Anda di halaman 1dari 2

1.

Inventarisasi aset adalah rangkaian kegiatan mengidentifikasi kualitas dan kuantitas asset fisik
(tangible) atau non fisik (tangible) serta legal aspek yang bersangkutan., untuk melakukan
pendataan, pencatatan, pelaporan hasil pendataan aset, dan mendokumentasikannya pada
waktu tertentu. Inventarisasi di lakukan untuk mendapatkan data seluruh asset yang dimiliki
oleh perusahaan atau pemerintah agar assetnya tetap terjaga dan bias ter-kontrol bila terjadi
masalah.

Kodefikasi aset memegang peranan penting dalam mempermudah dan menyederhanakan


proses inventarisasi aset. Semakin banyak jenis dan jumlah aset termasuk mesin-mesin produksi,
makin penting melakukan kategorisasi dengan membuat membuat kodefikasi lebih rinci
terhadap atas aset bersangkutan.

Sebagai contoh khusus untuk Barang Milik Negara (BMN) termasuk BMN/BMD aset mesin-mesin
produksi milik Badan Usaha Negara/Daerah kodefikasi diatur oleh Peraturan Mentari Keuangan
No. 97/PMK.06/2007 Tentang Penggolongan dan Kodefikasi Barang Milik Negara.

Contoh: 50% Aset Tanah Pemprov DKI Belum Bersertifikat

Barang Milik Negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau
perolehan lainnya yang sah”.  Salah satu BMN yang rawan dengan permasalahan hukum
sekaligus memiliki nilai ekonomis tinggi adalah berupa tanah, untuk upaya pengamanan secara
administrasi dan secara legalitas maka sertifikasi bmn berupa tanah sangat diperlukan. BMN
berupa tanah harus disertifikatkan atas nama Pemerintah Republik Indonesia cq. Kementerian
Negara/Lembaga yang menguasai dan atau menggunakan tanah dimaksud. Adapun tujuan
sertifikasi BMN berupa tanah ini adalah  memberikan kepastian hukum atas BMN berupa tanah,
memberikan perlindungan hukum kepada pemegang Hak Atas Tanah, melaksanakan tertib
administrasi BMN berupa tanah, serta mengamankan bmn berupa tanah. Dengan sertifikasi
BMN maka sedikit demi sedikit sengketa atau permasalahan hukum terkait dengan klaim suatu
bidang tanah akan semakin berkurang, sehingga sah menjadi aset milik Negara/ Pemerintah RI.

BMN berupa tanah yang menjadi target sertifikasi adalah tanah yang belum bersertifikat, atau
tanah yang sudah bersertifikat namun belum atas nama Pemerintah Republik Indonesia cq.
Kementerian Negara/Lembaga. Namun demikian selaku pengelola barang yang mewakili
pemilik (Negara) seharusnya Menteri Keuangan juga tercantum dalam sertifikat BMN tersebut,
sehingga jika terjadi sengketa/gugatan kepemilikan maka pengelola barang(pemilik) dapat
melakukan upaya hukum. Dalam sertifikasi tanah ini Kementerian Keuangan RI sebagai
pengelola barang berkolaborasi dengan Kementerian Lembaga selaku pengguna barang, dan
Kementerian Agraria dan Tata Ruang, Badan Pertanahan Nasional (BPN) selaku pelaksana
sertifikasi BMN. Bola program sertifikasi ini sebenarnya ada pada pengguna barang untuk
mengajukan kelengkapan administrasi  atau persyaratan yang diperlukan untuk sertifikasi BMN.
Selanjutnya BPN akan memproses jika persyaratan sudah lengkap ditindaklanjuti dengan
pengukuran sampai dengan terbitnya sertifikat. Kemenkeu RI selaku pengelola barang dalam hal
ini ikut mendorong dan berkoordinasi dengan pengguna barang dan BPN sehingga program
sertifikasi dapat terwujud. Pemerintah saat ini punya komitmen untuk melakukan sertifikasi
masal, baik itu untuk  bmn berupa tanah, maupun tanah yang dimiliki oleh masyarakat sehingga
secara legalitis pertanahan semakin tertib sekaligus mengurangi potensi sengketa lahan.

Sumber : Buku Materi Pokok /ADPU4534/Modul 3, https://www.beritasatu.com/satu/509211-


50-aset-tanah-pemprov-dki-belum-bersertifikat

Anda mungkin juga menyukai