Anda di halaman 1dari 20

SEJARAH LAHIRNYA TEORI MODERNISASI: TEORI MODERNISASI KLASIK

MAKALAH

Ditulis Sebagai Tugas Mata Kuliah Teori Pembangunan Pada Program Studi Magister
Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas

Oleh :

BERLIAN ZELLA DYO

2320842001

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. DAMSAR, MA

PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Menurut KBBI, teori merupakan pendapat yang didasarkan pada penelitian dan penemuan,
didukung oleh data dan argumentasi.1 Teori juga menjadi alat bantu utama bagi ilmuwan sosial
untuk melakukan penelitian ataupun kajian karena dapat mempertajam proses berpikir,
membentuk kerangka analisa, membantu merumuskan hipotesa, dan menentukan agenda
penelitian.

Teori adalah sesuatu yang dinamis karena terus mendapatkan kritikan yang menciptakan
teori baru sebagai kritikan dari teori lama yang dianggap sudah mapan sehingga terus mengalami
sintesa. Demi perkembangan keilmuan sosial, teori ini terus mengalami transformasi seiring
dengan perubahan zaman. Seperti halnya bidang keilmuan lain, teori dalam pembangunan pun
terus mengalami transformasi dari zaman ke zaman hingga dianggap relevan dengan peradaban
manusia saat ini.

Untuk mendalami kajian teori pembangunan ini, kita perlu mengetahui dinamika tersebut
mulai dari munculnya teori modernisasi, teori ketergantungan, teori sistem dunia, teori investasi
dan capital, teori etika protestan, teori kebutuhan berprestasi, teori manusia modern, teori
kesejahteraan sosial, teori sosialis, teori liberal capital, teori globalisasi hingga konsep
pembangunan politik dan demokrasi.

Sehingga dari pemahaman tersebut, kita dapat menguasai berbagai teori pembangunan ini,
mulai dari mengetahui sejarah kelahiran teori tersebut, memahami kelebihan dan kekurangannya,
membandingkan perbedaan teori satu dengan teori lainnya, hingga bagaimana prakteknya secara
empiris dalam kehidupan bernegara. Namun pada makalah kali ini, penulis akan fokus untuk
menjabarkan bagaimana sejarah lahirnya teori modernisasi dan secara khusus akan membahas
kajian teori modernisasi klasik.

1
https://kbbi.web.id/teori diakses pada 18 September 2023 pukul 13.57 WIB
1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan di atas, maka rumusan masalah penulisan
makalah kali ini adalah :

1. Bagaimana sejarah lahirnya teori modernisasi?

2. Bagaimana kerangka pikir teori modernisasi klasik?

3. Bagaimana hasil kajian teori modernisasi klasik?

4. Bagaimana karakteristik teori modernisasi klasik?

5. Bagaimana kritik terhadap teori modernisasi klasik?

1.3. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Mengetahui dan memahami sejarah lahirnya teori modernisasi;

2. Mengetahui dan memahami kerangka pikir dari teori modernisasi klasik;

3. Mengetahui dan memahami hasil kajian teori modernisasi klasik;

4. Mengetahui dan memahami karakteristik teori modernisasi klasik;

5. Mengetahui dan memahami kritik teori modernisasi klasik.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. SEJARAH LAHIRNYA TEORI MODERNISASI

Akhir tahun 1950-an, teori modernisasi merupakan paradigma utama dalam teori
pembangunan sebelum mendapatkan tantangan dari paradigma yang lebih radikal, yaitu teori
ketergantungan dan keterbelakangan (teori dependensi). Menurut tokoh-tokoh Amerika, teori
modernisasi lahir sebagai produk sejarah tiga peristiwa penting dunia pasca Perang Dunia II.

Pertama, munculnya Amerika Serikat sebagai kekuatan dominan dan menjadi "pemimpin"
dunia sejak pelaksanaan Marshall Plan yang diperlukan untuk revitalisasi perekonomian
nasional Eropa Barat untuk pemulihan stabilitas politik pasca Perang Dunia II yang tujuan
akhirnya adalah untuk melumpuhkan pengaruh komunisme di wilayah tersebut 2. Kedua,
terjadinya perluasan gerakan komunis sedunia dimana Uni Soviet memperluas pengaruh
politiknya mulai dari Eropa Timur sampai ke Asia seperti Cina dan Korea. Hal ini mendorong
Amerika Serikat untuk turut memperluas pengaruh politiknya ke belahan dunia lain sebagai
upaya untuk melumpuhkan penyebaran ideologi komunisme.

Ketiga, lahirnya negara-negara merdeka baru di Asia, Afrika dan Amerika Latin, yang
sebelumnya merupakan daerah jajahan Eropa. Negara baru ini kemudian kompak mencari model
pembangunan yang akan digunakan sebagai contoh untuk membangun ekonominya dan dalam
usaha untuk mempercepat pencapaian kemerdekaan politiknya. Untuk mencegah pengaruh dan
jatuhnya negara baru tersebut ke Uni Soviet, elit politik Amerika Serikat mendorong ilmuwan
sosialnya untuk mempelajari permasalahan Dunia Ketiga sebagai langkah untuk membantu
Dunia Ketiga mencapai pembangunan ekonomi dan kestabilan politik di negaranya (Daniel
Chirot:1981).3

Di tahun 1950-an ini juga para ilmuwan sosial seperti ilmuwan politik, ekonomi, sosiologi,
psikologi, antropologi, dan ahli kependudukan membentuk satu aliran antardisiplin dalam ajaran
modernisasi yang menghasilkan karya disertasi dan monograf tentang Dunia Ketiga. Dewan
Peneliti Ilmu-ilmu Sosial (the Social Science Research Council) dengan bantuan dana dari
2
https://nl.usembassy.gov/our-relationship/marshall-plan-1947-2017/ diakses pada 18 September 14.02 WIB
3
Suwarsono dan Alvin Y. So, 2006, Pembangunan Sosial dan Pembangunan, Jakarta: Penerbit LP3S hlm. 7-8
pemerintah Amerika Serikat dan organisasi swasta membiayai Komite Kajian Perbandingan
Politik (the Committee on Comparative Politics) untuk melaksanakan seminar, penelitian, serta
menerbitkan hasil kajiannya secara berkala pada majalah Economics Development and Cultural
Change melalui badan penerbitan Universitas Princeton. Aliran modernisasi banyak menerima
warisan dari teori evolusi dan teori fungsionalisme dalam menjelaskan persoalan pembangunan
Dunia Ketiga.

Teori evolusi lahir pada awal abad ke-19, yang dipengaruhi oleh Revolusi Industri dan
Revolusi Perancis. Revolusi Industri menjelaskan dasar-dasar ekspansi ekonomi dengan
meningkatkan produktivitas dan perluasan pasar dunia. Sedangkan Revolusi Perancis meletakkan
kaidah pembangunan politik yang berdasarkan keadilan, kebebasan, dan demokrasi. Teori
evolusi menggambarkan perkembangan masyarakat sebagai berikut. Pertama, perubahan sosial
merupakan gerakan arah garis lurus dimana masa depan masyarakat dunia sudah jelas dan dapat
diramalkan. Kedua, teori evolusi memiliki nilai dan tujuan akhir seperti kemajuan, kemanusiaan
dan sivilisasi. Teori evolusi ini terbukti mampu membantu menjelaskan proses masa peralihan
masyarakat tradisional ke masyarakat modern Eropa Barat, sehingga hal ini dapat dijadikan
acuan bagi Dunia Ketiga dalam proses modernisasinya. Tokoh yang terkenal dalam teori evolusi
ini antara lain Tonnie, Durkheim, Spencer dan Comte.

Teori Fungsionalisme yang dikemukakan oleh Talcott Parsons menganalogikan bahwa


masyarakat seperti organ tubuh manusia. Pertama, masyarakat memiliki berbagai kelembagaan
yang saling terkait dan tergantung satu sama lain yang disebut dengan sistem. Kedua, empat
lembaga dalam masyarakat harus melaksanakan tugas tertentu agar masyarakat tidak "mati".
Lembaga ekonomi menjalankan fungsi adaptasi lingkungan, pemerintah bertugas untuk
pencapaian tujuan umum, lembaga hukum dan agama menjalankan fungsi integrasi, keluarga dan
lembaga pendidikan menjalankan fungsi pemeliharaan. 4Jika satu lembaga tidak berfungsi, maka
akan mempengaruhi kinerja lembaga lainnya. Dengan analogi tersebut, Parsons merumuskan
beberapa konsep diantaranya konsep "keseimbangan dinamis-stasioner", konsep "faktor
kebakuan dan pengukur", konsep "kecintaan dan kenetralan", konsep "kekhususan dan universal"
yang menggambarkan perbedaan pola hidup antara masyarakat tradisional dan masyarakat
modern.

4
Ibid., hlm. 11
2.2. TEORI MODERNISASI KLASIK

Dalam teori modernisasi klasik, ada tiga perspektif dari tiga tokoh; sosiolog, ekonom, dan
ahli politik.

2.2.1 DIFERENSIASI STRUKTURAL

Smelser merupakan seorang sosiolog yang menggunakan konsep diferensiasi struktural


dalam menjelaskan pengertian modernisasi, bagaimana modernisasi terjadi, apa perbedaan antara
masyarakat tradisional dan modern, bagaimana prospek modernisasi negara Dunia Ketiga serta
akibat dari proses modernisasi itu sendiri.

Untuk menjelaskan konsep diferensiasi struktural ini, Smelser mencontohkan keluarga


sebagai objek perbandingannya. Pada masyarakat tradisional, keluarga memiliki struktur yang
rumit dan tidak teratur. Satu rumah terdiri dari beberapa keluarga dalam jumlah banyak. Disini
keluarga bertanggung jawab untuk meneruskan keturunan, menanggung beban emosi bersama,
produktivitas tenaga kerja pada ladang pertanian bersama, pendidikan sebagai proses sosialisasi,
kesejahteraan untuk lansia, serta pendidikan agama sebagai ritual bagi keluarga yang sudah
berpulang. Sedangkan pada masyarakat modern, keluarga telah mengalami diferensiasi
struktural.

Keluarga modern memiliki struktur yang lebih sederhana karena hanya beranggotakan
keluarga inti saja. Keluarga modern menyerahkan beberapa tanggung jawab kepada lembaga
profesional lain sehingga fungsi tersebut akan berjalan lebih baik dan lebih efisien. Contohnya
saja menyerahkan fungsi produktivitas kepada lembaga ekonomi, fungsi pengajaran dijalankan
oleh lembaga pendidikan, fungsi kesejahteraan dan lain-lain akan dijalankan oleh lembaga
pemerintahan. Sehingga, masyarakat modern jauh lebih produktif daripada masyarakat
tradisional.

Di Indonesia, praktek ini dapat dicontohkan dengan menyerahkan fungsi produksi bahan
kebutuhan sehari-hari kepada perusahaan-perusahaan seperti contohnya PT. Indofood Sukses
Makmur yang memproduksi makanan instan, PT. Tunas Baru Lampung memproduksi minyak
goreng, gula, sabun hingga margarin dan mentega, PT. Mayora Indah dan PT. Garudafood Putra
Putri Jaya memproduksi makanan harian, PT. Tigaraksa Setia memproduksi berbagai jenis
bumbu kondimen bubuk.5 Fungsi pengajaran dilaksanakan oleh lembaga pendidikan formal
maupun non-formal, baik negeri yang dikelola langsung oleh pemerintah Indonesia melalui
Kemendikbudristek, maupun lembaga swasta seperti Sampoerna Academy, Jakarta Intercurtural
School, Binus International School, dan lain-lain.6

Selain diferensiasi struktural, Smelser mengemukakan hal baru yang menjadi persoalan
yaitu integrasi. Diperlukan penghubung untuk menjembatani dan mengkoordinasikan kegiatan
dan kebutuhan masyarakat yang telah terdiferensiasi. Misalnya dibutuhkan lembaga penghubung
untuk membantu para pencari kerja dengan menghubungkannya dengan lembaga ekonomi dalam
hal ini perusahaan, seperti yang dilakukan oleh lembaga Career Development Center milik
Universitas Andalas sebagai media layanan konseling dan konsultasi karir yang memberikan
pelayanan informasi ketenagakerjaan, pelayanan pelatihan dan pengembangan karir, pelayanan
rekruitmen, pelayanan pengembangan dan kerjasama serta pelayanan tracer study.7 Contoh
lainnya menurut Smelser yaitu perlunya lembaga serikat pekerja dan pembentukan departemen
tenaga kerja dari pemerintah untuk memberikan perlindungan terhadap tenaga kerja. Di
Indonesia, praktek ini sudah dijalankan sejak zaman kolonial dimana Serikat Buruh pertama di
Jawa dibentuk pada 1905 dalam Perusahaan Kereta Api, meskipun serikat ini berada di bawah
kendali Eropa dan hanya beranggotakan sejumlah kecil buru pribumi saja. 8 Menurut Smelser,
proses integrasi sosial ini tidak akan dapat berjalan secara sempurna karena adanya konflik nilai
dan kepentingan dari berbagai lembaga penghubung tersebut, kemudian persoalan integrasi tidak
dapat diatasi secara total karena adanya permasalahan ketidakseimbangan perkembangan dan
pembangunan kelembagaan masyarakat yang diperlukan.9

Kemudian Smelser juga mengemukakan bahwa kurangnya koordinasi dari berbagai struktur
akan mengakibatkan kerusuhan sosial. Kerusuhan ini dapat beripa agitasi politik damai,
kerusuhan dengan kekerasan, perang gerilya hingga revolusi sosial. Sehingga secara sederhana,
Smelser menguraikan penjelasannya untuk menguji pembangunan negara Dunia Ketiga dengan
menggunakan konsep diferensiasi struktural serta mengaitkannya dengan permasalahan integrasi

5
https://datanesia.id/5-perusahaan-makanan-dan-minuman-terbesar-di-indonesia/ diakses pada 18 September 2023 pukul
17.10 WIB
6
https://www.ruangmom.com/biaya-sekolah-internasional.html diakses pada 18 September 2023 pukul 17.19 WIB
7
http://karir.unand.ac.id/ diakses pada 18 September 2023 pukul 17.29 WIB
8
Djumadi, 2005, Sejarah keberadaan organisasi buruh di Indonesia, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
9
Suwarsono, op.cit. hlm. 14
sosial dan kemungkinan timbulnya kerusuhan sosial.10 Sehingga selain menunjukkan proses
modernisasi, Smelser juga memberikan alat bantu analisa untuk mengetahui "efek samping" dari
modernisasi itu jika diberlakukan pada Dunia Ketiga.

2.2.2. TAHAPAN PERTUMBUHAN EKONOMI

Rostow, seorang ekonom, dalam bukunya yang berjudul "The Stages of Economic Growth"
menyatakan bahwa ada lima tahapan pembangunan ekonomi Dunia Ketiga.

1. Tahap Tradisional: Pada tahap ini, perekonomian Dunia Ketiga hanya mengalami sedikit
perubahan11 Sebagai masyarakat tradisional, perekonomian negara-negara Dunia Ketiga
didominasi oleh sektor pertanian dan perkebunan yang awalnya hanya ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan hidup keluarga, kemudian mengalami sedikit perubahan menjadi pertanian
komersial. Contohnya sebelum masa kolonial, hampir setiap keluarga di Indonesia memiliki
tanah sawah atau tegalan yang mereka tanami bahan makanan berupa padi, jagung, jagung cantel
(shorgum), jewawut, ubi, dan ketela. Dalam istilah ekonomi pertanian usaha semacam ini
dinamakan usaha tani subsisten yang hasil produksinya diutamakan untuk keperluan keluarga
sendiri, sedangkan sarana produksi dicukupi dari dalam keluarga dan perdagangan hampir tidak
ada.12 Sedangkan pada masa kolonial, perkebunan umumnya lahir sebagai perpanjangan tangan
dari kapitalisme agraris Barat yang diperkenalkan melalui sistem perekonomian kolonial. Sistem
perkebunan yang diperkenalkan oleh orang Barat, yaitu sebagai sistem perekonomian pertanian
komersial (tanaman yang laku di pasaran dunia)13 meliputi kopi komersial, teh komersial, kakao,
tembakau, termasuk tembakau deli, tembakau rakyat, sirih, pinang, gambir, rempahrempah, lada,
pala dan fuli, cengkeh, cabe, jahe, temulawak dan kapulaga, kayu manis, dan vanila. 14 Artinya
ada sedikit perubahan tujuan dan jenis tanaman yang dilakukam, meskipun dalam pertumbuhan
ekonomi dapat dikatakan mandek karena semua tanaman komersial yang sudah dihasilkan
tersebut dimonopoli oleh pemerintah kolonial.

10
Ibid., hlm.15
11
Ibid., hlm.16
12
Edi Kusmiadi, Modul 1 Pengantar Ilmu Pertanian, Tangerang Selatan: Universitas Terbuka hlm. 1.17
13
Dwi Ratna Nurhajarini, 2018, Sejarah Perkebunan di Indonesia, Kabupaten Simeulue: Penerbit PT. Cempaka Putih
14
Warta Pustaka Volume I Edisi 4 Tahun 2021, diakses dari https://pustaka.setjen.pertanian.go.id/publikasi/warta?
download=2103:warta-pustaka-volume-i-edisi-4-tahun-2021 pada 18 September 2023 pukul 20.55 WIB
2. Tahap Prakondisi Tinggal Landas. Ini adalah tahap dimana negara perlahan mulai
mengalami perubahan. Hal ini dapat disebabkan oleh munculnya kaum usahawan, adanya
perluasan pasar, dan pembangunan industri. Contohnya, setelah kemerdekaan pada tahun 1945,
Indonesia mulai mengembangkan sektor industri dasar dengan berorientasi ke dalam (inward
looking) dalam mengembangkan strategi industri. Langkah awal yang diambil Presiden Soekarno
untuk membangun perindustrian di Indonesia adalah dengan nasionalisasi perusahan asing yang
ada secara besar-besaran. De Javasche Bank (saat ini menjadi Bank Indonesia) dan KLM
Interinsulair Bedrijf (KLM-IIB) maskapai penerbangan Hindia Belanda (saat ini menjadi Garuda
Indonesia).15

3. Tahap Tinggal Landas. Pada tahap ini, Rostow menganjurkan stimulus khusus untuk
mendorong negara Dunia Ketiga mencapai pertumbuhan ekonomi nya yaitu dengan revolusi
politik dan sosial yang berusaha mengubah struktur masyarakat secara radikal. Hal ini dapat
berupa inovasi teknologi seperti penemuan mesin uap yang terjadi pada revolusi industri atau
dapat berupa satu kondisi lingkungan internasional yang menguntungkan, bersamaan dengan
naiknya harga barang dan tingginya volume perdagangan internasional. Contoh di Indonesia
adalah pada masa Orde Baru (1966-1998), di mana pemerintah mendorong industrialisasi dan
investasi asing. Pembangunan sektor industri di lakukan dengan berorientasi ke luar (outward
looking) melalui rancangan pembangunan yang dikenal dengan Rencana Pembangunan Lima
Tahun (REPELITA). Pemerintahan Presiden Soeharto menetapkan prioritas pada stabilisasi
ekonomi, terutama penurunan tingkat inflasi yang telah mencapai 600 persen pada tahun 1965
dan tahun 1966, perbaikan keuangan pemerintah, dan rehabilitasi basis-basis ekonomi yang
produktif. Pengoperasian kekuatan-kekuatan pasar digalakan dari sebelumnya, investasi modal
asing diundang masuk, dan bantuan (pinjaman) luar negeri dicari secara aktif. Pemerintah
meneruskan proses pembangunan Rencana Pembangunan Lima Tahun (REPELITA) dengan tiga
tujuan utama (Trilogi Pembangunan) yaitu Stabilisasi, Pertumbuhan, dan Pemerataan). 16

4. Tahap Kematangan Pertumbuhan. Pada tahap ini, Rostow menyatakan jika suatu negara
hendak mencapai pertumbuhan ekonomi yang otonom dan berkelanjutan, maka negara tersebut
harus mampu melakukn mobilisasi seluruh kemampuan modal dan sumber daya alamnya

15
Dona Budi Kharisma, "Politik Hukum Perindustrian Indonesia", Jurnal Rechts Vinding 2019 hlm.2 diakses melalui
https://rechtsvinding.bphn.go.id/jurnal_online/dona%20budi%201.pdf pada 18 September 21.40 WIB
16
Ibid., hlm. 3
sehingga mampu mencapai tingkat investasi produktif sebesar 10% dari pendapatan nasionalnya.
Pada tahap ini, ada tiga cara yang dapat diterapkan oleh Dunia Ketiga untuk memperoleh sumber
daya yang dibutuhkan seperti memindahkan sumber dana secara radikal melalui berbagai
kebijakan pajak, mencari sumber dana dari lembaga-lembaga keuangan seperti bank, pasar uang,
pasar modal obligasi pemerintah agar dana nasional menjadi lebih produktif, kemudian bisa
diperoleh dari perdagangan internasional. Contohnya, Indonesia mulai mengembangkan sektor
manufaktur yang lebih maju. Sektor industri manufaktur mencatatkan investasi sebesar Rp270,3
Triliun pada enam bulan pertama tahun 2023. Angka tersebut merupakan total dari Penanaman
Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA). Berdasarkan data
Kementerian Investasi/Badan Koordinator Penanaman Modal, penanaman modal di sektor
industri manufaktur menyumbang 39,8% dari total realisasi investasi di Tanah Air periode
Januari-Juni 2023 yang mencapai Rp678,7 Triliun.17

5. Tahap Masyarakat Dengan Konsumsi Massa Tinggi. Pada tahap ini, negara telah
mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan kesenjangan ekonomi antara negara-
negara berkembang dan negara-negara maju menurun. Indonesia masih dalam perjalanan menuju
tahap ini, dengan fokus pada diversifikasi ekonomi dan pengembangan infrastruktur. Dalam
periode 2016 – 2045, ekonomi Indonesia mampu tumbuh 5,7 persen per tahun dengan terus
melakukan reformasi struktural, memanfaatkan bonus demografi dan kemajuan teknologi, serta
meningkatkan daya saing ekonomi. Indonesia diperkirakan menjadi negara pendapatan tinggi
pada tahun 2036 dan PDB terbesar ke-5 pada tahun 2045. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan
inklusif akan meningkatkan jumlah kelas pendapatan menengah menjadi sekitar 70 persen
penduduk Indonesia pada tahun 2045.18

2.2.3. PEMBANGUNAN POLITIK YANG BERKEADILAN

Menurut Coleman, modernisasi politik menunjuk pada proses diferensiasi struktur politik
dan sekularisasi buaya politik yang mengarah pada keadilan, yang tujuan akhirnya adalah
penguatan kapasitas sistem politik. Ada tiga poin yang dikemukakan oleh Coleman. Pertama,

17
https://kemenperin.go.id/artikel/24206/Januari-Juni-2023,-Sektor-Industri-Raup-Investasi-Rp270,3-Triliun diakses pada 18
September 2023 pukul 22.37 WIB
18
Kementerian PPN / Bappenas, "Indonesia 2045 : Berdaulat, Maju, Adil, dan Makmur", 2019 hlm. 13 diakses melalui
https://perpustakaan.bappenas.go.id/e-library/file_upload/koleksi/migrasi-data-publikasi/file/Policy_Paper/Ringkasan
%20Eksekutif%20Visi%20Indonesia%202045_Final.pdf
diferensiasi politik dapat dikatakan sebagai salah satu kecenderungan dominan sejarah
perkembangan sistem politik modern. Kedua, prinsip kesamaan dan keadilan merupakan etos
masyarakat modern, yang diartikan sebagai usaha sungguh-sungguh untuk merealisir prinsip
keadilan. Ketiga, usaha pembangunan politik yang berkeadilan akan membawa akibat pada
perkembangan kapasitas sistem politik.

Selain itu, Coleman juga menyorot pentingnya kesiapan untuk menghadapi dan mengatasi
masalah yang dapat timbul di negara Dunia Ketiga. Ada enam kemungkinan krisis modernisasi,
yaitu krisis identitas nasional, krisis legitimasi pemerintahan, ketidakmampuan pemerintah pusat
untuk mengimplementasikan kebijakan hingga ke daerah, krisis rendahnya partisipasi, krisis
integrasi dan koordinasi berbagai kelompok politik dominan, serta krisis distribusi ketika
sekiranya negara tidak mampu mencapai pertumbuhan ekonomi dan pemerataan sesuai harapan
masyarakatnya.

Para ilmuwan sosial dalam perspektif modernisasi ini secara implisit membangun kerangka
teori dan tesisnya dengan ciri-ciri pokok sebagai berikut.

1. Modernisasi merupakan proses yang bertahap;

2. Modernisasi dapat diartikan sebagai proses homogenisasi;

3. Modernisasi terkadang mewujud bentuk lahirnya, yaitu sebagai modernisasi Barat;

4. Modernisasi dilihat sebagai proses yang tidak bergerak mundur;

5. Modernisasi merupakan perubahan progresif;

6. Modernisasi membutuhkan waktu yang panjang.19

Teori modernisasi juga mampu menurunkan berbagai implikasi kebijaksanaan


pembangunan yang perlu diikuti negara Dunia Ketiga, dalam usaha memodernisasikan dirinya
dalam bentuk memberikan pembenaran hubungan kekuatan yang bertolak belakang antara
masyarakat tradisional dan masyarakat modern, menilai ideologi komunisme sebagai ancaman
pembangunan negara Dunia Ketiga, serta memberikan legitimasi tentang perlunya bantuan asing,

19
Suwarsono, loc.cit., hlm. 22
khususnya Amerika Serikat dalam hal kebutuhan investasi produktif dan pengenalan nilai-nilai
modern.

2.3. HASIL KAJIAN TEORI MODERNISASI KLASIK

Ada beberapa hasil kajian ilmuwan sosial pada teori modernisasi klasik. Diantaranya:

1. McClelland, yang mengemukakan perspektif psikologi bahwa kaum wiraswastawan


bertanggung jawab dalam proses modernisasi Dunia Ketiga. Tujuan wiraswastawan tersebut
tidak hanya mencari laba, akan tetapi ada keinginan yang kuat untuk mencapai prestasi gemilang
yang dikerjakannya melalui penampilan kerja yang baik, dengan selalu berpikir dan berusaha
untuk menemukan cara-cara baru untuk memperbaiki kualitas kerja yang dicapainya. Inilah yang
McClelland sebut dengan motivasi berprestasi atau kebutuhan berprestasi20

2. Inkeles, yang melihat modernisasi dari perspektif sosiologi mikro (psikologi sosial)
menyatakan bahwa ada dua ciri-ciri manusia modern. Pertama, pendidikan merupakan faktor
terpenting yang mencirikan manusia modern. Kedua, seseorang yang tidak menempuh
pendidikan formal masih memiliki kesempatan untuk menjadi manusia modern apabila bekerja
di pabrik yang berskala besar.

3. Sarbini Sumawinata, melakukan pengamatan tentang kemungkinan dan kesiapan ekonomi


Indonesia dalam mencapai tahap lepas landas yang dikemukakan oleh Rostow. Sumawinata
kemudian berpendapat bahwa masih banyak masalah yang harus dibenahi secara sungguh-
sungguh jika ekonomi Indonesia diharapkan mampu mencapai tahap lepas landasnya. Namun,
bukan berarti Indonesia akan selalu berada dalam situasi terbelakang yang terus-menerus. 21

4. Robert N. Bellah, yang melihat dari perspektif sosiologi makro tentang kaitan agama
Tokugawa dan pembangunan di Jepang. Hasil kajian Bellah adalah agama ternyata memberikan
pengaruh positif terhadap modernisasi ekonomi di Jepang melalui pranata politik dan pranata
keluarga.22

5. Lipset, dari perspektif ilmu politik mengungkapkan keterkaitan antara pembangunan ekonomi
dan pengembangan demokrasi politik. Lipset menemukan kenyataan bahwa negara dengan
20
Ibid., hlm. 27
21
Ibid., hlm.35
22
Ibid., hlm.41
pemerintahan demokratis selalu memiliki derajat pembangunan ekonomi yang lebih tinggi
dibanding negara dengan pemerintahan diktator.23

2.4. KARAKTERISTIK TEORI MODERNISASI KLASIK

Setelah penulis memaparkan lima hasil kajian teori modernisasi klasik di atas. Penulis ingin
melihat sejauh mana hasil kajian tersebut mencerminkan karakteristik yang khas dari teori
modernisasi klasik.

2.4.1. PERHATIAN POKOK

Berangkat dari berbagai perspektif disiplin ilmu sosial, para ilmuwan sosial di atas memiliki
satu keprihatinan yang sama yaitu modernisasi. Penelitian yang dilakukan berusaha untuk
menguji pertanyaan yang berkaitan dengan faktor-faktor yang bertanggung jawab terhadap
modernisasi negara Dunia Ketiga, dan apa akibat yang mungkin timbul dari modernisasi di
negara Dunia Ketiga tersebut.24

2.4.2. KERANGKA ANALISA

Kelima hasil penelitian tersebut memiliki kerangka analisa yang sama dimana Dunia Ketiga
merupakan negara terbelakang dengan masyarakat tradisionalnya. Sedangkan negara-negara
Barat dilihat sebagai negara modern.

2.4.3. METODE KAJIAN

Selain penelitian yang dilakukan oleh Bellah dan Sumawinata, tiga penelitian lainnya
cenderung menggunakan metode kajian dan analisa secara abstrak karena tidak mengemukakan
periode sejarah dan wilayah negara mana yang dimaksud

2.5. KRITIK TERHADAP TEORI MODERNISASI

2.5.1. GERAK PEMBANGUNAN


23
Ibid., hlm.43
24
Ibid., hlm.46
1. Adanya kritik terhadap teori evolusi tentang gerak dan arah perkembangan masyarakat. Hal ini
terjadi karena peneliti berasal dari bangsa Amerika dan Eropa yang menganggap bahwa nilai-
nilai budaya mereka yang paling alami dan paling baik di dunia.

2. Gerak dan arah pembangunan searah menjadikan teori modernisasi cenderung mengabaikan
kemungkinan pencarian dan pengembangan alternatif pembangunan negara Dunia Ketiga.

3. Peneliti teori modernisasi klasik dianggap terlalu optimis karena mengganggap bahwa jika
negara Barat mampu mencapi pembangunan ekonomi, maka negara Dunia juga pasti akan bisa
mencapainya tanpa mempertimbangkan kemungkinan timbulnya persoalan macetnya
pembangunan.

2.5.2. NILAI TRADISIONAL

1. Adanya kritik terhadap teori fungsionalisme yang menekankan perbedaan masyarakat


tradisional dan modern. Dimana pada kenyataannya, negara Dunia Ketiga mempunyai sistem
nilai yang heterogen, dengan berbagai sistem nilai dan budaya yang sangat bervariasi dan penuh
dengan elemen konflik.

2. Masyarakat tradisional dan modern tidak selalu bertolak belakang. Nilai-nilai modern juga
dapat dirasakan pada masyarakat modern, begitupun sebaliknya.

3. Nilai-nilai tradisional tidak selalu menjadi penghambat modernisasi. Ada kalanya nilai-nilai
tradisional ini juga turut membantu upaya tercapainya modernisasi.

4. Nilai tradisional tidak bisa dihapuskan dari proses modernisasi karena nilai-nilai tradisional
juga mempengaruhi modernisasi dan memiliki andil dalam terbentuknya nilai-nilai modern baru.

2.5.3. METODE KAJIAN


Seperti yang telah penulis sampaikan pada poin 2.4.3. diatas, para peneliti teori modernisasi
klasik memiliki kecenderungan untuk melalukan analisa yang abstrak, tidak jelas periode sejarah
dan wilayah negara mana yang dimaksud. Pemerhati teori modernisasi klasik tidak memiliki
batas ruang dan waktu dalam analisanya.

2.5.4. KRITIK IDEOLOGIS

Teori modernisasi hanya dilihat sebagai ideologi perang dingin yang digunakan untuk
memberikan legitimasi intervensi Amerika Serikat terhadap kepentingan negara Dunia Ketiga. 25

2.5.5. DOMINASI ASING

Teori modernisasi dianggap lupa memperhatikan unsur dominasi asing seperti kolonialisme,
perusahaan multinasional, ketidakseimbangan nilai tukar perdagangan, dan ciri-ciri sistem
internasional dalam kerangka teorinya. Selain itu, pemerhati neo-Marxis berpendapat bahwa
negara Dunia Ketiga secara ekonomis, politis dan budaya tetap berada dalam dominasi negara
Barat.

BAB III

25
Ibid., hlm. 52
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Berdasarkan materi-materi tentang sejarah lahirnya teori modernisasi dan pembahasan


mendalam tentang teori modernisasi klasik yang telah penulis jabarkan di atas. Maka penulis
menyimpulkan:

1. Lahirnya teori modernisasi dilatarbelakangi oleh tiga hal yaitu munculnya Amerika Serikat
sebagai pemimpin dunia, terjadinya perluasan gerakan komunis oleh Uni Soviet, dan lahirnya
negara-negara merdeka baru yang disebut negara Dunia Ketiga.

2. Teori-teori modernisasi banyak mendapatkan warisan pemikiran dari teori evolusi dan teori
fungsionalisme. Teori evolusi menekankan penerapan teknologi baru dan ilmu pengetahuan
untuk menghasilkan produksi yang lebih efisien. Sedangkan teori fungsionalisme menekankan
bahwa setiap lembaga memiliki fungsi khusus dan saling terkait satu sama lain.

3. Ada beberapa pemikiran teori modernisasi klasik yang dilihat dari sudut pandang sosiolog,
ekonom dan ahli politik. Smelsen menyampaikan bahwa teori modernisasi akan selalu
melibatkan diferensiasi struktural; Rostow menyampaikan bahwa pembangunan ekonomi
memiliki lima tahapan dan yang paling krusial adalah tahap lepas landas; Coleman
menyampaikan bahwa proses diferensiasi struktur politik dan sekularisasi budaya politik yang
mengarah pada etos keadilan, memiliki tujuan akhir penguatan kapasitas sistem politik.

4. Ada lima hasil kajian terhadap teori modernisasi klasik. McClelland meneliti tentang motivasi
berprestasi yang mewakili karya bidang psikologi; penelitian Inkeles yang mewakili disiplin
sosiologi mikro (psikologi sosial) tentang manusia modern; pengamatan Sumawinata tentang
kesiapan ekonomi Indonesia dalam mencapai tahap lepas landas; hasil kajian sosiologi makro
dari Bellah tentang pengaruh agama Tokugawa terhadap pembangunan di Jepang; dan kajian
ilmu politik Lipset yang membahas keterkaitan antara pembangunan ekonomi dan
pengembangan demokrasi politik.

5. Teori modernisasi klasik mendapatkan kritik dari pemerhati pendekatan neo-Marxis tentang
gerak pembangunan yang memaksa Dunia Ketiga untuk mengikuti model pembangunan negara
Barat, nilai tradisional yang selalu dinilai negatif, metode kajian yang cenderung abstrak,
ideologi perang dingin Amerika Serikat terhadap kepentingan negara Dunia Ketiga, serta
kelupaan ilmuwan sosial memasukkan faktor dominasi asing kedalam penelitian yang mereka
lakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Buku
Djumadi. 2005. Sejarah Keberadaan Organisasi Buruh di Indonesia. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada

Drajat Tri Kartono dan Hanif Nurcholis. 2016. Pembangunan Masyarakat Desa dan Kota.
Tangerang Selatan: Penerbit Universitas Terbuka

Dwi Ratna Nurhajarini. 2018. Sejarah Perkebunan di Indonesia. Kabupaten Simeulue: Penerbit
PT. Cempaka Putih

Edi Kusmiadi. Modul 1 Pengantar Ilmu Pertanian. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka

Kumba Digdowiseiso. 2019. Teori Pembangunan. Jakarta: Penerbit Lembaga Penerbitan


Universitas Nasional

Suwarsono dan Alvin Y. So. 2006. Perubahan Sosial dan Pembangunan. Jakarta: Penerbit LP3S

Jurnal

Dona Budi Kharisma. 2019. Politik Hukum Perindustrian Indonesia. Jurnal Rechts Vinding
diakses melalui https://rechtsvinding.bphn.go.id/jurnal_online/dona%20budi%201.pdf

Dokumen Pemerintah

Kementerian PPN / Bappenas. 2019. Indonesia 2045 : Berdaulat, Maju, Adil, dan Makmur.
Jakarta. Diakses melalui https://perpustakaan.bappenas.go.id/e-library/file_upload/koleksi/
migrasi-data-publikasi/file/Policy_Paper/Ringkasan%20Eksekutif%20Visi%20Indonesia
%202045_Final.pdf

Website

https://kbbi.web.id/teori

https://nl.usembassy.gov/our-relationship/marshall-plan-1947-2017/

https://datanesia.id/5-perusahaan-makanan-dan-minuman-terbesar-di-indonesia/

https://www.ruangmom.com/biaya-sekolah-internasional.html

http://karir.unand.ac.id/

https://kemenperin.go.id/artikel/24206/Januari-Juni-2023,-Sektor-Industri-Raup-Investasi-
Rp270,3-Triliun

https://pustaka.setjen.pertanian.go.id/publikasi/warta?download=2103:warta-pustaka-volume-i-
edisi-4-tahun-2021

Anda mungkin juga menyukai