Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah saya panjatkan ke hadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar sehingga saya
pada akhirnya bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Rasa terima kasih juga saya ucapkan kepada Dosen Pembimbing yang selalu
memberikan dukungan serta bimbingannya sehingga saya dapat membuat makalah ini dengan
baik. Semoga makalah kapita selekta yang telah saya susun ini turut memperkaya khazanah
ilmu kita serta bisa menambah pengetahuan dan pengalaman para pembaca.

Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna.
sayapun juga menyadari bahwa makalah ini juga masih memiliki banyak kekurangan. Maka
dari itu saya mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca sekalian demi
penyusunan makalah kapita selekta dengan tema serupa yang lebih baik lagi kedepannya.

Lhokseumawe, 25 Desember, 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................1

DAFTAR ISI........................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................3

A. Latar Belakang Masalah...................................................................................3

B. Tujuan Penulisan...............................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................4-8

1.1. Pengertian Umum Tentang Paradigma Administrasi..................................4

1.2. Pengertian Paradigma Administrasi Publik....................................................5

1.3. Fungsi Administrasi ..............................................................................6-8

BAB III PEMBAHASAN....................................................................................9-16

2.1. Kapita Selekta Administrasi Negara..............................................................9

2.2. Peralihan Konsep Administrasi Negara Menjadi Administrasi Publik...........9-11

2.3. Masalah Yang Terjadi Dalam Organisasi Publik........................................12-16

BAB IV PENUTUP..............................................................................................17

A.Kesimpulan.........................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18

BAB I

2
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

George Frederickson menjelaskan bahwa munculnya new public administration


diawali dengan beberapa kejadian seperti pada tahun 1960-an terjadi beberapa krisis secara
bersamaan. Pertama, krisis kekotaan bersumber dari suburbanisasi yang tidak bisa ditawar–
yang didukung pemerintahan. Kedua, krisis rasial amat erat berhubungan dengan krisis
sebelumnya, untuk sebagian berasal dari getoisasi (perkampungan di kota yang umumnya
dihuni oleh penduduk dari kelompok minoritas). Dengan memburuknya pusat-pusat kota,
maka buruk pulalah lembaga pelayanan masyarakat, tingkat pengangguran yang tak
terkendali terutama di kalangan minoritas dan sistem kesejahteraan terlalu menanggung
beban yang berat.Ketiga, terjadi krisis energi diikuti dengan krisis lingkungan, perawatan
kesehatan, transportasi dan seterusnya dan semua krisis ini telah mempengaruhi administrasi
negara.

Tiga peristiwa yang terjadi antara tahun 1960-an dan 1970-an yang berpengaruh pada
masyarakat dan pemerintahan serta administrasi negara: perang Vietnam, kekacauan kota dan
perselisian rasial yang terus berlangsung dan skandal Watergate. Kebanyakan karyawan
negara tidak punya identitas dengan bidang administrasi negara, mereka lebih
mengidentifikasikan diri dengan lapangan profesi lain, dan menjadikan administrasi negara
sebagai profesi kedua. Beberapa peristiwa yang dijelaskan di ataslah yang kemudian
mendorong lahirnya Administrasi Negara Baru (New Public Administration).Lebih lanjut
Frederickson juga kemudian menjelaskan bahwa administrasi negara sebelumnya
memfokuskan diri pada manajemen yang efisien, ekonomis dan terkoordinir atas instansi
pelayanan. Dasar pemikiran untuk administrasi negara hampir senantiasa berupa manajemen
yang lebih baik (lebih efisien ataupun lebih ekonomis). Administrasi negara baru
menambahkan: “keadilan sosial (social equity) pada sasaran-sasaran dan dasar pemikiran
klasik.

B. Tujuan Penulisan

Tujuan saya dalam menulis makalah ini adalah untuk mengingatkan kembali
mengenai perubahan paradiqma mengenai lokus dan fokus antara kapita selekta admiistrasi
negara dengan administrasi publik. untuk itu saya menulis makalah inipun agar kita kembali
meriview pengetahuan dasar mengenai paradigma kapita selekta administrasi.administrasi.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Pengertian Umum Tentang Paradigma Administrasi

Administrasi adalah usaha dan kegiatan yang berkenaan dengan penyelenggaraan


kebijaksanaan untuk mencapai tujuan. Administrasi dalam arti sempit adalah kegiatan yang
meliputi catat-mencatat, surat menyurat, pembukuan ringan, ketik mengetik, agenda, dan
sebagainya yang bersifat teknis ketatausahaan. Administrasi dalam arti luas adalah seluruh
proses kerjasama antara dua orang atau lebih dalam mencapai tujuan tertentu secara berdaya
guna dan berhasil guna. Menurut The Liang Gie (1999: 14) administrasi adalah “Segenap
rangkaian penataan terhadap pekerjaan pokok yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam
kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu.” Masih dari sumber yang sama, definisi
administrasi menurut Luther Gullick yaitu “Administrstion has to do with getting things
done, with the accomplishment of defenid objectives.”Jadi menurut Gullick, administrasi
berkenaan dengan penyelesaian haal apa yang hendak dikerjakan, dengan tercapainya tujuan-
tujuan yang hendak ditetapkan.

Sementara itu, menurut Nawawi (1999: 1), administrasi adalah “Kegiatan atau
rangkaian kegiatan sebagai proses pengendalian usaha kerjasama sekelompok manusia untuk
mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan.” 21 Menurut Siagian (2002: 2) administrasi
adalah: “Keseluruhan proses kerjasama antara dua orang atau lebih yang didasarkan atas
rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.” Selain itu ada juga
beberapa ciri-ciri administrasi, yaitu sebagai berikut:

1. Adanya kelompok manusia yang terdiri atas 2 (dua) orang atau lebih.

2. Adanya kerjasama.

3. Adanya proses usaha.

4. Adanya bimbingan, kepemimpianan, dan pengawasan.

5. Adanya tujuan.

4
1.2. Pengertian Paradigma Administrasi Publik

Menurut Pfiffner dan Presthus yang dikutip Syafei (2003: 31) memberikan penjelasan
mengenai administrasi negara sebagai berikut:

a. Administrasi Negara meliputi implementasi kebijaksanaan pemerintah yang ditetapkan


oleh badan-badan perwakilan politik.

b. Administrasi Negara dapat didefinisikan sebagai koordinasi usahausaha perorangan dan


kelompok untuk melaksanakan kebijaksanaan pemerintahan. Hal ini terutama meliputi
pekerjaan sehari-hari pemerintah.

c. Secara ringkas, Administrasi Negara adalah suatu proses yang bersangkutan dengan
kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah, pengarahan kecakapan dan teknik-teknik yang
tidak terhingga jumlahnya, memberikan arah dan maksud terhadap ejumlah orang.

Sedangkan menurut Chander dan Plano dalam Keban (2004: 3) mengemukakan


bahwa: “Administrasi Publik adalah proses dimana sumber daya dan personel publik
diorganisir dan dikoordinasikan untuk memformulasikan, mengimplementasikan, dan
mengelola (manage) keputusan-keputusan dalam publik.” 22 Sementara itu, Henry dalam
Harbani Pasolong (2008: 8), mengemukakan bahwa: “Administrasi Publik adalah suatu
kombinasi yang kompleks antara teori dan praktik, dengan tujuan mempromosikan
pemahaman terhadap pemerintah dalam hubungannya dengan masyarakat yang diperintah,
dan juga mendorong kebijakan publik agar lebih responsif terhadap kebutuhan sosial.”

Administrasi publik berusaha melembagakan praktik-praktik manajemen agar sesuai


dengan nilai efektivitas, efisiensi, dan pemenuhan kebutuhan masyarakat secara lebih baik.
Sedangkan Waldo dalam Pasolong (2008: 8) mendefinisikan “Administrasi publik adalah
manajemen dan organisasi dari manusia-manusia dan peralatannya guna mencapai tujuan
pemerintah.”Kesimpulan yang dapat ditarik dari beberapa pengertian tentang administrasi
publik adalah kerjasama yang dilakukan oleh sekelompok orang atau lembaga dalam
melaksanakan tugas-tugas pemerintah untuk mencapai tujuan pemerintah secara efektif dan
efisien guna memenuhi kebutuhan publik.

5
1.3. Fungsi Administrasi

Newman, menyebut “The Work of Administration”yang dapat dibagi dalam 5 proses, yaitu:

a. Perencanaan (Planning)

b. Pengorganisasian (Organizing)

c. Pengumpulan Sumber (AssemblingResources)

d. Pengendalian Kerja (Supervising)

e. Pengawasan (Controling)

1.4. Pengertian Kualitas Pelayanan

Berkaitan dengan topik permasalahan mengenai Hubungan Kualitas pelayanan


dengan Kepuasan Kerja Pegawai kantor Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung serta untuk mempermudah pemecahan
masalah laporan dalam suatu penelitian memerlukan kerangka pemikiran yaitu berupa teori
yang bertitik tolak pada pendapat para ahli. Selanjutnya peneliti akan menguraikan kerangka
pemikiran mengenai beberapa definisi kualitas pelayanan salah satunya menurut Supranto
(2002: 226) diartikan sebagai “Sebuah kata yang bagi penyedia jasa merupakan sesuatu yang
harus dikerjakan dengan baik.”Menurut Albrecht dan Zemke (dalam Dwiyanto, 2005: 145)
bahwa kualitas pelayanan merupakan “Hasil interaksi dari berbagai aspek, yaitu sistem
pelayanan, sumber daya manusia pemberi pelayanan, strategi dan pelanggan.”Selain itu
menurut Kotler (2002: 83) yang mendefinisikan kualitas pelayanan merupakan: “Setiap
tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada
dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.

”Dengan demikian kebutuhan para penerima layanan harus dipenuhi oleh pihak
penyelenggara pelayanan agar para penerima layanan tersebut memperoleh kepuasan. Untuk
itulah diperlukan suatu pemahaman tentang konsepsi pelayanan. Menurut Wyckof (dalam
Tjiptono, 1996: 59), yang menyatakan: “Kualitas pelayanan diartikan sebagai tingkat
keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk
memenuhi keinginan pelanggan.

6
Kualitas pelayanan bukanlah dilihat dari sudut pandang pihak penyelenggara atau 24
penyedia layanan, melainkan berdasarkan persepsi masyarakat penerima layanan.
Pelangganlah yang mengkonsumsi dan merasakan pelayanan yang diberikan, sehingga
merekalah yang seharusnya menilai dan menentukan kualitas pelayanan.” Berdasarkan
penjelasan yang dipaparkan diatas oleh Tjiptono maka dapat diindikasikan bahwa sebuah
kualitas pelayanan yang diharapkan oleh pegawai sebagai penerima layanan mengharapkan
tingkat keunggulan dari setiap jasa pelayanan yang didapat dari pelayanan yang didapatkan
sebelumnya. Bila pelayanan yang dberikan melampaui harapan dari pegawai maka kualitas
pelayanan yang diberikan akan mendapatkan persepsi yang ideal dari para penerima layanan.
Lebih jelas lagi Gasperz (yang dikutip Lukman, 2007: 7), mengungkapkan sejumlah
pengertian pokok dari kualitas pelayanan, yaitu sebagai berikut: “Pada dasarnya kualitas
pelayanan mengacu pada pengertian pokok, seperti:

1. Kualitas terdiri dari sejumlah keistimewaan produk, baik keistimewaan langsung, maupun
keistimewaan atraktif yang memenuhi keinginan pelanggan dan dengan demikian
memberikan kepuasan atas penggunaan produk itu.

2. Kualitas terdiri dari segala sesuatu yang bebas dari segala kekurangan atau kerusakan.”
Pengertian pokok kualitas pelayanan seperti yang dijelaskan diatas menunjukkan bahwa,
kualitas pelayanan yang terdiri dari keistiewaan dari berbagai pelayanan yang bertujuan
untuk memenuhi kepuasan atas pelayanan yang didapat tersebut. 25 Ada beberapa dimensi
yang harus diperhatikan dalam rangka perbaikan kualitas pelayanan demi pencapaian
maksimal menurut Gasperz (1997: 235-236), yaitu sebagai berikut:

a) Ketepatan waktu pelayanan, hal yang perlu diperhatikan disini adalah berkaitan
dengan waktu.
b) Akurasi pelayanan, yang berkaitan dengan reliabilitas pelayanan dan bebas dari
kesalahan-kesalahan.
c) Keesopanan dan keramahan daram memberikan pelayanan.
d) Tanggung jawab, yaitu berkaitan dengan penerimaan pesanan, maupun penanganan
keluhan.
e) Kelengkapan, menyangkup lingkup pelayanan dan ketersediaan sarana pendukung
serta pelayanan komplementer lainnya.

7
f) 6. Kemudahan dalam mendapatkan pelayanan, berkaitan dengan banyaknya petugas
yang melayanai.
g) 7. Variasi model pelayanan, berkaitan dengan inovasi untuk memberikan pola-pola
baru pelayanan, features dipelayanan lainnya.
h) 8. Pelayanan pribadi, berkaitan dengan fleksibilitas, penanganan permintaan khsus
dan lain-lain.
i) 9. Kenyamanan dalam memperoleh pelayanan, berkaitan dengan lokasi, ruangan,
tempat parkir kendaraan, dan bentuk-bentuk lainnya.
j) 10. Atribut pendukung pelayanan lainnya. Adapun ukuran dari kualitas pelayanan
yang didasarkan pada dimensi pokok kualitas pelayanan, menurut Tjiptono (2004:
59), sebagai berikut:

1. Bukti Langsung (tangibles), yaitu berupa fisik dari jasa, bisa berupa fasilitas fisik peralatan
yang dipergunakan, representasi fisik dari jasa yang dimiliki oleh kantor.

2. Keandalan (reliability), yaitu mencakup dua hal pokok yaitu, konsistensi kerja
(performance) dan kemampuan untuk dipercaya (dependability). Hal ini berarti pegawai
memberikan jasanya secara tepat semenjak saat pertama.

3. Daya Tanggap (resvonsiveness), yaitu kemauan atau kesiapan para pegawai kantor untuk
memberikan jasa yang dibutuhkan masyarakat.

4. Jaminan (assurance), yaitu mencakup pengetahuan, kemampuan kesopanan, dan sifat dapat
dipercaya yang dimiliki para pegawai, bebas dari bahaya, resiko atau keragu-raguan.

5. Empati (emphaty), yaitu meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan antara bawahan
dengan atasan, antara bawahan dengan bawahan, antara bawahan dengan masyarakat. dapat
dirumuskan bahwa seseorang yang memiliki rasa puas terhadap pekerjaannya akan
mempunyai sikap yang positif terhadap organisasi dimana ia bekerja penulis pahami bahwa
kepuasan kerja adalah perasaan pekerja terhadap pekerjaannya.

8
BAB III
PEMBAHASAN

2.1. Kapita Selekta Administrasi Negara

Kapita selekta adalah kumpulan inti sari dari suatu bahan atau materi kajian bidang
ilmu tertentu yang tersusun secara rinci dengan penjelasan yang terkini. Kapita selekta :
adalah kumpulan karangan yang masing-masing menguraikan sesuatu persoalan, tetapi
persoalan yang diuraikan itu termasuk dalam lingkungan sesuatu ilmu pengetahuan.(J.C.T.
Simorangkir, Kamus Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2002). kapita selekta administrasi
Negara adalah kumpulan materi-materi keadministrasi negaraan yang terpilih yang dianggap
penting, berikut asas2nya

Memfasilitasi mahasiswa untuk mengkaji tentang berbagai kebijakan dan


implementasinya di lapangan, serta mengkaji isu-isu administrasi negara secara umum dan
khusus yang berkaitan dengan pelaksanaan

2.2. Peralihan Konsep Administrasi Negara Menjadi Administrasi Publik

Perbedaannya yang mendasar pada Administrasi Negara adalah Publik disini diartikan
hanya sebagai negara. Hal itu berarti aktor/pelaku administrasi hanya dilakukan oleh
pemerintah/birokrasi saja (agen tunggal), oleh karena pendekatan yang dipakai disini adalah
negara/pemerintah semata sebagai driving forces pada aktivitas administrasi sejalan dengan
adanya konsep Good Government (pemerintahan yang baik). Karena orientasi pada
Adminitrasi Negara lebih kepada aktivitas Negara saja, maka fungsi pemerintah sebagai
pelayan publik (public service) tidak melibatkan peran masyarakat dalam aktivitas
adminitrasi yang dijalankan oleh negara/pemerintah itu sendiri (Adminitrasi Of Public).

Pada aktivitas Adminitrasi yang dilakukan oleh birokrasi selaku organisasi


pemerintah, dalam kajian Administrasi Negara berbasis kepada tipe organisasi Weberian,
sehingga aktivitas adminitrasi cendrung kaku (rigid) mementingkan hirarki dan tidak pada
costumer oriented.

9
Sedangkan untuk Administrasi Publik, Publik disini tidak diartikan sebagai negara
saja tetapi juga berarti private (pihak swasta) dan masyarakat. Oleh karena itu untuk
pelaksana/aktor pada Administrasi Publik melibatkan 3 (tiga) unsur yaitu Masyarakat, Pihak
Swasta (Private) dan Negara atau Pemerintah yang mana hal tersebut sejalan dengan adanya
konsep Good Governance (Pemerintahan yang baik) sebagai perubahan konsep Good
Government.

Hal- hal yang berkaitan dengan publik yang meliputi kebijakan publik, manajemen
publik, administrasi pembangunan, tujuan negara, dan etika yang mengatur
penyelenggara negara.

Pembagian Publik :

a. Masyarakat Biasa
b. Pengusaha / Private Sector
c. Lembaga Sipil

Ruang Lingkup Administrasi Publik

Hand Book of Public Administration Nicholas Henry (1995), memberikan rujukan


tentang ruang lingkup administrasi publik yg dapat dilihat dari topik-topik yg dibahas selain
perkembangan ilmu administrasi publik itu sendiri, antara lain:

1). Organisasi publik, pada prinsipnya berkenaan dengan model-model organisasi dan
perilaku birokrasi.

Organisasi publik adalah organisasi yang terbesar yang mewadahi seluruh lapisan
masyarakat dengan ruang lingkup Negara dan mempunyai kewenangan yang absah
(terlegitimasi) di bidang politik, administrasi pemerintahan, dan hukum secara terlembaga
sehingga mempunyai kewajiban melindungi warga negaranya, dan melayani keperluannya,
sebaliknya berhak pula memungut pajak untuk pendanaan, serta menjatuhkan hukuman
sebagai sanksi penegakan peraturan.

10
Organisasi ini bertujuan untuk melayani kebutuhan masyarakat demi kesejahteraan
sebagaimana diamanatkan oleh konstitusi sebagai pijakan dalam operasionalnya. Organisasi
publik berorientasi pada pelayanan kepada masyarakat tidak pada profit/laba/untung. Miftah
Thoha telah memprediksi organisasi-organisasi dimasa mendatang yang salah satunya di
bidang penataan organisasi, dimana organisasi dimasa mendatang akan mempunyai sifat-sifat
yang unik. Struktur organisasi formal akan mengalami penambahan dan perubahan yang
bervariasi, sehingga banyak dijumpai organisasi-organisasi baru tanpa menganalisis lebih
lanjut struktur formal yang ada. Sehingga banyak dijumpai organisasi-organisasi tandingan
yang nonstruktural.

Kelebihan dari kejadian diatas adalah organisasi akan lebih memberikan perhatian
terhadap pemecahan persoalan dibandingkan dari penekanan program. Dengan demikian,
organisasi-organisasi masa mendatang akan merupakan suatu kombinasi dari gejala-gejala
adaptasi (adaptive process), pemecahan masalah (problem solving), sistem temporer
(temporary system) dari aneka macam spesialis, dan evaluasi staf tidak lagi didasarkan atas
hierarki vertikal berdasarkan posisi dan pangkat. Inilah bentuk organisasi masa depan yang
bakal menganti birokrasi.

Organisasi publik adalah organisasi yang terbesar yang mewadahi seluruh lapisan
masyarakat dengan ruang lingkup Negara dan mempunyai kewenangan yang absah
(terlegitimasi) di bidang politik, administrasi pemerintahan, dan hukum secara terlembaga
sehingga mempunyai kewajiban melindungi warga negaranya, dan melayani keperluannya,
sebaliknya berhak pula memungut pajak untuk pendanaan, serta menjatuhkan hukuman
sebagai sanksi penegakan peraturan. Organisasi ini bertujuan untuk melayani kebutuhan
masyarakat demi kesejahteraan sebagaimana diamanatkan oleh konstitusi sebagai pijakan
dalam operasionalnya.

Organisasi publik berorientasi pada pelayanan kepada masyarakat tidak pada


profit/laba/untung. Organisasi sektor publik memiliki ciri-ciri tidak mencari keuntungan
finansial, dimiliki secara kolektif oleh publik, kepemilikan sumber daya tidak dalam bentuk
saham, keputusan yang terkait kebijakan maupun operasi berdasarkan consensus. Organisasi
sektor publik memiliki karakteristik sebagai berikut :

11
a. Tujuan organisasi publik adalah untuk mensejahterakan masyarakat secara bertahap.
b. Aktivitas utamanya pelayanan publik (publik services).
c. Sumber pembiayaan berasal dari dana masyarakat yang berwujud pajak dan retribusi,
laba perusahaan negara, peinjaman pemerintah, serta pendapatan lain-lain yang sah
dan tidak bertentangan sengan perundangan yang berlaku
d. Organisasi publik bertanggung jawab kepada masyarakat melalui lembaga
perwakilan rakyat.
e. Kultur organisasi bersifat birokratis, formal dan berjenjang.
f. Penyusunan anggaran dilakukan bersama masyarakat dalam perencanaan program.
g. Stakeholder dapat dirinci sebagai masyarakat Indonesia, para pegawai organisasi, para
kreditor, para investor, lembaga-lembaga internasional.

2.3. Masalah Yang Terjadi Dalam Organisasi Publik

Sebuah konflik yang terjadi dalam sebuah organisasi publik sangat banyak terjadi.
Apalagi dalam konteks sebuah organisasi besar yang dalam hal ini kita sebut sebagai
pemerintah. Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat
sangat dituntut untuk meberikan usaha terbaiknya yang dalam melakukan proses tersebut
terjadi berbagai permasalahan atau konflik yang tak urung membuat masyarakat yang merasa
dikecewakan. Pelayanan merupakan pilar penting yang dilakukan dalam memberikan
kepuasaan kepada masyarakat. Dari beberapa tahun yang lalu kita telah melihat berbagai
pelayanan yang telah diberikan pemerintah dalam melaksanakan tugasnya. Namun tak ayal
juga kita bisa memperhatikan berbagai kekecewaan yang tercipta karena konflik yang terjadi
saat dilakukan proses pelayanan. Dari hal itulah bisa terjadi berbagai macam cabang - cabang
konflik yang lambat laun jika didiamkan maka bisa terjadi permasalahan yang susah untuk di
elakan lagi.

Permasalahan utama yang kadang timbul dalam usaha organisasi publik untuk melakukan
pelayanan kepada masyarakatnya antara lain :

· Ketidak jelasan bentuk pelayanan

· Kualitas pelayanan yang dilakukan

· Keterlambatan pelayanan

12
2). Manajemen Publik, yaitu berkenaan dengan sistem dan ilmu manajemen, evaluasi
program dan produktivitas, anggaran publik dan manajemen sumber daya manusia

Dalam hal ini, akan dibahas konsep Good Government

1. Partisipasi Masyarakat
Semua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan keputusan, baik
secara langsung maupun melalui lembaga-lembaga perwakilan sah yang mewakili
kepentingan mereka. Partisipasi menyeluruh tersebut dibangun berdasarkan
kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat, serta kapasitas untuk
berpartisipasi secara konstruktif.
2. Tegaknya Supremasi Hukum
Kerangka hukum harus adil dan diberlakukan tanpa pandang bulu, termasuk di
dalamnya hukum-hukum yang menyangkut hak asasi manusia. Pasal 1 ayat (3)UUD
NRI Tahun 1945, yang merumuskan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum.
3. Transparansi
Tranparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas. Seluruh proses
pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi perlu dapat diakses oleh pihak-pihak
yang berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat
dimengerti dan dipantau.
4. Peduli pada Stakeholder
Lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahan harus berusaha melayani semua
pihak yang berkepentingan.
5. Berorientasi pada Konsensus
Tata pemerintahan yang baik menjembatani kepentingan-kepentingan yang berbeda
demi terbangunnya suatu konsensus menyeluruh dalam hal apa yang terbaik bagi
kelompok-kelompok masyarakat, dan bila mungkin, konsensus dalam hal kebijakan-
kebijakan dan prosedur-prosedur.
6. Kesetaraan
Semua warga masyarakat mempunyai kesempatan memperbaiki atau
mempertahankan kesejahteraan mereka.

13
3). Implementasi yaitu menyangkut pendekatan terhadap kebijakan publik dan
implementasinya etika birokrasi

Tachjan (2006i:19) menyimpulkan bahwa pada garis besarnya siklus kebijakan publik terdiri
dari tiga kegiatan pokok, yaitu:

- Perumusan kebijakan
- Implementasi kebijakan serta
- Pengawasan dan penilaian (hasil) pelaksanaan kebijakan.

Jadi efektivitas suatu kebijakan publik sangat ditentukan oleh proses kebijakan yang
terdiri dari formulasi, implementasi serta evaluasi. Ketiga aktivitas pokok proses kebijakan
tersebut mempunyai hubungan kausalitas serta berpola siklikal atau bersiklus secara terus
menerus sampai suatu masalah publik atau tujuan tertentu tercapai.

Implementasi kebijakan merupakan tahap yang krusial dalam proses kebijakan publik.
Suatu kebijakan atau program harus diimplementasikan agar mempunyai dampak atau tujuan
yang diinginkan. Implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian luas merupakan alat
administrasi publik dimana aktor, organisasi, prosedur, teknik serta sumber daya
diorganisasikan secara bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau
tujuan yang diinginkan.

Van Meter dan Van Horn dalam Budi Winarno (2005:102) mendefinisikan implementasi
kebijakan publik sebagai:

”Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh organisasi publik yang diarahkan untuk


mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan sebelumnya.
Tindakan-tindakan ini mencakup usaha-usaha untuk mengubah keputusan-keputusan menjadi
tindakan-tindakan operasional dalam kurun waktu tertentu maupun dalam rangka
melanjutkan usah-usaha untuk mencapai perubahan-perubahan besar dan kecil yang
ditetapkan oleh keputusan-keputusan kebijakan”.

Tahap implementasi kebijakan tidak akan dimulai sebelum tujuan dan sasaran
ditetapkan terlebih dahulu yang dilakukan oleh formulasi kebijakan. Dengan demikian, tahap
implementasi kebijakan terjadi hanya setelah undang-undang ditetapkan dan dana disediakan
untuk membiayai implementasi kebijakan tersebut.

14
Implementasi kebijakan merupakan tahap yang bersifat praktis dan berbeda dengan
formulasi kebijakan sebagai tahap yang bersifat teoritis. Anderson (1978:25) mengemukakan
bahwa: ”Policy implementation is the application by government`s administrative machinery
to the problems. Kemudian Edward III (1980:1) menjelaskan bahwa: “policy
implementation,… is the stage of policy making between establishment of a policy…And the
consequences of the policy for the people whom it affects”.

Berdasakan penjelasan di atas, Tachjan (2006i:25) menyimpulkan bahwa


implementasi kebijakan publik merupakan proses kegiatan adminsitratif yang dilakukan
setelah kebijakan ditetapkan dan disetujui. Kegiatan ini terletak di antara perumusan
kebijakan dan evaluasi kebijakan. Implementasi kebijakan mengandung logika top-down,
maksudnya menurunkan atau menafsirkan alternatif-alternatif yang masih abstrak atau makro
menjadi alternatif yang bersifat konkrit atau mikro.

Implementasi kebijakan merupakan tahapan yang sangat penting dalam proses


kebijakan. Artinya implementasi kebijakan menentukan keberhasilan suatu proses kebijakan
dimana tujuan serta dampak kebijakan dapat dihasilkan. Pentingnya implementasi kebijakan
ditegaskan oleh pendapat Udoji dalam Agustino (2006:154) bahwa: “The execution of
policies is as important if not more important than policy making. Policy will remain dreams
or blue prints jackets unless they are implemented”.

Agustino (2006:155) menerangkan bahwa implementasi kebijakan dikenal dua pendekatan


yaitu:

“Pendekatan top down yang serupa dengan pendekatan command and control (Lester
Stewart, 2000:108) dan pendekatan bottom up yang serupa dengan pendekatan the market
approach (Lester Stewart, 2000:108). Pendekatan top down atau command and control
dilakukan secara tersentralisasi dimulai dari aktor di tingkat pusat dan keputusan-keputusan
diambil di tingkat pusat. Pendekatan top down bertolak dari perspektif bahwa keputusan-
keputusan politik (kebijakan) yang telah ditetapkan oleh pembuat kebijakan harus
dilaksanakan oleh administratur atau birokrat yang berada pada level bawah (street level
bureaucrat)”.

15
Bertolak belakang dengan pendekatan top down, pendekatan bottom up lebih
menyoroti implementasi kebijakan yang terformulasi dari inisiasi warga masyarakat.
Argumentasi yang diberikan adalah masalah dan persoalan yang terjadi pada level daerah
hanya dapat dimengerti secara baik oleh warga setempat. Sehingga pada tahap
implementasinya pun suatu kebijakan selalu melibatkan masyarakat secara partisipastif.

Tachjan (2006i:26) menjelaskan tentang unsur-unsur dari implementasi kebijakan yang


mutlak harus ada yaitu:

- Unsur pelaksana
- Adanya program yang dilaksanakan serta
- Target group atau kelompok sasaran

a) Pokok-Pokok Bahasan Administrasi Publik Terkait (Handbook Of Public


administration”(editor 1989) ):
1. Tantangan-tantangan administrasi negara dan bagaimana menyesuaikan diri,
2. Sistem administrasi dan organisasi efektif,
3. Administrasi negara terkait dengan usaha memperkuat hubungan dengan badan
legisllatif, badan-badan yang diangkat dan dipilih oleh rakyat
4. Bagaimana menyusun kebijakan dan program sukses,
5. Administrasi perpajakan dan anggaran yang efektif
6. Manajemen sumber daya manusia,
7. Bagaimana operasi pelayanan publik yang baik
8. Bagaimana praktek administrasi publikyang profesional dan etis (beretika).

b) Di bidang Administrasi Negara, meliputi:


1. Etika administrasi negara, tata nilai organisasi dan manajemen
2. Estetika administrasi negara, cinta, rasa, karsa administrator
3. Logika administrasi negara, disiplin ilmu, sumber daya manusia, hukum administrasi
Negara
4. Hakikat administrasi negara, pembentukan system, kultur, struktur

c) Shafritz dan Russel (1997) dalam bukunya “Introduction Public


Administration” menggambarkan bab-bab administrasi negara sebagai berikut:
1. Penerapan reiveting government,
2. Hubungan antara lembaga pemerintahan,
3. Perkembangan teori manajemen dan organisasi,
4. Perilaku organisasi,
5. Manajerialisme dan kinerja,
6. Kepemimpinan dan akuntabilitas

16
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

kapita selekta Administrasi publik berkenaan dengan paradigma baru serta tentang
manajemen organisasi publik merupakan pertanggung-jawaban suatu kebijakan dan program
pemerintahan kepada masyarakat. Pembina dalam penyelenggaraan pelayanan publik
dilakukan oleh pimpinan lembaga negara, pimpinan kementerian, pimpinan lembaga
pemerintah non kementerian, pimpinan lembaga komisi negara atau yang sejenis, dan
pimpinan lembaga lainnya terhadap pimpinan lembaga negara dan pimpinan lembaga komisi
negara atau yang sejenis yang dibentuk berdasarkan undang-undang. Untuk mencapai
efektifitas dan efisiensi yang tinggi, segala kegiatan dan tindakan harus dilaksanakan
dengan pertimbangan dan perhitungan yang rasional. Administrator publik memainkan
peranan yang terbatas dalam perumusan kebijakan publik dan pemerintahan mereka hanya
bertanggung-jawab mengimplementasikan kebijakan publik.

17
DAFTAR
PUSTAKA

Etzioni Amitai, Organisasi-Organisasi Modern, Universitas Indonesia (UI-Press) dan Pustaka


Bradjaguna, Jakarta, 1985
Frederickson George, H. Administrasi Negara Baru, LP3ES, Jakarta, 2003
Hoadley, Mason H,Quo Vadis Administrasi Negara Indonesia, Graha Ilmu Yogyakarta, 2006
Ihalauw John JOI, Bangun Teori, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, 1985
Kartasasmita, Ginandjar, Revitalisasi Administrasi Publik Dalam Mewujudkan Pembangunan
Berkelanjutan,
Keban Yermias T. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik, Teori, Konsep dan Isu, Edisi
2, Penerbit Gavamedia, Yogyakarta, 2008
Khun Thomas, S.Peran Paradigma Dalam Revolusi Sains, Penerbit PT Remaja Rosdakarya,
Bandung, 1993

18

Anda mungkin juga menyukai