Anda di halaman 1dari 2

Ajakan Berbahasa Ibu

(kajian naratif mengenai ajakan untuk berbahasa daerah Sikka)

Oleh: Sebastianus G. Duminggu

Beginilah cara mengenal diri sendiri, menghargai budaya sendiri. Bahasa ibu bukan sebagai
ikon(prasangka buruk) orang kampung (natar). Bahasa ibu seharusnya menjadi simbol nilai
sebuah budaya ada dan dihargai. Kebanyakan kita orang Sikka pada umumnya, merasa atau
berpola pikir: "jika, bahasa Ibu itu kuno, kampungan, dan malah memisahkan kita dengan tujuan
mencapai gelar intelektual" . Kita, masyrakat Sikka terlalu egois, menyebut diri sebagai orang
Sikka, tetapi benarkah semua orang Sikka tahu bahasa ibunya? (malah ada yang malu
menggunakan itu) . Dari pengalaman hidup, kebanyakan orang Alok, merasaa diri sebagai pusat
kota Sikka, mereka enggan lagi menggunakan bahasa ibu. Mereka lebih percaya menggunakan
bahasa Indonesia (dialeg lokal), dan belum tentu, bahasa Indonesia yang mereka gunakan, sudah
benar secara dialektika Indonesia sendiri.

Pertanyaannya seperti ini, "jika anda orang Sikka, mengaku berbudaya Sikka, Apakah anda
sudah menguasai bahasa Sikka? ( secara mahir, bukan sekedar mengerti). Bukankah bahasa ibu
sebagai simbol kebudaayan, ciri khas budaya sendiri? Ketika anda keluar daerah, orang akan
mengetahui budaya asal anda dengan cara mengenal bahasa Ibu yang kamu gunakan, atau jika
mereka merasa asing, maka akan timbul pertanyaan "dari mana bahasa itu, atau dari mana anda
berasal? ( proses seprti ini biasanya menguntungkan kita untuk memperkenalkan budaya kita
keluar). Bukankan didalam melaksanankan ritual adat, bahasa ibu-lah yang digunakan? Jika
benar semua seperti bentuk pertanyaan relungan diatas, dimana letak kecintaan budaya, nilai
budaya yang dijunjung, dan karakteristik budaya lokal yang dimiliki, ketika seseorang tidak
menguasai bahasa ibunya sendiri? Ya, memang di masa moderen ini, budaya sudah
terus-"menerus dikikis perlahan oleh kecanduan manusia terhadap modernitas.

Banyak bangsa yang hebat teknologi nya, negerinya, tetapi mencintai budayanya.
Bagaimana Tidak? UK? bahasa Ingris? bukankah itu budaya mereka, dengan kekhasan dialeg
british punya mereka. Tidak perlu melihat keluar negeri, contoh kecil di Indonesia, bukankah
orang Jawa seperti itu?, Bandung? Mereka menjunjung tinggi nilai budaya dengan menggunakan
bahasa ibunya, dan tentu saja, tidak minder. Jadi, budayakan berbahasa daerah dengan sesama
satu daerah(mungkin perlu adanya mapel wajib di sekolah mengenai berbahasa Sikka secara
Baik dan benar), bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu, ingat itu. Terima Kasih.

Anda mungkin juga menyukai