Anda di halaman 1dari 20

AKUNTANSI SUKUK

Makalah Ini Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Akuntansi Syariah

Disusun Oleh:

ABDUL RAHMAN WAHYUDI 170420002

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
JURUSAN AKUNTANSI
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt,atas nikmatnya kita masih dapat menyelesaikan
aktifitas-aktifitas di dalam kehidupan.sehubungan dengan itu,janganlah kita menyia-nyiakan
waktu yang ada.

Makalah ini disusun untuk membantu mahasiswa/i dalam memahami materi akuntansi
sukuk sebagai alternatif investasi syariah diindonesia teori dalam makalah ini relative
singkat,sehingga untuk lebih dimengerti diharapkan membaca teori dari buku-buku yang
relevan dengan materi yang tercantum.

Dalam kesempatan ini saya ingin menyampaikan terimakasih bapak Muammar Khadafi,
S.E, M.Si, Ak., selaku dosen mata kuliah Akuntansi Syariah. Yang telah memberikan waktu
dan kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini.

Untuk menyempurnakan makalah ini saya sangat berharap ada saran dan
masukan,supaya makalah ini menjadi sempurna dan dapat di baca dengan jelas dan mudah
dimengerti.

Lhokseumawe, 25 Desember 2019


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Sukuk
2.2 Pengertian Sukuk (obligasi syariah)
2.3 Tujuan diterbitkan Sukuk
2.4 Manfaat Sukuk
2.5 Jenis-jenis sukuk
2.6 Perbedaan sukuk dengan obligasi konvensional
2.7 Kelebihan dan Risiko Investasi Sukuk
2.8 Perkembangan Sukuk Diindonesia
2.9 Dasar Hukum Sukuk
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini perkembangan investasi bergeser dari yang hanya mementingkan unsure
keuntungan dan kepuasan financial menjadi investasi yang juga mementingkan aspek
spiritual. Investasi konvensional dianggap banyak membawa dampak negative dibandingkan
dengan dampak positive, selain itu investasi konvensional banyak memberikan kontribusi
kerugian sosial dengan unsure spekulasi yang tinggi. Unsure spekulasi dalam investasi
konvensional diyakini memberikan andil dalam resesi keuangan dunia yang menyebabkan
perekonomian dunia berguncang.
Obligasi syariah atau sukuk semakin disukai karena ada upaya investor terutama Timur
Tengah untuk menarik modal yang terkumpul di lembaga perbankan barat kembali ke
lembaga kuangan islam. Dukungan solidaritas untuk aktivitas pasar modal syariah ini
berdasarkan kesamaan ideology-spirit dari Negara-negara yang tergabung dalam OKI. Pasar
modal syariah pun mulai diterima secara umum dengan masuknya investor nonn muslim di
pasar sukuk. Sukuk dipandang sebagai sasaran baru yang lebih menguntungkan. Kepopuleran
dari sukuk ini juga tidak terlepas dari akses modal secara global sudah terbuka, sehingga
terjadilah manajemen likuiditas lintas batas.
Indonesia sebagai salah satu Negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia
memiliki potendi yang sangat besar bagi masuknya dana dari Timur Tengah yang memiliki
likuiditas keuangan yang tinggi. Dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta orang dan
proyek investasi jangka panjang, Indonesia merupakan Negara yang memiliki potensi bagi
berkembangnya ekonomi islam secara dinamis. Melihat potensi yang begitu besar, Malaysia
berharap dapat menjadi pintu gerbang bagi aliran dana dari Timur Tengah yang menuju
Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari masuknya investor Malaysia ke dunia perbankan
Indonesia.
Penerbitan sukuk di Indonesia saat ini lebih didsarai pada perkembangann institusi
syariah seperti perbankan syariah, asuransi syariah, dan reksadana syariah yang
membutuhkan alternative investasi obligasi syariah. Sukuk pemerintah diperkirakan akan
berkembang dengan mulai berlakunya UU no 19 tahun 2008 tentang surat berharga syariah
Negara.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa Sejarah, Pengertian dan Tujuan Penerbitan Sukuk?

b.Apa Manfaat dari Suku?

c. Apa Saja Jenis-jenis Sukuk?

d. Bagaimana Perbedaan Sukuk dan obligasi?

e. Bagaimana Perkembangan Sukuk di Indonesia?

f.Sebutkan dasarhukum sukuk?


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Sukuk


Dalam periode klasik, sukuk berasal dari bentuk jamak dalam bahasa Arab yakni ‘sak’
bermakna akta atau sertifikat kepemilikan. Sumber lain menyebutkan, kata tersebut
kemudian menjadi asal dari kata ‘cheque’ dalam bahasa Eropa yang berarti sebuah
dokumen yang merepresentasikan sebuah kontrak (contracts) atau pengalihan kepemilikan
(conveyance of rights), obligasi (obligations) atau kewajiban yang harus dipenuhi (monies
done) berdasarkan prinsip syari’ah.
Namun demikian, fakta historis menunjukkan bahwa sukuk merupakan produk yang
digunakan secara luas pada abad pertengahan Islam untuk mentransfer kewajiban
keuangan yang berasal dari perdagangan dan kegiatan komersial lainnya.
Literatur lain menceritakan hal senada bahwa sukuk secara umum digunakan untuk
perdagangan internasional di wilayah muslim pada abad pertengahan. Fakta historis
menunjukkan bahwa sukuk secara nyata digunakan secara luas oleh masyarakat muslim
pada abad pertengahan dalam bentuk surat berharga yang mewakili kewajiban pembiayaan
yang berasal dari perdagangan dan kegiatan komersial.
Dalam perkembangannya, upaya mengembangkan dan meluncurkan surat berharga
mirip obligasi yang sesuai syariah dilakukan kembali pada 1978 oleh Yordania. Pemerintah
setempat mengizinkan Bank Islam Jordan menerbitkan obligasi Islami yang dikenal dengan
obligasi mukharadah. Hal ini kemudian diikuti dengan diterbitkannya Muqaradah Bond Act
1981. Upaya senada juga dilakukan Pakistan yang menerbitkan undang-undang (UU)
khusus yang disebut Peraturan tentang Perusahaan Mudarabah dan aturan pengembangan
dan kontrol mudarabah 1980.

2.2 Pengertian Sukuk (obligasi syariah)


Sukuk adalah bahasa arab bentuk jamak yang artinya sertifikat. Sukuk dalam pasar
modal Islam (Islamic Capital Market) serupa dengan obligasi yang terdapat di pasar modal
tradisional,yaitu surat atau sertifikat dari pihak yang membutuhkan dana . Perbedaannya
adalah obligasi merupakan surat hutang, sedangkan sukuk merupakan sertifikat kepemilikan
kepentingan dalam suatu aset. Obligasi mewajibkan pihak yang berhutang untuk
membayarkan bunga atau kupon kepada pihak yang memberikan hutang, praktek ini sangat
jelas dilarang secara Syariah karena mengandung unsur Riba. Alquran, surat 3, ayat 130:

“Wahai orang yang beriman,janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan
bertakwalah kepada Allah agarkamu beruntung”

Menurut Fatwa DSN-MUI No. 40/DSN-MUI/X/2003 yang dimaksud dengan pasar


modal syariah adalah pasar modal yang seluruh mekanisme kegiatannya terutama mengenai
emiten, jenis efek yang diperdagangkan dan mekanisme perdagangannya telah sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah. Sedangkan yang dimaksud dengan efek syariah adalah efek
sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal yang
akad, pengelolaan perusahaan, maupun cara penerbitannya memenuhi Prinsip-prinsip syariah.
Adapun yang dimaksud dengan Prinsip-prinsip syariah adalah prinsip yang didasarkan oleh
syariah ajaran Islam yang penetapannya dilakukan oleh DSN-MUI melalui fatwa

Obligasi syariah adalah salah satu bentuk terobosan baru dalam dunia keuangan Islam,
meskipun istilah tersebut adalah istilah yang memiliki akar sejarah yang panjang. Inilah salah
satu bentuk produk yang paling inovatif dalam pengembangan sistem keuangan syariah
kontemporer. Dan merupakan alternatif sumber pendanaan bagi perusahaan-perusahaan yang
telah go public di pasar modal, selain obligasi konvensional, saham preferen, dan saham biasa

Obligasi syariah telah banyak diterbitkan baik oleh korporasi maupun negara. Dan
dewasa ini, obligasi syariah telah tumbuh secara pesat, diterima secara universal dan diadopsi
tidak hanya oleh negara-negara Islam di kawasan Timur Tengah saja, melainkan juga oleh
berbagai negara di kawasan Asia, Eropa, dan Amerika.

Karakteristik obligasi yang tercantum pada sebuah obligasi hampir mirip dengan
karakteristik pinjaman utang pada umumnya meliputi :

1. Nilai Penerbitan Obligasi (jumlah pinjaman dana) Dalam penerbitan obligasi maka pihak
emiten akan dengan jelas menyatakan beberapa jumlah dana yang dibutuhkan melalui
penjualan obligasi. Istilah yang ada yaitu dikenal dengan jumlah emisi obligasi.

2. Jangka Waktu Obligasi Setiap obligasi mempunyai jangka waktu jatuh tempo (maturity).
Masa jatuh tempo obligasi kebanyakan berjangka waktu 5 tahun. Untuk obligasi pemerintah
bisa berjangka waktu lebih dari 5 tahun sampai 10 tahun
3. Tingkat Suku Bunga Untuk menarik investor membeli obligasi tersebut maka diberikan
insentif berbentuk tingkat suku bunga yang menarik misalnya 17% - 18% per tahunnya..

4. Jadwal Pembayaran Suku Bunga Kewajiban pembayaran kupon (tingkat suku bunga
obligasi) dilakukan secara periodik sesuai kesepakatan sebelumnya, bisa dilakukan
triwulanan atau semesteran. Ketepatan waktu pembayaran kupon merupakan aspek penting
dalam menjaga reputasi penerbit obligasi.

5. Jaminan Obligasi yang memberikan jaminan berbentuk aset perusahaan akan lebih
mempunyai daya tarik bagi calon pembeli obligasi tersebut

2.3 Tujuan diterbitkan Sukuk


Tujuan utama pemerintah menerbitkan sukuk negara adalah untuk membiayai APBN,
termasuk membiayai pembangunan proyek. Sebagaimana disebutkan pada pasal 4 UU SBSN
bahwa tujuan SBSN diterbitkan adalah untuk membiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara termasuk membiayai pembangunan proyek. Proyek yang dapat dibiayai dengan sukuk
negara adalah sektor energi, telekomunikasi, perhubungan, pertanian, industri manufaktur,
dan, perumahan. Adapun manfaat dari penerbitan sukuk ini antara lain adalah:

1) Memperluas basis sumber pembiayaan anggaran negara;

2) Memperkaya instrumen pembiayaan fiskal.

3) Memperluas dan mendiversifikasi basis investor SBN.

4) Mendorong pertumbuhan dan pengembangan pasar keuangan syariah di dalam


negeri;

5) Mengembangkan alternatif instrumen investasi.

6) Menciptakan benchmark di pasar keuangan syariah.

7) Mengoptimalkan pemanfaatan Barang Milik Negara dan mendorong tertib


administrasi pengelolaan Barang Milik Negara.
Departemen Keuangan sebagai pihak yang merepresentasikan pemerintah menegaskan
bahwa dalam setiap penerbitan sukuk atau surat berharga syariah negara, tidak ada aset
negara yang dijual atau digadaikan. Ketentuan penggunaan aset negara sebagai underlying
asset penerbitan sukuk diatur dalam UU No. 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah
Negara adalah sebagai berikut:

a. Hanya hak manfaat atas aset SBSN yang dijual/disewakan kepada SPV yang
dibentuk Pemerintah berdasarkan UU No. 19 tahun 2008.

b. Tidak ada pemindahan hak kepemilikan (legal title) BMN (Barang Milik Negara).

c. Tidak ada pengalihan fisik BMN, sehingga tidak mengganggu penyelenggaraan tugas
kepemerintahan.

d. Aset SBSN bukan sebagai jaminan (collateral).

Saat jatuh tempo Sukuk Negara atau terjadi default (gagal bayar), BMN tetap dikuasai
pemerintah berdasarkan purchase & sale undertaking agreement. DPR memberikan
persetujuan atas jumlah SBSN/Sukuk Negara yang diterbitkan dan atas jumlah aset SBSN
yang dipergunakan dalam penerbitan Sukuk Negara dimaksud

2.4 Manfaat Sukuk


Tanpa terasa, sejak ditetapkannya UU Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga
Syariah Negara (SBSN), SBSN atau yang biasa dikenal dengan Sukuk Negara telah
berkembang menjadi salah satu instrumen keuangan syariah terkemuka di Tanah Air.

Hingga 25 Oktober 2018, pemerintah telah menerbitkan Sukuk Negara sebesar Rp


950,26 triliun, dengan outstanding Rp 655,29 triliun. Dalam 10 tahun perjalanannya, Sukuk
Negara memainkan beberapa peranan strategis.

Pertama, Sukuk Negara merupakan sumber pembiayaan APBN yang penting. Saat ini,
outstanding Sukuk Negara sekitar 18 persen dari total outstanding Surat Berharga Negara
(SBN).Dalam tiga tahun anggaran terakhir, penerbitan Sukuk Negara berada di kisaran 27-30
persen dari total penerbitan SBN dalam rangka pembiayaan APBN. Sejalan dengan
karakteristik keuangan syariah yang mengharuskan keterkaitan langsung antara instrumen
keuangan dan sektor riil, pembiayaan APBN melalui Sukuk Negara ini mendukung
pembiayaan APBN yang produktif.Sebagian besar penerbitan Sukuk Negara dalam bentuk
Project-based Sukuk (PBS), di mana dasar penerbitan Sukuk Negara ini adalah proyek-
proyek infrastruktur pemerintah.

Kedua, Sukuk Negara menjadi instrumen penting dalam inklusi keuangan. Melalui
berbagai varian Sukuk Negara Ritel, Sukuk Negara menjadi instrumen investasi berbasis
syariah penting bagi masyarakat.

Melalui 10 seri Sukuk Ritel (Sukri) dan satu seri Sukuk Tabungan (ST), telah
diterbitkan sekitar Rp 147 triliun Sukuk Negara Ritel yang diperuntukkan bagi investor
perorangan, dan sudah dibeli sekitar 255 ribu orang.Sukuk Negara Ritel efektif dalam
mentransformasi masyarakat, dari saving oriented society menjadi investment oriented
society. Melalui Sukuk Negara Ritel berbasis syariah, yang diterbitkan pemerintah dan
memiliki imbalan kompetitif, masyarakat memiliki insentif untuk berinvestasi pada produk
pasar modal sekaligus belajar berbagai instrumen investasi di pasar modal.

Ketiga, Sukuk Negara menjadi instrumen penting dalam mendorong perkembangan


industri keuangan syariah di Tanah Air, baik perbankan syariah, IKNB syariah, maupun pasar
modal syariah. Sukuk Negara merupakan instrumen investasi dan pengelolaan likuiditas yang
penting bagi industri keuangan syariah. Sukuk Negara juga menjadi acuan bagi korporasi
dalam menerbitkan sukuk korporasi.

Melalui sinergi antarinstrumen dan industri, industri keuangan syariah berkembang


cukup baik. Merujuk data OJK, per 31 Agustus 2018, total aset perbankan syariah yang terdiri
atas 13 bank umum syariah, 21 unit usaha syariah, dan 168 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
mencapai Rp 445,24 triliun atau 5,72 persen dari total aset perbankan nasional.Total aset
IKNB Syariah (asuransi, pembiayaan, penjaminan syariah) Rp 99,96 triliun atau 4,36 persen
dari total aset IKNB nasional. Total dana kelolaan reksa dana syariah Rp 31,13 triliun atau
6,31 persen dari total dana kelolaan reksa dana nasional.Outstanding sukuk korporasi sebesar
Rp 17,34 triliun atau 4,15 persen dari total outstanding obligasi korporasi. Sedangkan saham
syariah dari 395 emiten, mencapai Rp 3.555 triliun atau 52,41 persen dari total kapitalisasi
pasar saham.Dengan perkembangan ini, Global Islamic Finance Report 2018 menempatkan
Indonesia pada peringkat keenam dalam Islamic Finance Country Index 2018, setelah
Malaysia, Iran, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Kuwait.Menurut Laporan ini, Indonesia
memiliki potensi luar biasa untuk mengembangkan keuangan syariah lebih lanjut. Antara lain
didukung jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia, bonus demografi dan kelas menengah
yang besar, ekonomi terbesar di antara negara Muslim, pertumbuhan ekonomi tinggi, dan
penetrasi keuangan syariah yang masih relatif rendah.

Keempat, Sukuk Negara mendukung stabilitas pasar keuangan. Sekitar 95 persen Sukuk
Negara dalam denominasi rupiah dipegang investor domestik, baik investor institusi maupun
perorangan.Di tengah situasi peranan investor asing di pasar saham ataupun pasar obligasi
domestik yang sangat tinggi serta rentan pembalikan arus modal, daya dukung investor
domestik terhadap Sukuk Negara membantu stabilitas pasar keuangan.Perilaku investor
syariah yang cenderung prudent dan tidak spekulatif juga sangat mendukung. Stabilitas pasar
Sukuk Negara ini, antara lain, dapat diamati pada volatilitas yield Sukuk Negara yang lebih
rendah dibandingkan pasar obligasi.

Kelima, Sukuk Negara tidak saja mendukung pengembangan keuangan syariah di


Tanah Air, tetapi juga menjadi katalis keuangan syariah di tataran global.Melalui penerbitan
Sukuk Negara Global dalam denominasi dolar AS secara reguler, Sukuk Negara telah
menjadi instrumen investasi dan pengelolaan likuiditas yang penting bagi industri keuangan
syariah global.

Sukuk Negara Global yang diterbitkan Indonesia mendapatkan sambutan luar biasa dari
investor global. Ini didukung beberapa faktor, yakni inovasi instrumen yang menjadi global
trend setter, baik terkait struktur syariah maupun tema.

2.5 Jenis-jenis sukuk


Menurut fatwa DSN tentang obligasi syari’ah (sukuk), maka akad yang dapat
digunakan dalam penerbitan sukuk adalah8 : (1) mudharabah (Trust Financing/Trust
Investment), mudharabah adalah perjanjian kerjasama antara dua pihak dengan pihak pertama
menyediakan modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola, (2) musyarakah
(Partnership, Project Financing Participation) adalah pembiayaan atas akad kerjasama dua
pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, (3) murabahah (Deffered Payment Sale), (4)
salam (Infront Payment Sale) adalah penjualan komoditas yang telah ditentukan kuantitas dan
kualitasnya yang akan diberikan kepada pembeli dengan waktu yang telah ditentukan di masa
depan dengan harga sekarang, (5) istishna (Purchase by order or manufacture) adalah suatu
kontrak yang digunakan untuk menjual barang manufaktur dengan usaha yang dilakukan
penjual dalam menyediakan barang tersebut dari material, diskripsi, dan harga tertentu, (6)
ijarah (operational lease) adalah sebuah kontrak yang didasarkan pada adanya pihak yang
membeli dan menyewa peralatan yang dibutuhkan klien dengan uang sewa tertentu.
Adapun jenis sukuk yang sering digunakan di indonesia ada 4,yaitu:

1. Sukuk Ijarah : Sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad ijarah,
dimana satu pihak bertindak sendiri atau melalui wakilnya menyewakan hak
manfaat atas suatu aset kepada pihak lain berdasarkan harga dan periode yang
disepakati, tanpa diikuti perpindahan kepemilikan aset itu sendiri.

2. Sukuk Mudharabah: Sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad


mudharabah, dimana satu pihak menyediakan modal (rab-al-maal/shahibul
maal) dan pihak lain menydiakan tenaga dan keahlian (mudharib), keuntungan
dari kerjasama tersebut akan dibagi berdasarkan proporsi perbandingan (nisbah)
yang disepakati sebelumnya. Kerugian yang timbul akan ditanggung
sepenuhnya oleh pihak penyedia modal, sepanjang kerugian tersebut tidak ada
unsur moral hazard (niat tidak baik dari mudharib).

3. Sukuk Musyarakah :Sukuk yang diterbitkan berdasarka perjanjian atau akad


musyarakah, dimana dua pihak atau lebih bekerjasama menggabungkan modal
untuk membangun proyek baru, mengembangkan proyek yang sudah ada, atau
membiayai kegiatan usaha. Keuntungan maupun kerugian yang timbul
ditanggung bersama sesuai dengan jumlah partisipasi modal masing-masing
pihak.
4. Sukuk Istishna : Sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad
istishna, dimana para pihak menyepakati jual-beli dalam rangka pembiayaan
suatu proyek atau barang. Adapun harga, waktu penyerahan dan spesifikasi
proyek/barang ditentukan terlebih dahulu berdasarkan kesepakatan.
2.6 Perbedaan sukuk dengan obligasi konvensional
Mungkin masih banyak yang memiliki persepsi bahwa sukuk, meski menyandang nama
syariah, tidak berbeda dengan obligasi konvensional mengingat banyak persamaan antara
keduanya. Namun meski fitur yang terdapat dalam sukuk hampir serupa dengan obligasi
konvensional, pada prinsipnya sukuk sangat berbeda dengan obligasi konvensional.

Berikut beberapa perbedaan antara kedua jenis instrumen tersebut:


1. Obligasi merupakan surat berharga yang berupa pernyataan utang dari penerbit
kepada investor. Sedangkan sukuk merupakan surat berharga yang diterbitkan
berdasarkan prinsip syariah dan merepresentasikan kepemilikan investor atas aset
yang menjadi dasar penerbitan sukuk (underlying asset).
2. Penerbitan obligasi tidak memerlukan adanya underlying asset.Sedangkan
penerbitan sukuk memerlukan keberadaan underlying asset sebagai dasar penerbitan
dan sumber pembayaran imbalan, yang distruktur melalui suatu skema transaksi
dengan menggunakan akad syariah.
3. Penerbitan obligasi tidak memerlukan landasan syariah. Sedangkan penerbitan
sukuk memerlukan landasan syariah baik berupa Fatwa dan atau Pernyataan
kesesuaian sukuk terhadap prinsip-prinsip syariah (dikeluarkan oleh lembaga atau
pihak yang berwenang di bidang syariah).
4. Tidak ada pembatasan secara syariah terkait penggunaan dana hasil penerbitan
obligasi. Sedangkan penggunaan dana hasil penerbitan sukuk hanya boleh
digunakan untuk hal-hal yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah (halal).
5. Return atau imbalan bagi pemegang obligasi adalah berupa bunga (interest) yang
tidakterkait secara langsung dengan tujuan pendanaannya. Sedangkan dalam sukuk,
return yang diberikan terkait dengan aset, akad dan tujuan pendanaannya. Return
tersebut dapat berupa imbalan yang berasal dari uang sewa (ujrah), fee, margin, bagi
hasil atau sumber lainnya sesuai dengan akad/kontrak yang digunakan dalam
transaksi underlying.
6. Perdagangan obligasi di pasar sekunder mencerminkan penjualan atas surat utang.
Sedangkan penjualan sukuk di pasar sekunder mencerminkan penjualan atas
kepemilikan aset yang menjadi dasar penerbitan.Sebagai instrumen berbasis syariah,
sukuk memiliki basis investor yang lebih luas mencakup investor konvensional dan
investor syariah.Sedangkan obligasi hanya bisa meraih investor konvensional dan
tidak dapat dipilih sebagai instrumen investasi bagi investor syariah.

2.7 Kelebihan dan Risiko Investasi Sukuk


 Keunggulan Sukuk
Sebagai instrumen investasi, Sukuk Negara memiliki sejumlah keunggulan, yaitu:
Aman sebagai Investasi, Menawarkan Fixed Return, Dapat Diperjualbelikan sebelum
Jatuh Tempo.
1. aman, karena default risk tidak ada.Pembayaran Nominal and Imbalan dijamin oleh
Negara.Karena surat berharga ini diterbitkan oleh negara, maka yang menjamin
pembayarannya adalah negara Indonesia. Resikonya boleh dikatakan menjadi nihil.

2. memberikan Imbalan tetap (fixed return) yang dibayarkan secara periodik. Sejak awal
sudah ditentukan imbalan yang akan diterima oleh pembeli Sukuk.Imbalan ini akan
dibayarakan setiap bulan dan jumlahnya tetap. Sehingga hasilnya ini memberikan
kepastian bagi yang menanamkan modal di instrumen ini.Salah satu keunggulannya
dibandingkan deposito. Pajak terhadap Suku lebih kecil (15%) dibandingkan terhadap
deposito (20%) sehingga imbal hasil yang diterima dari Sukuk lebih besar.

3. dapat diperjualbelikan di pasar sekunder untuk mencairkan Sukuk sebelum jatuh


tempo.Jika ingin mencairkan sebelum jatuh tempo, maka pemilik Sukuk bisa menjual
ke pasar sekunder. Dari hasil penjualan itu, pemilik bisa mendapatkan kembali
modalnya. Namun, perlu diingat penjualan di pasar sekunder mengandung
kemungkinan untung atau resiko kerugian karena dijual sebelum jatuh tempo.

 Resiko SUKUK
Terlepas dari SUKUK diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia, SUKUK memiliki
sejumlah resiko dan investor yang ingin membeli SUKUK wajib paham resiko tersebut.Jenis
resiko SUKUK adalah:
1. Risiko Gagal Bayar (Default Risk). Risiko ini hampir tidak ada di Sukuk Ritel.
Karena pembayaran pokok dan imbalan Sukuk Ritel dijamin penuh oleh negara
(berdasarkan UU Nomor 19 Tahun 2008).
2. Risiko Likuiditas (Liquidity Risk). Risiko likuiditas adalah potensi kerugian
apabila sebelum jatuh tempo Pemilik Sukuk Ritel yang memerlukan dana tunai
mengalami kesulitan dalam menjual Sukuk Ritel di pasar sekunder pada tingkat
harga (pasar) yang wajar. Mitigasi: Investor dapat menjual Sukuk Ritel kepada
Agen Penjual, karena Agen Penjual menjadi standby buyer
3. Risiko Pasar (Market Risk). Risiko pasar adalah potensi kerugian bagi investor
apabila terjadi kenaikan tingkat suku bunga yang menyebabkan penurunan
harga Sukuk Ritel di pasar sekunder. Kerugian (capital loss) dapat terjadi
apabila investor menjual Sukuk Ritel di pasar sekunder sebelum jatuh tempo
pada harga jual yang lebih rendah dari harga belinya. Mitigasi: Apabila harga
Sukuk Ritel di pasar sekunder sedang mengalami penurunan, sebaiknya tidak
dijual terlebih dahulu.

2.8 Perkembangan Sukuk Diindonesia


Hingga tahun 2005, baru ada 18 emisi obligasi dengan nilai Rp. 2,2 Triliun atau sekitar
dua persen dari total obligasi nasional. Pada tahun 2002 hanya ada satu obligasi syari’ah dari
indosat dengan nilai Rp. 175 Miliar. Tahun 2003, terjadi enam emisi obligasi syari’ah dengan
nilai Rp. 665 Miliar. Tahun 2004 ada delapan emisi obligasi syari’ah dengan nilai Rp. 970
Miliar dan tahun 2005 terdapat emisi senilai Rp. 345 milyar. Barulah pada tahun 2006, PLN
berencana mengumumkan emisi obligasi dengan nilai Rp. 200 Miliar. Total emisi sukuk
domestik meningkat dari Rp175 milyar pada tahun 2002 menjadi Rp3,3 triliun pada akhir
2007. Total issuer meningkat sebanyak 20 issuer sejak kurun waktu 2002-2007, yaitu dari 1
issuer pada tahun 2002 menjadi 21 issuer pada akhir 2007.
Pada Mei 2008 lalu, Pemerintah telah mengundangkan Undang-undang No. 19/2008
tentang Surat Berharga Syari’ah Nasional (SBSN) atau UU Sukuk Negara (sovereign sukuk).
Pada tahun 2008, pemerintah menerbitkan sukuk hingga Rp 18 triliun11. Bila dibandingkan
dengan obligasi negara konvensional, penerbitan sukuk ini memang masih kecil. Namun,
dimulainya penerbitan sukuk ini oleh pemerintah ini akan dapat menjadi trigger bagi
penerbitan sukuk lainnya. Dengan diberlakukannya UU Sukuk Negara dan adanya rencana
penerbitan sukuk oleh pemerintah, itu berarti sukuk kini menjadi instrumen pembiayaan yang
diakui sehingga dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap sukuk kita, baik sukuk
negara maupun sukuk korporasi. Selain itu, diperkirakan perkembangan pasar sukuk di
Indonesia bakal lebih semarak dibandingkan sebelumnya. Terlebih lagi, minat investor
terhadap sukuk ini sangat besar, sebagaimana ditunjukan dari perkembangan sukuk global
saat ini. Tahun ini pemerintah memang memfokuskan diri untuk pengembangan pasar sukuk
domestik. Jika penerbitan perdana ini sukses, diperkirakan akan semakin menarik investor
asing, khususnya dari Timur Tengah, untuk masuk ke pasar keuangan syari’ah di Indonesia.

Industri Keuangan Syariah Global mulai mengalami evolusi sejak tahun 1970s. Diawali
dengan Commercial Banking, Project Finance & Sindications (1980s), Equity, Ijarah (1990s)
dan Sukuk (2000s). Nilai emisi sukuk internasional terus meningkat dari tahun ketahun. Total
penerbitan sukuk internasional dalam berbagai mata uang sampai dengan Mei 2013 mencapai
US$558.47 milyar, dengan total outstanding sebesar US$276.8 milyar. Indonesia, Malaysia,
Bahrain, Saudi Arabia, UAE, Iran, Gambia telah menerbitkan sukuk secara regular, baik
domestik maupun internasional. Negara-negara mom muslim yang telah menerbitkan sukuk
adalah Jerman, USA, Jepang, China, United Kingdom, Canada, Russia, Singapura, Hongkong
dan Gambia. Sukuk tidak hanya diterbitkan oleh Negara, korporasi atau perusahaan juga
menerbitkan sukuk. Secara domestik, perusahaan Indonesia mulai menerbitkan sukuk sejak
tahun 2002. Sampai dengan tahun 2013 ada 6 perusahaan yang menerbitkan sukuk. Nilai
emisi sukuk korporasi domestik masih mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Total
outstanding sukuk korporasi sampai bulan Mei 2013 sebesar Rp.3,42 triliun dan yang telah
jatuh tempo sebesar Rp.3,19 triliun .
Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam penerbitan sukuk adalah (Depkeu:2010), 1)
Obligor, adalah pihak yang bertanggung jawab atas pembayaran imbalan dan nilai nominal
sukuk sampai dengan sukuk jatuh tempo. 2) Special Purpose Vehicle (SPV), adalah badan
hukum yang didirikan khusus untuk penerbitan sukuk dengan fungsi: a) sebagai penerbit
sukuk; b) menjadi counterpart (rekan/teman imbangan) dalam transaksi pengalihan aset; c)
bertindak sebagai wali amanat (trustee) untuk mewakili kepentingan investor. 3) Investor,
adalah pemegang sukuk yang memiliki hak atas imbalan, margin, dan nilai nominal sukuk
sesuai partisipasi masing-masing .
Sukuk Negara, mengamankan Kebutuhan Pembiayaan APBN dengan biaya minimal
pada tingkat resiko terkendali, sehingga menjaga kesinambungan fiskal. Pembiayaan APBN
melalui utang merupakan bagian dari pengelolaan keuangan Negara yang lazim dilakukan
oleh suatu Negara. Utang merupakan instrumen utama pembiayaan APBN untuk menutupi
defisit APBN, dan untuk membayar kembali utang yang jatuh tempo (debt financing).
Refinancing dilakukan dengan term and conditions (biaya dan resiko) utang baru yang lebih
baik.
2.9 Dasar Hukum Sukuk

a. Al-Qur’an
Adapun dalil yang berkenaan dengan kebolehan Sukuk (obligasi syariah) penyusun
sarikan dari Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional. Berikut dalil-dalilnya:
Firman Allah SWT, QS. Al-Ma’idah [5]:1:
‫يَاْاَيُّ َهااَّلَّ ِذيْنَ َءا َمنُ ْوا اَ ْوفُ ْوا ِباْلعُقُ ْو ِد‬
“Hai orang - orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu”
Firman Allah SWT, QS. Al-Isra’ [17]: 34:
‫َواَ ْوفُ ْوا بِاْلعَ ْه ِد ا َِّن اْلعَ ْهدَ َكانَ َم ْسئ ُ ْولا‬
“......dan penuhilah janji; Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan
jawabnya.”
b. Hadist
‫حرم حالل أَو أَح ّل حراما‬ ْ ‫ص ْلح جائز بين ْالمسلمين ال‬
ّ ‫صلحا‬ ّ ‫ ال‬: ‫عن عمرو بن عوف المزاني قال رسول هللا ص م‬
ْ
ّ ‫والمسلمون علَى شروط ِهم إل شرطا‬
‫حرم حالل أو أح ّل حراما رواه امام الترمذى‬
“Perjanjian boleh dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perjanjian yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan
syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang
haram.”

c. Kaidah Fiqh
Terdapat tiga kaidah yang digunakan, yaitu:
1. Pada dasarnya semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya.
2. Kesulitan dapat menarik kemudahan
3. Sesuatu yang berlaku berdasarkan adat/ kebiasaan sama dengan sesuatu yang
berlaku berdasarkan syara (selama tidak bertentangan dengan syariah).

d. Ulama
Dengan mempertimbangkan beberapa dalil diatas, akhirnya dikeluarkanlah Fatwa
dewan syari`ah Nasional No. 32/DSN-MUI/IX/2002, tentang Sukuk (Obligasi syari`ah)
adalah surat berharga berjangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikelurkan emitten
kepada pemegang obligasi syariah, tersebut berupa bagi hasil/margin/fee, serta membayar
kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.”
Abu Hanifa dan muridnya Abu Yusuf memberikan pandangan bahwa penjualan
sesuatu/properti yang belum diterima oleh si penjual namun sudah jelas keberadaan fisiknya
(dapat dicek keberadaannya) adalah diperbolehkan. Maka dari sinilah pondasi instrument
bernama sukuk di abad modern ini bermula.
.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari paparan tersebut di atas, jelaslah bahwa secara historis sukuk merupakan produk
yang digunakan secara luas pada abad pertengahan Islam untuk mentransfer kewajiban
keuangan yang berasal dari perdagangan dan kegiatan komersial lainnya. Dalam konteks
aplikasi dalam keuangan Islam modern, sukuk merupakan efek syariah berupa sertifikat atau
bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian penyertaan yang tidak terpisahkan
atau tidak terbagi atas: (1) kepemilikan aset berwujud tertentu; (2) nilai manfaat dan jasa atas
aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu; atau (3) kepemilikan atas aset proyek
tertentu atau aktivitas investasi tertentu. Ketika sukuk diterbitkan oleh negara disebut dengan
sukuk negara. Sukuk negara yang diperuntukkan untuk perorangan disebut sukuk negara ritel
yaitu surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas
bagian penyertaan terhadap Aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing.
Sukuk merupakan peluang investasi yang halal, sesuai Syariah dan sangat menjanjikan.
Sukuk risiko sangat kecil karena mendapat jaminan dari pemerintah, dalam jumlah yang tidak
terbatas. Berbeda dengan deposito yang dibatasi maksimal yang dijamin adalah 2 Milyar.
Berdasarkan fakta yang demikian itu, sudah selayaknya umat Islam yang kelebihan dana
memanfaatkannya sebagai media investasinya karena sukuk sesuai dengan Syariah.

.Obligasi syariah (Sukuk) berlandaskan Al-Qur’an, Hadits, kaidah fiqih dan Majma’
Fiqih. Pihak yang terlibat dalam sukuk adalah obligor, SPV (Special Purpose Vehisle), dan
Investor. Perbedaan Obligasi syariah (Sukuk) dan obligasi konvensional adalah penggunaan
konsep imbalan dan bagi hasil sebagai pengganti bunga
DAFTAR PUSTAKA
http://nurafniaridha1.blogspot.com/2018/01/makalah-sukuk-sebagai-alternatif.html

https://www.republika.co.id/berita/kolom/wacana/18/11/13/pi40kr440-mengukur-seberapa-besar-
manfaat-sukuk

https://www.kompasiana.com/julianarizal/591b25231cafbd1075971132/sukuk-dan-jenisjenis-sukuk-
indonesia?page=all

https://anggoropridityo.wordpress.com/2014/07/11/perbedaan-sukuk-dengan-obligasi/

https://duwitmu.com/investasi/sukuk-investasi-syariah-aman-return-terbaik/

http://nurafniaridha1.blogspot.com/2018/01/makalah-sukuk-sebagai-alternatif.html

http://portaledukasi11.blogspot.com/2017/07/makalah-sukuk.html

Anda mungkin juga menyukai