NPP : 32.0004
Kelas : J-1
Tugas Essay
A. Body Of Knowlede
Secara formal, Kybernologi adalah bangunan pengetahuan (body-of-knowledge)
hasil rekonstruksi buah pendaratan Bestuurskunde, Bestuurswetenschap, dan
Bestuurswetenschappen di bumi Indonesia pada sudutpandang kemanusiaan, tidak pada
sudutpandang kekuasaan, dan pengaitannya dengan sudutpandang lain yang berbeda,
misalnya sudutpandang kekuasaan Bestuurskunde (Belanda besturen) yang kemudian
berkembang menjadi Bestuurswetenschap dan Bestuurswetenschappen, di negeri asalnya
yaitu Belanda, didefinisikan sebagai “. . . . . ilmu pengetahuan yang bertujuan memimpin
hidupbersama manusia ke arah kebahagiaan yang sebesar-besarnya, tanpa merugikan
orang lain secara tidak sah,” demikian van de Spiegel sebagaimana dikutip oleh G. A.
Van Poelje dalam bukunya Algemene Inleiding tot de Bestuurskunde (1953).
Sebuah Rekonstruksi Ilmu Pemerintahan, 2005. Body-of-knowledge (BOK)
Kybernologi dengan sisi Ontologi, Epistemologi, dan Axiologi, terdapat dalam Garis-
Garis Besar Program Pembelajaran Kybernologi dan Kepamongprajaan, 2009. 5 Istilah
methodology terdiri dari methodos dan logos. Methodos berasal dari meta dan hodos.
Meta berarti beyond, “di luar sana,” yang belum diketahui (unknown), sedangkan hodos
berarti jalan, cara, atau alat. Jadi metodologi adalah jalan (cara, alat) yang ada (known)
yang perlu ditempuh (digunakan) oleh seseorang (knower) untuk mengetahui (knowing)
sesuatu yang belum diketahui. Knowing menghasilkan pengetahuan (knowledge).
Menurut Fred N. Kerlinger dalam Bab I Foundations of Behavioral Research
(1973), ada empat cara (methods of) knowing, yaitu the method of tenacity, the method of
authority, the method of intuition (a priori method), dan the method of science. Dilihat
dari sudut the method of science, Metodologi Ilmu adalah metodologi yang didasarkan
pada hipotesis-dasar berbunyi: “There are real things, whose characters are entirely
independent of our opinion about them.” Bagian sesuatu yang belum diketahui yang bisa
diketahui disebut sesuatu yang dapat diketahui (knowable), sedangkan bagian yang
selebihnya meliputi bagian yang belum diketahui dan bagian yang tidak dapat diketahui
(unknowable). Hubungan antara bagian yang diketahui dengan bagian yang tidak
diketahui itu ialah, semakin diketahui, semakin tidak diketahui.
Metodologi meliputi tiga komponen, yaitu Metodologi Penelitian, Metodologi
Ilmu, dan Metodologi Pengajaran. Walaupun masih dapat diperdebatkan, Metodologi
Penelitian terdiri dari Metodologi Penelitian Kualitatif dan Metodologi Penelitian
Kuantitatif. Setiap disiplin ilmu memiliki metodologinya sendiri. Jadi ada Metodologi
Ilmu Politik, Metodologi Ilmu Sosial, dan Metodologi Ilmu Hukum, dan seterusnya. Ilmu
Pemerintahan memiliki Metodologi Ilmu Pemerintahan. Metodologi Pengajaran
menyangkut dua hal pokok, Didaktik Pengajaran tentang bahan-ajar, dan Metodik
Pengajaran tentang cara-ajar.
Metodologi meliputi Metodologi Penelitian, Metodologi Ilmu, dan Metodologi
Pengajaran, dengan ruang lingkup masingmasing. Metodologi Penelitian (Research)
mempelajari bagaimana menemukan pengetahuan dari hasil pengamatan terhadap fakta
melalui pendekatan kualitatif dan kuantitatif, Metodologi Ilmu mempelajari bagaimana
mengonstruksi (merekonstruksi) pengetahuan menjadi bangunan pengetahuan (body-
ofknowledge, BOK), dan memfungsikannya sehingga BOK yang bersangkuitan
berkualitas ilmu (science). Metodologi Pengajaran mempelajari bagaimana
mengusahakan ilmupengetahuan (scientific enterprise) sehingga bermanfaat membangun
hidup-bersama manusia dalam damai sejahtera. Hubungan antar tiga metosdologi itu
Bahan baku BOK Dapat berupa data. Data berasal dari kata datum (tunggal) dan
data (jamak), dari dare, a thing given, individual fact. Fact adalah the quality of existing,
or of being real. Factum, facere, to do. Fakta adalah kualitas keberadaan sesuatu,
misalnya fenomena, kejadian, peristiwa, atau keadaan. Data berfungsi sebagai:
1. Bahan baku dan juga sebagai bahan bangunan. Tanah liat adalah bahan baku
pembuatan batubata, sementara batubata merupakan bahan bangunan.
2. Bahan baku untuk diolah menjadi informasi. Salah satu bentuk informasi adalah
masalah pemikiran. Masalah pemikiran adalah sesuatu yang mendorong atau
membuat orang berfikir, yaitu keingintahuan (curiosity).
3. Jawaban faktual terhadap masalah pemikiran, terutama pemikiran berpendekatan
kualitatif
4. Bahan mentah pengujian empirik terhadap hipotesis
5. Alat untuk memaparkan suatu hal secara deskriptif
6. Alat pendukung permasalahan pemikiran (dari dalamnya dimunculkan masalah
pemikiran)
7. Temuan penelitian
8. Bahan mentah untuk analisis statistic
B. Objek Materia
Objek ilmu dapat dibedakan menjadi dua macam yakni objek materia dan objek
forma. Menurut Poedjawijatna (1975:18) bahwa “Objek materia adalah objek yang
disoroti sebuah ilmu baik berupa gejala alam dan atau gejala sosial, sedangkan objek
forma adalah sudut pandangan penyorotan”.
Satu ilmu dengan ilmu lainnya mungkin memiliki objek materia yang sama, tetapi
harus memiliki objek forma yang berbeda. Lahirnya ilmu-ilmu baru justru karena adanya
sudut pandang yang berbeda terhadap objek yang sama. Sebagai contoh, ilmu negara,
ilmu politik, ilmu administrasi negara, ilmu pemerintahan adalah rumpun ilmu yang
memiliki objek materia sama yakni negara. Tetapi masing-masing ilmu memiliki objek
forma yang berbeda. Objek forma ilmu negara lebih menyoroti bentuk, jenis dan susunan
negara, objek forma ilmu politik lebih menyoroti proses pembentukan kekuasaan dalam
suatu negara. Objek forma ilmu administrasi negara atau Methodologi Ilmu Pemerintahan
yang sekarang diberi istilah ilmu administrasi publik (sebagai terjemahan dari public
administration) lebih banyak menyoroti administrasi dalam arti sempit (ketatausahaan),
organisasi, manajemen, kepemimpinan hingga ke tataran HR (hubungan
antarmanusia/human relations) dalam suatu negara. Sedangkan objek forma ilmu
pemerintahan lebih menyoroti hubungan antara yang memerintah (pemerintah) dan yang
diperintah (rakyat) dalam konteks kewenangan dan pelayanan publik. Penjelasan lebih
lanjut mengenai ilmu pemerintahan akan dikemukakan pada bab selanjutnya.
Ilmu yang memiliki objek materia sama dikelompokkan dalam satu rumpun.
Antara ilmu yang satu dengan lainnya dapat saling meminjam teori, konsep, variabel
maupun metodologi. Ilmu atau cabang ilmu yang baru tumbuh biasanya lebih banyak
meminjam teori, konsep, variabel maupun metodologi dari ilmu lain yang sudah mapan,
sampai ilmu atau cabang ilmu tersebut mencapai tahap kedewasaannya. Ilmu yang
dewasa akan memiliki konsep, teori, hukum dan metodologi yang spesifik dibanding ilmu
lainnya.
Pinjam meminjam teori atau konsep antar bidang ilmu akan dapat memunculkan
berbagai cabang ilmu baru. Sebagai contoh ilmu manajemen pemerintahan sebagai
sebuah ilmu atau cabang ilmu baru merupakan perpaduan antara ilmu manajemen dengan
ilmu pemerintahan. Begitu pula dengan ilmu pariwisata sebagai ilmu baru merupakan
perpaduan antara ilmu ekonomi, sosiologi, antropologi serta ilmu pemasaran
Sebagai sebuah bidang perhatian manusia yang sangat dinamis, ilmu berkembang
karena munculnya berbagai paradigma baru yang digunakan untuk memahami gejala dan
peristiwa yang diamatinya. Begitu pula dengan ilmu pemerintahan. Meskipun objek
materia dan objek formanya tidak berubah, tetapi dalam memandang dan menganalisis
gejala dan peristiwa telah muncul berbagai paradigma baru. Di Negara sedang
berkembang seperti Indonesia, peranan pemerintah sangat dominan yakni sebagai motor
penggerak bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Masyarakat lebih
banyak diposisikan sebagai objek dari pelaksanaan kekuasaan pemerintahan. Dalam
paradigma baru yang dinamakan good governance, terjadi perubahan kedudukan dan
peran pemerintah sebagai salah satu pemangku kepentingan (stakeholders) dalam suatu
negara. Pada paradigma lama, pemerintah – yang memerintah- berkedudukan pada posisi
hierarki dengan rakyat – yang diperintah. Pada paradigma good governance, kedudukan
dan posisi pemerintahan adalah hierarki dengan pemangku kepentingan lainnya seperti
sektor swasta dan sektor masyarakat. Perubahan paradigma tersebut tentunya perlu diikuti
dengan perubahan sikap dan perilaku secara konkret dalam pelaksanaannya.
Pandangan kelompok pertama mengatakan bahwa ilmu itu harus bebas nilai dan
objektif, sehingga dapat diperoleh kebenaran yang objektif. Pandangan ini terutama
didukung oleh ilmuwan eksakta dan pengetahuan alam.
Pandangan kelompok kedua mengatakan bahwa ilmu tidak bebas nilai dan tidak
boleh menjadi bebas nilai. Pandangan kedua didukung oleh ilmuwan sosial, yang
beranggapan bahwa objek materia ilmu sosial adalah manusia yang justru pembuat nilai.
Nilai-nilai yang paling berpengaruh pada universalitas ilmu adalah ideologi dan
etika. Melalui ideologi, ilmu dan ilmuwan dimanfaatkan untuk mengabdi pada
kepentingan kekuasaan seperti pada masa Hitler di Jerman, Etika menggunakan Kekuatan
Nalar Contoh : Keberhasilan proses kloning pada sapi dan babi yang akan dicobakan pada
manusia. maupun masa Orde Baru di Indonesia. Kebenaran ilmu kemudian menjadi
sangat subjektif, karena tergantung pada penilaian penguasa. Para ilmuwan sering kali
dibuat tidak berkutik karena dipasung kreativitas dan kebebasannya. Hal tersebut pada
gilirannya akan membuat ilmu mengalami kemunduran dan akhirnya mati.
Ilmu-ilmu yang banyak disalahgunakan oleh penguasa di Indonesia misalnya ilmu
sejarah (kasus Supersemar), ilmu politik (posisi Dwi Fungsi ABRI dalam konteks
politik), ilmu komunikasi (kasus pers yang seharusnya bebas dibiaskan menjadi pers yang
bebas dan bertanggung jawab kepada pemerintah sebagai konsep pers yang demokratis),
ilmu ekonomi seperti contoh penggunaan istilah bantuan lunak dari pemerintah yang
sebenarnya adalah pinjaman, bantuan luar negeri yang tidak lain adalah hutang kepada
negara lain. Selain ideologi, etika juga memberi pengaruh yang kuat pada universalitas
ilmu. Bahkan Van Peursen (1985:5) mengatakan bahwa etika mulai pada saat ilmu
berhenti. Artinya, setelah ilmu memberikan jawaban yang objektif mengenai berbagai
permasalahan alam dan sosial, penerapannya akan sangat tergantung pada etika, sebab
etika lebih banyak berbicara baik dan buruk, bukan berbicara tentang benar dan salah. Hal
ini lebih banyak berkaitan dengan aksiologi atau nilai kegunaan sebuah ilmu.
C. Body of Knowledge (BOK)
Secara formal, Kybernologi adalah bangunan pengetahuan (body-of-knowledge)
hasil rekonstruksi buah pendaratan Bestuurskunde, Bestuurswetenschap, dan
Bestuurswetenschappen di bumi Indonesia pada sudutpandang kemanusiaan, tidak pada
sudutpandang kekuasaan, dan pengaitannya dengan sudutpandang lain yang berbeda,
misalnya sudutpandang kekuasaan Bestuurskunde (Belanda besturen) yang kemudian
berkembang menjadi Bestuurswetenschap dan Bestuurswetenschappen, di negeri asalnya
yaitu Belanda, didefinisikan sebagai “. . . . . ilmupengetahuan yang bertujuan memimpin
hidupbersama manusia ke arah kebahagiaan yang sebesar-besarnya, tanpa merugikan
orang lain secara tidak sah,” demikian van de Spiegel sebagaimana dikutip oleh G. A.
Van Poelje dalam bukunya Algemene Inleiding tot de Bestuurskunde (1953).
Sebuah Rekonstruksi Ilmu Pemerintahan, 2005. Body-of-knowledge (BOK)
Kybernologi dengan sisi Ontologi, Epistemologi, dan Axiologi, terdapat dalam Garis-
Garis Besar Program Pembelajaran Kybernologi dan Kepamongprajaan, 2009. 5 Istilah
methodology terdiri dari methodos dan logos. Methodos berasal dari meta dan hodos.
Meta berarti beyond, “di luar sana,” yang belum diketahui (unknown), sedangkan hodos
berarti jalan, cara, atau alat. Jadi metodologi adalah jalan (cara, alat) yang ada (known)
yang perlu ditempuh (digunakan) oleh seseorang (knower) untuk mengetahui (knowing)
sesuatu yang belum diketahui. Knowing menghasilkan pengetahuan (knowledge).
Menurut Fred N. Kerlinger dalam Bab I Foundations of Behavioral Research (1973), ada
empat cara (methods of) knowing, yaitu the method of tenacity, the method of authority,
the method of intuition (a priori method), dan the method of science. Dilihat dari sudut
the method of science, Metodologi Ilmu adalah metodologi yang didasarkan pada
hipotesis-dasar berbunyi: “There are real things, whose characters are entirely
independent of our opinion about them.” Bagian sesuatu yang belum diketahui yang bisa
diketahui disebut sesuatu yang dapat diketahui (knowable), sedangkan bagian yang
selebihnya meliputi bagian yang belum diketahui dan bagian yang tidak dapat diketahui
(unknowable). Hubungan antara bagian yang diketahui dengan bagian yang tidak
diketahui itu ialah, semakin diketahui, semakin tidak diketahui.
Metodologi meliputi tiga komponen, yaitu Metodologi Penelitian, Metodologi
Ilmu, dan Metodologi Pengajaran. Walaupun masih dapat diperdebatkan, Metodologi
Penelitian terdiri dari Metodologi Penelitian Kualitatif dan Metodologi Penelitian
Kuantitatif. Setiap disiplin ilmu memiliki metodologinya sendiri. Jadi ada Metodologi
Ilmu Politik, Metodologi Ilmu Sosial, dan Metodologi Ilmu Hukum, dan seterusnya. Ilmu
Pemerintahan memiliki Metodologi Ilmu Pemerintahan. Metodologi Pengajaran
menyangkut dua hal pokok, Didaktik Pengajaran tentang bahan-ajar, dan Metodik
Pengajaran tentang cara-ajar.
Metodologi meliputi Metodologi Penelitian, Metodologi Ilmu, dan Metodologi
Pengajaran, dengan ruang lingkup masingmasing. Metodologi Penelitian (Research)
mempelajari bagaimana menemukan pengetahuan dari hasil pengamatan terhadap fakta
melalui pendekatan kualitatif dan kuantitatif, Metodologi Ilmu mempelajari bagaimana
mengonstruksi (merekonstruksi) pengetahuan menjadi bangunan pengetahuan (body-
ofknowledge, BOK), dan memfungsikannya sehingga BOK yang bersangkuitan
berkualitas ilmu (science). Metodologi Pengajaran mempelajari bagaimana
mengusahakan ilmupengetahuan (scientific enterprise) sehingga bermanfaat membangun
hidup-bersama manusia dalam damai sejahtera. Hubungan antar tiga metosdologi itu
Bahan baku BOK Dapat berupa data. Data berasal dari kata datum (tunggal) dan
data (jamak), dari dare, a thing given, individual fact. Fact adalah the quality of existing,
or of being real. Factum, facere, to do. Fakta adalah kualitas keberadaan sesuatu,
misalnya fenomena, kejadian, peristiwa, atau keadaan. Data berfungsi sebagai:
1. Bahan baku dan juga sebagai bahan bangunan. Tanah liat adalah bahan baku
pembuatan batubata, sementara batubata merupakan bahan bangunan.
2. Bahan baku untuk diolah menjadi informasi. Salah satu bentuk informasi adalah
masalah pemikiran. Masalah pemikiran adalah sesuatu yang mendorong atau
membuat orang berfikir, yaitu keingintahuan (curiosity).
3. Jawaban faktual terhadap masalah pemikiran, terutama pemikiran berpendekatan
kualitatif
4. Bahan mentah pengujian empirik terhadap hipotesis
5. Alat untuk memaparkan suatu hal secara deskriptif
6. Alat pendukung permasalahan pemikiran (dari dalamnya dimunculkan masalah
pemikiran)
7. Temuan penelitian
8. Bahan mentah untuk analisis statistic
Pendekatan Baru
• Metadisiplin, untuk menjawab berbagai bahasan dari berbagai ilmu
pengetahuan lainnya
• Interdisiplin, pendekatan yang menggunakan berbagai teori/konsep dalam
suatu rumpun besar ilmu pengetahuan
• Antardisiplin, menggunakan teori/konsep dari berbagai disiplin ilmu
pengetahuan yang tak selalu serumpun, secara multi/lintas disiplin
TEORI PEMERINTAHAN
Teori hanya bisa diciptakan melalui intuisi dan renungan mendalam. Dalam
proses ini kita mula-mula hanya melakukan abstraksi pikiran dan berusaha membuat
“gambar” yang sejelas mungkin dalam pikiran kita dan berusaha menarik sebanyak
mungkin kesimpulan atau konsekuensi dari “gambar” yang kita buat itu. Sementara
kita sedang dalam proses membuat “gambar” itu kita tidak berpikir tentang kaitan
empiris antara gambar itu dengan dunia nyata. Baru sesudah gambar itu cukup jelas,
kita mengujinya dengan fakta empiris. David dan Chava nachmias menggambarkan
strategi “teori dahulu, penellitian kemudian“ dalam tahap – tahap berikut:
1. Perumusan teori atau model yang eksplisit
2. Suatu proposisi yang muncul dari teori atau model untuk diteliti secara empiris
3. Pembuatan rancangan penelitian untuk menguji proposisi itu
4. Kalau proposisi yang dideduksi dari teori itu tidak didukung oleh data empiris, maka
teori atau penelitian (seperti didesain penelitian, pengukuran, dsb.) harus diubah, dan
kita harus kembali ke tahap ke-2
5. Kalau proposisi tidak ditolak, kita cari proposisi lain untuk diuji atau kita coba
perbaiki teori
Karena itu seharusnya kita memandang teori dan penelitian sebagai dua hal yang
selalu berkaitan. Sebagaimana disebutkan di atas, teori jelas sanggan diperlukan
dalam melakukan penelitian, sebab tanpa tuntutan teori (atau konseptualisasi)
penelitian akan berjalan tanpa arah. Juga pengamatan empiris perlu disusun agar bisa
menjadi teori, dan penyusunan itu pasti memerlukan suatu perspektif teori.
Pendekatan Saintifik Dalam Ilmu Pemerintahan
Menurut standar baku (The standard View)/metodologi tujuan ilmu
pengetahuan adalah untuk mengembangkan penjelasan penjelasan tentang dunia
empirik atau dunia yang dapat diketahui oleh pengalaman atau observasi.
Menurut McGaw dan Watson, sains/ilmu pengetahuan merupakan metode
analisa yang obyektif, logis dan sistematis untuk mendeskripsikan, menjelaskan dan
meramalkan fenomena yang bisa diamati.
Berdasarkan definisi ini, kita ketahui adanya ciri-ciri pokok sains, yaitu:
1. Sains adalah suatu metode analisa, sains adalah suatu
Vitas dan proses, semua sains memiliki kesamaan metode analisa, yaitu
kesamaan dalam aturan logika dan pembuktian
2. Tujuan akhir sains adalah deskripsi, eksplanasi dan prediksi.Misalnya
ilmuwan pemerintahan berusaha menggambarkan, menjelaskan dan
meramalkan berbagai fenomena seperti: pemilu, pilkada, tingkah laku pemilih,
proses pembuatan kebijakan publik, suksesi, budaya politik dsb.
a. a.Deskripsi adalah upaya untuk menjawab pertanyaan siapa, apa, di mana,
kapan atau berapa. Jadi merupakan upaya melaporkan apa yang terjadi.
Ilmuwan pemerintahan mungkin akan mengajukan pertanyaan: Kapan suksesi
dapat terjadi ? Kapan otonomi daerah dapat diwujudkan secara optimal dan
dapat diraskan oleh masyarakat? Kapan reformasi birokrasi dan pelayan
publik akan terjadi?
b. Eksplanasi berusaha menjawab pertanyaan “mengapa”, mengapa korupsi
terjadi? Mengapa konflik Kepala Daerah dengan DPRD sering terjadi?
Mengapa kualitas pelayanan publik cenderung rendah? Dsb. Menjawab
pertanyaan “mengapa” adalah inti kegiatan saintifik.
c. Prediksi mencoba menjawab pertanyaan tentang “apa yang akan terjadi” di
masa depan. Ilmuwan pemerintahan misalnya tertarik meramalkan kondisi
atau keadaan yang bisa menimbulkan perubahan sistem pemerintahan, bentuk
negara atau bentuk pemerintahan dan sebagainya di masa depan.
Fenomena yang bisa diamati adalah sasaran deskripsi, eksplanasi dan prediksi,
yaitu obyek yang bisa diamati secara saintifik. Karena itu kegiatan penelitian saintifik
tidak menangani topik-topik yang supernatural dan metafisik.
3. Sains bersifat obyektif, logis dan sistematis.
a. Obyektif berarti bahwa pernyataan saintifik harus bisa diuji secara terbuka
oleh ilmuwan lain, atau dengan istilah lain “intersubjectivetestability”.
Pernyataan yang didasarkan pada pengetahuan yang hanya mungkin diketahui
oleh orang tertentu saja-_seperti ahli kebatinan atau resi, dan tidak bisa diuji
oleh orang berpendidikan biasa_ bukanlah pernyataan saintifik.
b. Logis berarti bahwa sains diatur oleh aturan penalaran tertentu,misalnya
penarikan kesimpulan deduktif dan induktif.
c. Sistematis berarti bahwa sains merupakan sekumpulan keajegan yang secara
logika terorganisasi, saling bertaut dan utuh serta terbuka untuk diubah atau
bahkan ditolak oleh bukti-bukti baru.
Asumsi-asumsi Sains
Di atas kita telah sepakat menganut definisi sains sebagai metode analisa.
Setiap metode pencarian pengetahuan didasarkan pada seperangkat asumsi atau
keyakinan yang _demi berlangsungnya komunikasi dan penelitian_ tidak bisa
diperdebatkan kebenaran atau kesalahannya dan harus diterima apa adanya (untuk
sementara). Menurut MCGaw dan Watson terdapat sembilan asumsi pokok atau
postulat sains:
Sumber :
Review State of The Art Ilmu Pemerintahan .(2011). http://rintikpena.blogspot.com.
http://rintikpena.blogspot.com/2011/09/review-state-of-art-ilmu-pemerintahan.html
Taliziduhu Ndraha, Kybernolog.2009. Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu
Pemerintahan.Jakarta.2010