Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SOSIOLOGI

“TOKOH DAN TEORI SOSIOLOGI”

DISUSUN OLEH:

MULIA RAHMAWATI A. JUSUF

X-4

MAN 1 KOTA GORONTALO


TA 2022
MENGENAL TOKOH SOSIOLOGI
Teori Sosiologi Klasik

1. Auguste Comte

Sosiologi adalah suatu studi positif tentang hukum-hukum dasar dari berbagai gejala
sosial yang dibedakan menjadi sosiologi statis dan sosiologi dinamis.
Istilah ‘sosiologi’ pertama kali digunakan oleh Auguste Comte pada tahun 1839,
seorang ahli filsafat kebangsaan Prancis. Auguste Comte adalah orang yang pertama kali
menggunakan istilah tersebut sebagai pendukatan khusus untuk mempelajari masyarakat.
Selain itu, dia juga memberi sumbangan yang begitu penting terhadap sosiologi. Oleh karena
itu para ahli sepakat untuk menyebutnya sebagai ‘Bapak Sosiologi’. Mengapa? Memang
harus diakui bahwa Auguste Comte sangat berjasa terhadap ilmu sosiologi.
Auguste Comte seorang perancis, merupakan bapak sosiologi yang pertama memberi nama
pada ilmu  tersebut (yaitu dari kata socius dan logos). Walaupun dia tidak menguraikan
secara rinci masalah-masalah apa yang menjadi objek sosiologi, tetapi dia mempunyai
anggapan bahwa sosiologi terdiri dari dua bagian pokok, yaitu social statistics dan social
dynamics. Konsepsi tersebut merupakan pembagian dari isi sosiologi yang sifatnya pokok
sekali. Sebagai social statistics, sosiologi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari
hubungan timbal balik antara lembaga-lembaga kemasyarakatan. Sedangkan social dynamics
meneropong bagaimana lembaga-lembaga tersebut berkembang dan mengalami
perkembangan sepanjang masa. Perkembangan tersebut pada hakikatnya melewati tiga tahap,
sesuai tahap-tahap pemikiran manusia yaitu:
a. Tahap teologis, ialah tingkat pemikiran manusia bahwa semua benda didunia ini
mempunyai jiwa dan itu disebabkan oleh sesuatu kekuatan yang berada di atas
manusia. Cara pemikiran tersebut tidak dapat dipakai dalam ilmu pengetahuan,
karena ilmu pengetahuan bertujuan untuk mencari sebab serta akibat dari gejala-
gejala.
b. Tahap metafisis, pada tahap ini manusia masih percaya bahwa gejala-gejala didunia
ini disebabkan oleh kekuatan-kekuatan yang berada di atas manusia. Manusia belum
berusaha untuk mencari sebab dan akibat gejala-gejala tersebut.
c. Tahap positif, merupakan tahap dimana manusia telah sanggup untuk berfikir secara
ilmiyah. Pada tahap ini berkembanglah ilmu pengetahuan.
Menurut Comte, masyarakat harus diteliti atas dasar fakta-fakta objektif dan dia juga
menekankan pentingnya penelitian-penelitian perbandingan antara pelbagai masyarakat yang
berlainan.
            Hasil karya Auguste Comte yang terutama yaitu:
                - The scientific labors necessary for the reorganization of society (1822)
                - The positive  philosophy (6 jilid 1830-1840)
                - Subjective synthesis (1820-1903)

2. Herbert Spencer

Sosiologi adalah Ilmu yang menyelidiki tentang susunan-susunan dan proses


kehidupan social sebagai suatu keseluruhan / suatu sistem.
Herbert Spencer (lahir di Derby, 27 April 1820 – meninggal di Brighton, 8 Desember
1903 pada umur 83 tahun) adalah seorang filsuf Inggris dan seorang pemikir teori liberal
klasik terkemuka. Meskipun kebanyakan karya yang ditulisnya berisi tentang teori politik dan
menekankan pada "keuntungan akan kemurahan hati", dia lebih dikenal sebagai bapak
Darwinisme sosial. Spencer seringkali menganalisis masyarakat sebagai sistem evolusi, ia
juga menjelaskan definisi tentang "hukum rimba" dalam ilmu sosial.

Menurutnya, objek sosiologi yang pokok adalah keluarga, politik, agama,


pengendalian sosial dan industri. Termasuk pula asosiasi, masyarakat setempat, pembagian
kerja, pelapisan sosial, sosiologi pengetahuan dan ilmu pengetahuan, serta penelitian terhadap
kesenian dan keindahan. Pada tahun 1879 ia mengetengahkan sebuah teori tentang Evolusi
Sosial yang hingga kini masih dianut walaupun di sana sini ada perubahan. Ia juga
menerapkan secara analog (kesamaan fungsi) dengan teori evolusi karya Charles Darwin
(yang mengatakan bahwa manusia berasal dari kera) terhadap masyarakat manusia. Ia yakin
bahwa masyarakat mengalami evolusi dari masyarakat primitif ke masyarakat industri.
Herbert Spencer memperkenalkan pendekatan analogi organik, yang memahami masyarakat
seperti tubuh manusia, sebagai suatu organisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang
tergantung satu sama lain.

3. Emile Durkheim

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari fakta sosial. Fakta sosial adalah cara
bertindak, berpikir, dan mampu melakukan pemaksaan dari luar terhadap individu.
David Émile Durkheim (lahir 15 April 1858 – meninggal 15 November 1917 pada
umur 59 tahun) dikenal sebagai salah satu pencetus sosiologi modern. Ia mendirikan fakultas
sosiologi pertama di sebuah universitas Eropa pada 1895, dan menerbitkan salah satu jurnal
pertama yang diabdikan kepada ilmu sosial, L'Année Sociologique pada 1896.
Durkheim dilahirkan di Épinal, Prancis, yang terletak di Lorraine. Ia berasal dari
keluarga Yahudi Prancis yang saleh - ayah dan kakeknya adalah Rabi. Hidup Durkheim
sendiri sama sekali sekular. Malah kebanyakan dari karyanya dimaksudkan untuk
membuktikan bahwa fenomena keagamaan berasal dari faktor-faktor sosial dan bukan ilahi.
Namun demikian, latar belakang Yahudinya membentuk sosiologinya - banyak mahasiswa
dan rekan kerjanya adalah sesama Yahudi, dan seringkali masih berhubungan darah
dengannya.
Durkheim adalah mahasiswa yang cepat matang. Ia masuk ke École Normale
Supérieure pada 1879. Angkatannya adalah salah satu yang paling cemerlang pada abad ke-
19 dan banyak teman sekelasnya, seperti Jean Jaurès dan Henri Bergson kemudian menjadi
tokoh besar dalam kehidupan intelektual Prancis. Di ENS Durkheim belajar di bawah Fustel
de Coulanges, seorang pakar ilmu klasik, yang berpandangan ilmiah sosial. Pada saat yang
sama, ia membaca karya-karya Auguste Comte dan Herbert Spencer. Jadi, Durkheim tertarik
dengan pendekatan ilmiah terhadap masyarakat sejak awal kariernya. Ini adalah konflik
pertama dari banyak konflik lainnya dengan sistem akademik Prancis, yang tidak mempunyai
kurikulum ilmu sosial pada saat itu. Durkheim merasa ilmu-ilmu kemanusiaan tidak menarik.
Ia lulus dengan peringkat kedua terakhir dalam angkatannya ketika ia menempuh ujian
agrégation – syarat untuk posisi mengajar dalam pengajaran umum – dalam ilmu filsafat pada
1882. Minat Durkheim dalam fenomena sosial juga didorong oleh politik. Kekalahan Prancis
dalam Perang Prancis-Prusia telah memberikan pukulan terhadap pemerintahan republikan
yang sekular. Banyak orang menganggap pendekatan Katolik, dan sangat nasionalistik
sebagai jalan satu-satunya untuk menghidupkan kembali kekuasaan Prancis yang memudar di
daratan Eropa. Durkheim, seorang Yahudi dan sosialis, berada dalam posisi minoritas secara
politik, suatu situasi yang membakarnya secara politik. Peristiwa Dreyfus pada 1894 hanya
memperkuat sikapnya sebagai seorang aktivis. Seseorang yang berpandangan seperti
Durkheim tidak mungkin memperoleh pengangkatan akademik yang penting di Paris, dan
karena itu setelah belajar sosiologi selama setahun di Jerman, ia pergi ke Bordeaux pada
1887, yang saat itu baru saja membuka pusat pendidikan guru yang pertama di Prancis. Di
sana ia mengajar pedagogi dan ilmu-ilmu sosial (suatu posisi baru di Prancis). Dari posisi ini
Durkheim memperbarui sistem sekolah Prancis dan memperkenalkan studi ilmu-ilmu sosial
dalam kurikulumnya. Kembali, kecenderungannya untuk mereduksi moralitas dan agama ke
dalam fakta sosial semata-mata membuat ia banyak dikritik.

Tahun 1890-an adalah masa kreatif Durkheim. Pada 1893 ia menerbitkan “Pembagian
Kerja dalam Masyarakat”, pernyataan dasariahnya tentang hakikat masyarakat manusia dan
perkembangannya. Pada 1895 ia menerbitkan “Aturan-aturan Metode Sosiologis”, sebuah
manifesto yang menyatakan apakah sosiologi itu dan bagaimana ia harus dilakukan. Ia pun
mendirikan Jurusan Sosiologi pertama di Eropa di Universitas Bourdeaux. Pada 1896 ia
menerbitkan jurnal L'Année Sociologique untuk menerbitkan dan mempublikasikan tulisan-
tulisan dari kelompok yang kian bertambah dari mahasiswa dan rekan (ini adalah sebutan
yang digunakan untuk kelompok mahasiswa yang mengembangkan program sosiologinya).
Dan akhirnya, pada 1897, ia menerbitkan “Bunuh Diri”, sebuah studi kasus yang memberikan
contoh tentang bagaimana bentuk sebuah monograf sosiologi. Pada 1902 Durkheim akhirnya
mencapai tujuannya untuk memperoleh kedudukan terhormat di Paris ketika ia menjadi
profesor di Sorbonne. Karena universitas-universitas Prancis secara teknis adalah lembaga-
lembaga untuk mendidik guru-guru untuk sekolah menengah, posisi ini memberikan
Durkheim pengaruh yang cukup besar – kuliah-kuliahnya wajib diambil oleh seluruh
mahasiswa. Apapun pendapat orang, pada masa setelah Peristiwa Dreyfus, untuk
mendapatkan pengangkatan politik, Durkheim memperkuat kekuasaan kelembagaannya pada
1912 ketika ia secara permanen diberikan kursi dan mengubah namanya menjadi kursi
pendidikan dan sosiologi. Pada tahun itu pula ia menerbitkan karya besarnya yang terakhir
“Bentuk-bentuk Elementer dari Kehidupan Keagamaan”.

4. Maximilian Weber

Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan sosial. Tindakan


sosial adalah tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan dan berorientasi pada
perilaku orang lain.

Maximilian Weber (lahir di Erfurt, Jerman, 21 April 1864 – meninggal di München,


Jerman, 14 Juni 1920 pada umur 56 tahun) adalah seorang ahli ekonomi politik dan sosiolog
dari Jerman yang dianggap sebagai salah satu pendiri ilmu sosiologi dan administrasi negara
modern.

Karya utamanya berhubungan dengan rasionalisasi dalam sosiologi agama dan pemerintahan,
meski ia sering pula menulis di bidang ekonomi. Karyanya yang paling populer adalah esai
yang berjudul Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme, yang mengawali penelitiannya
tentang sosiologi agama. Weber berpendapat bahwa agama adalah salah satu alasan utama
bagi perkembangan yang berbeda antara budaya Barat dan Timur. Dalam karyanya yang
terkenal lainnya, Politik sebagai Panggilan, Weber mendefinisikan negara sebagai sebuah
lembaga yang memiliki monopoli dalam penggunaan kekuatan fisik secara sah, sebuah
definisi yang menjadi penting dalam studi tentang ilmu politik Barat modern.n. Sosiologi
agama

Karya Weber dalam sosiologi agama bermula dari esai Etika Protestan dan Semangat
Kapitalisme dan berlanjut dengan analisis Agama Tiongkok: Konfusianisme dan Taoisme,
Agama India: Sosiologi Hindu dan Buddha, dan Yudaisme Kuno. Karyanya tentang agama-
agama lain terhenti oleh kematiannya yang mendadak pada 1920, hingga ia tidak dapat
melanjutkan penelitiannya tentang Yudaisme Kuno dengan penelitian-penelitian tentang
Mazmur, Kitab Yakub, Yahudi Talmudi, Kekristenan awal dan Islam.

Tiga tema utamanya adalah efek pemikiran agama dalam kegiatan ekonomi,
hubungan antara stratifikasi sosial dan pemikiran agama, dan pembedaan karakteristik
budaya Barat. Tujuannya adalah untuk menemukan alasan-alasan mengapa budaya Barat dan
Timur berkembang mengikuti jalur yang berbeda. Dalam analisis terhadap temuannya, Weber
berpendapat bahwa pemikiran agama Puritan (dan lebih luas lagi, Kristen) memiliki dampak
besar dalam perkembangan sistem ekonomi Eropa dan Amerika Serikat, tapi juga mencatat
bahwa hal-hal tersebut bukan satu-satunya faktor dalam perkembangan tersebut. Faktor-
faktor penting lain yang dicatat oleh Weber termasuk rasionalisme terhadap upaya ilmiah,
menggabungkan pengamatan dengan matematika, ilmu tentang pembelajaran dan
yurisprudensi, sistematisasi terhadap administrasi pemerintahan dan usaha ekonomi. Pada
akhirnya, studi tentang sosiologi agama, menurut Weber, semata-mata hanyalah meneliti
meneliti satu fase emansipasi dari magi, yakni "pembebasan dunia dari pesona"
("disenchanment of the world") yang dianggapnya sebagai aspek pembeda yang penting dari
budaya Barat.
Empat tipe tindakan dasar yang ia sebut dengan; traditional action, affectual action,
instrumental rational, dan value rational action. Perihal tersebut terkait erat dengan
kajiannya mengenai dimensi rasionalitas. Menurut Weber, tindakan rasional merupakan suatu
tindakan atau pertimbangan yang dilakukan secara sadar dan terpilih. Beberapa tindakan
rasional yang dimaksud adalah:

Pertama, traditional action ‘tindakan tradisional’, adalah tindakan yang diulang


secara teratur, menjadi kebiasaan, tidak menjadi persoalan kebenaran dan keberadaannya.
Tindakan semacam ini adalah tindakan warisan yang diturunkan dari generasi yang lalu atau
berlaku secara turun-temurun. Tindakan tradisional tidak menghasilkan suatu masalah besar
bagi pelakunya. Sebuah gambaran dari tindakan orang Jawa, “Saya melakukan ini, karena
Nenek saya mengajarkan demikian”. Hal ini bisa dimisalkan dengan kebiasaan orang Jawa
yang selalu mendahulukan mereka yang tua ketimbang yang muda—penghormatan. Selain
itu, dalam tradisi berkomunikasi ala Jawa, seseorang yang lebih muda diharuskan
menggunakan bahasa yang sopan sebagai simbol penghormatan dan penghargaan atas mereka
yang lebih tua.

Kedua, affectual action ‘tindakan afeksi’, tindakan ini didasarkan pada sentiment atau
emosi yang dimiliki seseorang. Tergambar dari beberapa tindakan seperti gembira, marah
atau takut. Hal ini akan mempengaruhi tindakan atau respon orang dalam melakukan suatu
tindakan. Contoh dalam kehidupan sehari-hari dapat dimisalkan dengan orang yang tengah
jatuh cinta akan merasa nyaman jika sang kekasih disampingnya. Tetapi, hal ini akan berubah
berbeda bilamana sedang terjadi gejolak diantara mereka atau bertengkar dengan
pasangannya.

Ketiga, instrumentally rational action, tindakan yang pada dasarnya dilakukan


mengingat eksisnya kepentingan maupun tujuan tertentu. Dengan kata lain, tindakan yang
dilakukan oleh seseorang didasarkan pada pertimbangan dan pilihan yang secara sadar dipilih
untuk mencapai sebuah tujuan. “Jalan pintas dianggap pantas”, mungkin sudah cukup
mencerminkan kebiasaan orang Indonesia dalam bertindak. Mereka beranggapan bahwa
tindakan yang dilakukan adalah tindakan efisien dan efektif  untuk mencapai tujuan. “Inilah
cara terbaik untuk mencapainya, dan inilah jalur paling aman untuk mencapainya”. Begitu
pula dengan kebiasaan orang-orang untuk mencapai tujuan dalam bekerja maupun aktivitas
lainnya.
Keempat, value rational action ‘tindakan rasionalitas nilai’. Tindakan semacam ini
terkait dengan komitmen yang dilakukan dengan penuh kesadaran berikut tak lepas dari nilai-
nilai agama, hukum, juga berbagai bentuk niai lainnya. Misal, Pembelaan Marx terhadap
kaum buruh yang ditindas oleh kaum pemilik modal (baca: kapitalis/borjuis). Secara tidak
langsung, tindakan yang dilakukan Marx adalah demi mewujudkan nilai-nilai keadilan sosial.
Contoh lain, hal yang biasa dilakukan orang muslim dalam menjalankan ibadahnya. Seorang
muslim menganggap bahwa sholat adalah hal yang harus dilakukan, jika dengan sengaja
meninggalkannya, maka akan memperoleh dosa.
Perhatikan tabel sebagai berikut,

Tipe - tipe Tindakan Contoh


Traditional Action (Tindakan Tradisional) “Saya melakukan ini, karena pendahulu
saya selalu melakukannya.”
Affectual Action (Tindakan Afeksi) “Yang saya tahu hanya melakukan hal
ini.”
Instrumentally Rational Action (Tindakan “Tindakan ini adalah cara paling efektif
Instrumental) dan efisien guna mencapai tujuan.”
Value Rational Action (Tindakan Rasionalitas “Tindakan ini adalah tindakan yang
Nilai) paling tepat saya lakukan.”

Dari keempat bentuk tindakan di atas, pada dasarnya Weber mengetahui bahwa
faktual tindakan terdiri dari percampuran atau kombinasi antara tindakan yang dilakukan oleh
actor. Berpijak melalui hal ini, Weber telah mewariskan pemahamannya mengenai tindakan
sosial. Ada penekanan khusus yang ia lakukan dalam menanggapi fenomena sosial, yakni
lebih mengutamakan rational dari pada suatu tindakan yang dilakukan atas dasar tradisi atau
perasaan belaka.

5. Ibnu khaldun
Ibnu Khaldun mengemukakan pemikiran baru yang menyatakan bahwa sistem sosial manusia
dapat berubah seiring dengan kemampuan pola berpikir mereka, keadaan muka bumi di
sekitar mereka, pengaruh iklim, makanan, emosi serta jiwa manusia itu sendiri.
Beliau juga berpendapat bahwa pola pemikiran masyarakat berkembang secara bertahap yang
dimulai dari tahap primitif, pemilikan, peradaban, kemakmuran dan kemunduran
(keterpurukan). Pemikiran Ibnu Khaldun dikagumi oleh tokoh sejarah keturunan Yahudi,
Prof. Emeritus, Dr. Bernerd Lewis yang mengukuhkan tokoh ilmuwan itu sebagai ahli sejarah
arab yang hebat pada abad pertengahan.
Felo Amat Utama Akademik Institut Antarbangsa Pemikiran dan Ketamadunan (ISTAC),
University Islam Antarbangsa Malaysia (UIAM), Muhammad Uthman El-Muhammady juga
melihat pendekatan (pemikiran) Ibnu Khaldun secara mendunia.
Karya Ibnu Khaldun yang menakjubkan (Mukaddimah) membuat beliau mendapat gelar
Prolegomena atau pengenalan pada berbagai ilmu perkembangan kehidupan manusia di
kalangan ilmuwan barat. Dari situ, Ibnu Khaldun mengutarakan pandangannya untuk
memperbaiki kesalahan dalam kehidupan, menjadikan karya beliau seperti ensiklopedia yang
mengisahkan berbagai perkara dalam kehidupan sosial manusia.
Kajian yang dilakukan Ibnu Khaldun tidak hanya mencakup kisah kehidupan masyarakat saat
itu, tetapi juga merangkum sejarah umat terdahulu. Selain sebagai ilmuwan dalam bidang
ilmu sosial, Ibnu Khaldun mampu menjalankan tugas dengan baik saat dilantik sebagai kadi
(wali agama) ketika menetap di Mesir. Kebijaksanaan beliau mendorong Sultan Burquq yaitu
Sultan Mesir pada waktu itu, memberi gelar Waliuddin kepada Ibnu Khaldun.
Ibnu Khaldun juga memajukan konsep ekonomi, perdagangan, kebebasan, beliau terkenal
karena hasil kerjanya dalam bidang sosiologi, astronomi, numerologi, kimia serta sejarah.
Beliau berpendapat bahwa tugas kerajaan hanya mempertahankan rakyatnya dari kejahatan,
melindungi harta rakyat, memberantas penipuan dalam perdagangan dan mengurus
pemasukan kas negara (upeti/ pajak).
Pemerintah juga melaksanakan kepemimpinan politik yang bijaksana dengan keterpaduan
sosial dan kekuasaan tanpa adanya paksaan.
Dari segi ekonomi, Ibnu Khaldun memajukan teori nilai dan keterkaitan hubungan dengan
tenaga kerja, mengenalkan pembagian kerja, membantu pemasaran terbuka,menyadari kesan
dinamik permintaan dan modal penjualan serta keuntungan.
Wacana atau pemikiran Ibnu Khaldun juga diterapkan dalam kehidupan masyarakaat modern
yang ingin mengimbangi pembangunan fisik dan spiritual. Secara teori,ilmu itu dikaitkan
dengan persoalan manusia dalam masyarakat dan para ahli sosiologi berharap ilmu itu dapat
menjalin keterpaduan serta membentuk pembenahan krisis moral yang dihadapi masyarakat
saat ini.
Walaupun istilah sosiologi ditemukan oleh tokoh sosiologi kelahiran Perancis abad ke 19
yaitu Auguste Comte, tetapi kajian mengenai kehidupan sosial manusia sudah diurai oleh
Ibnu Khaldun dalam kitabnya Mukaddimah, 500 tahun lebih awal, pada usianya 36 tahun.

Karya-karya Ibnu Khaldun :


Sebagai sejarawan dan filsuf, ia memusatkan perhatiannya pada kegiatan menulis dan
mengajar. Saat itulah karya besar lahir dari tangannya, yaitu :
1. Sebuah kitab Al-Ibrar wa Diwan Al-Mubtada’ wa Al-Khabar fi Ayyamal Al-‘Arab wa Al-
Ajam wa al-Barbar atau yang sering disebut Al-Ibrar (Sejarah Umum), terbitan Kairo tahun
1284. Kitab ini terdiri atas 7 jilid yang berisi tentang kajian sejarah yang didahului oleh
Muqaddimah (jilid I), yang berisi tentang pembahasan masalah-masalah sosial manusia.
2. Muqaddimah (yang sebenarnya merupakan pembuka kitab Al-Ibrar) popularitasnya
melebihi kitab itu sendiri. Muqaddimah membuka jalan menuju pembahasan ilmu-ilmu
sosial. Menurut pendapatnya, politik tidak bisa dipisahkan dari kebudayaan, dan masyarakat
dibedakan atas masyarakat desa (hadarah) dan kota (badawah). Oleh karena itu Ibnu Khaldun
dianggap sebagai peletak dasar ilmu-ilmu sosial dan politik Islam.
3. Sejumlah kitab yang bernilai tinggi diantaranya At-Ta’rif bi Ibn Khaldun (autobiografi,
catatan dan kitab sejarahnya) dan kitab teologi yaitu Lubabal Al-Muhassal Afkar Usul Ad-
Din (ringkasan dari kitab Muhassal Afkar Al-Muttaqaddimin wa Al-Muta’akhirin karya
Imam Fakhrudi Ar-Razi dan memuat pendapatnya tentang masalah teologi).

Teori Sosiologi Modern


6. Jürgen Habermas
Jurgen Habermas merupakan tokoh terakhir dari Mazhab Frankfurt dan juga yang
masih hidup sampai sekarang. Ketika Mazhab Frankfurt secara resmi sudah tidak ada lagi dan
teori yang ditawarkan kepada masyarakat berakhir dengan sikap yang pesimis. Namun,
Jurgen Habermas telah menghidupkan kembali Mazhab Frankfurt dan melanjutkan kembali
teori kritis yang menjadi proyek dari para pendahulunya (Max Horkheimer,Theodor Adorno,
dan Herbert Marcuse). Bukan hanya teori krits yang dilanjutkan oleh Jurgen Habermas, ada
banyak hal yang diberikan oleh Jurgen Habermas dalam dunia filsafat dewasa ini.

Teori Kritis

Menurut Jurgen Habermas, teori kritis bukanlah teori ilmiah, yang biasa dikenal
dikalangan publik akademis dalam masyarakat kita. Jurgen Habermas menggambarkan Teori
kritis sebagai suatu metodologi yang berdiri di dalam ketegangan dialektis antara filsafat dan
ilmu pengetahuan (sosiologi). Teori Kritis tidak hanya berhenti pada fakta-fakta objektif,
yang umumnya dianut oleh aliran positivistik. Teori krtis berusaha menembus realitas sosial
sebagai fakta sosiologis, untuk menemukan kondisi yang bersifat trasendental yang
melampaui data empiris. Dapat dikatakan, Teori kritis merupakan kritik ideologi. Teori kitis
ini dilahirkan oleh Mazhab Frankfurt memiliki maksud membuka seluruh selubung ideologis
dan irasionalisme yang telah melenyapkan kebebasan dan kejernihan berpikir manusia
modern. Akan tetapi, semua itu konsep Teori Kritis yang ditawarkan oleh para pendahulu
Jurgen Habermas (Max Horkheimer, Theodor Adorno, dan Herbert Marcuse) mengalami
sebuah kemacetan atau berakhir dengan kepesimisan. Akan tetapi, teori ini tidak berakhir
begitu saja, Jurgen Habermas sebagai penerus Mazhab Frankfurt akan membangkitkan
kembali teori tersebut dengan sebuah paradigma baru.

Ruang Publik

Bagi Habermas, ruang publik memiliki peran yang cukup berarti dalam proses
berdemokrasi. Ruang publik merupakan ruang demokratis atau wahana diskursus masyarakat,
yang mana warga negara dapat menyatakan opini-opini, kepentingan-kepentingan dan
kebutuhan-kebutuhan mereka secara diskursif. Ruang publik merupakan syarat penting dalam
demokrasi. Ruang publik adalah tempat warga berkomunikasi mengenai kegelisahan-
kegelisahan politis warga. Selain itu, ruang publik merupakan wadah yang mana warganegara
dengan bebas dapat menyatakan sikap dan argumen mereka terhadap negara atau pemerintah.
Ruang publik bukan hanya sekadar fisik, maksudnya sebuah institusi atau organisasi yang
legal, melainkan adalah komunikasi warga itu sendiri. Ruang publik harus bersifat bebas,
terbuka, transparan dan tidak ada intervensi pemerintah atau otonom di dalamnya. Ruang
publik itu harus mudah diakses semua orang. Dari ruang publik ini dapat terhimpun kekuatan
solidaritas masyarakat warga untuk melawan mesin-mesin pasar/kapitalis dan mesin-mesin
politik.

Habermas membagi-bagi ruang publik, tempat para aktor-aktor masyarakat warga


membangun ruang publik, Pluralitas (keluaraga, kelompok-kelompok informal, organisasi-
organisasi sukarela, dst), publisitas (media massa, institusi-institusi kultural, dst), keprivatan
(wilayah perkembangan individu dan moral), legalitas (struktur-struktur hukum umum dan
hak-hak dasar). Jadi dapat kita tarik kesimpulan bahwa ruang publik bukan hanya ada satu,
tetapi ada banyak ruang publik di tengah-tengah masyrakat warga. Kita tidak dapat
membatasi ruang publik, ruang publik ada di mana saja. Di mana ada masyarakat yang duduk
berkumpul bersama dan berdiskusi tentang tema-tema yang relevan, maka disitu hadir ruang
publik. Selain itu, ruang publik tidak terikat dengan kepentingan-kepentingan pasar maupun
politik. Oleh karena itu, ruang publik tidak terbatas.

7.Burrhus Frederic Skinner

Burrhus Frederic Skinner lahir 20 Maret 1904, di kota kecil Pennsylvania Susquehanna.
Ayahnya adalah seorang pengacara, dan ibunya yang kuat dan cerdas ibu rumah tangga.
Asuhan-Nya telah tua dan bekerja keras.
Seperti halnya kelompok penganut psikologi modern, Skinner mengadakan pendekatan
behavioristik untuk menerangkan tingkah laku. Pada tahun 1938, Skinner menerbitkan
bukunya yang berjudul The Behavior of Organism. Dalam perkembangan psikologi belajar,
ia mengemukakan teori operant conditioning. Buku itu menjadi inspirasi diadakannya
konferensi tahunan yang dimulai tahun 1946 dalam masalah “The Experimental an Analysis
of Behavior”. Hasil konferensi dimuat dalam jurnal berjudul Journal of the Experimental
Behaviors yang disponsori oleh Asosiasi Psikologi di Amerika (Sahakian,1970)

B.F. Skinner berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan
model instruksi langsung dan meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant
conditioning. Di mana seorang dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian
reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan relatif besar. Dalam beberapa hal,
pelaksanaannya jauh lebih fleksibel daripada conditioning klasik.

Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para
tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebih
komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui
interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku,
tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya.

Menurut Skinner, hampir semua perilaku manusia diidentifikasi jatuh ke dalam dua kategori
yaitu perilaku responden dan perilaku operan. Perilaku responden adalah perilaku tanpa
sengaja (refleks) dan hasil dari rangsangan lingkungan khusus. Agar perilaku responden
terjadi, pertama perlu bahwa stimulus diterapkan pada organisme. Stimulus dari binatang
kecil yang mengganggu terhadap mata Anda akan menyebabkan anda berkedip, suatu
peristiwa memalukan dapat menyebabkan anda bermuka merah, dan flash cahaya terang akan
mengakibatkan anda berkedip mata. Itu beberapa perilaku kita adalah perilaku responden.

Sebagian besar perilaku kita adalah perilaku operan, yang tidak otomatis, dapat diprediksi,
atau terkait dalam setiap cara yang dikenal dengan mudah diidentifikasi olehrangsangan .
Skinner percaya bahwa perilaku tertentu hanya terjadi, dan bahkan jika disebabkan oleh
tertentu (tapi sulit untuk mengidentifikasi) rangsangan, rangsangan ini adalah tidak penting
untuk mempelajari perilaku.
Kata "operan" menjelaskan seluruh sikap perilaku yang beroperasi pada lingkungan untuk
menghasilkan peristiwa atau tanggapan dalam lingkungan. Jika kejadian atau tanggapan yang
memuaskan, kemungkinan bahwa perilaku operant akan diulang biasanya meningkat.

8. George Herbert Mead

Teori Interaksi Simbolik Mead

Pemikiran-pemikiran Geroge Herbert Mead mula-mula dipengaruhi oleh teori evolusi


Darwin yang menyatakan bahwa organisme terus-menerus terlibat dalam usaha
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. George Herbert Mead berpendapat

bahwa manusia merupakan makhluk yang paling rasional dan memiliki kesadaran akan
dirinya. Di samping itu, George Herbert Mead juga menerima pandangan Darwin yang
menyatakan bahwa dorongan biologis memberikan motivasi bagi perilaku atau tindakan
manusia, dan dorongan-dorongan tersebut mempunyai sifat sosial. Di samping itu, George
Herbert Mead juga sependapat dengan Darwin yang menyatakan bahwa komunikasi adalah
merupakan ekspresi dari perasaan George Herbert Mead juga dipengaruhi oleh idealisme
Hegel dan John Dewey. Gerakan adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang
dalam hubungannya dengan pihak lain. Sehubungan dengan ini, George Herbert Mead
berpendapat bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk menanggapi diri sendiri secara
sadar, dan kemampuan tersebut memerlukan daya pikir tertentu, khususnya daya pikir
reflektif. Namun, ada kalanya terjadi tindakan manusia dalam interaksi sosial munculnya
reaksi secara spontan dan seolah-olah tidak melalui pemikiran dan hal ini biasa terjadi pada
binatang.
Bahasa atau komunikasi melalui simbol-simbol adalah merupakan isyarat yang
mempunyai arti khusus yang muncul terhadap individu lain yang memiliki ide yang sama
dengan isyarat-isyarat dan simbol-simbol akan terjadi pemikiran (mind).

Manusia mampu membayangkan dirinya secara sadar tindakannya dari kacamata orang
lain; hal ini menyebabkan manusia dapat membentuk perilakunya secara sengaja dengan
maksud menghadirkan respon tertentu dari pihak lain.

Tertib masyarakat didasarkan pada komunikasi dan ini terjadi dengan menggunakan
simbol-simbol. Proses komunikasi itu mempunyai implikasi pada suatu proses pengambilan
peran (role taking). Komunikasi dengan dirinya sendiri merupakan suatu bentuk pemikiran
(mind), yang pada hakikatnya merupakan kemampuan khas manusia.

Konsep diri menurut George Herbert Mead, pada dasarnya terdiri dari jawaban individu
atas pertanyaan "Siapa Aku". Konsep diri terdiri dari kesadaran individu mengenai
keterlibatannya yang khusus dalam seperangkat hubungan sosial yang sedang berlangsung.
Kesadaran diri merupakan hasil dari suatu proses reflektif yang tidak kelihatan, dan individu
itu melihat tindakan-tindakan pribadi atau yang bersifat potensial dari titik pandang orang
lain dengan siapa individu ini berhubungan. Pendapat Goerge Herbert Mead tentang pikiran,
menyatakan bahwa pikiran mempunyai corak sosial, percakapan dalam batin adalah
percakapan antara "aku" dengan "yang lain" di dalam aku. Untuk itu, dalam pikiran saya
memberi tanggapan kepada diri saya atas cara mereka akan memberi tanggapan kepada saya.

"Kedirian" (diri) diartikan sebagai suatu konsepsi individu terhadap dirinya sendiri dan
konsepsi orang lain terhadap dirinya Konsep tentang "diri" dinyatakan bahwa individu adalah
subjek yang berperilaku dengan demikian maka dalam "diri" itu tidaklah semata-mata pada
anggapan orang secara pasif mengenai reaksi-reaksi dan definisi-definisi orang lain saja.
Menurut pendapatnya diri sebagai subjek yang bertindak ditunjukkan dengan konsep "I" dan
diri sebagai objek ditunjuk dengan konsep "me" dan Mead telah menyadari determinisme
soal ini. Ia bermaksud menetralisasi suatu keberatsebelahan dengan membedakan di dalam
"diri" antara dua unsur konstitutifis yang satu disebut "me" atau "daku" yang lain "I" atau
"aku". Me adalah unsur sosial yang mencakup generalized other. Teori George Herbert Mead
tentang konsep diri yang terbentuk dari dua unsur, yaitu "I" (aku) dan "me" (daku) itu sangat
rumit dan sulit untuk di pahami.
9.Charles Horton Cooley

C. H Cooley lahir di Michigan, Amerika Serikat, dia adalah anak seorang ahli hukum
terkenal yaitu Thomas M. Cooley. Pada mulanya dia belajar teknik mesin elektro, kemudian
dia juga belajar ekonomi. Setelah lulus akademis dia bekerja di pemerintahan seperti di
departemen komisi pengawas, kemudian juga di kantor sensus. Pada tahun 1892 dia menjadi
dosen ilmu ekonomi, politik, serta sosiologi di universitas Michigan. Pemikiran Cooley
banyak dipengaruhi oleh George Herbert Mead dan Sigmund Frued.

Cooley tergolong dalam sosiolog interaksionisme simbolik klasik. Cooley memberiikan


sumbangan kepada sosiologi tentang sosialisasi, dan interaksi. Menurut Cooley, diri (self)
seseorang berkembang melalui interaksi dengan orang lain lewat analogi diri yang melihat
cermin (looking glass self), yaitu diri seseorang memantulkan apa yang dirasakannya sebagai
tanggapan masyarakat terhadapnya. Cooley juga memperkenalkan konsep primary group,
yaitu kelompok yang ditandai oleh pergaulan dan kerja sama tatap muka yang intim.

Anda mungkin juga menyukai