Anda di halaman 1dari 11

FENOMENOLOGI AGAMA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Fenomenologi Agama

Dosen Pengampu: H. Ahmad Soheh Mukarom M. Ag

Disusun Oleh :

Nama Saeful Fikri

NIM 1181020067

Jurusan Study agama- agama

Semester V/B

JURUSAN STUDY AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN

UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2021
A. Pendahuluan
Studi tentang agama mulai marak pada abad ke-18 ketika Max Muller
menekankan tentang studi agama yang deskriptif, pengetahuan yang objektif yang
terbebas dari jerat normativitas teologi dan filsafat. Studi ini pertama kali dikenal
dikenal dalam bahasa Jerman dengan sebutan religionswissenschaft yang
kemudian diadopsi ke dalam bahasa Inggris dengan menggunakan kata history of
religion. Dalam perkembangannya, studi agama mengalami akulturasi dengan
pendekatan-pendekatan lain baik yang bersifat sosial maupun filsafat. Pendekatan-
pendekatan tersebut digunakan untuk melihat agama secara lebih jauh dan
mendalam.Pendekatan antropologi-sosial agama lebih banyak membahas tentang
upacara dan tindakan masyarakat yang kemudian menjadi tradisi keagamaan
secara menyeluruh. Adapun psikologi agama adalah studi mengenai aspek
psikologis dari agama, yaitu penyelidikan mengenai peran religius dari budi.
Sedangkan filsafat agama adalah refleksi filosofis mengenai agama dengan
menggunakan metode filsafat secara sistematis.Adapun pendekatan yang sangat
digemari oleh para pemuka agama sekarang adalah teologi agama, yaitu studi
tentang agama yang dilakukan dengan diskusi antar agama sehingga diperoleh
pengetahuan universal tentang agama.
Selain itu, ada pendekatan lain yang digunakan dalam studi agama, yaitu
fenomenologi agama. Pendekatan ini lebih mengarah pada refleksi seseorang atau
sekelompok orang dalam memahami agamanya. Refleksi ini terwujud dalam
praktek keagamaan yang dilakukan setiap harinya.

B. Pengertian dan Tokoh Fenomenologi Agama


Fenomenologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu phainomenon yang
berarti gejala, dan logos yang berarti refleksi atau ilmu. Fenomenologi bisa
dimaknai ilmu tentang gejala. Secara istilah fenomenologi adalah studi tentang
cara-cara sebuah gejala mewujudkan dirinya sendiri.
Adapun fenomenologi agama adalah studi tentang pendekatan agama
dengan cara membandingkan berbagai macam gejala dari bidang yang sama
antara berbagai macam agama. Fenomenologi agama juga berarti ilmu yang
mempelajari tentang gejala-gejala dalam agama agar bisa dipahami arti agama
tersebut menurut penganutnya. Dalam pengertian ini, fenomenologi agama adalah
studi yang mempelajari praktek keagamaan yang dilakukan oleh umat beragama
agar bisa diketahui arti agama menurut penganut agama tersebut.
Penerapan fenomenologi agama dimulai sejak Chantepie de la Saussaye
(1848-1920) menerapkan metode tersebut sebagai disiplin ilmu dalam studi
agama. Penggunaan metode ini digunakan sebagai perantara antara sejarah dan
filsafat untuk mengumpulkan dan mengelompokkan berbagai macam fenomena
keagamaan. Sejarawan Itali Raffael Pettazoni (1883-1959) ikut merumuskan
metodologi dalam studi agama dalam dua cara, yaitu sejarah dan fenomenologi.
Sejarah mengungkapkan tentang apa yang terjadi dan apa yang ada dibalik sebuah
fakta, sedangkan fenomenologi mengungkapkan makna dibalik peristiwa atau apa
yang terjadi dalam praktek keagamaan tersebut.
Selain dua tokoh diatas, ada beberapa tokoh lain yang ikut meramaikan
fenomenologi agama, antara lain:

1. W. Brede Kristensen (1867-1953)


Kristensen adalah seorang spesialis dalam bidang Mesir dan agama-agama
kuno yang menggunakan metode fenomenologi dalam penelitiannya. Menurutnya,
fenomenologi adalah sebuah pendekatan yang sistematis dan komparatif yang
dijelaskan secara deskriptif serta tidak bersifat normatif.
Kristensen berpendapat bahwa seorang fenomenologis harus menerima
keimanan penganut agama sebagai suatu realitas keagamaan. Oleh karena itu,
fenomenologis harus mengesampingkan pemikiran pribadinya ketika berhadapan
dengan umat beragama dan beranggapan bahwa umat tersebut adalah orang yang
benar. Dengan begitu fenomenologis bisa memahami apa makna yang terkandung
dalam praktek keagamaan yang sedang ditelitinya.
2. Gerrardus Van Der Leeuw (1890-1950)
Beliau adalah seorang tokoh fenomenologi agama yang sangat terkenal.
Banyak karya tentang fenomenologi agama saat ini yang merupakan
pengembangan dari hasil pemikirannya. Menurut Eric J. Sharpe, pada tahun 1925
sampai tahun 1950, studi fenomenologi agama banyak dikaitkan dengan nama
Van Der Leeuw. Dalam bukunya “Phanomenologie der Religion” ia menjelaskan
tentang konsep pemahaman (Varstehen) yang dipengaruhi oleh pemikiran tokoh
hermeneutika Jerman Wilhem Dilthey.
Van der Leeuw menjelaskan fenomena sebagai sesuatu yang hadir, adanya
hubungan timbal-balik antara subjek dan objek yang mana esensi dari hubungan
tersebut mengungkapkan gejala pada seseorang. Menurutnya fenomenologi harus
digabungkan dengan penelitian sejarah agar didapatkan pemahaman yang tepat
dan memberikan data yang dibutuhkan kepada fenomenologis. Lebih lanjut ia
menjelaskan bahwa fenomenologi menjelaskan bagaimana seorang manusia
memperlakukan dirinya sendiri dalam hubungannya dengan kekuasaan.

3. Friedrich Heiler (1892-1967)


Beliau adalah peneliti dalam bidang ibadah, kepribadian beragama, paham
kegerejaan dan kesatuan seluruh agama. Menurut Heiler fenomenologi bekerja
dari luar menuju inti dari agama. Walaupun banyak pendekatan yang bisa dipakai,
sikap apriori harus dihindari oleh seorang fenomenologis dan hanya
menggunakan pendekatan yang sesuai dan metode induksi. Seorang
fenomenologis harus melatih rasa hormat, toleransi dan pemahaman yang
simpatik terhadap semua praktek keagamaan dan kebenaran agama yang terlihat
dalam data penelitian. Dari beberapa tokoh di atas, dapat diketahui bahwa
fenomenologi agama lebih cenderung pada penelitian tentang praktek keagamaan
dengan tujuan untuk mengetahui rahasia dibalik praktek tersebut dan mengetahui
apa makna agama dari sudut pandang penganutnya. Metode ini bisa dilakukan
dalam beberapa pendekatan, bisa menggunakan pendekatan komparasi dan
sistematik, pendekatan empirik, pendekatan sejarah, maupun pendekatan
deskriptif.

C. Metodologi Fenomenologi dalam Penelitian Agama


Penelitian agama tidak cukup hanya bertumpu pada konsep agama
(normatif) atau hanya menggunakan model ilmu-ilmu sosial, melainkan keduanya
saling menopang. Peneliti yang sama sekali tidak memahami agama yang diteliti,
akan mengalami kesulitan karena realitas harus dipahami berdasarkan konsep
agama yang dipahami. Berangkat dari permasalahan tersebut, pendekatan-
pendekatan metodologis dalam studi agama secara terus menerus mendapat
perhatian cukup besar dari para intelektual agama. Dalam perkembangannya
kemudian dirumuskan berbagai pendekatan yang diadopsi atau berdasarkan
disiplin-disiplin keilmuan tertentu seperti sejarah, filsafat, psikologi, antropologi,
sosiologi termasuk juga fenomenologi yang akan kita bahas.
Fenomenologi agama bisa diartikan sebagai studi agama yang
membandingkan berbagai fenomena yang sama dari berbagai agama untuk
memperoleh prinsip universal. Dalam upaya itu, prinsip kerja fenomenologi
Huserl khususnya epokhe  eiditis dipergunakan. Ia juga bisa dipahami sebagai
pendekatan terhadap persoalan-persoalan agama dengan mengkoordinasikan data
agama, menetapkan hubungan, dan mengelompokkkan data berdasar hubungan
tersebut tanpa harus mengadakan komparasi tipologis antar berbagai gejala
agama.
Dari sisi metodologi, Fenomenologi agama bisa dijadikan sebuah metode
pendekatan dalam studi agama dengan mengabaikan historisitas suatu agama,
tetapi yang perlu diperhatikan adalah bagaimana agama menampakkan diri
sehingga hakikat dari agama itu bisa dipahami.
Dengan metode fenomenologi dicoba ditemukan struktur dasar agama yang
meliputi isi fundamental, sifat hakiki, relasi hakiki dengan kesadaran dan dengan
objek lain yang disadari. Fenomenologi agama tidak hanya sekedar
mendeskripsikan fenomena yang ditelaah, tidak juga hanya menggali hakikat
filosofis fenomena, lebih dari itu suatu fenomena agama diartikan lebih mendalam
sebagaimana yang dihayati manusia beragama, dalam upaya menghindari bias
subjektif dan ketidaksesuaian antara penyelidikan dengan kenyataan agama
sebagai suatu yang dialami dan dihayati.
Oleh karena itu, dalam pengoprasian fenomenologi agama, Van Der Leeuw dalam
bukunya “Religion in Essence And Manifestation; A Study in Phenomenology of
Religion” menawarkan setidaknya tujuh langkah dalam fenomenologi sebagai
pendekatan studi agama :
1. Klasifikasi, yaitu memeta-metakan fenomena agama sesuai kategori.
Misalnya kurban, sakramen, tempat-tempat suci, waktu suci, teks-teks
suci, festival dan mitos. Pengklasifikasian ini diharapkan mampu
menggali nilai dari fenomena-fenomena yang ada.
2. Mengikutsertakan gejala itu ke dalam kehidupan kita, dalam artian peneliti
harus membaur dengan fenomena tersebut, karena yang muncul itu selalu
merupakan sebuah tanda dengan arti yang pasti, dan yang harus
diinterpretasi. Interpretasi itu hanya dapat dilakukan kalau gejala itu
dialami dengan sengaja, sadar dan dengan metode.
3. Epoche, yaitu pengurungan (bracketing) sementara semua pertimbangan
nilai normatif. Selama penelitiannya, fenomenolog agama harus menahan
diri dari memberikan penilaian, karena penilaian yang belum waktunya
akan menghalang-halangi pengetahuan tentang esensi, sebuah konsep
yang diambil dari filsafat Hegel.
4. Mencari esensi gejala dan “tipe ideal” hubungan struktur-struktur. Upaya
ini untuk memperoleh pemahaman holistik tentang berbagai aspek
terdalam suatu agama dari informasi yang didapat.
5. Das verstehen, yaitu bisa mengerti dan memahami keaslian gejala-gejala
agama.
6. Fenomenologi tidak berdiri sendiri akan tetapi berhubungan dengan
pendekatan-pendekatan lain. Dimaksudkan bisa mengadakan koreksi
terhadap hasil penelitiannya dengan bantuan filologi dan ilmu purbakala.
7. Memberikan kesaksian hasil peneliannya.
Kerja fenomenologi agama sendiri dimulai dengan melakukan pengamatan
sosial, kemudian data-data sosiologis itu digabungkannya dengan ide-ide
keagamaan. Dengan begitu fenomenologi agama hendak mememukan logika
intern dari agama sebagai fenomena universal di dunia ini. Atau dengan kata lain
fenomenologi agama berusaha mencari hakikat atau essensi dari apa yang ada di
balik segala macam bentuk manifestasi agama dalam kehidupan manusia di muka
bumi.

Fenomenologi yang diperkenalkan oleh E. Husserl memang punya


perhatian khusus pada kesadaran manusia, dan dalam kajian agama, kesadaran
merupakan fokus dari pengalaman keagamaan. Mungkin karena inilah maka
dalam kajian keislaman, pendekatan fenomenologis banyak dikembangkan oleh
para sarjana yang mendalami tasawuf. Seorang orientalis asal Perancis bernama
Henry Corbin (1903-1978) merupakan tokoh yang mula-mula menggunakan
pendekatan fenomenologis dalam kajian Islam, ia menulis tentang Ibn al-‘Arabi.
Corbin kemudian melanjutkan bahwa tujuan dari studi tentang Ibn al-‘Arabi
bukanlah untuk membentangkan sejarah pemikiran dengan cara melacak asal usul
dan mendaftar pengaruh-pengaruh, karena pendekatan semacam itu akan
mengerdilkan tokoh yang tengah dikaji.

D. Kritik Terhadap Metode Fenomenologi


Terlepas dari beberapa kelebihan pendekatan fenomenologi, terdapat beberapa
kesulitan untuk memahami esensi dari suatu pengalaman keagamaan dan
manifestasi. Dalam hal ini beberapa kritik terhadap fenomenologi agama
diantaranya:
1. Fenomenologi agama mengklaim pendekatannya deskriptif murni yang
resisten terhadap campur tangan peneliti, bagaimana mungkin seorang
fenomenolog tidak memiliki kepentingan-kepentingan tertentu dalam
mengontrol data dan metode yang digunakan. Maka kurang tepat jika
fenomenologi diklaim sebagai pendekatan deskriptif murni.
2. Fenomenologi agama dinilai cenderung memperlakukan fenomena
keagamaan dalam isolasi sejarah. Seolah-olah sejarah tidak diperlukan
dalam menentukan relevansi fakta-fakta fenomena bagi praktisi agama.
Padahal dalam prakteknya fenomenologi agama seringkali tidak mampu
mengkontekstualisasikan fenomena-fenomena keagamaan yang dikaji.
3. Peneliti kesulitan dalam menentukan sisi yang benar dan dapat diterima,
terlebih ketika menggunakan data-data yang bersifat intuitif untuk
diverifikasi dalam wilayah objektif. Term “objektif” dan “intuisi” adalah
sesuatu yang kontradiktif.
4. Persoalan empati. Adanya kekhawatiran terjadinya konversi agama karena
tuntutan untuk berpartisipasi langsung dalam praktek dan ritual
keagamaan.
Dengan beberapa kritik di atas dapat diketahui bahwa metode ini juga mempunyai
kelemahan yang cukup signifikan sehingga dalam penerapannya harus dilakukan
dengan teliti dan objektif sehingga tidak ada pihak yang merasa diuntungkan
ataupun dirugikan.

E. Aplikasi Fenomenologi dalam Studi Agama


Fenomenologi agama merupakan kajian langsung terhadap praktek
keagamaan yang dilakukan dalam sebuah agama. Dalam pembahasan ini akan
diterangkan tentang penggunaan metode fenomenologi dalam menjelaskan
fenomena kurban menurut dari berbagai agama dan kepercayaan.

1. Upacara Kurban Secara Umum


Siapa yang tidak kenal dengan salah satu ibadah kurban pada Idul Adha di
dalam Islam, disetiap tahunnya umat Muslim dunia merayakannya, pun tak hanya
bagi Muslim ibadah satu ini telah menjadi satu ibadah yang universal yang
dimana beberapa agama mengenal dan merayakannya, tentunya dengan niat dan
cara yang berbeda.

Paradigma manusia religius terhadap kehidupan di alam semesta dalam


kesatuan sosial maupun sebagai individu tidaklah dapat berlangsung kalau tidak
dipelihara dan dirangsang dengan ritus-ritus yang menjamin kesesuaian dengan
kekuatan-kekuatan kosmis atau ilahi. Mereka menyucikan situasi-situasi kritis dan
marginal dalam hidup individu dan kolektif. Ya, salah satu dari ritus itu adalah
upacara kurban yang mempunyai tempat dalam peribadatan, karena dengannya
manusia religius mengadakan persembahan diri kepada dewa atau Tuhan lewat
suatu pemberian.

Upacara kurban dapat digambarkan sebagai persembahan ritual berupa


makanan atau minuman atau binatang sebagai konsumsi bagi suatu makhluk
supernatural. Upacara kurban merupakan ilustrasi yang bagus untuk suatu bentuk
komunikasi nonverbal karena mencakup pertukaran barang dan jasa pada taraf
religius. Upacara kurban secara ritual adalah benar-benar suatu bentuk pertukaran
antara manusia dan makhluk adikodrati. Upacara kurban sebagai suatu
komunikasi nonverbal antara manusia dan makhluk adikodrati, meliputi
persembahan dan persekutuan.

F. Kesimpulan
Fenomenologi agama adalah studi yang mempelajari praktek keagamaan
yang dilakukan oleh umat beragama agar bisa diketahui arti agama menurut
penganut agama tersebut. langkah dalam fenomenologi sebagai pendekatan studi
agama, antara lain: klasifikasi, yaitu memeta-metakan fenomena agama sesuai
kategori; mengikutsertakan gejala itu ke dalam kehidupan kita; pengurungan
(bracketing) sementara semua pertimbangan nilai normatif; Mencari esensi gejala
dan “tipe ideal” hubungan struktur-struktur; bisa mengerti dan memahami
keaslian gejala-gejala agama; Fenomenologi tidak berdiri sendiri akan tetapi
berhubungan dengan pendekatan-pendekatan lain; Memberikan kesaksian hasil
peneliannya.
Adapun kelebihan dari metode ini antara lain: fenomenologi agama berorientasi
pada fakta di lapangan yang deskriptif, bisa dikaji dengan berbagai pendekatan,
memahami agama secara kontemporer sesuai dengan penganutnya, terkesan
objektif karena berlandaskan pada sesuatu yang sudah ada dan bisa dijelaskan.

Disamping beberapa kelebihan yang dimiliki, fenomenologi agama juga


memiliki beberapa kelemahan, antara lain: tidak ada jaminan bahwa hasil
penelitian tersebut tidak terpengaruh oleh pemikiran sang peneliti, terkesan
mengesampingkan sejarah walaupun dalam praktisnya sejarah tidak bisa
dilepaskan begitu saja, sulitnya membuktikan kebenaran pada hal-hal yang
bersifat non material, dan adanya kecendrungan untuk konversi agama karena
penelitian tersebut bersifat partisipatoris.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik & M. Rusli Karim, Metodologi Penelitian Agama; Suatu
Pengantar, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004).
Connolly, Peter, Aneka Pendekatan Studi Agama terj. Imam Khoiri (Yogyakarta:
LkiS, 2009).
Dhavanomy, Mariasusai, Fenomenologi Agama terj. A. Sudiarja dkk.
(Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2001).
https://seanochan.wordpress.com/2014/05/31/fenomenologi-agama/ diakses pada
tanggal 5 februari 2021.

Anda mungkin juga menyukai