Anda di halaman 1dari 17

Drs. I Wayan Sudana, M.

Si

Pelayanan Publik dan Integritas

A.
B.
C.
D.

Konsep Budaya Birokrasi


Paternalisme, Sebuah Pengaruh Sistem Kerajaan
Nilai, Tradisi, dan simbol dalam Birokrasi
Kultur Birokrasi dalam Kinerja Pelayanan

Drs. I Wayan Sudana, M.Si

Pelayanan Publik dan Integritas

Tujuan pembelajaran secara khusus didalam budaya


birokrasi pelayanan publik, mahasiswa diharapkan dapat
memahami dan menjelaskan :
1.Konsep budaya birokrasi
2.Paternalisme, sebuah pengaruh sistem kerajaan
3.Nilai, tradisi, dan simbol dalam birokrasi
4.Kultur birokrasi dalam kinerja pelayanan

Drs. I Wayan Sudana, M.Si

Pelayanan Publik dan Integritas

1. Bagaimana konsep budaya birokrasi?


2. Bagaimana pengaruh budaya paternalisme terhadap
kinerja birokrasi?
3. Apa pengaruh nilai, tradisi, dan simbol dalam birokrasi?
4. Bagaimana kultur birokrasi dalam kinerja pelayanan?

Drs. I Wayan Sudana, M.Si

Pelayanan Publik dan Integritas

KONSEP
BUDAYA
BIROKRASI

U
D
Y
A

BUDAYA
PARTERNALISME

KERJASAMA
TRIAS POLITICA
PUBLIC POLICY
BEDA DG SWASTA
MANUSIA
PELAYANAN PUBLIK

MANUSIA
ORGANISASI
UANG
PERENCANAAN
KEBIJAKAN
PENAMPILAN ADM
KOORDINASI
FEED-BACK-EVALUASI
KELEMBAGAAN
PEMBAHARUAN
MANUSIA

I
R

O
K
R
A

NILAI, SIMBOL,
TRADISI

S
I

KULTUR
BIROKRASI

Drs. I Wayan Sudana, M.Si

ORGANISASI PUBLIK
MANAJEMEN PUBLIK
KEBIJAKAN PUBLIK
AKUNTABILITASETHIC

Pelayanan Publik dan Integritas

TIDAK TERGANTUNG PASAR


MONOPOLI
OTORITAS LEMAH
PENGARUH POLITI KUAT
DAMPAKNYA LUAS
KEGIATANNYA MENDAPAT
PENILAIAN POLITIK
HARAPAN PUBLIK
TUJUANNYA KOMPLEKS
OTORITAS TERBATAS
TERLALU HATI-HATI KAKU
SULIT MENENTUKAN INSENTIV
VARIASI TINGGI

KONSEP BUDAYA BIROKRASI


Budaya birokrasi merupakan kesepakatan bersama
tentang nilai-nilai bersama dalam kehidupan organisasi
dan mengikat semua orang dalam organisasi
bersangkutan (SP. Siagian, 1995).
Budaya birokrasi dapat digambarkan sebagai sebuah
sistem atau seperangkat nilai yang memiliki simbol,
orientasi nilai, keyakinan pengetahuan dan pengalaman
kehidupan yang terinternalisasi ke dalam pikiran.
Seperangkat nilai diaktualisasikan kedalam sikap, tingkah
laku, dan perbuatan yang dilakukan setiap anggota
organisasi yang dinamakan birokrasi.
Drs. I Wayan Sudana, M.Si

Pelayanan Publik dan Integritas

BUDAYA PATERNALISME; SEBUAH


PENGARUH SISTEM KERAJAAN
Corak parternalistik birokrasi di Indonesia :
Mencerminkan hubungan bapakisme.
Hubungan bapakisme ini lebih halus dibandingkan
hubungan patron klien.
Posisi seorang bawahan dan atasan disamakan dengan
posisi hubungan antara anak dengan bapaknya.
Konsep Jawa, anak harus hormat pada bapaknya yang
secara praktis termanifestasi dalam perasaan sungkan dan
berbahasa halus (kromo) berbicara dengan bapak.
Anak melayani orang tua untuk mencari perhatian.
Drs. I Wayan Sudana, M.Si

Pelayanan Publik dan Integritas

Pola hubungan paternalistik patron cllient agak

berbeda sedikit dengan pola hubungan bapakisme.

Hubungan patron clien menekankan pada segi materi

Hubungan bapakisme disamping memenuhi


kebutuhan materi juga menekankan hubungan yang
bersifat non materi yang meliputi pemenuhan materi,
sosial, spiritual, dan emosional.

Drs. I Wayan Sudana, M.Si

Pelayanan Publik dan Integritas

Sifat budaya dualisme birokrasi tercermin dalam

pelayanan publik;

Birokrasi memiliki orientasi nilai berbeda dan saling


bertentangan.
Satu sisi harus dituntut loyal pada pimpinan melalui
prinsip loyalitas yang justru lebih mendominasi.
Disisi lain birokrasi diharuskan mengaktualisasikan
prinsip abdi masyarakat, sebagai pemberi layanan
yang harus mengutamakan kepentingan masyarakat.
Pola dualisme menyebabkan birokrasi berlombalomba menaikan harga diri untuk mencari status,
kehormatan, dan kemuliaan di antara sesama rekan
kerja, kelompok maupun masyarakat.

Drs. I Wayan Sudana, M.Si

Pelayanan Publik dan Integritas

NILAI, TRADISI, DAN SIMBOL DALAM


BIROKRASI
Kebudayaan biasanya sarat dengan nilai, tradisi, dan

simbolis pada budaya kekuasaan politik tradisional


terdapat keyakinan bahwa pimpinan tak pernah
bersalah atau tidak pernah mau disalahkan.
Jika terjadi kesalahan tindakan, aparat bawah yang

selalu menjadi tumpuan kesalahan.


Masyarakat seringkali dituduh sebagai pihak penyebab

terjadinya kelambanan pelayanan, dengan alasan tidak


memahami aturan dan keinginan birokrasi.

Perilaku dan simbol-simbol yang digunakan oleh elit

birokrasi untuk mencari dan mempertahankan


karateristik tercermin dari penggunaan mobil dinas
dgn plat merah dgn nomor kecil dan atribut-atribut
yang melekat pada seragam dinas, dll.
Hal ini berimbas pada masyarakat, banyak

masyarakat yang meniru status simbol tersebut


dengan membeli nomor kecil untuk plat kendaraannya
meskipun bayar mahal.
Drs. I Wayan Sudana, M.Si

Pelayanan Publik dan Integritas

11

KULTUR BIROKRASI PELAYANAN


PUBLIK
Kultur birokrasi pemerintahan seharusnya lebih

menekankan pada pelayanan masyarakat ternyata tidak


dapat dilakukan secara efektif oleh birokrasi di
Indonesia.
Implikasi sistem ORBA yang menempatkan birokrasi

sebagai instrumen politik kekuasaan daripada sebagai


agen pelayan publik.
Hal ini disebabkan oleh akar sejarah kultur feodalistik

birokrasi, seperti masih diadopsinya budaya priyayi yang


sangat bersifat paternalistik

Sentralisme birokrasi menyebabkan terjadinya patalogi

birokrasi dalam bentuk berbagai penyimpangan


kekuasaan dan wewenang.
Patalogi muncul karena norma dan nilai-nilai yang jadi

acuan bertindak lebih keatas yaitu orientasi pada


kepentingan politik kekuasaan dan bukan kepada publik.

Drs. I Wayan Sudana, M.Si

Pelayanan Publik dan Integritas

13

KESIMPULAN

1. Budaya formalisme, melahirkan birokrasi


mengutamakan simbol-simbol ketimbang produktivitas
dalam pelayanan publik
2. Budaya feodalisme dan paternalisme, melahirkan
birokrasi dengan orientasi status dan senioritas lebih
menonjol ketimbang professionalisme dan kreativitas
3. Budaya utpeti, uang pelicin, uang administrasi yang
pada gilirannya melahirkan KKN dan abuse of power
(Darwin, 1999 dan Muhaimin, 1980)

Drs. I Wayan Sudana, M.Si

Pelayanan Publik dan Integritas

14

4. Budaya yang lebih mengutamakan perbuatan diam


ketimbang bertindak, tercermin dalam sikap
mengutamakan perencanaan dan kurang berorientasi
pada implementasi tindakan
5. Budaya patrimonial, budaya yang masih banyak
terikat oleh tradisi politik dan budaya masyarakat
setempat yang seringkali tidak kondusif dan
melanggar peraturan-peraturan yang telah ditentukan.

Drs. I Wayan Sudana, M.Si

Pelayanan Publik dan Integritas

15

6. Struktur birokrasi, masih dianggap berat di bawah dan


ringa di atas. Muaranya pada beban kerja yang berat
bagi bawahan dan atasan terlalu enak memerintah,
akhirnya kemampuan merepon perubaahan menjadi
berkurang (Thoha, 1991).
7. Birokrasi kita masih kental kebiasaan yang tidak
produktif masih terlihat dan terlibat tata cara
seremonial (Efendi, 1991)

Drs. I Wayan Sudana, M.Si

Pelayanan Publik dan Integritas

16

8. Birokrasi kita belum mampu menyesuaikan tuntutan

perubahan modern, hal ini terlihat dengan struktur yang


sangat besar/gemuk namun minim fungsi (struktur masih
statis)
9. Birokrasi kita baru taraf sloganisme yang realisasinya

masih ditunggu rakyat (Thoha, op. cit)


10. Mentalitas birokrasi kita masih orientasi pada kulit belaka

dan belum pada substansinya. Artinya masih terjebak


pada status, sehingga cenderung berat sebelah yaitu
berorientasi cari perhatian ke pada atasannya, kurang
objektif dalam memberikan pelayanan kepada publik.
Drs. I Wayan Sudana, M.Si

Pelayanan Publik dan Integritas

17

Anda mungkin juga menyukai