Anda di halaman 1dari 8

METODOLOGI ILMU PEMERINTAHAN

Tugas mata kuliah Metodologi Ilmu Pemerintahan kali ini akan mencoba membuat
sebuah resume dari sumbernya yaitu buku dari Taliziduhu Ndraha tentang isi dari
bukunya yang berjudul Metodologi Ilmu Pemerintahan, khususnya pada BAB III
tentang ILMU PEMERINTAHAN, mulai dari perkembangan paradigmatik ilmu
pemerintahan, perkembangan nya di Indonesia, definisi Ilmu Pemerintahan, posisi
taksonomik hingga fungsi Ilmu Pemerintahan itu sendiri. Metodologi sangatlah
diperlukan dalam proses pencarian research suatu disipilin ilmu yang mandiri, dan
disadari bahwa secara akademik perkembangan suatu disiplin ilmu sangat bergantung
pada metodologi nya. Metodologi sendiri berasal dari method dan logy. Method berakar
dari dari metha dan hodos (jalan,cara). Dalam pemaknaan nya metodologi ialah suatu
cara atau jalan yang dilakukan untuk menemukan sesuatu dibalik kenyataan atau yang
terlihat.

Metodologi Ilmu Pemerintahan adalah sebuah displin yang baru di lingkungan


instititut Ilmu Pemerintahan sehingga masih terdapat banyak permasalah dan hambatan
dalam pelaksanaan kurikulum nya saat pertama kali diajarkan, antara lain: teknis,belum
adanya buku pelajaran yang dapat dijadikan referensi atau bahan ajaran, kurangnya
kejelasan antara metodologi ilmu dan metodologi penelitian bahkan hingga saat ini juga
saya belum dapat mendapat penegertian yang jelas dari dua metode ini, taksonomik,
letak atau pengelompokkan disiplin ini di dalam sistem ilmu pengetahuan, cara dan
teknik pembelajaraannya, sumber dan pengkajian materi metodologi pemerintahan itu
sendiri ,dan yang paling sering ditemui saat ini adalah masih kurangnya tenaga pengajar
yang benar-benar paham esensi dan substansi dari metodologi ilmu pemerintahan.
Hubungan gejala yang ditimbulkan dari interkasi inidividu dengan individu, kelompok
dengan kelompok, atau bahkan antarindividu dengan kelompok.

Gejala ini terdapat berulang atau sekali lewat di lingkungan masyarakat atau biasa
disebutgejala sosial pemerintahan. Dalam interaksinya selalu terdapat nilai-nilai yang
lebih dominan orang atau kelompok lain. Dominasi ini dapat terjadi disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain: 1.waktu 2.lokasi 3.tradisi 4.penaklukan 5.penyelasaian suatu
masalah 6.perlombaan atau persaingan 7.kesepakatan. dalam bahasa inggris,
pemerintahan disebut govenment latin gubernare

,Greek Kybernan, artinya to steer mengemudikan atau mengendalikan.


Sehingga pada awalnya lambang pemerintahan adalah kemudi kapal. Hubungan
Pemerintah(P) dan yang diperintah(YD) memuat sebuah kegiatan yang kemudian
disebut pemerintahan atau peristiwa pemerintahan. Peristiwa ini ada yang berulang dan
ada yang sekali berlalu. Peristiwa yang sekali berlalu inilah yang kemudian selanjutnya
menjadi bahan kajian ilmiah guna membangun seni pemerintahan. Dalam
perkembangan nya menjadi ilmu yang mandiri Ilmu Pemerintahan haruslah mempunyai
bahan kajian yang khas serta memiliki objek formal dan materil nya sendiri dapat dilihat
dari berbagai sudut pandang dan dipelajari. Objek materil ialah suatu benda yang sama
akan tetapi dapat dilihat dari berbagai dari sudut pandang yang berbeda dengan cara
yang berbedap pula kemudian disebut objek formal. Itulah sebabnya objek sasaran yang
sama dapat menghasilkan hasil yang berbeda dengan cara melihaat dari sudut pandang
yang berbeda.

Seperti contoh yang terkadang masih banyak mahasiswa ilmu pemerintahan alami
bagaimana tidak dapat membedakan antar ilmu administrasi negara dengan ilmu
pemerintahan karena memiliki objek sasaran yang sama yakni Negara yang
membedakannya adalah objek formalnya. Sebagai
disiplin ilmu baru yang berdiri sendiri.Ilmu Pemerintahan
(bestuurswetenschap) ilmunya melalui beberapa tahap. Pada tahap pertama, gejala
pemerintahan dikaji oleh ilmu yang sudah ada dan menjadi bagian integral yang sudah
ada pada masa itu seperti didalam Ilmu Hukum, Ilmu Politik, dan Ilmu Administrasi. Itu
artinya pada tahap pertama ini ilmu pemerintahan atau gejalanya masih dipelajari dalam
ilmu mandiri yang terlebih dahulu sudah ada dan belum terbentuk.
Pada tahap kedua, gejala pemerintahan mulai bisa dipelajari melalui ilmu pengetahuan
yang sdah ada, dan terbentuklah spesialisasi ilmu yang bersangkutan.

Misalnya dalam Sosiologi mempelajari gejala pemerintahan maka lahirlah disiplin


ilmu yang baru yaitu Sosiplogi Pemerintahan. Itu artinya pada tahap kedua ini gejala
pemerintahan dapat menjadi spesialisasi suatu ilmu pengetahuan dan menghasilkan
disiplin ilmu yang baru. Beberapa disiplin ilmu yang berspesialisasi di bidang
pemerintahan: 1. Politik Pemerintahan 2. Administrasi Pemerintahan 3. Etika
Pemerintahan 4. Ekologi Pemerintahan 5. Perbandingan Pemerintahan Pada tahap
ketiga, terbentuk kelompok pengetahuan (body of knowledge) yang dibangun dari
konsep-konsep sumbangan displin tersebut diatas, terutama dalam bentuk gambaran,
gagasan, atau pikiran dalam bentuk yang sudah mengelompok. Maka lahirlah disiplin
Ilmu Pemerintahan yang telah dipilah dan dipilih. Pada tahap keempat lahir Ilmu
Pemerintahan yang mandiri dikenal sebagai Bestuurwetenschap berasal dari bahasa
Belanda jika diterjemahkan memiliki arti ilmu manajemen.

Ilmu pemerintahan yang kedua berhasil mengidentifikasi objek formal baru dan
khusus yang gejalanya memiliki kekhasan yang cukup untuk bisa dianalisis, dan
selanjutnya dapat dijadikan alat penjelasan dan prediksi terhadap suatau gejala peristiwa
pemerintahan. Pada mulanya ketika Ilmu Pemerintahan mulai dikaji dan dimasukkan
sebagai program studi, masih banyak kesukaran dalam membahasnya karena belum
adanya bahan bacaan teks akademik komprehensif atau bahan bacaan teoritik tentang
ilmu pemerintahan. Sumber bacaan pada saat itu hanya bersifat deskriptif, normatif, dan
kasus, hanya beberapa yang bersifat analitik..Kemudian seiring
perkembangganya banyak universitas atau sebuah pertemuan membahas tentang Ilmu
Pemerintahan..

Definisi Ilmu Pemerintahan (bestuurskunde) dipelajari dan diterbitkan melalui


buku alegmene inleiding tot de bestuurskunde, G.A. van Poelje (1942, 1953), kemudian
diterjemahkan oleh B. Mang Reng Say dengan judul Pengantar Umum Ilmu
Pemerintahan (1959). “Ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk memimpin hidup
bersama manusia ke arah kebahagiaan yang sebesar-besarnya tanpa merugikan orang
lain secara tidak sah.” “ilmu pemerintahan adalah ilmu yang secara otonom mempelajari
bekerjanya struktur-struktur dan proses pemerintahan umum, baik internal maupun
eksternal”,U.Rosenthal. Artinya, sejak disiplin itu berkembang setengah abad yang lalu,
di Indonesia ia dipahami sebagai illmu yang memusatkan perhatiannya pada panggung
struktur supra sistem politik suatu negara dan bekerja pada level kebijaksanaan (policy)
sesuai konstitusi negara yang bersangkutan.

Pada posisi taksonomik nya atau kelompok keilmuannya maka Ilmu


Pemerintahan masuk kedalam ilmu didalam struktur ilmu politik, yang didalamnya
terdapat Ilmu Pemerintahan, Ilmu Administrasi Negara, Ilmu Hubungan Internasional,
Ilmu Perbandingan politik, dan Teori Politik. Posisi taksonomik ini versi dari
Universitas Gadjah Mada, pada tiap posisi Ilmu pemerintahan memegang beberapa
fungsi dan berperan (digunakan) melalui fungsi-fungsi tersebut. Ilmu penegetahuan
pada umumnya mempunyai dua fungsi ke luar dan ke dalam. Ke luar, suatu ilmu
pengetahuan berfungsi sebagai alat untuk mengidentifikasi suatu objek, merekam dan
menggambarkan suatu keadaan, menerangkan hubungan antar gejala, menguji
pengetahuan lain, dan meramalkan apa yang akan dapat terjadi. Ke dalam, ian berfungsi
sebagai untuk menguji (checking up, verifying) dirinya sendiri. Ilmu pengetahuan
haruslah bersifat heuristik,dapat dianalisis, adaptasi terhadapa suatu keadaan msa yang
selalu dan senantiasa berkembang agar ilmu penegetahuan itu tidak dan stop dalam
perkembangannya. Hasil kegunaan suatu ilmu tergantung bagaimana pendekatan apa
yang dilakuka, siapa yang melakukannya, dan dalam kondisi apa ilmu itu dipakai.
Untuk itu ilmu pemerintahan memerlukan seperangkat methode.

Metodologi Ilmu Pemerintahan Hasil pengkajian terhadap berbagai metode


yang menjadi bahan pembentukan seperangkat pengetahuan tentang metode disebut
metodologi. Yang dimaksud masalah dalam metodologi adalah suatu informasi yang
mengandung pertanyaan atau ketidakjelasan.

Metodologi ilmu secara formal melekat di dalam definisi ilmu yang bersangkutan dan
secara substantif ditunjukkan oleh aksioma, anggapan dasar, pendekatan, model analisis
dan model konstruk pengalaman dan konsep. Metodologi ilmu pemerintahan pun
bergerak ke luar dan ke dalam. Sasarannya adalah:

1.bangsa dan negara;

2.rakyat dan pemerintah;

3.hubungan kerakyatan;

4.daerah;

5.ilmu pemerintahan itu sendiri.

Hubungan antara pemerintahan dengan yang diperintah memuat kegiatan yang


disebut pemerintah, sedang peristiwanya disebut peristiwa pemerintahan atau gejala
pemerintahan. Sedang perkembangan paradigmatik Ilmu Pemerintahan melalui
beberapa tahap, di antaranya:

1.Tahap pertama, gejala pemerintahan dikaji melalui sudut pandang dan cara
menurut ilmu yang ada pada masa itu, sehingga pada tahap ini, gejala pemerintahan
dipelajari sebagai bagian disiplin ilmu yang bersangkutan.

2.Tahap kedua, gejala pemerintahan dipelajari oleh disiplin ilmu pengetahuan yang
ada sehingga terbentuklah spesialisasi disiplin ilmu yang bersangkutan.

3.Tahap ketiga, lahirlah disiplin ilmu pemerintahan eliktrik yang disebut juga ilmu
Pemerintahan generasi pertama.

4.Tahap keempat lahirlah Ilmu Pemerintahan yang mandiri dan didukung oleh
metodologi, atau disebut juga ilmu Pemerintahan Generasi kedua.

5.Tahap kelima kemandirian suatu disiplin ilmu selain ditandai oleh terbentuknya
metodologi ilmu yang bersangkutan, juga ditandai dengan kemampuan denominatifnya
atau disebut juga ilmu Pemerintahan generasi ketiga.

Fungsi Ilmu pemerintahan ke dalam adalah untuk menguji, mengoreksi dan


mengembangkan disiplin Ilmu Pemerintahan itu sendiri. Sedangkan fungsi Ilmu
Pemerintahan ke luar adalah mengidentifikasi, merekam dan menggambarkan,
menerangkan hubungan, menguji pengetahuan lain, dan meramalkan apa yang akan dan
dapat terjadi dalam masyarakat atau negara. Model MIP Satu sampai Tiga Dari
pembahasan tentang Model MIP satu sampai dengan Tiga dapat diberikan rangkuman
sebagai berikut: 1.Model MIP Satu: Manusia adalah Makhluk. Asas yang mendasarinya
terletak pada relasi antara khalik dan makhluknya. Pada hubungan ini manusia dianggap
dianugerahi nilai-nilai luhur yaitu semua kepercayaan dasar yang bersifat universal.
2.Model MIP Dua: Manusia adalah Penduduk Bumi Peran Pemerintah dalam model ini
dapat terlihat nyata di bidang kependudukan, misalnya pendataan penduduk yang
selanjutnya diberi tanda pengenal yang disebut KTP.
3.Model MIP Tiga. Manusia adalah warga masyarakat, konsep ini merupakan konsep
tradisional

Ilmu Pemerintahan menurut kajian Sosiologi Pemerintahan yang dasar diletakkan


antara lain oleh Robert Mc Iver: yaitu manusia adalah makhluk sosial, ia hidup
bermasyarakat. Agar manusia tidak bersaing secara bebas tanpa batas dalam mengajar
kepentingannya, maka manusia bergabung dengan kelompok dan perserikatan.
Tujuannya adalah:

1.untuk memenuhi kebutuhan manusia di berbagai bidang, dan

2.untuk membatasi kompetisi yang tidak sehat, mengendalikan tindakan-tindakan

3.yang akibatnya merugikan dan meringankan akibat-akibat yang timbul dari


bermacammacam pertentangan
Perlunya Reformasi Pemerintahan Perlunya reformasi pemerintahan disebabkan
karena: 1.menurunnya tingkat kepercayaan rakyat terhadap pemerintah; 2.tuntutan
masyarakat akan reformasi politik, pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa
sangat mendesak, mengingat pemerintah merupakan aktor utama reformasi ekonomi.
Sebenarnya ada 7 sisi pemerintahan yang bertanggung jawab, yaitu: 1.apakah tanggung
jawab; Spiro mendefinisikan tanggung jawab (responsibility) sebagai accountability,
obligation, dan cause. 2.siapa bertanggung jawab; Caroll menjawab ada tiga
kemungkinan, yaitu konsumen, produsen, atau kombinasi keduanya. 3.mengapa
pemerintah dianggap bertanggung jawab; Spiro menjawab karena: a.pejabat pemerintah
adalah mandatari; b.konsekuensi jabatannya; c.ia menerima jabatan tidak dipaksa atau
terpaksa. 4.kepada siapa pemerintah bertanggung jawab; Caroll menjawab pemerintah
bertanggung jawab kepada rakyat sebagai konsumen, sedangkan Spiro menjawab bahwa
seorang pejabat pemerintahan harus bertanggung jawab kepada atasannya dan
konsumennya (rakyat). 5.hal apa yang seharusnya dipertanggungjawabkan atau apa isi
Pertanggungjawaban;

Yang dipertanggungjawabkan adalah: a.wewenang (kekuasaan) yang diterima dari


sumbernya; b.janji-janji kepada rakyat (konsumen); c.komitmen pribadi; dan
LI>sumpah jabatan. 6.bagaimana pemerintahan dipertanggungjawabkan; Hal yang
harus dipertanggungjawabkan oleh pejabat bukan hanya pelaksanaan tugasnya saja,
tetapi juga kondisi dan situasi pada saat pejabat memberikan Pertanggungjawaban atau
dimintai tanggung jawab serta kebijaksanaan yang ditempuhnya atas prakarsa sendiri.
7.pada level mana dan kapan sebaiknya Pertanggungjawaban itu berlangsung.

Pertanyaan ini dijawab melalui Budaya Warung, yaitu adanya pilihan, kontrol,
janji yang terbukti, tanggung jawab, dan adanya kepercayaan konsumen terhadap
produsen. Indonesia adalah negara birokrasi murni, dengan ciri-ciri antara lain:

1.sistem politiknya tertutup;

2.ketatanegaraan sangat formal;

3.Pertanggungjawaban vertical;

4.Pertanggungjawaban tidak bersifat pribadi tetapi jabatan;

5.rakyat dianggap (dipertahankan) sebagai bawahan pemerintah;

6.fungsi eksekutif dan fungsi kontrol berada pada satu lembaga;

7.kekuasaan dianggap given;

8.birokrasi harus selalu diuntungkan,

9.mengendalikan keadaan melalui penyeragaman;

10.informasi tertutup;
11.tidak ada kompetisi/oposisi/mosi tidak percaya;

12.promosi pejabat/pegawai berdasar anugerah pejabat atasan;

13.bawahan hanya bertindak sebagai pelaksana dan merasa kurang bertanggung


jawab;

14.ukuran keberhasilan adalah loyalitas terhadap atasan dan kesediaan bekerja


sama”;

15.strategi pembangunan bersifat top-down; dan

16.yang dibiayai adalah input sedangkan dampak negatif proyek dijadikan proyek
lain.

Membangun Pemerintah Yang Bertanggung Jawab Untuk kasus di Indonesia,


pemerintahan yang bertanggung jawab dapat dibangun berdasarkan strategi RIPE RIGO
REGO dengan beberapa anggapan dasar sebagaimana terdapat dalam model-model MIP
yang ada.

Adapun langkah-langkah untuk membentuk pemerintah yang bertanggung jawab


adalah merubah dari: 1.sistem politik tertutup ke sistem politik terbuka; 2.sistem
pemerintahan birokratik partisan ke sistem pemerintahan demokratik dengan pilihan;
3.sistem pemerintahan hypersentralistik ke sistem pemerintahan desentralistik;
4.Pertanggungjawaban vertikal ke Pertanggungjawaban pasar (horizontal);
5.paternalisme despotik ke kontrol sosial anggaran dasar paternalisme; 6.suksesi
berdasarkan anugerah ke recruitment; 7.lompatan ke tahapan teknologi; 8.manajemen
proyek ke manajemen tugas dan fungsi; 9.budaya epimetheanistik ke budaya
prometheanistik; 10.kita menjadi saya; 11.kelurahan/desa dari garis belakang menjadi
garis depan; 12.pemberian ke pemberdayaan; 13.sesuai dengan aturan yang berlaku ke
sesuai dengan kebutuhan atau tuntutan jaman; 14.monolog ke dialog.

Mencari dan Mengukuhkan Akar Kerakyatan Membangun Demokrasi Di Amerika


Serikat, gerakan Reinventing Government Management (RIGOM) bertujuan untuk
membentuk National Performance Review (NRP) yaitu membangun sebuah
pemerintahan dengan bekerja lebih baik dan menekan biaya serendah mungkin. RIGOM
ini lahir dari ajaran tentang masyarakat yang disebut civil society (community) yang
mempunyai civil rights.

Format politik kerakyatan yang baru merupakan hasil dari usaha untuk
mempribumikan semboyan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Dalam masyarakat
barat, pemahaman tentang konsep rakyat dari sudut politik
kerakyatan akhirnya meluas ke arah pendekatan ekonomi modern, pasar dan
entrepreneurship. Menurut Prof. Dr. HA. Mattulada ada 3 pola kepemimpinan
Nusantara, yaitu: 1.Pola kepemimpinan Hindu yang dominan di Jawa yang berakar pada
pemikiran Manunggaling Kawula Gusti. 2.Pola kepemimpinan Islam yang dominan di
Sumatera, Jawa Barat dan Sulawesi Selatan. Berdasarkan pemikiran raja adil raja
disembah, raja lalim raja disanggah. 3.Pola kepemipinan bahari Nusantara berdasarkan
pemikiran kemudi dan jangkar, surut dan pasang. Pola kedua dan ketiga mempunyai
ruangan untuk nilai-nilai dasar kerakyatan.

Membangun Nilai-nilai Demokrasi dan Reformasi A. Membangun nilai-nilai


demokrasi 1.Salah satu kebutuhan manusia sebagai makhluk social pada tataran
tertinggi adalah demokrasi. Nilai dasar demokrasi ini terdiri atas: kepercayaan, pilihan,
kontrol, dan tanggung jawab. 2.Hubungan antara negara (pemerintah) dengan kelurahan
tidak sama dengan hubungan antara perusahaan dengan toko. Toko berada di luar dan
berhubungan dengan perusahaan, tetapi kelurahan merupakan bagian integral negara. B.
Membangun ketahanan reformasi 1.Sebagai proses, reformasi bertujuan mengoreksi
terus-menerus arah pembangunan bangsa yang selama ini jauh menyimpang untuk
kembali ke cita-cita proklamasi dan Bhinneka Tunggal Ika 2.Di Indonesia reformasi
dipelopori oleh mahasiswa yang didukung oleh almamaternya.

Oleh karena itu agar reformasi tetap bertahan, maka almamater harus juga kuat.
Perguruan tinggi dalam masa reformasi harus menjalankan fungsi kontrol. Sumber
Buku Metodologi Ilmu Pemerintahan Karya Taliziduhu Ndraha.
RESUME BUKU

METODELOGI ILMU PEMERINTAHAN

DISUSUN OLEH :

NAMA : STEFANI MEILINTINA

NIM : 18 15 93

SEMESTER : VII (TUJUH)

PRODI : ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KRISTEN PALANGKA RAYA

TAHUN 2021

Anda mungkin juga menyukai