Anda di halaman 1dari 8

PENDEKATAN ANTROPOLOGI, SOSIOLOGI DAN FENOMENOLOGI DALAM

STUDI ISLAM

A. PENDAHULUAN
B. PEMBAHASAN
a. Pendekatan Fenomenologi
Pengertian
Fenomenologi berasal dari bahasa yunani yakni Phainomeon yang artinya
sesuatu yang nampak. Pendekatan fenomenologi pertama didirikan oleh Edmund
Husserl pada awal abad ke-20. Menurut Edmund fenomenologi merupakan sebuah
pendekatan yang fokus atau berpusat terhadap analisis fakta-fakta yang nampak. Hal
tersebut berarti dalam melihat suatu kebenaran dengan berdasar pendekatan
fenomenologi harus mengesampingkan berbagai hal seperti norma, keyakinan serta
ajaran-ajaran terdahulu.
Dalam perkembangannya pendekatan fenomenologi terdapat beberapa tokoh
diantaranya Edmund Husserl (1859-1938). Edmund memandang fenomenologi dalam
dua aspek yakni metode dan ajaran filsafat. Fenomenologi sebagai sebuah metode
dapat diartikan sebagai perjalanan langkah atau proses yang harus ditempuh dari
kesadaran manusia sampai pada kesadaran murni hingga tercapainya suatu
fenomenologi murni. Fenomenologi murni merupakan fenomena yang terbebas dari
rasionalisasi.
Adapun hal yang harus ditekankan dalam mencapai suatu esensi fenomena
yakni Epoche atau menunda keputusan dengan tidak langsung menyimpulkan
maksudnya dalam melihat suatu fenomena tidak langsung memutuskan benar atau
tidaknya suatu fenomena. Hal ini dimaksudkan agar suatu kebenaran fenomena yang
didapatkan tidak hanya dapat diterima secara subjektif tetapi juga bersifat objektif.
Adapun Epoche itu sendiri memiliki 4 macam metode yakni:
1).Metode dengan mengesampingkan segala ajaran, norma maupun adat dalam
kehidupan.
2). Metode dengan meninggalkan sikap tergesa-gesa dalam mengambil keputusan.
3). Mengolah data yang kita sadari
4). Mencari esensi fakta fenomenologi dalam suatu pristiwa.

Perkembangan selanjutnya dalam tokoh-tokoh pendekatan fenomenologi


yakni Max Scheler (1874-1928). Max Scheler mengatakan pendekatan fenomenologi
merupakan suatu cara dalam memandang realitas dengan diikuti oleh pemikiran yakni
diskusi, observasi, dan induksi. Scheler juga terfokus dalam tiga ajaran yang
mengalami peran penting dalam pendekatan fenomenologis dantaranya : fakta natural,
dimana fakta terlihat dengan pengamatan indrawi. Ajaran kedua yakni fakta ilmiah
yang bersifat lebih abtrak, dan yang terakhir yakni fakta fenomena dimana fakta
fenomena ini terlihat dari adanya fakta pengalaman secara langsung. Adapun tokoh
ketiga dalam perkembangan fenomenologi ini yakni Maurice Merlean-Ponty (1908-
1961). Merlean setuju dengan pendapat Edmund, akan tetapi menurutnya terkait
dengan esensi fenomenologi tidak hanya berbicara terkait rasa, akan tetapi harus ada
presepsi tersendiri terhadap alam.
Dari beberapa penjelasan serta dasar teori dari para tokoh fenomenologi.
Maka dapat ditarik kesimpulan bawasannya pendekatan fenomenologi merupakan
suatu cara atau metode dalam upaya menciptakan disiplin ilmu melalui pengamatan,
pengalaman, penghayatan serta analisis setiap pristiwa atau fenomena sehingga
terbentuk suatu esensi fenomenologi yang dapat menyatukan sifat objektif dan juga
subjektif para pengkaji ilmu.

Karakteristik Dasar Pendekatan Fenomenologi


Terdapat dua karakteristik dalam pendekatan fenomenologi ini, yang pertama
yakni fenomenologi merupakan metode untuk memahami agama orang lain dalam
prespektif netralis maksudnya yakni mencoba memahami agama orang lain dengan
pemahaman seorang penganut agama tersebut tanpa dicampuri dengan
pemahamannya sendiri atau bersifat objektif. Yang kedua yakni adanya upaya
mengklasifikasi fenomena masyarakat beragama dan berbudaya. Maksudnya setelah
diperoleh data sebanyak-banyaknya tugas utama seorang fenomenolog yakni
mengelompokkan data-data yang menunjukkan kesamaan untuk selanjutnya diperoleh
pemahaman terkait fenomena tersebut.

Studi Agama Dengan Pendekatan Fenomenologis


Pendekatan Fenomenologi merupakan suatu pendekatan baru jika
dibandingkan dengan pendekatan antropologi, sosiologi, dan juga psikologi. Akan
tetapi dalam kaitannya sebagai upaya mengkaji suatu agama, pendekatan
fenomenologi ini dapat dikatakan sebagai pendekatan penengah diantara pendekatan-
pendekatan yang lainnya. Hal ini dapat dilihat dari mekanisme pendekatan
fenomenologi dalam memandang suatu esensi dibalik fenomena yang nampak dengan
memegang serta menerapkan prinsip epoch dalam mengambil makna dari suatu
fenomena yang nampak.
Setiap fenomena keagamaan dapat diketahui serta dapat dipahami apabila
mampu mengamati keadaan atau fenomena yang nyata. Dalam pendekatan
fenomenologi ini beupaya mencari esensi dari setiap fenomena yang ada. Jadi
pendekatan ini saat cocok jika digunakan dalam melihat keunikan dalam aspek
beragama.

Contoh Pendekatan Fenomenologis


Contoh pendekatan fenomenologi dalam islam yakni terlihat dari beberapa
kebudayaan yang masih dipertahankan oleh para wali dan juga sunan. Tujuan dari
mempertahankan budaya tersebut yakni agar masyarakat tidak terlalu kaget terhadap
perubahan. Adapun contoh ajaran yang termasuk dalam pendekatan fenomenologis
yakni adanya tahlilan, ziarah, grebeg maulid, skaten. Pada dasarnya ajaran-ajaran
tersebut tidak murni terdapat dalam ajaran islam. Ajaran ini pada dasarnya telah ada
pada masa sebelum islam. Namun pada dasarnya anjuran untuk mendo’akan orang
tua, memperingati kelahiran nabi telah dijelaskan dan dianjurkan dalam islam.

b. Pendekatan Sosiologi
Pengertian
Sosiologi secara etimologi berasal dari bahasa latin “socius” dan logos yang
berarti segala sesuatu yang membicarakan tentang manusia yang bermasyarakat.
Sosiologi merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang proses-proses
sosial. Adapun objek dalam pendekatan ini yakni masyarakat beserta perubahannya
dengan tujuan akhir tercapainya kemampuam seseorang untuk beradaptasi dan
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Definisi lain terkait pendekatan sosiologi diungkapkan oleh Bauman. Ia
mengatakan bawasannya pendekatan sosiologi merupakan suatu ilmu yang
mempelajari kehidupan manusia dalam kelompok. Hal ini berarti mencangkup semua
yang terjadi dalam kelompok tersebut mulai dari interaksi antar sesama hingga
interaksi dalam bermasyarakat. Sedangkan pendekatan sosiologi dalam studi agama
dijelaskan oleh Joachim Wach yakni bentuk-bentuk interaksi yang terjadi antar agama
dan masyarakat. Dalam hal ini seorang sosiolog mengkaji bagaimana tata cara
masyarakat dalam mengkaji kehiduban baik dari segi budaya, pribadi maupun aspek-
aspek yang lain berpengaruh terhadap agama.

Metode Pendekatan Sosiologi


Dalam pendekatan sosiologi terdapat beberapa metode yang digunakan
sebagai suatu proses jalan untuk memperoleh suatu pengetahuan. Dalam pemdekatan
sosiologi agama terdapat beberapa metode diantaranya metode deskriptif, komparatif,
eksperimental, eksplanatori, Fungsionalisme, Studi Kasus, Survei, dan Historis
Komparatif.
 Metode diskriptif
Suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan fakta-fakta faktual yang
terjadi pada saat ini, terfokus pada pertanyaan apa, siapa, kapan dan dimana.
 Metode Komparatif
suatu metode yang fokus untuk mencari jawaban sebab akibat serta analisis
mengenai terjadinya suatu pristiwa atau fenomena.
 Metode Eksperimental
Suatu metode yang digunakan untuk menguji teori baru, jadi pada psinsipnya suatu
teori akan kuat jika mampu bertahan pada saat diuji dengan toeri yang lain.
 Metode Eksplanatori
Metode yang lebih kepada menjelaskan terkait jawaban untuk pertanyaan
mengapa, dan bagaimana.
 Metode Historis Komparatif
Metode ini menitikberatkan terhadap pristiwa-pristiwa dimasa lalu.
 Metode Fungsionalisme
Metode yang berfungsi untuk meneliti fungsi lembaga-lembaga kemasyarakatan.
Prinsip pokok dalam metode ini yakni unsur-unsur lembaga pembentuk suatu
masyarakat memiliki hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi.
 Metode Survei
Metode yang digunakan untuk memperoleh data dari anggota populasi yang relatif
besar untuk menentukan karakteristik ataupun keadaan yang terjadi dalam suatu
daerah atau wilayah.
 Metode Studi Kasus
Suatu metode untuk melakukan penyelidikan secara mendalam suatu individu atau
kelompok tertentu untuk mengetahui adanya pengaruh yang mungkin timbul dari
variabel satu dengan variabel lainnya.

Pendekatan Sosiologis dalam studi islam


Peran agama dalam kehidupan masyarakat baru-baru ini sangat vital artinya
agama memiliki kepentingan dalam penyelesaian semua aspek permasalahan di dalam
masyarakat. Sejarah telah mencatat bahwa umat manusia yang beragama telah sejak
awal memiliki keterkaitan yang kuat dengan kebudayaannya. Agama tidak boleh
dijadikan sebagai sekedar lambang kesholehan atau sebagai identitas seseorang
melainkan mampu untuk menunjukkan cara-cara yang paling efektif dalam
menyelesaikan masalah.
Adapun permasalahan yang timbul dalam masyarakat dapat pula diselesaikan
dengan berbagai macam pendekatan diantaranya yakni pendekatan teologis normatif,
antropologis, sosiologis, psikologis, historis, kebudayaan dan filosofis. Berbagai
macam pendekatan tersebut merupakan salah satu upaya dari berbagai sudut pandang
yang kaitannya dapat digunakan sebagai salah satu disiplin ilmu dalam memahami
agama.
Pentingnya pendekatan sosiologis untuk memahami agama yakni banyak
sekali ajaran-ajaran agama yang berkaitan dengan sosial. Agama memiliki perhatian
yang sangat mendalam terhadap masalah sosial karenanya tokoh-tokoh agama
menggunakan pendekatan ini sebagai alat untuk menyebarkan pemahaman terkait
ilmu sosial.
Jalaludin rahmat menunjukan betapa pentingnya agama dalam upaya
penyelesaian permasalahan sosial melalui pendekatan sosiologis hal ini dikarenakan
agama itu sendiri diturunkan untuk keentingan sosial seperti halnya dalam al-qur’an
sering dijumpai ayat ayat yang menjelaskan terkait hubungan manusia dengan
manusia lainnya,

Contoh Penerapan Pendekatan Sosiologi dalam Studi Islam


Adapun penekatan sosiologis dalam studi islam tergambar dalam beberapa contoh
penerapan diantaranya yakni sebagai berikut:
1. Dalam Al-Qur’an dan Hadist sebagai sumber hukum islam banyak menjelaskan
mengenai urusan muamalah.
2. Banyak ibadah-ibadah dalam islam yang mendapat ganjaran atau pahala lebih jika
dikerjakan secara bersama-sama contohnya yakni pengerjaan sholat.
3. Dalam urusan kifarat pun juga terdapat beberapa hal yang menjunjung niali-nilai
sosial. Misalnya bila seseorang tidak mampu untuk berpuasa maka terdapat solusi
dengan membayar fidyah dalam bentuk memberi makan kepada orang miskin.

C. Antropologi

Antropolo yang berasal dari kata Antropos dan kata logos, Antropos mengandung arti
manusia sedadngkan logos mempunyai arti ilmu. Dengan lain kata antropologi dibisa
dikatakan cabang ilmu yang sangat membhas tentang manusia, bagaimana usal-usul, adat
istiadat, keanekaragaman, suku budaya, bentuk fisik, warna kulit serta membahas
kepercayaan pada masa lampau.1 dalam kamus besar bahsa indonesia antropologi menadi
sebuah ilmu yang membahas tentang manusia dengan berpacu pada asal mula, warna kulit
yang menjadi pembeda, adat yang berkembang seperti apa, serta budaya dan kepercayaan
pasca nenek moyang atau para leluhur pada masa itu.2 menurut Edward taylor mengartikan
antropologi sebagai hasil prilaku yang menitik beratkan pada pengetahuan sehingga
kemampuannya manusa dapat membentuk kembali lingkungan yang sebagaimana mestinya
sesuai dengan keinginan masyarakat setempat, antropologi juga memahami aspek bahwa
manusia mampunyai aneka ragam bentuk.3

Menurut ahli peran utama yang menjadi pusat antropologi merupakan kebudayaan
dan masyarakat, yang telah dikaji sesuai agama dan persepektif antropologi. Kajian yang
mendalami tentang makna dan hakikat agama islam didalam kehidupan manusia. Pendekatan
yang digunakan para ahli antropologi dengan pendekatan kebudayaan yang dilakukan secara
eksplisit atau secara implisit dengan maksud agama dan masyarakat secara budaya
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan karena pada dasarnya mejadi inti sari dari
kebudayaan yang terwujud.4.

Point penting dalam pendekatan antropologi islam yaitu hubungan gaib yang dengan
kenyataan yang berlaku dn bersifat empiris, sifat empiris itu sendiri bagaimana agama yang
dilakukan manusia menurut penganutnya. Pendekatan antropologi tidak menajawab
bagaimana kitab suci menjelaskan tentang beragama karena kitab suci dianggap das sollen
jadi sesuai yang dilakukan manusia baik diyakini, dilakukan, maupun dirasakan yang

1
Asriana Harahap dan Mhd Latip Kahpi, “Pendekatan Antropologis Dalam Studi Islam,” Tazkir : Jurnal
Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Dan Keislaman 7, no. 1 (24 Agustus 2021): 49–60,
https://doi.org/10.24952/tazkir.v7i1.3642.
2
Moh Toriqul Chaer, “Pendekatan Antropologi Dalam Studi Agama,” At-Tahdzib: Jurnal Studi Islam dan
Muamalah 2, no. 2 (2014): 114–32.
3
M. Dimyati Huda, “Pendekatan Antropologis dalam Studi Islam,” Didaktika Religia 4, no. 2 (9 Agustus 2016):
139–62, https://doi.org/10.30762/didaktika.v4.i2.p139-162.2016.
4
Muhamad Taufik Hidayat, “ANTROPOLOGI ISLAM DI INDONESIA,” IBDA` : Jurnal Kajian Islam dan Budaya 11,
no. 1 (15 Januari 2013): 31–45, https://doi.org/10.24090/ibda.v11i1.66.
dianggap itu benar. Masyarakat menganggap beragama itusesuatu hal yang gaib sehingga
tidak bisa diteliti akan tetapi keyakinan masyarakat dalam hal kepercayaan hal gaib itu
bersifat empiris berdasarkan pengalaman manusia sehingga menjadi sesuatu yang dapat
diteliti secara ilmiah. 5

D. metode antropologi

Antropologi merupakan ilmu yang mengkaji berbagai aspek manusia. Dengan ilmu
antroplogi ada metode untuk mengusahakan pengetahuan tentang aspek manusia dengam
memberikan pemahaman yang utuh terkait manusia, kehidupan masyarakat, sosial, serta
kontribusi peradapan masa kini dan masa lampau. diharapkan dengan ilmu pengetahuan
antropologi ini dapat mengkaji pemahaman manusia secara luas dan kompleks baik manusia
yang masih hidup maupun yang sudah mati serta ilmu yang sudah punah maupun masih
berkembang pada saat ini.6 Kajian antropologi biasanya memulai analisis dengan
pengamatana apa yang dlakulakan individu dalam kehidupannya, didalam masyarakat atau
sebuah komunitas yang memeluk agama islam maka muncullah spesialisasi. 7

Menurut Kuncaraningrat8 spesialis antropologi ada dua diantaranya:

1. Antropologi Fisik: antropologi ini membahas tentang asal usul manusia atau biasa
disebut dengan (paleontologi) ilmu ini membahas tentang asal usul manuisa dari
mulai evolusi manusia yang penelitiannya menggunakan fosil-fosil manusia jaman
dulu. Ilmu ini mempunyai daya tarik yaitu pada sisi fisik dari manusia itu sendiri,
misalnya bentuk tubuh, warna kulit, dan lain sebagainya.
2. Antropologi Budaya: antropologi budaya itu sendiri dibagi menjadi tiga yaitu
a) Arkeologi.

Aekeologi ini ilmu mendalami tentang bagaimana kebudayaan manusia


dimasa lampau dengan menggunakan kemampuan sistematis data bendawi yang telah
ditinggalkan. Sistematisa yang dimaksud dengan penemuan-penemuan terdahulu yang
ditinggalkan budaya bendawi semacam, candi, kapak dan ekofak seperti fosil
manusia purba, batu, rupa muka bumi. Secara singkat arkeologi ini mempelajari
secara khusus seperti budaya yang sudah lampau dari sejak sebelum mengenal tuisan
atau masa batu maupun sudah mengenal tulisan masa sejarah, tidak hanya itu
arkeologi juga mempelajari dimasa sekarang kajian budaa bendawi modern (modern
material culture).

5
Feryani umi Rosidah, “Pendekatan Antropologi Dalam Studi Agama,” Religió: Jurnal Studi Agama-Agama 1,
no. 1 (1 Maret 2011): 23–32, https://doi.org/10.15642/religio.
6
Parni, “PENDEKATAN ANTROPOLOGI DALAM KAJIAN ISLAM,” Tarbiya Islamica 1, no. 1 (29 Juni 2020): 23–40.
7
Santri Sahar, “Merintis Jalan: Membangun Wacana Pendekatan Antropologi Islam,” Jurnal Al Adyaan; Jurnal
Sosial dan Agama 1, no. 02 (20 September 2016), http://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/adyan/article/view/1332.
8
Huda, “Pendekatan Antropologis dalam Studi Islam.”
b) Ethnologi

Ethnologi ilmu yang berperan dan mempelajari tentang asas kebudayaan


manusia baik diseluruh dunia maupun kehidupan didalam suku masyarakat
memahami pola fikir maupun mengamati prilaku. Ethnologi menganggap kita tidak
bisa menggali hanya dengan mengamati suatu kelompok tertentu akan tetapi tidak
memperhatikan prilaku yang mereka lakukan setiap harinya.

c) Ethnografi

Ethnografi ini peneliti menggunakan metode observasi langsung dalam


kegiatan manusia konteks sosial masarakat dan budaya yang dilakukan sehari-hari.
Dalam ethnografi ini mencoba menggali apa yang menjadi suber kekuatan manusia
untuk melakukan sesuatu hal. Ethnografi sangat tertarik dengan seseorang yang tidak
menyukai sesuatu akan tetapi dilakukan dengan contoh misalkan aku tidak suka
makanan manis karena jika berlebihan akan membuat diabetes akan tetapi dia
memesakn ice cream full cream.

E. Fenomena Agama

Antropologi membahas tentang aspek manusia dan didalam manusia yang


mengkaitkan dengan budaya yang dikaitkan dengan agama maka yang dapat diambil
pelajaran yaitu fenomena agam budaya didalam antropologi. Menurut 9 Ada 5
fenomena agama yang bisa dikaji yaitu

1) Scripture yaitu berupa naskah yang menjadi simbol agama.


2) Sesepuh atau siapapun yang dapat di percaya dan menjadi pemuka
agama yang dilihat dari sikap, prilaku serta penghayatan dengan
penganutnya.
3) Riyus, lembaga dan ibadah,seperti tempat sholat, haji, puasa, dan adat
perkawinan
4) Tempat yang dipergunakan untuk sholat, seperti masjid, greja,
lonceng, peci dan semacamnya.
5) Organisai keagamaan yang menganut berbgai agama untuk
berkumpul dan membahas sesuatu hal seperti NU, Muhammadiyah,
Persis, Greja Protestan, syi’ah dan lain-lain.

Kelima fenomena diatas yang menjadi kajian dengan pendekatan antropologi,


krena dari kelima fenomena diatas yang memiliki unsur budaya dan hasil pikiran dan
kreasi manusia.

4. aspek antropologi

9
Parni, “PENDEKATAN ANTROPOLOGI DALAM KAJIAN ISLAM.”
5. Perinsip dasar antropologi

Anda mungkin juga menyukai