TUGAS 1
Jawaban :
Dalam menyusun APBD Tahun Anggaran, pemerintah daerah dan DPRD harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Penetapan APBD tepat waktu, yaitu paling lambat tanggal 31 Desember
2. Substansi KUA mencakup hal-hal yang sifatnya kebijakan umum dan tidak
menjelaskan hal-hal yang bersifat teknis. Hal-hal yang sifatnya kebijakan
umum,seperti:
a) Gambaran kondisi ekonomi makro termasuk perkembangan indikator ekonomi
makro daerah;
b) Asumsi dasar penyusunan Rancangan APBD Tahun Anggaran 2020 termasuk laju
inflasi,pertumbuhan PDRB dan asumsi lainnya terkait dengan kondisi ekonomi
daerah;
c) Kebijakan pendapatan daerah yang menggambarkan prakiraan rencana sumber
dan besaranpendapatan daerah untuk tahun anggaran 2020 serta strategi
pencapaiannya;
d) Kebijakan belanja daerah yang mencerminkan program dan langkah kebijakan
dalam upaya peningkatan pembangunan daerah yang merupakan manifestasi
darisinkronisasi kebijakan antara pemerintah daerah dan pemerintahserta strategi
pencapaiannya;
e) Kebijakan pembiayaan yang menggambarkan sisi defisit dan surplus anggaran
daerah sebagai antisipasi terhadap kondisi pembiayaan daerah dalam rangka
menyikapi tuntutan pembangunan daerahserta strategi pencapaiannya.
3. Substansi PPAS lebih mencerminkan prioritas pembangunan daerah yang dikaitkan
dengan sasaran yang ingin dicapai termasuk program prioritas dari SKPD terkait.
PPAS juga menggambarkan pagu anggaran sementara dimasing- masing SKPD
berdasarkan program dan kegiataprioritas dalam RKPD.Pagu sementara tersebut
akan menjadi pagu definitif setelah rancangan peraturan daerah tentang APBD
disetujui bersama antara kepala daerah dengan DPRD serta rancangan peraturan
daerah tentang APBD tersebut ditetapkan oleh kepala daerah menjadi peraturan
daerah tentang APBD.
4. Untuk menjamin konsistensi dan percepatan pembahasan rancangan KUA dan
rancangan PPAS, kepala daerah harus menyampaikan rancangan KUA dan
rancangan PPAS tersebut kepada DPRD dalam waktu yang bersamaan, yang
selanjutnya hasil pembahasan kedua dokumen tersebut disepakati bersama antara
kepala daerah denganDPRD pada waktu yang bersamaan, sehingga keterpaduan
substansi KUA dan PPAS dalam proses penyusunan RAPBD akan lebih efektif.
5. Substansi Surat Edaran Kepala Daerah tentang Pedoman Penyusunan RKA-SKPD
kepada seluruh SKPD danRKA-PPKD kepada Satuan Kerja Pengelola KEuangan
Daerah (SKPKD)memuat prioritas pembangunan daerah, program dan kegiatan
sesuai dengan indikator, tolok ukur dan target kinerja dari masing-masing program
dan kegiatan, alokasi plafon anggaran sementara untuk setiap programdan kegiatan
SKPD, batas waktu penyampaian RKA-SKPD kepada PPKD, dan dokumen lainnya
sebagaimana lampiran Surat Edaran dimaksud meliputi KUA, PPAS, analisis
standar belanja dan standar satuan harga.
8. Dalam kolom penjelasan penjabaran APBD diisi lokasi kegiatan untuk kelompok
belanja langsung, sedangkan khusus untuk kegiatan yang pendanaannya bersumber
dari Dana Bagi Hasil Dana Reboisasi (DBH-DR), Dana Alokasi Khusus, Dana
Penyesuaian dan Otonomi Khusus, Hibah, Bantuan Keuangan yang bersifat khusus,
Pinjaman Daerahserta sumber pendanaan lainnya yang kegiatannya telah
ditentukan,agar mencantumkan sumberpendanaan dalam kolom penjelasan
penjabaran APBD.
9. Dalam hal rancangan peraturan daerah tentang APBD disampaikan oleh kepala
daerah kepada DPRD paling lambat Minggu I Oktober 2019, sedang kanpembahasan
rancangan peraturan daerah tentang APBDdimaksud belum selesai sampai dengan
paling lambat tanggal 30 Nopember 2019, maka kepala daerah harus menyusun
rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD untuk mendapatkan pengesahan
dari Menteri Dalam Negeri bagi APBD Provinsi dan Gubernur bagi APBD
Kabupaten/Kota. Kebijakan tersebut dilakukan untuk menjaga proses
kesinambungan pembangunan daerah dan pelayanan kepada masyarakat sesuai
dengan realitas politik di daerah.
Dalam hal kepala daerah menetapkan peraturan kepala daerah tentang APBD Tahun
Anggaran 2020, maka kepala daerah harus memperhatikan hal-hal sebagaiberikut:
a) Anggaran belanja daerah dibatasi maksimum sama dengan anggaran belanja
daerah dalam Perubahan APBD Tahun Anggaran 2019.
b) Belanja daerah diprioritaskan untuk mendanai belanja yang bersifat mengikat dan
belanja yang bersifat wajib untuk terjaminnya kelangsungan pemenuhan
pelayanan dasar masyarakat sesuai dengan kebutuhan Tahun Anggaran 2020.
c) Pelampauan batas tertinggi dari jumlah pengeluaran hanya diperkenankan apabila
ada kebijakan pemerintah untuk kenaikan gaji dan tunjangan PNSD serta
penyediaan dana pendamping atas program dan kegiatan yang ditetapkan oleh
pemerintah serta belanja bagi hasil pajak dan retribusi daerah yang mengalami
kenaikan akibat adanya kenaikan target pendapatan daerah dari pajak dan
retribusi dimaksud dari Tahun Anggaran 2019.
10. Kepala daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD paling lambat 6 (enam)
bulan setelah tahun anggaran berakhir, sedangkan persetujuan bersama terhadap
rancangan peraturan daerah dimaksud paling lambat1 (satu) bulan terhitung sejak
rancangan peraturan daerah diterimaoleh DPRD,
Dalam hal rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD Tahun Anggaran 2019 belum mendapatkan persetujuan bersama, kepala
daerah dapat menetapkan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Tahun
Anggaran 2019 dengan peraturan kepala daerah.Terkait denganuraian tersebut di
atas, pelaksanaan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2020 harus dilakukan setelah
penetapan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD
Tahun Anggaran 2019 dan persetujuan bersama antara pemerintah daerah dan
DPRD terhadap rancangan peraturan daerah tentang Perubahan APBD Tahun
Anggaran 2020 ditetapkan paling lambat pada akhir bulan September 2020, dengan
tahapan penyusunan dan jadwal sebagai berikut:
11) Dalam Perubahan APBD Tahun Anggaran 2020, pemerintah daerah tidak
diperkenankan untuk menganggarkan kegiatan pada kelompok belanja langsung
dan jenis belanja bantuan keuangan yang bersifat khusus kepada
kabupaten/kota/desapada kelompok belanja tidak langsung, apabila dari aspek
waktu dan tahapan kegiatan sertabantuan keuangan yang bersifat khusus tersebut
tidak cukup waktu sampai dengan akhir Tahun Anggaran 2020.
12) Dalam rangka mengantisipasi pengeluaran untuk keperluan pendanaan keadaan
daruratdan keperluan mendesak, pemerintah daerah harus mencantumkan kriteria
belanja untuk keadaan daruratdan keperluan mendesakdalam peraturan daerah
tentang APBD.
13) Rancangan peraturan daerah tentang APBD, rancangan peraturan daerah tentang
Perubahan APBD dan rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD sebelum ditetapkan menjadi peraturan daerah wajib dilakukan
evaluasi sesuai ketentuan Pasal 185, Pasal 186, dan Pasal 188 Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, jo. Pasal 110, Pasal 111,
Pasal 173, Pasal 174, Pasal 303, dan Pasal 306 Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 21 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah. Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah provinsi harus melaporkan
kepada Menteri Dalam Negeri tentangpermasalahan pemerintah kabupaten/kota
yang menetapkan APBD Tahun Anggaran 2020 tanpa terlebih dahulu dilakukan
evaluasi oleh Gubernur dan tindak lanjut atas permasalahan tersebut dalam rangka
penguatan peran Gubernur selaku wakil Pemerintah.
Jawaban :
Tabel 1.1.
Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Belu Tahun 2011-2015
Rata-Rata
No Jenis Pendapatan Daerah
Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015
Berdasarkan data tersebut diatas terlihat bahwa trend pajak daerah, retribusi
daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan
daerah yang sah selalu naik dari Tahun ke Tahun bersifat fluktuatif. Perkembangan
PAD dan proporsinya terhadap pendapatan APBD Pemerintah Kabupaten Belu
tahun 2011-2015 dapat dilihat pada Tabel 3.2. dibawah ini.
Tabel. 1.2
Perkembangan PAD dan Proporsinya Terhada APBD Pemerintah
Kabupaten Belu Tahun 2011-2015
Proporsi PAD thd
Pendapatan Pendapatan
No Tahun PAD (Rp)
APBD (Rp) APBD (%)
(1) (2) (3) (4) (5 )= (3)/(4)x100
01 2011 34,802,681,366 662,447,956,908 5.25
02 2012 47,085,513,257 744,566,894,925 6.32
03 2013 63,821,368,066 841,202,878,244 7.59
04 2014 66,624,769,346 583,074,418,062 11.43
05 2015 72,408,429,832 738,626,408,498 9.80
Sumber : Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (PPKAD) Kabupaten Belu Tahun
(2015)
Kontribusi PAD terhadap pendapatan daerah dari tahun ke tahun meningkat dan
menembus besaran diatas 10 % terjadi pada tahun 2014. Sedangkan tahun-tahun
sebelumnya serta tahun 2015 masih di bawah 10 %. Hal ini menunjukkan, bahwa
tingkat ketergantungan kepada Pemerintah Pusat, khususnya terhadap Dana Alokasi
Umum (DAU) masih sangat besar. Di sisi lain, jika dilihat dari tingkat pertumbuhan
PAD dari tahun 2011 hingga 2015 bersifat fluktuatif pada kisaran angka 4.05 % - 8,68
%. Artinya dari sisi daya tumbuh cukup besar, namun kontribusinya ke Pendapatan
Daerah relatif kecil seperti terlihat pada Gambar 3.1.
Gambar
Kontribusi PAD terhadap Pendapatan Daerah dan Tingkat Pertumbuhan PAD di
Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2015 (dalam persen)
Ditinjau dari komponen pendapatan daerah, trend PAD terus meningkat, namun posisi
terbesar dalam struktur pendapatan daerah masih didominasi oleh sumber pendapatan dari
dana perimbangan, sehingga dalam rangka membentuk landasan yang kuat bagi proses
konsolidasi fiskal daerah, ditempuh dengan mengembangkan dan menggali potensi
pendapatan yang ada. Gambaran postur pendapatan daerah Kabupaten Belu selama tahun
2011 – 2015 sebagaimana Tabel 3.3 dibawah ini.
Tabel 1.4
Struktur Pendapatan APBD Pemerintah Kabupaten Belu
3.
Tahun 2011-2015
Dari Tabel 1.4 tersebut di atas terlihat bahwa proporsi pendapatan terbesar masih
mengandalkan pada dana perimbangan. Dilihat dari peran pajak daerah terhadap PAD
idealnya tidak begitu dominan dibanding peran retribusi daerah, namun ternyata setiap
tahun kontribusi pajak daerah terhadap PAD semakin dominan. Dilihat dari kontribusi
pajak daerah terhadap PAD cenderung mengalami perkembangan berfluktuatif selama
tahun 2011 – 2015. Gambaran selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Tabel 1.5
4.
Kontribusi Pajak Terhadap PAD Kabupaten Belu Tahun 2011-2015
Dana Perimbangan
Dana Perimbangan dalam APBD secara umum berasal dari : Dana Bagi Hasil (Bagi
Hasil Pajak, Bagi Hasil Bukan Pajak), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi
Khusus (DAK) dan Dana Perimbangan dari Pemerintah Provinsi. Bagi Hasil Pajak
meliputi : Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB), Bagi Hasil Pajak Penghasilan Pasal 21, Bagi Hasil Pajak
Penghasilan Pasal 25/29. Sedang Bagi Hasil Bukan Pajak terdiri dari : Provisi Sumber
Daya Hutan, Iuran Eksplorasi dan Eksploitasi, Pungutan Pengusahaan Perikanan dan
Minyak Bumi. Khusus Bagi Hasil Pajak yang mencakup Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) Perdesaan dan Perkotaan (PBB P2) dan BPHTB, dengan hadirnya Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, menjadi
Pajak Daerah. Untuk Kabupaten Belu BPHTB menjadi pajak daerah mulai Tahun
2011, sedangkan PBB P2 mulai Tahun 2013. Proporsi dana perimbangan terhadap
APBD relatif besar, hal ini menunjukan bahwa Kabupaten Belu dalam pendanaan
daerah masih sangat tergantung pada pemerintah pusat. Proporsi dana perimbangan
terhadap pendapatan APBD sebagaimana Tabel 3.5 berikut ini.
Tabel 3.5.
Proporsi Dana
Dana Perimbangan Pendapatan APBD Perimbangan thd
No Tahun
(Rp) (Rp) Pendapatan APBD
(%)
(1) (2) (3) (4) (5)= (3) / (4)
01 2011 511,229,980,728 662,447,956,908 77.17
02 2012 643,122,500,147 744,566,894,925 86.38
03 2013 705,405,527,314 841,202,878,244 83.86
04 2014 452,094,507,017 583,074,418,062 77.54
05 2015 578,467,976,007 738,626,408,498 78.32
Sumber : Perda tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Kabupaten Belu Tahun
Anggaran 2011- 2015
Tabel 3.6.
Jumlah Dana Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah dan Proporsinya terhadap
Pendapatan APBD Pemerintah Kabupaten Belu
Tahun 2011-2015
6.
Tabel 3.7.
Perkembangan Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Belu
Tahun Rata-Rata
2011- Uraian Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Pertumbuhan
2015 (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. PENDAPATAN DAERAH
1.1. Pendapatan Asli Daerah 34,802,681,366 47,085,513,257 63,821,368,066 66,624,769,346 72,408,429,832 20.98
1.1.1. Pajak Daerah 6,596,841,064 9,732,292,826 12,703,585,958 8,234,295,057 12,614,389,488 24.02
1.1.2. Retribusi Daerah 14,960,243,730 22,095,397,553 39,354,676,002 44,506,360,715 10,023,124,454 15.35
1.1.3. Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 2,861,616,908 3,251,870,445 3,831,655,780 5,147,512,408 5,561,685,579 18.46
1.1.4. Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 10,383,979,664 12,005,952,433 7,931,450,326 8,736,601,166 44,209,230,311 99.46
Tabel 3.8.
Realisasi Belanja Tidak Langsung Kabupaten Belu Tahun 2011-2015
Rata-Rata
No Jenis Pendapatan Daerah Pertumbuhan
Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015
2.1 Belanja Tidak Langsung 416,349,074,972 429,883,643,484 464,884,465,398 305,312,429,223 409,257,013,392 2.78
2.1.1. Belanja Pegawai 376,805,938,983 417,386,534,051 453,072,505,028 297,512,812,310 317,618,864,319 (2.06)
2.1.2. Belanja Hibah 17,380,571,619 5,238,978,109 3,171,880,000 3,000,000,000 26,623,040,450 168.18
2.1.3. Belanja Bantuan Sosial 1,525,713,870 18,000,000 - 1,465,000,000 - 3,970.03
2.1.4. Belanja Bagi Hasil kepada - - - - 1,417,424,000 -
Provinsi/Kabupaten/Kota dan
Pemerintahan Desa
2.1.5. Belanja Bantuan Keuangan 19,815,900,000 6,614,250,324 8,640,080,370 3,334,616,913 47,934,279,023 310.02
kepada
Provinsi/Kabupaten/Kota dan
Pemerintah Desa dan Partai
Politik
2.1.6. Belanja Tak Terduga 820,950,500 625,881,000 - - - (23.76)
2.1.7. Belanja Bantuan Keuangan dari - - - - 15,663,405,600 -
APBN kepada Pemerintah
Desa
Sumber : Perda tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Kabupaten Belu Tahun Anggaran 2011-
2015
Dari tabel di atas terlihat bahwa proporsi belanja pegawai cukup besar terhadap total
belanja, hal ini disebabkan karena kemampuan pendanaan yang terbatas sehingga tidak
dapat mengimbangi kebijakan kenaikan belanja pegawai baik oleh pemerintah pusat
maupun daerah. Gambaran proporsi belanja tidak langsung terhadap total belanja
APBD Kabupaten Belu tahun 2011-2015 sebagaimana pada Tabel 3
Tabel. 3.9.
Proporsi Belanja Tidak Langsung terhadap Total Belanja APBD
Pemerintah Kabupaten Belu Tahun 2011-2015
Proporsi Belanja
Belanja Tidak Total Belanja Tidak Langsung
No Tahun
Langsung (Rp) APBD (Rp) thd Total Belanja
APBD
(1) (2) (3) (4) (5 )= (3)/(4)x100
01 2011 416,349,074,972 675,994,854,748 61.59
02 2012 429,883,643,484 724,185,825,805 59.36
03 2013 464,884,465,398 800,235,169,590 58.09
04 2014 305,312,429,223 539,186,115,780 56.62
05 2015 409,257,013,392 757,893,231,506 54.00
Proporsi belanja tidak langsung terhadap total belanja daerah Kabupaten Belu
mengalami fluktuasi dan cenderung menurun. Pada tahun 2011 proporsi belanja tidak
langsung sebesar 61,59 % turun menjadi 54,00 % pada tahun 2015. Penurunan proporsi
yang cukup drastis terjadi pada tahun 2014 dan 2015 oleh karena terbentuknya DOB
Malaka sehingga alokasi belanja pegawai sebahagian terbagi dengan Kabupaten
Malaka.
Perkembangan Belanja Langsung dan Proporsinya terhadap Total APBD Pemerintah
Kabupaten Belu Tahun 2011-2015
7. Dari gambar tersebut diatas proporsi belanja langsung terhadap total belanja APBD
Kabupaten Belu bertumbuh flukatif dan mengalami kenaikan. Tahun 2011
proporsi belanja langsung sebesar 38,41 % meningkat menjadi 46,00 % pada tahun
2015.
Gambaran Perkembangan Belanja Pemerintah Daerah Kabupaten Belu tahun 2011-2015 sebagaimana di :
Tabel 3.10.
Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Kabupaten Belu Tahun 2011-2015
Rata-Rata
No Uraian Pertumbuhan
Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015
(%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
2. BELANJA DAERAH
2.1. Belanja Tidak Langsung 416,349,074,972 429,883,643,484 464,884,465,398 305,312,429,223 409,257,013,392 2.78
2.1.1. Belanja Pegawai 376,805,938,983 417,386,534,051 453,072,505,028 297,512,812,310 317,618,864,319 (2.06)
2.1.2. Belanja Hibah 17,380,571,619 5,238,978,109 3,171,880,000 3,000,000,000 26,623,040,450 168.18
2.1.3. Belanja Bantuan Sosial 1,525,713,870 18,000,000 - 1,465,000,000 - 3,970.03
Belanja Bagi Hasil kepada Provinsi
2.1.4. - - - - 1,417,424,000 -
/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa
Belanja Bantuan Keuangan kepada
2.1.5. Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah 19,815,900,000 6,614,250,324 8,640,080,370 3,334,616,913 47,934,279,023 310.02
Desa dan Partai Politik
2.1.6. Belanja Tak Terduga 820,950,500 625,881,000 - - - (23.76)
Belanja Bantuan Keuangan dari APBN
2.1.7. - - - - 15,663,405,600 -
kepada Pemerintah Desa
2.2. Belanja Langsung 259,645,779,776 294,302,182,321 335,350,704,192 233,873,686,557 348,636,218,114 11.53
2.2.1. Belanja Pegawai 32,671,174,544 44,617,466,717 51,012,718,137 46,424,094,799 58,914,843,317 17.20
2.2.2. Belanja Barang/Jasa 123,468,432,468 108,850,548,319 145,533,644,211 90,940,488,012 134,232,141,612 7.99
2.2.3. Belanja Modal 103,506,172,764 140,834,167,285 138,804,341,844 96,509,103,746 155,489,233,185 16.32
Jumah Belanja Daerah 675,994,854,748 724,185,825,805 800,235,169,590 539,186,115,780 757,893,231,506 6.39
Surplus/(Defisit) (13,546,897,840) 20,381,069,120 40,967,708,654 43,888,302,282 (19,266,823,008) (71.55)
Sumber : Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Belu tahun 2015
3. Jelaskan mekanisme pengawasan penggunaan keuangan daerah dan bagaimanakah faktanya
di lapangan ?
Jawaban :
Pembinaan dan Pengawasan atas Penyel;enggaan Pemerintah Daerah, ada 4 macam pengawasan
yakni :
1. Penagawasan Reprensip
2. Pengawasan Fungsional
3. Pengawasan Legislatip dan
4. Pengawasan Masyarakat.
I. Pengawasan Represip
Penagawasan yang dilakukan terhadap kebijakan yang telah ditetapkan daerah baik berupa peraturan
daerah, keputusan kepala daerah, keputusan DPRD maupun keputusan pimpinan DPRD dalam
rangka penyelenggaraan pemerintah daerah.
Alur pengawasan
Pengawasan Fungsional
Pengawasan fungsional dilakukan oleh Badan / Inspektorat dilingkungan Departemen/Lembaga Unit
yang mempunyai tugas dan fungsi melakukan pengawasan, pengujian, penyusunan dan penilaian ada
2 macam pengewasan fungsional yaitu :
Ekternal Audit
Sebagaimana diatur dalam undang-undang No. 15 Tahun 2004 tentang pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menjadi pengawasan ekternal
Pemerintah yaitu melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara/daerah,
yang meliputi unsur keuangan.
Dalam hal pemeriksaan dilakukan oleh Akuntan publik berdasarkan ketentuan undang-undang ,
laporan hasil pemeriksaan tersebut wajib disampaikan kepada BPK dan dipublikasikan.
Dalam melakukan pemeriksaan BPK, melakukan pemeriksaan atas 3 hal yaitu :
Pemeriksaa keuangan, pemeriksaan atas laporan keuangan
Pemeriksaan kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaan kinerja negara/daerah yang terdiri dari
pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi serta pemeriksaan aspek efektivitas.
Pemeriksaan dengan tujuan tertentu, suatu bentuk pemeriksaan yang tidak termasuk 2
pemeriksaan diatas.
Laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah pusat disampaikan oleh BPK kepada
DPR, dan laporan hasil pemeriksaan atas keuangan pemerintah daerah disampaikan oleh BPK
kepada DPRD, laporan hasil pemeriksaan tersebut oleh BPK disampaikan paling lambat 2 bulan
setelah menerima laporan keuangan dari pemerintah pusat / daerah. Disamping itu laporan tersebut
juga disampaikan kepada Presiden untuk keuangan negara dan kepada Gubernu/Bupati/Walikota
untuk keuangan daerah.
Internal Audit
Pemeriksaan yang dilakukan oleh aparat pengawas internal pemerintah adalah suatu identifikasi
masalah, analisis dan evaluasi yang dilakukan secara independen obyektif dan profesional
berdasarkan standar pemeriksaan untuk menilai beberapa kecermatan kredibilitas dan kendala
informasi mengenai penjumlahan dan tanggung jawab keuangan negara/daerah dan aparat
pengawasan fungsional pemerintah wajib menyampaikan laporan hasil pemeriksaan kepada BPK.
Sebagaimana diatur dalam pasal 222 Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan
daerah pelaksanaan pemeriksaan dilakukan secara berjenjang. Pemeriksaan atas pengelolaan
keuangan daerah pemerintah provinsi dikoordinasikan kepada Menteri Dalam Negeri cq. Inspektorat
Jendral Depdagri, untuk kabupaten/kota dikoordinasikan kepada Gubernur cq. Badan Pengawas
Provinsi sedangkan untuk kecamatan dikoordinasikan kepada Bupati/Walikota cq. Badan Pengawas
Kab/Kota setempat.
DAFTAR PUSTAKA
Nordiawan, Deddi, dkk. 2009. Akuntansi Pemerintahan. Jakarta : Salemba Empat
Hakim, Rais, 2008. Analisis Fleksibilitas Keuangan Pemerintah Daerah. DJPK. Surabaya
Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Belu Untuk
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 tahun 2011 Tentang Pedoman Penyusunan Anggaran
Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Belu Untuk