NIM : 1501116842
Mata Kuliah : Teori Pembangunan “B”
Dosen : Drs. Erman, M.Si Kamis, 07 Desember 2017
TUGAS MERESUME BUKU PERUBAHAN SOSIAL DAN PEMBANGUNAN
Sejarah Lahirnya
Teori Modernisasi lahir dalam bentuknya yang sekarang ini, sebagai produk sejarah
tiga peristiwa dunia setelah masa Perang Dunia II. Pertama, munculnya Amerika Serikat
sebagai kekuatan dominan. Kedua, pada saat yang hampir bersamaan, terjadi perluasan gerakan
komunis sedunia. Uni Soviet mampu memperluas pengaruh politiknya tidak saja sampai di
Eropa Timur, tetapi juga sampai di Asia, antara lain di Cina dan Korea. Ketiga, lahirnya negara-
negara merdeka baru di Asia, Afrika dan Amerika Latin, yang sebelumnya merupakan daerah
jajahan negara-negara Eropa.
Warisan Pemikiran
Teori Evolusi
Teori Evolusi lahir pada awal abad ke-19 sesaat sesudah Revolusi Industri dan Revolusi
Prancis yang merupakan dua revolusi yang tidak sekedar menghancurkan tatanan lama, tetapi
juga membentuk acuan dasar baru. Revolusi Industri menciptakan dasar-dasar ekspansi
ekonomi. Dengan dilandasi semangat penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, dirumuskan
tata cara baru produksi barang yang efisien, yang pada akhirnya berakibat pada peningkatan
produktivitas dan perluasan pasar dunia. Pada garis besarnya, teori evolusi menggambarkan
perkembangan masyarakat sebagai berikut. Pertama, teori evolusi menganggap bahwa
perubahan sosial merupakan gerakan sejarah seperti garis lurus. Kedua, teori evolusi
membaurkan antara pandangan subjektifnya tentang nilai dan tujuan akhir perubahan sosial.
Teori Fungsionalisme
Pemikiran Talcott Parsons, ketika pernah sebagai ahli biologi, banyak pengaruh dengan
rumusan teori fungsionalismenya. Baginya, masyarakat manusia tak ubahnya seperti organ
tubuh manusia, dan oleh karena itu masyarakat manusia dapat juga dipelajari seperti
mempelajari tubuh manusia. Pertama, seperti struktur tubuh manusia yang memiliki berbagai
1
bagian yang saling berhubungan satu sama lain. Masyarakat juga berbagai kelembagaan yang
saling terkait satu sama lain. Kedua, karena setiap bagian tubuh manusia memiliki fungsi yang
jelas dan khas, maka demikian pula setiap bentuk kelembagaan dalam masyarakat.
2
Coleman: Pembangunan Politik yang Berkeadilan
Para teoretisi perspektif modernisasi secara implisit membangun kerangka teori dan
tesisnya dengan ciri-ciri pokok sebagai berikut. Pertama, modernisasi merupakan proses
bertahap. Masyarakat semula berada dalam tatanan yang primitif dan sederhana menuju dan
berakhir pada tatanan yang maju dan kompleks. Kedua, modernisasi juga dapat dikatakan
sebagai proses homogenisasi. Dalam hal ini, dengan modernisasi akan terbentuk berbagai
masyarakat dengan tendensi dan struktur serupa. Ketiga, modernisasi terkadang mewujud
dalam bentuk lahirnya, sebagai proses Eropanisasi atau Amerikanisasi, atau yang lebih dikenal
dengan istilah bahwa modernisasi sama dengan barat. Keempat, modernisasi juga dapat dilihat
sebagai proses yang tidak bergerak mundur. Proses modernisasi tidak bisa dihentikan, ketika
ia sudah mulai berjalan. Kelima, modernisasi merupakan perubahan progresif. Sekalipun akibat
samping maupun korban modernisasi beraneka macam dan terkadang berada diluar batas-batas
nilai kemanusiaan dan moral universal. Terakhir, modernisasi memerlukan waktu panjang,
modernisasi dilihat sebagai proses evolusioner, dan bukan perubahan revolusioner.
3
Pertama, teori modernisasi membantu memberikan secara implisit pembenaran hubungan
kekuatan yang bertolak-belakang antara masyarakat “tradisional” dan “modern.” Kedua, teori
modernisasi menilai ideology komunisme sebagai ancaman pembangunan negara Dunia
Ketiga. Ketiga, teori modernisasi mampu memberikan legitimasi tentang perlunya bantuan
asing, khususnya dari Amerika Serikat.
Lima kajian yang menggunakan pendekatan teori modernisasi klasik. Pertama, akan
disampaikan hasil penelitian McClelland tentang motivasi berprestasi. Kedua, akan disajikan
pembahasan kajian Inkeles disekitar tesis manusia modernnya. Ketiga, disajikan pengamatan
Sumawinata tentang kemungkinan dan kesiapan ekonomi Indonesia dalam mencapai tahap
lepas landas. Keempat, disajikan kajian sosiologi makro dari Bellah tentang agama Tokugawa
dan pembangunan di Jepang. Terakhir, disajikan hasil kajian Lipset tentang keterkaitan antara
pembangunan ekonomi dan pengembangan demokrasi politik.
Inkeles memusatkan perhatiannya pada usaha untuk mencari jawab dari dua pertanyaan
pokok yang telah ia rumuskan; yakni, pertama, apa akibat yang ditimbulkan oleh modernisasi
terhadap sikap, nilai, dan pandangan hidup seseorang; dan kedua, apakah negara Dunia Ketiga
akan memiliki sikap hidup yang lebih modern disbanding masa sebelumnya, jika negara Dunia
4
Ketiga tersebut berinteraksi dengan negara Barat yang telah memiliki sikap dan pandangan
hidup modern terlebih dahulu. Menurut Inkles, manusia modern akan memiliki berbagai
karakteristik pokok berikut ini:
Ciri-ciri tersebut oleh Inkeles difokuskan menjadi pertanyaan futuristik, yaitu apa yang
membuat manusia modern merumuskan faktor-faktor pokok yang mengakibatkan manusia
negara Dunia Ketiga mampu menyerap nilai dan pranata sosial modern. Dari pertanyaan itu
muncul pokok-pokok pikiran, yaitu pertama, bahwa pendidikan merupakan faktor yang
terpenting yang mencirikan manusia modern. Kedua, jenis pekerjaan yang diukur dari satuan
pekerjaan pabrik, memiliki pengaruh independen terhadap pembentukan nilai-nilai modern.
5
Robert N. Bellah: AgamaTokugawa
Hasil Kajian Bellah mencoba mengamati apa kaitan yang terjadi antara agama
Tokugawa dengan pembangunan ekonomi Jepang. Bellah tertarik untuk menguji ada tidaknya
keterlibatan agama dalam kasus Jepang ini.
Bagi Weber, agama Protestan di Eropa membantu melahirkan dan melembagakan nilai-
nilai universalitas dan kebutuhan berprestasi. Pendapat ini tidak jauh berbeda dengan gagasan
Bellah. Ia mencoba mencari dan menemukan ciri-ciri tersebut pada agama di Jepang yang
mungkin telah membantu terjadinya perubahan yang kritis dari nilai-nilai dan ajaran pokok
mereka.
Agama Jepang
Pengaruh Agama
Bellah melihat adanya tiga karakteristik pokok ajaran dan tuntutan persyaratan etika
ini. Pertama, ajaran untuk bekerja secara tekun dan sungguh-sungguh. Kedua, ajaran untuk
memiliki sikap pertapa dan hemat dalam konsumsi barang. Ketiga, sekalipun pencarian
keuntungan secara tidak halal dilarang, namun usaha keras mengejar dan mengumpulkan
keuntungan yang diperoleh dari usaha-usaha yang normal diberikan dan disediakan
legitimasinya dalam ajaran agama melalui doktrin spirit Bodhisattava.
Bellah menunjuk berbagai aturan yang dimiliki oleh Iwasi, samurai pendiri Mitsubishi
yang menggambarkan tentang adaptasi etika samurai pada wiraswastawan modern. Etika untuk
mengoperasikan semua bentuk usaha dengan memegang teguh janji demi kepentingan negara,
dan dengan tidak pernah melupakan spirit untuk melayani kepentingan umum. Juga
mengisyaratkan secara jelas untuk menjadi pekerja keras dan tangguh dengan tetap
6
memperhatikan kepentingan dan rasa hati orang lain. Yang tidak kalah penting, untuk bersikap
keras kepala ketika hendak membangun usaha baru, tetapi bersikap sebaliknya yakni tekun dan
hati-hati didalam pengelolaannya.
Pemahaman tentang etika untuk mengabdi tanpa batas tidak hanya digunakan untuk
mengatur negara saja, tetapi juga untuk mengatur rumah tangga para pedagang. Seseorang
tidak boleh mengurangi dan atau menjatuhkan nama baik keluarga atau menghancurkan usaha
keluarga, karena ini akan menimbulkan rasa malu luar biasa bagi nenek moyangnya. Di Jepang,
dengan berpadunya Konfusianisme dan Budhisme menyebabkan tetap terjaganya etika
loyalitas dari para pejuang untuk menempatkan loyalitas terhadap negara pada posisi yang jauh
lebih tinggi disbanding loyalitas pada keluarga.
Hasil Penemuan
Penjelasan
7
Teori Modernisasi Klasik
Keprihatinan Utama
Sekalipun lima hasil penelitian tersebut, yang dilakukan oleh berbagai ahli dari
berbagai disiplin ilmu sosial, disampaikan secara ringkas, namun penelitian-penelitian tersebut
memiliki keprihatinan utama yang serupa, yakni modernisasi. Penelitian tersebut berusaha
untuk menguji berbagai pertanyaan yang berkaitan dengan faktor-faktor yang bertanggung
jawab terhadap modernisasi di negara Dunia Ketiga, dan akibat-akibat yang mungkin timbul
dari modernisasi bagi masyarakat negara Dunia Ketiga tersebut.
Metode Kajian
Teori modernisasi sangat popular dan dikenal luas pada masa sesudah Perang Dunia II.
Oleh karena itu, tidak heran banyak pemerhati persoalan pembangunan negara Dunia Ketiga
tertari dan menggunakan perangkat teori, kerangka analisa, dan metode penelitian dari teori
modernisasi ini. Namun demikian, sejak akhir tahun 1960-an, teori modernisasi mulai
menerima kritik, baik dari kalangan mereka sendiri maupun dari para pemerhati aliran
pemikiran Marxis.
Gerak Pembangunan
Pertama, para akademisi ini menentang asumsi teori evolusi tentang gerak dan arah
perkembangan masyarakat. Mereka menyangsikan tentang alasan-alasan yang disampaikan
untuk menjelaskan mengapa negara Dunia Ketiga harus mengikuti arah pembangunan yang
pernah ditempuh oleh negara barat. Menurut pemberi kritik, kepercayaan akan superioritas
Barat ini merupakan gejala etnosentris. Kedua, pengkritik juga mengatakan, bahwa
kecenderungan untuk percaya pada gerak dan arah pembangunan yang searah ini telah
menjadikan teori modernisasi untuk mengabaiakan kemungkinan pencarian dan
pengembangan alternatif pembangunan negara Dunia Ketiga. Ketiga, pengkritik juga
menyatakan, bahwa para peneliti teori modernisasi klasik terlalu optimis. Peneliti ini sepertinya
menganggap, bahwa karena negara Barat mampu mencapai derajat pembangunan ekonomi
yang maju, maka dapat dipastikan bahwa negara Dunia Ketiga juga akan mampu mencapainya.
8
Nilai Tradisional
Metode Kajian
Kritik Ideologis
Dari sudut pandang neo-Marxis, teori modernisasi tidak lebih hanya dilihat sebagai
ideologi perang dingin yang digunakan untuk memberikan legitimasi intervensi Amerika
Serikat terhadap kepentingan negara Dunia Ketiga. Menurut Bodenheimer telah lahir rumusan
teori yang salah tentang arah dan watak perubahan sosial yang incremental dan terus-menerus,
serta stabil dan terarah. Disamping itu, juga telah lahir asumsi yang salah dalam ilmu sosial
9
tentang keharusan difusi pembangunan dari Barat ke Dunia Ketiga; dan yang tidak kalah
pentingnya, menurut Bodenheimer, semua itu telah mengakibatkan, di satu pihak, menurunnya
ideologi revolusioner, dan di lain pihak berkembangnya pola pikir pragmatis dan ilmiah.
Dominasi Asing
10