Anda di halaman 1dari 23

Perkembangan dan Dinamika Administrasi Negara di Indonesia:

Pergulatan Wacana Administrasi Negara vis a vis Administrasi Publik Wayu Eko Yudiatmaja wayuguci.edublogs.org Mahasiswa Pascasarjana Manajemen dan Kebijakan Publik FISIPOL UGM Pendahuluan Sejak Woodrow Wilson menggegerkan publik Amerika Serikat melalui tulisannya yang berjudul The Study of Administration (1887) pada jurnal Political Science Quarterly, administrasi negara1 mulai berkembang sampai ke antero dunia, termasuk ke Indonesia. Sejak dekade 1990an, administrasi negara telah berkembang pesat dibandingkan zamannya Wilson. Tidak bisa dipungkiri bahwa perkembangan ilmu administrasi negara begitu masif terjadi di negara asalnya Amerika Serikat dan negaranegara Anglo-Saxon lainnya seperti Inggris, Kanada, Australia dan Selandia Baru. Sedangkan di negara-negara berkembang, dinamika administrasi negara tidak begitu intens karena masih kuatnya kontrol politik, birokrasi dan budaya. Secara teori, konsep dan paradigma, administrasi negara mengalami perkembangan yang cukup cepat. Banyak bermunculan teori-teori kontemporer di dalam khasanah administrasi negara yang mengkritik dan memperkaya teori-teori klasik seperti teori tentang organisasi dan birokrasi. Perkembangan itu adalah sesuatu yang wajar mengingat administrasi negara merupakan bagian dari ilmu sosial yang memiliki karakteristik yang dinamis, tidak seperti halnya ilmu-ilmu alam yang cenderung pasif dan positivistik. Perkembangan ini patut diapresiasi karena hal ini menandakan administrasi negara mampu eksis di tengah persoalan-persoalan masyarakat yang semakin kompleks dan butuh solusi yang konkrit. Perkembangan teori, konsep dan paradigma di dalam administrasi juga begitu beragam (distinct) dan unik. Setiap cerdik-cendikia administrasi negara memiliki teori dan konsep administrasi negara dengan argumentasi dan penafsiran yang berbeda satu sama lain, sehingga dinamika pemikiran administrasi negara begitu terasa gezah-nya. Di
1

Dalam tulisan ini penulis secara konsisten akan menggunakan konsep administrasi negara bukan administrasi publik untuk sementara waktu sampai penulis bisa menerima logic thinking (epistimologi) administrasi publik sebagaimana yang menjadi mainstream ilmu administrasi negara di Indonesia dewasa ini. Perdebatan ilmu administrasi negara vis a vis ilmu administrasi publik akan diuraikan lebih jauh pada bagian berikutnya dari tulisan ini.

samping itu, kondisi dunia yang sudah semakin menglobal dimana semakin tidak jelasnya batas-batas geografis negara berkat revolusi teknologi informasi, ikut mempengaruhi perkembangan teori, konsep dan paradigma administrasi negara. Sedikit-banyaknya teori, konsep dan paradigma administrasi negara telah terkooptasi dengan ideologi globalisasi yang menginginkan setiap negara, menjadi satu kesatuan teritorial secara non-fisik. Artinya, tidak ada lagi sekat-sekat atau batas negara yang terlalu jauh untuk dijangkau karena semuanya dapat dijelajahi dalam waktu singkat dengan memanfaatkan media teknologi informasi. Dinamika ini membawa pengaruh besar dalam keilmuwan administrasi negara di berbagai belahan dunia. Tidak saja di negara asalnya dan di negara maju lainnya, di negara-negara sedang berkembang, terutama Indonesia wacana keilmuwan administrasi negara berkembang dengan cepat dan begitu dinamis. Secara konseptual telah terjadi perkembangan yang sangat signifikan dalam teori dan paradigma administrasi negara di Indonesia. Perkembangan ini tentu saja dipelopori oleh kalangan akademisi kampus yang menggeluti administrasi negara maupun masyarakat luas yang memiliki concern terhadap administrasi negara. Fakta ini bisa dilacak dari dinamika keilmuwan yang berkembang di berbagai perguruan tinggi negeri, swasta dan perguruan tinggi kedinasan yang menyelenggarakan program administrasi negara.2 Setiap tempat yang menyelenggarakan pendidikan administrasi negara memiliki horison tersendiri dan berbeda satu sama lain. Dinamika ini lebih disebabkan karena interpretasi yang berbeda tentang teori, konsep dan paradigma administrasi negara yang berkembang dalam keilmuwan administrasi negara. Tidak bisa dinafikan bahwa teori, konsep dan paradigma administrasi negara yang berkembang di Indonesia diimpor dari luar. Teori tentang kebijakan publik, teori manajemen publik dan teori governance adalah teori yang lahir di Barat, yang kemudian diadopsi oleh kalangan akademisi dan praktisi administrasi negara di Indonesia. Sampai saat ini, penulis belum menemukan satu pun tulisan atau pun buku tentang teori administrasi negara yang asli Indonesia. Kebanyakan, buku-buku tentang teori administrasi negara yang ditulis oleh orang Indonesia dan beredar di Indonesia merupakan buku-buku yang mencuplik teori-teori administrasi negara dari luar dengan
2

Penyelenggaraan studi administrasi negara di Indonesia tidak hanya menjadi monopoli universitas, tetapi juga diselenggarakan oleh pemerintah melalui pendidikan kedinasan seperti Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Lembaga Administrasi Negara (STIA-LAN).

sedikit modifikasi (threatment) dan tambahan di sana-sini dengan kasus Indonesia.3 Fenomena ini jika dibiarkan berlangsung dalam jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan hilangnya kemandirian dan identitas administrasi negara Indonesia. Keilmuwan administrasi negara di Indonesia berlangsung dalam kondisi yang dinamis sudah terasa sejak terjadinya reformasi politik di Indonesia yang ditandai dengan lengsernya Orde Baru tahun 1998 hingga saat ini., dialektika keilmuwan administrasi terjadi begitu hangat. Masing-masing jurusan/departemen/program studi yang menawarkan pendidikan administrasi negara di perguruan tinggi-perguruan tinggi di Indonesia memiliki cakrawala keilmuwan yang berbeda satu sama lain. Labih jauh, hal ini menimbulkan perspentif yang berbeda dalam memandang dan menjalankan pendidikan administrasi negara. Dalam konteks kekinian, perkembangan dan dinamika yang sangat menarik untuk disoroti adalah dialektika dan perdebatan tentang administrasi negara dan administrasi publik. Sekilas, persoalan ini terkesan sederhana karena hanya menyangkut masalah nama (label). Namun, lebih dari itu, perkembangan dan dinamika ini memiliki akar filosofis dan historis yang panjang serta layak untuk dianalisis karena berkaitan dengan identitas administrasi negara Indonesia itu sendiri. Tulisan ini pada intinya akan menyoroti perkembangan dan dinamika administrasi negara di Indonesia, termasuk wacana keilmuwannya-dalam hal ini dimotori oleh dunia kampus- yang dikembangkan oleh masing-masing perguruan tinggi di Indonesia, pemikirannya dan utamanya pada pergulatan wacana administrasi negara vis a vis administrasi publik. Sebelum masuk pada persoalan pokok, tulisan ini sedikit akan mengulas hakikat (nature) administrasi negara, perkembangan paradigmanya dan teorinya dalam rangka menemukan state of the art administrasi negara. Sebagai bahan perbandingan tulisan ini juga akan melihat perkembangan keilmuwan administrasi negara di Amerika Serikat, Inggris, Belanda, Australia, Singapura dan Malaysia sebagai upaya outward looking dan menemukenali dinamika wacana keilmuwan administrasi negara di negara-negara maju yang karena pengaruh globalisasi sering menjadi kiblat administrasi negara bagi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Pada akhirnya tulisan ini akan ditutup dengan sebuah masukan bagi

Salah satu contohnya adalah buku teori administrasi publik yang ditulis oleh Harbani Pasalong. Lebih detailnya silahkan periksa Harbani Pasalong, Teori Administrasi Publik, Alfabeta, Bandung, 2007.

perkembangan ilmu administrasi negara di Indonesia dalam rangka mencari identitas administrasi negara Indonesia. Nature Administrasi Negara Sebenarnya, jauh sebelum Wilson menulis tentang The Study of Administration, administrasi negara itu sudah ada sejak abad ke-15. Namun, praktik administrasi Negara sudah ada sejak dikenalnya Negara Kota di Athena jauh sebelum abad ke-15. Untuk mengurus dan melaksanakan pemerintahan, tentu membutuhkan administrator publik yang handal, administrator inilah yang sekarang dikenal dengan birokrasi. Perbedaannya adalah permasalahan publik pada masa itu belum sekompleks sekarang sehingga tugas dan fungsi administrasi negara belum terlalu menonjol. Sebagai sebuah disiplin ilmu yang mandiri dan terpisah dari ilmu politik, administrasi negara baru menemukan jati dirinya sebagai sebuah ilmu pada abad ke-19, yaitu ketika Wilson menulis The Study of Administration. Pada zamannya Wilson administrasi dipamahi sebagai pelaksanaan tugas-tugas rutin pemerintah dan mengimplementasikan kebijakan publik. Dengan demikian, administrasi harus dipisahkan dengan politik. Pemikiran inilah yang mengilhami munculnya paradigma dikotomi politik-administrasi. Lebih jauh, dalam tulisannya Wilson mengatakan bahwa,
Administration is the most obvious part of government; it is the executive, the operative, the most visible side of government, and is of course as old as government itself. It is government in action, and one might very naturally expect to find that government in action had arrested the attention and provoked the scrutiny of writers of politics very early in the history of systematic thought.

Dalam pengertiannya yang klasik, administrasi negara dipahami sebagai implementasi kebijakan yang dibuat oleh pejabat publik, penggunaan kekuasaan untuk memaksakan aturan untuk menjamin kebaikan publik dan relasi antara publik dan birokrasi yang telah ditunjuk untuk melaksanakan kepentingan bersama.4 Administrasi negara dibentuk untuk menyelenggarakan kepentingan publik dan melayani publik. Pada prinsipnya, administrasi negara dibentuk untuk mengabdi kepada publik dan tidak boleh memihak kepada salah satu kepentingan politik apapun, dengan alasan apapun. Administrasi negara harus netral dan tidak partisan agar pelayanan kepada publik dapat
4

Gerald E. Caiden, Public Administration (Second Edition), Pacific Palisasdes, Palisades, California. 1982. halaman 12.

dilakukan dengan adil tanpa membeda-bedakan satus sosial, jabatan dan preferensi politik seseorang. Lalu pada titik ini muncul pertanyaan, siapa publik itu? Publik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat luas dan kepentingan orang banyak. Publik bisa berarti negara berserta otoritas dan alat kelengkapannya, organisasi masyarakat sipil, organisasi privat, organisasi pendidikan, organisasi keagamaan, bahkan organisasi terkecil seperti RT sekalipun merupakan manifestasi dari publik. Jadi adalah keliru apabila ada pendapat yang menyatakan bahwa publik itu hanyalah negara, di luar negara bukanlah publik. Konsep publik itu sendiri tidak hanya menjadi monopoli negara, tetapi lebih dari itu publik merupakan domain yang berhubungan dengan kepentingan masyarakat secara luas. Perkembangan Paradigma dan Teori Administrasi Negara Paradigma merupakan cara pandang sekelompok akademisi tentang suatu permasalahan atau fenomena sosial. Paradigma digunakan sebagai alat analisis untuk memotret dan memecahkan masalah-masalah sosial. Paradigma mencapai statusnya karena paradigma lebih berhasil memecahkan persoalan-persoalan yang gawat dibandingkan dengan pesaing-pesaingnya atau para kelompok praktisi.5 Konsep paradigma sendiri sebenarnya berasal dari ilmu-ilmu alam yang kemudian diadopsi oleh scientists ilmu sosial guna memecahkan masalah-masalah sosial yang semakin rumit. Administrasi negara juga memiliki paradigma atau cara pandang yang dapat dibagi berdasarkan konteks waktu kemunculannya. Henry membagi paradigma administrasi negara atas lima paradigma secara diakronis. Menurut Henry paradigma dalam administrasi negara terdiri atas:6 1. 2. 3. 4. 5. Dikotomi politik-administrasi (1900-1926) Prinsip-prinsip administrasi (1927-1937) Administrasi sebagai ilmu politik (1950-1970) Administrasi negara sebagai manajemen (1956-1970) Administrasi negara sebagai administrasi Negara (1970-?)

Thomas Kuhn, The Structure of Scientific Revolution (Second Edition), University of Chicago Press, Chicago, 1970, halaman 23. 6 Nicholas Henry, Public Administration and Public Affairs (Sixth Edition), Englewood Cliffs, New Jersey, 1995, halaman 22-24.

Mencermati pendapat Henry dalam Public Administration and Public Affairs, terlihat ada keterputusan ide pada paradigma kelima karena Henry hanya menyebutkan bahwa paradigma kelima dimulai pada tahun 1970, tetapi tidak jelas berakhir sampai kapan. Bahkan dalam revisi yang keenam kali terhadap bukunya itu, Henry belum berani mengungkapkan apakah paradigma administrasi negara sebagai administrasi negara masih relevan sampai saat ini. Padahal dinamika administrasi negara berlangsung sangat cepat karena perkembangan zaman yang semakin bergejolak (turbulence). Pertanyaan yang harus kita ajukan adalah, apakah administrasi negara masih berada pada paradigma kelima? Apakah paradigma kelima masih relevan atau tidak untuk situasi saat ini? Untuk menjawab pertanyaan di atas, tulisan Denhardt dan Denhardt, The New Public Service: Serving, not Steering, yang ditulis pada tahun 2003, dapat dijadikan sebagai rujukan. Denhardt dan Denhardt membagi paradigma administrasi negara tersebut atas 3 paradigma yaitu, Old Public Administration (OPA), New Public Management (NPM) dan New Public Service (NPS). Paradigma OPA tidak bisa dilepaskan dari paradigma-paradigma klasik dalam administrasi negara yang dikemukakan oleh Henry, sedangkan gagasan mengenai NPM dicover dari pemikiranpemikiran entrepreneurial governmentnya Osborne dan Gaebler. Paradigma yang paling mutakhir dalam administrasi negara menurut Denhardt dan Denhardt adalah NPS. Secara umum alur pikir NPS menentang paradigmaparadigma sebelumnya (OPA dan NPM). Dasar teoritis paradigma NPS ini dikembangkan dari teori tentang demokrasi, dengan lebih menghargai perbedaan, partisipasi dan hak asasi warga negara. Dalam NPS konsep kepentingan publik merupakan hasil dialog berbagai nilai yang ada di tengah masyarakat. Nilai-nilai seperti keadilan, transparansi dan akuntabilitas merupakan nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam pelayanan publik. Paradigma NPS berpandangan bahwa responsivitas (tanggung jawab) birokrasi lebih diarahkan kepada warga negara (citizens) bukan clients, konstituen (constituent) dan bukan pula pelanggan (customer). Pemerintah dituntut untuk memandang masyarakatnya sebagai warga negara yang membayar pajak. Dalam suatu negara yang menganut paham demokrasi, sebenarnya warga negara tidak hanya dipandang sebagai customer yang perlu dilayani dengan standar tertentu saja, tetapi

lebih dari itu, mereka adalah pemilik (owner) pemerintah yang memberikan pelayanan tersebut.7 Tabel 1. Pergeseran Paradigma Administrasi Negara
Aspek Dasar teoritis dan fondasi epistimologi Konsep kepentingan publik Responsivitas birokrasi publik Peran pemerintah Akuntabilitas Old Public Administration Teori politik Kepentingan publik secara politis dijelaskan dan diekspresikan dalam aturan hukum Clients dan constituent Rowing Hierarki administratif dengan jenjang yang tegas New Public Management Teori ekonomi Kepentingan publik mewakili agregasi kepentingan individu Customer Steering Bekerja sesuai dengan kehendak pasar (keinginan pelanggan) Desentralisasi organisasi dengan kontrol utama berada pada para agen New Public Service Teori demokrasi Kepentingan publik adalah hasil dialog berbagai nilai Citizens Serving Multiaspek: akuntabilitas hukum, nilai-nilai, komunitas, norma politik, standar profesional Struktur kolaboratif dengan kepemilikan yang berbagi secara internal dan eksternal Pelayanan publik dengan keinginan melayani masyarakat

Struktur organisasi

Birokratik yang ditandai dengan otoritas top-down

Asumsi Gaji dan keuntungan, Semangat terhadap proteksi entrepreneur motivasi pegawai dan administrator Sumber: Denhardt dan Denhardt (2003: 28-29).

Perkembangan paradigma tersebut pada gilirannya memberikan pengaruh pada perkembangan teori administrasi negara. Perkembangan teori administrasi negara dapat dilacak dari aliran atau paradigma yang berkembang dalam ilmu administrasi negara. Tjokrowinoto dengan sangat runtut mencatat tentang aliran (schools) yang berkembang dalam ilmu administrasi negara yang mempengaruhi teori-teori administrasi negara.
Sharma misalnya melihat adanya aliran (schools) dalam ilmu administrai Negara, yaitu aliran proses administrasi, empiris, perilaku manusia, sistem
7

Erwan Agus Purwanto, Pelayanan Publik Partisipatif , Mewujudkan Good Governance melalui Pelayanan Publik, Editor: Agus Dwiyanto, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2005, halaman 187.

social, mate-matika dan teori keputusan. Sedang Bailey mengidentifikasi sejumlah variasi teori dalam ilmu administrasi negara yaitu descriptifexplanatory, normatif, asumptif dan instrumental. Henry membagi berdasarkan tinjauan diakronik, yaitu (i) Paradigma 1: Dikotomi politik-administrasi (19001926), (ii) Paradigma 2: Prinsip-prinsip administrasi (1927-1937), (iii) Paradigma 3: Administrasi negara sebagai ilmu politik (1950-1970) (iv) Paradigma 4: administrasi negara sebagai manajemen, (v) Paradigma 5: Administrasi negara sebagai administrasi negara. Cendikiawan lain, Frederickson 1976 mendeskripsikan peta pemikiran yang disebutnya sebagai model dalam ilmu administrasi negara yang mencakup: (i) model birokrasi klasik, (ii) model Neo-Birokrasi, (iii) model kelembagaan, (iv) model hubungan kemanusiaan dan (v) model administrasi negara baru. Sedangkan Bintoro Tjokroamidjojo menemukan alur pikir dalam ilmu administrasi negara yaitu: (i) alur pikir administrasi negara klasik, (ii) alur pikir manajemen dalam ilmu administrasi negara, (iii) alur pikir pendekatan behavioral, (iv) alur pikir ekologi administasi, dan (v) alur pikir administrasi pembangunan.8

Teori-teori administrasi negara tidak muncul dengan sendirinya, tetapi ia lahir karena perkembangan dialektika paradigma, pemikiran dan aliran dalam administrasi negara. Dari perkembangan paradigma dan aliran (schools) muncul banyak teori dalam administrasi negara. Namun, dewasa ini hanya beberpa teori saja yang menjadi mainstream dalam administrasi negara. Teori-teori tersebut adalah teori kebijakan publik, teori manajemen publik dan teori governance. Administrasi Negara dan Kebijakan Publik Kebijakan publik sering didefinisikan sebagai apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dikerjakan dan tidak dikerjakan.9 Dengan kata lain, diam-nya pemerintah juga merupakan bagian dari kebijakan, yaitu tidak mengambil tindakan apaapa (status quo). Misalnya, jalan lintas Sumatera yang sudah rusak parah tetapi tidak kunjung diperbaiki oleh pemerintah. Tindakan pemerintah yang tidak memperbaiki jalan yang telah rusak tersebut merupakan bagian dari kebijakan pemerintah. Pemerintah dapat tidak melakukan apa-apa karena beberapa faktor. Pertama, dari sudut pandang pemerintah tidak mengambil kebijakan merupakan opsi yang paling efektif untuk menyelesaikan suatu masalah, contoh minimnya tindakan konkrit pemerintah dalam menyelesaikan masalah pembubaran Ahmadiyah. Kedua, anggaran yang memang terbatas sehingga tidak memungkinkan bagi pemerintah untuk mengambil
8

Moeljarto Tjokrowinoto, Perkembangan Mutakhir Ilmu Administrasi Negara, Teori-teori Politik Dewasa Ini, Penyunting: Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti, Rajawali Pers, Jakarta, 1996, halaman 169-170. 9 Thomas R. Dye, Understanding Public Policy, Englewood Cliffs, New Jersey, 1975, halaman 1.

sebuah kebijakan, misalnya kurangnya kebijakan pemerintah dalam memberikan insentif yang wajar kepada guru besar di perguruan tinggi dengan alasan minimnya anggaran. Ketiga, terkait dengan risiko politik yang akan diterima ketika pemerintah mengambil suatu kebijakan, contohnya abstainnya pemerintah Indonesia dalam pengambilan suara di PBB untuk menjatuhkan sanksi terhadap Iran yang dituduh membuat senjata nuklir, pemerintah khawatir diembargo oleh Amerika Serikat jika mendukung Iran. Keempat, pemerintah diam dan tidak mengambil suatu kebijakan karena desakan publik, contoh kebijakan pembangunan gedung baru DPR yang terpaksa ditangguhkan karena desakan dari berbagai kalangan. Kebijakan publik disusun dengan metode yang ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah publik. Terdapat beberapa aktivitas dalam proses penyusunan kebijakan publik. Menurut Dunn proses perumusan kebijakan terdiri atas beberapa aktivitas sebagai berikut:10 1. Perumusan masalah: Pemerintah harus mampu mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi oleh publik. Hasil identifikasi tersebut dilanjutkan dengan merumuskan masalah-masalah publik yang akan dipecahkan. 2. Peramalan: Melakukan forecasting terhadap dampak, manfaat, solvabilitas dan menganalisis tingkat kesulitan implementasi suatu kebijakan yang akan diambil. 3. Rekomendasi kebijakan: Memberikan alternatif kebijakan yang memiliki manfaat paling tinggi dan merekomendasikannya kepada pengambil kebijakan. 4. Pemantauan: Kegiatan memantau hasil dan dampak suatu kebijakan yang telah diimplementasikan. 5. Evaluasi: Menilai kinerja kebijakan secara umum sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

10

William N. Dunn, Public Policy Analysis: An Introduction (Second Edition), Prentice Hall, New Jersey, 2004 halaman 15.

Gambar 1. Proses Perumusan Kebijakan


Perumusa n Masalah Penyusunan Agenda

Peramala n

Formulasi Kebijakan

Rekomen dasi

Adopsi Kebijakan

Pemanta uan

Implementasi Kebijakan

Penilaian

Penilai Kebijakan

Sumber: Dunn (2004: 17) Administrasi negara bertanggung-jawab memformulasikan kebijakan publik yang excelent yang mampu menguntungkan publik secara luas. Kuatnya tuntutan agar administrasi negara bisa menghasilkan kebijakan yang berkualitas telah mimicu lahirnya kajian analisis kebijakan publik. Analisis kebijakan publik adalah disiplin ilmu sosial terapan yang menggunakan berbagai metode pengkajian multiple dalam konteks argumentasi dan debat politik untuk menciptakan, secara kritis menilai dan mengkomunikasikan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan.11 Analisis kebijakan adalah pekerjaan menghitung, menilai dan memilih alternatif kebijakan yang memiliki

11

Ibid., halaman 84.

10

manfaat bersih paling tinggi guna memecahkan masalah publik dengan seperangkat kriteria dan metode tertentu. Orang-orang yang bekerja merumuskan dan menganalisis kebijakan publik seringkali disebut sebagai analis kebijakan. Pekerjaan sebagai analis kebijakan adalah pekerjaan yang sulit sekaligus penting. Sulit karena para analis kebijakan harus mencari dan menentukan identitas masalah kebijakan itu dengan hati-hati, baru kemudian dapat merumuskan kebijakan dengan benar. Sebuah masalah harus didefinisikan, distrukturisasi, diletakkan, dalam batas-batas tertentu dan diberi nama. Bagaimana proses ini terjadi merupakan hal krusial bagi penanganan suatu masalah tertentu melalui kebijakan.12 Selanjutnya, agar bisa membuat kesimpulan tentang kebaikan suatu kebijakan, seorang analis diharuskan melakukan penelitian dengan kualitas yang memadai di sekitar masalah kebijakan yang dikajinya.13 Selain itu, analis kebijakan seringkali berhadapan dengan logika kekuasaan, kepentingan kelompok dan pressure dalam merumuskan alternatif kebijakan. Namun, demikian posisinya penting dan terhormat karena dari tangannyalah lahir kebijakan-kebijakan yang cerdas dan solutif. Terdapat sebutan yang beragam terhadap analis kebijakan pada organisasi pemerintah. Kadang-kadang analis kebijakan disebut sebagai konsultan dan staf ahli. Realitas empiris saat ini sering membuat kita miris karena kurangnya pemahaman pemerintah terhadap arti penting analis kebijakan. Kasus hari ini yang kasat mata adalah kita menemukan banyak anggota DPR dan DPRD yang belum dilengkapi dengan staf ahli yang memadai sehingga mereka kesulitan dalam merancang kebijakan publik yang ilmiah dan menguntungkan masyarakat. Di pemerintah daerah kondisinya lebih memprihatinkan, dimana posisi atau jabatan sebagai staf ahli kepala daerah baik provinsi, kabupaten maupun kota sebagai jabatan buangan dan kurang pamor. Kepala

12

Wayne Parsons, Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan, Penerjemah: Tri Wibowo Budi Santoso, Prenada Media, Jakarta, 2006, halaman 90. 13 Samodra Wibawa, Kebijakan Publik: Teori dan Proses, Intermedia, Jakarta, 1994, halaman 52.

11

daerah cenderung menempatkan orang-orang yang sudah tidak produktif, nonjob dan akan segera pensiun sebagai staf ahli. Akibatnya, kinerja staf ahli di daerah sering dipertanyakan karena tidak menunjukkan kinerja yang berarti. Keilmuwan Administrasi Negara di Beberapa Negara Administrasi negara di negara-negara maju seperti di Amerika Serikat, Inggris, Australia, Belanda dan Singapura telah menunjukkan perkembangan yang sangat cepat, baik dari segi teoritis maupun praktis. Kebanyakan, teori-teori tentang kebijakan publik, manajemen publik, governance, manajemen pembangunan berasal dari negara-negara tersebut. Indonesia pada tahap ini masih sebatas follower dari teori-teori asing tersebut. Tabel Pendidikan Master (Pascasarjana) Administrasi Negara di Beberapa Negara14
N o 1 Negara Amerika Serikat Perguruan Tinggi Harvard University Sekolah/Departeme Program yang n Ditawarkan John F. Kennedy Master of Public School of Administration (MPA) Government Master of Public Policy (MPP) Ph.D Woodrow Wilson Master in Public School of Public Adminisration (MPA) Affairs Master in Public Policy (MPP) Ph.D in Public Affairs Atkinson Faculty Master of Public of Liberal and Policy, Administration Professional and Law (MPPAL) Studies Master of Science in Public Administration (M.Sc) Master of Arts in Public Policy (MA)

Princeton University

Inggris

York University Leiden University Erasmus Mundus

Belanda

14

www.hks.harvard.edu/degrees/masters/mpp, www.spp.nus.edu.sg/Master_Public_Policy.aspx, wws.princeton.edu/academics/, www.monash.edu.au/study/coursefinder/course/1065/, www.um.edu.my/? pfct=ips&modul=Programmes_Offered&pilihan=Faculties&subpilihan=Master_of_Public_A dministration_(MPA), www.yorku.ca/pubadmin/graduate.html, www.en.mastersinleiden.nl/programmes/public-administration/en/introduction/ yang diakses tanggal 29 September 2010.

12

Australia

University Australian National University Monash University Flinders University

Singapur a

National University of Singapore

Lee Kuan Yew School of Public Policy

Malaysia

Malaya University University Sains Malaysia Universiti Utara Malaysia

School of Bussines and Administration College of Law, Government and International Studies

Master of Public Policy (MPP) Master of Development Administration (MDA) Master of Public Policy and Management (MPPM) Master of Policy and Administration (M.Pol.Admin) Ph.D Master of Public Administration (MPA) Master of Public Policy (MPP) Master of Public Management (MPM) Ph.D Master of Public Administration (MPA) Master of Public Administration (MPA) Ph.D Master of Public management (MPM) Ph.D

Kemajuan tersebut dipelopori oleh perguruan tinggi-perguruan tinggi yang ada di negara tersebut, terutama yang menyelenggarakan pendidikan administrasi negara, baik di tingkat bacheloriat, Master dan Ph.D. Ilmuwan-ilmuwan administrasi negara dari perguruan tinggi inilah yang melahirkan karya-karya dan gagasan-gagasan yang diekspor ke negara-negara lain. Teori tentang analisis kebijakan publik yang dicetuskan oleh William N. Dunn misalnya, merupakan teori yang lahir dari kampus Graduate School of Public and International Affairs (GSPIA) Pittsburgh University di Amerika Serikat. Sistem pendidikan administrasi negara di negara-negara maju juga telah menunjukkan perkembangan yang signifikan sebagai upaya untuk merespon perubahan zaman. Saat ini, jamak di jumpai program-program baru yang merupakan cabangcabang ilmu administrasi sebagai program studi tersendiri, seperti program Master of

13

Public Policy (MPP) di John F. Kennedy School of Government di Universitas Harvard atau program studi Master of Public Management (MPM) di Lee Kuan Yew School of Public Policy National University of Singapore dan program studi Master of Public Management (MPM) di College of Law, Government and International Studies di Universi Utara Malaysia. Namun, tidak jauh berbeda dengan di Indonesia, nampaknya di negara-negara maju belum memiliki standar yang sama dalam memberikan gelar kepada alumni program master mereka. Di John F. Kennedy School of Government di Universitas Harvard, lulusan pascasarjana public policy diberi gelar Master of Public Policy (MPP), tetapi di Belanda lulusan pada jurusan yang dihadiahi gelar Master of Arts (MA). Dari segi penawaran mata kuliah pun, perguruan tinggi-perguruan tinggi di negara-negara maju sudah mulai fokus pada kajian-kajian tertentu dan lebih fleksibel dari perguruan tinggi di Indonesia. Mereka selalu kooperatif terhadap bidang kajian tertentu yang menyangkut domain publik. Misalnya, mata kuliah Social Policy yang ditawarkan di beberapa program pascasarjana administrasi negara di beberapa perguruan tinggi di Australia menandakan bahwa mereka sangat concern terhadap isuisu dan kebijakan sosial yang berkembang saat ini. Sedangkan di Indonesia, mata kuliah ini merupakan monopoli mereka yang di jurusan kesejahteraan sosial atau pembangunan sosial dan kesejahteraan. Tabel 2. Matakuliah Wajib dan Pilihan yang Ditawarkan di Program Master of Public Administration Flinders University Australia
Kode POAD90 10 POAD90 38 POAD90 39 POAD91 27 POAD91 24 POAD91 23 POAD91 Mata Kuliah Mata Kuliah Wajib Public Policy Contemporary Issues in Public Policy Public Management Toolkit for Public Management Governance and Public Policy Ethics in Public Administration Research Methods SKS 6 6 6 6 6 6 6

14

26 POAD90 00 POAD91 00 EDES96 09 EDES96 25 HMAN8 001 HMAN8 002 HMAN9 001 POAD81 02 POAD82 01 POAD82 02 POAD90 27 POAD90 33 POAD90 41 POAD91 09 POAD91 10 POAD91 13 POAD91 14 POAD91 16 POAD91 20 POAD91 21 POAD91 22 POAD91 25 POAD91 28

Master of Public Administration Dissertation, or Project in Public Administration Mata Kuliah Pilihan Strategic Planning and Management Knowledge Management for Organisational Learning Housing Policy Housing Management Applied Issues in Housing Management Management in Non-Government Organisations Program Evaluation Risk Management Principles and Practice Economics and Public Policy Urban Policy and Governance Financial and Resource Management Action Learning Project (Policy) Project Management Managing Human Resources in the Public Sector Critical Systems Thinking and Practice Regionalism, Decentralisation and Governance Action Learning Project (Management) Culture and Public Policy Environmental Governance Organisational Politics, Culture and Management Development Administration

18 12 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6

15

POADxx Interactive Design and Evaluation for 6 xx Democracy and Sustainable Future SOAD90 Social Policy 6 54 SOCI90 Applied Evaluation Methods 6 20 Sumber: www.flinders.edu.au/calendar/vol2/pg/pub.admin.M.htm yang diakses tanggal 29 September 2010

Administrasi Negara di Indonesia: Krisis Identitas Keilmuwan Administrasi Negara di Indonesia saat ini sedang dihadapkan pada perdebatan wacana administrasi negara versus administrasi publik. Banyak pihak yang mendukung perubahan terminologi dari administrasi negara ke administrasi publik, namun tidak sedikit pula yang menentangnya. Akibatnya, terdapat dua kutub ekstrem dalam administrasi negara saat ini yakni mereka yang mempertahankan status quo dan mereka yang menginginkan perubahan menjadi administrasi publik. Jauh sebelum itu, sebenarnya telah terjadi perbedaan perspektif di kalangan teoritisi administrasi negara Indonesia dalam menerjemahkan kata public dalam kata public administration. Ada yang menyamakan istilah publik ini dengan negara, masyarakat dan pemerintah. Namun, banyak pula yang menganggap bahwa publik itu adalah publik yang bermakna luas, tidak hanya pemerintah, tetapi juga swasta dan organisasi masyarakat sipil. Dampak dari perbedaan cara pandang tersebut telah menimbulkan dinamika dalam penamaan jurusan dan pemberian gelar terhadap alumninya. Universitas Indonesia misalnya lebih enjoy menggunakan nama Ilmu Administrasi dan gelar Sarjana Ilmu Politik (S.IP), tetapi Universitas Gadjah Mada dan Universitas Padjajaran menggunakan istilah administrasi negara15 dan alumninya diberikan gelar Sarjana Ilmu Politik (S.IP). Sedangkan Universitas Brawijaya sejak lama telah menggunakan nama administrasi publik dengan gelar akademik Sarjana Administrasi Publik (S.AP). Baru15

Khusus untuk Universitas Gadjah Mada, terhitung sejak tahun 2010 Jurusan Administrasi Negara S1, S2 dan S3 telah berubah nama menjadi Jurusan Manajemen dan Kebijakan Publik sesuai dengan SK Rektor UGM No. 52/P/SK/HT/2010.

16

baru ini, Universitas Diponegoro dan Universitas Jenderal Soedirman yang sebelumnya bernama administrasi negara, juga ikut-ikutan menggunakan nama administrasi publik. Akibatnya, sering timbul kebingungan dikalangan calon mahasiswa dan mahasiswa yang menempuh studi administrasi negara. Menurut hemat penulis, perubahan nama tersebut tidak akan bermakna apa-apa jika tidak terjadi transformasi di dalam institusi pendidikan administrasi negara di Indonesia. Artinya, perubahan nama seharusnya diikuti dengan perubahan kurikulum, sistem perkuliahan, metode pembelajaran dan mekanisme. Jika tidak terjadi perubahan yang mendasar terhadap pendidikan administrasi negara secara utuh (komprehensif) dari dalam perubahan yang diagung-agungkan tersebut hanyalah pekerjaan yang sia-sia. Selain itu, perubahan yang dilakukan harus memiliki landasan berpikir yang logis, rasional dan bisa dipertanggung-jawabkan secara ilmiah (scientifically acceptable), bukan hanya karena faktor pesanan dan ego sesaat. Tabel 3. Daftar Top Rank Perguruan Tinggi Penyelenggara Pendidikan Administrasi Negara di Indonesia
No 1 2 3 4 Perguruan Tinggi Universitas Gadjah Mada Universitas Indonesia Universitas Brawijaya Universitas Padjajaran Fakultas ISIPOL ISIP Ilmu Administrasi ISIP Jursan/Program Studi/Departeme n Manajemen dan Kebijakan Publik Ilmu Administrasi Administrasi Publik Administrasi Negara Jenjang (Strata) S1, S2, S3 S1, S2, S3 S1, S2, S3 S1, S2, S3

Dewasa ini mainstream yang sedang berkembang adalah kuatnya dukungan terhadap administrasi publik dari pada administrasi negara. Ini terjadi karena agitasi yang sangat kuat dari beberapa akademisi di perguruan tinggi ternama di Indonesia. Universitas Brawiya dan Universitas Gadjah Mada termasuk dalam perguruan tinggi yang proaktif dalam mengganti administrasi negara menjadi administrasi publik. Universitas Brawijaya memang sudah sejak lama menggunakan konsep administrasi publik daripada Universitas Gadjah Mada, tetapi Universitas Brawijaya tidak terlalu bersemangat dalam mempromosikan administrasi publik. Hal ini dapat dibuktikan dari tulisan dan pemikiran akademisi-akademisi administrasi publik Universitas Brawijaya. Sebaliknya, akademisi di Universitas Gadjah Mada begitu gencar dalam

17

mempromosikan administrasi publik. Banyak literatur-literatur administrasi negara yang ditulis oleh akademisi-akademisi dari Universitas Gadjah Mada menggunakan konsep administrasi publik.16 Agus Dwiyanto bisa disebut sebagai pelopor perubahan administrasi negara menjadi administrasi publik karena melalui tulisannya konsep administrasi publik, terutama administrasi publik yang berorientasi governance, mendapatkan justifikasi secara akademis. Pada intinya, Dwiyanto berpendapat bahwa administrasi publik perlu menambah orientasinya menjadi ilmu yang tidak hanya mengkaji birokrasi, pemerintahan, kebijakan, manajemen publik, tetapi juga concern terhadap masalahmasalah publik. Artinya administrasi publik perlu dipahami sebagai ilmu yang dinamis yang sangat responsif terhadap persoalan-persoalan yang tidak hanya berhubungan dengan pemerintah, tetapi juga menyangkut civil society, mekanisme pasar dan sektor privat asalkan mereka menyediakan kebutuhan publik dan bertindak untuk kepentingan publik serta berorientasi kepada publik. Lebih detailnya, Dwiyanto menulis sebagai berikut,
Di dalam studi governance, administrasi publik didefinisikan sebagai proses penggunaan kekuasaan administratif, politik dan ekonomi untuk menyelesaikan masalah-masalah publik. Kelembagaan administrasi publik tidak lagi terbatas pada lembaga-lembaga lainnya, seperti mekanisme pasar dan organisasi masyarakat sipil. Semua lembaga, baik pemerintah maupun nonpemerintah, menjadi subjek dari studi administrasi publik sejauh mereka beroperasi untuk merespons masalah dan kepentingan publik. Dengan kata lain, kriteria untuk membedakan apakah suatu institusi itu menjadi lokus dari ilmu administrasi publik tidak ditentukan oleh kepemilikan dan statusnya, apakah mereka pemerintah, pasar atau asosiasi sukarela, tetapi ditentukan oleh perilaku dan orientasinya. Jika institusi itu menyelenggarakan public goods dan beroperasi untuk mencapai tujuan-tujuan yang menjadi bagian dari kepentingan publik, maka institusi itu seharusnya menjadi subjek dari studi administrasi publik. ...Dengan mendefinisikan ilmu administrasi publik sebagai studi tentang governance, maka ilmu administrasi publik menjadi sangat powerfull dalam menjelaskan masalah-masalah kontemporer dalam administrasi publik.17

Sebenarnya, apa yang dikatakan Dwiyanto di atas merupakan kelanjutan dari apa yang pernah diungkapkan oleh Denhardt. Denhardt mengatakan bahwa agar administrasi negara bisa eksis di dunia praktik maka administrasi negara harus memiliki
16

Beberapa dari literatur yang mempromosikan administrasi publik tersebut dapat dilacak dari karyanya Yeremias T. Keban, Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik: Konsep Teori dan Isu, Gava Media, Yogyakarta, 2004, Warsito Utomo, Administrasi Publik Baru Indonesia: Perubahan Paradigma dari Administrasi Negara ke Administrasi Publik, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2006 dan Miftah Thoha, Ilmu Administrasi Publik Kontemporer, Kencana, Jakarta, 2008. 17 Agus Dwiyanto, Reorientasi Ilmu Administrasi Publik: Dari Government ke Governance. Pidato Pengukuhan Guru Besar pada FISIPOL UGM, Yogyakarta, 2004, halaman 17-19.

18

wawasan publicness (berorientasi publik) karena bidang administrasi negara berbeda dengan sektor privat dan sektor nirlaba. Seorang administrator publik seharusnya efektif dan responsif terhadap kebutuhan-kebutuhan publik. Efektif dan reponsif tersebut merupakan inti dari ajaran governance yang disampaikan oleh Dwiyanto di atas.
The features in turn all derive from the simple fact that the public or nonprofit manager is pursuing public purposes. In terms of the actions and experiences of the public administrator, therefore, we may say that it is the publicness of the work of the public or nonprofit manager that distinguishes public administration from other similar activities. The view of the administrators role suggests that, as a public or nonprofit manager, you must operate with one eye toward managerial effectiveness and the other toward the desires and demands of the public. It recognizes that you are likely to experience an inivitable tension between efficiency and responsiveness as you work in governmental or nongovernmental organizations, a tension that will be absolutely central to your work.18

Jika dikaji lebih jauh, akar konsep governance ini lahir di Barat. Konsep governance berasumsi bahwa kekuatan negara tidak hanya terpusat pada satu kekuasaan yaitu pemerintah, tetapi sudah mulai terdispersi kepada kekuasaan-kekuasaan lain di luar pemerintah, yaitu civil society dan sektor swasta. Kedua sektor ini dapat ambil bagian dalam tata pemerintahan dan kebijakan publik. Governance di sini diartikan sebagai mekanisme, praktik dan tata cara pemerintah dan warga mengatur sumber daya serta memecahkan masalah-masalah publik. Dalam konsep governance, pemerintah hanya menjadi salah satu aktor dan tidak selalu menjadi aktor paling menentukan.19 Artinya, masyarakat luas, sektor swasta serta sektor-sektor lain di luar pemerintah dapat berperan serta dalam menentukan memecahkan masalah-masalah publik. Konsep governance kemudian diadopsi oleh Bank Dunia (World Bank), United Nation Development Program (UNDP), International Monetary Fund (IMF) dan lembagalembaga donor lainnya menjadi good governance. Adapun prinsip-prinsip yang terkandung dalam good governance meliputi; efisiensi, efektivitas, tranparansi, akuntabilitas, keadilan, responsivitas dan responsibilitas. Bank Dunia begitu aktif mengupayakan agar prinsip-prinsip ini dianut oleh negara-negara berkembang jika ingin mendapatkan pinjaman dari mereka. Bahkan, good governance dijadikan standar dalam memberikan bantuan kepada negara berkembang.
18

Robert B. Denhardt dan Janet V. Denhardt, Public Administration: An Action Orientation (Sixth Edition), Thomson Wadsworth, Belmont, California, 2009, halaman 8. 19 Hetifah Sj. Soemarto, Inovasi dan Good Governance: 20 Prakarsa Inovatif dan Partisipatif di Indonesia (Edisi Kedua), Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2004, halaman 1-2.

19

Pada titik ini, tidak ada yang salah memang karena good governance dapat meningkatkan daya tanggap pemerintah dan partisipasi masyarakat, tetapi perlu diingat bahwa pencangkokan ide governance ke dalam administrasi Negara tidak selamanya akan berjalan dengan mulus karena perbedaan karakteristik pemerintahan, sosial dan budaya diantara negara maju dan negara berkembang. Di samping itu, perlu diingat bahwa proyek good governance Bank Dunia di beberapa negara terbukti gagal, seperti di Sudan, Zimbabwe dan Ethiopia yang tetap saja miskin meskipun telah meminum obat mujarab good governance dari World Bank. Terlebih lagi, kita perlu mengkritisi upaya Bank Dunia dan konco-konconya memperomosikan good governance sebagai upaya penggembosan peran pemerintah guna upaya memuluskan proyek neoliberalisme dan neo-kolonialisme negara Barat terhadap negara-negara berkembang. Oleh karena itu, kita harus merenungkan nasehat Putra di bawah ini.
Good governance berperan sebagai ideologi yang akan memuluskan ideologi yang akan membuka jalan rintisan bagi terbentangnya jalan yang lebih luas bagi masuknya neo-liberalisme ke dalam ruang kesadaran warga negara bangsa di seluruh dunia. Bagaikan pasukan komando yang bertugas sebagai pasukan perintis untuk membukan jalan bagi pasukan regular, konsep good governance merupakan suatu unit elit yang akan meruntuhkan basis paling inti dari pertahan kesadaran anti-liberalisme dan anti-neoliberalisme, yaitu konsep mengenai apa yang baik (good) dalam pengelolaan Negara-bangsa.20

Sesungguhnya nilai-nilai transparansi, keadilan, efektivitas dan efisiensi telah sejak lama ada di bumi Indonesia. Masyarakat adat di Sumatera Barat, misalnya telah sejak lama mempraktikkan prinsip-prinsip good governance yang dikiaskan dalam bahasa Minangkabau dengan istilah; bulek aia dek pambuluah, bulek kato dek mufakaik (bulat air karena pembuluh, bulat kata karena mufakat), basilang kayu di tungku mako nasi kamasak (bersilang nasi di tungku sehingga nasi bisa masak), panghulu bubuek salah bagalanggang mato urang banyak (jika penghulu/pimpinan berbuat salah maka banyak orang yang akan melihat). Artinya, masyarakat Minangkabau dari dulu telah menerapkan prinsip transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, responsivitas dalam format yang sederhana, tetapi belum pernah di institusionalisasikan. Masih banyak praktik-praktik lain dibelahan bumi nusantara lainnya yang bisa diperkuat karena Indonesia kaya akan nilai-nilai lokal (local wisdom) yang dapat diangkat kepermukaan dan dijadikan basis untuk menyusun teori administrasi negara guna membentuk kemandirian dan identitas sendiri. Dengan demikian, sudah saatnya kita merubah haluan
20

Fadillah Putra, Senjakala Good Governance, Averroes Press, Malang, 2009, halaman 51-52.

20

dari perspektif administrasi negara yang lebih berorientasi outward looking menjadi inward looking. Kesimpulan Teori dan konsep administrasi negara telah berkembang dengan pesat. Dari segi keilmuwan, wacana keilmuwan administrasi negara di beberapa negara maju dan di Indonesia mengalami dinamika yang sangat intens. Namun, kita masih banyak mencaplok teori-teori dari luar untuk membentuk teori. Salah satu teori administrasi negara yang menjadi mainstream adalah teori kebijakan publik. Teori kebijakan publik mengajarkan cara merumuskan kebijakan publik yang baik dan benar. Dalam merumuskan kebijakan publik, peran analisis kebijakan sangat vital dalam memilih alternatif kebijakan yang memiliki manfaat yang paing tinggi. Sebagai upaya membentuk kemandirian dan identitas administrasi negara di Indonesia sudah saatnya akademisi administrasi negara menggali nilai-nilai lokal yang berkembang di Indonesia guna merancang teori yang mencerminkan identitas kita sebagai bangsa. Referensi Denhardt, Robert B. dan Janet V. Denhardt. 2003. The New Public Service: Serving not Steering. Armonk, New York: M.E Sharpe. Denhardt, Robert B. dan Janet V. Denhardt. 2009. Public Administration: An Action Orientation (Sixth Edition). Belmont, California: Thomson Wadsworth. Dunn, William N. 2004. Public Policy Analysis: An Introduction (Second Edition). New Jersey: Prentice Hall. Dwiyanto, Agus. 2004. Reorientasi Ilmu Administrasi Publik: Dari Government ke Governance. Pidato Pengukuhan Guru Besar pada FISIPOL UGM, Yogyakarta. Dye, Thomas R.. 1975. Understanding Public Policy. New Jersey: Englewood Cliffs. Gerald E. Caiden. 1982. Public Administration (Second Edition). California: Pacific Palisasdes, Palisades. Henry, Nicholas. 1995. Public Administration and Public Affairs (Sixth Edition). New Jersey: Englewood Cliffs. Keban, Yeremias T. 2004. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik: Konsep Teori dan Isu. Yogyakarta: Gava Media.

21

Kuhn, Thomas. 23. The Structure of Scientific Revolution (Second Edition). Chicago: University of Chicago Press. Parsons, Wayne. 2006. Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan, Penerjemah: Tri Wibowo Budi Santoso. Jakarta: Prenada Media. Pasalong, Harbani. 2007. Teori Administrasi Publik., Bandung: Alfabeta. Purwanto, Erwan Agus. 2005. Pelayanan Publik Partisipatif . Mewujudkan Good Governance melalui Pelayanan Publik. Editor: Agus Dwiyanto. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Putra, Fadillah. 2009. Senjakala Good Governance. Malang: Averroes Press. Soemarto, Hetifah Sj. 2004. Inovasi dan Good Governance: 20 Prakarsa Inovatif dan Partisipatif di Indonesia (Edisi Kedua). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Thoha, Miftah. 2008. Ilmu Administrasi Publik Kontemporer. Jakarta: Kencana. Tjokrowinoto, Moeljarto. 1996. Perkembangan Mutakhir Ilmu Administrasi Negara, Teori-teori Politik Dewasa Ini. Penyunting: Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti., Jakarta: Rajawali Pers. Utomo, Warsito. 2006. Administrasi Publik Baru Indonesia: Perubahan Paradigma dari Administrasi Negara ke Administrasi Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Wibawa, Samodra. 1994. Kebijakan Publik: Teori dan Proses. Jakarta: Intermedia.

22

23

Anda mungkin juga menyukai