Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagai suatu disiplin ilmu akademis, sosiologi masih berumur relatif muda dibanding
ilmu-ilmu sosial lain yang di kenal yaitu kurang dari 200 tahun. Kata sosiologi pertama kali
dicetuskan oleh Auguste Comte di dalam buku nya yang paling dikenal yaitu “positive
philosophy” pada tahun 1838 sehingga Comte sering disebut sebagai Bapak Sosiologi.

Sosiologi secara kasar sering di kenal oleh sebagian orang sebagai suatu usaha untuk
mengumpulkan apa yang di ketahui oleh sebagian orang dan menuliskan nya ke dalam bahasa
yang rumit. Oleh karena itu banyak jurnal atau buku-buku sosiologi yang kemudian hanya di
simpan di rak-rak lemari tanpa membacanya dengan seksama. Di mata orang orang tertentu
sosiologi sering dipandang sebagai ilmu yang hanya menciptakan pengacau-pengacau
masyarakat-pembuat onar, tukang protes, orang-orang pembual, atau para demonstran yang
hanya bisa mengganggu ketertiban dan stabilitas umum. Namun tujuan sebenarnya sosiologi
adalah melahirkan para pemikir yang senantiasa peka dan peka terhadap ralitas sosial.
Sumbangan usaha sosiologi terhadap pengembangan masyarakat memeng tidak dapat langsung
di rasakan, tetapip sifatnya mendasar karena sosiologi mampu memberikan analisis dan evaluasi
terhadap berbagai hal yang dalam banyak hal di luar disiplin ilmu lainnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi, sejarah dan para tokoh sosiologi?

2. Bagaimana perkembangan Sosiologi di barat?

3. Bagaimana perkembangan Sosiologi di Indonesia?

4. Siapa sajakah tokoh Sosiologi di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui perkembangan Sosiologi secara umum.

2. Mengetahui perkembangan Sosiologi di Indonesia.

3. Mendeskripsikan tokoh Sosiologi di Indonesia.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi, sejarah dan para tokoh sosiologi

a. Auguste Comte

Menurut Comte, sosiologi adalah studi tentang statika sosial dan dinamika sosial. Statika
sosial mewakili stabilitas dan dinamika sosial mewakili perubahan. Comte menggunakan analogi
biologi untuk menyatakan bahwa hubungan antara statika sosial dengan dinamika sosial dapat
disamakan dengan hubungan antara anatomi dan fisiologi dan menganggap masyarakat seperti
organisme hidup, artinya masyarakat dapat dilihat sebagai suatu sistem yang terdiri dari bagian-
bagian yang saling bergantung satu sama lain. Namun, pemikiran tersebut akhirnya tidak benar-
benar dikembangkan oleh Comte.

b. Max Weber

Menurut Weber, sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan


sosial. Masyarakat merupakan produk dari tindakan individu-individu yang berbuat dalam
kerangka fungsi nilai, motif, dan kalkulasi rasional.

c. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi

Menurut mereka sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-
proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Struktur sosial adalah jalinan antara unsur-
unsur sosial yang pokok yaitu kaidah-kaidah sosial, lembaga-lembaga sosial, kelompok-
kelompok serta lapisan-lapisan sosial. Proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara berbagai
segi kehidupan bersama, misalnya antara kehidupan ekonomi dan kehidupan politik dan antara
kehidupan hukum dan kehidupan agama. Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli tersebut,
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mengkaji interaksi manusia
dengan manusia lain dalam kelompok beserta produk-produk yang dihasilkan dari interaksi
tersebut yangberupa nilai, norma, dan kebiasaan-kebiasaan yang dianut oleh kelompok atau
masyarakat terkait
Sosiologi sebagai bagian dari ilmu pengetahuan lahir pada abad XIX yang dipelopori
oleh seorang ahli filsafat Prancis yang bernama Auguste Comte (1798-1857). Dalam salah satu
karyanya yang berjudul The Positive Philosophy yang terbit pada tahun 1838, Comte menyebut
kajian tentang kehidupan sosial manusia dengan kata sosiologi.Kata sosiologi berasal dari bahasa
Latin, yaitu dari kata socius dan logos. Socius berarti teman dan logos berarti berbicara,
mengajar, atau ilmu. Sehingga secara etimologis, sosiologi berarti ilmu tentang teman.
Pengertian teman dalam hal ini mempunyai lingkup yang lebih luas daripada teman dalam
kehidupan sehari-hari.

Sosiologi merupakan sebuah istilah yang berasal dari kata latin socius yang artinya
teman, dan logos dari kata Yunani yang berarti cerita, diungkapkan pertama kalinya dalam buku
yang berjudul "Cours De Philosophie Positive" karangan August Comte (1798-1857). Sosiologi
muncul sejak ratusan, bahkan ribuan tahun yang lalu. Namun sosiologi sebagai ilmu yang
mempelajari masyarakat baru lahir kemudian di Eropa Potret Auguste Comte.
Sejak awal masehi hingga abad 19, Eropa dapat dikatakan menjadi pusat tumbuhnya
peradaban dunia, para ilmuwan ketika itu mulai menyadari perlunya secara khusus mempelajari
kondisi dan perubahan sosial. Para ilmuwan itu kemudian berupaya membangun suatu teori
sosial berdasarkan ciri-ciri hakiki masyarakat pada tiap tahap peradaban manusia.

Dalam buku itu, Comte menyebutkan ada tiga tahap perkembangan intelektual, yang masing-
masing merupakan perkembangan dari tahap sebelumya. Tiga tahapan itu adalah :

1. Tahap teologis; adalah tingkat pemikiran manusia bahwa semua benda di dunia
mempunyai jiwa dan itu disebabkan oleh suatu kekuatan yang berada di atas manusia.
2. Tahap metafisis; pada tahap ini manusia menganggap bahwa didalam setiap gejala
terdapat kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada akhirnya akan dapat
diungkapkan. Oleh karena adanya kepercayaan bahwa setiap cita-cita terkait pada suatu
realitas tertentu dan tidak ada usaha untuk menemukan hukum-hukum alam yang
seragam.
3. Tahap positif; adalah tahap dimana manusia mulai berpikir secara ilmiah.
Comte kemudian membedakan antara sosiologi statis dan sosiologi dinamis. Sosiologi
statis memusatkan perhatian pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar adanya masyarakat.
Sosiologi dinamis memusatkan perhatian tentang perkembangan masyarakat dalam arti
pembangunan.

Rintisan Comte tersebut disambut hangat oleh masyarakat luas, tampak dari tampilnya
sejumlah ilmuwan besar di bidang sosiologi. Mereka antara lain Herbert Spencer, Karl Marx,
Emile Durkheim, Ferdinand Tönnies, Georg Simmel, Max Weber, dan Pitirim
Sorokin(semuanya berasal dari Eropa). Masing-masing berjasa besar menyumbangkan beragam
pendekatan mempelajari masyarakat yang amat berguna untuk perkembangan Sosiologi.

 Tokoh-tokoh sosiologi
a. Auguste Marie Francois Xavier Comte (1798-1857)

b. Emile Durkheim (1858-1917)

c. Karl Marx (1818-1883)

d. Herbert Spencer (1820-1903)

e. Max Weber (1864-1920)

f. Selo Soemardjan (1915-2003)

B. Sejarah Perkembangan Sosiologi di barat

Sebagai suatu disiplin ilmu akademis, sosiologi masih berumur relatif muda yaitu kurang
dari 200 tahun. Kata sosiologi pertama kali diciptakan oleh Auguste Comte sehingga Comte
sering disebut sebagai Bapak Sosiologi.

Istilah sosiologi ia tulis dalam karya utamanya yang berjudul The Course of Positive
Philosophy, yang terbit pada tahun 1838. Karyanya menggambarkan sebuah komitmen kuat
terhadap metode ilmiah. Menurut Comte ilmu sosiologi harus berdasarkan pada observasi dan
klasifikasi sistematis, dan bukan pada kekuasaan dan spekulasi. Ketika itu hal ini merupakan
pandangan baru.
Herbert Spencer di Inggris menerbitkan bukunya Principle of Sociology pada tahun
1876 yang berisikan penerapan teori evolusi organik pada masyarakat dan mengembangkan teori
besar tentang “evolusi sosial” yang diterima masyarakat secara luas beberapa puluh tahun yang
akan datang.

Lester F. Ward di Amerika menerbitkan bukunya Dynamic Sociology pada tahun 1883,
yang menghimbau kemajuan sosial melalui berbagai tindakan sosial yang cerdik dan harus
diarahkan oleh para sosiolog.

Emile Durkheim dari Perancis didalam bukunya Rules of Sociological Method yang
terbit pada tahun 1895, menunjukkan pentingnya metodologi ilmiah dalam sosiologi
dan menggambarkan metodologi yang kemudian dilanjutkan penelaahannya dalam bukunya
yang berjudul Suicide yang terbit pada tahun 1897.

Dalam Buku itu memuat tentang penyebab bunuh diri, pada awalnya ia merencanakan
desain risetnya yang kemudian mengumpulkan banyak data tentang karakteristik orang yang
melakukan bunuh diri, dari data tersebut ia menarik suatu kesimpulan berupa teori tentang bunuh
diri. Para sosiolog Amerika kebanyakan berasal dari pedesaan dan kebanyakan berasal dari para
pekerja sosial, sedangkan sosiolog dari Eropa sebagian besar berasal dari bidang-bidang sejarah,
ekonomi politik dan filsafat.

Urbanisasi dan industrialisasi yang terjadi di Amerika pada tahun 1900-an telah
menciptakan masalah-masalah sosial. Hal inilah yang mendorong para sosiolog Amerika untuk
mencari bagaimana solusinya. Mereka melihat sosiologi dapat dijadikan pedoman ilmiah untuk
kemajuan sosial. Sehingga terbit edisi awal American Journal of Sociology isinya sedikit yang
mengandung artikel atau riset ilmiah, namun banyak berisi tentang peringatan dan nasihat akibat
dari urbanisasi dan industrialisasi.

Sebagai salah satu contoh dari suatu artikel yang terbit pada tahun 1903an yang
berjudul The Social Effect of The Eight Hour Day sama sekali tidak mengandung data faktual
atau eksperimental. Akan tetapi lebih berisikan manfaat sosial dari hari kerja yang lebih pendek.
Namun pada tahun 1930-an beberapa jurnal sosiologi yang ada lebih memuat tentang artikel riset
dan deskripsi ilmiah. Sosilogi yang kemudian menjadi suatu pengetahuan ilmiah dengan teori
yang berdasarkan pada obeservasi ilmiah, bukan hanya pada spekulasi-spekulasi.
Para sosiolog tersebut pada dasarnya, mereka adalah ahli filsafat sosial. Mereka
mengajak para sosiolog yang lain agar dapat mengumpulkan, menata, dan mengkelompokkan
data nyata, dan dari kenyataan-kenyataan yang diperoleh itu disusun teori sosial yang baik.

C. Perkembangan Sosiologi di Indonesia

Sejak jaman kerajaan di Indonesia sebenarnya para raja dan pemimpin di Indonesia sudah
mempraktikkan unsur-unsur Sosiologi dalam kebijakannya begitu pula para pujangga Indonesia.
Misalnya saja Ajaran Wulang Reh yang diciptakan oleh Sri PAduka Mangkunegoro dari
Surakarta, mengajarkan tata hubungan antara para anggota masyarakat Jawa yang berasal dari
golongan-golongan yang berbeda, banyak mengandung aspek-aspek Sosiologi, terutama dalam
bidang hubungan antar golongan (intergroup relations).

Ki Hajar Dewantoro, pelopor utama pendidikan nasional di Indonesia, memberikan


sumbangan di bidang sosiologi terutama mengenai konsep-konsep kepemimpinan dan
kekeluargaan di Indonesia yang dengan nyata di praktikkan dalam organisasi pendidikan Taman
Siswa.

Pada masa penjajahan Belanda ada beberapa karya tulis orang berkebangsaan belanda
yang mengambil masyarakat Indonesai sebagai perhatiannya seperti Snouck Hurgronje, C. Van
Vollenhoven, Ter Haar, Duyvendak dll. Dalam karya mereka tampak unsur-unsur Sosiologi di
dalamnya yang dikupas secara ilmiah tetapi kesemuanya hanya dikupas dalam kerangka non
sosiologis dan tidak sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri. Sosiologi pada waktu itu
dianggap sebagai Ilmu pembantu bagi ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Dengan kata lain
Sosiologi ketika itu belum dianggap cukup penting dan cukup dewasa untuk dipelajari dan
dipergunakan sebagai ilmu pengetahuan, terlepas dari ilmu-ilmu pengetahuan lainnya.

Kuliah-kuliah Sosiologi mulai diberikan sebelum Perang Dunia ke dua diselenggarakan


oleh Sekolah Tinggi Hukum (Rechtshogeschool) di Jakarta. Inipun kuliah Sosiologi masih
sebagai pelengkap bagi pelajaran Ilmu Hukum. Sosiologi yang dikuliahkan sebagin besar bersifat
filsafat Sosial dan Teoritis, berdasarkan hasil karya Alfred Vierkandt, Leopold Von Wiese,
Bierens de Haan, Steinmetz dan sebagainya.
Pada tahun 1934/1935 kuliah-kuliah Sosiologi pada sekolah Tinggi Hukum tersebut
malah ditiadakan. Para Guru Besar yang bertaggung jawab menyusun daftar kuliah berpendapat
bahwa pengetahuan dan bentuk susunan masyarakat beserta proses-proses yang terjadi di
dalamnya tidak diperlukan dalam pelajaran hukum.

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, seorang sarjana


Indonesia yaitu Soenario Kolopaking, untuk pertama kalinya memberi kuliah sosiologi (1948)
pada Akademi Ilmu Politik di Yogyakarta (kemudia menjadi Fakultas Sosial dan Ilmu Politik
UGM). Beliau memberikan kuliah dalam bahasa Indonesia ini merupakan suatu yang baru,
karena sebelum perang dunia ke dua semua perguruan tinggi memberikan nya dalam bahasa
Belanda. Pada Akademi Ilmu Politik tersebut, sosiologi juga dikuliahkan sebagai ilmu
pengetahuan dalam Jurusan Pemerintahan dalam Negeri, hubungan luar negeri dan publisistik.
Kemudian pendidkikan mulai di buka dengan memberikan kesempatan kepara para mahasiswa
dan sarjana untuk belajar di luar negeri sejak tahun 1950, mulailah ada beberapa orang Indonesia
yang memperdalam pengetahuan tentang sosiologi.

Buku Sosiologi mulai diterbitkan sejak satu tahun pecahnya revolus fisik. Buku tersebut
berjudul Sosiologi Indonesai oleh Djody Gondokusumo, memuat tentang beberapa pengertian
elementer dari Sosiologi yang teoritis dan bersifat sebagai Filsafat.

Selanjutnya buku karangan Hassan Shadily dengan judul Sosilogi Untuk Masyarakat
Indonesia yang merupakan merupakan buku pelajaran pertama yang berbahasa Indonesia yang
memuat bahan-bahan sosiologi yang modern.

Para pengajar sosiologi teoritis filosofis lebih banyak mempergunakan terjemahan buku-
bukunya P.J. Bouman, yaitu Algemene Maatschapppijleer dan Sociologie, bergrippen en
problemen serta buku Lysen yang berjudul Individu en Maatschapppij.

Buku-buku Sosiologi lainnya adalah Sosiologi Suatu Pengantar Ringkas karya Mayor
Polak, seorang warga Negara Indonesia bekas anggota Pangreh Praja Belanda, yang telah
mendapat pelajaran sosiologi sebelum perang dunia kedua pada universitas Leiden di Belanda.
Beliau juga menulis buku berjudul Pengantar Sosiologi Pengetahuan, Hukum dan politik terbit
pada tahun 1967. Penulis lainnya Selo Soemardjan menulis buku Social Changes in Yogyakarta
pada tahun 1962. Selo Soemardjan bersama Soelaeman Soemardi, menghimpun bagian-bagian
terpenting dari beberapa text book ilmu sosiologi dalam bahasa Inggris yang disertai dengan
pengantar ringkas dalam bahasa Indonesia dirangkum dalam buku Setangkai Bunga Sosiologi
terbit tahun 1964.

Dewasa ini telah ada sejumlah Universitas Negeri yang mempunyai Fakultas Sosial dan
politik atau Fakultas Ilmu Sosial. Sampai saat ini belum ada Universitas yang mngkhususkan
sosiologi dalam suatu fakultas sendiri, namun telah ada Jurusan Sosiologi pada beberapa fakultas
Sosial dan Politik UGM, UI dan UNPAD.

Penelitian-penelitian sosiologi di Indonesai belum mendapat tempat yang sewajarnya,


oleh karena masyarakat masih percaya pada angka-angka yang relative mutlak, sementara
sosiologi tidak akan mungkin melakukan hal-hal yang berlaku mutlak disebkan masing-masing
manusia memiliki kekhususan. Apalagi masyarakat Indonesai merupakan masyarakat majemuk
yang mencakup berates suku.

D. Tokoh Sosiologi di Indonesia

Banyak nama atau orang Indonesia yang menjadi ahli atau sosiolog besar dalam
perkembangan sosiologi di Indonesi. Diantaranya adalah Selo Soemardjan, Pudjiwati Sayogjo,
Mely Giok Tan, Mochtar Naim, Soerjono Soekanto dan Arief Budiman. Berikut ini adalah
biografi singkat dan peran – peran tokoh tersebut dalam perkembangan sosiologi di Indonesia :

1. Selo Soemardjan
Lahir di Yogyakarta pada 23 Mei 1915, Selo Soemardjan dikenal sebagai bapak sosiologi
Indonesia. Latar belakang keilmuan yang dimiliki sebelum studi sosiologi adalah pendidikan
menegah atas untuk birokrat pada masa kolonial yang dikenal dengan nama Mosvia. Selo
Soemardjan kemudian melanjutkan studi sosiologi di Universitas Cornell di Amerika Serikat
dengan beasiswa dari pemerintah Amerika. Kariernya sebagai sosiolog dibangun selama menjadi
pengajar di Universitas Indonesia. Pada 1994 menerima gelar ilmuwan utama sosiologi dari
pemerintah Indonesia.
Pengaruh sosiologi Amerika yang Parsonian pada saat itu, dibawa oleh Selo Soemardjan
ke Indonesia melalui publikasi hasil risetnya berjudul ”Perubahan Sosial di Yogyakarta”.
Perspektif fungsionalisme struktural dalam melihat perubahan sosial mendominasi sosiologi
pada awal masuknya disiplin tersebut ke Indonesia. Selo Soemardjan banyak melakukan studi
tentang perubahan sosial, integrasi sosial, dan sistem pemerintahan di Indonesia. Adopsi teori
fungsionalisme Parsonian dalam analisisnya membantu pemerintah dalam agenda pembangunan.

2. Pudjiwati Sayogjo

Lahir di Kebumen pada 21 Mei 1926, Sayogjo dikenal sebagai ahli sosiologi pedesaan di
Indonesia. Latar belakang pendidikan Sayogjo adalah sarjana pertanian. Sayogjo berkarier
sebagai pakar sosiologi pedesaan dan ekonomi pedesaan di Institut Pertanian Bogor yang dahulu
merupakan fakultas pertanian Universitas Indonesia di Bogor. Penelitian intensif yang dilakukan
di pedesaan di Cibodas menarik perhatiannya untuk mempelajari struktur sosial pedesaan dan
kaitannya dengan perubahan sosial. Sayogjo mengembangkan sosiologi terapan berorientasi
emansipatoris tentang masyarakat pedesaan.

Kontribusi utama Sayogjo pada perkembangan sosiologi Indonesia adalah pengenalan


subdisiplin sosiologi pedesaan di berbagai institusi perguruan tinggi. Sayogjo banyak mengkritik
perubahan sosial yang disebabkan oleh modernisasi di banyak pedesaan Jawa. Menurutnya,
proses modernisasi yang terjadi tidak sejalan dengan agenda pembangunan yang berorientasi
pada peningkatan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat desa. Modernisasi yang terjadi di
pedesaan di Jawa tidak disertai pembangunan kualitas masyarakat desa itu sendiri.

3. Mely Giok Tan

Lahir di Jakarta pada 11 Juni 1930, Mely merupakan salah satu sosiolog Indonesia
generasi awal. Mely juga dikenal sebagai sinolog, ahli masalah Cina. Studi tingkat sarjana
diselesaikan di Fakultas Sastra Universitas Indonesia, kemudian mendapat gelar master di
Universitas Cornell, Amerika Serikat. Gelar doktoral diperolehnya di Universitas California,
Berkeley, Amerika Serikat pada 1968. Mely berkontribusi pada pengembangan ilmu sosial di
Indonesia sebagai sekretaris umum Himpunan Indonesia untuk Pengembangan Ilmu-Ilmu Sosial
pada 1975-1979.

Sebagai ahli masalah Cina, studi yang dialkukannya banyak mengkaji tentang komunitas
Cina di berbagai negara termasuk di Indonesia. Selain persoalan Cina, Mely juga banyak
melakukan kritik pada media yang mendiskreditkan peran perempuan dalam masyarakat dan
melihat perempuan sebagai objek seksual semata. Minat utama pada kajian kelompok minoritas
membawa nama Mely sebagai salah satu tokoh sosiologi Indonesia yang memiliki komitmen
pada cita-cita emansipatoris.

4. Mochtar Naim

Lahir di Jambi pada 25 Desember 1932, dikenal sebagai sosiolog dan antropolog
Indonesia. Selain itu, Mochtar juga merupakan ahli kebudayaan Minangkabau. Pendidikan
tingkat sarjananya dilakukan di Yogyakarta di tiga universitas sekaligus, yakni Universitas
Gadjah Mada, Universitas Islam Indonesia dan PTAIN. Gelar master diperoleh di Universitas
McGill, Kanada dan gelar doktoral diperoleh di Universitas Singapura. Karir akademiknya
dimulai di Universitas Andalas, berlanjut sebagai staf pengajar di Universitas Hasnuddin,
Makassar.

Studi tentang pola migrasi masyarakat Minangkabau melambungkan namanya sebagai


sosiolog dan ahli kebudayaan Minang yang mumpuni. Mochtar meneliti kebiasaan merantau
orang Minang dan menelurkan teori kebudayaan yang diistilahkan dengan ”Minang-kiau”,
kebiasaan merantau orang Minang ke seluruh dunia untuk berdagang. Pola merantau orang
minang dilihatnya mirip dengan pola merantau orang Cina. Mochtar mengkategorisasikan
budaya Minangkabau sebagai budaya yang bercirikan sentrifugal. Mochtar merupakan salah satu
tokoh sosiologi Indonesia yang juga ahli budaya.

5. Soerjono Soekanto

Lahir di Jakarta pada 30 Janiari 1942, Soerjono Soekanto dikenal sebagai ahli sosiologi
hukum. Latar belakang pendidikannya adalah sarjana hukum. Soekanto melanjutkan studi tingkat
master bidang sosiologi di Universitas California, Berkeley, Amerika. Pendidikan doktoralnya
diselesaikan di Fakultas Hukum, Universitas Indonesia. Kariernya sebagai akademisi
berkembang di Univesitas Indonesia dengan gelar guru besar sosiologi hukum yang diperoleh
pada 1983.

Kontribusi Soerjono Soekanto pada perkembangan sosiologi di Indonesia adalah


pengenalan sosiologi hukum sebagai subdisiplin sosiologi. Buku yang ditulisnya berjudul
”Sosiologi Suatu Pengantar” juga menjadi rujukan utama kuliah pengantar sosiologi di banyak
unversitas di Indonesia. Soerjono Soekanto banyak menulis masalah-masalah hukum dengan
pendekatan sosiologis. Sebagai tokoh sosiologi Indonesia, Soerjono Soekanto dikenal sebagai
sosiolog hukum.

6. Arief Budiman

Lahir di Jakarta pada 3 Januari 1941, Arief Budiman merupakan seorang aktivis
demonstran angkatan 66 yang juga kakak kandung Soe Hok Gie. Arief pernah studi di College
d’Europe, Belgia dan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Gelar doktor di bidang sosiologi
diraihnya di Universitas Harvard Amerika Serikat. Kariernya luas, tidak hanya di ranah
akademik tetapi juga aktif di ranah politik, jurnalistik dan seni. Arief mendapat gelar guru besar
bidang sosiologi dari Universitas Melbourne, Australia, tempatnya mengajar.

Arief Budiman mendeskripsikan dirinya sebagai orang kiri yang menolak paradigma
modernisasi dan pembangunanisme. Kontribusinya pada sosiologi adalah gagasan-gagasannya
tentang teori ketergantungan. Studinya tentang pengalaman negara Amerika Latin, Chile yang
beralih dari demokrasi ke sosialisme berisi analisis khas intelektual kiri. Arief Budiman banyak
mengkritik setiap rezim penguasa. Praktik politik dari orde lama sampai rezim pasca reformasi
banyak menjadi sasaran kritiknya yang pedas.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Istilah sosiologi untuk pertama kali diciptakan oleh Auguste Comte dan oleh karenanya
Comte sering disebut sebagai bapak sosiologi. Istilah sosiologi ia tuliskan dalam karya utamanya
yang pertama, berjudul The Course of Positive Philosophy, yang diterbitkan dalam tahun 1838.

Di Indonesia sendiri, sebenarnya para raja dan pemimpin di Indonesia sudah


mempraktikkan unsur-unsur Sosiologi dalam kebijakannya begitu pula para pemuda Indonesia.

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, seorang sarjana


Indonesia yaitu Soenario Kolopaking, untuk pertama kalinya memberi kuliah sosiologi (1948)
pada Akademi Ilmu Politik di Yogyakarta (kemudian menjadi Fakultas Sosial dan Ilmu Politik
UGM). Dewasa ini telah ada sejumlah Universitas Negeri yang mempunyai Fakultas Sosial dan
politik atau Fakultas Ilmu Sosial. Sampai saat ini belum ada Universitas yang mengkhususkan
sosiologi dalam suatu fakultas sendiri, namun telah ada Jurusan Sosiologi pada beberapa fakultas
Sosial dan Politik UGM, UI dan UNPAD dan universitas lainnya

Banyak nama atau orang Indonesia yang menjadi ahli atau sosiolog besar dalam
perkembangan sosiologi di Indonesia. Diantaranya adalah Selo Soemardjan, Pudjiwati Sayogjo,
Mely Giok Tan, Mochtar Naim, Soerjono Soekanto dan Arief Budiman
DAFTAR PUSTAKA

https://media.neliti.com/media/publications/130652-ID-perkembangan-sosiologi-di-
indonesia.pdf

https://www.neliti.com/id/publications/130652/perkembangan-sosiologi-di-indonesia

http://sosiologis.com/tokoh-sosiologi-indonesia

Anda mungkin juga menyukai