B. Pengertian Birokrasi
Kita semua sering mendengar kata birokrasi. Dalam bayangan kita, birokrasi artinya
persyaratan yang berbelit-belit, pelayanan yang lama, dan memakan biaya tinggi, dan para
birokrat adalah pelaku semua itu. Akan tetapi, pengertian tersebut tidak sepenuhnya benar.
Pengertian yang benar adalah sebagai berikut :
1. Birokrasi dalam bahasa Inggris, bureaucracy, berasal dari kata bureau (berarti : meja) dan
cratein (berarti : kekuasaan), artinya kekuasaan berada pada orang-orang yang duduk
dibelakang meja.
2. Menurut Bintoro Tjokroamidjojo (1984), birokrasi adalah pengorganisasian pekerjaan
dengan teratur yang harus dilakukan oleh banyak orang. Dengan demikian, tujuan birokrasi
adalah pekerjaan dapat diselesaikan dengan cepat dan terorganisasikan dengan baik.
Birokrasi, artinya jumlah pekerjaan yang banyak yang dikelola dan dilaksanakan oleh banyak
orang secara efesien dan efektif. Pekerjaan yang dimaksudkan tidak tumpangtindih, tidak
memakan biaya tinggi, tidak berbelit-belit, rasional, dan proporsional.
3. Blau dan Fage (1956) mengemukakan bahwa birokrasi merupakan tipe organisasi, artinya
pengorganisasian tugas-tugas administrative secara sistematis. Birokrasi berkaitan dengan
banyaknya jenis pekerjaan dan banyaknya orang yang mengerjakan. Dengan demikian, setiap
jenis pekerjaan dikerjakan oleh orang banyak dengan cara yang sistematis. Blau dan Fage
menegaskan bahwa birokratis berarti melaksanakan prinsip-prinsip organisasi untuk
meningkatkan efesiensi administratif. Dengan demikian, apabila cara pengerjaanya tidak
efektif, artinya tidak birokratis.
4. Ismani (2001) mengemukakan bahwa dalam birokrasi terdapat aturan-aturan yang rasional
yang rasional, strukturr organisasi, proses berdasarkan pengetahuan teknis, dan efisiensi
setinggi-tingginya. Oleh karena itu, tidak ada pandangan yang relevan apabila menyatakan
birokrasi tidak efisien dan tidak efektif.
5. Dwijowijoto (2004) menjelaskan bahwa birokrasi adalah lembaga yang sangat kuat dengan
kemampuan meningkatkan kapasitas-kapasitas potensial terhadap hal-hal yang baik ataupun
buruk sebagai instrumen administrasi rasional yang netral pada skala yang besar. Selanjutnya
dikemukakan bahwa dalam masyarakat modern, begitu banyak urusan yang terus-menerus
dan hanya organisasi birokrasi yang mampu menjawabnya. Birokrasi dalam politik
dijabarkan sebagai pegawai negeri sipil.
6. Birokrasi adalah produser yang efektif dan efisien didasarkan pada teori dan aturan yang
berlaku serta memiliki spesialisasi sesuai tujuan yang telah disepakati oleh
organisasi/instansi/lembaga terkait.
Dari seluruh pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa birokrasi terdiri atas beberapa
hal berikut :
1. Organisasi, yaitu lembaga yang menghimpun berbagai jenis pekerjaan dan para pekerja
dengan berbagai keahliannya masing-masing.
2. Jenis pekerjaan, yaitu jenis-jenis pekerjaan yang harus diselesaikan sesuai dengan jabatan
para pekerja.
3. Wewenang, yaitu, kekuasaan atau hak dan kewajiban yang dimiliki para pekerja sehingga ia
berhak dan berkewajiban melaksanakan pekerjaan.
4. Mekanisme kerja, yaitu teknik dan cara-cara mengejarkan jenis-jenis pekerjaan.
5. Sistem, yaitu melaksanakan pekerjaan secara profesional mengikuti peraturan dan prosesur
yang bener.
C. Karakteristik Birokrasi
Birokrasi merupakan kekuasaan melaksanakan pekerjaan, mengatur, dan menempatkan
jenis-jenis pekerjaan untuk para pekerja secara sistematis. Lalu, bagaimana karakteristik
birokrasi yang bener menurut pengertian tersebut?
Pada dasarnya, birokrasi adalah sistem maka menurut (Syafrie, 2004) karakteristik
birokrasi adalah sebagai berikut :
1. kerja yang taat pada peraturan (rule).
2. Tugas yang khusus (spesialisasi).
3. Kaku dan sederhana (zakelijk).
4. Penyelenggaraan yang resmi (formal).
5. Pengaturan dari atas ke bawah (hierarkis), yang telah ditetapkan oleh organisasi/institusi.
6. Berdasarkan logika (rasional).
7. Sentralik (otoritas).
8. Taat dan patuh (obedience).
9. Tidak melanggar ketentuan (discipline).
10. Strukturalistik (sistematis).
11. Tanpa pandang bulu (impersonal).
Kerja yang taat pada peraturan, artinya para birokrat bekerja sesuai dengan peraturan.
Apabila menyimpang dari peraturan, pekerja tersebut dapat diberi peringatan, diskor, dan
diberhentikan dengan hormat atau dengan tidak hormat.
Birokrat harus seorang yang profesional , ahli dan memiliki pengalaman kerja yang
memadai, sehingga dalam memberikan pelayanan selalu memuaskan orang yang dilayani.
Karena birokrasi harus ketat dan taat pada aturan, birokrasi bersifat kaku. Akan tetapi,
kekakuan dalam melaksanakan pekerjaan bukan berarti berbelit-belit, melainkan sesuai dengan
jenis pekerjaannya, tidak tumpang tindih, dan efektif serata efesien.
Semua pelayanan yang diberikan kepada masyarakat bersifat formal, bukan pekerjaan
tambahan atau asal-asalan. Pekerjaan yang resmi diatur oleh tugas dan wewenangnya sebagai
pemegang hak dan kewajiban atas jenis pekerjaan yang dimaksudkan. Misalnya, bagian
pembuatan surat perizinan, harus bekerja khusus dalam surat-menyurat yang berkaitan dengan
perizinan.
Pengaturan dari atas ke bawah (hierarki) yang telah ditetapkan oleh organisasi/institusi,
artinya birokrat terdiri atas pejabat tertinggi dan pejabat terendah. Pejabat tertinggi berhak
memerintah pejabat di bawahnya, dan seterusnya secara hierarkis.
Berdasarkan logika (rasional), artinya bekerja menurut ukuran akal sehat, misalnya waktu
yang diberikan, gaji yang diterima, jenis pekerjaan yang harus dilaksanakan, dan masa istirahat
yang diterima. Semua harus rasional.
Sentralistik (otoritas), artinya kekuasaan tertinggi berada di pusat organisasi. Pusat
membawahi berbagai cabang, dan cabang membawahi ranting dan unit. Dalam pemerintahan
dikenal sentralisasi dan desentralisasi, tetapi pembagian tersebut bukan berarti tidak ada pusat
dan cabang. Misalnya, kepala daerah atau bupati membawahi beberapa pemerintah desa atau
kelurahan.
Taat dan patuh (obedience), birokrat bekerja karena kepatuhan kepada atasan dan
peraturan. Tidak melanggar ketentuan (discipline), yaitu berpegang pada sistem dan mekanisme
kerja yang berlaku.
Strukturalistis (sistematis), artinya bekerja mengikuti cara-cara yang teratur,
mendahulukan skala prioritas, dan menyelesaikannya dengan tepat waktu dan hasil yang
maksimal. Seluruh jenis pekerjaan yang dibebankan oleh masyarakat, dilaksanakan sesuai
dengan kapasitasnya, nomor antrean dan melayani masyarakat tanpa pandang bulu (impersonal).
1. Organisasi, yaitu prinsip membangun sistem organisasi yang terpadu, integral, dan
mutualistis.
2. Kejelasan misi. Misi birokrasi diangkat dari tujuan nasional dalam segala bidang kehidupan
masyarakat, berbangsas, dan bernegara. Birokrasi memiliki serangkaian tugas utama yang
harus dilaksanakan, baik yang sifatnya pengaturan yang berdasarkan peraturan perundang-
undangan, yang dioperasionalkan secara transparan ataupun dalam bentuk pelayanan kepadas
masyarakat yang harus memenuhi persyaratan korektif, ramah, cepat, dan akurat.
3. Kejelasan fungsi, merupakan perincian misi yang harus diemban. Kejelasan fungsi tidak
terbatas pada rumusan yang menjadi tanggung jawab fungsional suatu instansi, tetapi juga
sebagai upaya untuk menjamin bahwa :
a. Dalam birokrasi tidak terjadi tumpang tindih dan duplikasi.
b. Tidak ada fungsi yang terabaikan karena induknya tidak jelas.
c. Menghilangkan persepsi adanya fungsi yang penting, kurang penting, dan tidak penting.
d. Jelas lagi birokrasi dan bagi masyarakat yang menjadi kelompok pemakai instansi yang
sama.
4. Kejelasan aktivitas, birokrasi adalah kegiatan penyelenggaraan tugas dan fungsi satuan kerja
dalam birokrasi. Dengan demikian, tidak ada pekerjaan yang sia-sia.
5. Kesatuan arah, semua aktivitas harus diarahkan pada satu titik kulminasi tertentu, yaitu
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
6. Kesatuan pemerintah, birokrat bekerja karena melaksanakan perintah atasan. Para pekerja
dalam melaksanakan pekerjaannya diarahkan oleh satu perintah yang jelas. Dengan
demikian, dalam birokrasi tidak dibenarkan terdapat perintah yang banyak, sehingga para
pekerja melaksanakan pekerjaan tanpa arah yang jelas. Agar perintah yang diberikan dapat
terlaksana dengan efektif, sumbernya hanya satu, yaitu atasan langsung. Penerapan prinsip
satu perintah harus didasarkan pada pendapat “satu anak tangga ke bawah”, artinya setiap
pimpinan memberikan perintah hanya kepada bawahannya langsung. Dengan demikian,
penerima perintah tidak akan bingung memaknai perintah yang diterimanya dan pejabat yang
lebih rendah tidak merasa dilampaui.
7. Formalisasi, yaitu penentuan standar yang baku untuk semua kegiatan yang dapat dibakukan.
Dalam birokrasi diperlukan fomalisasi yang tinggi karena terdapat kriteria kinerja yang
seragam untuk semua kegiatan yang sejenis. Manfaatnya untuk mengukur kinerja para
pegawai dan melakukan penilaian atau evaluasi para pegawai, untuk promosi, alih tugas, alih
wilayah, dan untuk pengenaan sanksi disiplin. Prinsip ini menghasilkan hal-hal berikut :
a. Mutu keputusan yang diambil akan semakin tinggi.
b. Bagi setiap manajer tersedia waktu lebih banyak untuk menyelenggarakan fungsi-fungsi
manajerial yang lain.
c. Operasionalisasi keputusan semakin efektif karena rasa tanggung jawab para pengambil
keputusan pada berbagai eselon semakin besar.
d. Para manajerial yang lebih rendah merasa mendapat kepercayaan dari atasan masing-
masing.
8. Pendelegasian wewenang, hanya mungkin berlangsung dengan baik apabila penerima
delegasi wewenang itu menunjukkan kematangan, tidak hanya dalam arti teknis, tetapi juga
secara psikologid dan mental intelektual. Pengalaman menunjukan bahwa kematangan
tersebut hanya tercapai dalam organisasi yang demokratis.
9. Desentralisasi, berkaitan dengan pendegelasian wewenang, yakni penerapan prinsip
desentralisasi. Sebagai paradigma birokrasi, desentralisasi pada dasarnya berarti bahwa
pencegahan adanya konsentrasi pengambilan keputusan pada satu titik tertentu. Dengan kata
lain, tidak terjadi sentralisasi yang berlebihan.
Bagi suatu birokrasi, hal ini sangat penting karena dengan kondisi wilayah kekuasaan
negara yang heterogen ditinjau dari potensi ekonomi, jumlah, komposisi penduduk, kekayaan
alam, topografi wilayah, dan budaya masyarakat setempat, desentralisasi pengambilan
keputusan mutlak diperlukan. Dengan desentralisasi itulah, para pejabat pimpinan dan
pelaksana dapat bertindak dengan tepat, sesuai dengan situasi perumusan setempat di
lapangan.
Dalam kaitan ini, harus ditekankan bahwa ada hal-hal tertentu yang dilakukan dengan
pendekatan sentralisasi, terutama dalam negara kesatuan. Beberapa contoh yang sifatnya
nasional, seperti perumusan kebijaksanaan dasar, pola perencanaan, pola perencanaan, pola
organisasi, dan pola pengawasan. Bahkan, di negara federasi, ada kegiatan yang merupakan
urusan pemerintah federal, seperti pertahanan dan keamanan, dan hubungan luar negeri. Para
pejabat dan petugas lapangan bekerjaa atas pola yang telah ditetapkan secara nasional.
10. Keseimbangan wewenang dan tanggung jawab. Wewenang merupakan hak menyeluruh
untuk memerintah dan melarang orang lain melakukan sesuatu. Tanggung jawab adalah
kewajiban untuk memikul segala konsekuensi yang mungkin timbul karena penggunaan
wewenang. Keduanya harus dimiliki secara berimbang oleh setiap anggota, terutama para
pejabat pimpinan.. ketidakseimbangan antara keduanya dapat berdampak negatif pada kinerja
organisasi. Jika wewenang seseorang tidak diimbangi oleh tanggungjawab, terbuka peluang
bertindak otoriter atau diktatorial. Sebaliknya, jika seseorang hanya dibebani dengan
tanggung jawab tanpa diimbangi oleh wewenang, terjadi keragu-raguan melakukan sesuatu
karena takut jika tindakannya itu melampaui wewenangnya.
Dengan mengacu pada berbagai prinsip organisasi yang telah dibahas, timbul tuntutan
untuk mempelajari, memilih, dan menggunakan struktur dan tipe organisasi yang tepat. Berbagai
tipe organisasi seperti tipe lini, tipe lini dan staf, tipe fungsional, tipe panitia, dan tipe matriks.
Masing-masing tipe memiliki karakteristik tertentu, setiap tipe digunakan mengikuti
karakteristiknya.
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan antara lain ialah :
1. Kompleksitas tugas yang harus dikerjakan.
2. Filsafat yang menjadi dasar kegiatan operasional.
3. Tingkat formalisasi yang diberlakukan.
4. Sifat kegiatan yang harus diselenggarakan, yaitu kegiatan rutin, mekanistik, atau menuntut
inovasi dan kreatifitas.
5. Kultur organisasi yang dominan dan mengikat semua anggota organisasi.
6. Kendala-kendala yang dihadapi, seperti keterbatasan sarana, dana, dan prasarana.
7. Teknologi yang diterapkan.
Tantangan yang dihadapi oleh organisasi birokrasi harus ditanggulangi dengan hal-hal
berikut :
1. Mampu bergerak sebagai satu kesatuan, menyelenggarakan fungsi spealistik dengan
menggunakan peralatan yang spesialistik pula.
2. Menggambarkan satuan-satuan kerja dan menyelenggarakan tugas pokok dan tugas
penunjang dengan jelas.
3. Mencerminkan terselenggaranya semua kegiatan secara terkoordinasi.
4. Memperhitungkan situasi dan kondisi lokal yang nyata-nyata dihadapi di lapangan.
5. Memperhitungkan kemampuan organisasi, beradaptasi pada tuntutan perubahan dalam
berbagai bidang, artinya dapat diubah, baik jumlah maupun strukturnya sesuai dengan
tuntutan zaman.
6. Mancakup semua jenis kegiatan yang harus dilaksanakan olrh birokrasi secara sistematis.
7. Tidak mengarah pada terciptanya rantai birokrasi yang panjang.
E. Etika Birokrasi
Etika merupakan norma-norma moral yang menjadi pegangan seseorang atau kelompok
dalam mengatur tingkah lakunya. Etika juga merupakan kumpulan asas atau nilai moral. untuk
menjadi pegangan atau rujukan seseorang atau kelompok, nilai moral tersebut diwujudkan dalam
bentuk kode etik, misalnya : kode etik kedokteran, kode etik jurnalistik, kode etik kehakiman,
dank ode etik advokat.
Adapun birokrasi berkenan dengan kelembagaan, aparat, sistem, dan prosedur kegiatan
yang dilaksanakan demi kepentingan umum dan masyarakat. Menurut Yahya Muhaimin (1991),
birokrasi merupakan keseluruhan aparat pemerintah, baik sipil maupun militer yang bertugas
membantu pemerintah, menerima gaji dari pemerintah karena statusnya itu.
Dengan demikian, etika birokrasi adalah norma atau nilai-nilai moral yang menjadi
pedoman keseluruhan aparat pemerintah dalam menjalankan tugas dan kewajibannya demi
kepentingan umum atau masyarakat.
Aparat pemerintah seharusnya mempunyai pedoman dan penutup sikap dan prilaku,
sehingga birokrasi menjadi bersih, dinamis, dan bertanggung jawab, yakni tanggung jawab
yudiris formal dan tanggung jawab moral. Dengan demikian, birokrasi pada prinsipnya tidak
menyulitkan selama prosesnya dapat dipermudah. Sementara dalam praktiknya, terdapat oknum
pejabat yang memanfaatkan birokrasi untuk kepentingan diri sendiri, tanpa mengindahkan
kesulitan orang lain yang membutuhkan bantuan pelayanan.
Prinsip dasar birokrasi adalah pelayanan cepat, biaya murah, tidak berbelit-belit, sikap
dan perilaku para pegawai ramah dan sopan, ini yang harus dijaga dan dilaksanakan tanpa
mengenal pamrih, sehingga masyarakat merasa puas. Prinsip etika dalam melaksanakan birokrasi
akan menimbulkan citra baik untuk para birokrat, pemerintah, pejabat, dan aparat pemegang
kekuasaan.
H. Ringkasan
Public administration dengan perbandingan administrasi negara akan selalu berkaitan.
Oleh karena birokrasi melekat dalam tubuh pemerintah di negara-negara manapun, maka corak
ragam birokrasi melekat dalam tubuh pemerintah di negara-negara manapun, maka corak ragam
birokrasi selalu akan pararel dengan sifat serta perlakuan administrasi negara pada suatu negara.
Sehingga, birokrasi yang dijumpai pada negara A tidak akan sama dengan birokrasi yang
terdapat di negara B. Birokrasi akan berjalan sesuai dengan situasi dan kondisi negara
bersangkutan. Apapun bentuk serta coraknya tidak akan terlampau jauh dari perikehidupan serta
prilaku yang berlaku di mana administrasi negara dijumpai, sebab birokrasi itu bisa dipandang
sebagai administrative body dari negara. Karena birokrasi sebagai administrative body, maka
kehadirannya itu tergantung pula pada sistem administrasi dan tipe politik yang dianut masing-
masing negara. Luas maupun kecil cakupan (scope) birokrasi suatu negara bergantung pada
ruang lingkup negara yang bersangkutan.
Pertanyaan :
1. Mengapa birokrasi itu berbeda?
2. Apakah birokrasi itu diperlukan?
3. Birokrasi dapat dipandang sebagai alat negara dan oleh karenanya birokrasi dipandang
sebagai administrative body. Apakah perbedaan antara alat negara dengan administrative
body?
4. Birokrasi suatu negara merupakan ciri negara modern, benarkah demikian?
5. Birokrasi merupakan faktor dominan dalam pemerintahan, mengapa merupakan faktor
dominan?
6. Ada yang beranggapan birokrasi itu tidak baik sama halnya dengan birokratisme. Coba
jelaskan mana yang baik dan yang dipandang baik?