Anda di halaman 1dari 36

BAB

Sistem Administrasi

3 Publik Indonesia

I only regret that I have but one life to lose for my country
( saya bnar-benar menyesal, mengapa saya hanya memiliki satu
nyawa yang dapat saya berikan untuk negeri saya ).
–Nathan Hale (1755-1776)

Kita boleh iri dan cemburu, pada penyesalan Perwira Tentara AS, Nathan Hale¹,
tersebut. Sebuah penyesalan bagaimana seorang warga negara begitu mencintai tanah airnya.
Kecintaan tersebut tentunya bukan serta merta dan membabi buta sebagai kecintaan pada
tempat dia dilahirkan. Tetapi lebih dari pada itu, tanah tempatnya lahir telah memberi
pemaknaan hidup yang hakiki bagi seorang manusia, seorang warga negara. Hal demikian,
tidak terkecuali harus terjadi dan dirasakan para warga negara Indonesia.
Bila kita menengok catatan sejarah, sejak tahun 60-an, dunia menyaksikan munculnya
negara – negara baru. Dasawarsa ini merupakan awal berakhirnya era kolonialisme. Dengan
menyadari bahwa kemerdekaan hanyalah jembatan emas, maka cita-cita yang
melatarbelakangi kemerdekaan dapat diwujudkan hanya dengan melaksanakan pembangunan
nasional.
Pembangunan hampir – hampir merupakan “ agama “ bagi negara –negara baru.
Persoalan pertama yang muncul dalam pembagunan adalah siapa yang harus mengambil
prakarsa. Pengalaman selama setengah abad ini telah menjawabnya sendiri, yaitu pemerintah.
Pada gilirannya, prakarsa pembangunan ini amat terkait dengan peranan administrasi publik.

––––––––––––––––––––––
1 nathan hale, percikan permenungan, penerbit mitra utama Jakarta, 1993, hlm75.

▪ 77
Fungsi administrasi public dalam proses kebijakan public, terdiria atas formulasi,
implementasi, evaluasi, dan terminasi kebijakan public itu. Pengetahuan dan ilmu
administrasi, bersama- sama dengan ilmu lain, telah dapat memberikan sumbangan bagi
pencapaian tujuan secara lebih efisien dan efektif. Sementara itu, kita ketahui adanya prinsip-
prinsip administrasi yang dapat diperlukan secara universal. Tidak pandang tempat dan waktu.
Seperti dikatakan Terry ², maka semua manajer dimanapun tempatnya, harus
menyelenggarakan fungsi-fungsi pokok yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengendalian. Tetapi bagaimana pelaksanaan atau Implementasi dari
konsepsi ini? Apakah segala pemikiran yang muluk, mengenai perencanaan misalnya, dapat
begitu saja diterapkan dimana pun? Karena itu, bukan sekarang saja, tetapi sejak tahun 30-an
beberapa ahli telah bersikap skeptic tentang adanya prinsip administrasi yang bersifat
universl. Pelaksanaan “Marshall Plan” yang dimaksudkan untuk mengentaskan Eropa dari
puing-puing Perang Dunia II misalnya, tidak semuanya berhasil. Begitu pula program-
program bantuan teknis yang dicurahkan kepada negara-negara yang sedang berkembang,
seringkali mengalami kegagalan.
Orangpun kemudian berpaling kepada eksistensi warna – warna nasional. Robert
Dahl telah memberikan pengajaran yang amat berharga tentang hal ini. Dahl secara jelas
mendemonstrasikan hubungan lingkungan sosial dengan administrasi publik. Pikiran ini
berlaku untuk Indonesia. Artinya, ada karakteristik lingkungan nasional Indonesia yang
mempengaruhi penyelenggaraan program administrasi. Tidak peduli dari manapun asalnya.
Pemahaman tentang karakteristik administrasi publik akan lebih bermakna dengan
memandangi sebagai satu keseluruhan yang utuh. Katakanlah sebagai satu system. Dalam hal
ini, system administrasi public Indonesia berlaku dalam satu struktur tertentu. Disamping itu,
ia hidup dalam satu lingkungan budaya Indonesia. Studi ekologi akan memberikan dimensi
penting, dalam upaya kita memahami eksistensi administrasi public dalam lingkungan budaya
penerimanya.
Pemanfaatan kajian mengenai system administrasi public, pada hakikatnya terletak
pada kesadaran adanya pengaruh besar dari karakteristik Indonesia. Dengan kata lain, kita
sadar bahwa factor – factor kondisi setempat akan merupakan factor penentu bagi
administrasi public, di dalam melaksanakan fungsi-fungsinya. Dengan demiikian, memang
diperlukan penyesuaian – penyesuaian seperlunya terhadap konsep-konsep administrasi
publik itu.

–––––––––––––––––––––––
2 Terry L. cooper, the responsible administrasi: and approach to ethics for the administrative role,
port Washington, kennikat press. 1982

78 ▪Administrasi public – teoiri dan aplikasi good governance


Secara kategoris, system administrasi public aktivitasnya terletak pada proses
kebijakan public. Tanpa memandang tingkatannya, system administrasi public Indonesia
ternyata bergulat dalam proses kebijakan public. Mulai dari liputan nasional sampai tingkat
desa. Pengetahuan kita mengenai tahap-tahap proses kebijakan public akan membantu dalam
memahami aktivitas system administrasi public Indonesia.
Pemikiran Sistem
Dalam berbagai kesempatan perbincangan, istilah system begitu kerap singgah di telinga kita.
Pembicaraan sehari –hari rasanya kurang bermakna dan “berbunga”, jika tidak disertai dengan
tempelan system, terlepas dari persoalan apakah penggunaan istilah itu tepat atau tidak.
Begitu mudahnya orang mengucapkan kata system politik, system ekonomi, system
komunikasi, system pengairan, system perencanaan, system pendidikan, system nilai, system
pembayaran, system militer dan seterusnya. Oleh karena itu, ada baiknya untuk meninjau
istilah system tersebut untuk dapat untuk memberikan pintu keluar yang tepat dalam
memahami kajian tentang system adminitrasi public.
Dalam kaitan kepentingan ini, kita coba menguraikan tiga hal pokok, yang terdiri atas
pengertian system, pengertian system administrasi public, dan ekologi administrasi.
Istilah system telah dirumuskan oleh banyak ahli secara berbeda satu sama lain.
Gabriel A. Almond mengartikan system sebagai “ suatu konsep ekologis yang menunjukkan
adanya suatu organisasi yang erinteraksi dengan suatu lingkungan yang mempengaruhinya
maupun yang dipengaruhinya.”
Schoderbek dalam Management System: Conceptual Considerationᶾ memberikan
definisi system, yang sekaligus di dalamnya mengandung penjelasan ciri – ciri system. Ia
mendefinisikan system sebagai seperangkat tujuan yang bersama- sama dengan interrelasi di
antara tujuan dan di antara atribut-atributnya dihubungkan satu sama lain, serta dihubungkan
dengan lingkungan sedemikian rupa, sehingga membentuk satu keseluruhan.
Sedangkan Rusell L. Ackoff secara singkat membatasi system sebagai “seperangkat
elemen yang saling melakukan interaksi”.
Berpikir secara system, berarti secara menyeluruh hal-hal yang didekati tidak lagi
bermula dari bagian-bagian, tetapi sebaliknya berasal dari keseluruhan. Kenyataan ini
semakin menonjol di saat ini, ketika kehidupan menjadi semakn kompleks dan dengan
perubahan-perubahan yang begitu cepat datangnya. Kebutuhan dan kepentingan manusia
bergerak dengan satu

–––––––––––––––––––––––––––
3 peter p. schoderbek, asterios kafalas, dan Charles G. schoderbek, Management System :Conceptual
Considerations, dallas :Bussines Publications, Inc., 1975
bab 3 – Sistem Administrasi public Indonesia ▪ 79
ritme yang dunia belum pernah menyaksikan sebelumnya. Teknologi memang menawarkan
berbagai jalan keluar. Namun ternyata tidak seluruhnya berhasil secara memuaskan.
Bersamaan dengan itu, setelah Perang Dunia II berakhir, spesialisasi dikembangkan terus
sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang serba teknologi.
Arus spesialisasi terwujud lewat lahirnya disiplin – disiplin baru. Setiap disiplin,
seperti dikatakan Schoderbek, mewakili pandangan yang berbeda terhadap dunia yang sama.
Keadaan demikian, tentu saja tidak menguntungkan, bahkan seringkali dapat menyesatkan.
Misalnya kalau kita berbicara mengenai keberhasilan pembangunan. Setiap disiplin
mempunyai pengamatan yang berbeda, malahan dapat bertentangan.
Disiplin ekonomi mengatakan bahwa pembangunan nasional berhasil, karena ada
kenaikan Gross National Product (GNP).disiplin politik saling berbeda faham sendiri; yang
menyatakan berhasil mengajukan alasan mengenai tingkat kestabilan politik yang amat
mantap; yang menyatakan belum berhasil mengajukan argumen tentang terbatasnya saluran
politik. Disiplin sosiologi mengatakan berhasil, karena meningkatnya daya kreativitas rakyat.
Ketidaksamaan pandangan terhadap dunia yang sama, adalah konsekuensi yang tidak
bisa ditolak, karena cara pandang mereka terletak pada serpihan – serpihan. Oleh sebab itu,
kemudian timbul gejala untuk memperluas cakrawala cara pandang. Inilah yang lebih dikenai
dengan gerakan interdisipliner, yang hasilnya terbukti pada studi-studi mengenai Operations
Research, Cybernetics, System Engineering, Communications Sciences, dan Environmental
Sciences.
Menurut Schoderbek, batas dari gerakan interdisipliner adalah ilmu system. Catatan
Schoderbek, ilmu system bukanlah ilmu, melainkan ilmu yang ditempatkan sebagai satu
keseluruhan dalam satu studi yang bersifat menyeluruh.
Dalam pegantar bukunya Management System, Rusell L. Ackoff menulis bahwa
Perang Dunia II merupakan tanda bagi berakhirnya era budaya barat, yang melahirkan
renaissance Abad Mesin, dan mulai berlangsungnya era baru, era Abad Sistem. Era sistem ini
erat kaitannya perubahan-perubahan radikal dalam kehidupan dan penghidupan masyarakat.
Inilah apa yang oleh Alvin Toffler disebut sebagai the age discontinuity.
Siapa pun yang akan melakukan aktivitas sekarang, secara dini seharusnya telah
menyadari dua ciri situasi kini; kompleksitas dan interdepedensi. Dengan kata lain,
kompleksitas sesuatu hal semestinya dipecahkan secara sistematik. Pilihan-pilihan pemecahan
masalah sendiri diambil berdasarkan

80 ▪Administrasi public – teoiri dan aplikasi good governance


pertimbangan-pertimbangan interrelasi, konsekuensi, dan dampaknya. Berangkat dari alasan-
alasan seperti ini, kemudian Cleland dan King merumuskan system sebagai “satu
keseluruhan yang terorganisasi dan bersifat kompleks;satu kesatuan atau kombinasi dari
berbagai bagian yang membentuk keseluruhan yang kompleks dan utuh”.⁴
Nilai dari konsep system, menurut Cleland dan King, diperlihatkan oleh dua elemen
tugas manajemen. Pertama, ia bermaksud untuk mencapai efektivitas menyeluruh. Kedua,
manajemen harus diselenggarakan dalam lingkungan organisasional, yang pasti akan
melibatkan persoalan konflik tujuan.
Jadi, konsep system mendorong agar pemecahan masalah dilakukan dengan
mempertimbangkan semakin banyak aspek yang lekat dengan realitas.
Berpikir system berarti mengakui adanya berbagai segmen atau bagian yang masing-
masing mempunyai sasaran sendiri. Setiap organisasi pun sebenarnya dapat dicerna sebagai
satu system. Ia dilihat sebagai satu sosok yang didalamnya terdiri atas banyak bagian, dan
masing-masing bagian mempunyai sasaran yang tertentu pula. Seorang di level manajer, baru
berhasil mencapai sasaran dan tujuan organisasionalnya, jika ia mampu memandang
organisasinya sebagai satu system atau sebagai satu keseluruhan; memahami jalinan
hubungan dan tingkat interrelasi; serta mengintegrasikan seluruh unit atau bagian organisasi
dalam satu aktivitas yang memungkinkan tercapainya sasaran dan tujuan organisasi secara
efisien. Bertolak dari pemikiran semacam inilah, Cleland dan King, secara panjang lebar
membahas analisis system, tetapi hanya dipusatkan pada dua fungsi utama manajemen, yakni
perencanaan dan implementasi.
Sementara itu, bagi Kast dan Rosenzweig (Organization and Management: A System
Approach”⁵ teori system memberikan kerangka konseptual untuk mendekati teori organisasi
dan manajemen lingkungannya yang bersifat kompleks dan dinamis. Pemikiran system
merupakan upaya untuk menggambarkan perkaitan di antara sub-sub system, serta interrelasi
antara system dengan suprasistemnya.
Pemikiran system pun memberikan kemanfaatan dalam memahami aspek-aspek
sinergetik. Misalnya dalam system pembangunan nasional, prioritas diletakkan pada
pembangunan bidang ekonomi, tetapi secara jelas GBHN menyatakan bahwa pembangunan
ekonomi harus mampu mendorong pembangunan bidang-bidang atau sub-sub system
politik,social, budaya dan

––––––––––––––––––––––––––
4 David I. Cleand dan William R. king,systems Analisis and Projeck management, New York:me
graw hill inc., 1975
5 Fremont E. Kast, James E. Rosenzweig, Organization and management : a SistemsaApproach,
Tokyo: MC graw hill kogakusha, ltd., 1074.
bab 3 – Sistem Administrasi public Indonesia ▪ 81
hankam. Dengan demikian, pada dasarnya, berpikir system adalah suatu kerangka konseptual
untuk memahami gejala-gejala dan organisasi dengan semua kendala yang terkandung di
dalam lingkungan eksternalnya.⁶
Seringkali dipahami bahwa pendekatan system merupakan titik puncak dalam
perkembangan dunia keilmuan. Apalagi kalau menelan mentah – mentah pernyataan
Schoderbek mengenai era system. Sebenarnya, tidak ada niat sedikit pun dari para pendiri
gerakan ilmu system untuk menepikan sama sekali segala macam ilmu”tradisional” dan ilmu-
ilmu “humanistic”. Justru pendekatan system dapat dipandang sebagai pengayaan dalam
pemahaman masalah-masalah kemasyarakatan yang mempunyai skala liputan luas. Akhirnya
kita pun telah menyadari bahwa pendekatan system menawarkan alternate-alternatif yang
lebih efektif dalam ikhtiar untuk memerangi kemiskinan, kemelaratan, mengatasi masalah
pendidikan, kebutuhan tenaga kerja, pelestarian lingkungan hidup, dan sebagainya.
Sebenarnya akurasi pendekatan system diletakkan dalam kegunaan system, yang tidak hanya
menjamin pemecahan masalah kehidupan secara lebih baik, tetapi juga memungkinkan
manusia mengendalikan gejala social yang ada.
Dengan memandang yang semesta, Bulizuar Buyung⁷ menyatakan ada empat pilar
penyangga utamanya :
1. Organisme, yang menempatkan organisme di pusat kerangka konseptual.
2. Holisme, yang memandang setiap fenomena sebagai satu organisme yang memiliki
keteraturan, keterbukaan,swaregulasi dan teknologi, tetapi focus primernya ada pada
keseluruhan, bukan pada bagian-bagian.
3. Modeling, yang dilakukan membuat abstraksi fenomena yang diamati.
4. Pemahaman, yang berupa kesadaran bahwa kehidupan dalam system organisme
merupakan proses yang sinambung bahwa seseorang memperoleh pengetahuan
mengenai keseluruhan tidak dengan jalan mengobservasi bagian – bagian, tetapi
sebaliknya pengetahuan itu didapatkan melalui pengamatan terhadap keseluruhan
proses yang terjadi, dan bahwa apa yang diamati bukan fenomena/realitas itu sendiri,
melainkan lebih merupakan konsep pengamatan terhadap realitas.
Terkait masalah unsur system, pada umumnya yang dikenal adalah masukan (input),
proses (conversion), keluaran (output), dan umpan balik (feedback). Dalam hal ini,
kita bisa perhatikan gambar berikut :

–––––––––––––––––––––––
6 …., bahan peneratan: pedoman penghayatan dan pengalaman pancasila, undang-undang dasar 1945, garis garis besar
haluan Negara 1981

7 bulizuar buyung, Materi pokok sistem administrasi Negara Indonesia, penerbit karunia Jakarta universitas terbuka 1986

82 ▪Administrasi public – teoiri dan aplikasi good governance


Masukan Proses Keluaran

Umpan Balik

Gambar : Unsur sistem berdasarkan pola Schoderbek.

Selanjutnya, Schoderbek menunjukkan 10 karakteristik dari teori system, yang terdiri


atas; (1) interrelasi dan interdependensi, (2) holisme, (3) sasaran, (4) masukan dan keluaran,
(5) transformasi, (6) entropy, (7) regulasi, (8) hierarki,(9) diferensiasi, (10) equifinaliti.
Penjelasan singkat dari setiap karakteristik system tersebut, bisa dijabarkan sebagai
berikut :
1. Interrelasi dan interdependensi
Setiap system mempunyai berbagai elemen atau subsistem. Elemen –elemen
atau subsistem-subsistem ini akan saling berkaitan dan saling bergantung satu sama
lain. Apabila elemen-elemen atau subsistem – subsistem tidak saling berkaitan dan
berdiri sendiri, maka tidak akan pernah terbentuk sesuatu system.
2. Holisme
Setiap pendekatan system mengharuskan pengamatan dimulai dari
keseluruhan. Bukan mengamati setiap elemen atau subsistem satu demi satu. Sesuatu
elemen yang dipelajari tidak akan dipandang sebagai unit yang terpisah, sebaliknya
elemen tersebut dilihat dalam kaitan dan interdependensinya dengan keseluruhan
elemen system lainnya.
3. Sasaran
System mengakibatkan terjadinya interaksi antar elemen atau subsistem.
Sedangkan interaksi ini sendiri akan menghasilkan sesuatu keadaan yang
memungkinkan aktivitas- aktivitas dalam system mencapai tujuan yang telah
ditetukan.

bab 3 – Sistem Administrasi public Indonesia ▪ 83


4. Masukan dan keluaran
Semua system memerlukan masukan unuk mencapai tujuannya. Hanya dengan
masukan, sesuatu system itu bekerja. Disamping itu, semua sistem menghasilkan
keluaran yang diperlukan bagi system yang lain. Dalam satu system tertutup, masukan
– masukan telah ditentukan dan berlaku untuk seluruhnya. Sebaliknya, dalam system
terbuka terdapat kemungkinan ada tambahan masukan yang berasal dari
lingkungannya.
5. Transformasi
Semua system selalu mengubah masukan menjadi keluaran. Apa yang diterima
oleh system akan diolah sedemikian rupa, sehingga bentuk dari keluaran itu akan
berbeda dari bentuk awalnya.
6. Entropy
Semua system memiliki “batas kehidupan”. Ini terjadi bila dalam sesuatu
system ketidakteraturan mencapai puncak tertinggi dalam system kehidupan entropy
itu, berarti kematian. Sedangkan dalam organisasi formal, entropy itu berarti satu
kondisi disorganisasi.
7. Regulasi
Semua system menghendaki agar semua system yang paling berkait dan
bergantung diatur interaksinya dengan maksud semua tujuan system dapat tercapai.
Usaha-usaha yang dilakukan, misalnya dengan perencanaan dan kontrol.
8. Hierarki
Semua system secara keseluruhan terdiri atas subsistem-subsistem. Jaringan
yang mencakup seluruh subsistem dan subsistem yang paling kecil adalah hierarki.
9. Diferensiasi
Setiap elemen atau subsistem dari sesuatu system akan melaksanakan fungsi-
fungsi yang tertentu. Artinya, setiap elemen atau subsistem memiliki fungsi yang
berbeda dari fungsi yang dimiliki oleh subsistem yang lain.
10. Equifinaliti
Dalam system terbuka, sesuatu keadaan dapat dicapai dengan berbagai macam.
Artinya, sesuatu hasil dapat mempunyai sebab yang berbeda. Singkat kata, dalam
sesuatu system dikenal peribahasa:” Banyak jalan menuju Roma”.

Sistem Administrasi Publik


Hal pertama yang perlu selalu diingat jika kita membicarakan system

84 ▪Administrasi public – teoiri dan aplikasi good governance


administrasi public, adalah sifat public yang melekat pada istilah administrasi public. Hal ini,
dikarenakan sifat aktivitas dan pelayanan yang secara primer dipusatkan kepada public.
Administrasi public pun harus dipandang sebagai organisasi, yang mempunyai tujuan dan
aktivitas jelas. Pemikiran ini memudahkan kita untuk menerapkan esensi setiap system yang
terdiri atas struktur, fungsi dan lingkungan.
Freud W. Riggs (1961) menerjemahkan system administrasi public sebagai: “struktur
untuk mengalokasikan barang dan jasa dalam satu pemerintahan.”
Di negara – negara yang menganut faham pemisahan kekuasaan, kedudukan system
administrasi public amat jelas, karena dalam situasi demikian system administrasi public
berfungsi untuk melaksanakan apa saja yang telah diputuskan oleh lembaga-lembaga
legislative. Meskipun di dalam kenyataan, system administrasi public juga membuat
keputusan-keputusan dan pemberi masukan dalam perumusan atau formulasi kebijakan.
Dengan menggunakan pola system tersebut, maka system administrasi public adalah :
“system dari masukan, proses,keluaran, dan umpan balik”. Masukan bagi system administrasi
terdiri atas raw input dan environmental input. Atau kalau menggunakan pendapat
Schoderbek, input bagi system administrasi publik berasal dari serial input,ranom input, dan
portion input.
Serial input (masukan beruntun) adalah masukan yang merupakan hasil dari system
yang lain, yang dihubungkan secara berurutan. Masukan beruntun adalah masukan yang
paling mudah dikenali dan dipelajari. Peneliti secara mudah mengenali tidak adanya masukan
beruntun hanya dengan melihat lambannya gerakan dalam system. Misalnya, sebuah pabrik
yang proses produksinya berjalan hanya jika ada supply (penyediaan) energy listrik dari
subsistem yang lain, maka energy listrik tersebut merupakan masukan beruntun.
Randon input (masukan acak) menunjukkan masukan yang bersifat potensial bagi
sesuatu system. System harus menentukan keluaran – keluaran apakah yang disediakan oleh
system atau subsistem lain, yang kemudian akan menjadi masukannya. Masukan acak
mempunyai pengaruh yang besar terhadap terhadap kegiatan sesuatu system. Hal ini,
dikarenakan masukan acak akan menentukan tingkat efisiensi kegiatan system. Misalnya
bagian pembelian dari sebuah pabrik tekstil harus melakukan pembelian benang tenun. Oleh
karena dipasar terdapat begitu banyak penjual benang tenun (yang sebenarnya mempunyai
hak yang sama untuk dibeli), maka ia harus menentukan salah satu penjualnya. Penjual-
penjual benang tenun ini dapat dipandang sebagai masukan acak bagi pabrik tekstil itu.

bab 3 – Sistem Administrasi public Indonesia ▪ 85


Sedangkan portion input (masukan porsi) lebih tepat dikatakan sebagai umpan balik
(feedback), Karena masukan porsi adalah keluaran dari system yang kemudian akan dijadikan
masukan oleh system yang sama. Penggunaan masukan porsi akan ditentukan oleh luasnya
system. Bagi system administrasi public, masukan dapat dijabarkan sebagai kebutuhan yang
diperlukan bagi system administrasi public untuk dapat melaksanakan tugasnya guna
mencapai apa yang menjadi tujuan dan kepentingan – kepentingannya. Termasuk dalam
masukan, antara lain penghasilan negara, rekruitmen personalia, anggaran belanja, pola
perpajakan, administrasi fiskal.
Komponen kedua dari system administrasi public adalah proses. Proses ini kadang-
kadang dikenal dengan nama konversi atau transformasi. Dalam komponen kedua ini, system
administrasi public merupakan prosesor. Artinya, semua masukan di konversi atau diproses
menjadi keluaran. Namun banyak orang memandang bahwa proses konversi ini merupakan
balack-box.
Contoh paling gampang yang dimaksud dengan black – box adalah sebagai berikut;
satu iklan atau papan reklame sebesar gajah dipancang di pintu masuk kota. Papan ini
mereklamekan sebuah merk rokok. Kemudian ternyata anda mengisap rokok merk tersebut.
Apakah isapan tersebut karena iklan itu atau karena factor lain, tidak seorang pun yang tahu.
Ketidaktahuan mengenai apa yang terproses dalam diri anda itu, dapat dipandang sebagai
adanya “kotak hitam”.
Hal jelas adalah bahwa sebagai prossesor, system administrasi public tidaklah
sepenuhnya merupakan kotak hitam, karena banyak aktivitas di dalam proses konversi yang
dapat dideteksi. Pengubahan masukan menjadi keluaran dilakukan melalui
perencanaan,pengorganisasian,pengarahan,koordinasi, dan penganggaran. Begitu pula
terdapat kegiatan-kegiatan yang berupa komunikasi,pembuatan keputusan,dan latihan
misalnya. Tentu saja telah dipahami bahwa proses konversi akan berada berdasarkan liputan
wilayahnya; nasional,provinsi,kabupaten/kota,dan kecamatan. Proses konversi juga
dipengaruhi oleh siklus kenegaraan yang diperlukan. Ini terlihat dalam proses perencanaan
program pembangunan. Ada program jangka panjang,jangka lima tahunan, ada pula program
tahunan.
Komponen ketiga, yakni keluaran menunjukkan apa saja yang telah dihasilkan oleh
administrasi. Kalau kita bicara pembangunan, maka rencana pembangunan lima tahun
merupakan keluaran. Tetapi keluaran itu bisa juga berupa apa yang diberikan oleh system
administrasi public. Oleh karena itu, output secara makro dapat diliput dalam pengertian
pelayanan barang dan jasa. Ia bersifat fisik, seperti pembangunan gedung dan fasilitas
pendidikan, juga dapat berupa perilaku.
Perilaku administrasi yang terkontrol oleh system administrasi public

86 ▪Administrasi public – teoiri dan aplikasi good governance


adalah keluaran. Riggs (1961) memberikan contoh sederhana. Keluaran yang berupa barang,
terlihat mulai dari pemasaran rokok dan garam sampai dengan pemasaran batu bara dan
pembangunan pabrik pesawat udara. Sedangkan keluaran yang berupa jasa ditampilkan mulai
dari pelayanan pos dan pengajaran sekolah sampai dengan pembakuan
timbangan,pengawasan daging dan pemantapan nilai rupiah.

Ekologi Administrasi
Pada dasarnya, masukan-proses-keluaran dari system administrasi public sebagai
sesuatu yang mandiri sepenuhnya. Dalam keseluruhan ia dipengaruhi oleh factor lingkungan.
Komponen system yang pertama, yaitu masukan, tidak terelakkan akan adanya pengaruh-
pengaruh yang berasal dari system ekonomi,politik,social,ideology, dan komunikasi.
Pengaruh itu sendiri bersifat interaksi. Artinya, ada kondisi saling mempengaruhi antara
system administrasi public dengan system-sistem lain.
Sekiranya system – system di luar system administrasi public dapat dipandang sebagai
lingkungan atau batas system, maka upaya yang dilakukan untuk mengkaji hubungan timbal
balik antara system administrasi dengan lingkungannya seringkali dikatakan sebagai studi
ekologi dalam administrasi public.
Perhatian yang dicurahkan terhadap faktor lingkungan sebenarnya merupakan koreksi
terhadap pandangan yang menyatakan bahwa pranata – pranata administrasi public dianggap
sebagai benda –benda berwujud yang dapat dipindahkan ke sana ke mari, tanpa
mengindahkan lingkungan sekeliling yang menumbuhkan pranata tersebut.
Istilah ekologi oleh administrasi public diartikan sebagai “suatu studi yang mengamati
hubungan timbal-balik antara administrasi publik dengan lingkungannya”. Dalam praktik
hidup sehari-hari, istilah ekologi dan lingkungan (environmental) mempunyai pengertian yang
seringkali berbeda dengan apa yang berlaku dalam administrasi. Misalnya dalam ilmu
wilayah dikenal dua macam system, yaitu ecosystem dan social-system. Sedangkan dalam
pandangan administrasi, system social merupakan bagian dari ekosistem. Oleh karena itu,
lebih tepat untuk merumuskan istikah ekologi dari formula yang diberikan oleh biologi,
tempat itu sendiri berasal.
Seperti yang ditulis oleh Pamudji⁸, ekologi adalah : “suatu cabang biologi yang
mengamati / meneliti hubungan organisme hidup dengan lingkungannya”. Kebutuhan
terhadap studi ekologi didasarkan pada pemikiran bahwa kehidupan manusia dipengaruhi
oleh alam, dan sebaliknya alam

–––––––––––––––––––––––––
8 S. pamudji, Ekologi Administrasi begara, Jakarta, yayasan karya dharma IIP, 1974.
bab 3 – Sistem Administrasi public Indonesia ▪ 87
dipengaruhi oleh kehidupan manusia. Oleh karena itu, terdapat hubungan timbal-balik
antara administrasi public dengan lingkungannya (environtment). Lingkungan dimaksud
adalah sebagai “keadaan sekitar yang meliputi hidup, yang mempunyai berbagai macam
factor”. Factor – factor ini kemudian dinamakan sebagai factor lingkungan hidup atau
environmental factors.
Dari berbagai definisi ekologi tersebut, terkandung tiga tema pokok, yaitu :
interdependensi,limitasi dan kompleksitas.
Seorang ahli yang bisa dikatakan sebagai pelopor penggunaan pendekatan ekologis
dalam administrasi public adalah Robert Dahl. Kurang lebih setengah abad yang lalu, Dahl
mencanangkan perlunya studi ekologi. Ia terkenal berkat tiga argumennya mengenai
hubungan antara lingkungan social dengan administrasi public.
Pandangan Dahl terlihat maknanya, pada saat orang membahas persoalan pelaksanaan
program-program bantuan teknis yang disalurkan oleh sesuatu negara kepada negara lain.
Tidak setiap prinsip administrasi yang sukses disebuah negara, dapat begitu saja
dialihterapkan di negara – negara lain. Mereka yang bersikap arif akan berusaha untuk
membersihkan prinsip-prinsip yang hendak diambil dari warna lingkungan asalnya, sebelum
diterapkan.
Dalam sebuah buku yang mencantumkan satu model teoritis dan enam studi kasus,
terutama dipandang sebagai karya yang mempopulerkan perbandingan administrasi public
dalam masyarakat akademi, terlihat adanya pendapat yang mendukung argumen Dahl. Buku
yang disunting oleh William J. Siffin dibawah judul Toward the Comparative Study Of
Public Administration ini, secara terang-terangan menyatakan ketidakmungkinan untuk
mengabaikan pertalian antara administrasi public dengan lingkungan sosialnya.
Studi ekologi dalam administrasi publik dapat dipandang sebagai usaha – usaha yang
dibuat untuk mencoba menjelaskan hubungan timbal balik antara administrasi publik dengan
lingkungannya.
Menurut Farrel Heady (1966), secara praktis studi ekologi meletakkan birokrasi
sebagai inti dari spiral system social. Lingkungan birokrasi terdiri atas beberapa lapisan yang
melingkarinya. Lapisan yang paling luar adalah system social. Lapisan yang di tengah adalah
system ekonomi atau aspek ekonomi dari system social. Sedangkan lapisan yang paling dalam
adalah system politik, yang mencakup subsistem administrasi, dengan birokrasi sebagai inti
atau pusatnya.
Telaah terhadap negara-negara yang sedang berkembang, menurut Riggs, sebaiknya
menggunakan pendekatan ekologi, karena dengan pendekatan ekologi dapat diperoleh
kejelasan hubungan interaktif antara system administrasi dengan lingkungannya.

88 ▪Administrasi public – teoiri dan aplikasi good governance


Di negara-negara yang proses pemisahan kekuasaan, spesialis dan otonomi belum
menyentuh administrasi, mustahil memperbincangkan administrasi tanpa memperhatikan
konteks sosialnya. Buktinya dapat dicari pada besarnya pengaruh struktur social misalnya,
kepada administrasi. Atau pun kita dapat melihat bagaimana konsep efisiensi diimplementasi
secara berbeda-beda di banyak negara. Perbedaan itu muncul semata-mata karena persepsi
sosialnya yang memang benar-benar berbeda.
Jadi, di negara – negara yang sedang berkembang, administrasi hanya dapat dicerna
sebagai aspek yang tidak terpisahkan dari totalitas system sebagai tempat hidupnya.
Pemahaman semacam inilah yang membantu untuk mengerti politik dan administrasi secara
ekologis. Artinya, telah dipahami adanya hubungan antara factor – factor non administrasi
dengan administrasi.
Telah lama diketahui bahwa studi administrasi memusatkan perhatian kepada dimensi
ekologi dari pembangunan pada umumnya dan administrasi pada khususnya. Tetapi dalam
kaitannya dengan pembahasan mengenai program pembangunan, banyak kalangan yang
menepikan peranan dan pengaruh administrasi. Sebaliknya, kebanyakan ahli administrasi
tidak dapat pernah membayangkan bagaimana jadinya keadaan kehidupan manusia,
seandainya tidak ada administrasi.
Prof. Charles A. Beard secara tegas menyatakan bahwa administrasi merupakan
satu-satunya kunci pembentukan masyarakat modern.
Dengan perkembangan teknologi komunikasi, dunia terasa semakin sempit. Batas –
batas nasional suatu negara, jika tidak hamper semua negara, menjadi kabur. Betapa
mudahnya orang berpergian dari satu negara ke negara lain. Bersamaan dengan itu, tumbuh
suatu kesadaran bahwa setiap negara yang berikhtiar untuk melakukan peningkatan
kesejahteraan rakyatnya, tidak mungkin tanpa kerjasama dengan negara-negara lain. Apalagi
bagi negara – negara yang sedang berkembang.
Sejarah telah lama menyaksikan intensitasprogram –program kerjasama, baik yang
bersifat bilateral maupun multilateral. Studi perbandingan administrasi publik memberikan
pngetahuan yang berharga mengenai hal ini. Pengalaman masa lalu menunjukkan bahwa
kegagalan dalam program bantuan teknis seringkali karena tidak disadari adanya pertalian
pelaksanaan program dengan lingkungan budaya penerimanya. Dalam skala luas, studi
ekologi membantu untuk mengembangkan administrasi publik yang sesuai dengan
lingkungannya.
Tentang jenis-jenis factor lingkungan, di antara para ahli terdapat perbedaan pendapat.
John M. Gaus menyebutkan faktor – faktor lingkungan yang terdiri atas

bab 3 – Sistem Administrasi public Indonesia ▪ 89


penduduk, tempat,teknologi fisik dan sosial, ide dan harapan, kepribadian dan rencana.
Sedangkan Fred W. Riggs (1961) mengemukakan lima faktor lingkungan, yaitu
ekonomi, stuktur social, pola – pola komunikasi, kerangka ideology, dan system politik.
Secara khusus Felix A. Nigro (1977) membahas perubahan-perubahan dalam
lingkungan sosial dan fisik di Amerika Serikat serta pengaruhnya terhadap administrasi
publik. Penulis buku Modern Public Administration ini menyebutkan empat faktor
lingkungan administrasi negara, yang terdiri atas :
1. Perubahan penduduk;
2. Perkembangan dalam teknologi fisik;
3. Perkembangan dalam penemuan sosial;
4. Lingkungan ideologis.

Menurut Nigro, wilayah perhatian utama pemerintah, selama pertengahan tahun 70-
an, diletakkan pada bidang pelestarian lingkungan, pencegahan masyarakat dari krisis energy,
inflasi dan resesi. Usaha – usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup
dimaksudkan antara lain untuk menghilangkan kecemasan publik terhadap pencemaran udara,
air, dan segala bentuk polusi lainnya. Memang tidak semua problema ini dapat diliput oleh
kebijakan publik. Selama tidak ada keselarasan pandangan dan nilai, pejabat – pejabat publik
selalunditunutut untuk membuat pemecahan masalah dan bersama dengan itu mereka harus
mengadministrasikan program – program yang diperlukan bagi masyarakat.
Administrasi bukanlah semata – mata persoalan teknik, prosedur, dan mekanik, yang
dapat dipindah – pindahkan semaunya. Dengan kata lain, administrasi publik lebih dari
sekadar mengetahui bagaimana mengorganisasi, mendelegasi dan mengkoordinasi.
Kita seharusnya mengakui adanya dua wajah administrasi publik, yaitu : Pertama,
administrasi berarti mengetahui sesuatu bidang amat khusus, yang kadang – kadang
merupakan spesialisasi tingkat tinggi, seperti eksplorasi ruang angkasa dan populasi ampas
atom.
Kedua, administrasi diartikan sebagai mengetahui bagaimana mengorganisasi dan
mengkoordinasi usaha-usaha pihak lain. Bagi kebanyakan administrator, jika tidak
seluruhnya, tes efektivitasnya adalah tingkat kemampuannya untuk mengikat kedua tuntutan
tersebut dalam bentuk yang berdaya guna. Sering administrasi publik dianggap sebagai
instrumen bagi pemecahan masalah – masalah nasional.
Studi ekologi dalam administrasi publik sebenarnya indah didengar, tetapi paling sulit
untuk secara nyata dijalnkan. Kesulitan itu, pertama,

90 ▪Administrasi public – teoiri dan aplikasi good governance


dikarenakan tidak banyak datum yang dapat mendemonstrasikan pengaruh nyata
lingkungan terhadap administrasi. Meskipun cara pandang ekologi mungkin dapat
mengantarkan seseorang untuk mengakui bahwa, “Kita dapat memahami administrasi publik
kita sendiri secara lebih baik, melalui analisis ekologi”. Ia menuntut kesungguhan untuk
benar-benar memerhatikan geografi, sejarah,agama,struktur sosial,dan sebagainya.
Tetapi, seperti ditulis Riggs (1961), analisis ekologi seringkali gagal untuk
menceritakan kepada kita, bagaimana dan apa pengaruh nyata dari faktor geografi atau sejarah
atau struktur sosial terhadap system administrasi. Belum lagi dipertanyakan: Bagaimanakah
bentuk – bentuk hubungan interaksi antara administrasi dan lingkungannya, yang sesuai
dengan tahap – tahap pembangunan?
Boleh jadi uraian yang sangat singkat dari Ferrel Heady mengenai developing-
developed countries dan political system cukup informasi untuk menjawab pertanyaan
tersebut.
Begitu pula karya Emil Salim Masalah Pembangunan Ekonomi Indonesia.⁹
cendekiawan yang juga dikenal sebagai tokoh dan aktivitas gerakan pelestarian lingkungan
hidup ini, dalam bukunya itu telah mencoba menjelaskan peranan dan pengaruh administrasi
dalam kemajuan dan perkembangan ekonomi di Indonesia. Secara ideal, memang diperlukan
uraian yang mendalam mengenai proses dan interaksi lingkungan dan administrasi. Bukan
hanya uraian-uraian singkat. Kalau begini terus keadaanya, maka pertanyaan Peter Blau tidak
akan pernah terjawab, karena “kita tahu jawaban dari pertanyaan – pertanyaan ini, meskipun
sebagian penelitian menyajikan hasil-hasil yang merangsang untuk melibatkan diri pada studi
interkoneksi antara faktor-faktor organisasional dengan perubahan –perubahan sosial.’
Kesulitan kedua dalam studi ekologi terletak pada kenyataan bahwa sistem-sistem
administrasi hidup dalam kerangka kultur yang sangat berbeda. Sedangkan studi ekologi
memerlukan pemahaman yang tidak sekadar dengan mengetahui administrasi publik,
melainkan dituntut pula pemahaman yang sama luasnya mengenai proses politik, ekonomi,
sosiologi,psikologi dan sebagainya.
Banyak soal yang layak dijawab melalui studi ekologi, seperti hubungan system
keluarga batih,nepotisme, fatalism budaya terhadap pengambilan keputusan, pengaruh
ekonomi agrarian terhadap tingkat sentralisasi dan sistem administrasi, hubungan antara
sosialisasi dan legitimasi otorita, dan seterusnya.
Sadar pada lekatnya administrasi publik dengan lingkungan budayanya,

––––––––––––––––––––
9. Emil salim, masalah pembangunan ekonomi Indonesia, Jakarta: lembaga penerbit fakultas ekonomi
universitas diponogoro, 1974

bab 3 – Sistem Administrasi public Indonesia ▪ 91


Nimrod Raphaeli, mencontohkan, “Tidak seorang pun mampu menjelajahi administrasi
publik yang berlaku di Timur Tengah misalnya, tanpa memahami warisan islam, budaya,
struktur sosial, serta faktor kondisi geofisiknya.”
Sementara itu, retorika Riggs berulang – ulang kali menyodorkan pertanyaan :
“Apakah prinsip – prinsip administrasi publik relevan dengan problema manajemen dari
perintis Afrika, Cosa Nostra di Amerika, birokrasi bawah tanah Viet Cong, dan kebutuhan
untuk menyelenggarakan program memerangi kemiskinan dan kelaparan? Tidak ada satu pun
jawaban yang mudah tersajikan. Tetapi tetap ada keperluan untuk mengembangkan konteks
administrasi publik”.

Wawasan Nusantara
Coba kita buka kembali peta Indonesia. Di sana terlukis hamparan zamrud di khatulistiwa,
dengan lebih dari 13.000 pulau. Negeri yang dijuluki sebagai The Melting Pot in Asia ini
memiliki 450 suku bangsa. Dalam kacamata wawasan nusantara, semuanya itu dicerna dalam
prinsip kesatuan. Keseluruhan wilayah Indonesia, lengkap dengan seluruh isinya dipandang
sebagai suatu kesatuan. Dalam pembangunan nasional, wawasan nusantara mencakup
perwujudan kepulauan nusantara satu kesatuan politik, sosial budaya, ekonomi, dan
pertahanan keamanan.
Pastinya, setiap bangsa mempunyai cita-cita. Cita – cita inilah yang memberi gairah
hidup serta memberi arah dalam menentukan tujuan – tujuan yang akan dicapai. Cita – cita
bangsa Indonesia tercatat dalam alinea ke dua Pembukaan UUD 1945, yang mengandung
pengertian bahwa kemerdekaan bukanlah tujuan akhir perjuangan bangsa, melainkan
merupakan alat untuk mewujudkan negara Indonesia yang bersatu, berdaulat, adil dan
makmur.
Berdasarkan cita – cita itu, ditentukan tujuan tujuan bangsa Indonesia yang secara
ringkas dapat dinyatakan sebagai berikut¹⁰:
a. Membentuk negara kesatuan Republik Indonesia yang melindungi bangsa dan tanah
air (pendekatan keamanan);
b. Menyelenggarakan masyarakat yang adil dan makmur (pendekatan kesejahteraan);
c. Ikut serta di dalam menciptakan ketertiban dan perdamaian dunia.

Berbagai faktor mempengaruhi perwujudan cita cita dan tujuan tujuan nasional. Tiga
faktor penting yang harus diperhatikan, yaitu kondisi geografis negara, manusia, dan
lingkungannya.

10 Lembaga Pertanahan Keamanan Nasional, Kewirausahaan untuk mahasiswa, Jakarta :Gramedia, 1983.

92 ▪Administrasi public – teoiri dan aplikasi good governance


Wilayah Republik Indonesia cukup luas dan terdiri atas belasan ribu pulau, dikelilingi
oleh lautan dan benua benua. Penduduknya padat, terdiri atas bermacam macam suku bangsa
yang adat istiadatnya sangat beragam. Keadaan itu, pada satu pihak memang menguntungkan,
tetapi sekaligus merupakan sumber ancaman bagi persatuan dan kesatuan bangsa.

Perairan luas di sekelilingi dan di antara pulau – pulau merupakan titik rawan ditinjau
dari segi politik, ekonomi, sosial budaya, maupun pertahanan keamanan.

Penduduk yang padat dan terdiri atas bermacam – macam suku bangsa/golongan dapat
merupakan sumber keresahan dan pertentangan, terlebih jika ada kekuatan yang
menggunakannya. Karena itu, Bangsa Indonesia harus memiliki suatu wawasan nasional yang
dapat dijadikan landasan dan pedoman dalam mencapai tujuan nasionalnya.

Wawasan nasional merupakan cara pandang suatu bangsa tentang diri dan
lingkungannya. Wawasan ini merupakan penjabaran dari falsafah bangsa sesuai dengan
keadaan geografis suatu negara serta sejarah yang dialaminya. Wawasan ini menentukan¹¹:
a. Bagaimana bangsa itu memanfaatkan kondisi geografis, sejarah,serta kondisi
sosial budayanya dalam mencapai cita cita dan menjamin kepentingan
nasionalnya.
b. Bagaimana bangsa itu memandang diri dan lingkungannya.
Dengan demikian, wawasan nasional tersebut menjadi sumber utama dan landasan
yang kuat dalam menyelenggarakan kehidupan nasional.
Bagi bangsa Indonesia, wawasan yang sesuai dengan falsafah serta kondisi geografis
dan sosial budayanya ialah Wawasan Nusantara. Sebagai Wawasan nasional bangsa
Indonesia, Wawasan Nusantara dapat diberi pengertian:” Cara pandang Bangsa Indonesia
tentang diri dan lingkungannya sesuai dengan idea nasionalnya, yaitu Pancasila dan UUD
1945, sebagai aspirasi suatu bangsa yang merdeka,berdaulat,dan bermartabat di tengah tengah
lingkungannya yang menjiwai tindak kebijakan dalam mencapai tujuan perjuangan bangsa”.¹²
Dari pengertian tersebut, jelaslah bahwa Wawasan Nusantara pada hakikatnya
merupakan perwujudan Pancasila. Karena Pancasila merupakan kesatuan yang bulat dan utuh
serta mengandung paham keseimbangan,keselarasan,dan keserasian, maka Wawasan
Nusantara mengarah kepada terwujudnya kesatuan dan keserasian dalam bidang bidang
politik,ekonomi,sosial budaya, dan pertahanan keamanan.

11 St. Munadjat Danusaputro, Wawasan nusantara, bandung, alumni, 1979

12 Adi sumardiman,dkk., Wawasan nusantara, Jakarta: Surya Indah, 1982

bab 3 – Sistem Administrasi public Indonesia ▪ 93


Tujuan Wawasan Nusantara sebagai wawasan nasional dengan sendirinya harus sesuai
dan tidak boleh menyimpang dari tujuan nasional. Secara ringkas, tujuan nasional Bangsa
Indonesia ialah membentuk masyarakat adil dan makmur. Tujuan Wawasan Nusantara ialah
mewujudkan kesejahteraan dan ketenteraman bagi Bangsa Indonesia, ikut serta dalam
mewujudkan kebahagiaan dan perdamaian bagi seluruh manusia.
Jika diuraikan lebih lanjut, tujuan tersebut meliputi tujuan yang diarahkan ke dalam
dan yang diarahkan ke luar.¹ᶾ Ke dalam, Wawasan Nusantara bertujuan untuk mewujudkan
kesatuan dalam segenap aspek kehidupan nasional, baik aspek alamiah maupun aspek sosial.
Aspek alamiah mencakup :
a. Gatra letak geografis pada posisi silang;
b. Gatra keadaan dan kekayaan alam;
c. Gatra keadaan dan kemampuan penduduk.
Aspek sosial mencakup :
a. Gatra ideology;
b. Gatra politik;
c. Gatra ekonomi;
d. Gatra sosial budaya;
e. Gatra pertahanan keamanan.

Tujuan Wawasan Nusantara ke luar, ialah turut serta mewujudkan kebahagiaan,


ketertiban, dan perdamaian bagi seluruh manusia.
Dengan demikian, dapat dikatakan sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945,
Wawasan Nusantara tidak hanya memperhatikan kepentingan nasional sendiri, melainkan
juga ikut bertanggungjawab dalam memperhatikan lingkungan serta membina ketertiban dan
perdamaian dunia.
Secara konstitusional, Wawasan Nusantara dikukuhkan dengan Ketetapan MPR
Nomor IV/MPR/1973, Tap MPR Nomor IV/MPR/1978, dan Tap MPR Nomor II/MPR/1983
Bab II dibawah huruf E dan berbunyi sebagai berikut : Wawasan untuk mencapai tujuan
pembangunan nasional adalah Wawasan Nusantara yang mencakup:¹⁴
1. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu Kesatuan Politik, mempunyai arti :
a. Bahwa kebulatan wilayah nasional dengan segala isi dan kekayaannya meupakan satu
kesatuan wilayah, wadah,ruang hidup, dan kesatuan matra seluruh bangsa, serta
menjadi modal dan milik bersama bangsa.

13…., implemantasi Wawasan Nusantara, 1982.

14…., UUd 1945,P4, GBHN (Tap NO:II/mpr/1983,Direktorat Jendral Pendidikan tinggi Departemen Pendidikan
dan kebudayaan ,Jakarta , 1984)

94 ▪Administrasi public – teoiri dan aplikasi good governance


b. Bahwa bangsa Indonesia yang terdiri atasberbagai suku dan berbicara dalam berbagi
bahasa daerah, memeluk dan meyakini berbagai agama dan kepercayaan
terhadapTuhan Yang Mahaesa harus merupakan satu kesatuan bangsa yang bulat
dalam arti yang seluas luasnya.
c. Bahwa secara psikologis, bangsa Indonesia harus merasa satu, senasib
sepenanggungan, bangsa dan setanah air, serta mempunyai satu tekad di dalam
mencapai cita cita bangsa.
d. Bahwa pancasila adalah satu satunya falsafah serta ideology bangsa dan negara, yang
melandasi, membimbing, dan mengarahkan bangsa menuju tujuanya.
e. Bahwa seluruh kepulauan merupakan kesatuan hukum, dalam arti bahwa hanya ada
satu hukum nasional yang mengabdi kepada kepentingan nasional.
2. Perwujudan nusantara sebagai satu kesatuan sosial dan budaya, mempunyai arti:
a. Bahwa masyarakat Indonesia adalah satu, perikehidupan bangsa harus merupakan
kehidupan yang serasi dengan terdapat tingkat kemajuan masyarakat yang sama,
merata, dan seimbang, seta adanya keselarasan kehidupan yang sesuai dengan
kemajuan bangsa.
b. Bahwa budaya Indonesia pada hakikatnya adalah satu, sedangkan corak ragam budaya
yang ada menggambarkan kekayaan budaya yang menjadi kodan dan landasan
pengembangan budaya bangsa seluruhnya, yang hasil hasilna dapat dinikmati oleh
seluruh bangsa Indonesia.
3. Perwujudan kepulauan nusantara sebagai sati kesatuan ekoomi, mempunyai arti:
a. Bahwa kekayaan wilayah nusantara, baik potensial maupun efektif, adalah modal dan
milik bersasama bangsa, dan bahwa keperluan hidup sehari hari harus tersetia merata
di seluruh wilayah tanah air.
b. Tingkat perkembanga ekonomi harus serasi dan seimbang di seluruh daerah, tanpa
meninggalkan ciri ciri khas yang dimiliki oleh daerah daerah dalam mengembangkan
ekoniminya.
4. Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan pertahanan dan keamanan,
mempunyai arti:
a. Bahwa ancaman terhadap satu daerah pada hakikatnya merupakan ancaman bagi
seluruh bangsa dan negara.

bab 3 – Sistem Administrasi public Indonesia ▪ 95


b. Bahwa tiap tiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama di dalam
pembelaan negara.

Kita patut bersyukur, dengan ditetapkan rumusan wawasan nusantara sebagai


ketetapan MPR, maka wawasan nusantara memiliki kekauatan hukum yang mengikat semua
penyelenggara negara, semia lembaga kenegaraan dan kemsyarakatan, serta semua warga
negara Indonesia. Ini berarti, setiap rumusan kebijakan dan perencanaan pembangunan
nasional mencemirkan ayat ayat rumusan wawasan nusantara.
Sehubungan denga hal tersebut, perlu dikemukan bahwa pembangunan nasional
bertujuan untuk meuwudkan:
1. Masyarakat adil makmur berdasarkan pancasila.
2. Dalam wadah negara kesatuan republic Indonesia,
3. Dalam suasana perehidupan yang tentram, tertib, serta dinamis.
4. Dalam pergaulan dunia yang damai.
Dalam upaya mencapai cita-cita dan tujuan nasionalnya, bangsa Indonesia
menghadapi berbagai ancaman, hambatan, dan gangguan. Agar dapat mengatasinya, bangsa
Indonesia harus memiliki kemampuan, keuletan, dan daya tahan tyang dinamakn ketahanan
nasional. Ketahanan nasional itu harus disusun, dikembangkan, dan dibina berdasarkan
wawasan nusantara.
Berbagai ancaman yang akan membahayakan keselamatan negara dan bangsa, sebagai
brsumumber pada kondisi dan posisi negara Indonesia pada jalan silang dunia.
Unsur-Unsur Dasar Wawasan Nusantara
Sebagai gejala sosial yang dinamis, dinyaakan Sabarti Akhadiah, dkk15. Wawasan
nusantara mengandung tiga unsur pokok, yaitu wadah, isi, dan tatalku:

1. Wadah
Wawasan nusantara mewujudkan diri dalam bentuk nusantara yang manunggal secara
bulat dan utuh. Untuk membicarakan bentuk ini perlu dikemukakan asas archipelago
atau asa nusantara, pengertian nusantara ini harus di bedakan diri rangkaian pal palu.
Menurut pengertian klasik, nusantara adalah lautan yang diseraki pulau pulau, yang
berarti bahwa unsur pokoknya ialah laut/air bukan daratannya.
Indonesia mengartikan nusantara sebagai satu kesatuan utuh wilayah

–––––––––––––––––

15 Sabarti Akhadiah,Kol.(Pur) Suyatmo Razidun, Brigjen (pur.) T. Suwandi, Materi Pendidikan Kewiraan,
Penerbit karunika Jakarta, Universitas terbuka, 1986

96 ▪Administrasi public – teoiri dan aplikasi good governance


yang batasnya ditentukan oleh lautan yang di dalamnya diseraki palau palau dan
gugasan pulau pulau.
Dapatlah dikatakan bahwa :
a. Ke dalam, nusantara itu menujukan sifat dan ciri sebagai kesauan wilayah laut
dengan pulau pulau dan gugusan pulau pulau di dalamnya, yang unsur unsurnya
merupakan kesatuan yang bulat.
b. Ke luar, karena letaknya di antara dua benua dan dua samudra, sehingga berada di
persimpangan jalan, menunjukkan sifat dan ciri sebagai posisi silang yang
memberikan wujud tersendiri.
Posisi silang tersebut ternyata memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap
kehidupan sosial bangsa indonesi, yaitu :
a. Posisi silang menyebabkan nusantara menjadi listasan pengaruh sosial budaya dari
bangsa Indonesia terhadap pengaruh luar dan kemampuan adaptasinya yang masih
rendah, pengaruh pengaruh itu masuk tanpa saringan.
b. Hubungan antar bangsa belalu dilandasi kepentingan negara masing masing. Bila
salah satu negara merasa kepentinganya terancam, maka negara yang bersangkutan
akan mengambil langkah apa saja untuk membela kepentingan nasionalna, tidak
pedul apakan langkah itu akan menimbulkan korban di pihak lain. Yimbullah
keterangan antar bangsa. Nusantara yang terletak pada posisi silang itu, secara
langusung atau tidak langsung, akan menerima akibatnya. Hal ini akan menggangu
dan merugikan pembangunan bangsa.
c. Negara-negara besar berusaha menanamkan pengaruhnya di bidang politik dan
ideologi. Kalau ini terjadi, maka akan pecahlah kesatuan dan persatuan
politik/ideology nasional. Kita pernah mengalami hal itu.
d. Kekayaan yang melimpah ,tenaga kerja yang banyak dan murah, pasaran yang luas
bagi hasil indrustri modrn, bagi negara negara tertentu merupakan daya Tarik, bagi
bangsa Indonesia juga merupakan salah satu subner ancaman.
Sehubungan dengan konsekuensi negatife seperti itu, agar dapat mempertambahkan
kelangsungan hidupnya, bangsa Indonesia harus ukupkuat lahir dan batin dan harus
dapat bersikap bebas katik. Ini berarti, bangsa Indonesia harus memiliki kemampuan
untuk berhubungan dengan segala kakuatan yang melintasinya, dengan syarat bahwa
hubungan itu tidak boleh membahayakan keselamatan dirinya.
Sifat pokok wawasan nusantara ialah kesatuan dan persatuan di bidang :
1)wilayah, 2) bangsa, 3)ideologi, 4)politik, 5)ekonomi, 6)sosial, 7)budaya,
8)psikologi,

bab 3 – Sistem Administrasi public Indonesia ▪ 97


dan 9)pertahanan keamanan.
Di samping itu, wawasan nusantara harus berkeseimbangan. Artinya, berimbang anara
duni akhirat, antara jiwa pikiran, antaramental-spiritual, serta antara perkehidupan darat, laut,
dan udara.
Tara organisasi negara Indonesia tercantum dalam UUD 1945, yang menyangkut
bentuk dan kedaulatan negara, kekuasaan pemerintah, system pemerintahan, dan system
perwakilan.
Agar tujuan nasional tercapai, diperlukan adarepatur negara, kesadaran politik dan
kesadaran bernegara, pers, dan paratisipasi rakyat.

2 isi
Cita-cita wawasan nusantara, sesuai dengan cita cita bangsa Indonesia yang
dirumuskan dalam pembukaan UUD 1945. Berdasarkan kesadaran pada letak negara pada
posisi silang, wawasan nusantara bertunjukan untuk mewujudkan kesejahteraan, ketentraman,
dan keamanan bagi seluruh bangsa serta turut mewujudkan kebahagiaan dan perdamaian bagi
seluru umat manusia.
Wawasan nusantara bertujuan mewujudkan kesatuan di dalam semua aspek kehidupan
nasiaonal, baikyang alamiah maupun yang sosial.
Selanjutnya, kesatuan dan persatuan itu harus dilaksanakan secara serasi dan
seimbang, sesuai dengan makna Bhineka Tunggal ika, yang merupakan ciri khas dari falsafah
pancasila. Selain daripada itu, wawasan nusantara harus dapat menciptakan suatu kesatuan
nusantara dan bangsa Indonesia ang utuh dan bulat, tidak terpecah-pecah oleh kekuatan apa
pun. Ha-hal tersebut menunjukkan bahwa wawasan nusantara memiliki sifat manunggal seta
utuh menyeluruh.
Cara kerja wawasan nusantara berpedoman pada pancasila sebagai kebulatan.
Pandangan hidup bangsa Indonesia. Sementara itu, UUD 1945 memberikan arah mengenai
cara mengendalikan hidup bermasyarakat serta cara penetapan hak/kewajiban asasi warga
negara. Di dalam pancasila sebenarnya telah terkandung cita,cita asas-asas, nilai-nilai, serta
cara kerja system mawas lingkungan hidup bangsa yang disebut wawasan nusantara.
Dalam menghadapi pengaruh yang datang dari luar, bangsa Indonesia hendaknya
selektif dengan tetap berpedoman pada pancasila. Ini berarti bahwa bangsa Indonesia harus
memiliki kemampuan mawas diri dan olah budi.
Kemampuan mawas diri ini di perlukan, karena dewasa ini orang kebih cenderung
menitikberatkan kehiduan pada segi material, ingin cepat menikmati hasil jerih payah, dan
kurang menyadari bahwa hasil tersebut hanya memberikan kepuasan lahiriah. Kemampuan
mawas diri berguna untuk

98 ▪Administrasi public – teoiri dan aplikasi good governance


mengatasi dan melawan kekalutan dan kekacauan yang timbul sebagai dampak negaitf
pembangunan. Dalam hal ini, bangsa Indonesia harus selalu berpeganga pada pandangan
hidup dan falsafah bangsa. Ini berarti, bangsa Indonesia baik sebagai individu maupun
sebagai warga masyarakat, harus memahami nilai nilai yang terkandun dalam falsafah
tersebut, serta bertekad menerapkan/melaksanakanya dalam kehidupan sehari bari.
Pelaksanaan falsafah sebuah bangsa menyangkut:
1. Pelaksanaan objektif, yaitu penggunaan falsafah sebagau sumber hukum dan sebagai
dasar penyelenggaraan negara.
2. Pelaksanaan subyekif, yaitu penggunaan flsafah sebagai dasar dan penuntun tindakan
dalam kehidupan sehari hari.

3. Tatalaku
Unsur tatalaku wawasan nusantara dapat dibedakan sebagai tatalaku batiniah dan tatalaku
lahiriah. Tatalaku batiniah berwujud sebagai landasan falsafah dan sikap mental bangsa yang
tumbuh sesuai dengan kondisi dalam proses pertumbuhan hidupnya serta di pengaruhi oleh
kondisi lingkungan hidupny, tatakaku lahirnya terlihat pada tatalaksana yang mencakup tata
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.

Tatalaku tersebut yang berupa penerapan undangan undangan dasar 1945 berasarkan
wawasan nusantara melagirkan ketahanan nasional yang tangguh.

Baik letak/kondisi geografis maupun perubahan yang kerapkali memberikan dampak


negative terhadap kehuidupan. Perkenalan dengan kebudayaan lain melalui berbagi cara,
seringkali menimbulkan perubahan dan pergeseran nilai-nilai budaya. Dalam menanggapi
pengaruh kebudayaan asing itu, masyarakat selama ini kurang selektif, artinya, kurang dapa
membedakan mana yang diperlukan atau yang cocok dengan kepribadiannya. Selain itu,
pembangunan yang dilaksanakan dalam bidang ekonomi mingkin membuat manusua menjadi
materialistis dan individualistis.

Sikap dan Perbuatan


Telah kita pahami bahwa wawasan nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia
berdasarkan pancasila dan uud 1945 tentang diri dan lingkunganya dalam eksistensinya yang
sarwa nusantara dan pemekarannya dalam mengekspresikan diri sebagai bangsa Indonesia di
tengah tengan lingkungan yang sarwa nusantara itu. Ini berarti bahwa wawasan nusantara
harus selalu menjadi landasan dalam setiap perencanaan, pelaksanaan, dan pengenbangan
dalam tatakehidupan bernegara serta berpengaruh terhadap cara

bab 3 – Sistem Administrasi public Indonesia ▪ 99


hidup masyarakat bangsa Indonesia, baik secara keseluruhan maupun secara perseorangan.
Agar penerapan wawasan nusantara tidak menyimpang, diperlukan pedoman
penerapan jelas dan terperinci, yang dapat dujadikan pegangan dalam penentuan sikap dan
tindakan sesuai dengan sasaran wawasan nusantara.
Ada beberapa sasaran yang akan di capai melalui wawasan nusantara seperti yang
dirumuskan dalam konsep dasar penerapan wawasan nusantara, yaitu:
1. Bahwa kebulatan wilayah nasional dengan isi dan kekayaaanya merupa-kan satu
kesatuan wilayah, wadah, ruang hidup dan kesatuan matra seluruh bangsa, serta
menjadi modal dan milik bersama bangsa.

Sehubungan dengan hal itu, masalah yang paling penting dan mendasarkan sekarang
ialah
Bagaimana kita membina dan mengamankan kebulatan wilayah nasional sebagai satu
kesatuan yang utuh. Beberapa hal yang dapat kita pikiran dalam hal ini ialah:
a. Pencegahan segala bentuk aspirasi politik yang bersifat kedaerahan dan kesukuan.
b. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan para nelayan tradisional mengenai
pelayaran dan penangkapan ikan serta peningkatan peranan-nya sebagai unsur
pengaman wilayah perairan nasional.
c. Penumbuhan dan pengembangan budaya kelautan di kalangan generasi muda.
2. Bangsa Indonesia yang terdiri atas berbagai suku dan berbicara dalam berbagai bahasa
daerah, memeluk dan meyakini bberbagai agama dan kepercayaan terhadap tuhan
yang mahaesa harus merupakan satu kesatuan yang bulat dalam arti yang seluas-
luasnya.
Rumusan tersebut menunjukkan sifat kebhinekaan bangsa Indonesia. Hal ini pada satu
pihak merupakan modal kekayaan budaya yang dapat dimanfaatkan, tetapi pada pihak lain
merupan sumber kerawanan sosial. Untuk mencegah hal hal yang negatif, perlu
ditanamkan pemahaman dan penghayatan kesatuan diri kemajemukan bangsa tersebut,
antara lain dngan :
a. Mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia yang benar dan baik Dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara, sehingga setiap warga negara Indonesia lebih mahir
berbahasa Indonesia daripada berbahasa daerah.
b. Pembinaan kerukunan hidup antarumat beragama secara jujur, ikhlas, dan terbuka
tanpa mencapuri urusan ibadah agama masing-masing.

100 ▪Administrasi public – teoiri dan aplikasi good governance


c. Pancasila adalah satu satunya falsafah seta ideology bangsa dan negara, yang
melandasi, membimbing, dan mengerahkan bangsa menunju tunjuanya.
Butir-butir tersebut diangkat dari rumusan tentang sasaran yang ingin di capai
wawasan nusantara sebagai wawasan pembangunan
Kehidupan bangsa Indonesia dewasa ini lebih berorientasi ke darat. Sebagai besar
bangsa Indonesia mencari nafkah di darat sebagai petani, pengusaha/pedagang, pegawai
negeri, buruk pabrik, dan sebagainya. Catataan biro pusat statistic menunjukan bahwa
penduduk yang mencari nafkah di laut atau mengolah hasil laut sangat sedikit jika
dibandungkan dengan luasnya dan besarnya potensi lautan Indonesia. Dalam rangka
membina kesatuan wilayah nasional yang sebagian besar terdiri atas unsur lautan,
sebaiknya lebih banya lagi pemudaindonesia yang memusatkan perhatiannya ke laut.
Studi sehubungan dengan pelayaran, perikanan, biologi laut, pertambangan di dasar laut,
budidaya perairan (akuakultur), lebih ditangkatkan dalam rangka pengembangan budaya
kelautan. Lautan masih merupakan lapangan yang terbuka.
Hal hal yang berhubungan dengan masalah kesukuan dan kepercayaan berupakan hal
yang peka dan mudah sekali menimbulkan pergeseran. Beberapa hal yang dapat kita
lakukan untuk mencegah timbulnya pergeseran itu ialah :
1. Menggunakan Bahasa Indonesia dalm semua situasi formal (diskusi di sekolah, rapat,
seminar) dan dalam kelompok yang anggotanya tidak sebahasa daerah.
2. Bersikap menghormati terhadap suku-suku dan penganut agama-agama lain.
3. Tidak membedakan asal daerah dan agama dalam urusan umum (kelompok belajar,
organisasi kemahasiswaan, pramuka, dan lain-lain).
4. Mempelajari dan menikmati hasil budaya berbagai daerah (lagu-lagu, tarian, cerita-
cerita daerah).
Berpikir secara system, berarti meletakan keseluruhan sebagai titik awal pembahasan.
Karena itu, system administrasi publik Indonesia mula-mula melihat struktur, fungsi,
dan identitasnya dengan cakupan nasional. Komponen-komponen akan selalu berkait,
berinteraksi, dan saling begantung. Berfungsi komponen secara integral dan teratur
merupakan jaminan bagi kelestrarian system administrasi publik. Hal ini tidak
dimaksudkan bahwa system administrasi merupakan satu-satunya yang eksis di sini.
Sebaliknya, sisem administrasi itu harus tetap dipandang sebagai bagian dari system
yang lebih

bab 3 – Sistem Administrasi public Indonesia ▪ 101


besar, yakni system nasional. Di dalam siste nasional inilah berbagai macam
subsistem begerak secara simultan.
Setiap subsistem memiliki batas-batasnya sendiri. Justru dari batas-batas yang saling
bersinggungan menghasilkan pola interpendensi, output darisubsistem menjadi input
bagi subsistem yang lain, sepereti terlihat dalam gambar berikut :

Pola interdependensi

Sistem Sistem

Input Output Input Output


Politik politik

Gambar : Pola Interpedensi subsistem


(Sumber : Ali Mufiz, 1986 : 152)

Kalau system nasional kita liha lebih jauh, maka akan tampak setiap komponen (yang
selanjutnya akan di sebut sebagai system), yang di dalamnya juga memiliki berbagi sector
(subsistem).
Berdasarkan Garis-garis Besar Haluan Negara (Ketetapan MPR No. II/1983), kita
bisa simak bagaimana cakpan rincian dari subistem dari system ekonomi, politik, sosial
budaya, dn pertahanan keamanan. Perinciannya adalah sebagai berikut,
1. Sistem Ekonomi
a. Subsistem perindustrian
b. Subsistem industry
c. Subsistem pertmbangan
d. Subsistem energy
e. Subsistem perhubungan
f. Subsistem pariwisaa
g. Subsistem perdagangan
h. Subsistem koperasi
i. Subsistem dunia usaha nasional dn usaha golongan ekonomi lemah

102 ▪Administrasi public – teoiri dan aplikasi good governance


j. Subsistem tenaga kerja
k. Subsistem transmigrasi
l. Subsistem pembangunan daerah
m. Subsistem sumber alam dan lingkungan hidup
2. Sistem Sosial Budaya
a. Subsistem agama dan kepercayaaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
b. Subsistem pendidikan
c. Subsistem kebudyaan
d. Subsistem ilmu pengetahuan, tehnologi, dan penelitian
e. Subsistem kesehatan
f. Subsistem kependudukan dan keluarga berencana (KB)
g. Subsistem perumahan dan permukiman
h. Subsistem kesejahtraan sosial
i. Subsistem generasi sosial
j. Subsistem peranan wanita dalam pengembangan bangsa
3. System politik :
a. Subsistem politik
b. Subsistem aparatur pemerintah
c. Subsistem hukum
d. Subsistem penerangan dan media massa
e. Subsistem hubungan luar negeri
4. Sistem Pertanhan Keamanan.
Meskipun setiap system tersebut memiliki idntitas sendiri, namun pola-pola
interkasi dan interpedensi diberlakukan agar bergerak secara beraturan. Dengan kata
lain, ada sifat sinergetik dalam pola tersebut. Artinya, perlakuan terhadap satu system
akan menguakan system-sestem yang lain. Dengan kerangka berpikit inilah, “…titik
berat ddalam pembangunan jangka panjang falam pembangunan bdang ekonomi
dengan sasaan utama utuk mencapai keseimbangan antara bidang pertanian dan
bidang industry, serta terpenuhinya kebutuhan pokok rakyat, yang berarti bahwa
sebagian besar dari usaha pembangunan diarahkan pada pembangunan ekonomi,
sedangkan pembangunan di bidang-bidang lainnya berifat menunjang dan
melengkaapi bidang ekonomi.”
Selanjutnya juga ditulis bahwa “…sebaiknya dengan meningkatkan hasil-hasil
dalm bidang ekonomi, maka tersedialah sumber-sumber pembangunan yang lebih luas
bagi peningkatan pembanguanan di bidang-bidang sosial, budaya, politik, dan
perahanan nasional.” Kata-kata menunjang,

bab 3 – Sistem Administrasi public Indonesia ▪ 103


melengkapi. Dan peningkatn, sebenarnya merupakan refleksi dari pola-pola yang
bersifat sinergtik.
Gmbar berikut ini dapat membanu kita untuk memahami pola-pola hubungan
di antara berbagai system :

Sistem
Politik

Sistem
Sistem Sistem Sosial
Ekonomi Administrasi Budaya
Negara

Sistem
Pertanahan
Negara

Gambar: Pola hubungan antara system


(sumber:Ali Mufiz 1986: 154).

Sebagai bagian integral dari system nasional, system administrasi publik


mempunyai landasan, asas, dan tujuan yang sama dengan suprasistemnya itu.
Landasan system administrasi publik Indonesia adalah Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945.
Tujuan system administrasi publik Indonesia adalah:
1. Melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darrah Indonesia.
2. 2. Memajukan kesejahtraan umum.
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa.
4. Ikut melakssnakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial.
Dalam kurun waktu sesudah G30S/PKI. Peranan system administrasi publik
menjadi amat strategis, bersamaan dengan ytercapainya kesepakatan nasional

104 ▪Administrasi public – teoiri dan aplikasi good governance


untuk melancarkan program pembangunan nasional secara terarah, terpadu dan berkelanjutan.
Dalam urusan pembangunan nasional, system administrasi publik dipercaya
sebagai satu-satunya pmotor pengerak. Bahkan seringkali dinyatakan bahwa system
administrasi publik merupakan pengelola utama dalam kegiatan pembangunan nasional.
Memang jika kita cermati membca apa yang disebutkan oleh GBHN mengenai pembangunan,
maka kita akan segera beranya-tanya; dimana tempatnya/kedudukan system administrasi
publik?
Dalam pikiran Joseph Splenger, system administrasi publik secara umum
berhasil menyelenggarakan pembangunan apabila indeks meningkat lebih baik.
Kehadiran system administrasi publik, dalam gambaran modernisasinya
Daniel Lener, telah memacu proses sistematik yang mencakup perubahan-perubahan
demografi, politik, ekonomi, komunikasi, dan sector-sektor budaya masyarakat.
Di bawah pesona gemerlpnya perbincangan politik, system administrasi
publik mengambil tempat yang tersembunyi.Hal ini disebabkan oleh membekasnya dalilnya
Frank Goodnow, yang menyatakan, “politics has to do with policies or expression of the
state will; administration has to do with the execution of these policies.” Selars dengan
pendapat ini, Leonard white mnegaskan bahwa, “pabila politik berakhir, maka administrasi
pun mulaii.”
Meskipun tersembunyikan , peranan system administrasi tetap diandalkan
secara strategis. Ini dibuktikan dengan ungkapkan untuk menjadikan system adminisrasi
sebagai “alat yang efisien, efektif, bersih, dan berwibawa,” sehingga mampu menggerakan
pembangunan secara lancer.
Berbeda dengan system lain, sestem administrasi publik memiliki struktur dan
fungsi yang palinga jelas. Bahkan struktur tersebut merupakan perangkat yang bersisfat resmi,
sehingga sebagai konsekuensiny, struktur tersebut memilik keabsahan dan kewenangan yang
sah.
Sebagai atu system, system administrasi administrasi publik juga memiliki
tiga komponen utama, yang teriri atas input, proses, dan output.

bab 3 – Sistem Administrasi public Indonesia ▪ 105


Tentang proses, seringkali dikatakan bahwa pengubahan input menjadi output
dalam system administrasi publik merupakan satu proses konversi yang “Black Box”. Tetapi
dalam kenyataannya, keseluruhan proses konversi dalam system administrasi publik bahkan
dapat terus diamati.
Berbagai hal yang menjadi input bgi system administrsi publik, yaitu :
1. Faktor demografi.
2. Faktor sosial budaya.
3. Faktor geografi.
4. Faktor hidrografi.
5. Faktor geologi.
6. Faktor tofografi.
7. Faktor klimatologi.
8. Faktor flora.
9. Faktor fauna.

Proses konversi dari input dilakukan oleh system administrassi publik melalui
kegiatan-kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Secara operasional,
aktivitas pemrosesan diselenggarakan dengan perencanaan, penganggaran,
pengorganisasian, rekruitmen, koordinasi, komunikasi, pengarahan, pengawasan, dan
sebagainya. Hal jelas adalah bahwa sebagai prosesor, system adminisrasi publik harus
selalu membuat keputusan.
Input bagi system administrasi publik sebenarnya dapat dibagi dalam dua
kelompok : Pertama, input yang bersifat fisik; yang ini dikenal dengan nama sumber
daya alami. Kedua, input yang bersifat nonfisik; yang ini dikenal dengan nama sumber
daya manusiawi.
Dalam hubungannya denan kelompok ke dua, maka kita mengenal masukan
bagi system administrasi publik yang berupa keinginan dan dukungan. Kedua
masukan tersebut lebih membantu untuk mengidetifikasikan system administrasi
publik, yakni sebagai suatu system yang berfungsi untuk menjaring dan memahami
masalah, kemudian memutuskan untuk memecahkan masalah tersebut, semata-mata
untuk kepentingan publik.
Pernyataan ini yang mengembalikan system administrasi sebagai prosesor
kebijakan politik, yang tahapan-tahapanya teriri atas fomulasi kebijakan, implementasi
kebijakan, evluasi kebijakan, dan terminasi kebijakan publik.
Tenu saja, system administrasi publik secara terus-menerus melakukan
intraksi dengan system-sistem lain. Sedangkan unur-unsur atau subsistem-subsistem di
dalam system administrasi publik iu sendiri merupakan sesuatu yang kompleks,
bersifat terpadu, integrative, dan nasional.

106 ▪Administrasi public – teoiri dan aplikasi good governance


Walaupun Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan organisasi-organisasi
pemerintahan (dalam arti luas) dengan tugas dan fungsi yang pasti, namun semuanya
itu merupakan satu jaringan sistematik. Berkaitan dengan hal ini, maka faktor
kepemimpinan nasional menjadi faktor determinan, karena mekanisme yang terdapat
di dalamnya harus dipolaan, tetapi tetap dinamik.
Semua hasil karya aktivitas lembaga-lembaga atau organisasi-organisasi
sebagai subsistem administrasi publik merupakan output, tetapi dapat juga merupakan
input. Inilah yang terliput dalam pengertian mekanisme internal antarsubsistem atau
“within inputs and troughtouts”.
Sistem administasi publik yang sekarang berlaku, pada halikatnya mempunyai
empat karakter, yaitu:
1. Terdapatnya lembaga-lembaga resmi yang terdiri atas Majelis Permusyawaratn
Rakyat (MPR), Presiden/Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),
Badan Pemeriksa Keuangan, dan Mahkamah Agung.
2. Keanggotaan dalam system administrasi atau subsistem administrasi publik
berdasarkan rekruitmen keahlian.
3. Diantara berbagai organisasi atau subsistem administrasi publik, terdapat pola
hubungan sistematik, baik secara fungsional maupun structural dengan meletakan
aspek sinergik.
4. Kaidah-kaidah normative yang diperlakukan dalam system administrasi publik
harus rujuk dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Hal yang diuraikan tersebut, sama sekali tidak untuk mengatakan bahwa system
administrasi publik selalu berjalan lancer. Sikap realistis yan gmesti diambil, adalah
dengan menyadari kenyataan bahwa dinamika system administrasi publik justru tidak
sepi dari hambatan, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Sifat internal
menunjukan pada hambatan yang berasal dari dalam system administrasi publik
sendiri dan hambatan-hambatan yang berasal dari system-sistem lain. Sedangkan yang
bersifat eksternal adalah hambatnan-hambatan yang berasal dari luar system nasional,
misalnya resesi dunia dan peranan negara-negara adikuasa.
Menatap dirinya sendiri, system aministrasi publik memang tidak bisa
meleaskan diri dari cultural-historis. Dengan memakai ukuran-ukuran lama, orang-
orang tua masih suka bernostalgia tentang efisiensi administrasi dan etikanya, dalam
kurun waktu yang silam. Sebagai bekas daerah colonial, yang berlangsung selama
lebih dari setngah abad itu, penjajah memang sengaja membuat system administrasi itu
untuk melayani kepentingan-kepentingan kolonialis. Hal ini tampak jelas dalam
struktur birokratnya. Dengan demikian, upaya-upaya untuk mengembngkan
kemampuan birokrat pribumi tidak memperoleh perhatian.

bab 3 – Sistem Administrasi public Indonesia ▪ 107


Clive Day dalam buku The Policy and administration of The Dutch in Java¹⁶
mengkritik tiak hanya bentuk sentralisasi otokrasik Pemerintahan Hindia Belanda,
tetapi jug semacam pejabat-pejabat administrasinya, yang mengangkat mereka terlepas
dari kebutuhan pekerjaan dan kewenangan.
Birokrat-birokrat ini di mata Clay muncul sebagai orang-orang malas lagi
apatis. Bahkan seringkali mereka mengabaikan perintah, seringkali berlaku tidak jujur
dan menginginkan sesuatu dengan cara-cara yang tidak layak.
Impotensi birokrasi colonial ini, menurut Clay, disebabkan oleh tiadanya
control dari opini publik. Kontrol publik sebenarnya merupakan ugas Belanda, tetapi
tidak pernah dilaksanakan.
Usaha yang sungguh-sungguh untuk memperbaiki system administrasi publik
Indonesia dilakukan mulai tahun 50-an, epatnya pada tahun 1954, Edward H.
Litchfield dan Alan C. Rankin telah diminta bantuannya untuk membenahi system
administrasi Indonesia. Tugasyang dibebankan kepada Dekan Schoool of Business and
Public Administration dari Universitas Cornell dan kawannya itu dalah untuk
melakukan penelitian mengenai keadaan system administrasi Indonesia. Mereka lalu
menyampaikan usul mengenai cara-cara memperbaiki mutu kepegawaian, khususnya
melalui pengembangan pendidikan administrasi. Sela 50 tahun kemudian, dengan
maksud dan tujuan ayang kurang lebih sama, datang pula dua orang konsultan dari
Amerika Serikat lagi, yakni Lynton K. Caldwill dan Howard L. Tims.
Rangkuman hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Litchfield dan Rankin
adalah sebagai berikut;
1. Pemerintah colonial Hindia BElanda tidak memberikan kesempatan kepada orang-
orang Indonesia untuk memperoleh pengalaman sebagai pejabat tinggi yang
berarti. Akibatnya, setelah Indonesia memperoleh kmerdekaannya, system
administrasi kekurangan pejabat tinggi yang ahli dan berpengalaman.
2. Masih kuatnya pengaruh ikatan-ikatan primordial di kalangan atau di mdalam
proses administasi.
3. Masih membekasnya norma-norma family. Hl ini secara jelas dicerminkan dari
mentalitas birokrasi.
4. Kekurangan pejabat tinggi yang berpengalaman dan ahli telah memberikan
pengaruh besar, ketika pejabat-pejabat Belanda meninggalkan Indonesia. Di satu
pihak, kepergian mereka mendorong krnaikan luar biasa di kalangan pejabat, tanpa
melihat latar belakang keahian dan pengalaman; tetapi di lain pihak,
mengakibatkan keragu-raguan dikalangan para pejabat ini untuk berani mengambil
keputusan sendiri.

––––––––––––––––––––––––––––
16 Clive day, The PoliciAnd Administrasi Of the ducth in java ,kuala lumpur Oxford University
press.1972

108 ▪Administrasi public – teoiri dan aplikasi good governance


17 Kecenderungan untuk meletakan semua keputusan di tingkat pusat. Pejabat-pejabat
daerah mempunyai kemampuan yang tidak sesuai dengan kebutuhan tugasnya, dan
pusat sendiri kurang mempercayai dirinya sendiri untuk memberikan delegasi kepada
daerah-daerah.
Herbert Feith dalam “The Declaine of Constitutionsl Democracy in Indonesia”¹⁷
mengungkapkan data yang amat menarik. Berdasarkan penelitiannya. Ada 15.700
pejabat Belanda ketika Indonesia memperoleh kembali kedaulatannya.
Kesulitan-kesulitan yang dihadapi system administrasi, dalam bidang
kepegawaian, di awal tahun 50-an menurut Feith adlah :
1. Para pejabat yang berasal dari zaman prakemerdekaan kecewa karena gajinya
sekarang lebih rendah disbanding dengan zaman colonial.
2. Perpecahan pegawai negeri yang disebabkan oleh isu kooperatif dan
nonkooperatif dengan Belanda.
3. Sikap revolusioner yang tetap terbawa-bawa dalam struktur birokratik.
4. Kebanyakan pejabat adalah orang-orang yang kurang berpengaaman.
5. Yang melebihi kebutuhan

Herbert Feith menjadi amat terkenal di Indonesia, kaena pendapatnya


mengenai dua pola kepemimpinan yang diperlukan di Indonesia.
Pola pertama, dinamainya administrator. Feith membatasi pola
administrator sebagai “Leader with the administrative, technical, legal, and foreign-
language skill required to run tri be modern apparatus of modern state”. Pola
kepeimpinan seperi ini, lekat dengan tokoh Dr. Hatta.
Pola kepemimpinan kedua disebutkannya solidarity makers. Apa yang
dimaksudkan dengan solidarity makers adalah “leader skilled effectiveness, as mass
organizer, and as manipulators of integrative symbols.” Pola kepemimpinan seperti
ini, lekat dalam diri tokoh Ir. Soekarno.
Untuk mengatasi kemelut system dministrasi, Litchfield dan Rankin
menyarankan tiga syarat yang harus dipenuhi sebagai persipan pengembangan
efisiensi pimpinan administrasi. Ketiga syarat yang diajukan teriri dari atas pengadaan
pendidikan ketat, pembentukan yang kreatif, dan pengalaman yang luas. Sudah dapat
diduga sebelumnya, ketiga syarat ini sulit dipenuhi Indonesia. Padahal padahal, kita
menyadari tiadanya salah satu syarat tersebut akan ememberikan pengaruh besar;
apalagi jika ketiga-tiganya tidak ada samasekali. Namun jika kita menelaahnya lebih
cermat, apa yang dipersyaratkan oleh

17 Hiber faith, The Decline Of consustituational Democracy in Indonesia, Ithaca: Cornell University press 1973

bab 3 – Sistem Administrasi public Indonesia ▪ 109


kedua konsultan tersebut, pemenuhannya adalah soal waktu.Dalam janga waktu
tertentu, aka nada satu struktur yang di dalamnya terbentuk satu piramida sosio-
intelektual. Disamping itu, rekomendasi mereka tidak ditanam dalam kondisi
lingkungan Indonesia. Hal ini telah banyak dibicarakan dalam studi perbandingan
administrasi publik.
Pencapaian tujuan secara rasional dan efiseien hanya cocok untuk
masyarakat yang telah mapan. Sebaliknya bagi Indonesia< ada elemen lain yang harus
menstimulasi perubahan agar system administrasi tidak sekedar lebih rasional dan
efiseien. Dalam konsep klasiknya, system administrasi publikmemberikan tekanan
yang lebih besar pada bagaimana memperkuat kapasitas administrasi (enhanching
administrative capacity).
Persoaan ini amat erat hbungannya dengan formula administrasi sebagai satu
proses pengendalian usaha dalam bentuk kerjasama untuk mencapai tujuan-tujuan
kenegaraan. Menurut rumusan ini, system administrasi publik diarahkan untuk
berfungsi secara rasional dan efisien. Tetapi yang ini, justru hal yang sekarang
dipermasalahkan akarena eksistensinya ditantang oleh tumbuhnya kbutuhan-
kebutuhan baud an perencanaan pembangunan nasional’
Jika system administrasi publik dipandang sebagai “bagian integral dari
masyarakat dimana ia hidup., dan masyarakat itu sendiri sebagai satu totalittas
“berfungsi dengan cara mengadakan interaksi dengan system-sistem lain,” maka
dalam proses pembangunan danperubahan sosial, system administrasi publik layak
melakukan perubahan-perubahan yang semestinya.
Harsya W. Bachtiar dalam makalahnya “Who is Charge? Leadership in
Indonesia,”¹⁸ mengungkapkan antara lain bahwa untuk efektivitas kepemimpinan
dalam usaha pembangunan, maka persepsi, nilai, norma, dan motivasi tradisional,
yang menekankan partikularisme, askriptif, serta defuse harus diganti dengan netralias
emosional, aplikasi norma universal, penekanan pada presasi dan spesifikasi
fungional. Apa yang dimaksudkan dengan norma askriptif adalah norma-norma yang
berlakunya berasarkan faktor keurunan atau daerah, sedangkan norma defuse adalah
norma-norma yang bersifat kabur.
Sejak tahun 195, yang dikenal sebagai era Orde Baru, telah dilakukan
usaha yang sungguh-sungguh untuk memperbaiki system administrasi publik.
Masalah-masalah pokok yang dihadapi system administrasi publik, menurut Siagian
dalam “Administasi Pembangunan” yang mendapat sorotan utama untuk segera
dipecahkan adalah :
1. Perumusan tugas pokok.
2. Perumusan fungsi.

––––––––––––––––––––––––––
18 harsya. W.bachtiar, (ED),percakapan dengan Sidney hook, Jakarta :penerbit jambatan, 1979

110 ▪Administrasi public – teoiri dan aplikasi good governance


3. Penyusun struktur organisasi.
4. Administrasi kepegawaian.
5. Administrasi keuangan.
6. Administrasi logistic.
7. Hubungan kerja.
8. Hubungan pusat dan daerah.
9. Administrasi perkantoran.

Dari kacamata pembangunan ekonomi, sejak Oktober 1966 telah dilakukan


reformasi fungsi adminstrasi secara konsisten. Emil Salim dalam Masalah
Pembangunan Eknom Indonesia mengungkapkan pembaharuan-pembaharuan
adminstrasi yang telah dilakukan :
1. Mempertegas wewenang dan tugas dari masing-masing aparatur di dalam
lingkungan pemerintah diperlukan secara tegas pembedaan antara fungsi
perencaranaan, pelaksanaan, dan control. Ketiga fungsi ini berlaku tidak hanya
pada tingkat nasional, tetapi juga sampai tingkat departemental. Hal ini terbukti
dengan adanya pembagian tugas di lingkungan departemen, yang teriri atas
Sekretarias Jenderal, Direktur Jenderal , dan Inspektur Jenderal.
2. Peningkatan kualits pegawai dan fungsionarisnya. Upaya ini dijalankan, karena
pola struktur kepegawaian menghasilkan lapisan terbesar yang teriri atas ;lapisan
tidak ahli, yaitu personil yang ahli baru berjum;ah 2 % dari seluruh jum;ah
pegawai. Usaha untuk meningkatkan mutu kepegawaian dilakukan, baik dengan
“on the job training” maupun dengan melalui perbaikan gaji, dan dengan “conduit
staat” pegawai.
3. Pembinaan mekanisme dari system administrasi dengan tujuan untk menyerasikan
proses depolitisasi dan penyelenggaraan manajemen terbuka serta menciptakan
system bekerja dalam system kesatuan tim.
4. Pengembangan rencana pembangunan selaku unsur pengarahan kegiatan ekonomi.
Karakter Repelita lekat dengan bentuknya sebagai “indicative plan”, dengan
membuat skala prioritas. Sedangkan cra pencapaian sasaran ditempuh melalui
kebijakan neraca pembayaran dan sebagainya.
Kerangka pembaharuan administrasi Indonesia diarahkan untuk menguatkan
kapasitas administrasi. Hal ini berkaitan dengan penempatan sistm administrasi
publik sebagai serving development dan sebagai instrument for development, dengan
tujuan untuk mendorong perubahan kemasyarakatan secara structural, terdapatt
kencenderungan mengenai administrasi dengan fungsi perencanaan pembangunan,
karena sitem administrasi

bab 3 – Sistem Administrasi public Indonesia ▪ 111


publik dianggap sebagai “alat” untuk melaksanakan pembangunan.
Oleh karena system administrasi publik sebenarnya merupakan salah satu
system dari atau dalam system nasional, maka diperlukan kejelasan hubungannya
dengan system-sistem lain; khususnya dengan system politik. Adalah menarik untuk
mencoba mencari jawaban di sini, system politik apakah yang dapat menjamin
berfungsinya sisem administrasi publik; ataukah memang benar system administrasi
publik Indonesia yang diperlukan bagi pembanguanan.
Jawaban dari pertanyaan terswebut, boleh jadi dapat merupakan
perbandingan atas karya Apter, yang mengungkapkan hubungan system administrasi
dengan system pemerintahan dan lingkungan sosialnya di Ghana.
Telaah terhadap peranan system administrasi publik Indonsia mungkn
justru mendekati formulasi Montgomery yang merumuskab pembaharuan
administrasi sebagai “satu proses politik” yang dirancang untuk menyesuaikan
hubungan antara birokrasi dengan elemen-elemen lain dalam masyarakt, atau dengan
elemen-elemen yang ada dalam birokrasi itu sendiri.

112 ▪Administrasi public – teoiri dan aplikasi good governance

Anda mungkin juga menyukai