Anda di halaman 1dari 60

BAB II

PEMBAHASAN
1.1 New Public Management
New Public Management
(NPM) merupakan isu penting
dalam reformasi sektor publik.
Konsep NPM juga memiliki
keterkaitan dengan permasalahan
manajemen kinerja sektor publik
karena pengukuran kinerja
menjadi salah satu prinsip NPM
yang utama. Gerakan NPM pada
awalnya terjadi di negara-negara
maju di Eropa, akan tetapi pada
perkembangannya konsep NPM
telah menjadi suatu gerakan global,
sehingga negara-negara
berkembang pun juga terkena
pengaruh penyebaran global dari
konsep ini. New Public
Management (NPM) merupakan
sistem manajemen administrasi
publik yang paling aktual di
seluruh dunia dan sedang
direalisasikan di hampir seluruh
negara industri. Sistem ini
dikembangkan di wilayah anglo
Amerika sejak paruh kedua tahun
80-an dan telah mencapai status
sangat tinggi khususnya di
Selandia Baru. Perusahaan-
perusahaan umum diprivatisasi,
pasar tenaga kerja umum dan
swasta dideregulasi, dan dilakukan
pemisahan yang jelas antara
penetapan strategis wewenang
negara oleh lembaga-lembaga
politik apa yang dilakukan negara
dan pelaksanaan operasional
wewenang oleh administrasi
pemerintah dan oleh badan
penanggung jawab yang
independen atau swasta bagaimana
wewenang dilaksanakan.
Dalam NPM, pemerintah
dipaksa untuk mengadopsi, baik
teknik-teknik administrasi bisnis
juga nilai-nilai bisnis. Ini meliputi
nilai-nilai seperti kompetisi,
pilihan pelanggan, dan respek atas
semangat kewirausahaan. Sejak
tahun 1990-an, reformasi-reformasi
di sektor publik menghendaki
keunggulan-keunggulan yang ada
di sektor swasta diadopsi dalam
prinsip-prinsip manajemen sektor
publik.
Pendekatan manajerial
model NPM yang dikembangkan
pertama kali oleh Hood ini atau
managerialism istilah Polit atau
market based public administration
istilah Lan dan Rosenbloom atau
entrepreneurial government istilah
Osbone dan Gebler, walau memiliki
istilah yang berbeda namun pada
dasarnya sama-sama berupaya
mentransformasi birokrasi lama
menjadi birokrasi baru. Dengan
melakukan hal-hal yang
sebagaimana dikemukakan Owen E.
Hughes (1994, 3) : Improving public
management, reducing budgets,
privatisations of public enterprise
seem universal; no-one now is
arguing for or increasing the scope
of government or bureaucracy. Dan
memiliki tujuan yang sama pula,
antara lain : pertama, lebih
memperhatikan pada hasil tujuan
dan tanggung jawab personal
manajer; kedua, lebih
mengutamakan pembentukan
organisasi, personil, dan pekerja
dan suasana yang lebih fleksibel;
ketiga, membuat tujuan organisasi
dan personil yang jelas dan mudah
diukur dengan menentukan
indikatornya; keempat, staf senior
lebih memiliki komitmen politik
(politically commited) pada
pemerintah, tidak partisan dan
tidak netral benar; kelima, fungsi
pemerintah lebih kepada fasilitator
dari pada pelaksana; terakhir, pada
fungsi pemerintah dikurangi
dengan melakukan privatisasi
(Hughes, 1994, 58)
engertian New Public Management
New Public Management
tidak selalu dipahami sama oleh
semua orang, bagi sementara
orang, NPM adalah suatu system
manajemen desentral dengan
perangkat-perangkat manajemen
baru seperti controlling ,
benchmarking dan lean
management, bagi yang lain, NPM
dipahami sebagai privatisasi sejauh
mungkin atas aktivitas pemerintah.
Sebagian besar ahli membedakan
antara pendekatan manajemen
sebagai perangkat baru
pengendalian pemerintah dan
pendekatan persaingan sebagai
deregulasi secara maksimal serta
penciptaan persaingan pada
penyediaan layanan pemerintah
kepada masyarakat. Jika
disimpulkan, NPM memiliki ciri-
ciri berikut: pertama pengendalian
yang berorientasi pada persaingan
dengan cara pemisahan wewenang
antara pihak yang memberi dana
dan pihak pelaksana tugas; kedua
memfokuskan pada efektifitas,
efisiensi dan mutu pelaksanaan
tugas; ketiga pemisahan
manajemen strategis apa dari
manajemen operasional
bagaimana, keempat dalam
pemberian order dan anggaran
umum, pelaksana order
pemerintah dan swasta
diperlakukan sama, kelima Adanya
upaya meningkatkan inovasi yang
terarah (sebagai bagian dari order
kerja) karena adanya pendelegasian
(bukan hanya desentralisasi)
manajemen opersional.
Tujuan New Public Management
1. Menurut Rainey (1990): public
management aims to achieve skills
and improve skills and improve
accountability Manajemen publik
itu ditujukan untuk meningkatkan
tercapainya tujuan sektor publik
(lebih efektif dan efisien),
pegawainya lebih berkeahlian dan
lebih mampu
mempertanggungjawabkan
kinerjanya.
2. Menurut Graham & Hays (1991):
public managemen are concerned
with efficiency,accountability,goal
achlevement and dozen of other
managerial and technical question,
Manajemen publik itu bertujuan
untuk menjadikan sector public
lebih efisien, akuntabel, dan
tujuannya tercapai serta lebih
mampu menangani berbagai
masalah manajerial dan teknis.
Tujuan New Public
Management adalah untuk
merubah administrasi publik
sedemikian rupa sehingga,
kalaupun belum bisa menjadi
perusahaan, ia bisa lebih bersifat
seperti perusahaan. Administrasi
publik sebagai penyedia jasa bagi
warga harus sadar akan tugasnya
untuk menghasilkan layanan yang
efisien dan efektif. Tapi, di lain
pihak ia tidak boleh berorientasi
pada laba. Padahal ini wajib bagi
sebuah perusahaan kalau ia ingin
tetap bertahan dalam pasar yang
penuh persaingan.
NPM Diseluruh Dunia
Inggris : Pemisahan yang
jelas antara kebijakan di unit-unit
sentra dengan unit-unit
penyampaian layanan (agen-agen
eksekutif dipisahkan dari kontrol
pemerintah pusat) Tenaga kerja
kontrak, Uji pasar internal,
Pengurangan kekuasaan pelayanan
publik praktik-praktik. New
Zealand: konsep input (politik) Vs
output (birokratik) konsep
kompetisi internal. Australia:
konsep dayasaing internal.
Belanda, Jepang: konsep-konsep
keagenan, otonomi administratif.
Amerika Serikat: Review Kinerja
Nasional, Undang-Undang Kinerja
Pemerintah, 1993. Kanada : Review
Program, Pendekatan reformis
terhadap struktur yang baru
dengan tujuan: Simplisitas
organisasi: pelaporan langsung
pada menteri, Efisiensi
administrasi: delegasi tingkat
tinggi. Swedia: Pemerintahan
terpusat, Peranan negara secara
ekstensif: reduksi kontrol secara
lokal
Tujuan di atas bukanlah
satu tujuan yang tak dapat dicapai,
seperti yang ditunjukkan oleh
pengalaman dari berbagai negara
(Swedia, Belanda, Selandia Baru,
AS, Britania Raya, dls.) yang
beberapa tahun lalu merasa harus
melakukan reformasi terhadap
kinerja administrasi publik di
negara mereka. Reformasi ini juga
menjadi semakin penting di
negara-negara lain dan juga di
Amerika Latin.
Karakteristik New Public
Management
Menurut C.Hood (1991) terdapat 7
karakteristik New Public
Management, yaitu:
1. Hands-on professional
management. Pelaksanaan tugas
manajemen pemerintahaan
diserahkan kepada manajer
professional.
2. Explicit standards and measures
of performance. Adanya standar
dan ukuran kinerja yang jelas.
3. Greater emphasis on out put
controls. Lebih ditekankan pada
control hasil/keluaran.
4. A shift to desegregations of units
in the public sector. Pembagian
tugas ke dalam unit-unit yang
dibawah.
5. A shift to greater competition in
the public sector. Ditumbuhkannya
persaingan ditubuh sektor publik.
6. A stress on private sectore styles
of management practice . Lebih
menekankan diterapkannya gaya
manajemen sektor privat.
7. A stress on greater discipline and
parsimony in resource use. Lebih
menekankan pada kedisiplinan
yang tinggi dan tidak boros dalam
menggunakan berbagai sumber.
Sektor publik seyogjanya bekerja
lebih keras dengan sumber-sumber
yang terbatas (to do more with
less).
NPM adalah konsep yang
menaungi serangkaian makna
seperti desain organisasi dan
manajemen, penerapan
kelembagaan ekonomi atas
manajemen publik, serta pola-pola
pilihan kebijakan. Telah muncul
sejumlah debat seputar makna asli
dari NPM ini. Namun, di antara
sejumlah perdebatan itu muncul
beberapa kesamaan yang dapat
disebut sebagai prinsip dari NPM,
yang meliputi: Penekanan pada
manajemen keahlian manajemen
professional dalam mengendalikan
organisasi; Standar-standar yang
tegas dan terukur atas performa
organisasi, termasuk klarifikasi
tujuan, target, dan indikator-
indikator keberhasilannya.
Peralihan dari pemanfaatan kendali
input menjadi output, dalam
prosedur-prosedur birokrasi, yang
kesemuanya diukur lewat
indikator-indikator performa
kuantitatif. Peralihan dari system
manajemen tersentral menjadi
desentralistik dari unit-unit sektor
publik. Pengenalan pada kompetisi
yang lebih besar dalam sektor
publik, seperti penghematan dana
dan pencapaian standar tinggi
lewat kontrak dan sejenisnya;
Penekanan pada praktek-
praktek manajemen bergaya
perusahaan swasta seperti kontrak
kerja singkat, pembangunan
rencana korporasi, dan pernyataan
misi; dan Penekanan pada
pemangkasan, efisiensi, dan
melakukan lebih banyak dengan
sumber daya yang
sedikit.Penekanan pertama, yaitu
keahlian manajemen professional,
mensugestikan top-manager
(presiden, menteri, dirjen) harus
mengendalikan organisasi-
organisasi publik secara aktif
dengan cara yang lebih bebas dan
fleksibel. Top-top manager ini tidak
lagi berlindung atas nama jabatan,
tetapi lebih melihat organisasi yang
dipimpinnya sebagai harus
bergerak secara leluasa bergantung
pada perkembangan sektor publik
itu sendiri. Sebab itu, para top
manager harus punya skill
manajerial professional dan diberi
keleluasaan dalan memanage
organisasinya sendiri, termasuk
merekrut dan member kompensasi
pada para bawahannya. Lalu,
penekanan pada aspek orientasi
output menghendaki para staf
bekerja sesuai target yang
ditetapkan. Ini berbalik dengan
OPM yang berorientasi pada proses
yang bercorak rule-governed.
Alokasi sumber daya dan reward
atas karyawan diukur lewat
performa kerja mereka. Juga,
terjadi evaluasi atas program serta
kebijakan dalam NPM ini.
Sebelum berlakunya NPM,
output kebijakan memang telah
menjadi titik perhatian dari
pemerintah. Namun, perhatian atas
output ini tidaklah sebesar
perhatian atas unsure input dan
proses. Ini akibat sulitnya
pengukuran keberhasilan suatu
output yang juga ditandai
lemahnya control demokratis atas
output ini. NPM justru
menitikberatkan aspek output dan
sebab itu menghendaki pernyataan
yang jernih akan tujuan, target,
dan indikator-indikator
keberhasilan.
Konsep anggaran dengan
pendekatan New Public
Management (NPM) merupakan isu
penting dalam reformasi sektor
publik. Konsep ini muncul karena
sistem tradisional yang diterapkan
di negara-negara berkembang saat
itu dirasa masih banyak kelemahan
antara lain proses anggaran ini
masih terpisah untuk pengeluaran
rutin dan pengeluaran modal/
investasi, bersifat tahunan,
menerapkan sentralisasi,
persetujuan yang sering terlambat,
dan aliran informasi yang tak
memadai. Dari situlah muncul
konsep anggaran dengan
pendekatan NPM yakni untuk
mengatasi kelemahan-kelemahan
pada sistem sebelumnya (sistem
tradisional). Konsep NPM memiliki
keterkaitan dengan permasalahan
manajemen kinerja sektor publik
karena memang fokus utama
konsep ini adalah pada pengukuran
kinerja, bukan pada kebijakan
(bpkp, 2007). Konsep ini pada
awalnya terjadi di negara-negara
maju di Eropa, akan tetapi pada
perkembangannya konsep ini telah
menjadi suatu gerakan global yang
mana negara-negara berkembang
pun ikut terpengaruh dari
penyebaran konsep ini. Dengan
diterapkannya konsep NPM ini,
maka otomatis menimbulkan
beberapa konsekuensi pada
pemerintah yakni adanya tuntutan
untuk melakukan efisiensi,
pemangkasan biaya (cost cutting),
dan kompetisi tender.
Langkah untuk menerapkan
New Public Management bisa
dilakukan dengan syarat ada cukup
jumlah pendukung yang kritis
yang menghendaki reformasi. Para
pendukung ini harus berasal dari
administrasi (pemda, pemkot) dan
politik; berarti mereka harus
seorang birokrat dan politisi.
Warga juga akan setuju dengan
penerapan NPM ini karena mereka
banyak mengkritisi kelemahan
atau kinerja administrasi yang
loyo. Namun demikian, reformasi
ini harus didukung bersama agar
warga bisa memberikan tekanan
yang dibutuhkan terhadap politisi
dan pihak administrasi untuk
menyelesaikan proses reformasi
dengan sukses. Harus jelas bahwa
restrukturisasi seperti ini punya
harga, tapi harus disadari pula
bahwa penghematan yang
dihasilkan reformasi ini bisa
dengan mudah membiayai kembali
investasi. Akan tetapi, sebelum
upaya penerapan NPM ini bisa
direalisasikan, harus diciptakan
dulu prakondisi, yakni pertama,
batasan tanggung jawab antara unit
perencana dan unit pelaksana
(politik dan administrasi) dan
perangkat sumber daya yang
bersifat desentral.
New Public Management (NPM)
New Public Management
(NPM) adalah suatu sistem
manajemen desentral dengan
perangkat-perangkat manajemen
baru seperti controlling,
benchmarking dan
leanmanagement; bagi yang lain,
NPM dipahami sebagai privatisasi
sejauh mungkin atas aktivitas
pemerintah. Sebagian besar penulis
membedakan antara pendekatan
manajemen sebagai perangkat baru
pengendalian pemerintah dan
pendekatan persaingan sebagai
deregulasi secara maksimal serta
penciptaan persaingan pada
penyediaan layanan pemerintah
kepada rakyat.
New Public Management
tidak selalu dipahami sama oleh
semua orang. Bagi sementara
orang, NPM adalah suatu sistem
manajemen desentral dengan
perangkat-perangkat manajemen
baru seperti controlling,
benchmarking dan lean
management; bagi yang lain, NPM
dipahami sebagai privatisasi sejauh
mungkin atas aktivitas pemerintah.
Sebagian besar penulis
membedakan antara pendekatan
manajemen sebagai perangkat baru
pengendalian pemerintah dan
pendekatan persaingan sebagai
deregulasi secara maksimal serta
penciptaan persaingan pada
penyediaan layanan pemerintah
kepada rakyat. Jika disimpulkan,
NPM memiliki ciri-ciri berikut:
Pengendalian yang
berorientasi pada persaingan
dengan cara pemisahan wewenang
antara pihak yang memberi dana
dan pihak pelaksana tugas;
pemfokusan pada efektifitas,
efisiensi dan mutu pelaksanaan
tugas; pemisahan manajemen
strategis dari manajemen
operasional Dalam pemberian
order dan anggaran umum,
pelaksana order swasta dan
pemerintah diperlakukan sama.
Administrasi Lain
Penawar Swasta
Administrasi
Produksi atau penjualan produk
Tanggung jawab total secara desentral
Manajemen Kualitas
Parlemen
Definisi Produk Kualitas dan harga
Keputusan Anggaran
Cotrolling
Benchmarking
Kontrak
Anggaran Departemen
Laporan Cotrolling
Manajemen Kontrak
Grafik: New Publan peng
Warga
Pemilih Klien
Adanya upaya meningkatkan
inovasi yang terarah (sebagai
bagian dari order kerja) karena
adanya pendelegasian (bukan
hanya desentralisasi) manajemen
operasional
NPM sebagai Produk dari
Globalisasi
Globalisasi bisa
menjanjikan kemakmuran pada
negara-negara maju yang
rnenginginkan tercapainya misi
nrgara-negara tersebut dalam
mengusung gaya ideologi
kapitalisme dan liberalisme.
Mereka dapat memasuki wilayah
negara yang sedang berkembang
dengan mengusung misi
"kebebasan" disemua aspek, yaitu
politik, ekonomi dan sosial budaya.
Tidak dapat disangsikan lagi bahwa
pengaruh globalisasi dibidang
ekonomi sangat menguntungkan
negara-negara maju, karena dalam
"upaya" mcmperbaiki ekonomi
negara-negara berkembang,
terdapat unsur-unsur ideologi yang
disusupkan kedalam suatu negara,
Seperti Amerika Serikat yang
berada dibalik Iembaga bantuan
peminjaman seperti IMF dan Bank
Dunia, jika ingin memberikan
bantuan maka salah satu
persyaratannya harus menerima
prinsip pasar bebas. Hal ini bagi
negara berkembang seperti negara
Indonesia akan berakibat hanya
dijadikan negara koloni, yaitu tidak
Iebih hanya pasar barang dan
tempat pemasaran industri oleh
negara-negara maju.
Karena terdapat unsur
keberpihakan pada negara-negara
maju, pengaruh globalisasi bagi
Indonesia menimbulkan
keterpurukan ekonomi yang
disebabkan ketidak mampuan kita
dalam bersaing secara cepat pada
hasil-hasil produksi di tanah air.
Demikian juga tingkat
ketergantungan kita yang secara
tidak sadar telah mengikat secara
politik prinsip-prinsip kapitalis dan
pemikiran liberal.
Globalisasi berlangsung di
semua bidang kehidupan seperti
bidang ideologi, politik, ekonomi,
sosial budaya, pertahanan
keamanan dan lain- lain. Teknologi
informasi dan komunikasi adalah
faktor pendukung utama dalam
globalisasi.
Dewasa ini, perkembangan
teknologi begitu cepat sehingga
segala informasi dengan berbagai
bentuk dan kepentingan dapat
tersebar luas ke seluruh dunia.
Oleh karena itu globalisasi tidak
dapat kita hindari kehadirannya.
Kehadiran globalisasi tentunya
membawa pengaruh bagi
kehidupan suatu negara termasuk
Indonesia. Pengaruh tersebut
meliputi dua sisi yaitu pengaruh
positif dan pengaruh negatif.
Pengaruh globalisasi di berbagai
bidang kehidupan seperti
kehidupan politik, ekonomi,
ideologi, sosial budaya dan lain-
lain akan mempengaruhi nilai-
nilai nasionalisme terhadap
bangsa.
Ini sebagai bentuk
penjajahan model baru yang bisa
mengakibatkan keterpurukan
ekonomi dan kemiskinan suatu
bangsa yang tidak mampu
mengimbangi pengaruh atau
dampak globalisasi tcrsebut. Dan
hal ini kemungkinan besar terjadi
pada negara-negara yang sedang
berkembang. Sedangkan pengaruh
Globalisasi di BIdang Politik
Globalisasi politik telah
meciptakan berbagai masalah
kepentingan yang sifatnya global,
intrastate atau bahkan suprastate.
Banyak masalah yang tidak lagi
bisa diatasi sendiri oleh sebuah
negara secara unilateral sehingga
kerjasama internasional yang
sifatnya multilateral menjadi
pilihan suatu negara.
Pengaruh globalisasi politik
menimbulkan begitu banyak
kepentingan yang tidak lagi bisa
dipenuhi kecuali melalui peran
kekuatan global atau melibatkun
unsur suprastate. Terkadang justru
kepentingan sebuah negara sendiri
tidak akan bisa terpenuhi kecuali
dengan mengkondisikan kekuatan
eksternal sebagai support
kepentingan domestik. Maka tidak
lain, globalisasi politik adalah :
pergulatan global dalam
mewujudkan kepentingan para
pelaku yang menjalankannya.
Para pelaku globalisasi dibidang
politik adalah sebagai berikut:
1. Negara-nwgara bwsar dan
nwgara-nwgara kccil, negara-
nwgara maju dan negara-negara
bwrkembang, nwgara-nwgara yang
kuat dan yang inilah secara
ekonomi, nwgara yang kuat dan
yang lemah secara milker, nwgara-
nwgara yang bwrdiri sendiri atau
yang bwrgabung dwngan negara
lain.
2. Organisasi-organisasi antar
pemerintah, seperti ASEAN, SARC,
NATO, European Community, dan
sebagainya.
3. Perusahaan internasional yang
dikenal dengan nama Multinational
Corporations (MNC).
4. Perusahaan internasional atau
transnasional yang non
pemerintah, seperti Palang Merah
Internasional, Working Men's
Association dan International
Women's League For Pence and
Freedom. Sedangkan yang bersifat
konvensional, seperti Vatikan,
Dewan gereja-gereja sudia,
Rabiyatul Islamiyah. Untuk yang
modern, antara lain : Amnesty
International, Green-Peace
International, World Conference on
religion ang peace, Word
Federation of United Nations
Associations, Transparency
International, Worlddwatch,
Human Rights Watch, dan Refuge
International.
Globalisasi mempengaruhi aplikasi
kekuasaen, hubungan
internasional, kedaulatan negara,
dan organisasi internasional.
Termasuk didalamnya adalah
pembatasan antar negara tetangga
atau bentuk perjanjian-perjanjian /
traktat internasional. Contohnya
Hibungan Indonesia dan Malaysia
yang semula bersahabat, sempat
berselisih paham karena masalah
TKI ilegal, penyelundupan kayu
logging oleh warga Malaysia, serta
lepasnya pulau Sipadon dan Ligitan
dari wilayah Indonesia dan kini
menjadi bagian kedaulatan
Malaysia.
D. Globalisasi di Bidang Sosial -
Budaya
Datangnya sebuah era dimana pada
era ini kebebasan adalah salah satu
dari bagiannya, Pada era ini pula
krisis sosial budaya menjangkiti
masyarakat Indonesia, akibat dari
krisis moneter dan ekonomi pada
tahun 1997. salah satu contoh dari
krisis sosial dan budaya adalah
Ienyapnya kesabaran sosial dalam
menghadapi realita kehidupan
yung semakin sulit sehingga
mudah menganut dan melakukan
berbagai tindakan kekerasan dan
anarki, merosotnya penghargaan
dan kepatuhan terhadap hukum,
etika, moral, dan kesantunan
sosial.
Salah satu indikasi yang dapat kita
rasakan akibat pengaruh globalisasi
pada kehidupan sosial - budaya
adalah sebagai berikut:
* Berbagai ekspresi sosial budaya
asing, yang sebenarnya tidak
memiliki basis dan standar
kulturalnya, semakin menyebar
didalam masyarakat sehingga
muncul kecendengan-
kecenderungan gaya hidup baru
yang tidak kondusif bagi
kehidupan masyarakat dan bangsa.
Dan dari berbagai kecendrungan
tersebut maka tidak menutup
kemungkinan munculnya budaya
gado-gado tanpa identitas dan
tanpa disadari dengan munculnya
budaya gado-gado itu akan
menimbulkan masalah-masalah
baru seperti dibawah ini:
1. Dapat mengakibatkan erosi
budaya.
2. Lenyapnya identitas kultural
nasional dan lokal.
3. Kehilangan arah sebagai bangsa
yang memiliki jati diri.
Globalisasi berpengaruh
pada hampir semua aspek
kehidupan masyarakat. Ada
masyarakat yang dapat menerima
adanya globalisasi, seperti generasi
muda, penduduk dengan status
sosial yang tinggi, dan masyarakat
kota. Namun, ada pula masyarakat
yang sulit menerima atau bahkan
menolak globalisasi seperti
masyarakat di daerah terpencil,
generasi tua yang kehidupannya
stagnan, dan masyarakat yang
belum siap baik fisik maupun
mental.
Unsur globalisasi yang sukar
diterima masyarakat adalah sebagai
berikut.:
a. Teknologi yang rumit dan mahal.
b. Unsur budaya luar yang bersifat
ideologi dan religi.
c. Unsur budaya yang sukar
disesuaikan dengan kondisi
masyarakat.
Unsur globalisasi yang mudah
diterima masyarakat adalah sebagai
berikut :
a. Unsur yang mudah disesuaikan
dengan kebutuhan dan kondisi
masyarakat.
b. Teknologi tepat guna, teknologi
yang langsung dapat diterima oleh
masyarakat.
c. Pendidikan formal di sekolah.
Modernisasi dan globalisasi
membawa dampak positif ataupun
negatif terhadap perubahan Sosial
dan budaya suatu masyarakat.
Pengaruh globalisasi Ekonomi
Kekuatan globalisasi ekonomi
atau globalisasi kapitalisme adalah
liberalisme ekonomi. Ilmuwan
menyebutnya kapitalisme pasar
bebas. Berbeda dengan kapitalisme
kesejahteraan, yaitu kapitalisme
yang diregulasi dan direformasi,
kapitalisme ini tidak membiarkan
pasar berjalan sebebas-bebasnya
tanpa kendali, tapi perlu diatur
agar kapitalismememberikan
keuntungan dan keadilan sampai
orang-orang dibawah tingakat
kesejahteraan.
a. Kapitalisme
Suatu system ekonomi yang
mengatur proses produksi dan
distribusi barang dan jasa. Cirri-
cirinya: sebagian besar sarana
produksi dimiliki individu, barang
dan jasa diperdagangkan di pasar
bebas (free market) yang
kompetitif (terbuka untuk siapa
saja) dan modal diinvestasikan
dalam usaha intik hasilkan laba.
b. Kenyataanya
Abad ke-19, kapitalisme pasar
bebas hanya menguntungkan
Negara kaya. Banyak orang yang
menjadi semakin miskin karena
kapitalisme ini. Kapitalisme ini
telah melampaui kesederhanaan
dan tenaga kerja menjadi roda dan
mesin kapitalis raksasa. Pada akhir
abad 20, kapitalisme
mengendalikan hamper seluruh
perekonomian internasional.
Kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi mendukung
kapitalisme pasar bebas.
Pengaruh globalisasi social dan
budaya.
Globalisasi dapat memperluas
kawasan budaya. Globalisasi dapat
timbulkan dampak negative. Akibat
dari pengaruh globalisasi:
Disorientasi, dislokasi atau
krisis social-budaya dalam
masyarakat.
Berbagai ekspresi social budaya
asing yang sebenarnya tidak
memiliki basis dan preseden
kulturalnya.
Semakin merebaknya gaya hidup
konsumerisme dan hedonisme.
Pengaruh globalisasi bidang
politik
Globalisasi politik merupakan
pergulatan global dalam
mewujudkan kepentingan para
pelaku yang menjalankannya.
Pelaku globalisasi bidang politik:
Semua Negara
Organisasi antar pemerintah:
ASEAN, NATO dll.
Perusahaan internasional dan
transnasional
Pemerintah nasional yang
dipilih secara demokratis, tidak
lagi dapat mengontrol batas-batas
Negara mereka.
Pengaruh NPM Bagi Sektor
Swasta Maupun Pemerintah
Perkembangan Ilmu terus
membuktikan bahwa persaingan
mendorong peningkatan kinerja,
tapi tidak ada bukti yang
menyebutkan bahwa industry
swasta lebih produktif dari
administrasi public. Namun,
banyak politisi berasumsi bahwa
kinerja industry swasta lebih
unggul. Lalu seringkali mereka
menganggap privatisasi sebagai
cara yang teruji khasiatnya dalam
rangka mengatasi masalah dalam
administrasi public. Tapi asumsi
ini tidak tepat apabila monopoli
pemerintah selama ini diubah
menjadi monopoli swasta. Karena
itu istilah privatisasi tidak tepat
digunakan di sini. Sebenarnya
yang harus dibicarakan adalah
menciptakan persaingan. Apabila
persaingan seperti ini diciptakan,
maka tidak penting lagi apakah
administrasi menjadi bagian dari
persaingan atau tidak, selama tidak
ada subsidi untuk mengaktifkan
persaingan tersebut.
Metode tender untuk
aktivitas administrasi public.
Tujuannya adalah untuk mencari
penawar yang kompeten yang bisa
menghasilkan layanan jasa yang
selama ini dikerjakan administrasi
pemerintah dalam bentuk dan
waktu yang diinginkan, dengan
biaya serendah mungkin. Mitra
seperti ini juga bisa berasal dari
dalam organisasi pemerintah
sendiri, artinya dari satu unit
organisasi (divisi). Pemberi jasa
public tidak perlu khawatir
terhadap persaingan seperti ini.
Di Inggris misalnya, metode
tender umum untuk sebagian besar
layanan public merupakan suatu
kewajiban yang diatur UU.
Pemberian tender ini dilakukan
dalam bentuk perjanjian antara
pihak pemerintah dan perusahaan
jasa yang di dalamnya
mencantumkan kerja yang hendak
dicapai dengan ukuran kerja yang
jelas. Pihak penawar secara
langsung menyuplainya kepada
klien. Namun tanggung jawab
secara keseluruhan dan
pengawasan mutu tetap berada di
tangan administrasi public atau
pemerintah. Dengan dikerjakannya
order oleh pihak swasta, berarti
beban pemerintah berkurang, tapi
di lain pihak muncul pekerjaan
tambahan, yakni dalam hal
mengendalikan layanan tersebut
secara keseluruhan.
Meskipun pelibatan pihak
swasta ada risikonya, tapi
pengalaman-pengalaman
internasional menunjukkan bahwa
perluasan persaingan secara wajar
melalui tender terbuka sebagai
instrument pengendalian, mungkin
menjadi langkah terpenting dalam
meningkatkan orientasi pada warga
dan penghematan anggaran.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Model NPM (New Public
Management), pada dasarnya
merupakan model yang
dikembangkan oleh para teoritisi
dalam upaya memperbaiki kinerja
birokrasi (model tradisional) yang
dirasakan kurang mampu
beradaptasi dengan perubahan
lingkungan dalam memenuhi
harapan masyarakat akan
pelayanan yang diinginkan dengan
mengedepankan pendekatan
manajerial. Inti dari New Public
Management adalah bagaimana
membawa paradigma bisnis yang
menguntungkan ke dalam
administrasi negara atau dengan
kata lain privatisasi administrasi
negara. Dengan
mentransformasikan kinerja pasar
seperti ini maka dengan kata lain
akan mengganti atau mereform
kebiasaan kinerja sektor publik
yang berlandaskan aturan dan
proses yang menggantungkan pada
otoritas pejabat menjadi orientasi
pasar, dan dipacu untuk
berkompetisi sehat.
Paradigma ini
menginginkan inovasi yang pada
akhirnya akan menghasilkan
efisiensi dan efektifitas dalam
administrasi publik Konsep New
public management ini dapat
dipandang sebagai suatu konsep
baru yang ingin menghilangkan
monopoli pelayanan yang tidak
efisien yang dilakukan oleh
instansi dan pejabat-pejabat
pemerintah. Dengan konsep seperti
ini maka New Public Management
akan mengubah cara dan model
birokrasi publik yang tradisional ke
arah model bisnis privat dan
perkembangan pasar. Hal ini
dimungkinkan dengan
diberikannya asas persaingan dan
berbagai prinsip-prinsip dan
perangkat New Public Management.
New Publik Management tidak
menunjukan teori yang menyeluruh dan
umumnya didasari pada pengalaman-
pengalaman empirik hasil eksperimen
yang bertujuan membuat administrasi
public menjadi lebih baik dan lebih
efisien. Tujuan ini bukan ditunjang
pada keyakinan bahwa pemerintah akan
bekerja lebih baik dan cepat, tetapi
karena kekurangan dana, jadi bekerja
secara efisien dan lebih baik adalah
keniscayaan bagi organisasi pulik.Tidak
ada buku pedoman untuk penerapan
New Publik Management yang menjamin
kesuksesan jika ia direalisasikan secara
konsisten. Berhasil atau tidaknya New
Publik Management akan sangat
tergantung pada kehendak politik dari
semua organisasi yang terlibat. Syarat
pertama adalah bagaimana perangkat/
prinsip New Publik Management
diterapkan sungguh-sungguh oleh
organisasi publik (organisasi pemerintah
maupun swasta). Jika syarat ini
terpenuhi, harus dibuat analisa khusus
terhadap situasi dan kondisi, serta
dalam analisa inilah ditaksir kelebihan
dan kekurangan serta risiko-risiko yang
mungkin timbul, di saat melakukan
perombakan ke arah administrasi public
yang modern, atau risiko-risiko yang
memang sudah ada. Tanpa strategi
,implementasi biasanya tidak akan
berhasil dan akan mandek di tengah
jalan. Lalu, hasilnya pun akan lebih
buruk dari kondisi yang pernah ada
sebelumnya. Di lain pihak,
ketidakpuasan warga terhadap efisiensi
administrasi atau penyelenggaraan
pemerintahan dan tuntutan dari pihak
donator internasional serta mitra
memaksa penyelenggara pemerintah
mengkaji tema Good Governance ke
satu arah yang mendorong terciptanya
peningkatan dan perbaikan kinerja dari
organisasi publik, yang pada gilirannya
menghalangi terjadinya
penyalahgunaan dana dan mengakhiri
pemborosan dana. Dengan penerapan
New Publik Management, praktik-
praktik seperti korupsi dan nepotisme
pasti bisa ditemukan dan dihentikan
sejak dini. Pada saat yang sama,
melalui pembatasan tanggung jawab
yang jelas, mereka yang melakukan
kesalahan bisa diminta
pertanggungjawabannya. Dengan
demikian, New Publik Management
sangat perlu diterapkan pada organisasi
publik, meski itu menuntut pekerjaan
yang tak ringan. Sebelum upaya
penerapan NPM ini bisa direalisasikan,
harus diciptakan dulu prakondisi, yakni
batasan tanggung jawab antara unit
perencana dan unit pelaksana (politik
dan administrasi) dan perangkat
sumber daya yang terlibat langsung.
Satu hal yang patut di ingat,
pertimbangan yang lebih menekankan
pada aspek kegunaan atau manfaat
model itu sendiri, ketimbang sekedar
pembaharuan atau kecanggihan tipenya
mungkin merupakan kriteria terbaik
untuk menilai model tertentu. Bilamana
di suatu saat kita dihadapkan pada
persoalan kebijakan public dan ternyata
kita ingin menggunakan model-model
tertentu sebagai acuan, maka ada
baiknya jika kita memahami kriteria
yang dapat digunakan untuk menilai
kegunaan suatu model.
Model New Public Management
saya rasa belum tepat untuk di
terapkan di negara berkembang seperti
indonesia, karena kebijakannya yang
cenderung tidak pro rakyat dan
mengurangi campur tangan pemerintah
karena pada dasarnya pemerintah
harus melayani rakyat bukan pihak
swasta bila pihak swasta yang
menguasai sektor publik maka orientasi
mereka ada provit atau keuntungan,
penganut New Public Management juga
menekankan efisiensi ekonomi.
Kamensky mengutarakan public choice
theories have tended to reject concepts
like public spirit, public service, and
so forth. And these are not ideas we
can afford to ignore in a democratic
society. Dengan demikian penerapan
NPM sulit untuk diterapkan di Indonesia
sebagai salah satu Negara demokrasi
terbesar di dunia.
Seperti yang di katakan oleh
Prof. Drs. H Solichin Abdul Wahab, MA,
Ph.D di mata kuliah reformasi sektor
publik : Bahwa New Public Management
tidak amanah tetapi New Public
Management harus di pahami dan New
public Management sudah melanda
sistem negara kita yang tersirat dalam
pembuatan kebijakan pulik yang isinya
kebijakan ekonomi. Dengan begitu
dapat di tarik kesimpulan bahwa setiap
Model ada plus minusnya dan tempat di
mana di terapkannya model juga
mempengaruhi berhasil atau tidaknya
suatu model berkembang. Model New
Public Management tidak sepenuhnya
buruk karena model ini mendidik pelaku
sektor swasta untuk bersaing secara
sehat karena dengan adanya
persaingan mereka akan berlomba-
lomba memberikan pelayanan yang
terbaik kepada konsumen atau
masyarakat seperti yang kita tahu
bahwa sektor pelayanan publik yang di
kelola oleh pemerintah dan swasta
berbeda jauh kualitasnya, tentu saja
ada harga yang tinggi untuk bisa
menikmati kenyamanan dan kualitas
tinggi, kembali konsumenlah yang di
rugikan.
Daftar Pustaka
Abdul Wahab, Solikhin. Prof, 2008.
Pengantar Analisis Kebijakan Publik.
Malang : UMM Press.
________, 2010.Value for money in
goverment public administration
after new public management .
OECD
Jan- Erik Lane, 2010. New Public
Management. London and New
York
Denhardt, J,V. and R.B. Denhardt,
2000. The New Public Service:
Serving Rather Than Steering. Public
Administration Review, Nov/Dec.60
6, 549-559.
_________, 2003. The New Public
Servive: Serving Not Steering.
Expanded Edition. New York : M.E.
Sharpe.
Dunn, William, N, 2003. Pengantar
Analisis Kebijakan Publik.
Yogyakarta : Gajah mada University
Press.
Farazm and Handbook of
Comparative and Development A
dministration. New York. Marcel
Dekker. Inc.
Hiromi Yamamoto, New Publik
Management: Japans Practice,
(Japan: Institute for International
Policy Studies, 2003) p.1.
Kaboolian Linda .The New Public
Management:Challenging the
Boundadies of the Management vs.
Administration Debate. Harvard
university. Journal
Mahmudi. New Public Management
(NPM) : Pendekatan Baru
Manajemen Sektor Publik. 2003.
(journal.uii.ac.id/index.php/
Sinergi/article/view/919)
Mahmudi. Studi Kasus sebagai
Strategi Riset untuk
Mengembangkan Akuntansi Sektor
Publik. 2003. (http://
journal.uii.ac.id/index.php/JAAI/
article/view/850/776)
Thoha, M. 2002. Birokrasi dan
Politik di Indonesia . Jakarta.
Rajawali Pers.
Knott, J. H . And Gary. J.M. 1987.
1987. Reforming Bureaucracy. New
Jersey, Prentice Hall, Inc.
http://
setabasri01.blogspot.com/2009/05/
new-public-management.html
Agus Dwiyanto, 2005, Mewujudkan
Good Governance melalui Pelayanan
Publik, UGM Press,Yogyakarta.
Ferlie, E, dkk, The New Public
Management in Action, Oxford
University Prees.
Allen,R, 1999, New Public
Management, Pitfalls for central
and eastern

Latar Belakang
Organisasi sektor publik
sering digambarkan tidak
produktif, tidak efisien,
selalu rugi, rendah kualitas,
miskin inovasi dan
kreativitas, serta berbagai
kritikan lainnya. Munculnya
kritik keras yang ditujukan
kepada organisasi-organisasi
sektor publik tersebut
kemudian menimbulkan
gerakan untuk melakukan
reformasi manajemen sektor
publik. Salah satu gerakan
reformasi sektor publik
adalah dengan munculnya
konsep New Public
Management (NPM).
Konsep new public
management pada awalnya
dikenalkan oleh Christopher
Hood tahun 1991. Apabila
dilihat dari perspektif
historis, pendekatan
manajemen modern di sektor
publik pada awalnya mucul di
Eropa tahun 1980-an dan
1990-an sebagai reaksi
terhadap tidak memadainya
model administrasi publik
tradisional. Penekanan NPM
pada waktu itu adalah
pelaksanaan desentralisasi,
devolusi, dan modernisasi
pemberian pelayanan publik
. New Public Management
telah mempengaruhi proses
perubahan organisasi sektor
publik secara komprehensif di
hampir seluruh dunia.
Orientasi New Public
Management
Secara khusus, NPM hendak
mengukur apa yang sudah
dilakukan oleh sektor publik
pemerintah. Pengukuran
salah satunya dilakukan atas
kepuasan warga negara atas
layanan yang diberikan
pemerintah. Juga pelayanan
yang melibatkan partisipasi
publik meski dalam skala
pasif saja.
Di dalam sistem
pemerintahan dikenal istilah
New Public Management yang
merupakan paradigma baru
pada tahun 1990-an yang
kosepnya terkait dengan
manajemen kinerja sektor
publik. NPM pada awalnya
lahir di negara-negara maju
di Eropa dan Amerika.
Namun, negara-negara
berkembang juga mulai
menggunakan konsep ini
Negara merupakan alat
masyarakat dalam rangka
mempertahankan
eksistensinya baik secara
intern msupun ekstern.
Sedangkan pemerintah
merupakan alat negara yang
melaksanakan fungsi-fungsi
dalam penyelenggaraan
negara. Oleh karena itu
pemerintah merupakan alat
masyarakat yang berfungsi
memberikan pelayanan publik
kepada masyarakat.
New Publik Management
(NPM) adalah paradigma
baru dalam manajemen
sektor publik. NPM biasanya
dikawankan dengan Old
Publik Management (OPM).
Konsep NPM muncul pada
tahun 1980-an dan
digunakan untuk melukiskan
sektor publik di Inggris dan
Selandia Baru. NPM
menekankan ada control atas
output kebijakan pemerintah,
desentrallisasi otoritas
menajement, pengenalan
pada dasar kuasi-mekanisme
pasar, serta layanan yang
berorientasi customer.
Tema pokok dalam New Public
Management (NPM) ini
antara lain bagaimana
menggunakan mekanisme
pasar dan terminologi di
sektor publik. Bahwa dalam
melakukan hubungan antara
instansi-instansi
pemerintahan dengan
pelanggannya ( customers)
dipahami sama dengan proses
hubungan transaksi yang
dilakukan oleh mereka dunia
pasar ( market place).
Dengan mentransformasikan
kinerja pasar seperti ini
maka dengan kata lain akan
mengganti atau mereform
kebiasaan kinerja sektor
publik dari tradisi
berlandaskan aturan (rule-
based) dan proses yang
menggantungkan pada
otoritas pejabat ( authority-
driven processes ) menjadi
orientasi pasar (market-
based), dan dipacu untuk
berkompetisi sehat
(competition-driven tactics ).
Konsep New Public
Management (NPM) ini dapat
dipandang sebagai suatu
konsep baru yang ingin
menghilangkan monopoli
pelayanan yang tidak efisien
yang dilakukan oleh instansi
dan pejabat-pejabat
pemerintah. Dengan konsep
seperti inilah maka
Christopher Hood dari
London School Of Economic
(1995) mengatakan bahwa
New Public Management
(NPM) mengubah cara-cara
dan model bisnis privat dan
perkembangan pasar. Cara-
cara legitimasi birokrasi
public untuk menyelamatkan
prosedur dari diskresi
administrasi tidak lagi
dipraktikan oleh New Public
Management (NPM) dalam
birokrasi pemerintahan.
Untuk lebih mewujudkan
konsep New Public
Management (NPM) dalam
birokrasi publik, maka
diupayakan agar para
pemimpin birokrasi
meningkatkan produktivitas
dan menentukan alternatif
cara-cara pelayan publik
berdasarkan perspektif
ekonomi. Mereka didorong
untuk memperbaiki dan
mewujudkan akuntabilitas
publik kepada pelanggan,
meningkatkan kinerja,
restrukturisasi lembaga
birokrasi publik, merumuskan
kembali misi organisasi,
melakukan streamlining
proses dan prosedur
birokrasi, dan melakukan
desentralisasi proses
pengambilan kebijakan.
Vigoda dan Keban (Pasolong,
2007:34), mengungkapkan
bahwa ada 7 (tujuh) prinsip-
prinsip NPM, yaitu:
1. Pemanfaatan manajemen
professional dalam sektor
publik
2. Penggunaan indikator
kinerja
3. Penekanan yang lebih
besar pada kontrol output
4. Pergeseran perhatian ke
unit-unit yang lebih kecil
5. Pergeseran ke kompetisi
yang lebih tinggi
6. Penekanan gaya sektor
swasta pada penerapan
manajemen
7. Penekanan pada disiplin
dan penghematan yang lebih
tinggi dalam penggunaan
sumber daya
Pentingnya New Public
Management
Tema sentral dalam
manajemen public adalah
upaya mereformasi sector
public agar tujuan yang
dicapai lebih efektif,efesien
dan ekonomis,semata-mata
hanya menunjukan kepada
kita tentang hubungan
antara Negara (the state )
dan pasar (the market ) dan
tekanan lebih eksplisit
ditujukan pada adanya
dominasi preferensi individu
terhadap penyediaan barang
dan jasa atas preferensi
kolektif. Kita perlu
menyadari bahwa
pemerintahan yang modern
itu bukan hanya sekedar
mencapai tujuan efisiensi
tetapi tentang hubungan
akuntabilitas terhadap
Negara dengan warga
Negaranya yaitu warga
meminta agar tidak
diperlakukan hanya sebagai
konsumen dan pelanggan
tetapi mereka juga memiliki
hak untuk menuntut
pemerintahannya
bertanggung jawab atas
tindakan yang diambil atau
kegagalan dalam bertindak /
melakukan sesuatu.
Warga Negara menghendaki
pemberian pelayanan yang
efisien ,pengenaan pajak
yang rendah dsb,tetapi
mereka juga menginginkan
agar hak-haknya
dilindungi,suaranya
didengar,nilai-nilai dan
preferensinya dihargai
sanksi mutlak yang ada
ditangan warga Negara atas
rendahnya mutu pelayanan
yang diperoleh adalah
dengan menolak dan
menuntut mundur kepada
mereka yang secara politis
bertanggung jawab atas
penyediaan pelayanan yang
bermutu rendah dan tidak
sesuai dengan kebutuhan
warga Negara. Penyediaan
anggaran yang
cukup,persaingan, penetapan
standar mutu kerja dan
sebagainya. Mungkin
dibutuhkan untuk
mewujudkan manajemen yang
baik dan pemanfaatan
sumber-sumber yang efisien,
tetapi bila upaya perbaikan
ini menghasilkan pelayanan
yang tidak sesuai dengan
harapan warga, maka warga
sebagai pemilih dalam pemilu
akan berontak dan tidak
memilih nya lagi.
Model Pemerintahan di Era
New Public Management
Salah satu model
pemerintahan di era New
Public Management adalah
model pemerintahan yang
diajukan oleh Osborne dan
Gaebler (1992) yang
tertuang dalam
pandangannya yang dikenal
dengan konsep reinventing
government. Perspektif
baru pemerintah menurut
Osborne dan Gaebler
tersebut adalah:
1. Pemerintahan katalis :
fokus pada pemberian
pengarahan bukan produksi
pelayanan publik. Pemerintah
harus menyediakan beragam
pelayanan publik, tetapi
tidak harus terlibat secara
langsung dengan proses
produksinya (producing).
Produksi pelayanan publik
oleh pemerintah harus
dijadikan sebagai
pengecualian, dan bukan
keharusan, pemerintah hanya
memproduksi pelayanan publik
yang belum dapat dilakukan
oleh pihak non-pemerintah.
2. Pemerintah milik
masyarakat :
memberdayakan masyarakat
daripada melayani.
Pemerintah sebaiknya
memberikan wewenang
kepada masyarakat sehingga
mereka mampu menjadi
masyarakat yang dapat
menolong dirinya sendiri
(self-help community).
3. Pemerintah yang
kompetitif : menyuntikkan
semangat kompetisi dalam
pemberian pelayanan publik.
Kompetisi adalah satu-
satunya cara untuk
menghemat biaya sekaligus
meningkatkan kualitas
pelayanan. Dengan kompetisi,
banyak pelayanan publik
yang dapat ditingkatkan
kualitasnya tanpa harus
memperbesar biaya.
4. Pemerintah yang
digerakkan oleh misi :
mengubah organisasi yang
digerakkan oleh peraturan
menjadi organisasi yang
digerakkan oleh misi.
5. Pemerintah yang
berorientasi hasil :
membiayai hasil bukan
masukan. Pada pemerintah
tradisional, besarnya alokasi
anggaran pada suatu unit
kerja ditentukan oleh
kompleksitas masalah yang
dihadapi. Semakin kompleks
masalah yang dihadapi,
semakin besar pula dana
yang dialokasikan.
6. Pemerintah berorientasi
pada pelanggan : memenuhi
kebutuhan pelanggan, bukan
birokrasi.
7. Pemerintahan wirausaha :
mampu menciptakan
pendapatan dan tidak
sekedar membelanjakan.
8. Pemerintah antisipatif :
berupaya mencegah daripada
mengobati. Pemerintah
tradisonal yang birokratis
memusatkan diri pada
produksi pelayanan publik
untuk memecahkan masalah
publik.
9. Pemerintah desentralisasi
: dari hierarkhi menuju
partisipatif dan tim kerja.
1. Pemerintah berorientasi
pada (mekanisme) pasar :
mengadakan perubahan
dengan mekanisme pasar
(sistem insentif) dan bukan
dengan mekanisme
administratif (sistem
prosedur dan pemaksaan).
Ada dua cara alokasi
sumberdaya, yaitu
mekanisme pasar dan
mekanisme administratif.
Dari keduanya, mekanisme
pasar terbukti sebagai yang
terbaik dalam mengalokasi
sumberdaya. Pemerintah
tradisional menggunakan
mekanisme administratif
yaitu menggunakan perintah
dan pengendalian,
mengeluarkan prosedur dan
definisi baku dan kemudian
memerintahkan orang untuk
melaksanakannya (sesuai
dengan prosedur tersebut).
Pemerintah wirausaha
menggunakan mekanisme
pasar yaitu tidak
memerintahkan dan
mengawasi tetapi
mengembangkan dan
menggunakan sistem insentif
agar orang tidak melakukan
kegiatan-kegiatan yang
merugikan masyarakat
Kelemahan Penerapan New
Public Management (NPM)
Setiap paradigma akan selalu
punya kelebihan dan
kekurangannya dalam
memecahkan berbagai
permasalahan yang ada
dalam birokrasi. Latar
belakang lahirnya paradigma
serta kondisi dan konteks
dimana paradigma tersebut
sukses dilaksanakan sering
jauh berbeda dengan kondisi
dimana paradigma diterapkan
dan akan diterapkan. Karena
itu sering terjadi bahwa
paradigma yang telah
berhasil di tanah
kelahirannya atau di
daerah-daerah tertentu
kadang tidak mampu
diterapkan dan
menyelesaikan berbagai
permasalahan birokrasi di
daerah-daerah lainnya.
Karena yang sering terjadi
adalah paradigma tersebut
justru tidak membawa
perubahan tetapi sebaliknya
justru semakin menambah
kompleksitas permasalahan
yang ada dalam birokrasi
atau pemerintahan.
Demikian juga dengan
paradigma new public
management yang diusung
oleh Osborne dan Gaebler
dalam mereformasi kinerja
birokrasi. Walaupun telah
berhasil diterapkan di
beberapa negara termasuk di
tanah kelahirannya,
paradigma ini tetap memiliki
beberapa kekurangan serta
kelemahan yang
menjadikannya sulit untuk
diterapkan dalam konteks
birokrasi Indonesia dan di
tengah kondisi perekonomian
masyarakat yang belum
mapan secara merata.
Beberapa kelemahan dan
kekurangan yang termuat
dalam paradigma ini terlihat
dalam konsep
mewirausahakan birokrasi.
Konsep mewirausahakan
birokrasi yang diusung oleh
new public management
masih terkesan buat dirinya
sendiri. Karena logika yang
dibangun oleh new public
management adalah sebuah
logika yang berorientasi pada
pasar yang mengutamakan
keuntungan bagi dirinya dan
bukan pada pelayanan publik.
Selain itu, berangkat dari
logika yang ada dan
berbagai tawaran struktural
yang ditawarkan oleh new
public management jelas
terungkap adanya sebuah
upaya untuk memasarkan
birokrasi dengan menerapkan
logika pasar. Dalam hal ini,
masyarakat sebagai obyek
pelayanan akan sering
dijadikan sebagai konsumen
dan birokrasi sebagai
pemberi pelayanan menjadi
produsen. Pola kerja
birokrasi diubah dalam
sebuah etika mekanisme
pasar dengan menjunjung
tinggi keefektifan dan
efesiensi. Pelayanan
diibaratkan sebagai hasil
produksi yang harus dibeli
oleh masyarakat dimana
sebuah transaksi ekonomi
tercipta yang mana rakyat
dilihat sebagai pembeli dan
birokrasi sebagai produsen
yang memberikan pelayanan.
Sehingga ,berangkat dari
berbagai pola ini menjadi
jelas bahwa masyarakat
yang kemudian tidak
berdaya secara ekonomi,
tidak akan mampu dan tidak
akan mempunyai kekuatan
untuk mengakses berbagai
pelayanan publik yang ada.
Oleh karena itu berangkat
dari cita-cita mekanisme
pasar yang diusung oleh
paradigma new public
management diperlukan
sebuah proses filterisasi
terlebih dahulu bagi
paradigma ini sebelum
diterapkan dalam konteks
Indonesia. Karena berbagai
mimpi tentang mekanisme
pasar yang coba diusung oleh
new public management atau
birokrasi pasar hanya akan
bisa dan mungkin berlaku
dalam kondisi masyarakat
yang telah mapan baik
secara ekonomi maupun
secara politik. Jika mimpi new
public management ini
diterapkan dalam konteks
Indonesia maka kondisi yang
tercipta adalah sebuah
konteks pelayanan dimana
uang sebagai parameter
utama pelayanan. Kemudian
dalam posisi ini hanya
mereka yang mempunyai
kekuatan ekonomilah yang
akan mampu dan dengan
mudah mengakses dan
menerima berbagai
pelayanan publik. Sedangkan
di pihak lain yakni pihak-
pihak yang tidak mempunyai
kekuatan modal akan
kesulitan mendapatkan
pelayanan dan
dinomorduakan dalam proses
pemberian pelayanan.
Hal ini tentunya berlawanan
dengan peran birokrasi
sebagai salah satu alat
negara yang bertugas untuk
melayani masyarakat.
Karena yang terjadi adalah
negara hanya
memperhatikan mereka yang
memiliki kapasitas ekonomi
yang secara logis sudah
hidup diatas kemapanan dan
yang miskin akan semakin
terpinggirkan. Sehingga
dengan demikian menjadi
jelas bagaimana sulitnya
paradigma ini jika diterapkan
dalam konteks Indonesia.
Yang mana jika tetap berani
diterapkan akan bisa
dipikirkan seberapa kompleks
persoalan permasalah yang
akan muncul dalam
dikemudian hari.
Berbagai pelaksanaan di
berbagai negara berkembang
termasuk di Indonesia, new
public management justru
menghadapi berbagai
permasalahan serupa seperti
yang terlampir di atas.
Bahkan lebih jauh melihat
berbagai fenomena yang
terjadi dalam sistem
birokrasi Indonesia berkaitan
dengan penerapan paradigma
new public management.
adanya muatan neo-lib
dalam berbagai
penyelenggaran kebijakan
publik yang ditawarkan oleh
paradigma new public
management. Di mana
semangat kapitalis mulai
merasuki berbagai
kebijakan-kebijakan yang
diambil dengan cara menjual
belikan aset-aset negara,
yang secara mendasar
memiliki peran paling penting
dalam proses pelayanan
terhadap masyarakat.
Kemudian yang terjadi
adalah pasar mendominasi
seluruh berbagai kebijakan
yang ada dan mekanisme
pasar menjadi sebuah
tuntutan paling utama dalam
proses pelayanan. Karena itu
dari berbagai hal ini dapat di
katakan bahwa sebaik
apapun berbagai kebijakan
yang ditawarkan oleh new
public management ,
paradigma ini tetap tidak
dapat diterapkan sepenuhnya
dalam konteks dan kondisi
Indonesia saat ini.
Reformasi Akuntansi Sektor
Publik
Reformasi akuntansi sektor
publik, yang dalam hal ini
dimaksudkan adalah
reformasi akuntansi
pemerintahan di Indonesia
disebabkan oleh pengaruh
eksternal dan internal.
Faktor eksternal diakibatkan
oleh pengaruh globalisasi
yang demikian kuat Termasuk
new publik management.
Reformasi akuntansi sektor
publik dalam dunia
internasional terjadi di
banyak negara. Buruknya
kinerja pemerintahan di
banyak negara pada masa
lalu seperti semakin
meningkatnya hutang
negara, pemborosan,
ketidakefisienan, buruknya
pelayanan publik mendorong
reformasi sektor publik,
berbagai istilah pada tahun
1990-an mencerminkan
adanya perubahan di sektor
publik seperti reenventing
government, value for
money, good governance dan
new publik management.
Pada umumnya reformasi
akuntansi sektor publik di
negara-negara dunia,
bermula dari fase akuntansi
tradisional menuju akuntansi
modern. Pada awalnya
pembukuan akuntansi
pemerintahan secara
tradisional menganut basis
akuntansi kas dengan
pencatatan single entry.
Reformasi menuju akuntansi
modern merubah cash basis
menjadi accrual basis.
Sebuah simposium
internasional di Beijing
tahun 2001 diadakan untuk
mempelajari berbagai upaya
reformasi anggaran dan
akuntansi sektor publik di
banyak negara. Pada
simposim tersebut (Chan,
2001) menyatakan bahwa
pada dasarnya reformasi
akuntansi sektor publik dapat
dikelompokkan dalam dua
model. Model Anglo-American
dan Model Continental
European, Model Continental
percaya bahwa akuntabilitas
eksekutif terhadap parlemen
adalah cukup, sedangkan
model Anglo-American
menekankan akuntabilitas
dilakukan baik eksekutif
maupun parlemen kepada
publik
Perubahan Basis Akuntansi
Sektor Publik
Tweedie mengungkapkan
bahwa standar akuntansi
dihasilkan dari lima interaksi,
yaitu: peristiwa ekonomi,
kepentingan pribadi,
penyebaran ide-ide,
perjalanan sejarah dan
pengaruh internasional.
Sementara itu Nobes dan
Parker mengatakan faktor
budaya, sosial dan politik
merupakan faktor dominan
yang mempengaruhi regulasi
akuntansi di berbagai
negara.
Isu yang muncul dan menjadi
perdebatan dalam reformasi
akuntansi sektor publik di
Indonesia adalah perubahan
single entry menjadi double
entry bookkeeping dan
perubahan basis akuntansi
yakni akuntansi berbasis kas
menjadi berbasis accrual.
Single entry pada awalnya
digunakan sebagai dasar
pembukuan dengan alasan
utama demi kemudahan dan
kepraktisan. Seiring dengan
semakin tingginya tuntutan
pewujudan good public
governance, perubahan
tersebut dipandang sebagai
solusi yang mendesak untuk
diterapkan karena
pengaplikasian double entry
dapat menghasilkan laporan
keuangan yang auditable.
Cash basis mempunyai
kelebihan antara lain
mencerminkan informasi
yang riil dan obyektif.
Sedangkan kelemahannya
antara lain kurang
mencerminkan kinerja yang
sesungguhnya.
Akuntansi berbasis accrual
dinilai dapat menghasilkan
laporan keuangan yang lebih
komprehensif dan relevan
untuk pengambilan
keputusan. Pengaplikasian
accrual basis lebih ditujukan
pada penentuan biaya
layanan dan harga yang
dibebankan kepada publik,
sehingga memungkinkan
pemerintah menyediakan
layanan publik yang optimal
dan sustainable.
Pengaplikasian accrual basis
memberikan gambaran
kondisi keuangan secara
menyeluruh (full picture),
yang meliputi manajemen
sumber daya (resource
management) dan
manajemen utang (liability
management), dan
menyediakan indikasi
kekuatan fiskal jangka
panjang dalam reformasi
manajemen keuangan dan
reformasi manajemen
lainnya (Mellor, 1996).
Penekanan penggunaan
accrual basis juga
disyaratkan dalam GASB dan
diterapkan bersama-sama
dengan asumsi dasar lainnya
seperti going concern,
consistency of presentation,
materiality and aggregation
untuk mewujudkan
comparative information
(IFAC- IFRS). Namun
demikian, accrual accounting
mempunyai beberapa
kelemahan antara lain
penilaian dan revaluasi aset
yang didasarkan atas
taksiran dan penggunaan
estimasi dalam penghitungan
depresiasi (Conn, 1996).
Beberapa negara telah
mereformasi akuntansi sektor
publik mereka, terutama
perubahan dari cash basis
menjadi accrual basis.
Namun, beberapa kasus
menunjukkan bahwa
perubahan yang dilakukan
tidak seluruhnya menjamin
keberhasilan. Kasus di Italia
menunjukkan bahwa
perubahan tersebut tidak
memberikan kontribusi
signifikan terhadap
transparansi, efisiensi, dan
efektivitas organisasi. Oleh
karena itu, dalam
mereformasi suatu sistem
perlu dilakukan analisis
mendalam terhadap faktor
lingkungan, salah satunya
adalah faktor sosiologi
masyarakat (Yamamoto,
1997).
Menurut UU No. 17 Tahun
2003 tentang Keuangan
Negara, pengakuan dan
pengukuran pendapatan dan
belanja berbasis akrual
dilaksanakan selambat-
lambatnya tahun 2008.
Selama pengakuan dan
pengukuran pendapatan dan
belanja berbasis akrual
belum dilaksanakan,
digunakan pengakuan dan
pengukuran berbasis kas.
Dipertegas dalam PP No. 24
Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan
yang menyatakan bahwa
laporan keuangan untuk
tujuan umum disusun dan
disajikan dengan basis kas
untuk pengakuan pos-pos
pendapatan, belanja,
transfer, dan pembiayaan,
serta basis akrual untuk
pengakuan pos-pos aset,
kewajiban, dan ekuitas dana
dan yang terakhir dengan PP
No. 71 Tahun 2010 tentan
Standar Akuntansi
Pemerintahan dan
Pemerdagri No 64 Tahun 2013
tentang Penerapan Akuntansi
Berbasis Akrual Pada
Pemerintah Daerah
Tabel Perkembangan Hukum
di Bidang Keuangan Negara/
Daerah di Indonesia
Pra
otonomi
daerah &
desentralisasi
fiscal 1999
Transisi
Otonomi
(Reformasi
Tahap I)
P
O
(
T
UU No. 5
Tahun 1974
PP No 5&6
Tahun 1975
Manual
Administrasi
Keuangan
Daerah
UU No 22
Tahun 1999
dan UU
No.25 Tahun
1999
PP No.105
Tahun 2000
dan PP
No.108
Tahun 2000
Kepmendagri
29 tahun
2002
Peraturan
Daerah
Keputusan
KDH
T
T
T
T
T
T
T
N
T
1
2
K
N
2
Tindak Pidana Korupsi
Korupsi (bahasa Latin:
corruptio dari kata kerja
corrumpere yang bermakna
busuk, rusak, menggoyahkan,
memutarbalik, menyogok).
Secara harfiah, korupsi
adalah perilaku pejabat
publik, baik politikus maupun
pegawai negeri, yang secara
tidak wajar dan tidak legal
memperkaya diri atau
memperkaya mereka yang
dekat dengannya, dengan
menyalahgunakan kekuasaan
publik yang dipercayakan
kepada mereka.
Dari sudut pandang hukum,
tindak pidana korupsi secara
garis besar mencakup unsur-
unsur sebagai berikut:
Perbuatan melawan hukum:
Penyalahgunaan
kewenangan, kesempatan,
atau sarana;
Memperkaya diri sendiri,
orang lain, atau korporasi;
Merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara;
Selain itu terdapat beberapa
jenis tindak pidana korupsi
yang lain, di antaranya:
Memberi atau menerima
hadiah atau janji
(penyuapan);
Penggelapan dalam
jabatan;
Pemerasan dalam jabatan;
Ikut serta dalam
pengadaan (bagi pegawai
negeri/penyelenggara
negara);
Menerima gratifikasi (bagi
pegawai negeri/
penyelenggara negara).
Dalam arti yang luas, korupsi
atau korupsi adalah
penyalahgunaan jabatan
resmi untuk keuntungan
pribadi. Semua bentuk
pemerintahan rentan korupsi
dalam prakteknya. Beratnya
korupsi berbeda-beda, dari
yang paling ringan dalam
bentuk penggunaan pengaruh
dan dukungan untuk memberi
dan menerima pertolongan,
sampai dengan korupsi berat
yang diresmikan, dan
sebagainya. Titik ujung
korupsi adalah kleptokrasi,
yang arti harafiahnya
pemerintahan oleh para
pencuri, dimana pura-pura
bertindak jujur pun tidak ada
sama sekali.
Korupsi yang muncul di
bidang politik dan birokrasi
bisa berbentuk sepele atau
berat, terorganisasi atau
tidak. Walau korupsi sering
memudahkan kegiatan
kriminal seperti penjualan
narkotika, pencucian uang,
dan prostitusi, korupsi itu
sendiri tidak terbatas dalam
hal-hal ini saja. Untuk
mempelajari masalah ini dan
membuat solusinya, sangat
penting untuk membedakan
antara korupsi dan
kriminalitas kejahatan.
Tergantung dari negaranya
atau wilayah hukumnya, ada
perbedaan antara yang
dianggap korupsi atau tidak.
Sebagai contoh, pendanaan
partai politik ada yang legal
di satu tempat namun ada
juga yang tidak legal di
tempat lain.
Pemberantasan Korupsi Di
Indonesia
Di Indonesia korupsi dikenal
dengan istilah KKN singkatan
dari korupsi, kolusi dan
nepotisme. Korupsi sudah
menjadi wabah penyakit
yang menular di setiap
aparat negara dari tingkat
yang paling rendah hingga
tingkatan yang paling tinggi.
Berdasakan laporan tahunan
dari lembaga internasional
ternama, Political and
Economic Risk Consultancy
(PERC) yang bermarkas di
Hongkong, Indonesia adalah
negara yang terkorup nomor
tiga di dunia dalam hasil
surveinya tahun 2001
bersama dengan Uganda.
Indonesia juga terkorup
nomor 4 pada tahun 2002
bersama dengan Kenya.
Sedangkan Pada tahun 2005
PERC mengemukakan bahwa
Indonesia masih menjadi
negara terkorup di dunia
Menurut Bank Dunia bahwa
korupsi di Indonesia terjadi
dimana-mana di berbagai
level golongan pegawai negeri
sipil, tentara, polisi dan
politisi bahkan sudah
melanda beberapa
kelembagaan seperti
Kepolisian, Kejaksaan,
Peradilan, Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) yang
seharusnya bertugas untuk
memberantas korupsi
Pada tahun 2012, dilaporkan
oleh Transparansi
Indternasional bahwa Indeks
tingkat korupsi di Indonesia
naik dari peringkat 100
menjadi 118. Survei tersebut
dilakukan terhadap 176
negara di seluruh dunia.
Peringkat baru tersebut
telah menempatkan
Indonesia sebagai negara
terkorup di Asia
Pada masa sesudah
reformasi keinginan
masyarakat untuk
menegakkan hukum dan
menghukum para pelanggar
hukum atau orang-orang
yang diduga melakukan
kejahatan sungguh luar biasa
besarnya. Keinginan ini
ternyata bukan hanya
keianginan masyarakat saja,
tetapi juga menjadi program
dari pemerintah. Hal ini
dapat kita ikuti mulai dari
kampanye pemilihan anggota
legislatif sampai pada
kampanye pemilihan Presiden
dan Wakil Presiden ditahun
2004 dan 2009 dan yang baru
saja di lalui yakni pemilihan
anggota legislatif tahun
2014. Bahkan setiap
penggantian pemerintah
pemberantasan korupsi selalu
menjadi program utama dari
pemerintah
Lembaga yang dibentuk
untuk memerangi korupsi
pada masa pemerintahan
Megawati Soekarnoputri
adalah Komisi
Pemberantasan Korupsi
(KPK). Lembaga ini oleh
banyak pihak tidak jarang
dinyatakan sebagai
superbody, karena
wewenangnya yang luar
biasa besar, KPK diberi tugas
koordinasi dan supervisi
terhadap Kepolisian dan
Kejaksaan dalam
melaksanakan penyelidikan,
penyidikan, dan penuntutan
kasus korupsi. Wewenang
yang luas itu termasuk,
memonitor penyelenggaraan
pemerintah serta melakukan
tindakan pro justitia dan
upaya paksa tertentu. Dalam
waktu relative singkat sudah
ribuan laporan masyarakat
yang disampaikan kepada
KPK. Menyikapi laporan
masyarakat ini kita saksikan
KPK bertindak maksimal,
mulai dari kasus pembelian
helikopter Suap Anggota KPU
dan lain-lain
Tidak mau kalah dengan para
pendahulunya Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY)
kemudian membentuk Tim
Koordinasi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi
(Timtas Tipikor), berdasarkan
Keputusan Presiden No.11
Tahun 2005. Tim ini dibawah
kendali Jaksa Agung Muda
Tindak Pidana Khusus
(Jampidsus) Hendarman
Supandji. Tugas pokok dari
Tim ini adalah melakukan
penyelidikan, penyidikan, dan
penuntutan terhadap perkara
korupsi; selain itu Tim ini
juga bertugas untuk mencari
dan menangkap pelaku tindak
pidana korupsi serta
menelusuri asset dalam
rangka pengambalian
keuangan Negara secara
optimal. Timtas Tipikor ini
secara langsung bertanggung
jawab kepada Presiden.
Namun ternyata Timtas
Tipikor ini tidak berumur
lama, karena tidak
menghasilkan kebaikan malah
justru menimbulkan korupsi
baru Kinerja Timtas Tipikor
dianggap tidak berhasil. Tim
ini dibubarkan pada tahun
2007
Korupsi dan Budaya (Dilema
Etika)
Sulit untuk menyangkal
bahwa peran adat istiadat
dan tradisi dalam kehidupan
sehari-hari, termasuk dalam
penegakan hukum dan
pembangunan demokrasi dan
politik sangat besar. Salah
satu contoh adalah budaya
memberi hadiah atau tidak
jarang kita sebut budaya
memberi oleh-oleh dalam
kehidupan sehari-hari.
Sementara pada sisi yang
lain, secara hukum, memberi
hadiah itu dapat digolongkan
sebagai gratifikasi.
Bahkan ketentuan UU
Tipikor, setiap gratifikasi
kepada pegawai negeri atau
penyelenggara negara
dianggap suap apabila
berhubungan dengan
jabatannya dan yang
berlawanan dengan
kewajiban atau tugasnya.
Dengan demikian, maka
untuk memahami konsep
pemberian hadiah dan korupsi
ini tidak bisa hanya
dilakukan pendekatan dari
hukum positif semata, tetapi
harus ada juga pendekatan
secara budaya atau adat
istiadat yang berkembang
dalam masyarakat. Karena
korupsi itu, sesungguhnya
bukan hanya urusan
pengadilan, tetapi masalah
bagi semua manusia yang
hidup dalam satu komunitas.
Dari beberapa penelitian,
pada masyarakat tertentu
pemberian itu bukanlah
termasuk pada kategori suap,
bahkan pemberian itu
dianggap hal yang biasa
dalam kehidupan sehari-hari.
Beberapa negara yang
pendudukanya cukup banyak
sebagai penganut konfusius
masyarakat cina misalnya,
sebagai contoh dalam
mengatur bisnis, karena
adanya hubungan pribadi
yang didasarkan kepada
kehormatan pribadi,
persahabatan atau kewajiban
bersama dalam jangka
panjang. Bisnis cukup banyak
berhubungan dengan
keluarga, sementara pada
konsep Barat bisnis
disandarkan kepada
perjanjian secara tertulis
dan ditegakkan dengan
hukum yang ketat dan keras.
Inilah salah satu perbedaan
pokok dalam prilaku
berbisnis, antara Barat dan
Timur. Perbedaan sistem
berbasis aturan dan berbasis
hubungan hanya salah satu
dari banyak perbedaan
budaya, dan kedua model ini
tentu melahirkan norma-
norma etika yang berbeda,
terutama dalam hubungan
bisnis
Pada negara tertentu
hubungan bisnis yang
dibangun berdasarkan
perkoncoan disebut sebagai
nepotisme dan diangap
sebagai kejahatan.
Sedangkan pada bagian
dunia yang lain, hal ini
diangap biasa dan lumrah.
Akibat dari sistuasi ini, apa
yang dianggap sebagai korup
di Barat, tidak korup di
sebagian negara timur.
Perbedaan penilaian
terhadap sesuatu, sebagai
korupsi dalam keseharian kita
tentu saja masih terjadi.
Terutama berhubungan
dengan praktik, yang kita
sebut sebagai tanda
terimakasih. Meskipun
faktanya tanda terimakasih
itu selalu berhubungan
dengan jabatan atau
pekerjaan yang telah
dilakukan. Sehingga acapkali
kita menyaksikan dalam
keseharian kita pejabat
publik menerima tanda
terimakasih
Strategi Pemberantasan
Korupsi
Klitgaard (2001) membuat
persamaan sederhana untuk
menjelaskan pengertian
korupsi sebagai berikut:
C =M +DA
C = Corruption / Korupsi
M = Monopoly / Monopoli
D = Discretion / Diskresi /
keleluasaan
A = Accountability /
Akuntabilitas
Persamaan di atas
menjelaskan bahwa korupsi
hanya bisa terjadi apabila
seseorang atau pihak
tertentu mempunyai hak
monopoli atas urusan
tertentu serta ditunjang oleh
diskresi atau keleluasaan
dalam menggunakan
kekuasaannya, sehingga
cenderung
menyalahgunakannya, namun
lemah dalam hal pertanggung
jawaban kepada publik
(akuntabilitas).
Berdasarkan persamaan
yang dikemukan oleh
klitgaard tersebut maka
untuk dapat salah satu
langkah yang dapat
mencegah ataupun
mengurangi korupsi ialah
dengan menggunakan logika
persamaan terbalik yang
dapat digambarkan di bawah
ini :
1. Membatasi Monopoli
Seseorang
Seseorang yang memiliki
monopoli terhadap urusan
tertentu sangat berpotensi
untuk melakukan korupsi hal
ini didukung karena posisi
yang mendominasi, sehinnga
demikian monopoli seseorang
harus dibatasi baik dari sisi
urusan tertentu maupu pada
kebijakan yang dikeluarkan
oleh yang bersangkutan
1. Mengurasi Diskresi
Diskresi merupakan
keleuasaan sesorang yang
biasanya diikuti dengan
kekuasaan atau melekat pada
kekuasaan sehingga
keleluasaan yang berlebihan
dalam kekuasaan sangat
rentan dengan
penyalahgunaan yang
berakibat pada tindakan-
tindakan melawan hukum
seperti perbuatan korupsi dan
lain sebagainya,untuk ini
mengurangi atau membatasi
diskresi menjadi sangat
penting sebagai upaya
preventif terhadapa dampak
yang di akibatkan oleh
korupsi.
1. Meningkatkan
Akuntabilitas
Akuntabilitas yang lemah
hanya akan membuat
seseorang atau lembaga
tertentu yang diberikan
tanggungjawab untuk
mengurusi kepentingan
masyarakat umum akan
cenderung melakukan
perbuatan yang hanya akan
mememntingkan kepentingan
pribadi maupun kelompok, hal
ini disebabkan akuntabilitas
yang seharusnya
disampaikan kepada publik
menjadi chek and balance,
seseorang atau lembaga
akan merasa dikontrol oleh
masyarakat yang
memberikan amanah
kepadanya untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat
secara umum, dengan
demikian akuntabilitas
menjadi syarat mutlak yang
harus senantiasa didorong
dan ditingkatkan guna
menghindari perbuatan
maupun kebijakan yang
diambil mengarah pada
perbuatan korupsi.
Kesimpulan
New Public Management
dapat diartikan sebagai
bagian yang sangat penting
dalam mereformasi sektor
publik sebagai lembaga atau
instutusi yang memberikan
pelayanan kepada
masyarakat. New Public
Management sebagai pola
pengelolaan baru yang
diterapkan pada sektor publik
tidak hanya pada
pelaksanaan manajemen
pemerintahan saja tetapi
juga mencakup aspek politik,
sosial, kultural, dan hukum
yang berpengaruh pada
lembaga-lembaga publik
yang dimana berkaitan
dengan fungsi dan proses
manajemen yang berlaku
baik pada sektor publik
(pemerintahan) maupun
sektor diluar pemerintahan
yang tidak bertujuan
mencari untung (nonprofit
sector).
Berangkat dari cita-cita
mekanisme pasar yang
diusung oleh paradigma new
public management
diperlukan sebuah proses
filterisasi terlebih dahulu
bagi paradigma ini sebelum
diterapkan dalam konteks
Indonesia. Karena berbagai
mimpi tentang mekanisme
pasar yang coba diusung oleh
new public management atau
birokrasi pasar hanya akan
bisa dan mungkin berlaku
dalam kondisi masyarakat
yang telah mapan baik
secara ekonomi maupun
secara politik
Reformasi akuntansi sektor
publik, yang dalam hal ini
dimaksudkan adalah
reformasi akuntansi
pemerintahan di Indonesia
disebabkan oleh pengaruh
eksternal dan internal.
Faktor eksternal diakibatkan
oleh pengaruh globalisasi
yang demikian kuat Termasuk
new publik management.
Reformasi akuntansi sektor
publik dalam dunia
internasional terjadi di
banyak negara. Buruknya
kinerja pemerintahan di
banyak negara pada masa
lalu seperti semakin
meningkatnya hutang
negara, pemborosan,
ketidakefisienan, buruknya
pelayanan publik bahkan tak
jarang kurangnya
akuntabilitas dan
transparansi dalam
penegelolaan mendorong
reformasi sektor publik.
Memberantas korupsi itu
bukan sesuatu yang mudah.
Proses pembuktian dalam
perkara korupsi juga tidak
mudah. Prosesnya juga
adalah peoses yang panjang.
Meksipun korupsi itu harus
dilawan, yang tidak kalah
penting dalam memberantas
korupsi itu, prosesnya harus
dilakukan secara adil dan
beradab. Di samping itu
untuk memahami konsep
pemberian hadiah dan korupsi
ini tidak bisa hanya
dilakukan pendekatan dari
hukum positif semata, tetapi
harus ada juga pendekatan
secara budaya atau adat
istiadat yang berkembang
dalam masyarakat. Karena
korupsi itu, sesungguhnya
bukan hanya urusan
pengadilan, tetapi masalah
bagi semua manusia yang
hidup dalam satu komunitas
Pentingnya akuntabilitas dan
transparansi dalam
pengelolaan sektor publik
menjadi salah satu langkah
dalam mencegah dan
mengurangi praktek korupsi
yang marak di terjadi sektor
publik khususnya di indonesia
dengan reformasi sektor
publik sebagai dampak dalam
penerapan New Publik
Management sedikit
memberikan terobosan dalam
rangka lebih meningkatkan
akuntabilitas dan
transparansi melalui
penekanan pada pengukuran
output dari setiap kebijakan
yang diambil oleh pejabat
publik.

Anda mungkin juga menyukai