Oleh
Petrus Polyando
Fakultas Poltik Pemerintahan IPDN Jatinangor
E-mail: petruspholl@yahoo.co.id
aBSTRACT
N owadays the science of government remains a discourse among internal governance scientists and
practitioners and other scientific external fields. It is still a big question whether the science of
government is an independent and autonomous science or it is a branch of political or administrative
science. This question is a form of deep curiosity about the science of government positions that must be
explained by the government scientists. There are several explanations from experts and literature but
still there is no unity of understanding about the science of government. Especially regarding the science
of government objects whether the material and formal object, methods and subject for the assessment.
As a result, the science of government has not viewed as an independent and autonomous science. There
are research and assessment at the practice level, but not for the science in order to create the theory of
government. Therefore, it is necessary to formulate three things mentioned above in order to view the
science of government as an independent and autonomous science.
Keywords: the science of government, independent and autonomous
ABSTRAK
S ampai saat ini ilmu pemerintahan masih menjadi sebuah diskursus yang hangat dan perdebatan yang
seru baik diantara internal ilmuwan dan praktisi pemerintahan maupun kalangan eksternal dalam bi-
dang keilmuan lainnya. Dikatakan demikian karena masih menjadi tanda tanya besar sebagian kalangan
mengenai apakah ilmu pemerintahan itu sudah mandiri dan otonom ataukah dia merupakan cabang dari
ilmu lainnya seperti ilmu politik dan ilmu administrasi. Pertanyaan ini merupakan bentuk rasa ingin tahu
secara mendalam mengenai posisi ilmu pemerintahan yang harus dijelaskan oleh para pemerhati ilmu
pemerintahan (ilmuwan pemerintahan). Dalam banyak hal ditemukan penjelasan yang beragam dari
beberapa ahli dan literatur tetapi masih belum memberikan kesatuan pemahaman secara utuh mengenai
ilmu pemerintahan tersebut. Terutama mengenai obyek pengkajian ilmu pemerintahan (obyek materi
dan obyek forma), kemudian metode yang digunakan dalam mengkaji serta pokok bahasannya apa saja.
Akibatnya ilmu pemerintahan belum diterima secara utuh sebagai ilmu yang mandiri dan otonom. Ada-
pun lebih banyak dijumpai penelusuran dan pengkajian pada tataran praktik penyelenggaraan pemer-
intahan tetapi belum menyentuh pada khasanah pengembangan ilmu itu sendiri yang melahirkan teori
pemerintahan. Untuk itu perlu dirumuskan ketiga hal diatas dalam rangka mengenal ilmu pemerintahan
sebagai ilmu yang mandiri dan otonom.
Kata kunci: ilmu pemerintahan, mandiri dan otonom
39
JURNAL POLITIKOLOGI Vol. 3 \ No. 1 \ Oktober 2016 \ 39 – 50
should possess the following qualifications: 1) Seiring dengan hal tersebut, penelusuran
A permanent population; 2) A defined territory; dan pengkajian terhadap gejala atau peristiwa
3)Government; and 4) Capacity to enter into pemerintahan pun terus dilakukan oleh kaum
relations with the other states.1 (Negara sebagai cerdik pandai atau filsuf serta ilmuwan yang
subyek/pribadi hukum internasional harus berusaha menggali informasi dan menemukan
memiliki kualifikasi sebagai berikut: a) penduduk masalah terkait penyelenggaraan pemerintahan
yang tetap; b) adanya wilayah; c) adanya tersebut kemudian berusaha mendudukan
pemerintahan; d) memiliki kemampuan untuk model pemerintahan yang ideal dan yang harus
melakukan hubungan dengan negara-negara lain. diterapkan. Hasil dari temuan pengkajian dan
Ini menegaskan bahwa sebelum sebuah negara penulusuran tersebut yang dimuat dalam konsep
berdiri maka prasyarat di atas harus dipenuhi, baku pemerintahan menjadi pedoman bagi
salah satunya adalah pemerintahan. dengan penerapan atau implementasi di suatu bangsa.
demikian Apabila pemerintahan adalah sebuah Konsep ini terus diujicoba dan dipraktikan
prasyarat berdirinya sebuah negara maka menurut kemudian di perbaiki sehingga berkembang
R.M. MacIver dengan tegas mengatakan bahwa menjadi sebuah kerangka pengetahuan yang
ilmu pemerintahan sama tuanya dengan obyek diterima umum dan berlanjut pada lahirnya
pemerintahan yang berdiri terlebih dahulu dalam teori pemerintahan. Dari sinilah kemudian
suatu negara. Ilmu politik lahir setelah berdirinya pemerintahan berkembang menjadi sebuah
negara sedangkan ilmu pemerintahan dengan disiplin ilmu dengan lapangan pengkajian dan
obyek pemerintahan telah ada lebih dahulu titik bidik yang mandiri dan otonom.
sebelum negara itu diciptakan. Konkordan dengan hal diatas dapat
Berbagai model maupun tipe pemerintahan disederhanakan bahwa perkembangan ilmu
pun telah dipraktikan dalam ruang dan waktu pemerintahan pun sama prosesnya dengan
yang berbeda mengikuti dinamika sosial manusia perkembangan ilmu lainnya. Berangkat dari
dan kebutuhan hadirnya pemerintahan tersebut. dorongan rasa ingin tahu manusia, kemudian
Semuanya merupakan satu kesatuan sistem guna memenuhi rasa ingin tahunya, manusia
yang silih berganti berkembang dan dijalankan menggunakan otaknya untuk berpikir. Hasil
berdasarkan karakteristik jaman serta situasi dan pemikiran manusia untuk memenuhi rasa ingin
kondisi suatu bangsa. Ada yang mengembangkan tahunya, memunculkan pengetahuan yang
sistem pemerintahan otoriter dengan model didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat
sentralistik, ada yang mengembangkan model dan mungkin diketahui oleh manusia. dengan kata
demokrasi dengan sistem desentralisasi serta lain berpikir pada dasarnya merupakan sebuah
ada pula yang mengembangkan sistem kerajaan, proses yang membuahkan pengetahuan.2
dll. Ini menunjukan pemerintahan merupakan Gejala pemerintahan yang terus menerus
sebuah fenomena sosial yang dinamis dan cepat diamati dan dirasakan pun memunculkan rasa
berkembang dan bahkan telah menjadi kebutuhan ingin tahu manusia yang kemudian melahirkan ide
dasar demi kelangsungan hidup manusia itu atau gagasan mengenai bagaimana pemerintahan
sendiri. tersebut berkembang dan berproses. dengan
menyadari bahwa pengetahuan pemerintahan
yang dapat diketahui oleh manusia sifatnya hampir
tidak terbatas, dalam arti mampu menembus
1 Montevideo convention on the rights and duties ruang dan waktu maka pengembangannya dengan
of states, council on foreign relations, December
26, 1933, page 1-10 dalam Eksistensi Ilmu
Pemerintahan oleh Dr. Franciscus Van YLST 2014 2 Suriasumantri, Yuyun S. 2006, Ilmu Dalam
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Perspektif Sebuah Kumpulan Karangan tentang
Padjajaran. Hal 35 Ilmu. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Hal 1
40
Menelusuri Duduknya Ilmu Pemerintahan ... (Petrus Polyando)
logika yang ideal dibatasi pada hal-hal tertentu sesungguhnya memiliki nilai-nilai yang unik dan
yang fokus dan terarah. Hal ini dilakukan agar khusus. Nilai tersebut meliputi deskripsi data
pengembangan pengetahuan oleh manusia tidak pengalaman fenomena pemerintahan. Kemudian
merugikan kepentingan manusia lainnya. Adapun hal tersebut tersusun secara metodis dalam
pembatasannya melalui aturan (etika, agama, rumusan yang mudah dipahami. dan terakhir
hukum, norma). Menurut pemahaman Russell, diciptakan secara sengaja untuk memperoleh
bahwa pengetahuan bagian dari kepercayaan jawaban yang handal mengenai persoalan alam
yang benar. Setiap hal mengenai pengetahuan dan sosial.
merupakan hal mengenai kepercayaan yang benar Dengan kata lain bahwa agar dapat
tetapi bukan sebaliknya. Pengetahuan yang benar, dibedakan dengan ilmu-ilmu lainnya, sebuah
secara empiris memerlukan bukti.3 Ini menunjukan ilmu perlu memiliki metode sendiri. Selain
bahwa pengetahuan pemerintahan pun berangkat memiliki obyek forma yang berbeda dengan
dari dunia nyata atau fakta yang telah terjadi bukan ilmu-ilmu lainnya, sebuah ilmu yang sudah
pada ruang imajinasi atau khayal. mapan biasanya juga memiliki metode yang
Selanjutnya mengenai lahirnya khas yang sangat berkaitan dengan obyek forma
pemerintahan sebagai ilmu yang mandiri ilmu yang bersangkutan. Tujuannya adalah agar
dan otonom pada prinsipnya berkembang semua gejala dan peristiwa khas dari obyek
sebagaimana proses normal lahirnya sebuah forma ilmu bersangkutan dapat mudah dipahami
ilmu itu sendiri. di dalam wacana umum, istilah dan dimengerti, yang pada gili rannya akan
ilmu (science) dan pengetahuan (knowledge) diperoleh pengetahuan yang benar.
seringkali dipertukartempatkan. Secara Mengingat sumber semua ilmu yang
sederhana dapat dikemukakan bahwa setiap berkembang sekarang ini adalah satu yakni
ilmu adalah pengetahuan, sedangkan setiap filsafat, maka selain ada metode keilmuan yang
pengetahuan belum tentu merupakan sebuah bersifat khusus, terdapat pula metode yang berlaku
ilmu. Sebab ilmu adalah pengetahuan yang secara umum yang dinamakan metode ilmiah
memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakannya (scientific method) yang merupakan perpaduan
dengan pengetahuan-pengetahuan lainnya. pada antara pendekatan rasionalisme dan pendekatan
dasarnya ilmu telah berkembang secara cepat empirisme. Filsafat sebagai ibu dari berbagai
dan perkembangannya tidak pernah mengikuti ilmu (mother of science) mengembangkan cabang
sebuah garis lurus. Ilmu pemerintahan pun yang khusus membahas seluk-beluk ilmu yang
berkembang dalam proses yang sulit, berliku- dinamakan filsafat ilmu. Di dalamnya dibahas
liku dan mengalami anomali.4 Hal ini sejalan mengenai ontologi, epistemologi dan aksiologi.
dengan pemahaman Van Peursen bahwa: “ilmu Ontologi berbicara mengenai apa yang akan dikaji
tidak berkembang secara berkesinambungan dari sebuah ilmu (berbicara mengenai APA).
dalam suatu ruang lingkup netral tetapi Epistemologi berbicara mengenai bagaimana
tersendat-sendat, terbina oleh motif-motif memperoleh pengetahuan yang benar (berbicara
ideologis tertentu.5 Dalam konteks ini maka mengenai BAGAIMANA) atau pendekatan
dapat dikatakan bahwa esensi ilmu pemerintahan yang digunakan. Sedangkan aksiologi berbicara
mengenai kegunaan sebuah ilmu (berbicara
mengenai NILAI KEGUNAAN).
3 Ibid.,Hal 82
Untuk lebih jelas mendudukan filsafat dan
4 Wasistiono, Sadu dan Fernandes Simangunsong,
2015, Metodologi Ilmu Pemerintahan, IPDN Press, teori pemerintahan sehingga mampu membedakan
Jatinangor, Hal.7 dengan ilmu lainnya maka berikut akan diuraikan
5 Van Peursen.1985, Susunan Ilmu Pengetahuan. mengenai teori pemerintahan tersebut dari
Terjemahan. BPK Gunung Mulya dan Kanisius. sisi basis metodologi, tujuan maupun pokok
Hal.9 bahasannya.
41
JURNAL POLITIKOLOGI Vol. 3 \ No. 1 \ Oktober 2016 \ 39 – 50
HASIL DAN PEMBAHASAN bahwa selalu akan dihadapi gambaran yang sama
yakni bahwa bukan rijklah yang harus berhenti
Penelusuran terhadap Basis Meto pada batas-batas haminte tetapi justru sebaliknya
dologi Ilmu Pemerintahan hamintelah yang harus menjauh diri dan tidak
oleh memasuki wilayah kekuasan rijk.6
Pada prinsipnya setiap disiplin ilmu
memiliki ciri-ciri tertentu yang merupakan Pada bagian lain Van Poltje juga
bagian dari pengetahuan. Salah satu ciri yang mengemukakan pada Negara Belanda dengan
penting dalam menentukan adanya ilmu tersebut wilayah yang kecil dapat dilihat dalam konteks
adalah memiliki metode tertentu atau memiliki sebuah negara itu sendiri. Ditegaskan bahwa oleh
basis metodologinya. Metodologi ilmu secara karena negara belanda sangat padat penduduknya
formal embedded di dalam definisi ilmu yang maka urusan-urusan rijk dan urusan-urusan
bersangkutan dan secara substantif ditunjukan haminte senantiasa berjalan satu sama lainnya.
oleh aksioma atau anggapan dasar, pendekatan, Menurutnya hal tersebut tidak akan serasi untuk
model analisis dan model konstruk pengalaman memisahkan antara ilmu pemerintahan umum dan
dan konsep. Ilmu pemerintahan pun memiliki ilmu pemerintahan haminte yang khusus. Oleh
basis metodologi (sebagai epistemologi dari ilmu karena itu isi pokok ilmu pemerintahan adalah
pemerintahan), yakni metode yang membahas sebagai besar berkisar antara cara-cara kerja, alat-
bagaimana memperoleh pengetahuan yang benar alat dan hubungan-hubungan yang ada dilapangan
di bidang ilmu pemerintahan. Metodologi ini haminte karena memang haminte-lah yang ada
sebagai alat yang dipakai untuk mengidentifikasi terdekat pada rakyat dan secara langsung tanpa
sasaran formal spesifik diantara sejumlah perantaraan alat kelengkapan lain.7
obyek formal lainnya yang gejalanya memiliki Di Negara Perancis pendekatan
keteraturan yang cukup untuk dianalisis. Dari dalam pemahaman dan penelurusan ilmu
analisis inilah akan lahir konsep-konsep sebagai pemerintahan disesuaikan dengan organisasi
bahan baku penyusunan teori pemerintahan. sistem pemerintahannya. Karena sistem
Adapun basis metodologi ilmu pemerintahan pemerintahannya yang sentralistis maka perancis
dapat ditelusuri melalui pandangan Van Poltje yang menggunakan pendekatan dalam pengajaran dan
membedah mengenai pendekatan yang digunakan pengkajian persoalan-persoalan pemerintahan
oleh beberapa negara dalam mengkaji ilmu umum diselenggarakan dalam hubungannya
pemerintahan. Kritik pertama yang dilontarkan dengan pembentukan para pegawai untuk
adalah kondisi di Jerman dimana bagian besar kepentingan administrasi pusat. Sehingga
ilmu pemerintahan yang bertaian dengan haminte dibentuklah pendidikan kejuruan pegawai-
serta cara-cara bekerjanya dijadikan sebagai pegawai. Para auditor muda wajib mempelajari
topik/acara pembahasan sendiri dan disusun kejuruan pemerintahan, bukan saja mengikuti
menjadi ilmu pengetahuan tersendiri yaitu pelajaran pada universitas akan tetapi terutama
kommunalwissenchsft. Keberatan yang menjadi dengan jalan pendidikan-pendidikan praktis pada
kritik Van Poltje adalah bagaimana pentingnya kantor-kantor di paris.8
pekerjaan yang dilaksanakan oleh haminte- Kemudian di Inggris, atas desakan organisasi
haminte namun kedudukan haminte dalam setiap pegawai yang besar maka berbagai universitas di
negara modern dewasa ini tidak mungkin diisolasi
sedemikian rupa sehingga memungkinkan ia
6 Van Poeltje, 1953, Pengantar Umum Ilmu
menjadi topik/acara pembahasan ilmiah yang
Pemerintahan, jtetakan kedua dibahasaindonesiakan
benar-benar terpisah. Pendirian manapun oleh B.Mang Reng Say,N.V. Soeroengan
yang secara teoritis dianut terhadap masalah petjenongan 58 - Djakarta Hal 34
perimbangan kekuasaan dan hubungan hukum 7 Ibid.,Hal 35
antara rijk dan haminte kenyataannya adalah 8 Ibid.,Hal 37
42
Menelusuri Duduknya Ilmu Pemerintahan ... (Petrus Polyando)
43
JURNAL POLITIKOLOGI Vol. 3 \ No. 1 \ Oktober 2016 \ 39 – 50
44
Menelusuri Duduknya Ilmu Pemerintahan ... (Petrus Polyando)
45
JURNAL POLITIKOLOGI Vol. 3 \ No. 1 \ Oktober 2016 \ 39 – 50
46
Menelusuri Duduknya Ilmu Pemerintahan ... (Petrus Polyando)
47
JURNAL POLITIKOLOGI Vol. 3 \ No. 1 \ Oktober 2016 \ 39 – 50
48
Menelusuri Duduknya Ilmu Pemerintahan ... (Petrus Polyando)
17
Van Poeltje, 1953, Pengantar Umum 18 Ibid, Hal 18
Ilmu Pemerintahan, tjetakan kedua 19 Foucault, Michel, 2011, The Government Of Self
dibahasaindonesiakan oleh B.Mang Reng Say,N.V. And Others, Palgrave Macmillan, New York, First
Soeroengan petjenongan 58 - Djakarta Hal 17-18 Picador Edition.Page 6
49
JURNAL POLITIKOLOGI Vol. 3 \ No. 1 \ Oktober 2016 \ 39 – 50
DAFTAR PUSTAKA
Foucault, Michel 2011, The Government Of Self And Others, Palgrave Macmillan, New York, First Picador Edition.
Franciscus Van YLST, 2014, Eksistensi Ilmu Pemerintahan, Fakultas ilmu sosial dan ilmu politik Universitas
Padjajaran
Maciver, Robert M, 1963, The Web Of Government, The Macmillan company, New York .
Poeltje Van, 1953, Pengantar Umum Ilmu Pemerintahan, jtetakan kedua dibahasaindonesiakan oleh B.Mang Reng
Say,N.V. Soeroengan petjenongan 58 - Djakarta
Peursen Van. 1989, Susunan Ilmu Pengetahuan. Terjemahan. BPK Gunung Mulya dan Kanisius.
Roosevelt, Clinton, 1841, The science of government, founded on natural law, new york published by dean &
trevett, 121 fulton street
Suriasumantri, Yuyun S. 2006, Ilmu Dalam Perspektif Sebuah Kumpulan Karangan tentang Ilmu. Yayasan Obor
Indonesia. Jakarta.
Wasistiono, Sadu dan Fernandes Simangunsong, 2015, Metodologi Ilmu Pemerintahan, IPDN Press- Jatinangor
50