Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemerintahan, sebuah kata yang sangat tidak asing di telinga manusia pada
masa ini, istilah ini sangatlah akrab dengan kehidupan sehari-hari dimana istilah
ini menggambarkan dan menjelaskan sebuah proses atau kegiatan yang
berlangsung di suatu Negara atau masyarakat. Pemerintahan merupakan sebuah
tolak ukur pembangunan suatu bangsa. Negara yang maju ialah karena adanya
pemerintahan yang baik (good governance). Maka dari itu, pemerintah
merupakan langkah awal sekaligus sebagai wahana dalam proses pembangunan,
baik jangka panjang maupun jangka pendek, nasional maupun internasional .
Pemerintahan dibentuk dengan maksud untuk membangun peradaban dan
menjaga system ketertiban social sehingga masyarakat bias menjalani kehidupan
secara wajar dalam konteks kehidupan bernegara.
Untuk memahami pemerintahan itu sendiri, muncullah pengembangan dari
ilmu social selaku ibu dari segala ilmu-ilmu modern salah satunya ilmu politik.
Politik sangatlah erat kaitannya dengan pemerintah karena adanya proses politik
di dalamnya. Maka dari itu muncullah sebuah pengembangan ilmu politik menjadi
sebuah ilmu baru yang saat ini dikenal dengan nama Ilmu pemerintahan. Ilmu
Pemerintahan bias dikategorikan ilmu yang masih baru, atau meminjam pendapat
Soewargono (1995 : 1), ilmu pemerintahan masih sering dipandang sebagai ilmu
yang kurang jelas sosoknya.
Pemerintahan disebut government dalam bahasa inggris yang berasal dari
bahasa latin gobernare, greekkybernan yang berarti mengemudikan, atau
mengendalikan. Untuk memahami lebih konkritnya jati diri pemerintahan dari
peristiwa maupun aktivitas kegiatan pemerintahan dari perspektif ilmu
pemerintahan dengan analisa multidisiplin pendekatan historis, ada lebih baik bila
kita menyinggung sedikit peristiwa dan gejala-gejala pemerintahan dari sudut
pandang pengertian negara dari para ahli yang berbeda latar belakang keilmuwan.
Sumantri ( Inu, 2001 : 97 ) memandang negara dari segi filsafat ilmu sebagai
suatu organisasi kekuasaan.
Karena itu, dalam organisasi negara selalu kita jumpai organ/alat
perlengkapan yang mempunyai kemampuan untuk memaksa kehendak pada siapa
saja di dalam wilayah kekuasaaannya. Ahli hukum Hugo de Groot memandang
negara merupakan suatu persekutuan sempurna dari orang-orang yang merdeka
untuk memperoleh perlindungan hukum. Sedangkan dari keilmuwan sosiologi,
memandang negara adalah suatu masyarakat yang monopoli dalam penggunaan
kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah ( Max Weber dalam Inu, 2001 :
99).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian Pemerintahan, Ilmu Pemerintahan, Ilmu
Pemerintahan sebagai suatu Ilmu Pengetahuan?
2. Apa saja ruang lingkup dan azas-azas Ilmu Pemerintahan?
3. Bagaimana perbedaan dan persamaan Ilmu Pemerintahan dengan 4 Ilmu
Kenegaraan lainnya serta hubungan antara Ilmu Pemerintahan dengan 4
Ilmu Kenegaraan lainnya?
4. Apa yang dimaksud dengan Negara?
5. Apa yang dimaksud dengan Kekuasaan?
6. Apa yang dimaksud dengan Demokrasi?
7. Apa yang dimaksud dengan Kebijakan Pemerintah?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Pemerintahan, Ilmu
Pemerintahan, dan Ilmu Pemerintahan sebagai suatu Ilmu Pengetahuan
2. Untuk mengetahui ruang lingkup dan azas-azas Ilmu Pemerintahan
3. Untuk mengetahui perbedaan dan persamaan serta hubungan antara Ilmu
Pemerintahan dengan 4 Ilmu Kenegaraan lainnya
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Negara, Kekuasaan,
Demokrasi, dan Kebijakan Pemerintah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pemerintahan, Ilmu Pemerintahan, Ilmu Pemerintahan
sebagai suatu disiplin Ilmu
Pengertian Pemerintahan
Jika dilihat dari pendekatan segi bahasa kata “pemerintah” atau
“pemerintahan”, kedua kata tersebut berasal dari kata “perintah” yang berarti
sesuatu yang harus dilaksanakan. Di dalam kata tersebut terkumpul beberapa
unsur yang menjadi ciri khas dari kata “perintah”:
1. Adanya “keharusan”, menunujukkan kewajiban untuk melaksanakan apa yang
diperintahkan;
2. Adanya dua pihak yang memberi dan yang menerima perintah;
3. Adanya hubungan fungsional antara yang memberi dan yang menerima
perintah;
4. Adanya wewenang atau kekuasaan untuk memberi perintah;
“Perintah” atau “pemerintahan” dalam bahasa Inggris dipergunakan kata
“government” kata yang berasal dari suku kata “to govern”. Tetapi “perintah”
disalin dengan “to order” atau “to command” dengan lain kata “to command”
tidak diturunkan dari “to govern”.
Dari keempat ciri khas dari kata perintah diatas mempunyai makna/
pengertian yaitu: “keharusan” berarti dituangkan dalam bentuk peraturan
perundang-undangan; adanya “wewenang” berarti menunjukkan syahnya perintah
yang diberikan, tanpa adanya wewenang perintah dianggap tidak syah dan
hilanglah kekuatan hukum dari perintah itu. Demikian juga kata “memerintah”
diartikan sebagai menguasai atau mengurus negara atau daerah sebagai bagian
dari negara. Maka kata “pemerintah” berarti kekuasaan untuk memerintah suatu
negara.
Pada umumnya yang disebut dengan “pemerintah” adalah sekelompok
individu yang mempunyai wewenang tertentu untuk melaksanakan kekuasaan
yang dalam arti ini melaksanakan wewenang yang sah dan melindungi serta
meningkatkan tarap hidup masyarakat melalui perbuatan dan pelaksanaan
berbagai keputusan.
Pemerintah dalam arti sempit hanyalah ditujukan kepada lembaga
eksekutif saja, yaitu lembaga eksekutif yang berada baik di pusat (presiden-wakil
presiden dan kabinetnya (departemen), dan beberapa lembaga lainnya. Gubernur,
Bupati, Walikota, dan jajaran pemerintahan ke bawahnya).
Sedangkan pemerintahan dalam arti luas yaitu semua organ-organ, badan-
badan atau lembaga-lembaga, alat-alat kelengkapan negara atau aparatur negara
yang menjalankan berbagai macam kegiatan atau aktivitas untuk mencapai tujuan
negara. Lembaga negara yang dimaksud di sini adalah lembaga legislatif,
eksekutif, dan yudikatif (John Locke dan Montesqiueu).
Pengertian Ilmu Pemerintahan
Pemerintahan adalah suatu ilmu dan seni, dikatakan sebagai seni karena
banyak pemimpin pemerintahan yang tanpa pendidikan pemerintahan, mampu
berkiat serta dengan kharismatik menjalankan roda pemerintahan. Sedangkan
dikatakan sebagai ilmu pengetahuan, adalah karena memenuhi syarat-syaratnya
yaitu dapat dipelajari dan di ajarkan, memiliki objek, baik objek material maupun
forma, universal sifatnya, sistematis serta spesifik (khas). Ilmu pemerintahan
adalah ilmu yang mempelajari bagaimana melaksanakan pengurusan (eksekutif),
pengaturan (legislative), kepemimpinan dan koordinasi pemerintahan (baik pusat
dengan daerah, maupun rakyat dengan pemerintahannya) dalam berbagai
peristiwa dan gejala pemerintahan, secara baik dan benar.

Adapun beberapa pengertian ilmu pemerintahan, yaitu:

-Menurut Resenthal : Ilmu yang menggeluti studi tentang penunjukan cara kerja
kedalam dan keluar struktur dan proses pemerintahan umum.

-Menurut H. A. Brasz : Ilmu pemerintahan dapat diartikan sebagai ilmu yang


mempelajari tentang cara bagaimana lembaga-lembaga pemerintahan umum itu
disusun dan difungsikan, baik secara internal maupun secara eksternal, yaitu
terhadap warga negara.

-Menurut Wilsen : Pemerintahan dalam arti uraian adalah suatu pengorganisasian


kekuatan, tidak selalu berhubungan dengan organisasi kekuatan bersenjata.
-Menurut Josep Riwu Kaho : Ilmu pemerintahan adalah suatu pengetahuan yang
mempelajari seluk beluk/persoalan penyelenggaraan pemerintahan dalam arti
seluas-luasnya.

Ilmu Pemerintahan sebagai suatu disiplin Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan adalah proses dari akumulasi kompetensi , yaitu


memiliki kemampuan yang baik di bidang pengetahuan tertentu yang menjadi
ilmu pengetahuan (from knowledge to science), yang berarti memiliki status
untuk menjadi sama dengan ilmu- ilmu pengetahuan lainnya atau dengan ilmu
pengetahuan yang lebih dahulu ada, disertai hak dan kewajiban sama. Realitas
perkembangan ilmu-ilmu pengetahuan adalah pada interaksi antara subjek dan
objek masing-masing dan diiringi keunggulan masing- masing dalam progress,
prognosis, innovation, creation, and certainty. Perkembangan pengetahuan
manusia yang didasarkan pada kualitas pengetahuannya terbagi ke dalam
beberapa tingkatan, yaitu:

(1) nescience;

(2) ignorance;

(3) doubt;

(4) suspicion;

(5) opinion;

(6) certitude.

Tahap yang paling sulit bagi suatu ilmu pengetahuan adalah mencapai
“certitude level”, karena tidak ada lagi keraguan sedikit pun mengenai keberadaan
ilmu pengetahuannya. Persoalan yang ada ialah, bagaimana meningkatkan
keunggulan ilmu pengetahuan terhadap ilmu pengetahuan lainnya (open
competition).

“Certitude level” memiliki 2 elemen dasar, yaitu:

a. Suatu perasaan untuk menjadi pasti (inside);


b. Sesuatu hal yang membuat anda bersikap pasti (outside).

Tahap ini merupakan suatu hubungan interaksi yang jelas antara subjek
dan objek dalam proses ilmu pengetahuan untuk mencari kebenaran ilmu
pengetahuan. Untuk memperoleh dan bersikap pasti (outside). Tahap ini
merupakan suatu hubungan interaksi yang jelas antara subjek dan objek dalam
proses ilmu pengetahuan untuk mencari kebenaran ilmu pengetahuan. Untuk
memperoleh status sebagai ilmu pengetahuan dibutuhkan beberapa syarat, yaitu:

1. Adanya subjek;

2. Adanya objek;

3. Adanya intensionalitas.

Subjek adalah manusia yang menciptakan ilmu pengetahuan dan sekaligus


sebagai pengguna ilmu pengetahuan bagi kepentingan umat manusia. Objek
adalah manusia, dunia dan akhirat (Verhaak, 1989:2) sebagai objek material dari
ilmu-ilmu pengetahuan yang diciptakan. Intensionalitas, berasal dari kata Inggris
“intention”, artinya: apa yang anda maksudkan atau rencanakan untuk dilakukan;
tujuan Inggris “intention”, artinya: apa yang anda atau telah dilakukan dengan
sengaja.

SUBJEK OBJEK INTENSIONALITAS PENGETAHUAN YANG


DIDAPAT MANUSIA

Elemen persyaratan untuk ilmu pengetahuan merupakan realitas ada dan


berlangsung dalam skema hubungan subjek dan objek. Semakin tinggi kualitas
hubungan itu, semakin kuat ilmu pengetahuan yang bersangkutan.

OBJEK ILMU PEMERINTAHAN

Untuk memahami objek dari Ilmu Pemerintahan, maka salah satu


pendekatan yang umum digunakan dalam filsafat ilmu, yaitu “pendekatan
sistematika” yang berasal dari Immanuel Kant (Gahral, 2002:2-5). Inti
“pendekatan sistematika”, yaitu setiap disiplin ilmu pengetahuan memiliki objek
dan perbedaan antara ilmu pengetahuan yang satu dengan lainnya, dibedakan
melalui objeknya. Kant menggambarkan bahwa objek dari ilmu pengetahuan
adalah kodratnya tidak jelas, kalau sudah jelas maka tidak menuntut terciptanya
ilmu pengetahuan untuk dapat memahami objek dan menjelaskan hubungan-
hubungan antar-anasir yang ada serta dapat dipertanggungjawabkan.

“KANT’S CONCEPT OF AN OBJECT IS EXTREMELY SUBTLE,


ALTHOUGH ITS NUANCES ARE OFTEN LOST IN THE INDISCRIMINATE
AND UNSYSTEMATIC TRANSLATION OF HIS TERMS “DING,
GEGENSTAND, AND OBJEKT.” (Caygill, 2000:304-305).

Ketidakjelasan objek memberikan konsekuensi adanya nuansa dalam


pengertian a very small difference in color, tone, meaning, etc (Websters,
2008:1106). Timbulnya berbagai penafsiran dan aliran dalam suatu ilmu
pengetahuan adalah kewajaran. Banyak keanehan dan anomali yang terjadi karena
nuansa membawa subjek pada kegiatan pemikiran yang indiscriminate and
unsystematic translation of his terms Objekt (Ding, Gegenstand). Objek sering
sekali diterjemahkan dengan tidak hati-hati bahkan seenaknya menurutkan selera
dan kenikmatan subjek bahkan ada hawa nafsu politik, sehingga apa yang
dihasilkan tidak sistematis sebagaimana yang ada pada objeknya Kant yang lahir
dan wafat di KÖnigsberg Jerman pada tahun 1724-1804, telah membayangkan
bahwa perjalanan dan eksistensi suatu ilmu pengetahuan tidak akan pernah
berjalan dengan mulus dan bebas dari kritikan dan gugatan. Terminologi Kant
terhadap objek dari suatu ilmu pengetahuan, Kant gives the concept of this
undetermined thing hood the name ’thing-in-itself’, using the term Ding an sich,
as opposed to Gegenstand or Objekt an sich (Caygill, 2000:304-305). Tidak dapat
ditentukan atau diperhitungkan secara tepat karena adanya penutup/cover/tabir
(tirai penyekat) untuk melindungi atau membentengi objek tersebut. Objek
tersebut di dalam filsafat dikenal dengan nama ‘thing-in-itself’ atau sesuatu yang
ada dalam dirinya sendiri.

Sebagai contoh, disiplin ilmu antropologi, sosiologi, dan psikologi sama-


sama mengkaji manusia (objekmateri) namun masing-masing mengambil sudut
pandang yang berbeda (objek forma). Antropologi mengkaji kebudayaan manusia,
sosiologi mengkaji proses-proses interaksi antar-manusia dalam masyarakat,
sedangkan psikologi mengkaji segala sesuatu tentang kejiwaan manusia
(Gahral,2000:2-5). Inilah pergulatan ilmu pengetahuan yang tidak pernah
berhenti. Karl R. Popper dalam bukunya yang terkenal Objective Knowledge
mengungkapkan pemikirannya tentang pergulatan ilmu pengetahuan.

Kita memiliki alasan untuk berpandangan terdapat adanya suatu warisan


dasar bagi keterampilan kita untuk menemukan atau memahami kebenaran atau
arti tersembunyi. Bagaimanapun, kita kadang-kadang membuat kesalahan dalam
menemukan atau memahami kebenaran, khususnya selama periode pembelajaran,
tetapi juga kemudian, khususnya jika situasi yang tidak biasa terjadi. Adanya
kualitas yang membuat objek menjadi penting atau menarik karena keadaan
objeknya demikian (the immediacy) atau adanya hubungan langsung terhadap
proses kemapanan pengetahuan dalam menemukan atau memahami kebenaran
tidaklah menjamin fungsi kesempurnaan; tidak ada kepastian yang absolut,
meskipun kepastian cukup memberikan tujuan-tujuan praktis. Pertanyaan untuk
adanya kepastian, sebagai dasar keamanan dari pengetahuan, telah berlalu. Jadi
saya (Popper) melihat persoalan pengetahuan dengan cara yang berbeda dari apa
yang dianut oleh para pendahulu saya. Keamanan dan pembenaran terhadap
tuntutan-tuntutan yang ditujukan kepada pengetahuan bukanlah menjadi persoalan
saya. Malahan, persoalan saya adalah pertumbuhan pengetahuan. Dalam
pengertian apa yang dapat kita bicarakan mengenai pertumbuhan atau kemajuan
pengetahuan, dan bagaimana cara kita untuk mencapainya? Persoalan utama dan
mendasar adalah apa yang menjadi objek materi dari ilmu pemerintahan? Objek
materinya adalah pengetahuan di bidang pemerintahan. Apa artinya
pemerintahan? Sekelompok orang yang bertanggung-jawab untuk mengendalikan
suatu Negara. Robert M. MacIver, dalam bukunya “The Web of Government”,
menulis: “pemerintahan adalah sekelompok orang yang terorganisasi serta
memiliki kewenangan, dan mereka berupaya untuk merubah mitos tentang diri
mereka sendiri yang berkuasa, sebagaimana yang terjadi atas sejumlah kepala
pemerintahan dan yang diperintah.

Menurut Baron de Montesquieu (1689-1755), pemerintahan dapat


dipahami dalam arti luas, yaitu mencakup semua fungsi-fungsi kekuasaan yang
ada seperti eksekutif, legislatif, dan yudikatif dan dapat dipahami dalam arti
sempit, yaitu hanya fungsi eksekutif. Montesquieu menganggap pemisahan yang
ketat diantara ketiga kekuasaan itu sebagai prasyarat kebebasan, seperti dalam
ungkapannya, “jika kekuasaan legislatif disatukan dengan eksekutif, tak akan ada
lagi kebebasan”. Demikian pula dalam hal kuasa legislatif dan yudikatif. Dan
seterusnya (Sunaryo,1993:xv).

Jadi objek material ilmu pemerintahan adalah pemerintahan yang


mencakup semua fungsi-fungsi kekuasaan (trias politiqa) dan objek formal ilmu
pemerintahan adalah fungsi kekuasaan eksekutif (uni politiqa). Fungsi kekuasaan
legislatif menjadi ranah dari partai-partai politik yang berupaya untuk
memperoleh suara terbanyak guna memperoleh kursi-kursi perwakilannya.
Lingkup ini adalah kompetensi dari Ilmu Politik. Fungsi kekuasaan yudikatif
adalah lembaga-lembaga peradilan dari daerah sampai dengan tingkat pusat,
seperti Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, dan Mahkamah Agung yang
kompetensinya adalah Ilmu Hukum. Pemahaman di atas dilandasi oleh
pendekatan dari Immanuel Kant yang dirangkum dari Critic of Pure Reason
(1781), Critic of Practical Reason (1788), Critic of Judgement (1790). “Choice of
interest” adalah tindakan epistemologis. Merupakan tanggung-jawab subjek
sebagai bagian dari komunitas ilmu pemerintahan. Aristotle agreed that forms are
closely tied to intelligibility, but denied their separate existence. Aristotle explains
change and generation through a distinction between the form and matter of
substances. A lump of bronze (matter) becomes a statue through its being molded
into a certain shape (form) Immanuel Kant, “we are presented with
phenomenological “matter,” which has no meaning until the mind imposes some
form upon it. Inilah kunci dari pendekatan sistematik Immanuel Kant untuk
menguji eksistensi dari suatu ilmu pengetahuan. Di samping ada tiga (3)
pendekatan lainnya untuk menguji eksistensi dari suatu ilmu pengetahuan, yaitu:

1. Pendekatan Definisi;

2. Pendekatan Tokoh dan Aliran;

3. Pendekatan Sejarah (Lubis,2011:2-7).


Pendekatan sistematika adalah alpha and omega dari eksistensi suatu ilmu
pengetahuan. Kant, mengatakan bahwa, di hadapan kita disajikan
“phenomenological matter” yang artinya ‘sesuatu (infinite) seperti adanya fakta
atau kejadian yang menarik perhatian yang dapat diamati atau dipelajari dan dapat
digolongkan sesuatu yang tidak biasa atau sulit untuk dipahami atau dapat
dijelaskan secara lengkap.’ Belum memberikan arti dan makna apa pun kepada
kita semua, hingga pikiran yang ada pada kita sendiri untuk dipaksakan dengan
segala kemampuannya memasuki objek/substansi forma tersebut. Inilah sumber
dari segala sumber yang jika diolah dengan tepat dan hati-hati maka akhirnya
akan melahirkan produk ilmu pengetahuan, seperti: teori, prinsip-prinsip,
konsep/idea, pragmatisme, seni, dan keterampilan. Pada fungsi eksekutif saja atau
pemerintahan dalam arti sempit, juga dilakukan metode pendekatan sistematika,
yaitu ontologi, epistemology dan aksiologi.

Masing-masing bidang memerlukan “ingress with ing-redient”


Pemerintahan sebagai suatu realitas dan sekaligus keberadaan yang bersifat
ontologis dalam pengertian dapat diamati melalui panca indera (empiricism) dan
juga dapat dipahami melalui pengertian (rationalism). Untuk memahami realitas
pemerintahan tersebut, dapat dilihat sebagai berikut:

OBJEK PEMERINTAHAN SECARA ONTOLOGIS

Objek pemerintahan secara epistemologis adalah untuk memahami dengan


benar dan jelas objek formal yang menjadi bagian dari eksistensi pemerintahan.
Pemahaman secara epistemologis adalah kegiatan untuk melakukan focusing on
interest. Epistemology, (from the Greek ‘episteme’, ‘knowledge’, and ‘logos’,
‘explanation’), the study of the nature of knowledge and justification; specifically,
the study of

a) The defining features;

b) The substantive conditions or

sources; and
c) The limits of knowledge and justification (Cambridge, 1999:273). Epistemologi
utamanya adalah mempelajari tentang prinsip dasar/sifat/karakteristik dari
pengetahuan dan upaya untuk mencapai kebenaran. Secara rinci, epistemologi
mempelajari:

(a) bagaimanakah mendefinisikan, apa yang menjadi milik dan atau yang
termasuk dalam objek forma dari eksistensi/objek material sebagai bagian yang
teramat penting,

(b) menentukan (imposed) ketentuan-ketentuan/keadaan atau sumber-sumber


pengetahuan yang substansial, atau sumber-sumber pengetahuan yang substansial,

(c) menentukan batas-batas dari pengetahuan dan proses untuk mencapai


kebenaran.

Epistemologi adalah ranah dari kemerdekaan dalam kegiatan ilmu


pengetahuan untuk menemukan kebenaran yang sejatinya. Epistemology, is the
philosophical study of knowing and other desirable ways of believing and
attempting to find the truth. It is a central field of philosophy because it links the
two most important objects of philosophical inquiry: ourselves and the world
(Zagsebski, 2009:1). Epistemologi adalah kajian filsafat untuk mengetahui dan
dengan cara-cara lain yang diinginkan oleh subjek (kebebasan) untuk memperoleh
atau mengambil sesuatu yang berharga serta meyakini dan berupaya keras untuk
menemukan kebenaran di dalam objek forma yang diyakininya. Ini adalah
lapangan penyelidikan yang utama dari filsafat karena lapangan penyelidikan
tersebut berhubungan dengan dua (2) objek utama yang penting dalam
penyelidikan filsafat: diri kita (ourselves) dan dunia (the world). Most
epistemologist take for granted that knowing is a species of believing. If I know
then I believe (Zagsebski, 2009:106). Pendekatan epistemologis dalam filsafat,
berkeyakinan atau beranggapan bahwa sesuatu yang berharga atau diambil dari
objek formanya adalah benar dan kemungkinan benar tanpa mengetahui bahwa
hal itu adalah benar (take for granted). Jadi mengetahui (knowing) adalah suatu
jenis (a species) dari keyakinan.
OBJEK PEMERINTAHAN SECARA EPISTEMOLOGIS

Sistematika epistemologis pada objek forma pemerintahan diambil dari


contents book from The Web of Government yang ditulis oleh R. M. Mac IVER.
Objek pemerintahan secara aksiologis adalah sebuah terminology modern untuk
teori nilai tentang “apa yang diinginkan” (the desired government), “apa yang
merupakan pilihan” (the preferred government), dan “apa yang disebut dengan
kebaikan” (the good government), dan juga menyelidiki mengenai sifatnya,
kriterianya, dan status metafisikanya.

OBJEK PEMERINTAHAN SECARA AKSIOLOGIS

Nilai-nilai tersebut semuanya terdapat di pemerintahan dalam pengertian


eksekutif (the government) dan tentunya secara aksiologis harapan (the hope)
terhadap nilai-nilai tersebut ada pada yang diperintah (the governed), (MacIver,
1963:7).

2.2 Ruang lingkup dan azas-azas Ilmu Pemerintahan

Ruang lingkup Ilmu Pemerintahan

 Dibidang Peraturan Perundang yang banyak ditulis oleh pakar ilmu


hukum.
a. Pembahasan konstitusi
b. Hukum kewarganegaraan
c. Hukum pemerintahan Daerah dan Pusat
 Dibidang Ketatanegaraan yang banyak ditulis oleh pakar ilmu
administrasi.
Administrasi pemerintah Pusat, Daerah, Kecamatan, Kelurahan/Desa,
Tingkat Departemen dan Non Departemen.
 Dibidang Kekuasaan yang banyak ditulis oleh pakar ilmu politik.
a. Kebijaksanaan International dan Politik luar negeri
b. Organisasi Politik
c. Kebijaksanaan Pemerintahan
d. Pendapat umum dalam pembuatan peraturan
 Dibidang kenegaraan banyak ditulis oleh pakar ilmu Negara.
a. Tugas, hak dan kewenangan Pemerintahan
b. Tipe, bentuk dan sistem pemerintahan
c. Fungsi dan prinsip pemerintahan
 Dibidang pemikiran Hakiki banyak ditulis oleh pakar ilmu filsafat.
a. Etika Pemerintahan
b. Seni memerintah
c. Hakekat pemerintahan

Azas-azas Ilmu Pemerintahan

Yang menjadi azas ilmu pemerintahan adalah dasar dari suatu sistem
pemerintahan seperti idiologi suatu bangsa, falsafah hidup dan konstitusi yang
membentuk sistem pemerintahan.

Ada beberapa azas pemerintahan antara lain :

a. Azas aktif yaitu pemerintahan memegang peranan inovatif dan


insentif, bahkan pemerintah mengurus seluruh permasalahan
pembangunan pemerintah dan masyarakat.
b. Azas Vrij Bestuur
Vrij Bestuur adalah kekosongan pemerintah, hal ini timbul karena
melihat bahwa tidak seluruhnya penjabaran setiap Departemen dan
non Departemen sampai kecamatan apalagi ke Kelurahan/Desa.
c. Azas Freis Eremeesen
Pekerjaan itu belum ada dan mesti dicari serta ditemukan sendiri.
Dalam hal ini pemerintah bebas mengurus dan menemukan
inisiatif pekerjaan baru sepanjang tidak ada pertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku atau kebiasaan yang
berlaku pada suatu tempat.
d. Azas Historis
Dalam penyelenggaraan pemerintahan, bila terjadi suatu peristiwa,
maka pemerintah untuk menanggulanginya berpedoman kepada
penanggulangan dan pemecahan peristiwa yang lalu.
e. Azas Etis
Dalam penyelenggaraan pemerintahan, pemerintah tidak lepas
memperhatikan kaedah normatif oleh karenanya di Negara
Indonesia landasan idiilnya Pancasila.
f. Azas Otomatis
Sutu azas bila ada suatu kegiatan baru yang diluar tanggungjawab
suatu Departemen atau non Departemen, baik sifatnya rutin
maupun sewaktu-waktu maka dengan sendirinya pekerjaan itu
dipimpin oleh aparat Departemen dalam Negeri sebagai
pemerintah dalam negeri.
g. Azas Detournemen de panvoir
Suatu azas kesewenang-wenangan pemerintah dalam
menyelenggarakan pemerintahannya atau ketidakperdulian
pemerintah terhadap masyarakatnya.

2.3 Perbedaan dan Persamaan Ilmu Pemerintahan dengan 4 Ilmu


Kenegaraan lainnya serta Hubungan antara Ilmu Pemerintahan dengan 4
Ilmu Kenegaraan lainnya

Perbedaan dan Persamaan Ilmu Pemerintahan dengan 4 Ilmu

Kenegaraan lainnya

Tabel 1. Perbedaan dan Persamaan Ilmu-Ilmu Kenegaraan Ditinjau dari


Objek Material dan Objek Formal
NO NAMA DISIPLIN ILMU OBJEK OBJEK FORMAL
PENGETAHUAN MATERIAL
1 Ilmu Pemerintahan Negara Hubungan-hubungan
pemerintahan, gejala dan
peristiwa pemerintahan
2 Ilmu Politik Negara Kekuasaan, kepentingan rakyat,
grup penekan
3 Ilmu Administrasi Negara Pelayanan, organisasi,
Negara manajemen, dan birokrasi
4 Ilmu Hukum Tata Negara Peraturan perundang-undangan
Negara
5 Ilmu Negara Negara Konstitusi, timbul dan
tenggelamnya negara
1. Persamaan Ilmu Pemerintahan dengan 4 Ilmu Kenegaraan lainnya

Dilihat dari segi Objek Material, antara Ilmu pemerintahan dengan Ilmu

politik, ilmu negara, dan ilmu administrasi negara serta ilmu hukum tata negara

memiliki persamaan pada objek materialnya yaitu sama-sama membahas negara

dan apapun mengenai negara. Jellinek sendiri membagi Ilmu-Ilmu kenegaraan

(staatwissenschaaften) menjadi beberapa cabang ilmu yang terdiri dari Ilmu

negara, ilmu politik, ilmu pemerintahan, ilmu hukum tata negara, dan ilmu

administrasi negara. 1

2. Perbedaan Ilmu Pemerintahan dengan 4 Ilmu Kenegaraan lainnya

a. Ilmu Pemerintahan dengan Ilmu Politik

Dilihat dari objek formalnya, ilmu pemerintahan membahas tentang

hubungan-hubungan pemerintahan, gejala dan peristiwa pemerintahan.

Sedangkan, Ilmu Politik membicarakan tentang kekuasaan, kepentingan rakyat,

dan grup penekan.2 Perbedaan Ilmu Pemerintahan dengan Ilmu Politik terlihat

jelas dari definisi dan ruang lingkup pembahasan masing-masing disiplin ilmu,

Jika Ilmu pemerintahan membahas tentang pengkoordinasian eksekutif,

legislatif dan yudikatif antar sesamanya dan kepemimpinannya kepada rakyat,

maka ilmu politik membahas tentang bagaimana mendapatkan kekuasaan di

eksekutif, legislatif dan yudikatif tersebut.

Secara umum dapat dikatakan bahwa ilmu pemerintahan, menekankan

pada fungsi output daripada mutu sistem politik, sedangkan ilmu politik

menitikberatkan pada fungsi input.3 Maksudnya ilmu pemerintahan membahas

tentang penyelenggaraan kebijakan (peraturan) serta kebijaksanaan kepada


1
Inu Kencana Syafiie, Pengantar Ilmu Pemerintahan (Bandung : PT Refika Aditama, 2013), hlm.26
2
Ibid, hllm. 24
3
Ibid, hlm. 56-57
masyarakat, sedangkan Ilmu Politik mengkaji tentang pembuatan kebijakan

dan penampung aspirasi untuk menentukan suatu kebijakan serta

kebijaksanaaan. Dengan perkataan lain ilmu pemerintahan lebih mempelajari

komponen politik dari suatu sistem politik, sedangkan ilmu politik mempelajari

society dari suatu sistem politik.

b. Ilmu Pemerintahan dengan Ilmu negara

Dari segi objek formalnya, ilmu pemerintahan jelas berbeda dengan ilmu

negara yang menjelaskan masalah konstitusi, serta timbul tenggelamnya

negara.Ilmu negara menekankan pokok bahasannya pada konstitusi di suatu

negara, seperti pembuatan dan pembaharuan UUD serta membahas tentang

kedaulatan negara. Sedangkan ilmu pemerintahan menjelaskan cara

menjalankan pemerintahan sesuai dengan konstitusi yang berlaku di suatu

negara.

Walaupun banyak penulis yang merancukan pembagian bentuk-bentuk

negara dengan bentuk-bentuk pemerintahan. Namun, Inu Kencana Syafiie,

mengungkapkan bahwa ilmu negara itu bersifat statis dan deskriptif, karena

terbatas hanya melukiskan lembaga-lembaga politik. Sedangkan ilmu

pemerintahan itu dinamis, karena dapat menyesuaikan diri dengan situasi dan

kondisi setempat, oleh karena itu, selain merupakan suatu disiplin ilmu

pengetahuan yang berdiri sendiri, pemerintahan juga merupakan suatu seni

yaitu seni memerintah, yang selain diperoleh melalui kegiatan belajar

mengajar, juga karena dilahirkan berbakat.


c. Ilmu Pemerintahan dengan Ilmu Administrasi Negara

Ilmu Administrasi negara membahas tentang pelayanan, organisasi,

manajemen, dan birokrasi suatu negara. Dari segi pendekatan keilmuannya,

Ilmu pemerintahan cenderung melaksanakan pendekatan antara lain :

Legalistik (keadaan aturan yang berlaku), empirik (keadaan nyata di

lapangan), formalistik (keadaan ketentuan resmi). Sedangkan Ilmu

administrasi negara cenderung melaksanakan pendekatan keilmuan antara lain

: ekologikal (posisi keberadaan lingkungan), organisasional (perlembaga

keanggotaan), dan struktural (peraturan penempatan lokasi).

d. Ilmu pemerintahan dengan Ilmu hukum tata negara

Dilihat dari sudut pandang objek forma masing-masing disiplin ilmu

memiliki fokus kajian yang berbeda yaitu, jika ilmu pemerintahan cenderung

lebih mengkaji hubungan-hubungan pemerintah dalam arti perhatian utama

adalah pada gejala yang timbul pada peristiwa pemerintahan itu sendiri, maka

hukum tata negara mengkaji tentang peraturan perundang undangan dalam

suatu negara.
Hubungan antara Ilmu Pemerintahan dengan 4 Ilmu Kenegaraan

lainnya

Gambar 1 : Hubungan Ilmu-Ilmu Kenegaraan.

Gambar tersebut menunjukkan pertumpang tindihan ilmu-ilmu kenegaraan,

di mana intinya adalah negara itu sendiri, karena merupakan objek material ilmu-

ilmu kenegaraan.

1. Hubungan Ilmu Pemerintahan dan Ilmu Politik

Antara ilmu pemerintahan dengan ilmu politik memang sering di sama

artikan oleh masyrakat luas, seperti adanya Jurusan Ilmu Pemerintahan dan

Ilmu Politik, masyarakat awam akan menganggapnya sama. Hampir di

seluruh daratan Eropa (kontinental) terutama di Negeri Belanda, menganggap

bahwa ilmu pemerintahan bersumber dan berasal dari ilmu politik.4

Munculnya anggapan disiplin ilmu pemerintahan di Eropa yang bersumber

dari ilmu politik, dimulai dari adanya anggapan bahwa meningkatnya

4
Ibid, hlm. 35
perhatian berbagai pihak akan isi, bentuk, efek, dam faktor pemerintahan

bertitik berat pada pengambilan kebijaksanaan pemerintah tersebut sebagai

bagian dari berbagai proses dalam ilmu politik.

Walaupun hakikatnya berbeda sebenarnya. Namun tidak bisa dipungkiri

bahwa ilmu yang dipelajari pada 2 disiplin ilmu ini saling tumpang tindih dan

mendekati mirip. Jika dilihat dari definisi masing-masing disiplin ilmu.

Terdapat beberapa pendapat yang mengatakan bahwa pemerintah hanya

merupakan sub sistem ilmu politik, namun pada gilirannya akan tetap

mengakui keberadaan ilmu pemerintahan itu sendiri.5 Hubungan antara ilmu

pemerintahan dengan ilmu politik yaitu ilmu pemerintahan mengkaji tentang

komponen politik itu sendiri, bagaimana suatu instansi pemerintahan mampu

dijalankan dengan baik di suatu negara, sedangkan ilmu politik membahas

bagaimana seseorang dengan kekuasaan yang dimiliki mampu menguasai

suatu pemerintahan.

Hubungan yang nyata antara ilmu politik dengan ilmu pemerintahn adalah

anggapan bahwa ilmu pemerintahan yang organisasinya tersusun berdasarkan

prinsip-prinsip birokrasi yang mempunyai ruang lingkup begitu luas mulai

garis pemerintah pusat sampai ke daerah-daerah dan desa/kelurahan, adalah

menjalankan keputusan-keputusan politik. Sedangkan ilmu pemerintahan

membicarakan penyelenggaraannya dengan menekankan pada hubungan

antara pusat dan daerah, antara yang memerintah dan yang diperintah. Atau

bisa dikatakan bahwa kebijaksanaan pemerintah (public policy) dibuat dalam

arena politik, tetapi hamper semua perencanaan dan pelaksanaannya,

5
Ibid, hlm. 56
diselenggarakan dalam arena birokrasi pemerintahan tersebut (Miftah

Thoha).6

Jika di ibaratkan, negara adalah suatu keluarga, maka politik merupakan

ayah yang mencari nafkah finansial, sedangkan ibu yang diibaratkan

pemerintahan mengelola nafkah tersebut. Artinya, Politik secara ringkas,

ialah usaha untuk mendapat suatu kekuasaan, maka setelah suatu kekuasaan

itu didapat, Pemerintahan berperan untuk menjalankan “roda” kekuasaan

tersebut. Jadi jika keputusan, kebijakan serta kebijaksanaan pemerintahan

dalam arti luas, telah ditetapkan, maka kemudian keputusan tersebut akan

bergerak dari arena politik sebagai pembuat ke arah infra-struktur birokrasi

pemerintahan dalam arti sempit, sebagai penyelenggaranya.

Seperti misalnya dalam penyelenggaraan bursa pemilihan kepala

pemerintahan, anggota parlem dan para senator, diusahakan oleh ilmu politik

agar dikuasai elit kekuasaan tertentu, dimana pemerintahan itu sendiri

berlangsung.7

2. Hubungan Ilmu Pemerintahan dengan Ilmu negara

Pemerintah/pemerintahan merupakan salah satu syarat mutlah berdirinya

suatu negara. Suatu bangsa yang merupakan sekumpulan orang yang

serumpun saja tidak akan pernah menjadi negara tanpa adanya satu

pemerintahan berdaulat yang berada di atasnya. Hal tersebut yang membuat

ilmu pemerintahan dapat pula dikatakan sebagai “anak” dari Ilmu negara.

Antara ilmu negara dan ilmu pemerintahan pembahasannya akan berjalan

beriringan, meskipun terkadang sering diartikan sama terkait dengan adanya

6
Ibid, hlm. 57
7
Ibid, hlm. 57
kepala pemerintahan dan kepala negara di suatu negara dengan sistem

presidensial yang 2 jabatan tersebut dipegang oleh satu orang. Namun hal ini

menjadi berbeda pada negara dengan sistem parlementer yang antara kepala

negara dan kepala pemerintahannya dipegang oleh orang yang berbeda.

Kepala negara hanya bersifat simbolis, dan hanya bertugas pada acara-acara

seremonial, berbeda dengan kepala pemerintahan yang menjadi

pelaksana/penyelenggara tugas-tugas eksekutif.Namun pada prinsipnya

hubungan ilmu pemerintahan dengan ilmu negara sangat erat karena memiliki

objek material yang sama, yaitu negara itu sendiri.8

3. Hubungan Ilmu Pemerintahan dengan Ilmu Administrasi negara

Di negeri Anglo Saxon (Inggris Raya) ilmu pemerintahan dianggap

sebagai ilmu administrasi negara selama beberapa dasa warsa, karena

memang sulit dicari perbedaannya antara kedua disiplin ilmu pengetahuan

tersebut. Kendati demikian, pada pertengahan abad 20 ini di Amerika Serikat

lahir ilmu pemerintahan sebagai sebuah disiplin tersendiri dari ilmu

pemerintahan umum, yang terutama mempelajari kinerja internal dari aparat

pemerintahan. 9

Di Amerika Serikat, pemerintahan negeri tersebut mengurus masalah

administrasi negara pula, hal ini membuat ilmu pemerintahan dekat kaitannya

dengan ilmu administrasi. Apalagi bila melihat bahwa ilmu pemerintahan

tampak dekat kaitannya dengan kepemimpinan pemerintahan sebagai usaha

menggerakan orang lain untuk tugas memerintah, maka kepemimpinan yang

disepakati merupakan inti dari ilmu manajemen dan ilmu administrasi,

8
Ibid, hlm. 59
9
Ibid, hlm.36
semakin memperdekat hubungan ilmu pemerintahan dengan ilmu

administrasi negara.

Antara lmu pemerintahan dengan ilmu administrasi negara memiliki

hubungan pula dengan ilmu politik. Administrasi dan politik merupakan

dikotomi, yaitu dua bentuk yang berbeda satu sama lain tetapi tidak dapat

dipisahkan ibarat dua sisi dari satu mata uang. Keduanya dilaksanakan atau

merupakan fungsi pemerintah, maksudnya pemerintah dalam arti yaitu,

pertama, membuat kebijaksanaan (policy making) dilaksanakan pihak

legislatif (di Indonesia dilaksanakan bersama pihak eksekutif atau pemerintah

dalam arti sempit), dan kedua, pelaksanaan kebijaksanaan (policy execution)

dilaksanakan pemerintah dalam arti sempit (eksekutif). Pelaksanaan yang

kedua ini disebut dengan administrasi negara. Jadi administrasi negara

sebagai salah satu fungsi pemerintahan.10

4. Hubungan Ilmu Pemerintahan dan hukum tata negara

Pada dasarnya antara Ilmu pemerintahan dengan ilmu hukum tata negara

memiliki hubungan yang sangat dekat, yakni mengenai objek materialnya

yang sama yaitu negara, namun perbedaan keduanya yang mendasar ialah jika

seorang sarjana hukum apabila menulis tentang hukum tata negara, maka

yang ia bahas berfokus pada penerapan peraturan-peraturan hukum yang

berlaku dalam ketatanegaraan tersebut, penggunaan sanksi-sanksi terhadap

pelanggaran hukum yang berlaku dalam ketatatnegaraan serta usaha


pemanfaatan kekuasaan yang bersumber dari hukum yang layak untuk

mencapai tujuan negara tersebut.

Hal ini menjadi berbeda ketika sarjana pemerintahan menetapkan

kebijaksanaan pemerintah, ia terpaksa tidak memperdulikan hukum itu

sendiri, karena menyadari bahwa hukum yang bertolak belakang dengan

kemanusiaan dan kekeluargaan, kendati dalam ilmu pemerintahan hubungan

tersebut mesti diimbangkan.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa ketika suatu pemerintahan menetapkan

suatu keputusan, kebijakan dan kebijaksanaan public, maka ilmu

pemerintahan juga tetap harus memperhatikan hukum-hukum tata negara

yang berlaku di suatu negara tersebut.

2.4 Negara

Unsur mutlak negara yaitu: (1) Rakyat; (2) Wilayah; (3) Pemerintah dan

Pemerintahan; (4) Kedaulatan dan Kemerdekaan; dan (5) Dasar dan Tujuan. Pada

umumnya negara merupakan suatu bentuk kehidupan bersama, suatu organisasi

dari sejumlah manusia yang memiliki tujuan bersama.

Adapun pengertian negara menurut beberapa ahli, yaitu:

-Negara (polis) ialah persekutuan daripada keluarga dan desa, guna memperoleh

hidup yang sebaik-baiknya (Aris Toteles).

-Persekutuan keluarga-keluarga dengan segala kepentingannya yang dipimpin

oleh akal dari suatu kuasa yang berdaulat (Jean Bodin).

-Negara ialah suatu persekutuan yang senmpurna dari orang-orang merdeka untuk

memperoleh perlindungan hukum (Hugo Grotius).


-Negara adalah suatu organisasi kekuasaan, oleh karenanya dalam setiap

organisasi yang bernama negara, selalu kita jumpai adanya organ atau alat

perlengkapan yang mempunyai kemampuan untuk memaksakan kehendaknya

kepada siapapun juga yang bertempat tinggal di dalam wilayah kekuasaannya

(Sumantri).

2.5 Kekuasaan

Praktik kekuasaan telah ada sejak jaman dahulu. Kekuasaan adalah


kemampuan seseorang atau kelompok untuk memengaruhi tingkah laku orang
atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku (Miriam Budiardjo,2002)
atau Kekuasaan merupakan kemampuan memengaruhi pihak lain untuk berpikir
dan berperilaku sesuai dengan kehendak yang memengaruhi (Ramlan
Surbakti,1992). Kekuatan yang dimana satu orang atau sekelompok orang mampu
mengontrol pikiran dan tindakan orang lain, sehingga orang lain tersebut
mengikuti apa yang disuruh oleh orang yang mengontrolnya ke suatu tujuan
tertentu. Tujuan tersebut bisa saja baik, bisa saja buruk. Tergantung niat dari si
pengontrol ini. Kekuasaan dengan tujuan yang baik dapat memberikan
keuntungan bagi si pengontrol dan yang dikontrol yang akhirnya akan melahirkan
rasa kepercayaan di antara mereka. Sebaliknya, jika kekuasaan dengan tujuan
yang buruk, maka hanya akan merugikan pihak lain yang akhirnya akan
menimbulkan rasa benci satu sama lain.

Dalam pemerintahan mempunya makna yang berbeda: "kekuasaan"


didefinisikan sebagai "kemampuan untuk memengaruhi seseorang untuk
melakukan sesuatu yang bila tidak dilakukan", akan tetapi "kewenangan" ini akan
mengacu pada klaim legitimasi, pembenaran dan hak untuk melakukan
kekuasaan. Sebagai contoh masyarakat boleh jadi memiliki kekuatan untuk
menghukum para kriminal dengan hukuman mati tanpa sebuah peradilan
sedangkan orang-orang yang beradab percaya pada aturan hukum dan
perundangan-undangan dan menganggap bahwa hanya dalam suatu pengadilan
yang menurut ketentuan hukum yang dapat memiliki kewenangan untuk
memerintahkan sebuah hukuman mati.
Dalam perkembangan ilmu-ilmu sosial, kekuasaan telah dijadikan subjek
penelitian dalam berbagai empiris pengaturan keluarga (kewenangan orang tua),
kelompok-kelompok kecil (kewenangan kepemimpinan informal), dalam
organisasi seperti sekolah, tentara, industri dan birokrat (birokrasi dalam
organisasi pemerintah) dan masyarakat luas atau organisasi inklusif, mulai dari
masyarakat yang paling primitif sampai dengan negara, bangsa-bangsa modern
atau organisasi (kewenangan politik).

Dalam pembicaraan umum, kekuasaan dapat berarti kekuasaan golongan,


kekuasaan raja, kekuasaan pejabat negara. Sehingga tidak salah bila dikatakan
kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain menurut kehendak
yang ada pada pemegang kekuasaan tersebut. Robert Mac Iver mengatakan bahwa
Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengendalikan tingkah laku orang lain baik
secara langsung dengan jalan memberi perintah / dengan tidak langsung dengan
jalan menggunakan semua alat dan cara yg tersedia. Kekuasaan biasanya
berbentuk hubungan, ada yg memerintah dan ada yg diperintah. Manusia berlaku
sebagai subjek sekaligus objek dari kekuasaan.

Kekuasaan di dalam negara diibaratkan sebagai kekuasaan seorang Ayah


yang mengayomi anggota keluarganya. Ayah sebagai seorang penguasa harus
bersikap adil dan melindungi hak-hak dasar anggota keluarga. Penguasa diberi
kepercayaan seutuhnya oleh rakyat, untuk mengatur dan menciptakan kehidupan
yang layak bagi mereka. Seorang penguasa akan senantiasa membela dan
melindungi rakyatnya dari ancaman yang datang dari luar. Seorang penguasa
adalah penyelamat, yang membangkitkan kembali rakyatnya dikala mereka
terpuruk dalam kesengsaraan.

Namun, kekuasaan jaman sekarang apakah masih akan melindungi dan


membela rakyatnya? Akankah kekuasaan akan dijalankan sebagaimana mestinya
atau malah disalahgunakan? Penguasa yang menyalahgunakan kekuasaannya
harus lebih banyak belajar tentang masa lalu. Tentang ilmu pengetahuan, tentang
filsafat kekuasaan, karena seperti Plato katakan bahwa “hanya pengetahuanlah
yang sanggup mengembalikan manusia ke dunia ide untuk mengenal kembali
dengan sebaik mungkin apa yang dahulu pernah diketahuinya dengan sempurna”.
2.6 Demokrasi

Pengertian Demokrasi

Istilah demokrasi berawal dari bahasa Yunani, yakni demokratia. Kata ini
terbentuk dari kata demos yang berarti rakyat, dan kratos yang berarti kekuatan
atau kekuasaan. Jadi, demokrasi sepadan artinya dengan kekuasaan rakyat.
Kekuasaan itu mencakup sektor sosial, ekonomi, budaya, dan politik. Pengertian
demokrasi secara umum adalah sistem pemerintahan dengan memberikan
kesempatan kepada seluruh warga negara dalam pengambilan keputusan. Dimana
keputusan itu akan berdampak bagi kehidupan seluruh rakyat. Arti lainnya adalah
rakyat bertindak sebagai pemegang kekuasaan tertinggi. Sistem pemerintahan ini,
mengizinkan seluruh warga negara untuk berpartisipasi aktif. Peran serta itu bisa
diwakilkan atau secara langsung dalam perumusan, pengembangan, dan
penetapan undang-undang. Setiap ahli memiliki penafsiran tersendiri terhadap
demokrasi. Meskipun bermuara pada tujuan yang sama.

Berikut adalah pengertian dari demokrasi yang telah dikemukakan oleh


beberapa ahli, diantaranya adalah :

a. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

Menurut KBBI, Demokrasi memiliki 2 arti, yaitu :

Demokrasi merupakan suatu bentuk atau sistem pemerintahan dimana


seluruh rakyatnya ikut serta dalam memerintah, yaitu melalui perantara
wakil-wakil terpilih mereka. Demokrasi merupakan suatu gagasan atau
pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban,
serta perlakuan yang sama bagi semua warga negaranya.

a) Abraham Lincoln

Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang diselenggarakan dari rakyat,


oleh rakyat, dan untuk rakyat.
b) Charles Costello

Demokrasi adalah sistem sosial dan politik pemerintahan diri dengan


kekuasaan-kekuasaan pemerintah yang dibatasi hukum dan kebiasaan
untuk melindungi hak-hak perorangan warga negara.

c) Hannry B. Mayo

Dalam demokrasi suatu kebijaksanaan umum ditentukan atas dasar


mayoritas oleh wakil-wakil yang secara efektif diawasi oleh rakyat melalui
berbagai macam pemilihan yang dilakukan berdasarkan pada prinsip
kesamaan politik serta diselenggarakan dalam suasana dimana kebebasan
politik terjadi.

Ciri-ciri Demokrasi

Negara dikatakan sudah menerapkan sistem demokrasi, bila berbagai cici


ciri demokrasi ini sudah diusung. Berikut ini sejumlah ciri-ciri yang bisa
diperhatikan.

a. Seluruh Keputusan yang Ditetapkan oleh Pemerintah. selalu berlandaskan


atas aspirasi dan kepentingan warga negara. Jadi bukan atas dasar
kepentingan pribadi atau kelompok. Sehingga bisa mencegah praktek
korupsi yang merajalela.

b. Menerapkan ciri konstitusional. Hal ini berkaitan dengan kehendak,


kepentingan atau kekuasaan rakyat. Dimana hal itu tercantum di dalam
penetapan hukum atau undang-undang. Hukum yang tercipta harus seadil-
adilnya.

c. Mempunyai Perwakilan Rakyat. Seperti di Indonesia terdapat lembaga


legeslatif bernama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Sehingga urusan
negara, kekuasaan dan kedaulatan rakyat diwakilkan pada anggota dewan.
Mereka sudah terpilih melalui pemilihan umum.

d. Menyelenggarakan Pemilihan Umum. Pesta rakyat ini harus digelar secara


berkala, sehingga terpilih perwakilan atau pemimpin untuk menjalankan
roda pemerintahan.

e. Terdapat Sistem Kepartaian. Partai adalah sarana atau media untuk


melaksanakan sistem demokrasi. Dengan adanya partai rakyat bisa dipilih
sebagai wakil rakyat sebagai penerus aspirasi. Sehingga pemerintah bisa
mewujudkan keinginan rakyat. Sekaligus wakil rakyat bisa mengontrol
kerja pemerintah. Kalau terdapat penyimpangan, wakil rakyat bisa
mengambil tindakan hukum. Supaya tidak merugikan rakyat dan negara.
Partai juga akan mewakili rakyatnya untuk memilih dan mengusung
pemimpin negara dan pemimpin daerah. Harapannya bisa menjadi
pemimpin yang adil dan bijaksana.

2.7 Kebijakan Pemerintah

Pengertian kebijakan pemerintah pada prinsipnya dibuat atau atas dasar


kebijakan yang bersifat luas. Menurut Werf (1997) yang dimaksud dengan
kebijakan adalah usaha mencapai tujuan tertentu dengan sasaran tertentu dan
dalam urutan tertentu. Sedangkan kebijakan pemerintah mempunyai pengertian
baku yaitu suatu keputusan yang dibuat secara sistematik oleh pemerintah dengan
maksud dan tujuan tertentu yang menyangkut kepentingan umum (Anonimous,
1992).
Sesuai dengan system administrasi Negara Republik Indonesia kebijakan dapat
terbagi 2 (dua) yaitu :
1. Kebijakan internal (manajerial), yaitu kebijakan yang mempunyai kekuatan
mengikat aparatur dalam organisasi pemerintah sendiri.
2. Kebijakan eksternal (publik), suatu kebijakan yang mengikat masyarakat
umum. Sehingga dengan kebijakan demikian kebijakan harus tertulis.
Pengertian kebijakan pemerintah sama dengan kebijaksanaan berbagai
bentuk seperti misalnya jika dilakukan oleh Pemerintah Pusat berupa Peraturan
Pemerintah (PP), Keputusan Menteri (Kepmen) dan lain-lain. Sedangkan jika
kebijakan pemerintah tersebut dibuat oleh Pemerintah Daerah akan melahirkan
Surat Keputusan (SK), Peraturan Daerah (Perda) dan lain-lain.
Dalam penyusunan kebijaksanaan/kebijakan mengacu pada hal-hal berikut :

1. Berpedoman pada kebijaksanaan yang lebih tinggi.


2. Konsistensi dengan kebijaksanaan yang lain yang berlaku.
3. Berorientasi ke masa depan.
4. Berpedoman kepada kepentingan umum.
5. Jelas dan tepat serta transparan.
6. Dirumuskan secara tertulis.
Sedangkan kebijakan atau kebijaksanaan pemerintah mempunyai beberapa
tingkatan yaitu :
a. Kebijakan Nasional
Yaitu kebijakan Negara yang bersifat fundamental dan strategis untuk
mencapai tujuan nasional/negara sesuai dengan amanat UUD 1945
GBHN. Kewenangan dalam pembuat kebijaksanaan adalah MPR, dan
Presiden bersama-sama dengan DPR. Bentuk kebijaksanaan nasional yang
dituangkan dalam peraturan perundang-undangan dapat berupa :
1) UUD 1945
2) Ketetapan MPR
3) Undang-Undang
4) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) dibuat oleh
Presiden dalam hal kepentingan memaksa setelah mendapat persetujuan
DPR.
b. Kebijaksanaan Umum
Kebijaksanaan yang dilakukan oleh Presiden yang bersifat nasional dan
menyeluruh berupa penggarisan ketentuan-ketentuan yang bersifat garis
besar dalam rangka pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan
pembangunan sebagai pelaksanaan UUD 1945, Ketetapan MPR maupun
Undang-Undang guna mencapai tujuan nasional. Penetapan kebijaksanaan
umum merupakan sepenuhnya kewenangan presiden, sedangkan bentuk
kebijaksanaan umum tersebut adalah tertulis berupa peraturan perundang-
undangan seperti halnya Peraturan Pemerintah (PP), Keputusan Presiden
(Kepres) serta Instruksi Presiden (Inpres). Sedangkan kebijaksanaan
pelaksanaan dari kebijakan umum tersebut merupakan penjabaran dari
kebijakan umum serta strategi pelaksanaan dalam suatu bidang tugas
umum pemerintahan dan pembangunan dibidang tertentu. Penetapan
kebijaksanaan pelaksanaan terletak pada para pembantu Presiden yaitu
para Menteri atau pejabat lain setingkat dengan Menteri dan Pimpinan
LPND sesuai dengan kebijaksanaan pada tingkat atasnya serta perundang-
undangan berupa Peraturan, Keputusan atau Instruksi Pejabat tersebut
(Menteri/Pejabat LPND).
c. Strategi Kebijakan
Merupakan salah satu kebijakan pelaksanaan yang secara hirarki dibuat
setingkat Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota berupa Surat Keputusan
yang mengatur tata laksana kerja dan segala sesuatu yang berhubungan
dengan Sumber Daya Manusia. Pengertian strategi merupakan serangkaian
sasaran organisasi yang kemudian mempengaruhi penentuan tindakan
komprehensif
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Bayu surianingrat. Mengenal Ilmu Pemerintahan (Jakarta: PT Rineka Cipta,


1992), 9-11.

Budiardjo, M. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka


Utama.

Syafiie, I. K. (2013). Pengantar Ilmu Pemerintahan. Bandung: PT Refika


Aditama.

Bappenas. 2004, Menumbuhkan Kesadaran Tata Kepemerintahan yang baik,


Jakarta: Sekretariat Pengembangan Kebijakan Nasional Tata Kepemerintahan
yang Baik.

Ilmu Pemerintahan. Prof. Dr. Inu Kencana Syafie. Penerbit bumi kencana

Memahami Ilmu Pemerintahan. Dr. Muhadam Labolo Penerbit Rajawali Pers /


Raja Grafindo Persada

Van Poelje, G.A., Prof. Dr., 1959. Pengantar Umum Ilmu Pemerintahan. Jakarta:
NV Soroengan

Budi Winarno, Teori dan Proses Kebijakan Publik, Yogyakarta: Media Press,
2005.

Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijaksanaan: Dari Formulasi ke Implementasi


Kebijaksanaan Negara, Jakarta: Bumi Aksara, 2004,

Edi Suharto, Analisis Kebijakan Publik, Bandung: Alfabeta, 2005,

Amir Santosa, “Analisis Kebijaksanaan Publik; Suatu Pengantar”. Jurnal Ilmu


Politik 3, (Jakarta: Gramedia, 1993)
Riant Nugroho, 2004, “Kebijakan Publik, Formulasi, Implementasi dan Evaluasi.
Jakarta: PT Gramedia

Subarsono, Ab. 2005. “Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori dan Aplikasi,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

Audi, Robert, 1999. The Cambridge Dictionary of Philosophy. Cambridge


University Press. Blauw, Martijn and Duncan Pritchard, 2005. Epistemology A-Z.
Finland: Palgrave Macmillan.

Budianto, Irmayanti M., 2002. Realitas dan Objektivitas. Jakarta: Wedatama


Widya Sastra.

Caygill, Howard, 2000. A Kant Dictionary. Blackwell Publishers.

http://jurnal.unpad.ac.id/cosmogov/article/view/11856/5527

http://www.academia.edu/5573659/PENGANTAR_ILMU_PEMERINTAHAN_1

Anda mungkin juga menyukai