Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TEORI SOSIOLOGI KLASIK


AUGUST COMTE

Oleh :
Ibnu Mushowwir R. (

Herman H.

Andi Sugiono

JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Kata pengantar

Segala puji dan syukur Kami panjatkan kepada tuhan yang Maha Esa,
karena atas berkat dan limpahan Rahmatnyalah maka Kami Dapat
menyelesaikan Makalah Teori Sosiologi Klasik Ini.
Berikut ini penulis Sekaligus Penyusun mempersembahkan sebuah
makalah yang menampilkan biografi dan teori-teori dari dari ilmuan
Auguste Comte, yang menurut Kami dapat memberikan manfaat yang
besar bagi kita untuk mempelajari sejarah perkem,bangan sosiologi.
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan
memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan
dan ada tulisan yang kami buat kurang tepat atau menyinggung
perasaan pembaca.
Dengan ini kamimempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa
terima kasih dan semoga allah SWT memberkahi makalah ini
sehingga dapat memberikan manfaat.

Makassar,23 Oktober 2014

Penyusun

DAFTAR ISI
Kata pengantar......x
Daftar Isi...ix
BAB I Pendahuluan
Latar Belakang
Rumusan masalah
Tujuan
BAB II Pembahasan
BAB III Penutup
Kesimpulan
Saran
Daftar pustaka

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah sosiologi berasal dari ilmu filsafat (master scientiarum) yang
lahir pada saat-saat terakhir perkembangan ilmu pengetahuan
(Soekanto, 2012: 5). Oleh karena itu, sosiologi didasarkan pada
kemajuan-kemajuan yang telah dicapai ilmu pengetahuan lainnya.
Sebenarnya sosiologi telah muncul sejak ratusan, bahkan ribuan tahun
yang lalu. Namun, sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari
masyarakat baru lahir pada abad ke-18, tepatnya pada tahun 1842.
Orang yang pertama kali memperkenalkan sosiologi sebagai ilmu
adalah seorang ahli filsafat bangsa Prancis bernama Auguste Comte.
Dialah yang disebut sebagai Bapak Sosiologi, karena Dia merupakan
orang pertama yang membedakan ruang lingkup dan isi sosiologi dari
ruang
lingkup
dan
isi-isi
ilmu
sosiallainnya.
Sosiologi yang lahir pada tahun 1842 ditandai tatkala Auguste Comte
menerbitkan bukunya yang berjudul Positive-Philosophy. Banyak
pemikiran dan teori Comte yang sangat tersohor pada saat itu hingga
sekarang. Menurut Comte, sosiologi harus dibentuk berdasarkan
pengamatan atau observasi terhadap masyarakat bukan hanya sekadar
spekulasi-spekulasi perihal masyarakat. Pemikiran yang paling
termasyhur diantara pemikiran-pemikiran Pria yang dilahirkan 215
tahun lalu ini adalah
pemikirannya tentang tiga tahap perkembangan intelektual. Yaitu,
pertama tahap teologis atau fiktif, kedua tahap metafisik yang
merupakan perkembangan dari tahap pertama, dan ketiga adalah tahap
positif yang merupakan tahap terakhir dari perkembanagan manusia.
B.

Rumusan Masalah

1.

Bagaimana profil dan biografi Auguste Comte?

2.

Apa latar belakang pemikiran Aguste Comte?

3.

Bagaimana teori-teori yang dikemukakan Auguste Comte?

4.

Bagaimana kritik terhadap teori-teori yang dikemukakan Auguste


Comte?

C. Tujuan
1.
2.
3.

Agar bisa memahami profil dan biografi Auguste Comte yang


merupakan pendiri sosiologi (bapak sosiologi).
Supaya dapat memahami teori-teori sosiologi Auguste Comte.
Untuk memahami kritik-kritik terhadap teori-teori sosiologi
Auguste Comte.

BAB IIPEMBAHASAN

A.

Profil dan Biografi Auguste Comte

Comte lahir di Montpellier, Perancis, 17 Januari 1798 meninggal


di Paris, Perancis, 5 September 1857 pada umur 59 tahun
sebuah kota kecil di bagian barat daya dari negara Perancis. Setelah
bersekolah disana, ia melanjutkan pendidikannya di cole
Polytechnique di Paris. cole Polytechnique saat itu terkenal dengan
kesetiaannya kepada idealis republikanisme dan filosofi proses. Pada
tahun 1816, politeknik tersebut ditutup untuk re-organisasi.Comte pun
meninggalkan cole dan melanjutkan pendidikannya di sekolah
kedokteran di Montpellier.
Tak lama kemudian, ia melihat sebuah perbedaan yang mencolok antara
agama Katolik yang ia anut dengan pemikiran keluargamonarki yang
berkuasa sehingga ia terpaksa meninggalkan Paris. Kemudian pada
bulan Agustus 1817 dia menjadi murid sekaligus sekretaris dari Claude
Henri de Rouvroy, Comte de Saint-Simon, yang kemudian membawa
Comte masuk ke dalam lingkungan intelek. Pada tahun 1824, Comte
meninggalkan Saint-Simon karena lagi-lagi ia merasa ada ketidakcocokan
dalam hubungannya.
Saat itu, Comte mengetahui apa yang ia harus lakukan selanjutnya:
meneliti tentang filosofi positivisme. Rencananya ini kemudian
dipublikasikan dengan nama Plan de travaux scientifiques ncessaires
pour rorganiser la socit (1822) (Indonesia: Rencana studi ilmiah untuk
pengaturan kembali masyarakat). Tetapi ia gagal mendapatkan posisi
akademis sehingga menghambat penelitiannya. Kehidupan dan
penelitiannya kemudian mulai bergantung pada sponsor dan bantuan
finansial dari beberapa temannya.
Ia kemudian menikahi seorang wanita bernama Caroline Massin. Comte
dikenal arogan, kejam dan mudah marah sehingga pada tahun1826 dia
dibawa ke sebuah rumah sakit jiwa, tetapi ia kabur sebelum sembuh.
Kemudian setelah kondisinya distabilkan oleh Massin, ia mengerjakan
kembali apa yang dulu direncanakannya. Namun sayangnya, ia bercerai
dengan Massin pada tahun 1842 karena alasan yang belum diketahui.

Saat-saat di antara pengerjaan kembali rencananya sampai pada


perceraiannya, ia mempublikasikan bukunya yang berjudul Le Cours de
Philosophie Positivistic.
Pada tahun 1844, Comte menjalin kasih dengan Clotilde de Vaux, dalam
hubungan yang tetap platonis.Setelah Clotilde wafat, kisah cinta ini
menjadi quasi-religius.Tak lama setelahnya, Comte, yang merasa dirinya
adalah seorang penemu sekaligus seorang nabi dari "agama
kemanusiaan" (religion of humanity), menerbitkan bukunya yang
berjudul Systme de politique positive (1851 - 1854).
Dia wafat di Paris pada tanggal 5 September 1857 dan dimakamkan
di Cimetire du Pre Lachaise.

B.

Latar Belakang Pemikiran Auguste Comte

Ada beberapa sumber penting yang menjadi latar belakang yang


menentukan jalan pikiran August Comte, yaitu:
a.
Revolusi perancis dengan segala pemikiran yang berkembang pada
masa itu. Comte tidaklah dapat dipahami tanpa latar belakang revolusi
perancis dan Restorasi Dinasti Bourbon di Perancis yaitu pada masa
timbulnya krisis sosial yang maha hebat dimasa itu. Sebagai seorang
ahli pikir, Comte berusaha untuk memahami krisis yang sedang terjadi
tersebut. ia berpendapat bahwa manusia tidaklah dapat keluar dari
krisis sosial yang terjadi itu tanpa melalui pedoman-pedoman berpikir
yang bersifat scientifik. Filsafat sosial yang berkembang di Perancis
pada abad ke-18, khususnya filsafat yang dikembangkan oleh para
penganut paham ensiklopedis ini, terutama dasar-dasar pikirannya,
sekalipun kelak ia mengambil posisi tersendiri setelah keluar dari
aliran ini.
b.

Aliran reaksioner dari para ahli pikir Thoecratic terutama yang


bernama De Maistre dan De Bonald. Aliran reaksioner dalam
pemikiran Katolik Roma adalah aliran yang menganggap bahwa abad
pertengahan kekuasaan gereja sangat besar, adalah periode organis,
yaitu suatu periode yang secara paling baik dapat memecahkan

berbagai masalah masalah sosial. Aliran ini menentang pendapat


para ahli yang menganggap bahwa abad pertengahan adalah abad di
mana terjadinya stagmasi didalam ilmu pengetahuan, karena
kekuasaan gereja yang demikian besar di segala lapangan kehidupan.
Comte telah membaca karyakarya pemikir Theocratic dibawah
pengaruh Sain Simont sebagaimana diketahui SainSimont juga
menganggap bahwa abad pertengahan adalah periode organic yang
bersifat konstruktif.
c.

Sumber terakhir yang melatarbelakangi pemikiran Comte adalah


lahirnya aliran yang dikembangkan oleh para pemikir sosialistik,
terutama yang diprakarsai oleh SainSimont. Comte telah
membangun hubungan yang sangat erat dengan SainSimont dan juga
dengan para ahli pikir sosialis Prancis lainnya. Comte di satu pihak
akan membangun pengetahuan sosial dan dipihak lain akan
membangun kehidupan ilmu pengetahuan sosial yang bersifat
scientific. Sebenarnya Comte memiliki sifat tersendiri terhadap aliran
ini, tetapi sekalipun demikian dasardasar aliran masih tetap
dianutnya terutama pemikiran mengenai pentingnya suatu
pengawasan kolektif terhadap masyarakat, dan mendasarkan
pengawasan tersebut didalam suatu dasar yang bersifat scientific.
Comte adalah penyumbang terbesar untuk membangun sosiologi
sebagai suatu ilmu. Dalam buku filsafat positifnya, yang pada
dasarnya merupakan suatu buku tentang filsafat ilmu pengetahuan dan
uraian tentang itu telah mengambil tempat paling banyak dalam
bukunya. Comte menguraikan metodemetode berpikir ilmiah. Comte
mengatakan bahwa ilmu pengetahuan pada dasarnya tidak lebih dari
pada suatu perluasan metode yang sangat sederhana dari akal sehat,
terhadap semua faktafakta yang tunduk kepada akal pikiran manusia.
Comte sangat mendasarkan seluruh pemikirannya kepada
perkembangan atau kemampuan akal pikiran atau intelegensi manusia.

C. Teori-teori yang Dikemukakan Auguste Comte


Auguste Comte membagi sosiologi menjadi dua bagian yaitu
Social Statics dan Social Dynamic.
1.

Social Dynamic

Social dynamic adalah teori tentang perkembangan dan kemajuan


masyarakat, karena social dinamic merupakan study tentang sejarah
yang akan menghilangkan filsafat yang spekulatif tentang sejarah itu
sendiri.
a.

The law of three stages (hukum tiga tahap)


Comte berpendapat bahwa di dalam masyarakat terjadi
perkembangan yang terus-menerus, namun perkembangan umum dari
masyarakat tidak terus-menerus berjalan lurus. Ada banyak hal yang
mengganggu perkambangan suatu masyarakat seperti faktor ras,
iklim, dan tindakan politik. Comte berpendapat jawaban tentang
perkembangan sosial harus dicari dari karakteristik yang membedakan
manusia dan binatang yaitu perkembangan inteligensinya. Comte
mengajukan tentang tiga tingkatan inteligensi manusia, yakni
teori evolusi atau yang biasa disebut hukum tiga tahap yaitu:

1)

Tahap teologis
Dimulai sebelum tahun 1300 dan menjadi ciri dunia.
Tahap ini meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia
ini dikendalikan oleh kekuatan supranatural yang dimiliki oleh para
dewa, roh atau tuhan.Pemikiran ini menjadi dasar yang mutlak untuk
menjelaskan segala fenomena yang terjadi di sekitar manusia,
sehingga terkesan irasional. Dalam tahap teologis ini terdapat
tiga kepercayaan yang dianutmasyarakat. Yang
pertama fetisysme (semuanya) dan dinamisme yang menganggap
alam semesta ini mempunyai jiwa. Kemudian animisme yang
mempercayai dunia sebagai kediaman roh-roh atau bangsa halus.
Yang kedua politeisme (memilih), sedikit lebih maju dari pada
kepercayaansebelumnya. Politeisme mengelompokkan semua
dan kejadian alam berdasarkan kesamaan-kesamaan diantara mereka.
Sehingga politeismemenyederhanakan alam semesta yang
beranekaragam. Contoh dari politeisme, dulu disetiap sawah di desa
berbeda mempunyai dewa yangberbeda. Politeisme menganggap
setiap sawah dimanapun tempatnyamempunyai dewa yang
sama, orang jawa mengatakan dewa padi yaitu yaitu dewi sri.
Yang terakhir, monoteisme yaitu kepercayaan yang
menganggap hanya ada satu Tuhan. Dalam tahap teologis kami dapat

mencontohkannya sebagai berikut bergemuruhnya Guntur disebabkan


raksasa yang sedang berperang.
2)

Tahap metafisik
Tahap ini terjadi antara tahun 1300 sampai 1800. Pada tahap
ini manusia mengalami pergeseran cara berpikir. Pada tahap ini,
munculkonsep-konsep abstrak atau kekuatan abstrak selain
tuhan yakni alam. Segala kejadian di muka bumi adalah hukum alam
yang tidak dapat diubah. Contoh, pejabat negara adalah orang yang
berpendidikan dan telah mengenal ilmu pengetahuan namun ia masih
saja bergantung dan mempercayai kekuatan dukun.

3)

Tahap positivisme
Pada tahap ini semua gejala alam atau fenomena yang terjadi
dapat dijelaskan secara ilmiah berdasarkan peninjauan, pengujian
dandapat dibuktikan secara empiris. Tahap ini menjadikan ilmu
pengetahuanberkembang dan segala sesuatu menjadi lebih
rasional, sehingga tercipta dunia yang lebih baik karena
orang cenderung berhenti melakukanpencarian sebab mutlak
(Tuhan atau alam) dan lebih berkonsentrasi pada penelitian terhadap
dunia sosial dan fisik dalam upayanya menemukanhukum yang
mengaturnya. Contoh, tanaman padi subur bukan karena akibat
kehendak dewi Sri melainkan akibat dari perawatan dan pemupukan
yang baik.

b.

The law of the hierarchie of the sciencies (hierarki dari ilmu


pengetahuan)

Di dalam menyusun susunan ilmu pengetahuan, Comte


menyadarkan diri kepada tingkat perkembangan pemikiran manusia
dengan segala tingkah laku yang terdapat didalamnya. Sehingga
sering kali terjadi didalam pemikiran manusia, kita menemukan suatu
tingkat pemikiran yang bersifat scientific. Sekaligus pemikiran yang
bersifat theologies didalam melihat gejala-gejala atau kenyataankenyataan.
c.
The Law of the correlation of practical activities

Comte yakin bahwa ada hubungan yang bersifat natural antara


cara berfikir yang teologis dengan militerisme. Cara berfikir teologis
mendorong timbulnya usaha-usaha untuk menjawab semua persoalan
melalui kekuatan (force).Karena itu, kekuasaan dan kemenangan
selalu menjadi tujuan daripada masyarakat primitif dalam hubungan
satu samalain. Pada tahap yang bersifat metafisis, prinsip-prinsip
hukum (khususnya hukum alam) menjadi dasar daripada organisasi
kemasyarakatan danhubungan antara manusia.Tahap metafisis
yang bersifat legalistic demikian ini merupakan tahap transisi menuju
ke tahap yang bersifat positif.
d.
The Law of the correlation of the feelings
Comte menganggap bahwa masyarakat hanya dapat dipersatukan
oleh feelings.Demikianlah, bahwa sejarah telah memperlihatkan
adanyakorelasi antara perkembangan pemikiran manusia dengan
perkembangan dari sentimen sosial.Di dalam tahap yang
teologis, sentimen sosial dan rasa simpati hanya terbatas dalam
masyarakat lokal.Tetapi dalam abadpertengahan, sosial sentimen
berkembang semakin meluas seiring dengan perkembangan agama
Kristen.Abad pertengahan adalah abad yang oleh Comte dianggap
sebagai abad dalam tahap metafisis.Tetapi dalam tahap yang positif/
scientific, social simpati berkembang menjadi semakin
universal.Comte yakin bahwa sikap positif dan scientific pikiraan
manusiaakan mampu memperkembangkan semangat alturistis (rasa
mengahargai orang yang lebih tinggi) dan menguniversilkan perasaan
sosial (social simpati).
2.

Social static
Fungsi social static dimaksudkan sebagai suatu studi tentang
hukum-hukum aksi dan reaksi dari berbagai bagian di dalam suatu
sistem sosial. Dalam sosial static terdapat empat doktrin, yaitu doktrin
tentang individu, keluarga, masyarakat dan negara. Mengarah pada
struktur yang ada dalam masyarakat.Diibaratkan sebagai sebuah
bangunan dan segala sesuatu yang menyusun bangunan itu.

D. Kritik terhadap Teori yang Dikemukakan Auguste Comte


Positivisme Auguste Comte mengemukakan tiga tahap
perkembangan peradaban dan pemikiran manusia ke dalam tahap
teologis, metafisik, dan positivistik.Pada tahap teologis pemikiran

manusia dikuasai oleh dogma agama, pada tahap metafisik pemikiran


manusia dikuasai oleh filsafat, sedangkan pada tahap positivistik
manusia sudah dikuasai oleh ilmu pengetahuan dan teknologi.Pada
tahap ketiga itulah aspek humaniora dikerdilkan ke dalam pemahaman
positivistik yang bercorak eksak, terukur, dan berguna.Ilmu-ilmu
humaniora baru dapat dikatakan sejajar dengan ilmu-ilmu eksak
manakala menerapkan metode positivistik.Di sini mulai
terjadi metodolatri, pendewaan terhadap aspek metodologis.
Selain itu, model filsafat positivisme Auguste Comte tampak
begitu mengagungkan akal dan panca indera manusia sebagai tolok
ukur kebenaran.Sebenarnya kebenaran sebagai masalah pokok
pengetahuan manusia adalah bukan sepenuhnya milik manusia.Akan
tetapi hanya merupakan kewajiban manusia untuk berusaha
menghampiri dan mendekatinya dengan cara tertentu.
Kata cara tertentu merujuk pada pemikiran Karl Popper mengenai
kebenaran dan sumber diperolehnya. Bagi Popper, ini merupakan
tangkapan manusia terhadap objek melalui rasio (akal) dan
pengalamannya, namun selalu bersifat tentatif. Artinya kebenaran
selalu bersifat sementara yakni harus dihadapkan kepada suatu
pengujian yang ketat dan gawat(crucial-test) dengan cara
pengujian trial and error (proses penyisihan terhadap kesalahan
atau kekeliruan) sehingga kebenaran se1alu dibuktikan melalui
jalur konjektur dan refutasi dengan tetap konsisten berdiri di atas
landasan pemikiran Rasionalisme-kritis dan Empirisme-kritis. Atau
dengan meminjam dialektika-nya Hegel, sebuah kebenaran akan
selalu mengalami proses tesis, sintesis, dan anti tesis, dan begitu
seterusnya.
Pandangan mengenai kebenaran yang demikian itu bukan
berarti mengisyaratkan bahwa Penulis tergolong penganut
Relativisme, karena menurut Penulis, Relativisme sama sekali tidak
mengakui kebenaran sebagai milik dan tangkapan manusia terhadap
suatu objek. Penulis berkeyakinan bahwa manusia mampu menangkap
dan menyimpan kebenaran sebagaimana yang diinginkannya serta
menggunakannya, namun bagi manusia, kebenaran selalu bersifat
sementara karena harus selalu terbuka untuk dihadapkan dengan
pengujian (falsifikasi). Dan bukanlah verifikasi seperti apa yang
diyakini oleh Auguste Comte. Hal demikian karena suatu teori,

hukum ilmiah atau hipotesis tidak dapat diteguhkan (diverifikasikan)


secara positif, melainkan dapat disangkal (difalsifikasikan).
Jelasnya, untuk menentukan kebenaran itu bukan
perlakuan verifikasimelainkan melalui proses falsifikasi dimana datadata yang telah diobservasi, dieksperimentasi, dikomparasi dan
di generalisasi-induktifberhenti sampai di situ karena telah dianggap
benar dan baku (positif), melainkan harus dihadapkan dengan
pengujian baru.

BAB IIPENUTUP
A. Simpulan
Auguste comte masuk ke dalam lingkungan intelek berkat jasa
dari Saint-Simon yang kemudian ia mengembangkan sayapnya sendiri
sesuai dengan pemikirannya sendiri.
Beberapa sumber penting yang menjadi latar belakang yang
menentukan jalan pikiran August Comte, yaitu:

Revolusi perancis dengan segala pemikiran yang berkembang pada


masa itu.

Aliran reaksioner dari para ahli pikir Thoecratic terutama yang


bernama De Maistre dan De Bonald

Lahirnya aliran yang dikembangkan oleh para pemikir sosialistik,


terutama yang diprakarsai oleh SainSimont.
Auguste comte membagi sosiologi menjad menjadi dua bagian
yaitu Social Statics dan Social Dynamic. Social statics
dimaksudkannya sebagai suatu studi tentang hukum-hukum aksi dan
reaksi antara bagian-bagian dari suatu sistem sosial. Sedangkan sosial
dynamic adalah teori tentang perkembangan dan kemajuan
masyarakat, karena social dynamic merupakan study tentang sejarah
yang akan menghilangkan filsafat yang spekulatif tentang sejarah itu
sendiri.
Auguste Comte juga mendapat kritikan atas teori positivismenya
karenatampak begitu mengagungkan akal dan panca indera manusia
sebagai tolok ukur kebenaran.

B.

Saran
Teori yang dikemukakan oleh Auguste Comte adalah hasil dari
pemikirannya yang dipengaruhi oleh berbagai keadaan dan tokoh
pemikir lainnya yang mendominasi pada saat itu. Model filsafat
positivisme Auguste Comte tampak begitu mengagungkan akal dan
panca indera manusia sebagai tolok ukur kebenaran. Padahal
kebenaran sebagai masalah pokok pengetahuan manusia
adalah bukan sepenuhnya milik manusia, akan tetapi hanya

merupakan kewajiban manusia untuk berusaha menghampiri dan


mendekatinya dengan cara tertentu. Oleh karena itu kita sebagai
manusia yang mempelajarinya janganlah m,enerima teori-teori secara
mentah, namun kita harus mengkajinya dan menyesuaikan teori
tersebut dengan keadaan yang kita alami.

Daftar Pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/August_Comte
http://philosopherscommunity.blogspot.com/2013/06/po
sitivisme-auguste-comte.html
Mustansir , Rizal, Filsafat Ilmu (Yogyakarta:Belukar),2001
Bakhtiar,Amsal. Filsafat Ilmu (Jakarta: tt.)2004

Anda mungkin juga menyukai