Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH SOSIOLOGI

TENTANG TOKOH SOSIOLOGI

ANGGOTA:
1. Salsabila Rifalina Putri
2. Raihana Faatiha Rachma
3. Regita Pramesti
4. Nafa Aulia
5. Nazwa Naila Nabila
6. Aisyah Nazwa Hendrawan
7. Hughy Octavian Mulyadi
8. Amar Raif Sajidan
9. Ahmad Zahfrans Soewitomo
10. Muhammad Alwi Raihan

Guru Pembimbing:
Sofa Almarwah S.Pd
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan karunianya
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tema dari makalah ini
adalah “ Tokoh-Tokoh Sosiologi”.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ibu
guru Sofa Almarwah S.Pd yang telah memberikan tugas terhadap kami. Kami juga ingin
mengucapkan terima kasih kepada pihak- pihak yang turut membantu dalam pembuatan
makalah ini.

Kami jauh dari sempurna. Dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan
saran yang membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi saya
pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Tangerang, 21 September 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Lahirnya sosiologi dilatar belakangi oleh dua peristiwa besar, yaitu Revolusi Industri
(Inggris) dan Revolusi Sosial (Perancis), yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial
masyarakat Eropa Barat, sehingga terjadi kesenjangan antara apa yang diharapkan dan apa
yang ada. Keadaan ini menjadikan para ilmuan dulu untuk berfikir mengatur keadaan yang
berantakan itu.

Nama Sosiologi sendiri di gunakan oleh Aguste Comte (1789-1857) ia mengatakan bahwa
ilmu sosiologi harus didasarkan pada pengamatan, perbandingan, eksperimen, dan metode
historis secara sistematis.

Setelah Comte, sosiologi diteruskan oleh Karl Max (1818-1883) yang mengembangkan
konsep sejarah perjuangan kelas, yaitu lahirnya kelompok borjuis dan kelas proletar, dan masih
banyak sekali ilmuan sosial yang telah berjasa mengembangkan ilmu sosiologi yang
berkembang pesat sampai ke Indonesia.

2. Perumusan Masalah

1. Bagaimana kontribusi teori struktural fungsional Emile Durkheim dalam memahami


integrasi sosial dalam masyarakat modern?
2. Bagaimana pandangan Karl Marx tentang konflik kelas mempengaruhi analisis sosial
kontemporer?
3. Bagaimana teori hukum tiga tahap Auguste Comte mempengaruhi pemahaman kita
tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat?
4. Bagaimana pandangan Max Weber tentang rasionalitas dan tindakan sosial dapat
diaplikasikan dalam menganalisis birokrasi modern?
5. Bagaimana Ibnu Khaldun memandang pengaruh geografi, iklim, dan lingkungan terhadap
pola perkembangan masyarakat dan peradaban?
6. Bagaimana teori tindakan dan sistem tindakan Talcott Parsons mempengaruhi
pemahaman tentang perilaku individu dan interaksi sosial dalam masyarakat?
7. Bagaimana peran Soerjono Soekanto dalam membangun ilmu sosiologi di Indonesia dan
membentuk paradigma sosiologi Indonesia?

3. Manfaat dan Tujuan

1. Mempelajari struktur sosial


2. Menganalisis pola perilaku manusia
3. Memahami dampak perubahan sosial
4. Memberikan solusi untuk masalah sosial
5. Mendorong perubahan positif
6. Mengembangkan teori sosial
7. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
8. Menyediakan landasan untuk kebijakan sosial
BAB II
MENGENAL TOKOH SOSIOLOGI

1. Auguste Comte:
Sosiologi Positivis, Prancis (1798-1857)
Sosiologi adalah suatu studi positif tentang hukum-hukum dasar dari berbagai gejala sosial
yang dibedakan menjadi sosiologi statis dan sosiologi dinamis. Istilah 'sosiologi' pertama kali
digunakan ole Auguste Comte pada tahun 1839, seorang ahli filsafat kebangsaan Prancis.
Auguste Comte adalah orang yang pertama kali menggunakan istilah tersebut sebagai
pendukatan Khusus untuk mempelajari masyarakat. Selain itu, dia juga member sumbangan
yang begitu penting terhadap sosiologi. Ole karena itu para ahli sepakat untuk menyebutnya
sebagai 'Bapak Sosiologi'. Mengapa? Memang harus diakui bahwa Auguste Comte sangat
berjasa terhadap ilmu sosiologi.

Auguste Comte seorang perancis, merupakan bapak sosiologi yang pertama member nama
pada ilmu tersebut (vaitu dari kata socius dan logos). Walaupun dia tidak menguraikan secara
rinci masalah-masalah apa yang menjadi objek sosiologi, tetapi dia mempunyai anggapan
bahwa sosiologi terdiri dari dua bagian pokok, yaitu social statistics dan social dynamics.
Konsepsi tersebut merupakan pembagian dari isi sosiologi yang sifatnya pokok

Sebagai social statistics, sosiologi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari hubungan
timbal balik antara lembaga-lembaga kemasyarakatan. Sedangkan social dynamics
meneropong bagaimana lembaga-lembaga tersebut berkembang dan mengalami
perkembangan sepanjang masa. Perkembangan tersebut pada hakikatnya melewati tiga tahap,
sesuai tahap-tahap pemikiran manusia yaitu:

a. Tahap teologis, ialah tingkat pemikiran manusia bahwa semua benda didunia ini mempunyai
jiwa dan itu disebabkan ole sesuatu kekuatan yang berada di atas manusia. Cara pemikiran
tersebut tidak dapat dipakai dalam ilmu pengetahuan, karena ilmu pengetahuan bertujuan untuk
mencari sebab seta akibat dari gejala-gejala.

b. Tahap metafisis, pada tahap ini manusia mash percaya bahwa gejala-gejala didunia ini
disebabkan ole kekuatan-kekuatan yang berada di atas manusia. Manusia belum berusaha
untuk mencari sebab dan akibat gejala-gejala tersebut.

c. Tahap positif, merupakan tahap dimana manusia telah sanggup untuk berfikir secara ilmiyah.
Pada tahan ini berkembanglah ilmu pengetahuan.

Menurut Comte, masyarakat harus diteliti atas dasar fakta-fakta objektif dan dia juga
membandingkan antara berbaagai masyarakat yang menekankan pentingnya penelitian-
penelitian perbandingan antara pelbagai masyarakat yang berlainan.
2. Maximilian Weber (1864-1920)

Maximilian Weber (lahir di Erfurt, Jerman, 21 April 1864 – meninggal di München, Jerman,
14 Juni 1920 pada umur 56 tahun) adalah seorang ahli ekonomi politik dan sosiolog dari Jerman
yang dianggap sebagai salah satu pendiri ilmu sosiologi dan administrasi negara modern.

Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan sosial. Tindakan sosial
adalah tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan dan berorientasi pada perilaku
orang lain

Karya utamanya berhubungan dengan rasionalisasi dalam sosiologi agama dan


pemerintahan, meski ia sering pula menulis di bidang ekonomi. Karyanya yang paling populer
adalah esai yang berjudul Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme, yang mengawali
penelitiannya tentang sosiologi agama. Weber berpendapat bahwa agama adalah salah satu
alasan utama bagi perkembangan yang berbeda antara budaya Barat dan Timur. Dalam
karyanya yang terkenal lainnya, Politik sebagai Panggilan, Weber mendefinisikan negara
sebagai sebuah lembaga yang memiliki monopoli dalam penggunaan kekuatan fisik secara sah,
sebuah definisi yang menjadi penting dalam studi tentang ilmu politik Barat modern.n.
Sosiologi agama.

Karya Weber dalam sosiologi agama bermula dari esai Etika Protestan dan Semangat
Kapitalisme dan berlanjut dengan analisis Agama Tiongkok: Konfusianisme dan Taoisme,
Agama India: Sosiologi Hindu dan Buddha, dan Yudaisme Kuno. Karyanya tentang agama-
agama lain terhenti oleh kematiannya yang mendadak pada 1920, hingga ia tidak dapat
melanjutkan penelitiannya tentang Yudaisme Kuno. Dengan penelitian-penelitian tentang
Mazmur, Kitab Yakub, Yahudi Talmudi, Kekristenan awal dan Islam.

Tiga tema utamanya adalah efek pemikiran agama dalam kegiatan ekonomi, hubungan antara
stratifikasi sosial dan pemikiran agama, dan pembedaan karakteristik budaya Barat. Tujuannya
adalah untuk menemukan alasan-alasan mengapa budaya Barat dan Timur berkembang
mengikuti jalur yang berbeda. Dalam analisis terhadap temuannya, Weber berpendapat bahwa
pemikiran agama Puritan (dan lebih luas lagi, Kristen) memiliki dampak besar dalam
perkembangan sistem ekonomi Eropa dan Amerika Serikat, tapi juga mencatat bahwa hal-hal
tersebut bukan satu-satunya faktor dalam perkembangan tersebut. Faktor- faktor penting lain
yang dicatat oleh Weber termasuk rasionalisme terhadap upaya ilmiah, menggabungkan
pengamatan dengan matematika, ilmu tentang pembelajaran dan yurisprudensi, sistematisasi
terhadap administrasi pemerintahan dan usaha ekonomi. Pada akhirnya, studi tentang sosiologi
agama, menurut Weber, semata-mata hanyalah meneliti meneliti satu fase emansipasi dari
magi, yakni "pembebasan dunia dari pesona" ("disenchanment of the world") yang
dianggapnya sebagai aspek pembeda yang penting dari budaya Barat.

Empat tipe tindakan dasar yang ia sebut dengan; traditional action, affectual action,
instrumental rational, dan value rational action. Perihal tersebut terkait erat dengan kajiannya
mengenai dimensi rasionalitas. Menurut Weber, tindakan rasional merupakan suatu tindakan
atau pertimbangan yang dilakukan secara sadar dan terpilih.

3. Emile Durkheim : Sosiologi Struktural, Prancis (1859-1917)


David Émile Durkheim (lahir 15 April 1858 – meninggal 15 November 1917 pada umur 59
tahun) dikenal sebagai salah satu pencetus sosiologi modern. Ia mendirikan fakultas sosiologi
pertama di sebuah universitas Eropa pada 1895, dan menerbitkan salah satu jurnal pertama
yang diabdikan kepada ilmu sosial, L'Année Sociologique pada 1896.

Durkheim dilahirkan di Épinal, Prancis, yang terletak di Lorraine. Ia berasal dari keluarga
Yahudi Prancis yang saleh - ayah dan kakeknya adalah Rabi. Hidup Durkheim sendiri sama
sekali sekular. Malah kebanyakan dari karyanya dimaksudkan untuk membuktikan bahwa
fenomena keagamaan berasal dari faktor-faktor sosial dan bukan ilahi.

Namun demikian, latar belakang Yahudinya membentuk sosiologinya - banyak mahasiswa


dan rekan kerjanya adalah sesama Yahudi, dan seringkali masih berhubungan darah dengannya.

Menurutnya, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari fakta sosial. Fakta sosial adalah cara
bertindak, berpikir, dan mampu melakukan pemaksaan dari luar terhadap individu.

Durkheim merasa ilmu-ilmu kemanusiaan tidak menarik. Ia lulus dengan peringkat kedua
terakhir dalam angkatannya ketika ia menempuh ujian agrégation – syarat untuk posisi
mengajar dalam pengajaran umum – dalam ilmu filsafat pada 1882. Minat Durkheim dalam
fenomena sosial juga didorong oleh politik. Kekalahan Prancis dalam Perang Prancis-Prusia
telah memberikan pukulan terhadap pemerintahan republikan yang sekular. Banyak orang
menganggap pendekatan Katolik, dan sangat nasionalistik sebagai jalan satu-satunya untuk
menghidupkan kembali kekuasaan Prancis yang memudar di daratan Eropa.

Durkheim adalah seorang Yahudi dan sosialis, berada dalam posisi minoritas secara politik,
suatu situasi yang membakarnya secara politik. Peristiwa Dreyfus pada 1894 hanya
memperkuat sikapnya sebagai seorang aktivis. Seseorang yang berpandangan seperti
Durkheim tidak mungkin memperoleh pengangkatan akademik yang penting di Paris, dan
karena itu setelah belajar sosiologi selama setahun di Jerman, ia pergi ke Bordeaux pada 1887,
yang saat itu baru saja membuka pusat pendidikan guru yang pertama di Prancis. Di sana ia
mengajar pedagogi dan ilmu-ilmu sosial (suatu posisi baru di Prancis). Dari posisi ini
Durkheim memperbarui sistem sekolah Prancis dan memperkenalkan studi ilmu-ilmu sosial
dalam kurikulumnya. Kembali, kecenderungannya untuk mereduksi moralitas dan agama ke
dalam fakta sosial semata-mata membuat ia banyak dikritik.

Tahun 1890-an adalah masa kreatif Durkheim. Pada 1893 ia menerbitkan “Pembagian Kerja
dalam Masyarakat”, pernyataan dasariahnya tentang hakikat masyarakat manusia dan
perkembangannya. Pada 1895 ia menerbitkan “Aturan-aturan Metode Sosiologis”, sebuah
manifesto yang menyatakan apakah sosiologi itu dan bagaimana ia harus dilakukan. Ia pun
mendirikan Jurusan Sosiologi pertama di Eropa di Universitas Bourdeaux. Pada 1896 ia
menerbitkan jurnal L'Année Sociologique untuk menerbitkan dan mempublikasikan tulisan-
tulisan dari kelompok yang kian bertambah dari mahasiswa dan rekan (ini adalah sebutan yang
digunakan untuk kelompok mahasiswa yang mengembangkan program sosiologinya). Dan
akhirnya, pada 1897, ia menerbitkan “Bunuh Diri”, sebuah studi kasus yang memberikan
contoh tentang bagaimana bentuk sebuah monograf sosiologi. Pada 1902 Durkheim akhirnya
mencapai tujuannya untuk memperoleh kedudukan terhormat di Paris ketika ia menjadi
profesor di Sorbonne. Karena universitas-universitas Prancis secara teknis adalah lembaga-
lembaga untuk mendidik guru-guru untuk sekolah menengah, posisi ini memberikan
Durkheim pengaruh yang cukup besar – kuliah-kuliahnya wajib diambil oleh seluruh
mahasiswa. Apapun pendapat orang, pada masa setelah Peristiwa Dreyfus, untuk mendapatkan
pengangkatan politik, Durkheim memperkuat kekuasaan kelembagaannya pada 1912 ketika ia
secara permanen diberikan kursi dan mengubah namanya menjadi kursi pendidikan dan
sosiologi. Pada tahun itu pula ia menerbitkan karya besarnya yang terakhir “Bentuk-bentuk
Elementer dari Kehidupan Keagamaan”.
4. Karl Heinrich Marx (1818-1883)

Karl Heinrich Marx adalah seorang filsuf, ekonom, sejarawan, pembuat teori politik,
sosiolog, jurnalis dan sosialis revolusioner asal Jerman. Lahir dalam keluarga kelas menengah,
Marx belajar hukum dan filsafat Hegelian.

Karl marx adalah seorang filosof Barat dari Prusia. Dia lahir di Prusia pada tanggal 5 mei
1818 dan meninggal pada usia 64 tahun pada tanggal 14 maret 1883. Pada tahun 1843 dia
menikah dengan Jenny von Westphalen dan memiliki beberapa anak yaitu, Eleanor Marx,
Laura Marx, Henry Edward Guy Marx, Jenny Longuet. Pendidikannya semasa hidup yaitu,
Friedrich-Schiller-Universität, (1841), Universitas Bonn (1835–1836).

Marx sering dijuluki sebagai bapak dari komunisme yang berasal dari kaum terpelajar dan
politikus. Ia memperdebatkan bahwa analisis tentang kapitalisme miliknya membuktikan
bahwa kontradiksi dari kapitalisme akan berakhir dan memberikan jalan untuk komunisme.
Marxisme adalah paham yang dianut oleh Mark. Hubungan antara Marx dan Marxism adalah
titik kontroversi.Marxism tetap berpengaruh dan kontroversial dalam bidang akademi dan
politik sampai saat ini.

Dalam bukunya Marx, Das Kapital (2006), penulis biografi Francis Wheen mengulangi
penelitian David McLellan yang menyatakan bahwa sejak Marxisme tidak berhasil di Barat,
hal tersebut tidak menjadikan Marxisme sebagai ideologi formal, namun hal tersebut tidak
dihalangi oleh kontrol pemerintah untuk dipelajari.

Pada 1842-1843 Karl Marx bekerja sebagai editor untuk liberal "Rheinische Zeitung" di
Cologne. Ia belajar Sosialisme dan Komunisme di Paris dan bekerja sama dengan Friedrich
Engels ketika dia pindah ke Paris pada tahun 1843. Disana ia terus menganut gagasan Hegel
dan para pendukungnya, namun ia juga mendalami dua gagasan baru –sosialisme Perancis dan
ekonomi politik Inggris. Inilah cara uniknya mengawinkan Hegelianisme, sosialisme, dengan
ekonomi politik yang membangun orientasi intelektualitasnya. Pada tahun 1845 Marx dan
Engels co-menulis "Keluarga Kudus", Marx selanjutnya menulis "Ideologi Jerman", yang
pertama kali dicetak pada tahun 1926. Di tengah kerjasama ini Mark dan engels mempunyai
banyak perbedaan. Di tengah-tengah perbedaan tersebut, Marx dan Engels membangun
persekutuan kuat tempat mereka berkolabirasi menulis sejumlah buku dan artikel serta bekerja
sama dalam organisasi radikal, dan bahkan Engels menopang Marx sepanjang hidupnya
sehingga Marx menagbdikan diri untuk petualang politik dan intelektualnya.

Pada tahun 1864 Marx terlibat dalam aktivitas politik dengan bergabung dengan gerakan
pekerja Internasional. Ia segera mengemuka dalam gerakan ini dan menghabiskan selama
beberapa tahun di dalamnya.Namun disintegrasi yang terjadi di dalam gerakan ini pada tahun
1876, gagalnya sejumlah gerakan revolusioner, dan penyakit yang dideritanya menandai akhir
karier Marx. Istrinya meninggal pada tahun 1881, anak perempuannya tahun 1882, dan Marx
sendiri meninggal pada tanggal 14 Maret 1883. Namun ide-ide mark tetap mengalami
perkembangan dan membawa pengaruh besar di dunia sejak abad ke-20.

5. Ibnu Khaldun (1332-1406)


Ibnu Khaldun atau Abu Zaid Abdurrahman bin Muhammad bin Khaldun al-Hadhrami adalah
seorang sejarawan muslim dari Tunisia dan sering disebut sebagai "Bapak pendiri ilmu
historiografi, sosiologi, dan ekonomi". Karyanya yang terkenal adalah Muqaddimah. Ibnu
Khaldun kelahiran 27 Mei 1332, Tunis, Tunisia dan meninggal pada tanggal 17 Maret 1406,
Kairo, Mesir.

Menurut Ibnu Khaldun, sosiologi merupakan sarana untuk memahami sejarah dan kondisi
sosial masyarakat pada suatu generasi, proses perubahan dalam suatu masyarakat, faktor dan
pengaruhnya dalam peta peradaban suatu bangsa. Ibnu Khaldun juga belajar pendidikan di
Universitas Zaitunah, Ibnu Khaldun terpengaruh oleh Ibnu Sina, Muhammad, Al-
Ghazali, dan Plato.

Ibnu Khaldun adalah seorang yang berpengetahuan agama yang tinggi. Ayahnya ialah guru
pertamanya yang telah mendidik beliau secara tradisional dan mengajarkan dasar-dasar agama
Islam. Keberadaan Ibnu Khaldun semakin dikenal dan populer berkat karya monumentalnya,
al-Muqaddimah. Di dalam al-muqaddimah-nya, ia telah membangun teori-teorinya tentang
sejarah, ilmu sosial dan kebudayaan. Ibnu Khaldun dan Sosiologi

Dalam buku berjudul "Biografi Ibnu Khaldun" oleh Muhammad Abdullah Enan, dari
karyanya al-muqaddimah jadi salah satu karya orisinil yang mencatat sistem baru dalam
memahami dan menjelaskan gejala-gejala sosial dan juga memahami, mengkritik serta
menganalisis sejarah Dalam karyanya tersebut pula ia menjelaskan tentang masyarakat nomad
dan membahas tentang masyarakat badui serta ciri-cirinya lalu membandingkannya dengan
masyarakat.

6. Talcott Parsons (1902-1979)

Talcott Parsons adalah seorang sosiolog yang lahir pada tahun 1902 di Colorado. Dia lahir
dalam sebuah keluarga yang memiliki latar belakang yang saleh dan intelek. Ayahnya adalah
seorang pendeta gereja Kongregasional, seorang profesor dan presiden dari sebuah kampus
kecil. Parsons mendapat gelar sarjana dari Amherst College tahun 1924 dan melanjutkan kuliah
pascasarjana di London School of Economics. Pada tahun berikutnya, dia pindah ke
Heidelberg, Jerman. Max Weber menghabiskan sebagian kariernya di Heidelberg, dan meski
dia wafat lima tahun sebelum kedatangan Parsons, Weber tetap meninggalkan pengaruh
mendalam terhadap kampus tersebut dan jandanya meneruskan pertemuan-pertemuan di
rumahnya, yang juga diikuti oleh Parsons. Parsons sangat dipengaruhi oleh karya Weber dan
sebagian disertasi doktoralnya di Heidelberg membahas karya Weber.

Parsons menjadi pengajar di Harvard pada tahun 1927, dan meskipun ia berpindah jurusan
beberapa kali, Parsons tetap berada di Harvard sampai dengan ia wafat tahun 1979. Perjalanan
kariernya tidak pesat ia tidak memperoleh posisi tetap sampai dengan tahun 1939. Dua tahun
sebelumnya, ia mempublikasikan buku the structure of social action, satu buku yang tidak
hanya memperkenalkan teoritisi-teoritisi sosial utama semisal Weber kepada sosiolog lain,
namun juga menjadi dasar bagi pengembangan teori Parsons sendiri.

Sesudah itu karier akademis Parsons maju pesat. Dia menjadi ketua jurusan sosiologi di
Harvard pada 1944 dan dua tahun kemudian mendirikan Departemen Hubungan Sosial, yang
tidak hanya memasukkan sosiolog, tetapi juga berbagai sarjana ilmu sosial lainnya. Tahun
1949, ia terpilih menjadi Presiden The American Sociological Association. Tahun 1950-an dan
menjelang tahun 1960-an, dengan diterbitkannya buku seperti The Social System pada tahun
1951 Parsons menjadi tokoh dominan dalam sosiologi Amerika.

Tetapi, di akhir 1960-an Parsons mendapat serangan sayap radikal sosiologi Amerika yang
baru muncul sons dinilai berpandangan politik konservatif dan teorinya dianggap sangat
konservatif dan tidak lebih dari sebuah skema kategorisasi yang rumit Akan tetapi, pada tahun
1980-an timbul kembali perhatian terhadap teori Parsons, tidak hanya di Amerika Serikat tetapi
juga di seluruh dunia Pemikiran Parsons tidak hanya memengaruhi pemikir konservatif, tetapi
juga teoritisi neo-Marxian, terutama Jurgen Harbemas.

Setelah kematian Parsons, sejumlah bekas mahasiswanya, semuanya sosiolog sangat


terkenal, merenungkan arti pentingnya teorinya maupun pencipta teori itu sendiri. Dalam
renungan mereka, para sosiolog ini mengemukakan pengertian menarik tentang Parsons dan
karyanya. Beberapa pandangan selintas mengenai Parsons yang direproduksi di sini bukan
dimaksudkan untuk membuat gambaran yang masuk akal, tetapi dimaksudkan untuk
mengemukkan pandangan selintas yang provokatif mengenai Parsons dan karya-karyanya.

Robert Merton adalah seorang mahasiswanya ketika Parsons baru saja mulai mengajar di
Harvard Merton yang menjadi teoritisi terkenal karena teori ciptaanya sendiri, menjelaskan
bahwa mahasiswa pascasarjana yang datang ke Harvard, pada tahun-tahun itu bukan hendak
belajar dengan Parsons, tetapi juga dengan Sorokin, telah menjadi anggota senior jurusan
sosiologi yang telah menjadi musuh utama Parsons.

Celaan Merton mengenai kuliah pertama Parsons dalam teori juga menarik, terutama karena
materi yang disajikan adalah basis untuk salah satu buku teori yang paling berpengaruh pada
sosiologi.Pemikiran Parsons di dalam perkembangan ilmu sosiologi dikenal dengan teori
fungsionalis.
7. Soerjono Soekanto (1942)

Soerjono Soekanto lahir di Jakarta pada tanggal 30 januari 1942. Soerjono Soekanto
merupakan lektor kepala sosiologi dan hukum adat dari fakultas hukum universitas indonesia,
sehingga beliau dikenal sebagai ahli sosiologi hukum. Soerjono Soekanto diangkat menjadi
Guru besar sosiologi hukum Universitas indonesia pada tahun 1983.

Soerjono Soekanto adalah Lektor Kepala Sosiologi dan Hukum Adat di Fakultas Hukum
Universitas Indonesia. Soerjono Soekanto Pernah menjadi Kepala Bagian Kurikulum Lembaga
Pertahanan Nasional (1965-1969). Ia juga pernah menjadi Pembantu Dekan Bidang
Administrasi pendidikan Fakultas ilmu-ilmu sosial, Universitas Indonesia (1970-1973), dan
kini menjadi pembantu Dekan bidang Penelitian dan Pengabdian masyarakat Fakultas Hukum
Universitas Indonesia (sejak tahun 1978) yang bersangkutan tercatat sebagai Southeast Asian
Specialist pada Ohio University dan menjadi Founding Member dari World Association of
Lawyers. Ia mendapat gelar Sarjana Hukum dari Fakultas Universitas Indonesia (1965),
sertifikat metode penelitian ilmu-ilmu sosial dari Universitas Indonesia (1969), Master of Arts
dari University of California, Betkeley (1970), Sertifikat dari Academy of American and
International Law, Dallas (1972) dan gelar doktor Ilmu Hukum dari Universitas Indonesia
(1977). Diangkat sebagai Guru besar sosiologi hukum Universitas Indonesia (1983).
Soerjono Soekanto memberikan definisi Sosiologi sebagai suatu ilmu yang membahas tau
memfokuskan pada sisi masyarakat yang sifatnya umum serta berusaha untuk mendapatkan
suatu pola yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
1. https://g.co/kgs/R8Ltpa
2. https://id.wikipedia.org/wiki/Soerjono_Soekanto
3. https://www.merdeka.com/karl-heinrich-marx
4. https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5933804/ibnu-khaldun-ilmuwan-muslim-
ahli-di-bidang-sosiologi-hingga-sejarah

Anda mungkin juga menyukai