Anda di halaman 1dari 4

Latar Belakang Masalah

Isalm merupakan agama terbesar yang dianut oleh jutaan umat manusia di
berbagai belahan dunia. Selain islam Kristen menjadi no urut kedua penganutnya,
selanjutnya Buddha hindu merupakan agama buatan yang memiliki jumlah pengikut
yang tidak sedikit. Pada masyarakat non muslim, agama islam merupakan sebuah
studi yang di pelajari bersama agama agama lain. Orang orang non muslim
mempelajari islam berdasarkan logika dan arah jalan pikiran manusia, dalam
memahami teksnya sebagian besar ilmuwan berlebih lebihan dalam menafsirkan teks
teks yang ada. Maka, dalam mempelajari islam dibutuhkan beberapa pendekatan yang
bersifat mutlak untuk memperoleh penjelasan yang akurat dan benar. Berikut kami
akan menjelaskan beberapa pendekatan dalam islam yaitu melalui pendekatan
antropologis, pendekatan sosiologis, pendekatan filosofis, dan pendekatan
fenomenologi.

Rumusan Masalah

Apa yang dimaksud dengan pendekatan antropologis?

Apa yang dimaksud dengan pendekatan sosiologis?

Apa yang di maksud dengan pendekatan filosofis?

Apa yang di maksud dengan pendekatan fenomenologi?


PENDEKATAN ANTROPOLOGIS

1
Antropologi secara sederhana adalah ilmu yang mempelajari tentang
masyarakat dan kebudayaan. Kebudayaan adalah semua produk hasil penelitian,
ciptaan serta kreasi masyarakat. Agama sebagai sasaran studi antropologi dalam dua
hal, pertama antropologi yang merupakan bagian dari kebudayaan dan menjadi salah
satu sasaran kajian terpenting keilmuwan sehingga menghasilkan kajian cabang
tersendiri yang di sebut antropologi agama. Kedua, semua cabang antropologi
sebenarnya masih dalam satu rumpun kajian yang saling berhubungan.

Pendekatan antropologis dalam memahami agama dapat diartikan sebagai salah satu
upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktek keagamaan yang
tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Melalui pendekatan ini agama Nampak
akrab dan dekat dengan masalah masalah yang di hadapi manusia dan upaya
menjelaskan dan memberi jawabanya. Dengan kata lain disiplin ilmu antropologi
dalam melihat suatu masalah digunakan pula untuk memahami agama. Antropologi
lebih mengutamakan pengamatan langsung bahkan sifatnya deduktif sebagaimana
digunakan dalam pengamatan sosiologis, peneliti antropologis yang induktif dan
grounded, yaitu turun ke lapangan tanpa berpijak atau setidak tidaknya dengan upaya
membebaskan diri dari kunkungan teori teori formal yang pada dasarnya sangat
abstrak sebagaimana dilakukan di sosiologi dan ekonomi.

Melalui pendekatan antropologis terlihat jelas hubungan agama dengan berbagai


masalah kehidupan manusia, dan dengan itu pula agama terlihat akrab dan fungsional
dengan berbagai fenomena kehidupan manusia.

Mengenai hubungan agama dengan kebudayaan terdapat dua pandangan ahli,

pertama agama merupakan bagian dari kebudayaan, atau kebudayaan mencakup


agama, dalam pandangan ini agama dipandang sebagai mitos, legenda yang

1
http makalah pendekatan antropologi.pdf
merupakan tradisi masyarakat. Bagi agama tretentu( kebudayaan ) dapat diterima
karena kebudayaan lahir memang dari pemikiran manusia.

Kedua, kebudayaan merupakan bagian dari agama, atau agama mencakup


kebudayaan.

Kedua pandangan tersebut berpengaruh terhadap cara orang lain melihat agama dan
budaya. Pendekatan antropologis perlu adanya, sebab banyak hal yang dibicarakan
agama hanya bisa di jelaskan melalui pendekatan antropologis. Dalam alquran
sebagai sumber ajaran islam misalnya kita memperoleh informasi kapal anbi Nuh di
gunung Arafat, kisah Ashabul kahfi yang dapat bertahan hidup dalam gua lebih dari
tiga ratus tahun lamanya. Dimana kira kira bangkai kapal nabi Nuh tersebut?
Bagaimana para ashabul kahfi bisa hidup selama itu?. Dengan pendekatan
antropologis dapat di gali dengan pengamatan terhadap budaya pada masa itu,
seorang ilmuwan dapat menelusuri kebenaran cerita tersebut dengan menggali sejarah
dan budaya masyarakat pada masa itu, dengan demikian kebenaran cerita al quran
tersebut bisa disingkap walau hanya kecil persentase kebenaranya menurut logika
manusia.

Secara khusus Frederik M Denny mengksji ritusl islam dengan pendekatan budaya.
Menurutnya sarana untuk memahami ritual islam adalah dengan perhatian yang lebih
jelas dan peka terhadap sumber islam dan bahasan bahasan tentang ritual . perlu
dialog penting antara fuqoha dan para ulama sehingga menghasilkan makna dalam
konteks islam yang benar.

PENDEKATAN FENOMENOLOGIS

Fenomenologi berasal dari bahasa yunani “phainen” yang berarti “memperlihatkan”.


Dari kata itu muncul kata phainemenon yang berarti “ sesuatu yang muncul” .
sederhananya fenomenologi dianggap sebagai “ kembali kepada benda itu sendiri” .
istilah ini diduga pertama kali dikenalkan oleh seorang filsuf Jerman, Edmund
Husserl. Menurut Kockelmas fenomenologi digunakan pertama kali pada tahun 1765
dalam filsafat dan kadang kadang disebut pula dalam tulisan tulisanya Kant. Namun,
melalui Hegel makna teknis yang di definisikan dengan baik tersebut dibangun.

Karakteristik fenomenologi ada dua yaitu:

Pertama, fenomenologi merupakan metode untuk memahami agama orang lain dalam
perspektif netralitas dan menggunakan preferensi orang yang bersangkutan untuk
mencoba melakukan rekontruksi dalam dan menurut pengalaman orang lain tersebut.
Fenomenologi merupakan suatu tindakan menanggalkan diri sendiri ( ephoce) dan
berusaha menghidupkan pengnalaman orang lain. Ephoce merupakan salah satu kunci
untuk menghilangkan sikap tidak simpatik marah dan benci atau pendekatan yang
penuh kepentingan( interested aprached).

Kedua, mengontruk rancangan taksonomi untuk mengklasifikasikan masyarakat


beragama, budaya dan bahkan aphoce. Setelah mengumpulkan data sebanyak
mungkin tugas fenomenologis adalah mencari kategori yang akan menampakkan
kesamaan bagi kelompok tersebut. Aktivitas itu pada intinya adalah mencari struktur
dalam pengalaman beragama untuk prinsip prinsip yang lebih luas yang tampak dan
membentuk keberagaman manusia secara menyeluruh.

Anda mungkin juga menyukai