Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada awal tahun 1950-an, ilmu pemerintahan masih merupakan metode
yang mempelajari tentang cara memandu dan mengarahkan pelayanan kepada
masyarakat umum agar semakin baik. Seiring dengan perjalanan waktu, pada
tahun 1960-an, ilmu pemerintahan berkembang ke arah suatu metodologi dalam
rangka mempelajari tentang metode dan teknik penelitian tentang bagaimana
dinas pemerintahan atau pelayanan umum ditata dan difungsikan ke dalam dan
ke luar kelembagaan, terkait dengan upaya memberikan pelayanan kepada
warga masyarakat. Dengan perkataan lain, pada waktu itu, ilmu pemerintahan
merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang kinerja internal dan eksternal
dari struktur dan proses pemerintahan umum, utamanya memberikan alternatif
pemecahan masalah dalam proses pengambilan keputusan yang mengikat
kepentingan-kepentingan masyarakat umum.
Selanjutnya cakrawala dan ruang lingkup ilmu pemerintahan semakin
membuka perhatian pada hal-hal yang berhubungan dengan seluruh aktivitas
dan gelaja-gelaja serta praktik-praktik pemerintahan yang bersifat umum dalam
rangka menjabarkan, menguraikan, dan menjelaskan secata substantif, bahkan
secara tuntas menguraikan sesuatu hal yang lebih rinci sampai ke akar-akarnya,
mulai dari menghimpun data dan fakta, melakukan proses analisis dan
pengambilan keputusan serta mencermati bagaimana hubungan
antarpemerintahan, masyarakat dan pengusaha sehingga kesimpulan yang
diperoleh dapat dijadikan sebagai alternatif dalam penetapan keputusan dan
produk hukum yang akan dihasilkan oleh pemerintah. Kondisi demikian,
diharapkan bener-benar mampu menyelesaikan berbagai permasalahan
pemerinthan tanpa menimbulkan masalah baru, sehingga semua pihak dapat
menerima dan mempersepsi setiap produk kebujakan yang dihasilkan oleh
pemerintahan sesuai dengan filosofi lahirnya suatu produk kebijakan
pemerintahan.
Taliziduhu Ndraha mengemukakan bahwa pemerintahan adalah gejala
sosial, yang terjadi dalam konteks hubungan antar warga masyarakat secara

1
individual ataupun kelompok. Dasar pemikiran tersebut merupakan salah satu
alasan filosofis yang menjelaskan mengapa ilmu pemenrintahan itu termasuk
cabang atau ranting ilmu-ilmu sosial dan ilmu pemerintahan sebagai ilmu yang
relatif baru.1
Dalam mempelajari ilmu pemerintahan tentunya untuk mengetahui gejala-
gejalanya tidak akan terlepas dari metode-metode ilmiah. Ada beberapa merode
yang dipakai dalam meneliti permasalahan dalam ilmu pemerintahan, metode-
metode itu antara lain yaitu metode deduktif, metode induktif, metode historis,
metode fungsional, dan lain sebagainya. Makalah ini akan membahas mengenai
metode fungsional. Metode fungsional tersebut akan dibahas lebih rinci pada
bab II.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan penelitian, metodologi, dan metode ilmiah?
2. Apa yang dimaksud dengan fungsional?
3. Apa yang dimaksd dengan metode fungsional?

1.3 Tujuan Makalah


1. Mengetahui arti dan maksud penelitian, metodologi dan metode ilmiah.
2. Mengetahui arti dan maksud fungsional.
3. Mengetahui arti dan maksud metode fungsional.

1.4 Manfaat Makalah


Adapun manfaat dari makalah ini adalah sebagai penambah wawasan untuk
penulis maupun pembaca mengenai metode fungsional dalam metodologi ilmu
pemerintahan. Kemudian dengan adanya makalah ini dapat menambah
informasi dan sebagai bahan penyempurnaan bagi penulis selanjutnya.

1
Erliana Hasan, Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian Ilmu Pemerintahan, Bogor: Ghalia
Indonesia, 2014, hlm.155-156

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Penelitian, Metodologi, dan Metode Ilmiah
Penelitian adalah terjemahan dari kata inggris research. Dari istilah
itu ada juga ahli yang menerjemahkan research sebagai riset. Research itu
sendiri berasal dari kata re yang berarti kembali dan to search yang berarti
mencari. Dengan demikian arti sebenarnya dari research atau riset adalah
mencari kembali. Menurut ilmuwan Hillway (1956) penelitan tidak lain
dari suatu metode studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan
yang hati-hati sempurna terhadap suatu masalah, sehingga diperoleh
pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut. Dalam penelitian
terdapat berbagai macam metode serta cara untuk mendapatkan suatu
kejelasan dan kebenaran yang objektif. Dengan melalui penelitian maka
pengetahuan manusia akan berkembang.2
Metodologi adalah cabang filsafat tentang metodologi membahas
tentng metode terutama dalam kaitannya dengan metode-metode ilmiah.
Hal ini sangat erat kaitannya dengan hakikat kedudukan filsafat sebagai
induk semua ilmu pengetahuan. Oleh karena itu perkembangan ilmu
pengetahuan juga sangat erat kaitannya dengan bidang kajian filsafat yaitu
dalam filsafat ilmu yang mengkhususkan tentang kajian metodologi.
Metodologi penelitian adalah membahas tentang dasar-dasar filsafat ilmu
dari metode penelitan, karena metodologi belum memiliki langkah-langkah
praktis, adapun derivasinya adalah pada metode penelitian.3
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan
pengetahuan yang disebut ilmu sehingga ilmu merupakan pengetahuan
yang diperoleh melalui metode ilmiah yang merupakan prosedur atau cara
mengetahui sesuatu melalui langkah-langkah yang sistematis. Proses
kegiatan ilmiah dimulai ketika manusia mengamati sesuatu secara
ontologis ilmu membatasi masalah yang diamati dan dikaji pada
permasalahan yang terdapat dalam ruang lingkup jangkauan pengetahuan

2
Kaelan, Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat, Yogyakarta: Paradigma, 2005, hlm. 1-3
3
Ibid, hlm. 37

3
manusia. Dengan perkataan lain, ilmu tidak mempermasalahkan tentang
hal-hal yang berada di luar jangkauan manusia karena yang dihadapinya
adalah alam nyata, sehingga ilmu mencari jawabannya pada dunia yang
nyata pula. Dalam mencari kebenaran ilmu, terdapat beberapa metode
ilmiah yang dapat digunakan dalam menentukan kebenaran, yaitu
penjelasan berikut.
a. Metode siklus-empirik
Hipotesis -> Verifikasi -> Kesimpulan -> Observasi -> Klasifikasi
Metode linier mencakup aktivitas mengumpulkan bahan, klasifikasi
bahan, analisis dan kesimpulan, serta prediksi, sedangkan berpikir
logis mencakup aktivitas seperti silogisme. Berpikir logis
mencakup aktivitas yang mengandung unsur-unsur logis,
taksonomis, intuitif dan simbol.
b. Intuisi
Intuisi adalah pengetahuan yang bersifat segera, yang memiliki
karateristik sebagai berikut: cepat, transparan, durasi waktu dan
akumulasi pengalaman.4

2.2. Fungsionalisme
Metode fungsional tidak terlepas dari adanya teori fungsionalisme
yang merupakan buah pikir dari para ilmuwan sosiologi.
Durkheim mengemukakan bahwa ikatan solidaritas mekanis, yang
dijumpai pada masyarakat yang masih sederhana, laksana kohesi antara
benda-benda mati, sedangkan ikatan solidaritas organis, yang dijumpai
pada masyarakat yang kompleks, laksana kohesi antara orang hidup.
Gambaran yang disajikan Dhrendorf mengenai pokok-pokok teori
fungsionalisme adalah sebagai berikut: (1) setiap masyarakat mempunyai
struktur unsur yang relatif gigih dan stabil, (2) mempunyai struktur unsur
yang terintegrasi dengan baik, (3) setiap unsur dalam masyarakat
mempunyai fungsi, memberikan sumbangan pada terpeliharanya
masyarakat sebagai suatu sistem dan (4) setiap struktur sosial yang

4
Erliana Hasan, Op.Cit, hlm. 126-128

4
berfungsi didasarkan pada komsesus mengenai nilai di kalangan para
anggotanya.
Auguste Comte, teori yang dikenal dengan berbagai nama seperti
teori struktur-fungsi, fungsionalisme dan fungsionalisme struktural
merupakan teori yang tertua dan hingga kini paling luas pengaruhnya.
Turner mengemukakan bahwa Comte merupakan perintis
pendekatan positivisme yang memakai metode ilmiah untuk
mengumpulkan data empiris. Untuk mendukung pandangannya bahwa
sosiologi merupakan suatu ilmu, Comte meminjam alih-alih konsep-
konsep dari ilmu-ilmu biologi. Oleh sebab itu Turner menamakan
pendekatan Comte pendekatan organicism. Dengan menggunakan analogi
organisme individu untuk menjelaskan masyarakat., Comte menyamakan
struktur keluarga dengan struktur unsur atau sel, kelas atau kasta dengan
jaringan, dan kota atau komun dengan organ. Kajian terhadap organisme
sosial ini merupakan studi terhadap statika sosial.
Dengan sendirinya Comte pun sadar akan perbedaan antara
organisme biologis dengan masyarakat. Ia mengemukakan misalnya,
bahwa, berbeda dengan organisme biologis, ikatan pada organisme sosial
tidak berwujud fisik melainkan terdiri dari ikatan-ikatan batin.
Herbert Spences, Positivisme dan organisasi kita jumpai lagi dalam
karya ahli sosiologi dari Inggris ini. Spencer pun melakukan perbandingan
antara organisme individu dengan organisme sosial dan mengamati bahwa,
sebagaimana halnya dengan organisme biologis, masyarakat manusia pun
berkembang secara evolusioner dari bentuk sederhana ke bentuk kompleks.
Dalam proses peningkatan kompleksitas dan diferensiasi ini, menurut
Spencer, terjadi pula diferensiasi fungsi; terjadinya perubahan struktur
disertai dengan perubahan pada fungsi.
Talcot Parson merupakan tokoh sosiologi modern yang
mengembangkan analisa fungsional dan secara sangat rinci menggunakan
karya-karyanya. Dalam karya-karya selajutnya Parson secara rinci
menguraikan fungsi sebagai struktur bagi dipertahankannya sistem sosial.
Karya pandangan Parson yang terkenal ialah kajiannya mengenai fungsi

5
struktur bagi dipecahkannya empat masalah: adaptasi, pencapaian tujuan,
integrasi, pemeliharaan pola dan pengendalian ketegangan.
Roberk K. Merton merupakan seorang tokoh sosiologi modern yang
melakukan rincian lebih lanjut dalam analisa fungsional dengan
memperkenalkan konsep-konsep fungsi, disfungsi, fungsi laten, dan fungsi
manifest. Pemahaman menganai berbagai konsep ini perlu, karena menurut
Merton para tokoh fungsionalisme sebelumnya hanya menitikberatkan
perhatian mereka pada konsep fungsi saja dan mengabaikan konsep-konsep
disfungsi dan konsep fungsi laten.5

2.3. Metode Fungsional


Metode fungsional yaitu metode yang digunakan untuk menilai
kegunaan lembaga-lembaga sosial masyarakat dan struktur sosial
masyarakat.6
Yang dimaksud dengan metode fungsionalis adalah metode yang
digunakan untuk meneliti kegunaan lembaga-lembaga kemasyarakatan dan
struktur sosial dalam masyarakat, metode ini didasarkan pada asusmsi
bahwa unsur-unsur yang membentuk masyarakat mempunyai hubungan
timbal balik yang saling mempengaruhi, masing-masing mempunyai
fungsi tersendiri terhadap masyarakat.7
Dalam Antropologi Malinowski adalah contoh tokoh yang
menggunakan metode fungsional dalam menganalisa mengenai fungsi dari
kebudayaan masyarakat manusia. Dalam tahun 1940 ia diundang sebagai
guru besar tamu di Universitas Yale pada saat itulah ia mulai
mengembangkan suatu kerangka teori baru untyuk menganalisa fungsi dari
kebudayaan masyarakat manusia, yang disebutnya suatu teori fungsional
tentang kebudayaan atau a functional theory of cultur. Hal yang sangat unik
dari etnografi Malinowski yang belum pernah dilakukan pengarang
etnografi lain sebelumnya adalah cara Malinowski menggambarkan

5
Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, Jakarta: Lembaga Penerbit UI, 1993, hlm. 239-241
6
Nurani Soyomukti, Pengantar Sosiologi, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016, hlm. 68
7
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi, Jakarta: Prenamedia Group, 2011, hlm.
28

6
hubungan berkaitn atara sistem kula dengan lingkungan alam sekitar pulau-
pulau serta berbagai macam unsur kebudayaan dan masyarakat
penduduknya, yaitu ciri-ciri fisik dari lingkungan alam tiap pulau,
keindahan laut kerangnya, aneka-aneka floranya, pola-pola pemukiman
komunitas serta kebun-kebunnya.
Cara mengarang etnografi seperti yang dilakukan oleh Malinowski
itu memang merupakan cara baru yang unik dalam metode penulisan
etnografi pada waktu itu. Namun ia sendiri mula-mula agaknya tidak
sengaja bermaksud mengintroduksikan sesuatu metode antropologi yang
baru. Tetapi setelah ia mendapat reaksi dan respons yang begitu luas,
berkembanglah pemikirannya mengenai metode untuk mendeskripsi
berbagai kaitan berfungsi dari unsur-unsur kebudayaan dalam suatu sistem
sosial yang hidup.
Pemikiran Malinowski mengenai syarat-syarat metode etnografi
berintegrasi secara fungsional yang dikembangkan dalam kuliah-kuliahnya
tentang metode-metode penelitian lapangan dalam masa penulisan ketiga
buku etnografi mengenai kebudayaan Trobriad. Dalam hal itu ia
membedakan antara fungsi sosial dalam tingkat abstraksi yaitu:
a. Fungsi Sosial dari suatu adat, pranata sosial atau unsur kebudayaan
pada tingkat abstraksi pertama mengenai pengaruh atau efeknya
terhadap adat, tingkah-laku manusia dan pranata sosial yang lain dalam
masyarakat.
b. Fungsi Sosial dari suatu adat, pranata sosial atau unsur kebudayaan
pada tingkat abstraksi kedua mengenai pengaruh atau efeknya terhadap
kebutuhan suatu adat atau pranata lain untuk mencapai maksudnya
seperti yang dikonsepsikan oleh warga masyarakat yang bersangkutan.
c. Fungsi Sosial dari suatu adat atau pranata sosial pada tingkat abstraksi
ketiga mengenai pengaruh atau efeknya terhadap kebutuha mutlak
untuk berlangsungnya secara terintegrasi dari suatu sistem sosial yang
tertentu.8

8
http://firdaus2014.blogspot.co.id/2014/04/teori-teori-fungsional-dan-struktural.html

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada awal tahun 1950-an, ilmu pemerintahan masih merupakan
metode yang mempelajari tentang cara memandu dan mengarahkan
pelayanan kepada masyarakat umum agar semakin baik. Taliziduhu Ndraha
mengemukakan bahwa pemerintahan adalah gejala sosial, yang terjadi
dalam konteks hubungan antar warga masyarakat secara individual ataupun
kelompok. Dasar pemikiran tersebut merupakan salah satu alasan filosofis
yang menjelaskan mengapa ilmu pemenrintahan itu termasuk cabang atau
ranting ilmu-ilmu sosial dan ilmu pemerintahan sebagai ilmu yang relatif
baru.
Menurut ilmuwan Hillway (1956) penelitan tidak lain dari suatu
metode studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati
sempurna terhadap suatu masalah, sehingga diperoleh pemecahan yang
tepat terhadap masalah tersebut
Metodologi adalah cabang filsafat tentang metodologi membahas
tentng metode terutama dalam kaitannya dengan metode-metode ilmiah.
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan
pengetahuan yang disebut ilmu sehingga ilmu merupakan pengetahuan yang
diperoleh melalui metode ilmiah yang merupakan prosedur atau cara
mengetahui sesuatu melalui langkah-langkah yang sistematis.
Metode fungsional tidak terlepas dari adanya teori fungsionalisme
yang merupakan buah pikir dari para ilmuwan sosiologi Dhrendorf
mengenai pokok-pokok teori fungsionalisme adalah sebagai berikut: (1)
setiap masyarakat mempunyai struktur unsur yang relatif gigih dan stabil,
(2) mempunyai struktur unsur yang terintegrasi dengan baik, (3) setiap
unsur dalam masyarakat mempunyai fungsi, memberikan sumbangan pada
terpeliharanya masyarakat sebagai suatu sistem dan (4) setiap struktur sosial
yang berfungsi didasarkan pada komsesus mengenai nilai di kalangan para
anggotanya.

8
Yang dimaksud dengan metode fungsionalis adalah metode yang
digunakan untuk meneliti kegunaan lembaga-lembaga kemasyarakatan dan
struktur sosial dalam masyarakat, metode ini didasarkan pada asusmsi
bahwa unsur-unsur yang membentuk masyarakat mempunyai hubungan
timbal balik yang saling mempengaruhi, masing-masing mempunyai fungsi
tersendiri terhadap masyarakat

3.2 Saran
Untuk saat ini masih sangat sedikit literatur yang ditemukan yang
membahasi mengenai metode fungsional. Saran kami sebaiknya
diperbanyak literatur mengenai metode fungsional ini dan semakin banyak
juga literatur yang secara konkrit menuliskan bahwa penelitian mereka
menggunakan metode fungsional, walaupun kita ketahui bersama bahwa
banyak penelitian tidak hanya menggunakan satu metode tetapi banyak
metode.

Anda mungkin juga menyukai