dan/atau

koalisi, pembuatan keputusan serta pelaksanaan dan integrasi.

3. Sistem perpolitikan yang berlaku di Indonesia merupakan pedoman yang

harus dianut dan dijalankan di seluruh wilayah bangsa, mulai di tingkat

pusat hingga di daerah. Secara formal, regulasi terkait prosesproses politik

juga semua sudah diatur dan berlaku secara nasional. Meski demikian, di

samping keberadaan sistem dan regulasi politik tersebut, tidak bisa

dinafikan bahwa pada saat yang sama, ada nilai budaya lokal yang tetap ikut

mewarnai sistem dan proses politik yang berjalan, meski tidak tampak

secara langsung. Dalam konteks politik Kabupaten Bone, dalam rangka

menghadirkan kehidupan politik yang demokratis, adil, egalitarian,

profesional, dan kredibel, dorongan keyakinan tauhid tidak menjadi faktor

determinan. Hal tersebut dapat ditandai dari gejolak atau respons yang

muncul di masyarakat dalam keterlibatan politiknya, baik secara

konvensional maupun non konvensional, yang mengagregasi imannya

dengan memilih sikap-sikap pragmatis dan hedonis.

B. Saran

Aturan yang ada harus mampu menjawab berbagai persoalan yang bisa saja

muncul di lapangan. Sehingga harapan kami selaku penulis adalah pemerintah

harus kembali mengevaluasi Perda dan hasil pelaksanaan proses politik di

Kabupaten Bone, agar nantinya pada kegiatan politik ketika ada persoalan dapat

menjadi payung hukum.


DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Andi St.. “Eksistensi Kaum Bangsawan Dalam Birokrasi di Kabupaten


Bone”. t.td.
Budiarjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Cet. I; Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama. 2008.
Hartono, Rudi. “Pendidikan dan Peran Pendidikan Politik Dalam Kehidupan
Bermasyarakat”. Makalah. Universtas Negeri Yogyakarta. 2016.
Jumardi. “Tinjauan Tentang Kekuasaan Kultural di Kabupaten Bone (Studi Kasus
Kebangsawanan di Kabupaten Bone (Studi Kasus Kebangsawanan di Desa
Ulubalang)”. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Makassar. 2016.
Kadir, A. Gau. “Dinamika Partai Politik di Indonesia”. Sosiohumaniora. Vol.16.
No.2. Juli. 2014.
Nambo, Abdulkadir B. & Muhammad Rusdiyanto Puluhuluwa. “Memahami
Tentang Beberapa Konsep Politik (Suatu Telaah dari Sistem Politik)”.
Mimbar. Vol. 21. No.2. April-Juni. 2005.
Nugraha, Jevi. “Apa Itu Politik?”. dalam https://www.merdeka.com/jateng/apa-itu-
politik-berikut-pengertian-dan-contohnya-kln.html. 27 Maret 2023.
Rusfiana, Yudi & Ismail Nurdin. Dinamika Politik Kontemporer; Internasional dan
Lokal Dengan Hambatan dan Tantangan Dalam Pencapaian. Cet. I;
Bandung: CV Alfabeta. 2017.
Suhartono. dkk. “Pengaruh Nilai Budaya Dalam Politk Lokal di Kabupaten Bone”.
Politics and Humanism. Vol. 1. No. 1. 2022.
Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik. Cet.6; Jakarta: PT Grasindo. 2007.

14

Anda mungkin juga menyukai