Anda di halaman 1dari 7

Sejarah Sosiologi

Sosiologi didirikan oleh orang Yunani kuno. Sosiologi awalnya dikombinasikan dengan filsafat
sosial. Terpisah, karena kemudian diskusi masyarakat berkisar pada isu-isu yang menarik perhatian
publik, seperti perang, konflik sosial. Dalam buku Sociology: Society Diving in Society (2007), filsuf
Prancis abad ke-19 Auguste Comte mengungkapkan keprihatinannya tentang keadaan masyarakat
Prancis setelah Revolusi Prancis yang berkembang pesat. Dampak revolusi membawa perubahan
positif dengan lahirnya suasana demokrasi, selain itu juga membawa perubahan negatif. Perubahan
negatif berupa konflik kelas yang berujung pada anarkisme di masyarakat. Konflik disebabkan oleh
kurangnya pemahaman untuk menghadapi perubahan atau undang-undang seperti Jamsostek. Dalam
kondisi seperti itu, Auguste Comte menyarankan agar studi tentang masyarakat dikembangkan
menjadi ilmu yang mandiri. Sosiologi lahir di sana sebagai cabang ilmu sosial termuda. Istilah
sosiologi dipopulerkan oleh Auguste Comte dalam bukunya Cours de Philosophie Positive (1830).
Buku tersebut menjelaskan bahwa objek sosiologi adalah orang atau masyarakat luas. Sosiologi
kemudian menjadi ilmu yang berkembang di Eropa, terutama di Jerman dan Perancis.

Dalam tahap perkembangannya, sosiologi dapat dipisahkan dari ilmu-ilmu sosial lainnya seperti
ekonomi dan sejarah. Sosiologi yang berpikir tentang masyarakat perlahan-lahan berkembang menjadi
ilmu yang mandiri. Banyak upaya, baik ilmiah maupun non-ilmiah, telah menjadikan sosiologi
sebagai ilmu yang berdiri sendiri. Faktor utama lahirnya sosiologi adalah semakin besarnya
perhatian terhadap kesejahteraan masyarakat dan perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya.

Istilah Sosiologi

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari fenomena masyarakat. Tujuan utama sosiologi adalah
untuk memahami pola perilaku dan interaksi sosial. Bapak sosiologi dunia adalah Auguste Comte.
Mengapa Auguste Comte disebut sebagai bapak sosiologi? Karena ia pertama kali memperkenalkan
ilmu pengetahuan dengan menggunakan masyarakat sebagai objek kajiannya.

Sosiologi juga dikenal sebagai ilmu yang mempelajari berbagai aspek masyarakat dan dampaknya
terhadap kehidupan manusia. Istilah sosiologi pertama kali digunakan oleh Auguste Comte dan
kemudian diperluas menjadi suatu disiplin ilmu oleh Herbert Spencer. Perkembangan sosiologi
sebagai ilmu dibagi menjadi empat tahap, yaitu Abad Pertengahan, Abad Renaisans, periode sosiologi
sebagai ilmu sosial yang menggunakan metode ilmiah ilmu-ilmu lain (abad ke-18 M) dan periode
sosiologi. sains dengan metode ilmiah yang mandiri (abad ke-19 M). Sosiologi memiliki objek kajian
yang jelas yang dapat dipelajari dengan menggunakan metode ilmiah dan dapat disusun menjadi
suatu sistem yang rasional dan saling berhubungan. Objek penelitian utama sosiologi adalah struktur
masyarakat, elemen sosial, sosialisasi dan perubahan sosial. Cabang-cabang sosiologi merupakan
gabungan ilmu tentang fenomena sosial yang terjadi di masyarakat dengan ilmu-ilmu lainnya.

Mengenal Auguste Comte

Auguste Comte (nama lengkap: Isidore Marie Auguste François Xavier Comte; 19 Januari 1798- 5
September 1857) adalah seorang filsuf Perancis yang terkenal karena memperkenalkan bidang
sosiologi dan positivisme. Dengan menggunakan prinsip-prinsip positivisme, Comte membangun
landasan yang digunakan para akademisi saat ini, yaitu penerapan metode ilmiah dalam ilmu-ilmu
sosial sebagai sarana untuk memperoleh kebenaran. Comte juga orang yang pertama kali menciptakan
istilah sosiologi, membuatnya mendapat julukan bapak sosiologi dunia.

Salah satu sumbangsihnya terhadap sosiologi menyangkut hukum perkembangan budaya masyarakat,
yang terbagi menjadi tiga zaman, yaitu: Zaman Teologis adalah zaman dimana orang memiliki
kepercayaan magis, mereka percaya pada roh, jimat dan agama, dunia bergerak dalam akhirat, untuk
menyembah leluhur. , dunia di mana orang mati menguasai orang hidup. Zaman metafisika adalah
zaman masyarakat ketika pemikiran manusia masih dibatasi oleh konsep-konsep filosofis yang
abstrak dan universal. Era positivis adalah masa ketika semua penjelasan fenomena sosial dan alam
dibuat dalam kaitannya dengan deskripsi ilmiah (hukum ilmiah).

Menurut Auguste Comte, sosiologi adalah disiplin ilmu yang mempelajari manusia. Sebagai manusia,
kita memiliki naluri untuk selalu hidup bersama orang lain.

Ide-ide Comte dalam sosiologi dikenal sebagai hukum tiga tahap pemikiran manusia. Tahapan yang
disebutkan oleh Auguste Comte adalah tahap teologis, tahap metafisika dan tahap positivis. Kata
sosiologi berasal dari bahasa latin socius yang berarti teman atau sahabat. Sedangkan logos berarti
ilmu. Menafsirkan dua kata ini, sosiologi adalah ilmu tentang teman.

Latar Belakang Kehidupan Auguste Comte

Comte lahir di Montpellier, sebuah kota kecil di barat daya Prancis. Setelah bersekolah di sana, ia
melanjutkan studinya di Ecole Polytechnique di Paris. ECole Polytechnique kemudian dikenal karena
kesetiaannya pada cita-cita republik dan filosofi proses. Pada tahun 1816, universitas ilmu terapan
tempatnya menempuh studi tersebut ditutup karena reorganisasi. Comte lulus dan melanjutkan
studinya di Fakultas Kedokteran Montpellier.

Segera setelah itu, dia melihat perbedaan yang begitu signifikan antara iman Katoliknya dan
pemikiran monarki yang berkuasa sehingga dia terpaksa meninggalkan Paris. Kemudian, pada
Agustus 1817, ia menjadi murid dan sekretaris Claude Henri de Rouvroy, Comte de Saint-Simon,
yang kemudian membawa Comte ke dalam lingkaran intelektual. Pada tahun 1824, Comte
meninggalkan Saint-Simon, sekali lagi merasa bahwa hubungan mereka bertentangan.

Pada titik ini, Comte tahu apa yang harus dia lakukan selanjutnya: mempelajari filsafat
positivisme. Rencana ini kemudian diterbitkan sebagai Plan de travaux scientifiques
nécessaires pour réorganiser la Société (1822) (Indonesia: Plans for Scientific Research to
Reorganize Society). Tapi dia gagal mendapatkan posisi akademis, yang menghambat
penelitiannya. Kemudian kehidupan dan penelitiannya mulai bergantung pada sponsor dan
bantuan keuangan dari beberapa teman.

Dia kemudian menikahi seorang wanita bernama Caroline Massin. Comte dikenal arogan,
kejam, dan licik, sehingga pada tahun 1826 ia dimasukkan ke rumah sakit jiwa, tetapi
melarikan diri sebelum sembuh. Kemudian, ketika kondisi istrinya Massin sudah stabil dan
dia kembali bekerja seperti yang direncanakan. Namun sayangnya dia menceraikan Massin
pada tahun 1842 karena alasan yang masih belum diketahui. Antara pembaruan rencana dan
perceraian, ia menerbitkan Le Cours de Philosophie Positive.

Pada tahun 1844, Comte jatuh cinta dengan Clotilde de Vaux, sebuah hubungan yang tetap
platonis. Setelah kematian Clotilde, kisah cinta ini menjadi hampir religius. Tak lama setelah
itu, Comte menerbitkan bukunya Système de politique positive (1851-1854).

Comte meninggal di Paris pada 5 September 1857 dan dimakamkan di Cimetière du Père
Lachais.

Teori-Teori Yang Dikemukakan Oleh Auguste Comte

Lahir pada tahun 1842, sosiologi menjadi signifikan ketika Auguste Comte menerbitkan
bukunya Positive-Philosophy. Banyak ide dan teori Comte telah dikenal sejak saat itu hingga
saat ini. Menurut Comte, sosiologi harus dibentuk berdasarkan pengamatan atau pengamatan
terhadap masyarakat, bukan hanya spekulasi tentang masyarakat. Pemikiran paling terkenal
dari pria kelahiran 215 tahun lalu ini adalah pemikirannya tentang tiga tahap perkembangan
intelektual. Yaitu, tahap pertama Teologis atau fiksi, tahap kedua metafisik, yang merupakan
perkembangan tahap pertama, dan ketiga tahap positif, yang merupakan tahap terakhir dari
perkembangan manusia. Auguste Comte membagi sosiologi menjadi dua bagian yaitu statika
sosial dan dinamika sosial. Statika sosial dimaksudkan untuk mempelajari hukum-hukum
aksi dan reaksi antara bagian-bagian dari suatu sistem sosial. Statika sosial adalah bagian
paling dasar dari sosiologi, tetapi bukan bagian terpenting dari studi sosiologi, karena pada
dasarnya statika sosial adalah hasil dari pertumbuhan.

Menurut Auguste Comte, bagian terpenting dari sosiologi adalah apa yang ia sebut sebagai
dinamika sosial, yang didefinisikan sebagai teori perkembangan dan kemajuan masyarakat.
Karena dinamika sosial adalah studi sejarah, yang menghilangkan filsafat spekulatif dari
sejarah itu sendiri. Comte Membagi sosiologi menjadi dua bagian ini tidak berarti
memisahkan mereka satu sama lain. Sementara statika sosial adalah studi tentang masyarakat
yang saling berhubungan dan menghasilkan pendekatan sosiologi yang paling mendasar,
studi tentang hubungan sosial antara bagian-bagiannya tidak akan pernah dapat dipelajari
tanpa memahaminya sebagai hasil perkembangan. Oleh karena itu, Comte berpendapat
bahwa ini tidak dapat dicapai, pemahaman yang tepat tentang masalah sosial tanpa
menggunakan pendekatan dinamika sosial atau historis.

Sebagai bapak pendiri dari studi Sosiologi, Comte mencirikan seharusnya sosiologi terdiri
dari dua bagian utama yaitu Statistik Sosial dan Dinamika Sosial yaitu:

Teori Dinamika sosial

Dinamika sosial adalah teori perkembangan dan kemajuan sosial, karena dinamika sosial
adalah studi sejarah, yang menghilangkan filsafat spekulatif dari sejarah itu sendiri. Dalam
bagian dinamika sosial lahirlah teori yang dikenal dengan teori The law of three stages atau
(hukum tiga tahap).

Hukum Tiga Tahapan

Comte menyatakan bahwa dalam masyarakat ada pembangunan yang terus-menerus, tetapi
perkembangan masyarakat secara keseluruhan tidak berlangsung dalam garis lurus. Banyak
hal yang menghambat perkembangan suatu masyarakat, seperti ras, iklim dan aktivisme
politik. Comte berpendapat bahwa jawaban atas perkembangan sosial harus dicari pada ciri-
ciri yang membedakan manusia dengan binatang, yaitu perkembangan kecerdasan. Comte
mengemukakan tiga tingkat kecerdasan manusia, yaitu teori perkembangan atau yang biasa
disebut hukum tiga fase atau tahap, yaitu:

1) Fase teologis

Dimulai sebelum tahun 1300 dan mencirikan dunia. Pada tahap ini, segala sesuatu yang
terjadi di dunia ini diyakini dikendalikan oleh dewa, roh atau kekuatan gaib dewa. Pemikiran
ini menjadi dasar mutlak untuk menjelaskan semua fenomena di sekitar manusia sedemikian
rupa sehingga terkesan absurd. Dalam tahap teologis ini, masyarakat memiliki tiga
keyakinan. Yang pertama adalah fetisisme (segalanya) dan dinamisme bahwa alam semesta
ini memiliki jiwa. Kemudian animisme, yang mempercayai dunia sebagai tempat tinggal
makhluk halus atau makhluk halus. Yang kedua adalah politeisme (pilihan), sedikit lebih
maju dari kepercayaan sebelumnya. Politeisme mengklasifikasikan segala sesuatu dan
fenomena alam berdasarkan kesamaan di antara mereka. Jadi, politeisme menyederhanakan
keragaman alam semesta. Contoh kemusyrikan, sebelumnya setiap sawah memiliki dewa
yang berbeda di desa yang berbeda. Politeisme menganggap bahwa setiap sawah di mana ia
berada memiliki dewa yang sama, orang Jawa mengatakan bahwa dewa padi adalah Dewi
Sri. Terakhir, monoisme adalah kepercayaan bahwa hanya ada satu Tuhan. Dalam fase
teologis, berikut ini dapat kita berikan contoh auman guntur yang dibuat oleh para raksasa
dalam peperangan.

2) Fase Metafisik

Fase ini terjadi antara tahun 1300 dan 1800. Pada saat itu, orang mengalami perubahan cara
berpikir. Pada tahap ini muncul konsep-konsep abstrak atau kekuatan abstrak selain Tuhan
yaitu alam. Segala sesuatu yang terjadi di bumi adalah hukum alam yang tidak dapat diubah.
Misalnya pejabat pemerintah adalah orang terpelajar yang mengetahui ilmu pengetahuan,
namun tetap percaya akan hal gaib dan percaya pada kekuatan dukun.

3) Fase Positivisme

Pada tahap ini, semua fenomena atau fenomena alam yang terjadi dapat dipelajari, diuji, dan
dibuktikan secara empiris atau secara ilmiah. Tahap ini membuat sains berkembang dan
segalanya menjadi lebih rasional, menciptakan dunia yang lebih baik, karena orang
cenderung berhenti mencari penyebab absolut (Tuhan atau alam) dan lebih fokus
mempelajari dunia sosial dan fisik, mencoba menemukan hukum yang mengaturnya.
Misalnya, tanaman padi berbuah bukan karena kehendak dewi Sri, melainkan karena
perawatan dan pemupukan yang baik.

Hukum Hirarki Ilmu Pengetahuan (Hierarchy of Knowledge)

Setelah menciptakan struktur pengetahuan, Comte menyadari tingkat perkembangan


pemikiran manusia dalam segala perilaku yang terkandung di dalamnya. Begitu sering
terjadi dalam pemikiran manusia sehingga kita menemukan tingkat pemikiran yang ilmiah.
Pada saat yang sama, berpikir adalah melihat gejala atau realitas teologi.

Hukum Korelasi Kegiatan Praktis

Comte percaya bahwa ada hubungan alami antara pemikiran teologis dan militerisme. Cara
berpikir teologis mendorong lahirnya upaya untuk menjawab semua masalah dengan
kekerasan. Itulah sebabnya kekuasaan dan keuntungan selalu menjadi tujuan masyarakat
primitif dalam hubungannya satu sama lain. Pada tahap metafisik, asas-asas hukum
(khususnya hukum alam) menjadi dasar bagi organisasi sosial dan hubungan manusia. Tahap
metafisik legalistik ini merupakan peralihan ke tahap positif.

Hukum Korelasi Emosi

Comte percaya bahwa hanya emosi yang dapat menyatukan masyarakat. Dengan demikian,
sejarah telah menunjukkan hubungan antara pemikiran manusia dan pembentukan perasaan
sosial. Pada tahap teologis, perasaan dan simpati sosial terbatas pada komunitas lokal.
Namun pada Abad Pertengahan, suasana sosial berkembang semakin luas dengan
berkembangnya agama Kristen. Abad Pertengahan adalah abad yang dianggap Comte
sebagai abad dalam fase metafisik. Namun dalam fase positif/ilmiah, simpati sosial semakin
berkembang secara umum. Comte percaya bahwa sikap pikiran manusia yang positif dan
ilmiah dapat mengembangkan semangat altruistik (menghormati atasan) dan
menguniversalkan perasaan sosial (simpati sosial).

Teori Statika sosial

Yang dimaksud dengan statika sosial adalah teori tentang dasar-dasar masyarakat. Comte
membagi sosiologi menjadi dua bagian dengan posisi yang berbeda. Meskipun statika sosial
merupakan bagian penting dari sosiologi, posisinya kurang penting dibandingkan dinamika
sosial. Tugas statistik sosial adalah mencari hukum-hukum aksi dan reaksi di berbagai
bagian sistem sosial. Pada saat yang sama, dalam statika sosial, kita mencari hukum tentang
fenomena sosial yang terjadi pada saat yang bersamaan. Ada doktrin dalam statika sosial,
yaitu doktrin individu, keluarga, masyarakat dan negara.

Kesimpulan

Sekian pembahasan singkat mengenai definisi dari teori yang dikemukakan oleh Auguste
Comte. Pembahasan kali ini tidak hanya membahas dari teori Auguste Comte saja tapi juga
membahas mengenai sejarah sosiologi, definisi sosiologi, dan biografi singkat dari Auguste
Comte itu sendiri. Memahami pengertian dari teori yang dikemukakan oleh Auguste Comte
menjadikan kita lebih memahami mengenai kajian ilmu sosiologi secara mendalam dan
mencoba menerapkan manfaatnya dalam kehidupan sosial.

Demikian ulasan mengenai pengertian teori Auguste Comte Buat Grameds yang mau
mempelajari semua hal tentang pengertian teori Auguste Comte Dan ilmu pengetahuan yang
berhubungan dengan sosiologi lainnya, kamu bisa mengunjungi Gramedia.com untuk
mendapatkan buku-buku terkait.

Sebagai #SahabatTanpaBatas, Gramedia selalu memberikan produk terbaik, agar kamu


memiliki informasi terbaik dan terbaru untuk kamu. Untuk mendukung Grameds dalam
menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar
Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Anda mungkin juga menyukai