Perihal rencana pembangunan mall yang sudah dilakukan oleh Bupati Sikka, adalah
bentuk pemikiran yang melibatkan aspek metafisik, dimana Bupati Sikka memiliki pemikiran
ketika dimasa depan, mall tersebut akan sangat berguna bagi masyrakat Sikka. Rencana
pembanggunan ini sudah terealisasikan dengan adanya investor yang sudah menyetujui
pembangunan dan surat ijin pembanguan yang sudah diajukan.
Karakter prespektif estetika yang selanjutnya adalah mencintai seni budaya lokal serta
menjaga keasrian dan kelestarian seni budaya itu sendiri. Seni budaya lokal sangat
berpengaruh bagi perkembangan masyarakat lokal, baik itu perkembangan ekonomi, sosial
dan budaya itu sendiri. Dari sisi ekonomi, seni budaya lokal memiliki daya jual keluar
daerah, baik itu nasional maupun iternasional. Dari sisi sosial, penjagaan kelestarian
kesenian ini, memiliki nilai bagi masyarakat daerah yaitu sebagai bentuk karakter, jiwa dan
peninggalan yang berharga. Dari segi budaya, tentu saja penjagaan kelestarian seni budaya
ini, bermanfaat bagi kelestarian budaya lokal itu sendiri, sehingga masyrakat lokal tidak
kehilangan jati dirinya.
Di kabupaten Sikka, saya masih belum menemukan realisasi dari aspek pemikiran
pemerintah yang estetika. Hal ini, bukan atas dasar tanpa sebab karena sebuah opini. Yang
saya dapati adalah, pembangunan infrastruktur daerah Sikka masih amburadul. Saya tidak
menemukan sedikitpun infrastruktur bangunan yang memiliki sifat seni budaya lokal.
Tatakelola ruang kota daerah Sikka sama tidak konsistenya juga, tidak jelas kemana tata kota
Kabuapten Sikka mau diarahkan. Perkotaan yang tidak rapih dari segi tata ruang kota,
lingkungan kota yang masih buruk dari pengolaan kebersihan (sampah), pepohonan yang
kalah bersaing dengan tiaang-tiang listrik maupun Telkom, pohon yang ditebang karena
menghalangi kabel listrik (penghijauan). Akhirnya, saya menyimpulakan, asen estetika di
kabupaten Sikka masih sangat kurang diterapkan apalagi dihargai atau dicintai. Saya sedikit
khawatir, apakah aspek estetika pemerintahan yang berbudaya seni lokal belum diterapkan
ataukah memang tidak mauditerapkan, dan kian lama, masyarakat Sikka menjadi kelompok
tanpa budaya, tanpa jati diri, tanpa jiwa, hingga akhirnya hilang.
3.1. Realisasi kewenangan yang dimiliki pemerintah daerah Sikka untuk melayani
masyarakat.
Pertama, realisasi kewengan pemeritahan daerah Sikka bisa dikatakan sebagian kecil
sudah dilaksanakan, hal tersebut sudah dibuktikaan dengan terlaksananya sedikit dari
sebagian program kerja pemerintah daerah Sikka sekarang ini. Penilaian akan realisasi ini,
masih sedikit oleh penulis, karena masih ada bebrapa yang belum direalisasikan. Pada
kenyataannya, pembanguan yang sudah direalisassikan, masih bersifat “realisasi” itu sendiri,
maksudnya adalah, pemeritah daerah hanya mengiplementasikan bentuk realisasi dari
pembanguan itu sendiri, tanpa berpikir dan menganalisis perkembangan ataupun meanjemen
perawatan akan bangunan itu sendiri, agar kokoh dimasa depan. Realisai kewenangan
terhadap masyrakat seperti ini memang nilainya sudah dilaksanakan, tetapi permasalahan nya
belum selesai, karena sifat jangka panjang dari realisasi tersebut belum disentuh.