Anda di halaman 1dari 25

BUKU JAWABAN TUGAS TUTORIAL ONLINE

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : JOAO ROBIN MARQUES

Nomor Induk Mahasiswa : 022822751

Kode/Nama Mata Kuliah : ADPU4440 / Administrasi Pemerintahan Daerah

Kode/Nama UPBJJ : 79 / KUPANG

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Bagaimanakah proses penyusunan APBD pada pemerintah daerah
kabupaten/kota?

Jawaban :

PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH

A. PRINSIP PENYUSUNAN APBD

Penyusunan APBD Tahun Anggaran harus didasarkan prinsip sebagai berikut:


1) APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan daerah;
2) APBD harus disusunsecara tepat waktu sesuai tahapan dan jadwal;
3) Penyusunan APBD dilakukan secara transparan,dimana memudahkan
masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-Iuasnya
tentang APBD;
4) Penyusunan APBD harus melibatkan partisipasi masyarakat;
5) APBD harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan;
6) Substansi APBD dilarang bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan
yang lebih tinggi dan peraturan daerah lainnya.

B. TEKNIS PENYUSUNAN APBD

Dalam menyusun APBD Tahun Anggaran, pemerintah daerah dan DPRD harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Penetapan APBD tepat waktu, yaitu paling lambat tanggal 31 Desember

Tahapan dan Jadwal Proses Penyusunan APBD


N URAIAN WAKTU LAMA
O
1) Penyusunan RKPD Akhir bulan Mei

2) Penyampaian KUA dan PPAS oleh Minggu 1 bulan Juni 1minggu


Ketua TAPD kepada kepala daerah

3) Penyampaian KUA dan PPAS Pertengahan bulan Juni 6 minggu


oleh  kepala daerahkepada DPRD
4) KUA dan PPAS disepakati antara Akhir bulan Juli
kepala daerahdan DPRD
5) Surat Edarankepala daerah perihal Awal bulan Agustus 1 Minggu
Pedoman RKA-SKPD

6) Penyusunan dan pembahasan Awal Agustus sampai 7 Minggu


RKA-SKPD danRKA-PPKD serta dengan akhir September
penyusunan Rancangan APBD
7) Penyampaian Rancangan APBD Minggu pertama bulan 2 Bulan
kepadaDPRD Oktober

8) Pengambilan persetujuan Bersama Palinglama 1 (satu) bulan


DPRD dan kepala daerah sebelum tahun anggaran
yang bersangkutan

9) Hasil evaluasi Rancangan APBD 15 hari kerja (bulan


Desember)

10) Penetapan Perda APBD dan Paling Lambat Akhir


Perkada Penjabaran APBD sesuai Desember (31 Desember)
denganhasil evaluasi

2. Substansi KUA mencakup hal-hal yang sifatnya kebijakan umum dan tidak
menjelaskan hal-hal yang bersifat teknis. Hal-hal yang sifatnya kebijakan
umum,seperti:
a) Gambaran kondisi ekonomi makro termasuk perkembangan indikator ekonomi
makro daerah;
b) Asumsi dasar penyusunan Rancangan APBD Tahun Anggaran 2020 termasuk laju
inflasi,pertumbuhan PDRB dan asumsi lainnya terkait dengan kondisi ekonomi
daerah;
c) Kebijakan pendapatan daerah yang menggambarkan prakiraan rencana sumber
dan besaranpendapatan daerah untuk tahun anggaran 2020 serta strategi
pencapaiannya;
d) Kebijakan belanja daerah yang mencerminkan program dan langkah kebijakan
dalam upaya peningkatan pembangunan daerah yang merupakan manifestasi
darisinkronisasi kebijakan antara pemerintah daerah dan pemerintahserta strategi
pencapaiannya;
e) Kebijakan pembiayaan yang menggambarkan sisi defisit dan surplus anggaran
daerah sebagai antisipasi terhadap kondisi pembiayaan daerah dalam rangka
menyikapi tuntutan pembangunan daerahserta strategi pencapaiannya.
3. Substansi PPAS lebih mencerminkan prioritas pembangunan daerah yang  dikaitkan
dengan sasaran yang ingin dicapai termasuk program prioritas dari  SKPD terkait.
PPAS juga menggambarkan pagu anggaran sementara dimasing- masing SKPD
berdasarkan program dan kegiataprioritas dalam RKPD.Pagu sementara tersebut
akan menjadi pagu definitif setelah rancangan peraturan daerah tentang APBD
disetujui bersama antara kepala daerah dengan DPRD serta rancangan peraturan
daerah tentang APBD tersebut ditetapkan oleh kepala daerah menjadi peraturan
daerah tentang APBD.
4. Untuk menjamin konsistensi dan percepatan pembahasan rancangan KUA dan
rancangan PPAS, kepala daerah harus menyampaikan rancangan KUA dan
rancangan PPAS tersebut kepada DPRD dalam waktu yang bersamaan, yang
selanjutnya hasil pembahasan kedua dokumen tersebut disepakati bersama antara
kepala daerah denganDPRD pada waktu yang bersamaan, sehingga keterpaduan
substansi KUA dan PPAS dalam proses penyusunan RAPBD akan lebih efektif.
5. Substansi Surat Edaran Kepala Daerah tentang Pedoman Penyusunan RKA-SKPD
kepada seluruh SKPD danRKA-PPKD kepada Satuan Kerja Pengelola KEuangan
Daerah (SKPKD)memuat prioritas pembangunan daerah, program dan kegiatan
sesuai dengan indikator, tolok ukur dan target kinerja dari masing-masing program
dan kegiatan, alokasi plafon anggaran sementara untuk setiap programdan  kegiatan
SKPD, batas waktu penyampaian RKA-SKPD kepada PPKD, dan dokumen lainnya
sebagaimana lampiran Surat Edaran dimaksud meliputi KUA,  PPAS, analisis
standar belanja dan standar satuan harga.

6. RKA-SKPD memuat rincian anggaran pendapatan, rincian anggaran belanja tidak


langsung SKPD (gaji pokok dan tunjangan pegawai, tambahan penghasilan, khusus
pada SKPD Sekretariat DPRD dianggarkan juga Belanja Penunjang Operasional
Pimpinan DPRD), rincian anggaran belanja langsung menurut program dan kegiatan
SKPD.
7. RKA-PPKD memuat rincian pendapatan yang berasal dari dana perimbangan dan
pendapatan hibah, belanja tidak langsung terdiri dari belanja bunga, belanja subsidi,
belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja bantuan keuangan
dan belanja tidak terduga, rincian penerimaan pembiayaan dan pengeluaran
pembiayaan.

8. Dalam kolom penjelasan penjabaran APBD diisi lokasi kegiatan untuk kelompok
belanja langsung, sedangkan khusus untuk kegiatan yang pendanaannya bersumber
dari Dana Bagi Hasil Dana Reboisasi (DBH-DR), Dana Alokasi Khusus, Dana
Penyesuaian dan Otonomi Khusus, Hibah, Bantuan Keuangan yang bersifat khusus,
Pinjaman Daerahserta sumber pendanaan lainnya yang kegiatannya telah
ditentukan,agar mencantumkan sumberpendanaan dalam kolom penjelasan
penjabaran APBD.

9. Dalam hal rancangan peraturan daerah tentang APBD disampaikan oleh kepala
daerah kepada DPRD paling lambat Minggu I Oktober 2019, sedang kanpembahasan
rancangan peraturan daerah tentang APBDdimaksud belum selesai sampai dengan
paling lambat tanggal 30 Nopember 2019, maka kepala daerah harus menyusun
rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD untuk mendapatkan pengesahan
dari Menteri Dalam Negeri bagi APBD Provinsi dan Gubernur bagi APBD
Kabupaten/Kota. Kebijakan tersebut dilakukan untuk menjaga proses
kesinambungan pembangunan daerah dan pelayanan kepada masyarakat sesuai
dengan realitas politik di daerah.

Dalam hal kepala daerah menetapkan peraturan kepala daerah tentang APBD Tahun
Anggaran 2020, maka kepala daerah harus memperhatikan hal-hal sebagaiberikut:
a) Anggaran belanja daerah dibatasi maksimum sama dengan anggaran belanja
daerah dalam Perubahan APBD Tahun Anggaran 2019.
b) Belanja daerah diprioritaskan untuk mendanai belanja yang bersifat mengikat dan
belanja yang bersifat wajib untuk terjaminnya kelangsungan pemenuhan
pelayanan dasar masyarakat sesuai dengan kebutuhan Tahun Anggaran 2020.
c) Pelampauan batas tertinggi dari jumlah pengeluaran hanya diperkenankan apabila
ada kebijakan pemerintah untuk kenaikan gaji dan tunjangan PNSD serta
penyediaan dana pendamping atas program dan kegiatan yang ditetapkan oleh
pemerintah serta belanja bagi hasil pajak dan retribusi daerah yang mengalami
kenaikan akibat adanya kenaikan target pendapatan daerah dari pajak dan
retribusi dimaksud dari Tahun Anggaran 2019.
10. Kepala daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD paling lambat 6 (enam)
bulan setelah tahun anggaran berakhir, sedangkan persetujuan bersama terhadap
rancangan peraturan daerah dimaksud paling lambat1 (satu) bulan terhitung sejak
rancangan peraturan daerah diterimaoleh DPRD,
Dalam hal rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD Tahun Anggaran 2019 belum mendapatkan persetujuan bersama, kepala
daerah dapat menetapkan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Tahun
Anggaran 2019 dengan peraturan kepala daerah.Terkait denganuraian tersebut di
atas, pelaksanaan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2020 harus dilakukan setelah
penetapan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD
Tahun Anggaran 2019 dan persetujuan bersama antara pemerintah daerah dan
DPRD terhadap rancangan peraturan daerah tentang Perubahan APBD Tahun
Anggaran 2020 ditetapkan paling lambat pada akhir bulan September 2020, dengan
tahapan penyusunan dan jadwal sebagai berikut:

Tahapan dan Jadwal Proses Penyusunan APBD

No Uraian Waktu Lama


1) Penyampaian Rancangan Perubahan Minggu pertama Agustus
KUA dan PPAS kepada DPRD
2) Kesepakatan Perubahan KUA dan Minggu kedua Agustus 7 hari kerja
PPAS antara Kepala Daerah dan
DPRD
3) Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Minggu ketiga Agustus
Perubahan APBD
4) Penyampaian Raperda APBD berserta Minggu kedua September
lampiran kepada DPRD
5) Pengambilan persetujuan bersama Akhir September (3 bulan
DPRD dan kepala daerah terhadap sebelum tahun anggaran
Raperda Perubahan APBD berakhir)
6) Penyampaian kepada Menteri Dalam 3 hari kerja
Negeri/gubernur untuk dievaluasi
7) Keputusan Menteri Dalam Pertengahan Oktober 15 hari kerja
Negeri/Gubernurtentang hasil evaluasi
PAPBD Provinsi, Kabupaten/Kota TA
2020
8) Pengesahan PerdaPAPBDyang telah Pertengahan Oktober
dievaluasi dan dianggap sesuai dengan
ketentuan
9) Penyempurnaan perda sesuai hasil Minggu ke-III Oktober 7 hari kerja
evaluasi apabila dianggap bertentangan
dengan kepentingan umum dan
peraturan yang lebih tinggi
10) Pembatalan Perda PAPBD apabila Minggu ke-IV Oktober 7 hari kerja
tidak dilakukan penyempurnaan (setelah pemberitahuan
Untuk penyempurnaan
sesuai hasil evaluasi)

11) Pencabutan Raperda PAPBD Minggu ke-I Nopember 7 hari kerja

12) Pemberitahuan untuk Minggu ke-III Oktober 3 hari kerja


penyampaianrancangan perubahan (setelah P-APBD
DPA-SKPD disahkan)

11)  Dalam Perubahan APBD Tahun Anggaran 2020, pemerintah daerah tidak
diperkenankan untuk menganggarkan kegiatan pada kelompok belanja langsung
dan jenis belanja bantuan keuangan yang bersifat khusus kepada
kabupaten/kota/desapada kelompok belanja tidak langsung, apabila dari aspek
waktu dan tahapan kegiatan sertabantuan keuangan yang bersifat khusus tersebut
tidak cukup waktu sampai dengan akhir Tahun Anggaran 2020.
12)   Dalam rangka mengantisipasi pengeluaran untuk keperluan pendanaan keadaan
daruratdan keperluan mendesak, pemerintah daerah harus mencantumkan kriteria
belanja untuk keadaan daruratdan keperluan mendesakdalam peraturan daerah
tentang APBD.
13)   Rancangan peraturan daerah tentang APBD, rancangan peraturan daerah tentang
Perubahan APBD dan rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD sebelum ditetapkan menjadi peraturan daerah wajib dilakukan
evaluasi sesuai ketentuan Pasal 185, Pasal 186, dan Pasal 188 Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, jo. Pasal 110, Pasal 111,
Pasal 173, Pasal 174, Pasal 303, dan Pasal 306 Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 21 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah. Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah provinsi harus melaporkan
kepada Menteri Dalam Negeri tentangpermasalahan pemerintah kabupaten/kota
yang menetapkan APBD Tahun Anggaran 2020 tanpa terlebih dahulu dilakukan
evaluasi oleh Gubernur dan tindak lanjut atas permasalahan tersebut dalam rangka
penguatan peran Gubernur selaku wakil Pemerintah.

2. Buatlah tulisan mengenai pelaksanaan APBD pada pemerintah daerah, dengan


memilih kasus pada daerah tertentu

Jawaban :

Pelaksanaan APBD (Tahun 2011-2015)

Kinerja pelaksanaan APBD Kabupaten Belu Tahun 2011 – 2015, digambarkan


berdasarkan realisasi pendapatan, belanja, dan pembiayaan daerah, secara ringkas
diuraikan sebagai berikut:
Pendapatan Daerah
Pendapatan Daerah yang tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) di Kabupaten Belu bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana
Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan yang Sah. Gambaran pengelolaan pendapatan
daerah secara rinci adalah sebagai berikut:
Pendapatan Asli Daerah
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Pasal 22 ayat (1), ada 4
(empat) sumber Pendapatan Asli Daerah, diantaranya : (i) Pajak Daerah; (ii)
Retribusi Daerah; (iii) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan (iv)
Lain-lain PAD yang Sah. Adapun perkembangan PAD selama Tahun 2011 –
2015, dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 1.1.
Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Belu Tahun 2011-2015

Rata-Rata
No Jenis Pendapatan Daerah
Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015

1. Pendapatan Asli Daerah 34,802,681,366 47,085,513,257 63,821,368,066 66,624,769,346 72,408,429,832 20.98


1.1. Pajak Daerah 6,596,841,064 9,732,292,826 12,703,585,958 8,234,295,057 12,614,389,488 24.02
1.2. Retribusi Daerah 14,960,243,730 22,095,397,553 39,354,676,002 44,506,360,715 10,023,124,454 15.35
Hasil Pengelolaan Kekayaan
1.3. 2,861,616,908 3,251,870,445 3,831,655,780 5,147,512,408 5,561,685,579 18.46
Daerah Yang Dipisahkan
Lain-Lain Pendapatan Asli
1.4. 10,383,979,664 12,005,952,433 7,931,450,326 8,736,601,166 44,209,230,311 99.46
Daerah Yang Sah
Sumber : Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (PPKAD) Kabupaten Belu
Tahun (2015)

Berdasarkan data tersebut diatas terlihat bahwa trend pajak daerah, retribusi
daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan
daerah yang sah selalu naik dari Tahun ke Tahun bersifat fluktuatif. Perkembangan
PAD dan proporsinya terhadap pendapatan APBD Pemerintah Kabupaten Belu
tahun 2011-2015 dapat dilihat pada Tabel 3.2. dibawah ini.

Tabel. 1.2
Perkembangan PAD dan Proporsinya Terhada APBD Pemerintah
Kabupaten Belu Tahun 2011-2015
Proporsi PAD thd
Pendapatan Pendapatan
No Tahun PAD (Rp)
APBD (Rp) APBD (%)
(1) (2) (3) (4) (5 )= (3)/(4)x100
01 2011 34,802,681,366 662,447,956,908 5.25
02 2012 47,085,513,257 744,566,894,925 6.32
03 2013 63,821,368,066 841,202,878,244 7.59
04 2014 66,624,769,346 583,074,418,062 11.43
05 2015 72,408,429,832 738,626,408,498 9.80
Sumber : Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (PPKAD) Kabupaten Belu Tahun
(2015)
Kontribusi PAD terhadap pendapatan daerah dari tahun ke tahun meningkat dan
menembus besaran diatas 10 % terjadi pada tahun 2014. Sedangkan tahun-tahun
sebelumnya serta tahun 2015 masih di bawah 10 %. Hal ini menunjukkan, bahwa
tingkat ketergantungan kepada Pemerintah Pusat, khususnya terhadap Dana Alokasi
Umum (DAU) masih sangat besar. Di sisi lain, jika dilihat dari tingkat pertumbuhan
PAD dari tahun 2011 hingga 2015 bersifat fluktuatif pada kisaran angka 4.05 % - 8,68
%. Artinya dari sisi daya tumbuh cukup besar, namun kontribusinya ke Pendapatan
Daerah relatif kecil seperti terlihat pada Gambar 3.1.
Gambar
Kontribusi PAD terhadap Pendapatan Daerah dan Tingkat Pertumbuhan PAD di
Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2015 (dalam persen)

Ditinjau dari komponen pendapatan daerah, trend PAD terus meningkat, namun posisi
terbesar dalam struktur pendapatan daerah masih didominasi oleh sumber pendapatan dari
dana perimbangan, sehingga dalam rangka membentuk landasan yang kuat bagi proses
konsolidasi fiskal daerah, ditempuh dengan mengembangkan dan menggali potensi
pendapatan yang ada. Gambaran postur pendapatan daerah Kabupaten Belu selama tahun
2011 – 2015 sebagaimana Tabel 3.3 dibawah ini.

Tabel 1.4
Struktur Pendapatan APBD Pemerintah Kabupaten Belu
3.
Tahun 2011-2015

Dana Perimbangan Lain-Lain Pendapatan Daerah


No Tahun PAD (Rp)
(Rp) Pendapatan Daerah (Rp)
Yang Sah (Rp)
(1) (2) (3) (4) (5) (6 )= (3)+(4)+(5)
01 2011 34,802,681,366 511,229,980,728 116,415,294,814 662,447,956,908
02 2012 47,085,513,257 643,122,500,147 54,358,881,521 744,566,894,925
03 2013 63,821,368,066 705,405,527,314 71,975,982,864 841,202,878,244
04 2014 66,624,769,346 452,094,507,017 64,355,141,699 583,074,418,062
05 2015 72,408,429,832 578,467,976,007 87,750,002,659 738,626,408,498
Sumber : Perda tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Kabupaten Belu Tahun Anggaran 2011-
2015

Dari Tabel 1.4 tersebut di atas terlihat bahwa proporsi pendapatan terbesar masih
mengandalkan pada dana perimbangan. Dilihat dari peran pajak daerah terhadap PAD
idealnya tidak begitu dominan dibanding peran retribusi daerah, namun ternyata setiap
tahun kontribusi pajak daerah terhadap PAD semakin dominan. Dilihat dari kontribusi
pajak daerah terhadap PAD cenderung mengalami perkembangan berfluktuatif selama
tahun 2011 – 2015. Gambaran selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 1.5
4.
Kontribusi Pajak Terhadap PAD Kabupaten Belu Tahun 2011-2015

Pertumbuhan Kontribusi Pajak thd


No Tahun Pajak (Rp) PAD (Rp)
PAD (%) PAD (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6 )= (3) / (4) x 100
01 2011 6,596,841,064 34,802,681,366 4.05 18.95
02 2012 9,732,292,826 47,085,513,257 35.45 20.67
03 2013 12,703,585,958 63,821,368,066 35.38 19.90
04 2014 8,234,295,057 66,624,769,346 10.04 12.36
05 2015 12,614,389,488 72,408,429,832 3.11 17.42
Sumber : Perda tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Kabupaten Belu Tahun Anggaran 2011 –
2015

Dana Perimbangan
Dana Perimbangan dalam APBD secara umum berasal dari : Dana Bagi Hasil (Bagi
Hasil Pajak, Bagi Hasil Bukan Pajak), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi
Khusus (DAK) dan Dana Perimbangan dari Pemerintah Provinsi. Bagi Hasil Pajak
meliputi : Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB), Bagi Hasil Pajak Penghasilan Pasal 21, Bagi Hasil Pajak
Penghasilan Pasal 25/29. Sedang Bagi Hasil Bukan Pajak terdiri dari : Provisi Sumber
Daya Hutan, Iuran Eksplorasi dan Eksploitasi, Pungutan Pengusahaan Perikanan dan
Minyak Bumi. Khusus Bagi Hasil Pajak yang mencakup Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) Perdesaan dan Perkotaan (PBB P2) dan BPHTB, dengan hadirnya Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, menjadi
Pajak Daerah. Untuk Kabupaten Belu BPHTB menjadi pajak daerah mulai Tahun
2011, sedangkan PBB P2 mulai Tahun 2013. Proporsi dana perimbangan terhadap
APBD relatif besar, hal ini menunjukan bahwa Kabupaten Belu dalam pendanaan
daerah masih sangat tergantung pada pemerintah pusat. Proporsi dana perimbangan
terhadap pendapatan APBD sebagaimana Tabel 3.5 berikut ini.

Tabel 3.5.

Dana Perimbangan dan Proporsinya terhadap Pendapatan APBD


5.
Pemerintah Kabupaten Belu Tahun 2011-2015

Proporsi Dana
Dana Perimbangan Pendapatan APBD Perimbangan thd
No Tahun
(Rp) (Rp) Pendapatan APBD
(%)
(1) (2) (3) (4) (5)= (3) / (4)
01 2011 511,229,980,728 662,447,956,908 77.17
02 2012 643,122,500,147 744,566,894,925 86.38
03 2013 705,405,527,314 841,202,878,244 83.86
04 2014 452,094,507,017 583,074,418,062 77.54
05 2015 578,467,976,007 738,626,408,498 78.32
Sumber : Perda tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Kabupaten Belu Tahun
Anggaran 2011- 2015

Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah


Pos Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah dalam APBD di Kabupaten Belu
bersumber dari: (i) Pendapatan Hibah, (ii) Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi,
(iii) Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus, dan (iv) Bantuan Keuangan dari Provinsi
atau Pemerintah Daerah Lainnya, (v) Penerimaan Lainnya dan (vi) Dana Desa.
Proporsi lain- lain pendapatan daerah yang sah yang diterima Pemerintah Kabupaten
Belu relatif kecil dibanding dengan dana perimbangan, namun sangat menunjang
kemampuan pendanaan APBD. Beberapa kebijakan Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Provinsi sebagai bentuk sinkronisasi penyelarasan program dan kegiatan yang
harus disesuaikan dan dilaksanakan oleh daerah dalam belanja tidak langsung
maupun belanja langsung seperti pemberian bantuan keuangan provinsi dan alokasi
dana penyesuaian/ kontijensi serta
penerimaan lain-lain daerah yang sah dalam bentuk bagi hasil pajak, retribusi dan
sumbangan pihak ketiga dari provinsi yang dapat dipergunakan oleh daerah untuk
kebutuhan belanja sesuai dengan prioritas daerah tanpa diarahkan dan ditetapkan
pengukurannya oleh provinsi.

Proporsi lain-lain pendapatan daerah yang sah terhadap pendapatan APBD di


Kabupaten Belu, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6.
Jumlah Dana Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah dan Proporsinya terhadap
Pendapatan APBD Pemerintah Kabupaten Belu
Tahun 2011-2015
6.

Lain2 Pendapatan Pendapatan APBD Proporsi Dana Perimbangan


No Tahun
Daerah Yang Sah (Rp) (Rp) thd Pendapatan APBD (%)
(1) (2) (3) (4) (5)= (3) / (4)
01 2011 116,415,294,814 662,447,956,908 17.57
02 2012 54,358,881,521 744,566,894,925 7.30
03 2013 71,975,982,864 841,202,878,244 8.56
04 2014 64,355,141,699 583,074,418,062 11.04
05 2015 87,750,002,659 738,626,408,498 11.88
Sumber : Perda tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Kabupaten Belu Tahun Anggaran 2011-
2015
Perkembangan Pendapatan Daerah di Kabupaten Belu Tahun 2011-2015 selengkapnya dapat dilihat pada :

Tabel 3.7.
Perkembangan Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Belu

Tahun Rata-Rata
2011- Uraian Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Pertumbuhan
2015 (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. PENDAPATAN DAERAH
1.1. Pendapatan Asli Daerah 34,802,681,366 47,085,513,257 63,821,368,066 66,624,769,346 72,408,429,832 20.98
1.1.1. Pajak Daerah 6,596,841,064 9,732,292,826 12,703,585,958 8,234,295,057 12,614,389,488 24.02
1.1.2. Retribusi Daerah 14,960,243,730 22,095,397,553 39,354,676,002 44,506,360,715 10,023,124,454 15.35
1.1.3. Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 2,861,616,908 3,251,870,445 3,831,655,780 5,147,512,408 5,561,685,579 18.46
1.1.4. Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 10,383,979,664 12,005,952,433 7,931,450,326 8,736,601,166 44,209,230,311 99.46

1.2. Dana Perimbangan 511,229,980,728 643,122,500,147 705,405,527,314 452,094,507,017 578,467,976,007 6.88


1.2.1. Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 20,496,175,728 20,871,181,147 20,269,208,314 8,101,742,176 11,329,486,007 (5.31)
1.2.2. Dana Alokasi Umum (DAU) 427,613,905,000 514,663,089,000 578,912,159,000 348,329,504,841 461,698,140,000 6.39
1.2.3. Dana Alokasi Khusus (DAK) 63,119,900,000 107,588,230,000 106,224,160,000 95,663,260,000 105,440,350,000 17.37
1.3. Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah 116,415,294,814 54,358,881,521 71,975,982,864 64,355,141,699 87,750,002,659 1.22
1.3.1. Hibah 2,274,607,126 - 952,504,551 801,941,179 1,270,638,723 (5.16)
Dana Bagi Hasil Pajak dari Propinsi dan
1.3.2. 5,927,572,972 9,653,951,521 8,452,734,313 15,310,938,520 16,525,511,936 34.87
Pemerintah Daerah Lainnya
1.3.3. Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 107,794,702,160 44,704,930,000 62,570,744,000 48,007,662,000 50,134,595,000 (9.35)
Bantuan Keuangan dari Propinsi atau Pemerintah
1.3.4. - - - 234,600,000 240,000,000 2.30
Daerah lainnya
1.3.5. Lain-Lain Pendapatan 418,412,556 - - - - -
Bantuan Keuangan dari Pemerintah Pusat
1.3.6. - - - - 19,579,257,000 -
(APBN)

Jumlah Pendapatan Daerah 662,447,956,908 744,566,894,925 841,202,878,244 583,074,418,062 738,626,408,498 5.34


Sumber : Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (PPKAD) Kabupaten Belu tahun 2015
Belanja Daerah
Struktur belanja dalam APBD Pemerintah Kabupaten Belu, dikelompokkan
menjadi belanja tidak langsung dan belanja langsung dengan uraian, sebagai berikut:
1. Belanja Tidak Langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait
secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan, yang terdiri dari jenis
belanja:
a) Belanja Pegawai berupa penyediaan gaji dan tunjangan serta
tambahan penghasilan lainnya yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan, uang representasi dan tunjangan pimpinan dan anggota
DPR.daerah dan wakil kepala daerah serta penghasilan dan penerimaan lainnya
yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
b) Belanja Subsidi hanya diperuntukkan kepada perusahaan/lembaga tertentu
yang bertujuan untuk membantu biaya produksi agar harga jual produksi/jasa
yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat seperti subsidi air bersih,
pelayanan listrik desa, dan kebutuhan pokok masyarakat lainnya. Dalam
menetapkan belanja subsidi, pemerintah daerah melakukan pengkajian terlebih
dahulu untuk menjamin pemberian subsidi dapat tepat sasaran.
c) Belanja Hibah digunakan untuk mendukung fungsi penyelenggaraan
pemerintahan daerah, dan pemberian hibah kepada masyarakat dan organisasi
kemasyarakatan secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, sepanjang
dianggarkan dalam APBD, dan tidak bertentangan dengan undang-undang.
Pemberian hibah harus dilakukan secara selektif sesuai dengan urgensi dan
kepentingan daerah serta kemampuan keuangan daerah.
d) Belanja Bantuan Sosial digunakan dalam rangka meningkatkan kualitas
kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat, bantuan sosial diberikan kepada
kelompok/anggota masyarakat yang dilakukan secara selektif/tidak mengikat
danjumlahnya dibatasi.
e) Bagi Hasil digunakan untuk menganggarkan dana bagi hasil yang
bersumber dari pendapatan provinsi kepada kabupaten/kota atau pendapatan
kabupaten/kota kepada pemerintah desa atau pendapatan pemerintah daerah
tertentu kepada pemerintah daerah lainnya yang disesuaikan dengan
kemampuan belanja daerah yang dimiliki.
f) Belanja Bantuan Keuangan digunakan untuk menganggarkan bantuan
keuangan yang bersifat umum atau khusus dari pemerintah daerah. Bantuan
keuangan yang bersifat umum diberikan dalam rangka peningkatan kemampuan
keuangan bagi penerima bantuan. Bantuan keuangan yang bersifat khusus
dianggarkan untuk membantu capaian program prioritas pemerintah daerah
yang dilaksanakan sesuai urusan yang menjadi kewenangan pemerintah
daerah seperti urusan pendidikan dan kesehatan. Bantuan keuangan yang
bersifat khusus dari pemerintah daerah diarahkan untuk percepatan atau
akselerasi pembangunan. Pemberian bantuan keuangan kepada partai politik
dapat dianggarkan, tetapi tetap mengacu pada peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
g) Belanja Tidak Terduga ditetapkan secara rasional dengan
mempertimbangkan realisasi Tahun anggaran sebelumnya dan perkiraan
kegiatan-kegiatan yang sifatnya tidak dapat diprediksi, diluar kendali dan
pengaruh pemerintah daerah, serta sifatnya tidak biasa/tanggap darurat, yang
tidak diharapkan berulang dan belum tertampung dalam bentuk
program/kegiatan.
2. Belanja Langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara
langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan, yang terdiri dari jenis belanja:
a) Belanja pegawai; merupakan pengeluaran untuk honorarium/upah
dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah.
b) Belanja barang dan jasa; merupakan pengeluaran untuk pembelian/
pengadaan barang yang dinilai manfaatnya kurang dari 12 (dua belas) bulan
dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan
pemerintahan daerah.
c) Belanja modal; merupakan pengeluaran untuk pengadaan asset tetap
berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk
digunakan dalam kegiatan pemerintahan.
Gambaran perkembangan belanja pegawai (belanja tidak langsung) di Kabupaten
Belu tahun 2011-2015, dapat dilihat pada Tabel 3.8

Tabel 3.8.
Realisasi Belanja Tidak Langsung Kabupaten Belu Tahun 2011-2015

Rata-Rata
No Jenis Pendapatan Daerah Pertumbuhan
Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015
2.1 Belanja Tidak Langsung 416,349,074,972 429,883,643,484 464,884,465,398 305,312,429,223 409,257,013,392 2.78
2.1.1. Belanja Pegawai 376,805,938,983 417,386,534,051 453,072,505,028 297,512,812,310 317,618,864,319 (2.06)
2.1.2. Belanja Hibah 17,380,571,619 5,238,978,109 3,171,880,000 3,000,000,000 26,623,040,450 168.18
2.1.3. Belanja Bantuan Sosial 1,525,713,870 18,000,000 - 1,465,000,000 - 3,970.03
2.1.4. Belanja Bagi Hasil kepada - - - - 1,417,424,000 -
Provinsi/Kabupaten/Kota dan
Pemerintahan Desa
2.1.5. Belanja Bantuan Keuangan 19,815,900,000 6,614,250,324 8,640,080,370 3,334,616,913 47,934,279,023 310.02
kepada
Provinsi/Kabupaten/Kota dan
Pemerintah Desa dan Partai
Politik
2.1.6. Belanja Tak Terduga 820,950,500 625,881,000 - - - (23.76)
2.1.7. Belanja Bantuan Keuangan dari - - - - 15,663,405,600 -
APBN kepada Pemerintah
Desa
Sumber : Perda tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Kabupaten Belu Tahun Anggaran 2011-
2015

Dari tabel di atas terlihat bahwa proporsi belanja pegawai cukup besar terhadap total
belanja, hal ini disebabkan karena kemampuan pendanaan yang terbatas sehingga tidak
dapat mengimbangi kebijakan kenaikan belanja pegawai baik oleh pemerintah pusat
maupun daerah. Gambaran proporsi belanja tidak langsung terhadap total belanja
APBD Kabupaten Belu tahun 2011-2015 sebagaimana pada Tabel 3
Tabel. 3.9.
Proporsi Belanja Tidak Langsung terhadap Total Belanja APBD
Pemerintah Kabupaten Belu Tahun 2011-2015

Proporsi Belanja
Belanja Tidak Total Belanja Tidak Langsung
No Tahun
Langsung (Rp) APBD (Rp) thd Total Belanja
APBD
(1) (2) (3) (4) (5 )= (3)/(4)x100
01 2011 416,349,074,972 675,994,854,748 61.59
02 2012 429,883,643,484 724,185,825,805 59.36
03 2013 464,884,465,398 800,235,169,590 58.09
04 2014 305,312,429,223 539,186,115,780 56.62
05 2015 409,257,013,392 757,893,231,506 54.00

Proporsi belanja tidak langsung terhadap total belanja daerah Kabupaten Belu
mengalami fluktuasi dan cenderung menurun. Pada tahun 2011 proporsi belanja tidak
langsung sebesar 61,59 % turun menjadi 54,00 % pada tahun 2015. Penurunan proporsi
yang cukup drastis terjadi pada tahun 2014 dan 2015 oleh karena terbentuknya DOB
Malaka sehingga alokasi belanja pegawai sebahagian terbagi dengan Kabupaten
Malaka.
Perkembangan Belanja Langsung dan Proporsinya terhadap Total APBD Pemerintah
Kabupaten Belu Tahun 2011-2015

7. Dari gambar tersebut diatas proporsi belanja langsung terhadap total belanja APBD
Kabupaten Belu bertumbuh flukatif dan mengalami kenaikan. Tahun 2011
proporsi belanja langsung sebesar 38,41 % meningkat menjadi 46,00 % pada tahun
2015.
Gambaran Perkembangan Belanja Pemerintah Daerah Kabupaten Belu tahun 2011-2015 sebagaimana di :
Tabel 3.10.
Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Kabupaten Belu Tahun 2011-2015

Rata-Rata
No Uraian Pertumbuhan
Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015
(%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
2. BELANJA DAERAH
2.1. Belanja Tidak Langsung 416,349,074,972 429,883,643,484 464,884,465,398 305,312,429,223 409,257,013,392 2.78
2.1.1. Belanja Pegawai 376,805,938,983 417,386,534,051 453,072,505,028 297,512,812,310 317,618,864,319 (2.06)
2.1.2. Belanja Hibah 17,380,571,619 5,238,978,109 3,171,880,000 3,000,000,000 26,623,040,450 168.18
2.1.3. Belanja Bantuan Sosial 1,525,713,870 18,000,000 - 1,465,000,000 - 3,970.03
Belanja Bagi Hasil kepada Provinsi
2.1.4. - - - - 1,417,424,000 -
/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa
Belanja Bantuan Keuangan kepada
2.1.5. Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah 19,815,900,000 6,614,250,324 8,640,080,370 3,334,616,913 47,934,279,023 310.02
Desa dan Partai Politik
2.1.6. Belanja Tak Terduga 820,950,500 625,881,000 - - - (23.76)
Belanja Bantuan Keuangan dari APBN
2.1.7. - - - - 15,663,405,600 -
kepada Pemerintah Desa
2.2. Belanja Langsung 259,645,779,776 294,302,182,321 335,350,704,192 233,873,686,557 348,636,218,114 11.53
2.2.1. Belanja Pegawai 32,671,174,544 44,617,466,717 51,012,718,137 46,424,094,799 58,914,843,317 17.20
2.2.2. Belanja Barang/Jasa 123,468,432,468 108,850,548,319 145,533,644,211 90,940,488,012 134,232,141,612 7.99
2.2.3. Belanja Modal 103,506,172,764 140,834,167,285 138,804,341,844 96,509,103,746 155,489,233,185 16.32
Jumah Belanja Daerah 675,994,854,748 724,185,825,805 800,235,169,590 539,186,115,780 757,893,231,506 6.39
Surplus/(Defisit) (13,546,897,840) 20,381,069,120 40,967,708,654 43,888,302,282 (19,266,823,008) (71.55)
Sumber : Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Belu tahun 2015
3. Jelaskan mekanisme pengawasan penggunaan keuangan daerah dan bagaimanakah faktanya
di lapangan ?

Jawaban :

Mekanisme Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah daerah dilaksanakan oleh pemerintah


meliputi :
1. Pengawasan atas pelaksanaan urusan pemerintah di Daerah
2. pengawasan terhadap peraturan daerah dan peraturan kepala daerah .³

Pembinaan dan Pengawasan atas Penyel;enggaan Pemerintah Daerah, ada 4 macam pengawasan
yakni :
1. Penagawasan Reprensip
2. Pengawasan Fungsional
3. Pengawasan Legislatip dan
4. Pengawasan Masyarakat.

I. Pengawasan Represip
Penagawasan yang dilakukan terhadap kebijakan yang telah ditetapkan daerah baik berupa peraturan
daerah, keputusan kepala daerah, keputusan DPRD maupun keputusan pimpinan DPRD dalam
rangka penyelenggaraan pemerintah daerah.
Alur pengawasan
Pengawasan Fungsional
Pengawasan fungsional dilakukan oleh Badan / Inspektorat dilingkungan Departemen/Lembaga Unit
yang mempunyai tugas dan fungsi melakukan pengawasan, pengujian, penyusunan dan penilaian ada
2 macam pengewasan fungsional yaitu :

 Ekternal Audit
Sebagaimana diatur dalam undang-undang No. 15 Tahun 2004 tentang pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menjadi pengawasan ekternal
Pemerintah yaitu melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara/daerah,
yang meliputi unsur keuangan.

Dalam hal pemeriksaan dilakukan oleh Akuntan publik berdasarkan ketentuan undang-undang ,
laporan hasil pemeriksaan tersebut wajib disampaikan kepada BPK dan dipublikasikan.
Dalam melakukan pemeriksaan BPK, melakukan pemeriksaan atas 3 hal yaitu :
 Pemeriksaa keuangan, pemeriksaan atas laporan keuangan
 Pemeriksaan kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaan kinerja negara/daerah yang terdiri dari
pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi serta pemeriksaan aspek efektivitas.
 Pemeriksaan dengan tujuan tertentu, suatu bentuk pemeriksaan yang tidak termasuk 2
pemeriksaan diatas.
Laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah pusat disampaikan oleh BPK kepada
DPR, dan laporan hasil pemeriksaan atas keuangan pemerintah daerah disampaikan oleh BPK
kepada DPRD, laporan hasil pemeriksaan tersebut oleh BPK disampaikan paling lambat 2 bulan
setelah menerima laporan keuangan dari pemerintah pusat / daerah. Disamping itu laporan tersebut
juga disampaikan kepada Presiden untuk keuangan negara dan kepada Gubernu/Bupati/Walikota
untuk keuangan daerah.

 Internal Audit
Pemeriksaan yang dilakukan oleh aparat pengawas internal pemerintah adalah suatu identifikasi
masalah, analisis dan evaluasi yang dilakukan secara independen obyektif dan profesional
berdasarkan standar pemeriksaan untuk menilai beberapa kecermatan kredibilitas dan kendala
informasi mengenai penjumlahan dan tanggung jawab keuangan negara/daerah dan aparat
pengawasan fungsional pemerintah wajib menyampaikan laporan hasil pemeriksaan kepada BPK.
Sebagaimana diatur dalam pasal 222 Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan
daerah pelaksanaan pemeriksaan dilakukan secara berjenjang. Pemeriksaan atas pengelolaan
keuangan daerah pemerintah provinsi dikoordinasikan kepada Menteri Dalam Negeri cq. Inspektorat
Jendral Depdagri, untuk kabupaten/kota dikoordinasikan kepada Gubernur cq. Badan Pengawas
Provinsi sedangkan untuk kecamatan dikoordinasikan kepada Bupati/Walikota cq. Badan Pengawas
Kab/Kota setempat.
DAFTAR PUSTAKA
Nordiawan, Deddi, dkk. 2009.  Akuntansi Pemerintahan. Jakarta : Salemba Empat

Hakim, Rais, 2008. Analisis Fleksibilitas Keuangan Pemerintah Daerah. DJPK. Surabaya

Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Belu Untuk

Tahun Anggaran 2011 – 2015

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 tahun 2011 Tentang Pedoman Penyusunan Anggaran

Pendapatan  Dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2019/2020

Badan Kebijakan Fiskal Departemen Keuangan Republik Indonesia.

Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Belu Untuk

Tahun Anggaran 2011-2015. Badan Pemeriksa Keuangan. Kabupaten Belu

Anda mungkin juga menyukai