Anda di halaman 1dari 103

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Lahirnya sosiologi dilatar belakangi oleh dua peristiwa besar, yaitu Revolusi Industri
(Inggris) dan Revolusi Sosial (Perancis), yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial
masyarakat Eropa Barat, sehingga terjadi kesenjangan antara apa yang diharapkan dan
apa yang ada. Keadaan ini menjadikan para Ilmuan dulu untuk berfikir untuk mengatur
keadaan yang berantakan itu.
Nama Sosiologi sendiri di gunakan oleh Aguste Comte (789-1857) Ia mengatakan
bahwa ilmu sosiologi harus didasarkan pada pengamatan, perbandingan, eksperimen, dan
metode historis secara sistematis.
Setelah Comte sosiologi di teruskan oleh Karl Max (1818-1883) yang
mengembangkan konsep sejarah perjuangan kelas, yaitu lahirnya kelompok borjuis dan
kelas proletar.
Dan masih banyak sekali Ilmuan sosial yang telah berjasa mengembangkan ilmu
Sosiologi yang berkembang pesat sampai ke Indonesia.

2. Tujuan
Sebagai mahasiswa dari rumpun ilmu Sosial, Kita sepatutnya mengetahui tokoh –
tokoh di balik suksesnya kemajuan ilmu sosial khususnya ilmu Sosiologi. Makalah ini
dibuat guna memahami dan mengetahui Konsep dan Tokoh Sosiologi. Makalah ini di
buat untuk memenuhi Tugas Pengantar Sosiologi.

3. Pembatasan Masalah
Luasnya konsep para tokoh sosiolog tentang Sosiologi. Makalah ini hanya
membahas Biografi serta sedikit konsep dari masing – masing tokoh.

4. Metode Pengumpulan Data


Data yang di kemukakan dalam makalah ini di peroleh dengan berbagai cara. Pertama
dengan membaca buku yang berkaitan dengan sosiologi. Kedua dengan mencari di
internet.
BAB II
MENGENAL TOKOH SOSIOLOGI

1. Auguste Comte : Sosiologi Positivis, Prancis (1798-1857)

Sosiologi adalah suatu studi positif tentang hukum-hukum dasar dari berbagai gejala
sosial yang dibedakan menjadi sosiologi statis dan sosiologi dinamis.
Istilah ‘sosiologi’ pertama kali digunakan oleh Auguste Comte pada tahun 1839,
seorang ahli filsafat kebangsaan Prancis. Auguste Comte adalah orang yang pertama kali
menggunakan istilah tersebut sebagai pendukatan khusus untuk mempelajari masyarakat.
Selain itu, dia juga memberi sumbangan yang begitu penting terhadap sosiologi. Oleh karena
itu para ahli sepakat untuk menyebutnya sebagai ‘Bapak Sosiologi’. Mengapa? Memang
harus diakui bahwa Auguste Comte sangat berjasa terhadap ilmu sosiologi.
Auguste Comte seorang perancis, merupakan bapak sosiologi yang pertama memberi nama
pada ilmu tersebut (yaitu dari kata socius dan logos). Walaupun dia tidak menguraikan
secara rinci masalah-masalah apa yang menjadi objek sosiologi, tetapi dia mempunyai
anggapan bahwa sosiologi terdiri dari dua bagian pokok, yaitu social statistics dan social
dynamics. Konsepsi tersebut merupakan pembagian dari isi sosiologi yang sifatnya pokok
sekali. Sebagai social statistics, sosiologi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari
hubungan timbal balik antara lembaga-lembaga kemasyarakatan. Sedangkan social dynamics
meneropong bagaimana lembaga-lembaga tersebut berkembang dan mengalami
perkembangan sepanjang masa. Perkembangan tersebut pada hakikatnya melewati tiga tahap,
sesuai tahap-tahap pemikiran manusia yaitu:
a. Tahap teologis, ialah tingkat pemikiran manusia bahwa semua benda didunia ini
mempunyai jiwa dan itu disebabkan oleh sesuatu kekuatan yang berada di atas
manusia. Cara pemikiran tersebut tidak dapat dipakai dalam ilmu pengetahuan,
karena ilmu pengetahuan bertujuan untuk mencari sebab serta akibat dari gejala-
gejala.
b. Tahap metafisis, pada tahap ini manusia masih percaya bahwa gejala-gejala didunia
ini disebabkan oleh kekuatan-kekuatan yang berada di atas manusia. Manusia belum
berusaha untuk mencari sebab dan akibat gejala-gejala tersebut.
c. Tahap positif, merupakan tahap dimana manusia telah sanggup untuk berfikir secara
ilmiyah. Pada tahap ini berkembanglah ilmu pengetahuan.
Menurut Comte, masyarakat harus diteliti atas dasar fakta-fakta objektif dan dia juga
menekankan pentingnya penelitian-penelitian perbandingan antara pelbagai masyarakat yang
berlainan.
Hasil karya Auguste Comte yang terutama yaitu:
- The scientific labors necessary for the reorganization of society (1822)
- The positive philosophy (6 jilid 1830-1840)
- Subjective synthesis (1820-1903)

2. Herbert Spencer : Sosiologi Inggris (1820-1903)

Sosiologi adalah Ilmu yang menyelidiki tentang susunan-susunan dan proses


kehidupan social sebagai suatu keseluruhan / suatu sistem.
Herbert Spencer (lahir di Derby, 27 April 1820 – meninggal di Brighton, 8 Desember
1903 pada umur 83 tahun) adalah seorang filsuf Inggris dan seorang pemikir teori liberal
klasik terkemuka. Meskipun kebanyakan karya yang ditulisnya berisi tentang teori politik dan
menekankan pada "keuntungan akan kemurahan hati", dia lebih dikenal sebagai bapak
Darwinisme sosial. Spencer seringkali menganalisis masyarakat sebagai sistem evolusi, ia
juga menjelaskan definisi tentang "hukum rimba" dalam ilmu sosial.

Menurutnya, objek sosiologi yang pokok adalah keluarga, politik, agama,


pengendalian sosial dan industri. Termasuk pula asosiasi, masyarakat setempat, pembagian
kerja, pelapisan sosial, sosiologi pengetahuan dan ilmu pengetahuan, serta penelitian terhadap
kesenian dan keindahan. Pada tahun 1879 ia mengetengahkan sebuah teori tentang Evolusi
Sosial yang hingga kini masih dianut walaupun di sana sini ada perubahan. Ia juga
menerapkan secara analog (kesamaan fungsi) dengan teori evolusi karya Charles Darwin
(yang mengatakan bahwa manusia berasal dari kera) terhadap masyarakat manusia. Ia yakin
bahwa masyarakat mengalami evolusi dari masyarakat primitif ke masyarakat industri.
Herbert Spencer memperkenalkan pendekatan analogi organik, yang memahami masyarakat
seperti tubuh manusia, sebagai suatu organisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang
tergantung satu sama lain.

3. Emile Durkheim : Sosiologi Struktural, Prancis (1859-1917)

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari fakta sosial. Fakta sosial adalah cara
bertindak, berpikir, dan mampu melakukan pemaksaan dari luar terhadap individu.
David Émile Durkheim (lahir 15 April 1858 – meninggal 15 November 1917 pada
umur 59 tahun) dikenal sebagai salah satu pencetus sosiologi modern. Ia mendirikan fakultas
sosiologi pertama di sebuah universitas Eropa pada 1895, dan menerbitkan salah satu jurnal
pertama yang diabdikan kepada ilmu sosial, L'Année Sociologique pada 1896.
Durkheim dilahirkan di Épinal, Prancis, yang terletak di Lorraine. Ia berasal dari
keluarga Yahudi Prancis yang saleh - ayah dan kakeknya adalah Rabi. Hidup Durkheim
sendiri sama sekali sekular. Malah kebanyakan dari karyanya dimaksudkan untuk
membuktikan bahwa fenomena keagamaan berasal dari faktor-faktor sosial dan bukan ilahi.
Namun demikian, latar belakang Yahudinya membentuk sosiologinya - banyak mahasiswa
dan rekan kerjanya adalah sesama Yahudi, dan seringkali masih berhubungan darah
dengannya.
Durkheim adalah mahasiswa yang cepat matang. Ia masuk ke École Normale
Supérieure pada 1879. Angkatannya adalah salah satu yang paling cemerlang pada abad ke-
19 dan banyak teman sekelasnya, seperti Jean Jaurès dan Henri Bergson kemudian menjadi
tokoh besar dalam kehidupan intelektual Prancis. Di ENS Durkheim belajar di bawah Fustel
de Coulanges, seorang pakar ilmu klasik, yang berpandangan ilmiah sosial. Pada saat yang
sama, ia membaca karya-karya Auguste Comte dan Herbert Spencer. Jadi, Durkheim tertarik
dengan pendekatan ilmiah terhadap masyarakat sejak awal kariernya. Ini adalah konflik
pertama dari banyak konflik lainnya dengan sistem akademik Prancis, yang tidak mempunyai
kurikulum ilmu sosial pada saat itu. Durkheim merasa ilmu-ilmu kemanusiaan tidak menarik.
Ia lulus dengan peringkat kedua terakhir dalam angkatannya ketika ia menempuh ujian
agrégation – syarat untuk posisi mengajar dalam pengajaran umum – dalam ilmu filsafat pada
1882. Minat Durkheim dalam fenomena sosial juga didorong oleh politik. Kekalahan Prancis
dalam Perang Prancis-Prusia telah memberikan pukulan terhadap pemerintahan republikan
yang sekular. Banyak orang menganggap pendekatan Katolik, dan sangat nasionalistik
sebagai jalan satu-satunya untuk menghidupkan kembali kekuasaan Prancis yang memudar di
daratan Eropa. Durkheim, seorang Yahudi dan sosialis, berada dalam posisi minoritas secara
politik, suatu situasi yang membakarnya secara politik. Peristiwa Dreyfus pada 1894 hanya
memperkuat sikapnya sebagai seorang aktivis. Seseorang yang berpandangan seperti
Durkheim tidak mungkin memperoleh pengangkatan akademik yang penting di Paris, dan
karena itu setelah belajar sosiologi selama setahun di Jerman, ia pergi ke Bordeaux pada
1887, yang saat itu baru saja membuka pusat pendidikan guru yang pertama di Prancis. Di
sana ia mengajar pedagogi dan ilmu-ilmu sosial (suatu posisi baru di Prancis). Dari posisi ini
Durkheim memperbarui sistem sekolah Prancis dan memperkenalkan studi ilmu-ilmu sosial
dalam kurikulumnya. Kembali, kecenderungannya untuk mereduksi moralitas dan agama ke
dalam fakta sosial semata-mata membuat ia banyak dikritik.

Tahun 1890-an adalah masa kreatif Durkheim. Pada 1893 ia menerbitkan “Pembagian
Kerja dalam Masyarakat”, pernyataan dasariahnya tentang hakikat masyarakat manusia dan
perkembangannya. Pada 1895 ia menerbitkan “Aturan-aturan Metode Sosiologis”, sebuah
manifesto yang menyatakan apakah sosiologi itu dan bagaimana ia harus dilakukan. Ia pun
mendirikan Jurusan Sosiologi pertama di Eropa di Universitas Bourdeaux. Pada 1896 ia
menerbitkan jurnal L'Année Sociologique untuk menerbitkan dan mempublikasikan tulisan-
tulisan dari kelompok yang kian bertambah dari mahasiswa dan rekan (ini adalah sebutan
yang digunakan untuk kelompok mahasiswa yang mengembangkan program sosiologinya).
Dan akhirnya, pada 1897, ia menerbitkan “Bunuh Diri”, sebuah studi kasus yang memberikan
contoh tentang bagaimana bentuk sebuah monograf sosiologi. Pada 1902 Durkheim akhirnya
mencapai tujuannya untuk memperoleh kedudukan terhormat di Paris ketika ia menjadi
profesor di Sorbonne. Karena universitas-universitas Prancis secara teknis adalah lembaga-
lembaga untuk mendidik guru-guru untuk sekolah menengah, posisi ini memberikan
Durkheim pengaruh yang cukup besar – kuliah-kuliahnya wajib diambil oleh seluruh
mahasiswa. Apapun pendapat orang, pada masa setelah Peristiwa Dreyfus, untuk
mendapatkan pengangkatan politik, Durkheim memperkuat kekuasaan kelembagaannya pada
1912 ketika ia secara permanen diberikan kursi dan mengubah namanya menjadi kursi
pendidikan dan sosiologi. Pada tahun itu pula ia menerbitkan karya besarnya yang terakhir
“Bentuk-bentuk Elementer dari Kehidupan Keagamaan”.

4. Maximilian Weber

Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan sosial. Tindakan


sosial adalah tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan dan berorientasi pada
perilaku orang lain.

Maximilian Weber (lahir di Erfurt, Jerman, 21 April 1864 – meninggal di München,


Jerman, 14 Juni 1920 pada umur 56 tahun) adalah seorang ahli ekonomi politik dan sosiolog
dari Jerman yang dianggap sebagai salah satu pendiri ilmu sosiologi dan administrasi negara
modern.
Karya utamanya berhubungan dengan rasionalisasi dalam sosiologi agama dan pemerintahan,
meski ia sering pula menulis di bidang ekonomi. Karyanya yang paling populer adalah esai
yang berjudul Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme, yang mengawali penelitiannya
tentang sosiologi agama. Weber berpendapat bahwa agama adalah salah satu alasan utama
bagi perkembangan yang berbeda antara budaya Barat dan Timur. Dalam karyanya yang
terkenal lainnya, Politik sebagai Panggilan, Weber mendefinisikan negara sebagai sebuah
lembaga yang memiliki monopoli dalam penggunaan kekuatan fisik secara sah, sebuah
definisi yang menjadi penting dalam studi tentang ilmu politik Barat modern.n. Sosiologi
agama

Karya Weber dalam sosiologi agama bermula dari esai Etika Protestan dan Semangat
Kapitalisme dan berlanjut dengan analisis Agama Tiongkok: Konfusianisme dan Taoisme,
Agama India: Sosiologi Hindu dan Buddha, dan Yudaisme Kuno. Karyanya tentang agama-
agama lain terhenti oleh kematiannya yang mendadak pada 1920, hingga ia tidak dapat
melanjutkan penelitiannya tentang Yudaisme Kuno dengan penelitian-penelitian tentang
Mazmur, Kitab Yakub, Yahudi Talmudi, Kekristenan awal dan Islam.

Tiga tema utamanya adalah efek pemikiran agama dalam kegiatan ekonomi,
hubungan antara stratifikasi sosial dan pemikiran agama, dan pembedaan karakteristik
budaya Barat. Tujuannya adalah untuk menemukan alasan-alasan mengapa budaya Barat dan
Timur berkembang mengikuti jalur yang berbeda. Dalam analisis terhadap temuannya, Weber
berpendapat bahwa pemikiran agama Puritan (dan lebih luas lagi, Kristen) memiliki dampak
besar dalam perkembangan sistem ekonomi Eropa dan Amerika Serikat, tapi juga mencatat
bahwa hal-hal tersebut bukan satu-satunya faktor dalam perkembangan tersebut. Faktor-
faktor penting lain yang dicatat oleh Weber termasuk rasionalisme terhadap upaya ilmiah,
menggabungkan pengamatan dengan matematika, ilmu tentang pembelajaran dan
yurisprudensi, sistematisasi terhadap administrasi pemerintahan dan usaha ekonomi. Pada
akhirnya, studi tentang sosiologi agama, menurut Weber, semata-mata hanyalah meneliti
meneliti satu fase emansipasi dari magi, yakni "pembebasan dunia dari pesona"
("disenchanment of the world") yang dianggapnya sebagai aspek pembeda yang penting dari
budaya Barat.

Empat tipe tindakan dasar yang ia sebut dengan; traditional action, affectual action,
instrumental rational, dan value rational action. Perihal tersebut terkait erat dengan
kajiannya mengenai dimensi rasionalitas. Menurut Weber, tindakan rasional merupakan suatu
tindakan atau pertimbangan yang dilakukan secara sadar dan terpilih. Beberapa tindakan
rasional yang dimaksud adalah:

Pertama, traditional action ‘tindakan tradisional’, adalah tindakan yang diulang


secara teratur, menjadi kebiasaan, tidak menjadi persoalan kebenaran dan keberadaannya.
Tindakan semacam ini adalah tindakan warisan yang diturunkan dari generasi yang lalu atau
berlaku secara turun-temurun. Tindakan tradisional tidak menghasilkan suatu masalah besar
bagi pelakunya. Sebuah gambaran dari tindakan orang Jawa, “Saya melakukan ini, karena
Nenek saya mengajarkan demikian”. Hal ini bisa dimisalkan dengan kebiasaan orang Jawa
yang selalu mendahulukan mereka yang tua ketimbang yang muda—penghormatan. Selain
itu, dalam tradisi berkomunikasi ala Jawa, seseorang yang lebih muda diharuskan
menggunakan bahasa yang sopan sebagai simbol penghormatan dan penghargaan atas mereka
yang lebih tua.

Kedua, affectual action ‘tindakan afeksi’, tindakan ini didasarkan pada sentiment atau
emosi yang dimiliki seseorang. Tergambar dari beberapa tindakan seperti gembira, marah
atau takut. Hal ini akan mempengaruhi tindakan atau respon orang dalam melakukan suatu
tindakan. Contoh dalam kehidupan sehari-hari dapat dimisalkan dengan orang yang tengah
jatuh cinta akan merasa nyaman jika sang kekasih disampingnya. Tetapi, hal ini akan berubah
berbeda bilamana sedang terjadi gejolak diantara mereka atau bertengkar dengan
pasangannya.

Ketiga, instrumentally rational action, tindakan yang pada dasarnya dilakukan


mengingat eksisnya kepentingan maupun tujuan tertentu. Dengan kata lain, tindakan yang
dilakukan oleh seseorang didasarkan pada pertimbangan dan pilihan yang secara sadar dipilih
untuk mencapai sebuah tujuan. “Jalan pintas dianggap pantas”, mungkin sudah cukup
mencerminkan kebiasaan orang Indonesia dalam bertindak. Mereka beranggapan bahwa
tindakan yang dilakukan adalah tindakan efisien dan efektif untuk mencapai tujuan. “Inilah
cara terbaik untuk mencapainya, dan inilah jalur paling aman untuk mencapainya”. Begitu
pula dengan kebiasaan orang-orang untuk mencapai tujuan dalam bekerja maupun aktivitas
lainnya.

Keempat, value rational action ‘tindakan rasionalitas nilai’. Tindakan semacam ini
terkait dengan komitmen yang dilakukan dengan penuh kesadaran berikut tak lepas dari nilai-
nilai agama, hukum, juga berbagai bentuk niai lainnya. Misal, Pembelaan Marx terhadap
kaum buruh yang ditindas oleh kaum pemilik modal (baca: kapitalis/borjuis). Secara tidak
langsung, tindakan yang dilakukan Marx adalah demi mewujudkan nilai-nilai keadilan sosial.
Contoh lain, hal yang biasa dilakukan orang muslim dalam menjalankan ibadahnya. Seorang
muslim menganggap bahwa sholat adalah hal yang harus dilakukan, jika dengan sengaja
meninggalkannya, maka akan memperoleh dosa.
Perhatikan tabel sebagai berikut,

Tipe - tipe Tindakan Contoh


Traditional Action (Tindakan Tradisional) “Saya melakukan ini, karena pendahulu
saya selalu melakukannya.”
Affectual Action (Tindakan Afeksi) “Yang saya tahu hanya melakukan hal
ini.”
Instrumentally Rational Action (Tindakan “Tindakan ini adalah cara paling efektif
Instrumental) dan efisien guna mencapai tujuan.”
Value Rational Action (Tindakan Rasionalitas “Tindakan ini adalah tindakan yang
Nilai) paling tepat saya lakukan.”

Dari keempat bentuk tindakan di atas, pada dasarnya Weber mengetahui bahwa
faktual tindakan terdiri dari percampuran atau kombinasi antara tindakan yang dilakukan oleh
actor. Berpijak melalui hal ini, Weber telah mewariskan pemahamannya mengenai tindakan
sosial. Ada penekanan khusus yang ia lakukan dalam menanggapi fenomena sosial, yakni
lebih mengutamakan rational dari pada suatu tindakan yang dilakukan atas dasar tradisi atau
perasaan belaka.
Charles Horton Cooley

Charles Horton

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mengembangkan konsep mengenai


hubungan timbal balik dan hubungan yang tidak terpisah antara individu dengan masyarakat.

Biografi Charles Horton Cooley

Charles Horton Cooley (lahir 17 Agustus 1864 – meninggal 8 Mei 1929 pada umur 64
tahun) adalah seorang sosiolog yang berasal dari Amerika Serikat. Cooley dalam
mengemukakan teorinya terpengaruh oleh aliran romantik yang mengidamkan kehidupan
bersama, rukun dan damai.

Hasil-hasil karyanya, antara lain:

1. Social Process
2. Social Organization
3. Human nature and social order

American sosial psikolog, sosiolog, dan pendidik Charles Horton Cooley (1864-1929)
menunjukkan kepribadian yang muncul dari sosial influencesand bahwa individu dan
kelompok yang melengkapi aspek manusia asosiasi. Charles Horton Cooley lahir di Ann
Arbor, Mich., pada 17 Agustus 1864, putra yang terkenal ahli hukum, Thomas M. Cooley.
After graduating from the University of Michigan (1887), Charles belajar mekanik rekayasa
dan kemudian ekonomi. Pada 1889 ia masuk kerja pemerintah, pertama dengan Komisi
Pegawai Negeri Sipil dan kemudian dengan Biro Sensus. Dia mengajar ilmu politik dan
ekonomi (1892-1904) dan kemudian sosiologi (1904-1929) di University of Michigan.
Cooley pertama pekerjaan utama, yang Teori Transportasi (1894), adalah dalam teori
ekonomi. Ini adalah buku terkemuka untuk kesimpulan bahwa kota-kota cenderung terletak
pada pertemuan jalur transportasi - yang disebut terobosan dalam transportasi. Cooley segera
dialihkan ke lebih luas dari analisis yang saling mempengaruhi dari individu dan proses
sosial. Dalam Alam dan Manusia Sosial Pesanan (1902) ia foreshadowed George Herbert
Mead's Pembahasan simbolis dari tanah sendiri oleh memperincikan cara tanggapan sosial
yang mempengaruhi timbulnya partisipasi sosial biasa. Cooley sangat luas ini konsep dari
"cari-kaca diri" dalam buku berikutnya, Organisasi Sosial (1909), di mana dia sketched
pendekatan yang komprehensif untuk masyarakat dan proses utama.

60 halaman pertama dari Organisasi Sosial yang telah sosiologis anti untuk Sigmund
Freud. Dalam banyak-dikutip segmen Cooley dirumuskan peran penting dalam kelompok
utama (keluarga, kelompok bermain, dan sebagainya) sebagai salah satu sumber's akhlak,
sentimen, dan cita-cita. Namun dampak dari grup utama sangat besar individu yang
berpegang teguh kepada cita-cita utama dalam asosiasi lebih kompleks dan bahkan membuat
baru utama dalam kelompok formal organisasi. Cooley dilihat masyarakat sebagai konstan
dalam percobaan pembesaran sosial dan pengalaman di berbagai koordinasi. Dia dianalisis
sehingga pengoperasian kompleks sosial tersebut sebagai bentuk formal dan lembaga sosial
kelas yang halus dan sistem kontrol dari pendapat umum. Ia menyimpulkan bahwa perbedaan
kelas yang berbeda mencerminkan kontribusi untuk masyarakat, serta fenomena penaikan
dan eksploitasi.

Cooley's terakhir pekerjaan utama, Sosial Proses (1918), menekankan nonrational,


sementara sifat sosial dan organisasi sosial yang signifikan dari kompetisi. Dia
diinterpretasikan modern kesulitan pembentrokan sebagai dasar nilai grup (cinta, ambisi,
loyalitas) dan nilai-nilai kelembagaan (umum ideologies seperti kemajuan atau
Protestanisme). Sebagai masyarakat mencoba untuk mengatasi kesulitan dengan mereka,
mereka menyesuaikan kedua jenis nilai satu sama lain sebaik mungkin. Yang paling rinci dari
Cooley adalah biografi Edward Jandy, Charles Horton Cooley: Life-Nya dan Teori Sosial
(1942). Sebuah tinjauan singkat, oleh Richard Dewey, muncul dalam Harry Elmer Barnes,
ed., Sebuah Pengenalan kepada Sejarah Sosiologi (1948). Albert J. Reiss, Jr, ed., Cooley dan
Analisis sosiologis (1968), berisi account pribadi oleh Robert Cooley Angell.
Pierre Guillaurne Frederic Le Play

Le Play lahir di Perancis1806. Ia memang tak setenar sosiolog Perancis lainnya,


seperti, Auguste Comte dan Emile Durkheim. Ia bersekolah pada bidang teknik dan bekerja
sebagai insinyur pertambangan. Namun begitu, ia termasuk seorang ahli bidang sosial
kemasyarakatan terkemuka abad 19. Pada tahun 1856 ia mendirikan Société internationale
des études pratiques d’économie sociale, semacam perkumpulan masyarakat internasional
yang memiliki minat atas masalah social dan ekonomi. Ia mendirikan jurnal social yang terbit
di tahun 1881. Tahun 1882 ia meninggal dunia.

Selama hidupnya Le Play telah menghasilkan karya kajian sosial, yaitu; European
workers (1855), La Réforme Sociale 1864/social reform in france, L’Organisation de la
Famille/the organization of the family 1871, the organization of labor (1872), La Constitution
de l’Angleterre (bersama M. Delaire)1875.

Dalam bukunya l’organisation de la famille (1871), Le Play membedakan tiga tipe


keluarga. Satu tipe patriakhal, sekarang dikenal sebagai keluarga patungan, dimana anak laki-
laki yang telah menikah tetap tinggal serumah dengan orang tua. Dua tipe tak stabil, kini
dinamakan keluarga inti atau konjugal, dimana semua anak yang telah menikah pindah dari
rumah. Tiga tipe keluarga akar, dimana hanya satu anak laki-laki yang telah menikah saja
yang masih tinggal bersama orang tua.

Selanjutnya Le Play menyusun ketiga tipe itu dalam urutan kronologis, dan
menampilkan sejarah keluarga bangsa eropa yang lambat laun semakin mengecil, mulai dari
klan (kaum) pada awal abad pertengahan (dalam arti kelompok keluarga besar), lalu menjadi
keluarga akar pada permulaan jaman modern, hingga akhirnya berubah ke keluarga inti yang
merupakan karakteristik masyarakat industri.

Le Play menganalisis keluarga sebagai unit sosial fundamental dari masyarakat.


Organisasi keluarga ditentukan oleh cara-cara mempertahankan kehidupannya, mata
pencaharian mereka. Hal ini sangat tergantung pada lingkungannya. Atas dasar faktor-faktor
tersebut, maka dapatlah diketemukan unsur-unsur yang menjadi dasar adanya kelompok-
kelompok yang lebih besar, yang memerlukan analisis terhadap semua lembaga-lembaga
politik dan social suatu masyarakat tertentu.

Penelitian-penelitiannya terhadap masyarakat menghasilkan dalil bahwa lingkungan


geografis menentukan jenis pekerjaan, dan hal ini mempengaruhi organisasi ekonomi,
keluarga serta lembaga-lembaga lainnya. Dia menilai, anggaran belanja suatu keluarga
merupakan ukuran kuantitatif bagi kehidupan keluarga sekaligus menunjukkan kepentingan
keluarga tersebut.

Le Play dikategorikan sebagai sosiolog dengan mazhab geografi dan lingkungan.


Mazhab ini menguraikan masyarakat manusia tidak bisa terlepas dari tanah atau lingkungan
dimana masyarakat tadi berada. Pengikut-pengikut Le Play mengembangkan
teorinya, seperti karya dari E. Hutington tahun 1915 yang berjudul civilization and climate.
Di dalam buku tersebut diuraikan bahwa mentalitas manusia ditentukan oleh factor iklim.
Ferdinand Tonnies

Ferdinand Tonnies lahir pada tahun 1855 dan wafat pada tahun 1936. Ia merupakan
salah seorang sosiolog Jerman yang turut membangun institusi terbesar yang sangat berperan
dalam sosiologi Jerman. Dan ia jugalah yang melatarbelakangi berdirinya German
Sosiological Association ( 1909, bersama dengan George Simmel, Max Webber, Werner
Sombart, dan lainnya )

Ferdinand Tonnies memiliki berbagai karya diantaranya Gemeinschaft und


Gesellschaft (yang dipublikasikan pertamakali pada tahun 1887) yang selanjutnya diedit dan
di alihbahasakan kedalam bahasa Inggris menjadi Community and Society (1957) oleh
Charles P. Loomis, karyanya yang lain yang berupa essai-essai tentang sosiologi terdapat di
dalam bukunya Einfuhrung in die Soziologie (An Introduction to Sociology).

Diakhir usianya Tonnies adalah seorang yang aktif menentang gerakan NAZI di
Jerman dan seringkali ia diundang menjadi Professor tamu di University of Kiel, setelah
hampir masa hidupnya ia gunakan untuk melakukan penelitian, menulis, dan mengedit karya
para sosiolog dimasanya.
Leopold von Wiese ( 1876-1949 )

Leopold Von Wiese, lahir di Glatz, kini Ktodzko, 2 febuari 1876. Latar belakang
keluarganya borjuis, putra seorang perwira Prusia. Pendidikan pertamanya di akademi
militer. Namun, di tengah jalan rencananya jadi perwira dirubah. Lulus dari gymsium of
Gorlitz tahun 1898, kuliah di fakultas hukum universitas Berlin, sambil belajar ilmu sosial.
Tahun 1900, ia diundang oleh Wilhelm Merton untuk bekerja di Institute Fiir Gemeinwohl di
Frankurt, belajar masalah social modern. Tahun 1905 menjadi dosen di universitas Berlin.

Ia juga mengajar di Amerika Serikat yaitu di universitas Havard 1934, universitas


Wisconssin 1935. Lalu kembali ke Jerman, ia menahan diri dari pengaruh nasionalisme
sosialisme (Nazi), yang mengakibatkannya mengalami beberapa kesulitan dalam mengajar
dan penerbitan-penerbitan buku. Ia meninggal dunia ditahun 1969.

Karyanya sebagai berikut; the basis of sociology; a critical examination of Herbert


spencer’s synthetic philosophy (1906), general sociology, jilid I social relations (1924) dan
jilid II social forms (1929), systematic sociology (bersama dengan Howard Becker, 1932),
sociology of social relation (1941).

Von Wiese, termasuk golongan sosiolog mazhab formal. Baginya, sosiologi adalah
penelitian hubungan antar manusia sebagai kenyataan sosial. Obyek khusus sosiologi adalah
interaksi social atau proses sosial. Sosiologi harus memusatkan perhatian pada hubungan-
hubungan manusia tanpa mengaitkannya dengan tujuan-tujuan atau kaidah-kaidah.
Penelitiannya yang pertama merupakan suatu penyelidikan terhadap klasifikasi
proses-proses social, terutama menyoroti proses-proses social yang asosiatif (penggabungan)
dan disosiatif (konflik). Setiap kategori proses social dibagi-baginya kedalam bagian-bagian
yang lebih kecil atas dasar derajat asosiatif atau disosiatifnya. Penelitian selanjutnya
dilakukannya terhadap struktur social yang merupakan saluran dari hubungan antara manusia.

Leopold von Wiese membedakan hubungan antarmanusia menjadi tiga kategori, yaitu
hubungan primer, hubungan sekunder, dan hubungan tersier. Klasifikasi hubungan
antarmanusia tersebut berdasarkan kekuatan, kedalaman, dan “sustainability” interaksi sosial
di antara anggota kelompok sosial tersebut.

Wiese memiliki perhatian atas masalah konflik sosial. Menurutnya konflik social
adalah suatu proses dimana orang perorang atau kelompok manusia berusaha untuk
memenuhi apa yang menjadi tujuannya dengan jalan menentang pihak lain disertai ancaman
dan kekerasan. Dalam buku berjudul systematic sociology, yang ditulisnya bersama Howard
Becker, dijelaskan suatu bentuk proses social yang berada antara persaingan dan
pertentangan, pertikaian, yang disebutnya kontravensi. Kontravensi ditandai oleh gejala-
gejala adanya ketidakpuasan terhadap diri seseorang atau terhadap rencana.

Tipe-tipe umum kontravensi adalah kontravensi yang menyangkut generasi seks dan
kontravensi parlementer. Kontravensi seksual, terutama menyangkut hubungan suami dengan
istri dalam keluarga. Kontravensi parlementer berkaitan dengan hubungan antara golongan
mayoritas dan golongan minoritas dalam masyarakat, baik yang menyangkut hubungan
mereka di dalam lembaga-lembaga legislatif, keagamaan, pendidikan.***

Sumber tulisan;

[1] Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, 1992

[2] www.wikipedia.com/Leopold Von Wiese

[3] Ilusttrasi buku karya Leopold, Wikipedia. Diakses pada 30 Agustus 2014.

Ia seorang sosiololog dari Jerman. Ia beranggapan bahwa sosilogi adalah ilmu


pengetahuan empiris yang berdiri sendiri. Menurutnya obyek sosiologi adalah penelitian
terhadap hubungan antar manusia yang merupakan kenyataan sosial. Obyek sosiologi adalah
interaksi sosial atau proses sosial.Ia meneliti tentang klasifikasi proses-proses sosial, yang
menekankan pada proses sosial asosiatif dan disosiatif. Setiap katgori proses-proses sosial
dibagi-bagi lagi menjadi proses yang lebih kecil.Ia juga meneniliti tentang struktur sosial.
Menurutnya struktur sosial merupakan saluran dalam hubungan antar manusia.Hasil karyanya
antara laihn: The basic of sociology: a critical examination of Herbert spencer’s synthetic
philosophy ( 1906 ) General sociologi, jilid.I Social relations ( 1924 ) dan jilid II tahun 1929
Lester Frank Ward (1841-1913)

Sosiologi bertujuan untuk meneliti kemajuan-kemajuan manusia. Ia membedakan


antara pure sociology (sosiologi murni) yang meneliti asal dan perkembangan gejala-gejala
sosial, dan apllied sociology (sosiologi terapan) yang khusus mempelajari perubahan-
perubahan dalam masyarakat karena usaha-usaha manusia.

Kekuatan dinamis dalam gejala sosial adalah perasaan. Ward menerima gagasan
bahwa manusia berkembang dari bentuk yang lebih rendah ke statusnya yang seperti
sekarang.

Ia yakin bahwa masyarakat kuno ditandai oleh kesederhanaan dan kemiskinan moral,
sedangkan masyarakat modern lebih kompleks, lebih bahagia dan mendapatkan kebebasan
lebih besar. Menurutnya, sosiologi tidak hanya bertugas meneliti kehidupan sosial saja, tetapi
harus pula menjadi lmu terapan. Sosiologi terapan ini meliputi kesadaran yang menggunakan
pengetahuan ilmiah untuk mencapai kehidupan masyarakat yang lebih baik.

Ward pada tahun 1882 diangkat menjadi Asisten Geologist untuk US Geological
Survey, sebuah jabatan yang dipegangnya selama dua tahun. Ia menjabat USGS untuk sisa
karirnya di pemerintah federal, menerima promosi untuk Geologist pada tahun 1889, dan
pada tahun 1892 Paleontolog.Selain bekerja USGS nya, Ward diangkat Kurator Kehormatan
Departemen Tanaman Fosil di US National Museum pada tahun 1882. Dia remainded
bertugas koleksi tha nasional fosil tanaman hingga pensiun dari USGS pada tahun 1905.
Setelah berkarir di pemerintah federal, Ward memulai pada karir baru. Pada 1905 ia
menulis kepada James Quayle Dealey dari Brown University untuk menanyakan tentang
possibilty mengajar di Brown. Dealey menanggapi positif. Setelah negosiasi dengan Presiden
Universitas, William Faunce, Ward ditawari posisi mengajar pada tahun 1905-an. Dia pindah
ke Providence pada musim gugur 1906. Rafferty menggambarkan langkah Ward:
"Kedatangan Ward di Brown University adalah menjadi climx karir tellectual nya, sorot
perjalanan panjang mempelajari dan menulis tentang mata pelajaran sosial dan ilmiah."

Ward diingat adalah terbaik untuk kepeloporannya dalam sosiologi. Antara 1883 dan
kematiannya pada tahun 1913, ia menyelesaikan beberapa karya penting termasuk Sosiologi
Dinamis (1883), Garis Sosiologi (1898), Pure Sosiologi (1903), dan Terapan Sosiologi
(1906). Kontribusi Ward yang paling penting untuk sosiologi itu menekankan bahwa hukum-
hukum sosial, setelah diidentifikasi, dapat dimanfaatkan dan dikendalikan.

Ward mendukung gagasan kesetaraan perempuan serta kesetaraan semua kelas dan
ras dalam masyarakat. Dia percaya pada pendidikan universal sebagai sarana untuk mencapai
kesetaraan ini. Banyak ide-ide yang tidak populer di kalangan sezaman laki-lakinya, tapi
mungkin akan bermain lebih baik untuk penonton hari ini. Pada musim panas tahun 1905,
Ward dan sejumlah rekan terkemuka mulai sesuai dengan sosiolog di seluruh negeri tentang
kemungkinan membentuk masyarakat baru khusus untuk sosiolog. Pada bulan Desember
1905, sebagai bagian dari Pertemuan Tahunan American Association Ekonomi, Ward dan
lain-lain bertemu di Baltimore memperdebatkan masalah ini. Pada akhirnya mereka bertindak
untuk membentuk suatu masyarakat baru, Society American Sociological. Ward terkejut
ketika ia terpilih untuk melayani sebagai Presiden pertama dari masyarakat baru untuk 1906
dan 1907.

Sebagai Presiden Society American Sociological pada tahun 1906 dan 1907, Ward
memberikan alamat pada pertemuan tahunan masyarakat setiap tahun. Teks dari dua Ward
Alamat Presiden tersedia melalui link berikut:

* 27 Desember 1906 - "Pendirian Sosiologi"

* 28 Desember 1907 - "Kursus Sosial dalam Terang Teori Sosiologi Modern"


Vilfredo Pareto

Vilfredo Federico Damaso Pareto adalah seorang insinyur Italia, sosiolog, ekonom,
ilmuwan politik dan filsuf. Dia memberikan beberapa sumbangan penting dalam bidang
ekonomi, terutama dalam studi distribusi pendapatan dan dalam analisis pilihan individu.
Vilfredo Pareto memperkenalkan konsep efisiensi Pareto dan juga membantu
mengembangkan bidang ekonomi mikro. Vilfredo Pareto juga merupakan orang pertama
yang menemukan bahwa pendapatan mengikuti distribusi Pareto, yang merupakan kuasa
hukum distribusi probabilitas. Vilfredo Pareto juga memberikan kontribusi untuk bidang
sosiologi dan matematika.

Pareto lahir pada 15 July 1848, dari sebuah keluarga bangsawan Genoa yang
diasingkan tahun 1848 di Paris. Ayahnya, Raffaele Pareto (1812-1882), adalah seorang
insinyur sipil Italia. Ibunya, Marie Metenier, adalah seorang wanita Prancis. Vilfredo Pareto
dan keluarganya kembali ke Italia pada tahun 1858. Pada masa kecilnya, Vilfredo Pareto
tinggal di lingkungan kelas menengah, dia menerima standar pendidikan yang tinggi . Pada
tahun 1870, ia meraih gelar di bidang teknik, yang sekarang menjadi Universitas Politeknik
Turin. Disertasinya berjudul "Prinsip-prinsip Dasar Ekuilibrium di Badan padat". Kemudian
dia cenderung tertarik pada analisis ekuilibrium dalam ilmu ekonomi dan sosiologi.

Beberapa tahun setelah lulus, Vilfredo Pareto bekerja sebagai seorang insinyur sipil,
pertama untuk Perusahaan Kereta Api milik negara Italia dan kemudian di industri swasta.
Dia tidak memulai pekerjaan serius di bidang ekonomi sampai usia pertengahan empat
puluhan. Pada tahun 1886 ia menjadi dosen ekonomi dan manajemen di University of
Florence. Keberadaannya di Florence, dia isi dengan kegiatan politik, sebagian besar
didorong oleh rasa frustrasi sendiri atas regulator pemerintah. Pada tahun 1889, setelah
kematian orang tuanya, Pareto berubah gaya hidupnya, ia berhenti pekerjaannya dan menikah
dengan seorang perempuan Rusia, Alessandrina Bakunin. Namun kemudian Pareto pergi
meninggalkan Alessandrina bersama pelayannya yang masih muda.

Pada tahun 1893, Pareto diangkat sebagai dosen di bidang ekonomi di University of
Lausanne di Swiss, dimana dia menetap sampai sisa hidupnya. Pada tahun 1906, Pareto
mengembangkan apa yang disebutnya "Hukum 80/20". Risetnya mengindikasikan bahwa
dalam sebuah bisnis, 20% barang dagangannya menghasilkan 80% bisnisnya dan bahwa kira-
kira 20% populasi mengendalikan kira2 80% kekayaan. Namun gagasan ekonomi tersebut
dianggap cacat. Hal tersebut membuat Pareto mencela pemimpin sosialis sebagai 'aristokrasi
perampok' yang mengancam akan merampas negeri dan mengkritik pemerintah Giovanni
Giolitti untuk tidak mengambil sikap lebih keras terhadap pemogokan pekerja. Keresahan
yang berkembang di kalangan tenaga kerja di Italia membawanya ke kamp anti-sosialis dan
anti-demokratis.

Tahun-tahun Pareto kemudian dihabiskan dalam mengumpulkan bahan untuk


karyanya yang paling terkenal, yakni Trattato di sociologia generale (1916), Pikiran dan
Masyarakat (1935) dan karya terakhirnya adalah Compendio di sociologia generale (1920).
George Simmel

Menurut George Simmel,sosiologi sebagai ilmu yang khusus dan independen yang
mencakup permasalahan konsepsi masyarakat dan individu. Bentuk dan isi dari suatu
interaksi timbal balik secara psikologis maupun sosiologis berkarakter abstrak yang
mendasarkna pada realitas. Sosiologi sebagai suatu metode ilmiah yang kemampuannya
dapat dipakai oleh ilmu-ilmu lain.

Biografi George Simmel

George Simmel adalah seorang filsuf Jerman dan salah seorang pionir dalam
menjadikan sosiologi sebagai cabang ilmu yang berdiri sendiri. Ia dilahirkan pada tanggal 1
Maret 1858 dari 7 bersaudara, di Berlin – Jerman, suatu daerah tempat ia hidup pada masa
kanak-kanak sebagai mahasiswa maupun sebagai guru besar.

Orang tua Georg Simmel adalah orang yahudi beragama protestan. Ayahnya adalah
pengusaha sukes dari Yahudi yang beraliran katolik, sedangkan ibunya mengkonversi ke
aliran protestan. Latar belakang orangtuanya itu menjadi hambatan Simmel selama hidupnya.
Suasana anti Semit di Berlin tidak dapat dihindarkan oleh Simmel walaupun keluarganya
beragama protestan. Ayahnya meninggal saat Simmel masih muda, lalu Julius Friedlander
ditunjuk sebagai walinya. Friedlander adalah teman dari keluarga Simmel dan pendiri
penerbit internasional. Julius meninggalkan kekayaan untuk Simmel yang dapat
digunakannya untuk bersekolah hingga sarjana.

Simmel masuk dan menuntut ilmu di Universitas Berlin. Ia mempelajari psikologi,


sejarah, filsafat, dan bahasa Italia. Tetapi, upaya pertamanya untuk menyusun disertasi di
tolak. Meski proposal pertamanya di tolak, ia mempertahankan disertasi dan ahirnya
menerima gelar Doktor Filsafat pada tahun 1881. Hingga 1914 ia tetapi di Universitas Berlin
berstatus tenaga pengajar meski hanya menduduki jabatan yang relatif tak penting sebagai
“dosen privat” dari 1885-1900. Kemudian ia menjadi dosen yang tak di gaji, yang
kehidupannya tergantung pada honor dari mahasiswa. Gaya mengajarnya demikian populer,
hingga bahkan orang terpelajar pun mengadiri kuliahnya. Dalam karier akademisnya sebagai
dosen, Simmel sering dikritik karena tema-tema pemikirannya yang tidak sesuai dengan gaya
yang lazim. Selain itu, gaya menulis Simmel juga dipandang tidak sesuai dengan standar
yang ada. Sebagai guru besar di Universitas Berlin, ia memberikan kuliah-kuliah yang sangat
popular dan banyak menulis. Ia menghasilkan karya-karya yang sangat terkenal pada masa
itu walaupun karirnya tidak terlalu berkembang karena latar belakang yang tidak
menguntungkan pada waktu itu. Simmel menulis banyak artikel (The Metropolis and Mental
Life) dan buku the Philosophy of Money. Ia terkenal di kalangan akademisi Jerman,
mempunyai pengikut internasional, terutama di Amerika. Di situ karyanya berpengaruh besar
dalam kelahiran sosiologi. Kedudukannya yang serba marginal menyebabkan Simmel sangat
peka terhadap masalah yang ada di sekitarnya. Masalah-masalah itu terlepas dari perhatian
orang-orang yang berkedudukan baik pada saat itu.

Simmel mencoba mendapat berbagai status akademisi, namun ia gagal meski mendpat
dukungan sarjana seperti Max Weber. Salah satu alasan yang menyebabkan Simmel gagal
adalah karena ia keturunan Yahudi, sementara di abad 19, Jerman sedang di landa paham
anti-Yahudi (Kasler, 1985). Kegagalan personal Simmel pun dapat di kaitkan dengan
rendahnya penghargaan akademisi Jerman terhadap sosiologi ketika itu. Pada tahun 1914,
Simmel diangkat menjadi guru besar tetap di Universitas Strassbourg dengan bantuan
temannya yaitu Max Weber. Pusat perhatian studi Simmel mencakup ruang lingkup yang
sangat luas dimulai dari filsafat, yang kemudian menjadi ilmu yang sangat bermanfaat bagi
bidang-bidang sosiologi, sejarah, sastra dan kesenian. Simmel memberikan kuliah mengenai
bidang-bidang itu dan menyusun karya-karya ilmiah. Di bidang sosiologi, pusat perhatiannya
terarah pada proses interaksi yang dianggap sebagai ruang lingkup primer sosiologi dan
perkembangannya. Selanjutnya dia menyelidiki masalah solidaritas dan konflik yang
dikaitkannya dengan besar kecilnya kelompok. Simmel tetap menjadi tokoh marginal di
dunia akademisi Jerman sampai ia meninggal pada tahun 1918. Ia tak pernah mendapat karir
akademisi yang normal. Bagaimanapun juga Simmel menarik perhatian sejumlah besar
mahasiswa di zamannya dan kemasyhurannya sebagai seorang sejarah terpelihara bertahun-
tahun.
William Graham Sumner (1840-1910)

Lahir di Paterson, New Jersey, Amerika Serikat 30 Oktober tahun 1840. Orang tuanya
adalah keturunan Inggris, berlatar belakang sosial sederhana. Setelah lulus sekolah, ia belajar
bahasa dan sejarah kuno di Göttingen (1864) dan teologi dan filsafat di Oxford (1866). Tahun
berikutnya ia diangkat sebagai pengajar di Yale. Pada tahun 1869 ia meninggalkan Yale
untuk menjadi rektor gereja-gereja di New York City dan Morristown, New Jersey. Pada
tahun 1872 ia menjadi profesor pertama dari ilmu politik dan sosial di Yale. Pada tanggal 12
April 1910, Sumner meninggal dunia di Englewood, New Jersey.

Karyan-karya William Graham Sumner adalah sebagai berikut;

 Collected essays on political and science (1885)


 What social classes owe to folkways (1907)
 Selected essays of William graham sumner (1924)
 The science of sociology (dengan a.c. keller, 1927)
 Essays of William graham sumner (2 jilid, 1934)

Sistem sosiologi Sumner didasarkan pada konsep in-group dan out-group. Masyarakat
merupakan peleburan dari kelompok-kelompok sosial. Kebiasaan dan tata kelakuan
merupakan petunjuk-petunjuk bagaimana harus memperlakukan warga-warga sekelompok
maupun warga-warga dari kelompok lainnya. Apabila suatu kebiasaan dianggap demikian
pentingnya bagi kesejahteraan kelompok sosial, maka kebiasaan tersebut menjadi tata
kelakuan atau moral kelompok yang mempunyai sanksi-sanksi yang tegas.

Menurut Sumner ada empat dorongan yang universal dalam diri manusia, yaitu; rasa
lapar, rasa cinta, rasa takut dan rasa hampa. Dari dorongan tersebut timbullah kepentingan-
kepentingan, yang menyebabkan terjadinya pola-pola kegiatan kebudayaan. Karena itu,
keempat dorongan tersebut merupakan kekuatan-kekuatan social yang terpokok.

Salah satu hasil karyanya yang menjadi kepustakaan sosologi klasik adalah folkways.
Folkways adalah kebiasaan-kebiasaan social yang timbul secara tidak sadar dalam
masyarakat, kebiasaan-kebiasaan mana menjadi bagian dari tradisi. Hampir semua aturan-
aturan kehidupan sosial, upacara, sopan-santun, kesusilaan, dan sebagainya, termasuk dalam
folkways tersebut. Aturan-aturan tersebut merupakan kaidah-kaidah kelompok yang masing-
masing mempunyai tingkat atau derajat kekuatan yang berbeda-beda. Apabila kaidah-kaidah
tadi dianggap sedemikian pentingnya, maka kaidah-kaidah tadi dinamakan tata
kelakuan (mores).

Sumner melihat lembaga kemasyarakatan dari sudut kebudayaan, mengartikan lembaga


kemasyarakatan sebagai perbuatan, cita-cita, sikap dan perlengkapan kebudayaan, bersifat
kekal serta bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Pentingnya adalah
agar ada keteraturan dan integrasi dalam masyarakat.

Pengaruh ajaran Spencer terlihat dari pemikiran sosiolog W.G. Sumner. Pandangan dunia
social Sumner yang menyokong keagresifan dan kebersaingan manusia. Orang yang sukses
dalam persaingan berhak hidup dan yang tak sukses tak berhak hidup. System teoritis ini
cocok dengan perkembangan kapitalisme karena menyediakan legitimasi teoritisi bagi
ketimpangan dan kekayaan yang ada.
Robert Ezra Park

Park dilahirkan di Harveyville, Pennsylvania, pada 4 Pebruari 1864 (Matthews, 1977).


Sebagai mahasiswa di Unviersitas Michigan, dia berkenalan dengan sejumlah pemikir besar,
seperti John Dewey. Meski tertarik dengan dunia ide-ide, Park merasa perlu untuk bekerja di
dunia nyata. Seperti dikatakan Park, “Saya memutuskan untuk terjun ke pengalaman,
mengumpulkan ke dalam jiwa saya

… semua kegembiraan dan kesedihan


dunia.” (1927/1973:253).

Setelah lulus, dia mulai berkarir sebagai wartawan, yang memberinya kesempatan
berkenalan dengan dunia nyata. Dia suka menjelajah (hunting down gambling houses and
opium dens) (Park, 1927/1973:254). Dia menulis tentang kehidupan kota dengan mendetail.
Dia terjun ke lapangan, mengamati dan menganalisa, dan kemudian menulis pengamatannya
itu. Pada dasarnya dia sudah melakukan semacam riset (pelaporan ilmiah) yang menjadi salah
satu ciri utama aliran sosiologi Chicago yaitu etnologi urban dengan menggunakan teknik
pengamatan terlibat (Lindner, 1996).

Robert Park mengikuti karir yang biasa ditempuh para sosiolog-kuliah, sarjana,
profesor. Dia memiliki berbagai macam

karir sebelum menjadi sosiolog. Meski dia agak terlambat, Park sangat berpengaruh
terhadap sosiologi pada umumnya dan teori pada khususnya. Keragaman pengalaman Park
memberinya orientasi hidup yng tak biasa, dan pandangannya membantu membentuk aliran
Chicago, interaksionisme simbolik dan pada puncaknya, sebagian besar bidang sosiologi.

Meskipun deskripsi akurat tentang kehidupan sosial tetap merupakan minatnya, Park
semakin kecewa dengan kerja di koran karena tidak memenuhi kebutuhan intelektualnya.
Lebih jauh, pekerjaan itu tampaknya tidak memberikan kontribusi untuk mengembangkan
dunia, dan Park sangat tertarik dengan reformasi sosial. Pada 1898, pada usia 34 tahun, Park
meninggalkan pekerjaan di surat kabar dan mendaftar di Jurusan Filsafat di Harvard. Dia
tetap disana selama setahun tetapi kemudian memutuskan untuk pindah ke Jerman, yang pada
saat itu adalah jantung kehidupan intelektual dunia.

Di Berlin dia bertemu dengan Georg Simmel, yang karyanya sangat berpengaruh
terhadap sosiologi Park. Sesungguhnya kuliah-kuliah Simmel adalah satu-satunya pelatihan
formal sosiologi yang diterima Park. Seperti dikatakan Park, “Saya mendapatkan hampir
semua pengetahuan saya tentang masyarakat dan sifat manusia dari observasi”
(1927/1973:257). Pada 1904 Park menyelesaikan disertasi doktornya di Universitas
Heidelberg. Dia kecewa dengan disertasinya sendiri. “Saya hanya memperlihatkan buku
kecil, dan saya malu terhadapnya” (Matthews, 1977:57). Dia menolak tawaran mengajar
musim panas di Universitas Chichago dan menjauhi akademik.

Kebutuhannya untuk memberi kontribusi pada kehidupan sosial yang lebih baik
membuatnya menjadi sekretaris dan kepala publisitas untuk Congo Reform Brutalitas dan
eksploitasi yang terjadi di Congo. Selama periode ini dia bertemu dengan Booker T.
Washington, dan dia tertarik pada upaya memperbaiki nasib kulit hitam Amerika. Dia
menjadi sekretaris Washington dan memainkan peran kunci dalam aktivitas di Institut
Tuskegee. Pada 1912 dia bertemu dengan W.I. Thomas, sosiologi Chicago, yang sedang
mengajar di Tuskegee.

Thomas mengundangnya untuk memberi kuliah tentang “Negro di Amerika” untuk


sekelompok kecil mahasiswa di Chicago, dan Park memenuhinya pada 1914. Kuliah itu
sukses, dan dia memberikannya lai tahun berikutnya dengan mahasiswa lebih banyak. Pada
saat ini dia bergabung dengan American Sociologyal Society, dan hanya satu dekade
kemudian, dia menjadi presidennya. Park pelan-pelan membuka jalan ke Chicago, meski dia
tak menjadi profesor sampai sembilan tahun. Kira-kira dua dekade dia berafiliasi dengan
Universitas Chicago, dan memainkan peran penting dalam pembentukan orientasi intelektual
di jurusan Sosiologi. (Teori Sosiologi, George Ritzer, 2012. Hal. 342-344)
Park merupakan salah satu tokoh penting di Chicago. Pentingnya Park di dalam
perkembangan sosiologi terletak pada beberapa wilayah. Pertama, dia menjadi tokoh
dominan di jurusan sosiologi Chicago, yang pada gilirannya, mendominasi sosiologi hingga
1930-an. Kedua, Park studi di Eropa dan berperan penting dalam membuat para pemikir
Eropa daratan diperhatikan oleh para sosiolog Chicago. Park mengikuti kursus-kursus yang
dilaksanakan Simmel, dan ide-ide Simmel, khususnya fokusnya pada tindakan dan interaksi,
sangat penting di dalam perkembangan orientasi teoritis aliran Chicago (Rock, 1979: 36-48).

Ketiga, sebelum menjadi seorang sosiolog, Park tadinya adalah seorang wartawan,
dan pengalaman itu memberinya suatu pengertian penting atas masalah-masalah perkotaan
dan perlunya pergi ke lapangan untuk mengumpulkan data melalui pengamatan pribadi. Dari
sini muncullah perhatian substantif aliran Chicago pada ekologi urban. Keempat, Park
memainkan suatu peran kunci dalam membimbing par mahasiswa yang sudah lulus dan
membantu mengembangkan “program kumulatif riset tingkat sarjana”. Akhirnya, pada 1921,
Park dan Ernest W. Burgess menerbitkan buku kuliah sosiologi pertama yang benabenar
penting, Introduction to the Science of Sociology. Buku itu merupakan buku yang sangat
berpengaruh selama bertahun-tahun dan khususnya patut diperhatikan karena komitmennya
pada ilmu, riset, dan studi sederetan luas fenomenal sosial.

Bermula pada akhir 1920-an dan awal 1930-an, Park mulai menghabiskan waktu yang
lenoih sedikit di Chicago. Perhatiannya seumur hidup adalah pada hubungan-hubungan ras
(dia telah menjadi sekeretaris Booker T. Washington sebelum menjadi sosiolog) yang
membuatnya mengambil posisi di Universitas Fisk (universitas kulit hitam) pada 1934.
Meskipun kemunduran jurusan sosiologi Chicago tidak disebabkan hanya karena atau
terutama oleh kepergian Park, status fakultas itu merosot pada 1930-an. Akan tetapi, sebelum
kita dapat membahas kemunduran sosiologi Chicago dan munculnya fakultas-fakultas dan
teori-teori lain, kita perlu kembali ke hari-hari awal aliran itu dan dua tokoh yang mempunyai
karya dengan signifikansi teoritis yang paling langgeng ― Charles Horton Cooley.

Robert Ezra Park mengemukakan beberapa konsep yang dianggap sebagai fokus
perhatian dalam sosiologi, antara lain perilaku kolektif, kontrol sosial, proses sosial,
perubahan sosial, tatanan biotik dan tatanan sosial, serta jarak sosial.

Menurut Park, sosiologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari perilaku kolektif,
sehingga masyarakat dilihat sebagai produk dari interaksi yang terjadi antarsetiap individu
yang dikontrol oleh seperangkat tradisi dan norma yang muncul dalam proses interaksi
tersebut. Kontrol sosial mengacu pada berbagai cara di mana perilaku kolektif itu diatur,
disalurkan dan ditahan. Park membedakan empat proses sosial yang utama yaitu kompetisi,
konflik, penyesuaian diri/accomodation dan asimilasi.

Park meyakini bahwa perubahan sosial melewati tiga tahap, yang dimulai dari
ketidakpuasan, kerusuhan yang mengarah pada adanya gerakan sosial, dan kemudian berakhir
pada penyesuaian baru dengan aturan yang telah diperbaharui.

Beranjak dari pemikiran Darwin tentang tatanan biotik, Park memunculkan konsep
tentang komunitas. Dalam setiap kehidupan di komunitas dominasi umumnya merupakan
hasil dari perjuangan di antara spesies yang berbeda untuk sesuatu yang langka. Sedangkan
suksesi merupakan beragam tahapan, tahap perubahan yang teratur di mana komunitas biotik
melewatinya dalam tahapan-tahapan perkembangannya. Dalam tatanan sosial, yang berbeda
dengan tatanan ekologi, manusia berpartisipasi sebagai individu yang memiliki kesadaran diri
dalam berkomunikasi dengan yang lainnya dan kemudian terlibat dalam tindakan kolektif.
Tatanan sosial memperhalus dampak dari kompetisi untuk bertahan melalui kontrol sosial
dan keterlibatan dalam menjalankan tugas di masyarakat.

Sedangkan jarak sosial, mengacu pada konsep adanya tingkat kedekatan yang muncul
antarkelompok dan individu. Semakin jauh jarak sosial antarindividu dan kelompok, maka
semakin sedikit kemungkinan bagi mereka untuk dapat saling mempengaruhi satu sama lain.
Karl Mannheim (1893-1947)

Karl Mannheim di lahirkan 1893 di Budapest, Hongaria. Ayahnya orang


Hongariasedangkan ibunya orang Jerman. Lulus dari gimnasium humanistik dan melanjutkan
studinyadi perguruan tinggi.pada mulanya Mannheim sangat tertarik pada filsafat,
khususnyaepistemologi; desertasinya membahas analisa struktural epistemologi. Perhatianya
kemudianberalih pada ilmu-ilmu sosial, khususnya ajaran-ajaran yang di kembangkan oleh
MaxWeber, Max Scheler, dan Karl Marx. Pada tahun 1925 dia menjadi dosen di Heidelberg,
dandalam tahun 1929 dia menjadi gurubesar sosiologi dan ekonomi di frankfurt.
Diadiberhentikan pada tahun 1933 atas perintah Adolf Hitler, sehingga Mannheim menetap
dilondon dan mengajar sosiologi pada London School of Economics. Selama tinggal di
Inggrismannheim mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan Sosiologi di Inggris,sehingga
sosiologi menjadi suatu ilmu yang di hormati.

Mannheim meninggal dunia dalam usia yang tidak terlalu tua, namun hasil
karyanyamempunyai arti tersendiri bagi perkembangan ilmu. Beberapa permasalahan pokok
yangmendasari karya-karyanya adalah, bagaimanakah pribadi yang unik, atau suatu
kelompok,atau suatu kurun waktu, atau pandangan hidup dapat di sajikan atau di mediasikan.
Hal itusebenarnya berkisar bagaimana mengadakan penafsiran intelektual atau menangani
gejala spiritual.
Menurut Mannheim, penafsiran sosiologis merupakan suatu diskusi mengenai
berbagai jenis penafsiran yang memperkaya penafsiran imanen atau interinsi.
Denganmempergunakan penafsiran itu, akan dapat diungkapkan praanggapan-
praanggapaneksistensial yang mempunyai arti. Hal ini bukan beratrti bahwa penafsiran
sosiologismeninggalkan ruang lingkup intelektual, oleh karena praanggapan-praanggapan
eksistensialitu mempunyai arti tertentu, walaupun sifatnya prateoritis.

Ringkasan mengenai sosiologi sistematis yang merupakan bahan-bahan kuliah,selama


Mannheim berada di Inggris. Intinya adalah tentang usaha untuk mengungkapkanruang
lingkup sosiologi sistematis, yakni berbagai bentuk kehidupan bersama manusia.Bentuk-
bentuk kehidupan bersama tersebut tidaklah berdiri sendiri, namun di pengaruhi olehfaktor-
faktor psikologis dan kebudayaan.

Mannheim berusaha untuk menyusun sintesis antara metode-metode psikologimodern


yang dinamis dengan metode-metode sosiologis. Sebagai sosiolog dia memberikantekanan
pada peranan faktor-faktor sosial dalam pembentukan perilaku dan pola berfikir. Dia juga
berpendapat bahwa bentuk-bentuk individualisasi berasal dari proses-proses sosial.
Koentjaraningrat : Guru Besar Antropologi pada Universitas Indonesia (1962-1999)

Prof Dr Koentjaraningrat tertarik bidang ilmu antropologi sejak menjadi asisten Prof
GJ Held, guru besar antropologi di Universitas Indonesia, yang mengadakan penelitian
lapangan di Sumbawa. Sarjana Sastra Bahasa Indonesia dari Universitas Indonesia 1952, ini
meraih gelar MA Antropologi dari Yale University, AS, 1956 dan Doktor antropologi dari
Universitas Indonesia, 1958.

Pak Koen merintis berdirinya sebelas jurusan antropologi di berbagai universitas di


Indonesia. Ilmuwan yang mahir berbahasa Belanda dan Inggris ini juga tekun menulis.
Beberapa karya tulisnya telah menjadi rujukan bagi dosen dan mahasiswa di Indonesia. Ia
banyak menulis mengenai perkembangan antropologi Indonesia. Sejak tahun 1957 hingga
1999, ia telah menghasilkan puluhan buku serta ratusan artikel.

Melalui tulisannya, ia mengajarkan pentingnya mengenal masyarakat dan budaya


bangsa sendiri. Buah-buah pikirannya yang terangkum dalam buku kerap dijadikan acuan
penelitian mengenai kondisi sosial, budaya, dan masyarakat Indonesia, baik oleh para
ilmuwan Indonesia maupun asing.
Salah satu bukunya yang menjadi pusat pembelajaran para mahasiswanya adalah
Koentjaraningrat dan Antropologi Indonesia, yang diterbitkan pada tahun 1963. Dalam buku
itu, diceritakan kegiatan Prof Dr Koentjaraningrat dalam menimba ilmu. Juga di dalamnya,
dia menjadi tokoh pusat dalam perkembangan antropologi.

Selain itu, bukunya Pengantar Antropologi yang diterbitkan pada tahun 1996 telah
menjadi buku pegangan para mahasiswa di berbagai universitas dan berbagai jurusan yang
ada di Indonesia.

Buku lainnya yang pernah diterbitkannya adalah hasil penelitian lapangan ke berbagai
wilayah di Indonesia seperti Minangkabau, daerah Batak hingga pelosok Irian Jaya. Buku itu
berjudul Keseragaman Aneka Warna Masyarakat Irian Barat (1970), Manusia dan
Kebudayaan di Indonesia (1971), Petani Buah-buahan di Selatan Jakarta (1973), Masyarakat
Desa di Indoensia (1984), Kebudayaan Jawa (1984), Masyarakat Terasing di Indonesia
(1993), dan sebagainya.

Selain itu, ia juga pernah mengadakan penelitian di negara lain seperti Belanda dan
Belgia.

Kepribadiannya yang khas, meninggalkan kesan tersendiri dalam ingatan para mahasiswanya.
Kesan dan pandangan para mahasiswa, kerabat, sahabat dan koleganya, sepertinya dapat
mengungkapkan jati diri seorang tokoh dalam berbagai aspek kehidupannya di kelas, di
rumah, dan di dalam kehidupan sehari-hari.

Pada mulanya ia pernah ditugaskan untuk mengembangkan pendidikan dan penelitian


dalam antropologi. Dia menyiapkan dan menyediakan bahan untuk pengajaran. Dalam rangka
pemenuhan tugas-tugas itu, ia tidak hanya produktif menulis buku-buku acuan pendidikan
antropologi, melainkan dia juga menulis buku-buku dan artikel ilmiah lainnya berkenaan
dengan kebudayaan, suku bangsa, dan pembangunan nasional di Indonesia.

Profesor bernama lengkap Koentjoroningrat ini dilahirkan di Yogyakarta, 15 Juni


1923, sebagai anak tunggal. Ayahnya, RM Emawan Brotokoesoemo, adalah seorang pamong
praja di lingkungan Pakualaman. Sementara ibunya, RA Pratisi Tirtotenojo, sering diundang
sebagai penerjemah bahasa Belanda oleh keluarga Sri Paku Alam. Walaupun anak tunggal,
didikan ala Belanda yang diterapkan ibunya membuatnya menjadi pribadi yang disiplin dan
mandiri sejak kecil.
Pada usia delapan tahun, ia mulai bersekolah di Europeesche School. Pada masa-masa
itu, ia sering menghabiskan waktu bermain di lingkungan keraton. Kedekatannya dengan
lingkup keraton yang kental dengan seni dan kebudayaan Jawa, sedikit banyak memengaruhi
pembentukan kepribadiannya sebagai antropologi di kemudian hari.

Selepas dari Europeesche School, remaja yang juga punya bakat melukis ini
meneruskan sekolah ke AMS dan mulai mempelajari seni tari di Tejakesuman. Bersama dua
sahabatnya, yaitu Koesnadi (fotografer) dan Rosihan Anwar (tokoh pers), Koentjaraningrat
rajin menyambangi rumah seorang dokter keturunan Tionghoa untuk membaca, di antaranya
disertasi tentang antropologi milik para pakar kenamaan.

Kemudian, ia pun meraih gelar sarjana sastra bahasa Indonesia dari Universitas
Indonesia, pada 1952. Selanjutnya, pada tahun 1956, ia mendapat gelar MA dalam
antropologi dari Yale University, AS. Kemudian meraih gelar doktor antropologi dari
Universitas Indonesia, 1958.

Karier yang pernah dijabatnya yakni menjadi Guru Besar Antropologi pada Universitas
Indonesia. Kemudian menjadi Guru Besar Luar Biasa pada Universitas Gadjah Mada, dan
juga Guru Besar di Akademi Hukum Militer di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian.

Begawan antropologi Indonesia ini juga pernah diundang sebagai guru besar tamu di
Universitas Utrecht, Belanda, Universitas Columbia, Universitas Illinois, Universitas Ohio,
Universitas Wisconsin, Universitas Malaya, Ecole des Hautes, Etudes en Sciences Sociales di
Paris dan Center for South East dan Asian Studies di Kyoto.

Berbagai penghargaan telah dianugerahkan padanya atas pengabdiannya dalam


pengembangan ilmu antropologi. Di antaranya, penghargaan ilmiah gelar doctor honoris
causa dari Universitas Utrecht, 1976 dan Fukuoka Asian Cultural Price pada tahun 1995. Pak
Koen juga mendapat penghargaan Satyalencana Dwidja Sistha dari Menhankam RI (1968
dan 1981).

Tutup Usia

Antropolog pertama Indonesia ini meninggal dunia dalam usia 75 tahun, Selasa 23
Maret 1999 sekitar pukul 16.25, di RS Kramat 128, Jakarta Pusat. Dia telah terkena stroke
sejak 1989. Dimakamkan di TPU Karet Bivak, Rabu 24 Maret 1999 sekitar pukul 13.00.
Sebelumnya disemayamkan di rumah duka di Jl Daksinapati Timur IV/C2, Kompleks
IKIP Rawamangun. Hadir melayat antara lain ahli filsafat dan budayawan Prof Dr Toeti
Herati Nuradi, mantan Mendikbud Prof Dr Fuad Hassan, Direktur Sejarah dan Nilai
Tradisional Dr Anhar Gonggong, dan sosiolog Prof Dr Sardjono Jatiman.

Menurut keterangan putri ketiganya, Ny Rina "Maya" Tamara, perintis berdirinya


Jurusan Antropologi UI dan sejumlah universitas negeri lainnya ini, memang sudah sejak
lama menderita stroke dan terkena serangan mendadak beberapa kali. Serangan stroke
pertama kali terjadi selang setahun setelah ia resmi mengakhiri masa dinasnya sebagai
pegawai negeri, 15 Juni 1988. Menurut Maya, mendiang ayahnya Senin malam 22 Maret
1999 sekitar pukul 22.10 secara mendadak tak sadarkan diri setelah sebelumnya sempat
muntah-muntah, dan segera dilarikan ke RS Kramat 128.

Pak Koen meninggalkan seorang istri, Kustiani yang dikenal sejak kuliah di UI, tiga anak,
Sita Damayanti, Rina Tamara, dan Inu Dewanto, dan empat cucu. e-ti/tsl, dari berbagai
sumber

© ENSIKONESIA - ENSIKLOPEDI TOKOH INDONESIA


Selo Soemardjan

Kanjeng Pangeran Haryo Prof. Dr. Selo Soemardjan adalah seorang tokoh pendidikan dan
pemerintahan Indonesia. Beliau lahir di Yogyakarta pada 23 Mei 1915. Ia merupakan
penerima Bintang Mahaputra Utama dari pemerintah. Beliau juga pendiri sekaligus dekan
pertama Fakultas Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan (kini FISIP-UI) dan sampai akhir
hayatnya dengan setia menjadi dosen sosiologi di Fakultas Hukum Universitas Indonesia
(UI).

Selo Soemardjan dikenal sangat disiplin dan selalu memberi teladan konkret. Ia ilmuwan
yang meninggalkan banyak bekal ilmu pengetahuan. Sebetulnya ia sudah purnatugas di
Universitas Indonesia (UI). Tapi, karena masih dibutuhkan, ia tetap mengajar dengan
semangat tinggi. Ia memang seorang sosok berintegritas, punya komitmen sosial yang tinggi
dan sulit untuk diam.

Ia orang yang tidak suka memerintah, tetapi memberi teladan. Hidupnya lurus, bersih, dan
sederhana. Ia tokoh yang memerintah dengan teladan, sebagaimana diungkapkan pengusaha
sukses Soedarpo Sastrosatomo. Menurut Soedarpo, integritas itu pula yang membuat
mendiang Sultan Hamengku Buwono IX berpesan kepada putranya, Sultan Hamengku
Buwono X agar selalu mendengarkan dan meminta nasihat kepada Selo kalau menyangkut
persoalan sosial kemasyarakatan. Ia orang yang tidak pernah berhenti berpikir dan bertindak.

Ia seorang dari sedikit orang yang sangat pantas menyerukan hentikan praktik korupsi, kolusi
dan nepotisme (KKN). Pantas karena ia bukan tipe maling teriak maling. Ia orang orang
bersih yang dengan perangkat ilmu dan keteladanannya bisa menunjukkan bahwa praktik
KKN itu merusak tatanan sosial. Ia pantas menjadi teladan kaum birokrat karena etos
kerjanya yang tinggi dalam mengabdi kepada masyarakat.

Selama hidupnya, Selo pernah berkarier sebagai pegawai Kesultanan/Pemerintah Daerah


Istimewa Yogyakarta, Kepala Staf Sipil Gubernur Militer Jakarta Raya, dan Kepala
Sekretariat Staf Keamanan Kabinet Perdana Menteri, Kepala Biro III Sekretariat Negara
merangkap Sekretaris Umum Badan Pemeriksa Keuangan, Sekretaris Wakil Presiden RI
Sultan Hamengku Buwono IX (1973-1978), Asisten Wakil Presiden Urusan Kesejahteraan
Rakyat (1978-1983) dan staf ahli Presiden HM Soeharto.

Ia dikenal sebagai Bapak Sosiologi Indonesia setelah tahun 1959 -- seusai meraih gelar
doktornya di Cornell University, AS -- mengajar sosiologi di Universitas Indonesia (UI).
Dialah pendiri sekaligus dekan pertama (10 tahun) Fakultas Ilmu Pengetahuan
Kemasyarakatan (sekarang FISIP) UI. Kemudian tanggal 17 Agustus 1994, ia menerima
Bintang Mahaputra Utama dari pemerintah dan pada tanggal 30 Agustus menerima gelar
ilmuwan utama sosiologi.

Pendiri FISIP UI ini, memperoleh gelar profesor dari Fakultas Ekonomi UI dan sampai akhir
hayatnya justeru mengajar di Fakultas Hukum UI.

Ia dibesarkan di lingkungan abdi dalem Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat. Kakeknya,


Kanjeng Raden Tumenggung Padmonegoro, adalah pejabat tinggi di kantor Kasultanan
Yogyakarta. Berkat jasa sang kakek, Soemardjan- begitu nama aslinya-mendapat pendidikan
Belanda.

Nama Selo dia peroleh setelah menjadi camat di Kabupaten Kulonprogo. Ini memang cara
khusus Sultan Yogyakarta membedakan nama pejabat sesuai daerahnya masing-masing. Saat
menjabat camat inilah ia merasa mengawali kariernya sebagai sosiolog. "Saya adalah camat
yang mengalami penjajahan Belanda, masuknya Jepang, dilanjutkan dengan zaman revolusi.
Masalahnya banyak sekali," tuturnya suatu ketika sebagaimana ditulis Kompas.

Pengalamannya sebagai camat membuat Selo menjadi peneliti yang mampu menyodorkan
alternatif pemecahan berbagai persoalan sosial secara jitu. Ini pula yang membedakan Selo
dengan peneliti lain.

Mendiang Baharuddin Lopa dalam salah satu tulisannya di Kompas (1993) menulis, "Pak
Selo menggali ilmu langsung dari kehidupan nyata. Setelah diolah, dia menyampaikan
kembali kepada masyarakat untuk dimanfaatkan guna kesejahteraan bersama." Lopa menilai
Selo sebagai dosen yang mampu mendorong mahasiswanya berpikir realistis dan mengerti
serta menghayati apa yang diajarkannya. "Pendekatan realistis dan turun ke bawah untuk
mengetahui keadaan sosial yang sesungguhnya inilah yang dicontohkan juga oleh para nabi
dan kalifah," tulis Lopa.

Meski lebih dikenal sebagai guru besar, Selo jauh dari kesan orang yang suka "mengerutkan
kening". Di lingkungan keluarga dan kampus, dia justru dikenal sebagai orang yang suka
melucu dan kaya imajinasi, terutama untuk mengantar mahasiswanya pada istilah-istilah ilmu
yang diajarkannya. "Kalau menjelaskan ilmu ekonomi mudah dimengerti karena selalu
disertai contoh-contoh yang diambil dari kehidupan nyata masyarakat," kenang Baharuddin
Lopa.

Dalam tulisan Lopa, Selo juga digambarkan sebagai orang yang bicaranya kocak, tetapi
mudah dimengerti karena memakai bahasa rakyat. Meski kata-katanya mengandung kritikan,
karena disertai humor, orang menjadi tidak tegang mendengarnya.

Menurut putra sulungnya, Hastjarjo, Selo suka main. "Setiap hari selalu memainkan tubuhnya
berolahraga senam. Karena terkesan lucu, cucu-cucu menganggap bapak sedang bermain-
main dengan tubuhnya," tambahnya.

Sebagai ilmuwan, karya Selo yang sudah dipublikasikan adalah Social Changes in
Yogyakarta (1962) dan Gerakan 10 Mei 1963 di Sukabumi (1963). Penelitian terakhir Selo
berjudul Desentralisasi Pemerintahan. Terakhir ia menerima Anugerah Hamengku Buwono
(HB) IX dari Universitas Gadjah Mada (UGM) pada puncak peringatan Dies Natalis Ke-52
UGM tanggal 19 Januari 2002 diwujudkan dalam bentuk piagam, lencana, dan sejumlah
uang.
Soerjono Soekanto

Soerjono Soekanto, adalah Lektor Kepala Sosiologi dan Hukum Adat di Fakultas
Hukum Universitas Indonesia Soerjono Soekanto Pernah menjadi Kepala Bagian Kurikulum
Lembaga Pertahanan Nasional (1965-1969). Ia juga pernah menjadi Pembantu Dekan Bidang
Administrasi pendidikan Fakultas ilmu-ilmu sosial, Universitas Indonesia (1970-1973), dan
kini menjadi pembantu Dekan bidang Penelitian dan Pengabdian masyarakat Fakultas Hukum
Universitas Indonesia (sejak tahun 1978) yang bersangkutan tercatat sebagai Southeast Asian
Specialist pada Ohio Univercity dan menjadi Founding Member dari World Association of
Lawyers. Ia mendapat gelar SarjanaHukum dari Fakultas Universitas Indonesia (1965),
sertifikat metode penelitian ilmu-ilmu sosial dari Universitas Indonesia (1969), Master of
Arts dari University of California, Betkeley (1970), Sertifikat dari Academy of American and
International Law, Dallas (19972) dan gelar doktor Ilmu Hukum dari Universitas Indonesia
(1977). Diangkat sebagai Guru besar sosiologi hukum Universitas Indonesia (1983).

2. TEORI YANG DI CETUSKAN

 Sosiologi adalah ilmu yang merumuskan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang
bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat.
 Menurut beliau, masalah sosial dapat dikategorikan menjadi empat jenis faktor, yaitu
1. Faktor ekonomi
2. Faktor budaya
3. Faktor biologis
4. Faktor psikologis
 Di dalam bukunya, “Sosiologi Suatu Pengantar” di sebutkan ada sembilan, yaitu
1. Kemiskinan
2. Kejahatan
3. Disorganisasi keluarga
4. Masalah generasi muda dalam masyarakat modern
5. Peperangan
6. Pelanggaran norma-norma masyarakat
7. Masalah kependudukan
8. Masalah lingkungan hidup
9. Birokrasi
Prof. DR. Soerjono Soekanto S.H, M. A adalah seorang tokoh yang luar biasa hebat.
Beliau menjabarkan ilmu sosiologi dalam konteks yang mudah untuk dipahami dan
bersinggungan dengan kehidupan sehari-hari. Teori yang dicetuskan nyaris sama dengan
permasalahan sosial yang kita alami sekarang.
Edward Burnett Tylor

Edward Burnett Tylor.

Sir Edward Burnett Tylor (2 Oktober 1832—2 Januari 1917), adalah


seorang antropolog yang berasal dari Inggris.

Tylor dikenal melalui jasanya dalam penelitian evolusi kebudayaan. Dalam


karyanya Primitive culture dan Anthropology, ia mendefinisikan konteks penelitian ilmiah
dalam antropologi, yang didasari dari teori evolusi Charles Darwin. Dia percaya bahwa ada
sebuah basis fungsional dalam perkembangan masyarakat dan agama, yang ia anggap bersifat
universal.

Ia juga memperkenalkan kembali istilah animisme[1] (kepercayaan terhadap jiwa dan


roh-roh nenek moyang) yang ia anggap sebagai sebuah fase awal dalam
perkembangan agama.

Tylor merupakan perwakilan dari evolusionisme budaya. Dalam karya-karyanya


Budaya Primitif dan Antropologi, ia mendefinisikan konteks studi ilmiah antropologi,
berdasarkan teori evolusi Charles Lyell. Dia percaya bahwa ada dasar fungsional untuk
pengembangan masyarakat dan agama, yang ia ditentukan adalah universal. Tylor
menyatakan bahwa semua masyarakat melewati tiga tahap dasar pembangunan. Dari
kebiadaban, melalui barbarisme peradaban . Tylor dianggap oleh banyak untuk menjadi
sosok pendiri ilmu antropologi sosial, dan karya-karya ilmiah nya membantu membangun
disiplin antropologi di abad kesembilan belas. Dia percaya bahwa "penelitian sejarah dan
prasejarah manusia dapat digunakan sebagai dasar untuk reformasi masyarakat Inggris."

Tylor memperkenalkan kembali animisme jangka (iman dalam jiwa individu atau
anima dari segala sesuatu, dan manifestasi alami) mulai umum digunakan. Dia dianggap
animisme menjadi tahap pertama pengembangan agama.

Awal kehidupan dan pendidikan Ia lahir pada tahun 1832, di Camberwell, London, dan
merupakan anak Yusuf Tylor dan Harriet Skipper, bagian dari keluarga Quaker kaya yang
dimiliki kuningan pabrik London. kakaknya, Alfred Tylor, menjadi seorang ahli geologi.

Ia dididik di Grove House School, Tottenham, namun karena kematian orang tua
Tylor selama masa dewasa awal ia tidak pernah mendapatkan gelar universitas. Setelah
kematian orangtuanya, ia siap untuk membantu mengelola bisnis keluarga, tapi harus
mengatur rencana ini selain ketika ia mengembangkan gejala yang konsisten dengan
timbulnya tuberculosis (TB). Mengikuti saran untuk menghabiskan waktu di iklim hangat,
Tylor meninggalkan Inggris pada tahun 1855, bepergian ke Meksiko. Pengalaman terbukti
menjadi salah satu yang penting dan formatif, memicu minat seumur hidup dalam
mempelajari budaya asing. Selama perjalanannya, Tylor bertemu Henry Christy, sesama
Quaker, etnolog dan arkeolog. asosiasi Tylor dengan Christy sangat mendorong minat
kebangkitan-Nya dalam antropologi, dan membantu memperluas pertanyaan untuk mencakup
studi prasejarah.

Profesional karir

Potret dari Tylor berusia tidak lama sebelum kematiannya; dari Folk-Lore 1917.
Publikasi pertama Tylor adalah hasil dari 1.856 perjalanannya ke Meksiko dengan Christy.
catatannya pada kepercayaan dan praktek dari orang-orang yang ditemuinya adalah dasar dari
Anahuac karyanya: Atau Meksiko dan Meksiko, Kuno dan Modern (1861), yang diterbitkan
setelah kembali ke Inggris. Tylor terus mempelajari adat istiadat dan kepercayaan dari
masyarakat suku, baik yang ada dan prasejarah (berdasarkan temuan arkeologis). Ia
menerbitkan karya kedua, penelitian ke dalam Sejarah Awal Manusia dan Pengembangan
Peradaban, pada tahun 1865. Setelah ini datang pekerjaan yang paling berpengaruh, Budaya
Primitive (1871). Hal ini penting tidak hanya untuk studi menyeluruh peradaban manusia dan
kontribusi untuk bidang muncul dari antropologi, tetapi pengaruh tak terbantahkan pada
segelintir ulama muda, seperti JG Frazer, yang menjadi murid Tylor dan berkontribusi besar
terhadap ilmiah studi antropologi di tahun kemudian.

Tylor diangkat Penjaga Museum Universitas Oxford pada tahun 1883, dan, serta
melayani sebagai dosen, memegang gelar pertama "Pembaca di Antropologi" dari tahun 1884
sampai 1895. Pada tahun 1896 ia ditunjuk sebagai Profesor pertama Antropologi di
Universitas Oxford. Ia terlibat dalam sejarah awal Pitt Rivers Museum, meskipun pada
tingkat diperdebatkan.

Pemikiran
Klasifikasi dan kritik

Kata evolusi selamanya dikaitkan dalam pikiran populer dengan Teori Charles
Darwin Evolusi, yang mengaku, antara lain, bahwa manusia sebagai spesies yang
dikembangkan secara diakronis dari beberapa nenek moyang antara Primata yang juga nenek
moyang ke Great Apes, karena mereka populer disebut, namun istilah ini bukanlah kata baru
dari Darwin. Dia mengambilnya dari lingkungan budaya, di mana itu berarti etimologis
"berlangsung" dari sesuatu yang heterogen dan kompleks dari sesuatu yang lebih sederhana
dan lebih homogen. Herbert Spencer, yang hidup sezaman dengan Darwin, diterapkan istilah
untuk alam semesta, termasuk filsafat dan apa Tylor kemudian akan memanggil budaya.
Pandangan alam semesta secara umum disebut evolusionisme, sementara eksponen yang
berada evolusionis.

Pada tahun 1871 Tylor diterbitkan Budaya primitif, menjadi pencetus antropologi
budaya. metodenya yang etnografi komparatif dan historis. Dia percaya bahwa
"keseragaman" itu terwujud dalam budaya, yang merupakan hasil dari "tindakan seragam
penyebab seragam." Dia dianggap contoh tentang konsep etnografi paralel dan praktek
sebagai indikasi "hukum pemikiran dan tindakan manusia." Dia adalah seorang evolusionis.
Tugas antropologi budaya karena itu untuk menemukan "tahap-tahap perkembangan atau
evolusi."

Evolusionisme dibedakan dari keyakinan lain, diffusionism, mendalilkan penyebaran


item budaya dari daerah inovasi. Sebuah paralelisme jelas diberikan sehingga memiliki
setidaknya dua penjelasan:. Contoh turun dari nenek moyang evolusi, atau mereka sama
karena salah satu menyebar ke dalam budaya dari tempat lain. Dua pandangan yang persis
sejajar dengan model pohon dan model gelombang linguistik historis, yang merupakan
contoh dari evolusionisme dan diffusionism, fitur bahasa menjadi contoh budaya.

Dua klasifikasi lainnya diusulkan pada tahun 1993 oleh Upadhyay dan Pandey,
Classical Evolusioner Sekolah dan Neo Evolusi Sekolah, Klasik untuk dibagi menjadi
Inggris, Amerika, dan Jerman. Klasik Inggris Evolusioner Sekolah, terutama di Oxford
University, membagi masyarakat menjadi dua tahap evolusi, kebiadaban dan peradaban,
berdasarkan arkeologi John Lubbock, 1st Baron Avebury. Upadhyay dan Pandey daftar
penganutnya sebagai Robert Ranulph Marett, Henry James Sumner Maine, John Ferguson
McLennan, dan James George Frazer, serta Tylor Marett adalah orang terakhir yang berdiri,
mati pada tahun 1943. Pada saat kematiannya, arkeologi Lubbock ini telah diperbarui. The
American School, dimulai dengan Lewis Henry Morgan, itu juga digantikan, baik digantikan
oleh Sekolah Neoevolutionist, dimulai dengan V. Gordon Childe. Ini membawa arkeologi up-
to-date dan cenderung menghilangkan nama masyarakat intervensi, seperti kebiadaban;
misalnya, Neolitik merupakan sebuah tradisi alat dan suatu bentuk masyarakat.

Ada beberapa klasifikasi lainnya. Teori dari setiap klasifikasi masing-masing


memiliki kritik mereka sendiri dari garis Klasik / Neo Evolusioner, yang meskipun mereka
tetap pandangan dominan. Beberapa kritik yang di singkat sebagai berikut. Sebenarnya tidak
ada universalitas; yaitu, paralel jelas yang disengaja, yang teori yang telah memberlakukan
model yang tidak benar-benar fit. Tidak ada kausalitas seragam, namun penyebab yang
berbeda mungkin menghasilkan hasil yang sama. Semua kelompok budaya tidak memiliki
tahap-tahap perkembangan yang sama. Para ahli teori adalah antropolog lengan-kursi data
mereka tidak cukup untuk membentuk abstraksi realistis. Mereka diabaikan difusi budaya.
Mereka diabaikan inovasi budaya. Tak satu pun dari para kritikus mengklaim bukti definitif
bahwa kritik mereka kurang subjektif atau interpretif dari model mereka mengkritik.

Budaya

Gagasan Tylor digambarkan dalam karya paling terkenal, dua volume Primitif
Culture. Volume pertama, The Origins of Culture, berkaitan dengan etnografi termasuk
evolusi sosial, linguistik, dan mitos. Jilid kedua, Agama dalam Budaya Primitif, berhubungan
terutama dengan penafsirannya animisme. Pada halaman pertama Kebudayaan Primitif, Tylor
memberikan definisi yang merupakan salah satu kontribusi paling dikenal untuk antropologi
dan studi agama. Budaya, atau peradaban, yang diambil secara luas, pengertian etnografi,
adalah bahwa keseluruhan kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral,
hukum, adat, dan setiap kemampuan lain dan kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai
anggota masyarakat. Tylor Juga, bab pertama dari pekerjaan memberikan garis besar disiplin
baru, ilmu budaya, yang kemudian dikenal sebagai culturology.

Universal

Tidak seperti banyak dari pendahulunya dan sezamannya, Tylor menegaskan bahwa
pikiran manusia dan kemampuan yang sama secara global, meskipun tahap masyarakat
tertentu dalam evolusi sosial. Ini berarti bahwa masyarakat pemburu-pengumpul akan
memiliki jumlah yang sama intelijen sebagai masyarakat industri maju. Bedanya, Tylor
menegaskan, adalah pendidikan, yang dianggapnya pengetahuan kumulatif dan metodologi
yang mengambil ribuan tahun untuk memperoleh. Tylor sering menyamakan budaya primitif
"anak", dan melihat budaya dan pikiran manusia sebagai progresif. Karyanya adalah
sanggahan dari teori degenerasi sosial, yang populer pada saat itu. Pada akhir Kebudayaan
Primitif, Tylor menulis, "Ilmu Budaya pada dasarnya ilmu reformis '’.

Tylor evolusionisme

ada tahun 1881 Tylor menerbitkan karya yang ia sebut Antropologi, salah satu yang
pertama di bawah nama itu. Dalam bab pertama dia mengucapkan apa yang akan menjadi
semacam pernyataan konstitusional untuk bidang baru, yang dia tidak bisa tahu dan tidak
berniat pada saat itu: "Sejarah, sejauh mencapai kembali, menunjukkan seni, ilmu
pengetahuan, dan lembaga-lembaga politik yang dimulai di negara-negara ruder, dan menjadi
dalam perjalanan usia, lebih cerdas, lebih sistematis, lebih sempurna diatur atau terorganisir,
untuk menjawab tujuan mereka."kebodohan primitif. Ia mengaku kepercayaan kontemporer
dalam Tuhan menjadi hidup, karena ilmu pengetahuan bisa menjelaskan fenomena yang
sebelumnya dibenarkan oleh agama.
Kingsley Davis

Davis menciptakan istilah, pertumbuhan penduduk nol dan ledakan penduduk. Kepentingan
seumur hidup dari sosiolog Kingsley Davis adalah studi perbandingan struktur populasi dan
perubahan. Davis lahir di Tuxedo, Texas, 20 Agustus, 1908, dan dididik di Universitas Texas
(AB 1930, MA 1932) dan Harvard University (Ph.D. 1936). Ia mengajar di Smith College,
Northampton, Massachusetts (1934-1936), Clark University, Worcester (1936-1937), Penn
State University, University Park (1937-1942), dan Princeton University (1942-1949). Pada
tahun 1945, ia diedit Dunia Populasi dalam Transisi, alat analisis yang penting, dan pada
tahun 1948, ia menerbitkan karya besarnya yang pertama Human Society, sebuah buku klasik
yang rinci minatnya dalam struktur keluarga. Dari ini datang tawaran untuk mengajar di Biro
Penelitian Sosial Terapan, Universitas Columbia, New York City (1949-1955). Pada tahun
1955, Davis pergi ke University of California, Berkeley, dan pada tahun 1977, ia diangkat
Distinguished Profesor Sosiologi, University of Southern California, Los Angeles. Dia
meninggal di Stanford, California, 27 Februari 1997.

Davis mengambil suhu dari keluarga Amerika selama setengah abad. Secara
keseluruhan, ia memegang pandangan umumnya suram, merasa bahwa pernikahan itu
dilemahkan oleh kemudahan kontrasepsi, perceraian, dan kesetaraan gender. "Dipertukarkan"
mitra perkawinan dan obligasi pernikahan sukarela menyebabkan mendalam, perubahan
permanen dalam lembaga perkawinan, Davis mengatakan, perubahan itu ia merasa lebih
buruk. Dia juga melihat kematian masyarakat industri, yang tidak menggantikan diri mereka
dalam jumlah atau kualitas, sedangkan masyarakat nonindustrial menghasilkan beberapa 92
persen dari populasi dunia.

Kingsley Davis menjadi terkenal untuk teori transisi demografi dan pertumbuhan
penduduk nol. Pada tahun 1957, ia memperkirakan bahwa angka populasi dunia akan naik
menjadi enam miliar pada tahun 2000. Dia sangat dekat; Target itu dicapai pada Oktober
1999.
GILLIN AND GILLIN

John L. Gillin

John Lewis Gillin lahir 12 Oktober 1871 di Linn County, Iowa, anak Samuel Brallier
Gillin dan Annie Louisa Straley.

Bertahun-tahun kemudian, Gillin ingat bahwa "Pada hari pembukaan sekolah


kabupaten Big Head di Linn County, Iowa, pada awal musim gugur 1884, bel sekolah
berbunyi dan dua puluh lima anak-anak, di antaranya saya adalah salah satu, duduk mereka
kursi dengan mata mereka terpaku pada pria tinggi pada platform guru. "Pria jangkung "yang
dimaksud adalah Edward A. Ross, yang berada di tahun kemudian menjadi rekan Gillin di
Sosiologi.

Gillin menerima B.Litt. Gelar pada tahun 1894 dari Upper Iowa University, AB gelar dari
Grinnel pada tahun 1895, sebuah A.M. dari Columbia tahun 1903, dan BD dari Union
Theological Seminary pada tahun 1904 Dia menjadi pendeta dengan Gereja Brethern setelah
selesai pelatihan di Union. Dia kemudian mendapatkan gelar Ph.D. dari Columbia tahun
1906.

Pemikiran John L. Gillin dan John P. Gillin

Menurut Gilli dan Gillin, ciri-ciri umum lembaga kemasyarakatan, yaitu


1. Merupakan organiusasi pola-pola pemikiran dan pola-pola perilaku yang terwujud melalui
aktivitas-aktivitas kemasyarakatan.
2. Suatu tingkat kekekalan yang merupakan ciri semua lembaga kemasyarakatan.
3. Mempunyai satu atau beberapa tujuan tertentu.
4. Mempunyai alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan.
5. Memiliki lambang yang berupa ciri khas dari lembaga yang bersangkutan.
6. Mempunyai suatu tradisi tertulis atau tidak tertulis.

JL.Gillin dan JP.Gillin mengatakan “perubahan-perubahan sosial sebagai suatu variasi dari
cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis,
kebudayaan material, komposisi penduduk, idiologi maupun karena adanya difusi ataupun
penemuan-penemuan baru dalam masyarakat”.

John Lewis Gillin dan John Philip Gillin memberikan pengertian, bahwa proses sosial adalah
cara berhubungan yang dapat dilihat apabila orang perorangan dan kelompok-kelompok
manusia saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut.
Roucek dan Warren

Roucek adalah salah satu tokoh sosiologi dari Amerika Serikat yang bernama asli Joseph
Slabey Roucek. Roucek lahir di Prague, Cekoslovakia pada tahun 1902 dan kemudian pindah ke
Amerika Serikat pada tahun 1921 pada saat Perang Dunia I. Beliau pernah mengeyam
pendidikan di Occidental, sebuah universitas di Californa dan di Historycal Society of
Pennsylvania. Roucek menerima gelar sarjananya dari Universitas New York dan mengajar
sosiologi di berbagai universitas Amerika, Kanada, Eropa, dan universitas lainnya

Setelah menyelesaikan pendidikannya di Occidental College, kemudian Roucek mulai


menjadi seorang sosiolog yang terkenal yang juga dibantu oleh Roland L. Warren, seorang
pengarang dan penulis artikel yang banyak hasil karyanya, dan beliau juga pernah menjadi dosen
di Universitas New York. Roucek juga seorang pendiri Delta Tau Kappa. Delta Tau Kappa
adalah suatu ilmu sosial internasional masyarakat kehormatan. Beliau wafat pada tahun 1984.

Roucek pernah mengungkapkan konsep pengendalian sosial yang pernah digunakan


dalam sosiologi pada tahun 1894 oleh Small dan Vincent, yaitu bahwa pengendalian sosial
adalah sebuah istilah berusaha untuk suatu proses baik yang terencana maupun tidak terencana,
oleh individual yang diajar, dibujuk atau dipaksa untuk menyesuaikan diri terhadap pemakaian
dan nilai hidup suatu kelompok yang dapat kita klasifikasikan sebagai proses sosialisasi.
Roucek menyebutkan bahwa cara-cara pemaksaan, reformitas, seperti desas-desus,
mengolok-olok, mengucilkan dan menyakiti sangat banyak jumlah dan ragamnya dalam cara-
cara dan teknik-teknik pengendalian sosial, seperti ideologi, bahasa, seni, rekreasi, organisasi
rahasia, cara-cara tanpa kekerasan, kekerasan dan teror, pengendalian ekonomi, pererncanaan
ekonomi dan sosial. Warren pernah mengemukakan pengertian suatu komunitas yaitu
penempatan populasi yang saling tergantung dalam kehidupan sehari-hari yang dapat
mengadakan penyamarataan aktifitas lewat pendirian yang memberikan pelayanan yang baik dari
hari ke hari yang diperlukan untuk kelancaran kegiatannya sebagai suatu kesatuan sosial dan
ekonomi.

Roucek dan Warren lebih banyak menekankan sosiologi di bidang sosial yang
diantaranya teorinya antara lain :

1. Lembaga sosial adalah pola aktifitas yang dibentuk untuk memenuhi berbagai kebutuhan
manusia.

2. Status adalah seseorang dalam suatu kelompok sosial.

3. Status sosial adalah posisi seseorang dalam masyarakat.

4. Cara-cara pengendalian sosial dengan pemaksaan, reformitas, perilaku sangat banyak jumlah
dan ragamnya. Maka cara-cara dan teknik pengendalian sosial yang diuraikan banyak seperti
ideologi, bahasa, seni, kreasi, dan organisasi.

5. Tentang organisasi sosial dan partisipasi masyarakat.

Menurut Roucek dan Warren, sosiolog Amerika, ada tiga faktor mempengaruhi
pembentukan kepribadian seorang individu, yaitu

1. Faktor biologis/fisik adalah suatu faktor yang timbul secara lahiriah di dalam diri seorang
individu. Contoh, seseorang yang dilahirkan dengan cacat fisik atau penampilannya kurang ideal,
pasti ia akan rendah diri, pemalu, sukar bergaul, dan sifat minder lainnya.

2. Faktor psikologi/kejiwaan adalah suatu factor yang membentuk suatu kepribadian yang
ditunjang dari berbagai watak, seperti, pemarah, pemalu, agresif, dll. Contoh, temperamen
2
pemarah jika dipaksa atau didesak untuk melakukan sasuatu yang tidak ia sukai, maka akan
memuncak amarahnya.

3. Faktor sosiologi/lingkungan adalah suatu faktor yang membentuk kepribadian seorang


individu sesuai dengan kenyataan yang nampak pada kehidupan kelompok atau lingkungan
masyarakat sekitarnya tempat ia berpijak. Contoh, seseorang yang lahir di lingkungan yang
penuh solidaritas, pasti orang tersebut akan mempunyai kepribadian solider atau sikap pengertian
terhadap sesama.

3
Peter Berger

Peter Ledwig Berger dilahirkan di Trieste, Italia. Berger besar di Wina dan kemudian
bermigrasi ke Amerika Serikat setelah Perang Dunia II. Pada 1949 ia lulus dari Wagner Collage
dengan gelar Bachelor of Arts. Ia melanjutkan studinya di New School for Social Research.

Pada 1955 ia bekerja di Evangelische Akademie, Jerman. !956 Berger menjadi profesor
muda di Universitas North Carolina. 1958 ia menjadi profesor madya di Seminari Teologi
Hartford. Karier profesornya berlanjut di New School for Social Research, Universitas Rutgers,
dan Boston Collage. Tahun 1981 Berger menjadi Profesor Sosiologi dan Teologi di Universitas
Boston, dan sejak 1985 menjadi direktur dari Institut Studi Kebudayaan Ekonomi yang beberapa
tahun lalu berubah menjadi Institut Kebudayaan, Agama, dan Masalah Dunia.

Berger dikenal karena pandangannya bahwa realitas sosial adalah suatu bentuk dari
kesadaran. Berger memusatkan perhatian pada hubungan antara masyarakat dengan individu.
Dalam bukunya The Social Construction of Reality bersama Thomas Luckmann, Berger
mengembangkan sebuah teori sosiologis “Masyarakat sebagai Realitas Objektif dan Subjektif”.
Publikasi buku ini mendapat sambutan luar biasa dari berbagai pihak, khususnya para ilmuan
sosial, karena saat itu pemikiran keilmuan termasuk ilmu-ilmu sosial banyak didominasi oleh
4
kajian positivistik. Berger dan Luckmann meyakini secara substantif bahwa realitas merupakan
hasil ciptaan manusia kreatif melalui kekuatan konstruksi sosial terhadap dunia sosial di
seklilingnya, “reality is socially constructed”.

5
Clifford Geertz

Clifford Geertz dilahirkan di San Francisco, California, Amerika Serikat pada tanggal 23
Agustus 1926. Dia merupakan ahli antropologi budaya yang beberapa kali melakukan penelitian
lapangan di Indonesia dan Maroko. Dia menulis esai tentang ilmu-ilmu sosial serta merupakan
pelopor pendekatan “interpretif” dalam bidang antropologi.

Karir Geertz diawali dari dunia militer, dimana dia melayani Angkatan Laut Amerika
selama Perang Dunia II. Adapun karir akademiknya dimulai ketika dia menerima gelar sarjana
dalam bidang filsafat dari Antioch College, Ohio, pada tahun 1950. Dari Antioch ia melanjutkan
studi antropolgi diHarvard University. Pada tahun keduanya di Harvard ini, ia bersama isterinya,
Hildred, pergi ke Pulau Jawa dan tinggal di sana selama dua tahun untuk mempelajari
masyarakat multiagama, multiras yang kompleks di sebuah kota kecil –Mojokuto. Setelah
kembali ke Harvard, Geertz pada tahun 1956 memperoleh gelar doktor dari Harvard’s
Departement of Social Relationsdengan spesialisasi dalam antropologi.

Sebelum bergabung dengan Institute for Advanced Study, sebuah lembaga penelitian
yang pernah menjadi rumah bagi para pemikir besar seperti Albert Einstein, Geertz mengajar di
Universitas Chicago, sebagai profesor antropologi dan kajian perbandingan negara-negara baru.
6
Ia juga pernah mengajar sebagai profesor tamu di Universitas Oxford, dan sejak 1975 sampai
2000, ia menjadi profesor tamu di Universitas Princeton yang kampusnya hanya berjarak sekitar
2 kilometer dari Institute for Advanced Study. Tahun 2000, Geertz pensiun dari Institute for
Advanced Study, tetapi tidak mengurangi produktifitasnya untuk terus menulis.

Adapun tema yang dibicarakan Geertz dalam berbagai esai dan buku yang telah
diterbitkan meliputi seluruh spekturm kehidupan sosial manusia: dari pertanian, ekonomi, dan
ekologi hingga ke pola-pola kekeluargaan, sejarah sosial, dan politik dari bangsa-bangsa
berkembang; dari seni, estetika, dan teori sastra hingga ke filsafat, sains, tehnologi, dan agama.
Namun begitu, perhatian utama Geertz lebih ditekankan pada pemikiran kembali secara serius
terhadap hal-hal pokok di dalam praktek antropologi dan ilmu sosial yang lain –pemikiran
kembali yang secara langsung berhubungan dengan usaha memahami agama.

Sebagai seorang antropolog, Clifford Geertz menjadi terkenal dan populer di Indonesia
setelah melakukan penelitian di Jawa dan Bali, yang menghasilkan beberapa buku penting
tentang Indonesia. Dan yang paling pokok, khususnya yang berkaitan dengan kajian Penulis,
adalah kajiannya tentang agama Jawa dan politik aliran (abangan, santri dan priyayi).

Geertz adalah salah seorang generasi pertama Indonesianis yang selalu menaruh
perhatian besar tentang perkembangan yang terjadi di Indonesia. Ia memang tak pernah memiliki
murid dari Indonesia, tak seperti Indonesianis lain misalnya Daniel Lev atau Benedict Anderson
yang telah menghasilkan banyak anak didik dari Indonesia. Tetapi, perhatian Geertz yang besar
terhadap Indonesia sangat mempengaruhi perkembangan diskursus ilmu sosial di negeri ini.

Sebagaimana dituturkan oleh Ignas Kleden, Geertz telah menghabiskan waktu selama 10
tahun lebih dalam penelitian lapangan (di Jawa, Bali, dan Maroko) dan 30 tahun digunakannya
untuk menulis tentang hasil-hasil penelitiannya, dengan tujuan menyampaikan pesona studi
kebudayaan kepada orang-orang lain.

Clifford Geertz meninggal dunia di kediamannya di Pennsylvania, setelah menjalani


operasi jantung di Rumah Sakit Universitas Pennsylvania, Amerika Serikat, Pada hari Selasa
tanggal 31 Oktober 2006 dalam usia 80 tahun dengan meninggalkan banyak karya penting
seperti The Interpretation of Cultures, Islam Observed: Religious Development in Morocco and
7
Indonesia,Available Light, Local Knowledge, Works and Lives: The Anthropologist as
Author, After The Fact: Two Countries, Four Decades, One Anthropologist, The Religion of
Java, Peddlers and Princes, The Social History of an Indonesian Town, Kinship in Bali, Negara:
The Theater State in 19th Century Bali, danAgricultural Involution.

Latar Belakang Pemikiran

Untuk memahami buku The Religion of Java tampaknya tidak akan lengkap tanpa
mengetahui terlebih dahulu latar belakang antropologi Geertz. Dan semua itu akan tampak jelas
dengan memperhatikan latar belakang pendidikan antropologinya, yakni Harvard University.
Melihat latar belakang pendidikan Geertz di bidang antropologinya ini, tampaknya ide agama
dan budaya Geertz berkembang di bawah dua pengaruh utama, yaitu tradisi antroplogi Amerika
yang independen dan kuat, dan perspektif tentang ilmu sosial yang ia jumpai saat belajar di
Harvard dibawah teoritisi terkemuka, Talcott Parsons.

Dalam tradisi antropologi Amerika, ditegaskan bahwa setiap teori harus berasal dari
etnografi “partikular” yang teliti, yaitu suatu studi yang berpusat pada satu komunitas dan
mungkin memakan waktu bertahun-tahun atau berpuluh-puluh tahun untuk menyelesaikannya.
Disamping kerja lapangan, para perintis antropologi Amerika juga memberi tekanan pada
“budaya” sebagai unit kunci studi antropologi. Mereka menegaskan bahwa di dalam studi
lapangan, mereka tidak hanya meneliti sebuah masyarakat, tetapi juga suatu sistem ide, adat
istiadat, sikap, simbol, dan institusi yang lebih luas dimana masyarakat hanyalah suatu bagian.
Dan saat mahasiswa, tentu saja Geertz telah menyerap sebagian besar ide-ide utama para perintis
antropologi Amerika seperti Boas, Kroeber, Lowie dan Benedict kedalam perspektif
antropologinya.

Adapun terhadap perspektif ilmu sosial, tampaknya Talcott Parsons –gurunya di Harvard-
telah bertindak sebagai penyalur ide-ide Weber kepada Geertz. Parson ini merupakan teoritisi
sosial terkemuka Amerika waktu itu yang sangat terpengaruh oleh sosiolog besar asal Jerman,
Max Weber. Parson ini juga yang telah menerbitkan studi-studi orisinil dan brilian tentang

8
hubungan antara agama dan masyarakat. Parson ini pula yang menerjemahkan beberapa karya
Weber serta menjelaskan ide-ide pokoknya.

Dari Parson ini, Geertz diperkenalkan dengan ide-ide Weber, terutama tentang pandangan
Max Weber bahwa manusia adalah makhluk yang terjebak dalam jejaring (web) makna yang
mereka buat sendiri, maka budaya adalah jejaring itu. Dari pandangan ini, Geertz kemudian
mencoba mengelaborasi pengertian kebudayaan sebagai pola makna (pattern of meaning) yang
diwariskan secara historis dan tersimpan dalam simbol-simbol yang dengan itu manusia
kemudian berkomunikasi, berperilaku dan memandang kehidupan. Lebih lanjut Geertz juga
berpendapat bahwa untuk memahami dunia manusia yang sarat makna, tidak cukup dengan
mengandalkan logika positivisme tetapi juga harus melibatkan metode penafsiran atas motivasi
aktor penciptanya serta berbagai komponen yang turut membentuk jaringan makna dimana aktor
tersebut merupakan bagian tak terpisahkan dari komunitasnya. Bertolak dari pemikiran seperti
ini, tidaklah mengherankan jika kemudian analisis Geertz tentang kebudayaan dan manusia
tidaklah berupaya menemukan hukum-hukum seperti di ilmu-ilmu alam, melainkan kajian
intepretatif untuk mencari makna(meaning).

Dibawah pengaruh pemikiran ala Weberian dan juga tradisi antropologi Amerika ini,
Geertz tertarik untuk memfokuskan diri pada interpretasi simbol-simbol yang diyakininya
memberikan arti dan aturan kehidupan masyarakat. Namun begitu, tampaknya Geertz tidak
hanya mau menerima teori-teori dari para pendahulunya secara taken for granted, dimana dia
ternyata mencoba menyimpang dari tradisi antropologi sebelumnya yang memberi perhatian
utama kepada kelompok suku, atau pemukiman di sebuah pulau terpencil, komunitas kecil petani
atau penggembala, atau suku-suku terasing yang cenderung menghilang. Sebaliknya, Geertz
justru lebih tertarik memperhatikan bagaimana aspek-aspek kehidupan yang berbeda bercampur
dalam suatu kesatuan budaya dalam menyiapkan deskripsi yang detail dan sistematis tentang
masyarakat non-Barat.

Kaitannya dengan pemilihan kota “Mojokuto” sebagai obyek penelitiannya, menurut


Geertz itu hanya sebuah kebetulan belaka. Namun begitu, menurut Nono Makarim –salah
seorang murid Geertz di Harvard dan juga pernah napak tilas Geertz di Pare- pemilihan
Indonesia adalah karena Indonesia pada tahun 1950-an dianggap sebagai salah satu negara yang
9
memiliki konstitusi yang paling maju di dunia, yang menjamin kebebasan dan kaya akan budaya
dan model keberagamaannya. Kemudian, “Mojokuto” dipilih untuk memberikan kontras
terhadap kecenderungan tradisi antropologi Amerika, karena kota kecil itu mempunyai penduduk
yang melek huruf, dengan tradisi yang tua, urban, sama sekali tidak homogen serta sadar dan
aktif secara politik. Di sana tampak jelas kebudayaan bukanlah sesuatu yang serba utuh dan
padu, melainkan penuh variasi dan diferensiasi yang sangat jauh dari pengertian kebudayaan
sebagai kesatuan pola tingkah laku yang terdapat pada suatu kelompok orang.

Diakui, “Mojokuto” ini memang merupakan suatu kota kecil di Jawa Timur yang tak bisa
mewakili kebudayaan Jawa secara keseluruhan. Namun bagi Geertz, “Mojokuto” merupakan
suatu tempat di mana makna “kejawaan” itu dibumikan. “Mojokuto” begitu complicated akibat
benturan budaya, dimana Islam, Hinduisme, dan tradisi animisme pribumi “berbaur” dalam satu
sistem sosial.

Dalam upayanya untuk menguak fenomena menarik berkenaan dengan masyarakat di


Mojokuto, Geertz melihatnya sebagai suatu sistem sosial dengan kebudayaannya yang akulturatif
dan agamanya yang sinkretik, yang terdiri atas sub-kebudayaan Jawa yang masing-masing
merupakan struktur-struktur sosial yang berlainan. Struktur-struktur sosial yang dimaksud
adalah Abangan (yang intinya berpusat di pedesaan), Santri (yang intinya berpusat di tempat
perdagangan atau pasar), Priyayi (yang intinya berpusat di kantor pemerintahan, di kota). Namun
demikian, ketiga inti struktur sosial di Jawa; desa, pasar, dan birokrasi pemerintah pada masa itu
oleh Geertz dipandang dalam pengertian yang luas.

Menurut Geertz, tiga tipe kebudayaan –abangan, santri, dan priyayi- merupakan cerminan
organisasi moral kebudayaan Jawa, dimana ketiganya ini merupakan hasil penggolongan
penduduk Mojokuto berdasarkan pandangan mereka, yakni kepercayaan keagamaan, preferensi
etnis dan ideologi politik. Selain itu, di Mojokuto ini juga terdapat lima jenis mata pencaharian
utama –petani, pedagang kecil, pekerja tangan yang bebas, buruh kasar dan pegawai, guru atau
administratur- yang kesemuanya mencerminkan dasar organisasi sistem ekonomi kota ini dan
darimana tipologi ini dihasilkan.

10
Dengan kenyataan tersebut diatas serta berbekal kerangka pikir ala Weberian, tampaknya
Geertz melihat bahwa dibalik pernyataan sederhana penduduk Jawa yang 90 % beragama Islam,
sesungguhnya terdapat variasi dalam sistem kepercayaan, nilai, dan upacara yang berkaitan
dengan masing-masing struktur sosial tersebut. Oleh karena itu, masalah-masalah yang perlu
dirumuskan dalam penelitian di Mojokuto ini adalah sebagai berikut:

1. Sejauhmana realitas kemajuan, kedalaman dan kekayaan kehidupan spiritual


masyarakat Jawa –yang notabenenya lebih dulu mengalami peradaban daripada Inggris?
2. Bagaimana hubungan antara struktur-struktur sosial yang ada dalam suatu masyarakat
dengan pengorganisasian dan perwujudan simbol-simbol?
3. Bagaimana para anggota masyarakat mewujudkan adanya integrasi dan disintegrasi
dengan cara mengorganisasi dan mewujudkan simbol-simbol tertentu?

Metode Penelitian Geertz

Secara tersurat –sebagaimana ditulis Parsudi Suparlan- Geertz memang tidak mengatakan
kerangka teori apa yang dipakai. Namun demikian, penelitian lapangan yang dilakukan dalam
rangka penyusunan laporan untuk disertasi doktoralnya di Departemen Hubungan Sosial
Universitas Harvard ini, tampaknya Geertz menggunakan penelitian kualitatif, dengan
pendekatan yang berorientasi hermeneutik, yang belakangan dikenal dengan pendekatan
interpretif. Dengan pendekatan interpretif ini, Geertz melihat kebudayaan sebagai sistem
pemaknaan yang harus dipahami secara semiotik, yakni sebagai jejaring makna (webs of
significance) atau pola-pola makna yang terwujud sebagai simbol-simbol sehingga analisis
terhadapnya haruslah bersifat interpretif, yakni untuk menelusuri makna, dan menemukan
maksud di balik apa yang dilakukan orang, signifikansi ritual, struktur, dan kepercayaannya bagi
semua kehidupan dan pemikiran.

Adapun untuk mengurai jejaring makna tersebut, Geertz menggunakan teori “Skismatik
dan Aliran”. Namun begitu, Teori Skismatik Geertz ini sedikit berbeda dengan teori skismatik-
nya Robert Jay, dimana menurut Teori Skismatik Jay, akar-akar konfrontasi (skisma) antara
santri dan abangan bermula dari proses islamisasi awal di berbagai tempat, khususnya Jawa.
Wilayah-wilayah yang pada umumnya pengaruh Hindu-Budha-nya tipis –terutama daerah-

11
daerah pesisir utara Jawa, telah mengkonversi Islam secara total dan menerima apa adanya.
Sehingga, mereka-mereka ini kelak akan menjadi kekuatan Islam yangskripturalis, atau lebih
tepat disebut “santri”. Sebaliknya, untuk wilayah-wilayah tertentu di pedalaman dimana
kekuatan Hindu-Budha-nya cukup kuat terutama daerah-daerah pedalaman, seringkali
menunjukkan antara Islam dan kekuatan lokal saling melakukan penetrasi. Sehingga kemudian
transformasi sosial-budaya dan agama menjadi sesuatu yang sinkretik dan pada akhirnya banyak
melahirkan kelompok-kelompok abangan.

Clifford Geertz mengelaborasi kenyataan ini lebih jauh lagi, bahwa ternyata skismatik
sebagai fenomena pertarungan antara Islam dan kekuatan lokal, pada dimensi-dimensi tertentu
sebenarnya tidak bisa menggambarkan secara utuh kenyataan Islam di Jawa. Ternyata masih ada
kekuatan lain selain abangan dan santri dalam kenyataan sosial budaya masyarakat Jawa, yakni
kelompok “priyayi”. Kelompok ini dalam keseharian, memiliki sejumlah karakter yang berbeda
seperti apa yang biasa dilakukan oleh para santri dan abangan.

Adapun mengenai metode kerja yang digunakan Geertz dalam penyusunan buku The
Religion of Java ini, sebagaimana yang diungkapkan oleh Geertz sendiri, meliputi tiga
tahapan. Tahap Pertama, Persiapan intensif dalam Bahasa Indonesia di Universitas Harvard,
yang kemudian dilanjutkan dengan mewawancarai sarjana-sarjana Belanda yang ahli tentang
Indonesia di Universitas Leiden dan di Tropical Institute, Amsterdam, pada bulan Juli sampai
Oktober 1952.

Tahap Kedua, dari bulan Oktober 1952 sampai Mei 1953 mempelajari bahasa Jawa di
Yogyakarta dengan mempergunakan mahasiswa-mahasiswa UGM sebagai media untuk
memperoleh pengetahuan umum mengenai kebudayaan dan kehidupan kota Jawa. Pada tahap ini
juga dilakukan wawancara dengan pemimpin-pemimpin agama dan politik di Jakarta, sekaligus
mengumpulkan statistik dan menyelidiki organisasi birokrasi pemerintah pada umumnnya dan
Departemen Agama pada khususnya.

Tahap Ketiga, antara Mei 1953 sampai September 1954, yang merupakan masa
penelitian lapangan yang sesungguhnya, dan dilakukan di Mojokuto. Dalam tahap ini, Geertz
beserta istrinya tinggal di rumah seorang buruh kereta api di ujung kota.

12
Selama berada di Mojokuto ini, Geertz mengaku bahwa pengumpulan data dalam
penelitiannya –sebagian besar- tidak dilakukan melalui wawancara resmi dengan informan
khusus, tetapi lebih sering dilakukan dengan kegiatan observasi-partisipasi. Hal ini dibuktikan
dengan pengakuan Geertz yang sering mengikuti perayaan umum, rapat-rapat organisasi,
upacara-upacara dan sebagainya.

Dengan demikian, setelah membaca buku “Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat
Jawa” serta sumber-sumber lain, secara umum dapat disimpulkan bahwa metode yang
digunakan oleh Geertz dalam penelitian lapangan ini adalah penguasaan bahasa lokal,
pemanfaatan banyak informan lokal, pembagian tugas dengan tim peneliti lain, pendalaman
topik-topik tertentu yang membutuhkan detail, dan pengumpulan data-data statistik. Dan bagian
terbesarnya digunakan untuk kegiatan observasi-partisipatif.

Agama Masyarakat Jawa Menurut Geertz

Setelah melakukan penelitian lapangan di Mojokuto dari bulan Mei 1953 sampai bulan
September 1954, yang kemudian diajukan sebagai disertasi doktoral dan diterbitkan dengan
judul The Religion of Java, tampak ada beberapa hal yang menarik untuk dikaji, antara lain:

1. Agama sebagai fakta budaya

Clifford Geertz dalam antropologi budaya kehidupan Jawa, ia melihat agama sebagai
fakta budaya –bukan semata-mata sebagai ekspresi kebutuhan sosial, ketegangan ekonomi
atau neurosis tersembunyi --meskipun hal-hal ini juga diperhatikan—melalui simbol, ide, ritual,
dan adat kebiasaanya. Agama juga bukan hanya berkutat dengan wacana kosmis tentang asal-
usul manusia, surga, dan neraka, tetapi juga merajut perilaku politik saat memilih partai, jenis
perhelatan, dan corak paguyuban. Praktik-praktik beragama seperti itulah yang memberi
semacam “peta budaya” untuk melacak jaringan sosial yang dibentuk oleh warga. Realitas
keagamaan dalam keseharian, menurut perspektif Geertz, sangat pluralistis daripada doktrin
formal yang menekankan wacana standar yang global.

13
Selain itu, menurut Geertz, agama tidak hanya memainkan peranan yang integratif dan
menciptakan harmoni sosial tapi juga peranan memecah masyarakat. Dengan demikian ketiga
varian agama “Jawa” di Mojokuto itu mempunyai peranan yang saling kontradiksi.

2. Trikotomi budaya (agama?) “Jawa”

Dalam buku Abangan, Santri, Priyayi dalam masyarakat Jawa, Geertz juga
menyuguhkan fenomena agama “Jawa” ke dalam tiga varian utama: abangan, santri, dan priyayi.
Trikotomi agama “Jawa” itulah yang sampai sekarang terus disebut-sebut dalam wacana sosial,
politik, dan budaya di Indonesia dan menjadikannya referensi induk atas upaya ilmuwan sosial di
belakangnya yang membedah tentang Jawa. Kekuatan utama Geertz mengungkap fenomena
agama “Jawa” adalah kemampuan mendeskripsikan secara detail ketiga varian tersebut dan
menyusun ulang dalam konklusi hubungan konflik dan integrasi yang logis dan utuh atas ketiga
varian tersebut.

3. Hubungan antara Islam dan masyarakat Jawa

Salah satu yang mengedepan dari konsepsi Geertz adalah pandangannya tentang
dinamika hubungan antara Islam dan masyarakat Jawa yang sinkretik. Sinkretisitas tersebut
nampak dalam pola dari tindakan orang Jawa yang cenderung tidak hanya percaya terhadap, hal-
hal gaib dengan seperangkat ritual-ritualnya, akan tetapi juga pandangannya bahwa alam diatur
sesuai dengan hukum-hukumnya dengan manusia selalu terlibat di dalamnya. Hukum-hukum itu
yang disebut sebagai numerologi. Melalui numerologi inilah manusia melakukan serangkaian
tindakan yang tidak boleh bertentangan dengannya. Hampir seluruh kehidupan orang Jawa di-
setting berdasarkan hitungan-hitungan yang diyakini keabsahannya. Kebahagiaan atau
ketidakbahagian hidup di dunia ditentukan oleh benar atau tidaknya pedoman tersebut dilakukan
dalam kehidupan. Penggunaan numerologi yang khas Jawa itu menyebabkan adanya asumsi
bahwa orang jawa tidak dengan segenap fisik dan batinnya ketika memeluk Islam sebagai
agamanya. Di sinilah awal mula “perselingkuhan” antara dua keyakinan: Islam dan budaya Jawa.

14
Soemardi Bc. Hk (lahir 8 November 1923 – meninggal 29 Juli 2008 pada umur 84 tahun)
merupakan Gubernur ke-4 Kalimantan Barat periode 1967-1972. Sebelum menjabat sebagai
gubernur menggantikan Oevaang Oeray, ia dikenal sebagai tentara dan juga kandidat aktif di
partai politik.

15
Selo Soemardi Bc. Hk

Soemardi Bc. Hk (lahir 8 November 1923 – meninggal 29 Juli 2008 pada umur 84 tahun)
merupakan Gubernur ke-4 Kalimantan Barat periode 1967-1972. Sebelum menjabat sebagai
gubernur menggantikan Oevaang Oeray, ia dikenal sebagai tentara dan juga kandidat aktif di
partai politik.

16
JAA van Doorn

Jacques van Doorn (1974)

Jacobus Adrianus Antonius (Jacques) van Doorn ( Maastricht , 5 Maret 1925 - Sint
Geertruid , Mei 14 2008 ) adalah seorang yang berpengaruh Belanda sosiolog , penulis, kolumnis
dan profesor . Sebagai kolumnis ia bergabung NRC Handelsblad , HP / De Tijd dan Trouw .

Sepanjang hidupnya dia adalah seorang pengamat dari masyarakat Belanda: sebagai
tentara wajib militer dengan notebook di Hindia Belanda , sebagai peneliti di beberapa lembaga
ilmiah dan sebagai kolumnis.

Van Doorn adalah salah satu pendiri dari sosiologi Belanda. Dia adalah seorang profesor
di Institut Ekonomi Belanda (cikal bakal dari Universitas Erasmus ) di Rotterdam dan profesor di
Akademi Militer Kerajaan di Breda . standar sosiologi yang modern, yang ia dan CJ Lammers
menulis buku adalah bahwa seluruh generasi sosiolog Belanda dilatih.

Kehidupan

Setelah lulus sekolah menengah di Maastricht Van Doorn belajar geografi manusia di University
of Amsterdam, di mana ia lulus pada tahun 1951. Di antara dia dari tahun 1947 hingga awal
17
1950, wajib militer di kemudian Hindia Belanda. Pada tahun 1956 ia dipromosikan menjadi studi
sejarah tentang perkembangan tentara.

Pada tahun 1953 ia adalah pendiri The Sociological Guide. Dia lulus pada tahun 1956 dengan
tesis Pendekatan sosiologis terhadap fenomena organisasi, analisis historis terhadap
pertumbuhan organisasi militer. Dari tahun 1962 sampai 1972 ia adalah profesor di Akademi
Militer Kerajaan di Breda. Pada tahun 1960 ia diangkat profesor di Belanda School of
Economics di Rotterdam, di mana ia mendirikan program sosiologi.

Pada tahun 1958 Van Doorn adalah Universitas Leiden ditunjuk Profesor. Selain itu, ia bekerja
di Institut Penelitian Sosial Rakyat Belanda (ISONEVO), di mana Henny Langeveld adalah salah
satu karyawannya. Pada tahun 1960 ia menerima janji di Universitas Erasmus di Rotterdam , di
mana dia profesor sosiologi dari 25 tahun. Pada tahun 1964 ia digantikan oleh Leiden Kor
Lammers . Selain pengangkatannya di Rotterdam, ia juga seorang profesor di Akademi Militer
Kerajaan di Breda. Di antara PhD siswa termasuk Heinz Alfred Becker (1933), profesor
sosiologi di Utrecht, Ger Teitler, profesor sejarah militer, dan Bram Peper .

Setelah pensiun dini, ia menjadi komentator di sela-sela pada tahun 1987. Dia menulis ratusan
kontribusi untuk NRC, Trouw dan HP / De Tijd. Tapi ia melihat dirinya terutama sebagai
seorang ilmuwan, kata dia, untuk menembus di kolom nya, terutama mencoba untuk jantung
masalah. Terutama adalah perjuangannya untuk menjaga independensi spiritualnya. Dalam
perannya itu, ia baik menyendiri bersangkutan; konservatif, tetapi pluralisme masyarakat
Belanda sangat setia. Itu terbukti sekali lagi ketika ia mengambil minoritas Muslim di
perlindungan terhadap Hirsi Ali , Wilders dan Verdonk .

Van Doorn meninggal setelah sakit singkat pada usia 83. Satu minggu dia telah mengatakan
sebelum kematiannya karena sakit untuk menghentikan kolom yang ia tulis mingguan untuk
edisi Sabtu Trouw.

Bekerja

18
Van Doorn adalah yakin konservatif , tetapi juga maverick . Terpesona oleh kekuasaan, tetapi
juga sebuah tidur. Ia mendirikan fakultas sosial yang disampaikan penasihat kebijakan, tetapi
juga menentang (terlalu banyak) intervensi pemerintah. Di atas semua, ia meletakkan di Belanda
akuntansi untuk sosiologi metodologis dan teoritis.

Bagaimana perdebatan bisa menjadi sosiolog JAA van Doorn, juga terlihat dari esai terakhir dia
menulis dan demokrasi Belanda dicatat dalam paket. Dia berpendapat bahwa " individualisme
adalah penyebab dari krisis politik. Pemberdayaan warga, apakah atau tidak dikejar militan oleh
hampir semua pihak, sistem belum diperkuat tetapi melemah dan menjadi rentan."

Dari awal kehidupan tulisannya, selama perang, di rumahnya kota Maastricht, adalah demokrasi
untuk Van Doorns pengamatan pos pemeriksaan. The rezim Nazi telah membuatnya menyadari
kerentanan sistem: "Demokrasi didasarkan pada gagasan bahwa warga memilih pemimpin
mereka secara langsung atau tidak langsung, mengirim latihan mereka dari kekuasaan dan
kontrol dan orang-orang dengan hasil yang kurang memuaskan diganti oleh orang lain (dapat)."
Sejarah mengajarkan Van Doorn bahwa ini tidak jelas karena akan terlihat untuk generasi pasca-
perang. Bagaimana penguasa juga mendapatkan tempat mereka, ia menulis, mereka akan
menempatkan yang jarang menyerah dengan mudah. Sebaliknya mereka akan "segala daya untuk
memperkuat posisi istimewa mereka dengan manuver legal dan ilegal tambahan, sebaiknya
dibenarkan dengan menunjuk pentingnya bahwa warga memiliki aturan lanjutan mereka."

Sebagai sosiolog Van Doorn terutama mencoba untuk menjelaskan perkembangan politik dari
perubahan besar dalam masyarakat kita, seperti sekularisasi , tahun enam puluhan bergolak,
imigrasi dan individualisasi. Yang terakhir dua proses yang sentral dalam esai terakhirnya
berjudul The Waning demokrasi. Van Doorn sini bertanya-tanya mengapa politisi telah gagal
masalah yang disebabkan oleh imigrasi dan integrasi untuk mengatasi. Partai-partai tradisional
tidak memiliki jawaban yang memadai untuk pertanyaan ini dengan hasil yang populis politisi
itu pergi untuk mengambil.

Pada awal tahun tujuh puluhan saw di Rotterdam Doorn sudah dijelaskan gejala pertama dari apa
yang dia sendiri kemudian sebagai "masalah pembakar. Ketegangan di kuartal tua kota seperti
Old West , berjalan dengan kedatangan lebih banyak dan lebih pekerja asing . Di matanya
19
kebanyakan sayap kiri politisi mencubit duduk antara kepentingan pemilih tradisional mereka,
warga asli, dan untuk menentukan rasis ketakutan.

Dia menekankan arti demokrasi untuk menawarkan penyeimbang intelektual untuk zeitgeist,
terlepas dari apakah semangat konsensus mungkin semangat ledakan polarisasi , yang dalam
beberapa tahun terakhir mendominasi debat publik. Van Doorn atribut fenomena ini untuk
individualisasi, karena sangat meningkat kemakmuran. Ketidaksetaraan sosial sangat berkurang
dan tidak adanya utama ideologi perbedaan, ia mencatat, adalah hampir semua orang mencari
apa yang mengganggu dia secara pribadi dan meminta koreksi politik. Pada tahun 2000 ia
menulis fenomena ini terutama ketidakmampuan para politisi Den Haag untuk memecahkan
beberapa masalah besar, seperti suaka dan daftar tunggu dalam perawatan kesehatan. Legitimasi
sistem berbaring dengan visinya belum ditunjuk, dia sudah beberapa perkembangan, seperti
transformasi dari politisi untuk fidusia, yang menyebabkan munculnya Pim Fortuyn telah
memimpin.

Van Doorn dan El Maroudi

Van Doorn berhenti pada tahun 1990 sebagai kolumnis untuk NRC Handelsblad, setelah kepala
Ben Knapen telah menuduhnya 'kejanggalan'. Van Doorn menggunakan ungkapan '' yang '
Yahudi Jurnalis ", di mana ia" harus "menulis" "wartawan Yahudi". Anak laki-laki menemukan
ini 'tidak senonoh'. Kemudian Van Doorn mulai kolom di HP / De Tijd, awalnya berjudul
"Betamelijkheden".

Lima belas tahun kemudian memberi Folkert Jensma editor berikutnya NRC Handelsblad, yang
TVNZ telah bertindak tidak benar.

Publikasi

Jika ada yang bisa Doorn berbagai data, argumen dan sudut pandang dalam cerita yang jelas
membuat jelas. Karyanya sebagai konsekuensi logis kolumnis dari pekerjaan awal menyeluruh
bahwa ia, sebagai seorang sosiolog, telah dilakukan. Pada tahun 1970 ia menerbitkan bukunya
"penggelinciran kekerasan," laporan rinci tentang pengalaman tentara biasa selama tindakan

20
polisi . Dia telah menulis cerita mereka selama pengabdiannya di Hindia Belanda. Bagaimana
beroperasi tentara pada jauh, alien, tanah terhadap musuh (salah satu resistensi atau gerakan
gerilya)? Buku ini adalah analisis politik dan militer pengambilan keputusan, pengendalian
kekerasan dan kekerasan berlebihan. Hal ini masih relevan untuk pemahaman yang lebih baik
dari konflik saat ini di seluruh dunia.

"Kelas India, Belanda dan pengalaman kolonial" tanggal di sini menarik perbandingan antara
cara di mana pemerintah Belanda pada tahun 1995. Van Doorn berusaha untuk menciptakan
masyarakat di India sepanjang garis agama dan kelas, dan pasca-perang Belanda negara
kesejahteraan .

"Kebijakan dan Masyarakat" adalah majalah yang ia dirikan pada tahun 1973 dengan analisis
isu-isu kebijakan dari waktu itu. diterbitkan pada tahun 1978. "Negara kesejahteraan stagnan."
Meskipun lama sakit, ia terus menerbitkan sampai sesaat sebelum kematiannya. Pada tahun 2007
ia menulis sebuah studi dari Jerman sosialisme.

Menurut Van Doorn publikasi sosiologis tidak harus didasarkan pada kehendak politisi atau para
pembuat kebijakan lainnya, tetapi pada analisis mendalam tentang konteks sejarah dan sosial.
Tema yang berulang dalam karyanya masih relevan: individualisme dan demokrasi, organisasi
dan teknokrasi dan etnis dan pluralisme . Ia mencari 'budaya adalah sama? "Untuk jawaban atas
pertanyaan seperti," gereja-gereja yang kredibel? " dan "seberapa jauh toleransi pasukan non-
demokratis?"

 1954. proletar barisan belakang: kritik sosiologis. Meppel: Boom


 1959. modern Sosiologi. Sistematika dan analisis. Dengan Cor Lammers . Utrecht:
Spectrum
 1964. Gambar dan arti dari sosiologi Belanda. Utrecht Bijleveld.
 1971. Pemasaran sosial. HA van Stiphout dan A. van der Zwan. Rotterdam: Rotterdam
University Press
 1973. Dengan kekuatan: studi sosiologis tentang mobilisasi sosial. Meppel: Boom
 1986. Masyarakat dibangun: bentuk dan konsekuensi dari mengklasifikasi kebijakan.
Dengan Jos de Beus . Meppel: Boom
21
 1989. Segitiga ideologis: politik Belanda dalam perspektif sejarah. Dengan Jos de Beus
dan Piet de Rooy .
 1994. abad terakhir India: Pengembangan dan jatuh dari proyek kolonial. B. Baker
 1996. portabel Van Doorn. Dengan Gerry van der Daftar . Amsterdam: Prometheus
 2002. Terperangkap dalam waktu: dari generasi ke generasi dan sejarah mereka.
Amsterdam: Boom
 2007. sosialisme Jerman. Kegagalan demokrasi sosial dan kemenangan Sosialisme
Nasional. Amsterdam: Mets & Schilt
 2009. demokrasi Belanda: observasi historis dan sosiologis. Dengan Jos de Beus dan Piet
de Rooy . Amsterdam: Mets & Schil

22
Pitirim A Sorokin

Pitirim Sorokin adalah ilmuwan Rusia yang mengungsi ke Amerika Serikat sejak
Revolusi Komunis 1917. Ia lahir di Rusia pada tahun 1889 dan memperoleh pendidikan di
Universitas St Petersburg. Kemudian Sorokin mengajar disana yang kemudian Ia mendirikan
Departemen Sosiologi.

Karir Sorokin terganggu karena adanya Revolusi Komunis, hal ini dikarenakan Ia sebagai
pejuang anti komunisme. Ia sempat ditahan dan dijatuhi hukuman mati, yang kemudian hukuman
ersebut di ganti dengan hukuman pembuangan ke Cekoslovakia. Stetlah beberapa tahun Ia hidup
dipengasingan, pada tahun 1924 Ia kemudian pergi ke Amerika Serikat.

Di Amerika Serikat, Sorokin bergabung dengan Universitas Harvard dan kemudian


mendirikan Center for Creative Altruism.

Karya-karya Pitirim A Sorokin

1. Social Cultural and Dynamics (1941),

2. The Crisis of Our Age (1941),

3. Society, Culture and Personality (1947).

Teori Siklus Perubahan Sosial

23
Sorokin memusatkan perhatiannya pada tingkat budaya, dengan menekankan pada arti,
nilai, norma dan symbol sebagai kunci untuk memahami kenyataan social-budaya. Sorokin juga
menekankan adanya saling ketergantungan antara pola-pola budaya. Ia percaya bahwa
masyarakat adalah suatu sistem interaksi dan kepribadian individual.

Tingkat tertinggi integrasi sistem-sistem sosial yang paling mungkin didasari pada
seperangkat arti, nilai, norma hukum yang secara logis dan konsisten mengatur interaksi antara
kepribadian-kepribadian yang ada didalam masyarakat. Tingkat yang paling rendah dimana
kenyataan sosial-budaya dapat dianalisa pada tingkat interaksi antara 2 orang atau lebih.

Sorokin mengemukakan teori yang berlainan, ia menerima teori siklus seperti hukum
fatum ala Oswald Spengler dalam karya yang berpengaruhnya Der Untergang des Abendlandes
(Decline of the West) atau Keruntuhan Dunia Barat/Eropa. Spengler meramalkan keruntuhan
Eropa yang didasarkan atas keyakinan bahwa gerak sejarah ditentukan oleh hukum alam. Dalil
Spengler ialah bahwa kehidupan sebuah kebudayaan dalam segalanya sama dengan kehidupan
tumbuhan, hewan, manusia dan alam semesta. Persamaan itu berdasarkan kehidupan yang
dikuasai oleh hukum siklus sebagai wujud dari fatum.

Sorokin menilai gerak sejarah dengan gaya, irama dan corak ragam yang kaya raya
dipermudah, dipersingkat dan disederhanakan sehingga menjadi teori siklus. Sorokin
menyatakan bahwa gerak sejarah menunjukkan fluctuation of age to age, yaitu naik turun,
pasang surut, timbul tenggelam. Ia menyatakan adanya cultural universal dan di dalam alam
kebudayaan itu terdapat masyarakat dan aliran kebudayaan. Di alam yang luas ini terdapat 3 tipe
yang tertentu, yaitu:

a. ideational, mempunyai dasar pemikiran bahwa kenyataan itu bersifat nonmaterial,


transenden dan tidak dapat ditangkap oleh panca indera. Dunia dianggap sebagai suatu ilusi,
sementara, dan tergantung pada dunia transenden atau sebagai aspek kenyataan yang tidak nyata
, tidak sempurna, tidak lengkap. Kenyataan adalah sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan atau
nirwana. Kata kunci adalah kerohanian, ketuhanan, keagamaan, kepercayaan

24
b. sensate, dasar pemikirannya adalah dnia materil yang ada disekitar kita adalah satu-satunya
kenyataan yang ada. Keberadaan kenyataan yang adi insrawi atau yang trasenden disangkal. Kata
kunci adalah serba jasmaniah, mengenai keduniawian, berpusat pada panca indera

c. perpaduan antara ideational-sensate, dasar pemikirannya adalah perpaduan antara kedua


hal diatas (Ideational dan Sensate). Kata kunci adalah suatu kompromis.

Ideational :

1. Menyatakan bahwa Tuhan sebagai realitas tertinggi dan nilai terbenar

2. Dunia dipandang sebagai ilusi, sementara, dan tak lengkap.

3. Sistem ini terbagi atas:

Ideasional asketik, mengurangi kebutuhan duniawi supaya mudah diserap ke dalam dunia
transenden.

Ideasional aktif, mengurangi kebutuhan duniawi sekaligus mengubahnya agar selaras dengan
dunia transenden.

Sensate :

1. Dunia nyata adalah realitas tertinggi, satu-satunya kenyataan yang ada.

2. Sistem ini terbagi atas:

Inderawi aktif, usaha aktif utk mengubah dunia fisik guna memenuhi kepuasan dan kesenangan
manusia.

Inderawi pasif, menikmati kesenangan duniawi tanpa memperhatikan tujuan jangka panjang.

Inderawi sinis, pengejaran tujuan duniawi dibenarkan oleh rasionalisasi idealistic.

Ideational-Sensate :

1. Suatu usaha Kompromis.

2. Sistem ini terbagi atas:


25
Kebudayaan Idealistis, dasar pemikiran antara ideational dan sensate secara sistematis dan logis
saling berhubungan.

Kebudayaan Ideasional Tiruan, kedua dasar pemikiran antara ideasional dan sensate saling
berlawanan tidak teritegrasi secara sistematis namun hidup berdampingan.

Tiga jenis kebudayaan adalah suatu cara untuk menghargai atau menentukan nilai suatu
kebudayaan. Menurut Sorokin tidak terdapat hari akhir seperti pendapat Agustinus, tidak ada
pula kehancuran seperti pendapat Spengler. Ia hanya melukiskan perubahan-perubahan dalam
tubuh kebudayaan yang menentukan sifatnya untuk sementara waktu.

Apabila sifat ideational dipandang lebih tinggi dari sensate dan sifat idealistic ditempatkan
diantaranya, maka terdapat gambaran naik-turun, timbul-tenggelam dan pasang-suruta dalam
gerak sejarah tidak menunjukkan irama dan gaya yang tetap dan tertentu. Sorokin dalam
menafsirkan gerak sejarah tidak mencari pangkal gerak sejarah atau muara gerak sejarah, ia
hanya melukiskan prosesnya atau jalannya gerak sejarah.

Rujukan

Budiyanto, Hari. (2008) Perkembangan Teori Sejarah. Surakarta: Universitas Muhammadiyah


Surakarta

Johnson, Doyle Paul. (1986).Teori Sosiologi Klasik dan Modern, Jilid 1. Jakarta: Penerbit
Gramedia.

26
Jacobus Cornelis (Kor) Lammers

Jacobus Cornelis (Kor) Lammers (Amsterdam, 20 April, 1928 - Oegstgeest, 1 Mei,


2009) adalah profesor sosiologi organisasi di Universitas Leiden dan anggota dari Royal Dutch
Academy of Sciences. Bersama dengan J.A.A. van Doorn Lammers menulis buku muncul pada
tahun 1959. sosiologi modern, yang diterapkan selama bertahun-tahun sebagai standar.

Lammers lulus dari sociography 1947 di Universitas Amsterdam dan pindah pada tahun
1948 untuk Universitas Michigan, di mana ia memperoleh gelar master dalam sosiologi pada
tahun 1950. Antara tahun 1950 dan 1955 ia menghadiri kuliah di Amsterdam sosiologi dan
antropologi budaya, dan gabungan yang antara tahun 1952 dan 1955 dengan posisi sebagai
asisten peneliti untuk menyertakan Institut Penelitian Sosial dari orang-orang Belanda (Isonevo).
Pada tahun 1955 ia menerbitkan Survei Masalah Evakuasi dan Pengalaman di Studi Bencana di
Belanda Bencana Banjir. Setelah ujian doktornya Lammers adalah seorang perwira cadangan di
Royal Navy. Ia menggabungkan tugas-tugasnya di sana dengan studi tentang sosialisasi petugas
di masa depan.

Lammers datang pada tahun 1957 dalam pelayanan Kantor Pusat Statistik, di mana ia
terlibat dalam studi tentang kegiatan rekreasi. Dia bekerja pada saat ini (bersama dengan Jacques
van Doorn) pada buku teks modern Sosiologi. Sistematika dan Analisis (1959, 12 cetakan).

27
Pada tahun 1960, Lammers pergi ke Belanda Institute for Preventive Medicine (NIPG), di
mana ia bekerja di bawah bimbingan psikolog sosial Koekebakker, di mana ia menerima gelar
doktor (1963) dengan tesis pada studi pelayanan berjudul The Royal Netherlands Navy.
Lammers itu dalam NIPG terlibat dalam penelitian medis dan sosiologis dan pada tahun 1967
diterbitkan rumah sakit sebagai masyarakat kasta. Ia menyibukkan diri dengan hubungan antara
manajer dan pekerja, khususnya dalam bentuk rapat kerja. Pada periode yang sama ia
mengadakan pekerjaan mengajar di Sosiologi Institute of Leiden, digambarkan sebagai sosiologi
industri.

Pada tahun 1964 diikuti Lammers Van Doorn sebagai guru di Leiden, tetapi tidak merasa
banyak untuk kursus ini atau untuk studi organisasi di sektor sosial tertentu dan memilih
sosiologi organisasi komparatif, di mana perbedaan dan persamaan antara organisasi dapat
dianalisis di sektor sosial yang berbeda. Lammers menulis serangkaian panjang kontribusi yang
lebih kecil di majalah dan menulis buku Organisasi relatif (1983) dan organisasi dari atas dan
bawah (1993). Dia terpasang sangat penting untuk penelitian empiris dan basis bukti pernyataan
teoritis. Salah satu tema inti, yang saling melengkapi tegang antara pemimpin dan bawahan,
dikembangkan oleh dia di Pengorganisasian dari atas dan dari bawah, dan digunakan dalam
dominasi Alien buku terbarunya. Kepadatan penduduk dan pekerjaan dalam perspektif
sosiologis.

Lammers dalam pidato perpisahan pada 7 Mei, 1993 ia meninggalkan, didirikan pada
pengalaman, tidak terlalu banyak pandangan bahwa universitas akan lebih baik dikelola tahun-
tahun sebelumnya. Dia pikir itu adalah berkah yang administrator universitas jawab setelah itu
untuk kebijakan mereka dan memiliki beberapa kontrol 'bawah' menjadi mungkin dan
menyesalinya kemudian rollback. Cor Lammers meninggal pada usia 81.

28
Robert Morrison MacIver

Robert Morrison MacIver (lahir, 17 April 1882 di Stornoway, Outer Hebrides, Skotlandia -
meninggal, 15 Juni 1970 di New York City) adalah seorang sosiolog kelahiran Skotlandia,
ilmuwan politik, dan juga seorang pendidik yang menyatakan keyakinan akan kompatibilitas
individualisme dan sosial organisasi. Kekuatan kreatif-Nya untuk membuat perbedaan antara
negara dan masyarakat memunculkan teori-teori baru demokrasi, multi-kelompok koeksistensi,
dan sifat otoritas.

MacIVer menempuh pendidikannya di University of Oxford, kemudian setelah Ia mendapatkan


gelar Ph.D. dari University of Edinburgh pada tahun 1915, MacIver mengajar ilmu politik di
University of Toronto pada tajim 1915-1927 dan di sana Ia menulis Community: Sebuah Studi
Sosiologi (1917) dan Elements of Social Science (1921). MacIver kemudian pergi ke Amerika
Serikat, pada saat itu Ia bergabung dengan fakultas dari Barnard College pada tahun 1927-1936.
Kemudian Ia adalah guru besar filsafat politik dan sosiologi di Columbia University pada tahun
1929-1950. MacIver menguatkan gagasan bahwa masyarakat berevolusi dari negara-negara yang
sangat komunal untuk orang-orang di mana fungsi individu dan kelompok afiliasi yang sangat
khusus. Ia merasa bahwa sosiolog harus menghindari memaksakan nilai-nilainya sendiri pada
fakta sosial. MacIVer juga menekankan bahwa evolusi sosial tidak selalu setara dengan
kemajuan sosial, yang Ia rasakan hanya bisa diukur dengan penilaian pribadi

29
30
William Fielding Ogburn

William Fielding Ogburn lahir di Butler, Georgia pada tanggal 29 Juni 1886. Setelah beliau lulus
dari Universitas Penyalur Tekstil, Georgia pada tahun 1905, beliau menginginkan untuk
memasuki pekerjaan professional. Ogburn kemudian memulai studinya pada bidang sosiologi.
Beliau adalah seorang profesor sosiologi di sebuah Perguruan Tinggi di Portland, Oregon.
Selama 4 tahun beliau berda di sana. Kemudian beliau kembali ke Universitas Columbia. Pada
tahun 1927, Ogburn dipanggil ke Chicago untuk mengajar pada sebuah Perguruan Tinggi. Beliau
menerima gelar akademis kehormatan LL.D dari almamaternya dan juga dari Universitas
Carolina Utara.

W.F. Ogburn merupakan ilmuwan pertama yang melakukan penelitian terinci mengenai
proses perubahan yang sebenarnya terjadi. Beliau telah mengemukakan beberapa teori, suatu
yang terkenal mengenai perubahan dalam masyarakat yaitu “ Cultural Lag” (artinya ketinggalan
kebudayaan) adalah perbedaan antara tarif kemajuan dari berbagai bagian dalam kebudayaan
dari suatu masyarakat. Ogburn berusaha untuk menunjukkan perbedaan-perbedaan antara teori
biologis dengan berbagai teori evolusi tanpa mengesampingkan konsep evolusi secara
menyeluruh.
31
W.F. Ogburn akhirnya meninggal di Tallahassee, Florida pada tanggal 27 April 1959.

Menurut William Fielding Ogburn, Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap
interaksi sosial dan hasil yang sebenarnya yaitu organisasi sosial. Beliau berusaha memberikan
pengertian tertentu, walaupun beliau tidak memberi definisi tentang perubahan sosial. Beliau
berpendapat bahwa ruang lingkup perubahan social mencakup unsur kebudayaan yang materiil
dan immaterial, dengan menekankan pengaruh yang besar dari unsur-unsur kebudayaan yang
materiil terhadap unsur-unsur immaterial.

Beliau berpendapat bahwa faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan suatu kebudayaan adalah

1. Discovery (penemuan-penemuan)

Ogburn mengemukakan ada sebanyak 150 perubahan sosial yang disebabkan oleh adanya radio.

2. Invensi

Ogburn mencatat ada 148 invensi atau penemuan semacamnya. Tiga bentuk efek dari invensi
yaitu :

a) Dispensasi (efek beruntung) dari sebuah invensi mekanik

b) Sukses (efek sosial) lanjutan dari sebuah invensi

c) Konvergensi (munculnya beberapa pengaruh dari beberapa invensi secara bersama

3. Difusi

Yaitu penyebaran unsur-unsur budaya dari suatu kelompok ke kelompok lainnya.

4. Akumulasi

5. Penyesuaian

Hasil Karya (1886-1959)

32
W.F. Ogburn menemukan penemuan baru yang dinamakan “ Social Invention” yaitu penciptaan
penegelompokkan dari individu-individu yang baru atau penciptaan adat-istiadat baru, maupun
perilaku sosial yang baru.

v “ Sosial Change with respect to culture and original nature ” 1992

v “ American Marriage and family relationship “ (dengan gorves) 1928

v “ Sosial Characters Stics of City “ 1937

v “ The Social Effect of Autation “ 1946

v “ Technology and the changing family “ (dengan nirmkoff) 1953

William Polak

Willem polak lahir dari keluarga pedagang Yahudi di amsterdam pada 14 September 1924.
orang tuanya dibunuh oleh Nazi selama occuption Jerman dari netherland tersebut. setelah
perang dunia kedua, ia bekerja sebagai wartawan untuk hetvrije volk. polak diangkat sekretaris
negara untuk keuangan daerah di pemerintah Joop den Uyl ini. ia bekerja untuk memperbaiki
posisi keuangan kota-kota Belanda besar. kemudian, ia menjadi walikota amsterdam untuk
jangka waktu enam tahun, yang tantangan nya termasuk banyak squanting kasus serta kerusuhan
33
yang berkaitan dengan penobatan Ratu Beatrix, ia meninggal pada tahun 1999 di rumahnya di
illpendam.

34
Anthony Giddens

Anthony Giddens, Baron Giddens (lahir 18 Januari 1938; umur 75 tahun) adalah sosiolog
asal Britania Raya. Ia adalah seorang sosiolog Inggris yang terkenal karena teori strukturasi dan
pandangan menyeluruh tentang masyarakat modern.

Ia dianggap sebagai salah satu kontributor sosiologi modern. Tiga tahap terpenting dapat
diidentifikasi di dalam kehidupan akademisnya. Hal yang pertama yaitu melibatkan penjabaran
sebuah visi baru tentang apa sosiologi itu, menyajikan pemahaman teoritis dan metodologis dari
bidang itu, berdasarkan reinterpretasi kritis terhadap klasik. Pada tahap kedua Giddens
mengembangkan teori strukturasi, analisis agen dan struktur, di mana keutamaan diberikan
kepada keduanya.

Karya-Nya periode itu, seperti Pusat Permasalahan dalam Teori Sosial (1979) dan
Konstitusi Masyarakat (1.984), membawa dia terkenal di dunia internasional pada arena
sosiologis.

Hasil karya:

Giddens, Anthony (1971) Capitalism and Modern Social Theory. An Analysis of the
writings of Marx, Durkheim and Max Weber. Cambridge : Cambridge University Press.

Giddens, Anthony (1973) The Class Structure of the Advanced Societies. London :
Hutchinson.

Giddens, Anthony (1976) Functionalism: apres la lutte, Social Research, 43, 325-66

35
Giddens, Anthony (1976) New Rules of Sociological Method: a Positive Critique of
interpretative Sociologies. London : Hutchinson.

Giddens, Anthony (1977) Studies in Social and Political Theory. London : Hutchinson.

Giddens, Anthony (1979) Central problems in Social Theory : Action, Structure and
Contradiction in Social Analysis. London : Macmillan.

Giddens, Anthony (1981) A Contemporary Critique of Historical Materialism. Vol. 1.


Power, Property and the State. London : Macmillan.

Giddens, Anthony (1982) Sociology: a Brief but Critical Introduction. London :


Macmillan.

36
ALBION WOODBURRY SMALL (11 Mei 1854 – 24 Maret 1926)

Albion Woodburry Small lahir pada tanggal 11 Mei 1584 di Buckfield, Maine. Ia pernah
bersekolah di Andover Newton Theological School pada tahun 1876-1879. Setelah lulus dari
Andover Newton Theological School, Albion Woodburry Small melanjutkan pendidikannya di
Universitas Leipzig dan Universitas Berlin. Ia mempelajari tentang sejarah, ekonomi social dan
politik.

Pada tahun 1888 sampai dengan tahun 1889, Albion Woodburry Small belajar sejarah di John
Hopkins University di Baltimore, Maryland. Pada waktu yang sama Albion Woodburry Small
juga mengajar di Univrsitas Colby.

Pada tahun 1892, ia mendirikan Departemen Sosiologi yang pertama di Unversitas


Chicago. Ia memimpin departemen ini selama 30 tahun lebih. Pada tahun 1895, ia menerbitkan
sebuah buku yang berjudul “The American Journal Of Sociology” yang berisikan tentang catatan
ilmu kemasyarakatan orang Amerika. Ia sangat berpengaruh dalam penempatan sosiologi
sebagai bidang ilmu yang diakui untuk studi akademis. Albion Woodburry Small telah menjabat
sebagai seorang sejarahwan sosiologi. Karyanya yang berjudul “General Sociology” yang berarti
ilmu kemasyarakatan umum, merupkan bagian terpenting dari semua karya yang telah
dihasilkannya. Albion Woodburry Small meninggal dunia pada tanggal 24 maret 1926 di
Amerika Serika

Albion Woodburry Small mengemukakan pengertian sosiologi sebagai kepentingan


social yang menyatakan bahwa kepentingan berada ditangan manusia pribadi mapun kelompok
dan dapat dikategorikan kedalam masalah-masalah seperti kesehatan, kekayaan, pengetahuan,

37
keindahan, kebenaran dan sebagainya. Masyarakat dianggap sebagai hasil kegiatan manusia
untuk memenuhi kepentingan-kepetingannya.

Hasil karya Albion Woodburry Small sebagai seorang sejarahwan sosiologi diantaranya yaitu :

1. “Introduction To The Study Of Society”(1894)

2. “General Sociology”(1905)

3. “The Meaning Of The Social Science”(1910)

4. “Origins Of Sociology”(1924)

38
IBNU KHALDUN (1332-1406 )

Seorang sarjana sosiologi dari Italia, Gumplowiez melalui penelitiannya yang cukup
panjang, berpendapat, ”Kami ingin membuktikan bahwa sebelum Auguste Comte (1798-1857M)
dan Giovani Vico (1668-1744M) telah datang seorang muslim yang tunduk pada ajaran
agamanya. Dia telah mempelajari gejala-gejala sosial dengan akalnya yang cemerlang. Apa yang
ditulisnya itulah yang kini disebut sosiologi. (Gumplowiez, Ibnu Khaldun, Arabischersoziologe
des 14 jahrundert. Dalam ‘Sociologigsche Essays:PP.201-202).

Sejarawan dan Bapak Sosiologi Islam ini dari Tunisia. Ia keturunan Yaman dengan nama
lengkapnya Waliuddin bin Muhammad bin Abi Bakar Muhammad bin Al Hasn.

Namun ia lebih dikenal dengan nama Ibnu Khaldun. Keluarganya berasal dari
Hadramaut (kini Yaman) dan silsilahnya sampai pada seorang sahabat Nabi Muhammad Nabi
Muhammad SAW. bernama Wail bin Hujr dari kabilah Kindah, salah seorang cucu Wail, Khalid
bin Usman, memasuki daerah Andalusia bersama orang-orang arab penakluk pada tahun ke-3
H(9 M). Anak cucu Khalid bin Usman membentuk satu keluarga besar bernama Bani Khaldun,
dari bani inilah asal nama Ibnu Khaldun.

Ia lahir di Tunisia pada tanggal 27 Mei 1332 M (1 Ramadhan 732 H), tetapi sebenarnya
ia dari Seville,Spanyol. Sejak kecil, ia sudah hafal Al-Qur’an. Di tanah kelahirannya itu ia
mempelajari syari’at (tafsir, hadits, tauhid, fiqih) fisika dan matematika. Saat itu Tunisia telah
menjadi pusat perkembangan ilmu di Afrika Utara.

Sejak usia muda,ia sudah mengikuti kegiatan politik praktis. Situasi politik yang tidak
menentu di Tunisia, menyebabkan Ibnu Khaldun melakukan pengembaraan dari Maroko sampai

39
Spanyol. Pada tahun 1375, beliau pindah ke Granada, Spanyol. Karena keadaan politik Granada
tidak stabil ia menetap di Qal’at Ibnu Salamah di daerah Tilmisan,ibukota Maghrib Tengah
(Aljazair) dan meninggalkan dunia politik praktis.

Tahun 746 H, studinya terhenti akibat terjangkitnya penyakit Pes di sebagian besar
belahan dunia bagian timur dan bagian barat. Banyak korban akibat dari penyakit yang sedang
melanda itu. Karena situasinya berubah, akhinya Ibnu Khaldun mencari kesibukan kerja serta
mengikuti jejak kakeknya untuk terjun ke dunia politik. Berkat komunikasinya dengan tokoh-
tokoh dan ulama terkemuka setempat telah banyak membantunya mencapai jabatan tinggi.

Karya-karya Ibnu Khaldun

Sebagai sejarawan dan filsuf, ia memusatkan perhatiannya pada kegiatan menulis dan
mengajar. Saat itulah karya besar lahir dari tangannya, yaitu :

1.Sebuah kitab Al-Ibrar wa Diwan Al-Mubtada’ wa Al-Khabar fi Ayyamal Al-‘Arab wa Al-


Ajam wa al-Barbar atau yang sering disebut Al-Ibrar (Sejarah Umum), terbitan Kairo tahun
1284. Kitab ini terdiri atas 7 jilid yang berisi tentang kajian sejarah yang didahului oleh
Muqaddimah (jilid I), yang berisi tentang pembahasan masalah-masalah sosial manusia.

2.Muqaddimah (yang sebenarnya merupakan pembuka kitab Al-Ibrar) popularitasnya melebihi


kitab itu sendiri. Muqaddimah membuka jalan menuju pembahasan ilmu-ilmu sosial. Menurut
pendapatnya, politik tidak bisa dipisahkan dari kebudayaan, dan masyarakat dibedakan atas
masyarakat desa (hadarah) dan kota (badawah). Oleh karena itu Ibnu Khaldun dianggap sebagai
peletak dasar ilmu-ilmu sosial dan politik Islam.

3.Sejumlah kitab yang bernilai tinggi diantaranya At-Ta’rif bi Ibn Khaldun (autobiografi, catatan
dan kitab sejarahnya) dan kitab teologi yaitu Lubabal Al-Muhassal Afkar Usul Ad-Din
(ringkasan dari kitab Muhassal Afkar Al-Muttaqaddimin wa Al-Muta’akhirin karya Imam
Fakhrudi Ar-Razi dan memuat pendapatnya tentang masalah teologi).

Pengertian Sosiologi

Dalam Muqaddimah ini pula Ibnu Khaldun menampakkan diri sebagai ahli sosiologi dan
sejarah. Menurutnya sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang solidaritas sosial. Teori
pokoknya dalam sosiologi umum dan politik adalah konsep ashabiyah (solidaritas sosial). Asal-
usul solidaritas sosial adalah ikatan darah yang disertai kedekatan hidup bersama. Hidup bersama
juga dapat mewujudkan solidaritas yang sama kuat dengan ikatan darah.

40
Alfred Vierkandt (1867-1953)

Alfred Vierkandt bukan saja seorang sosiolog melainkan juga ahli etnografi, psikolog
sosial, filsuf sosial dan filsuf sejarah. Namanya mulai disegani setelah karya fenomenologisnya
Gesellschaftslehre diterbitkan tahun 1920-an. Sebagaimana kebanyakan sosiolog Jerman, ia juga
penganut sosiologi mazhab formal.

Vierkandt lahir di Hamburg 4 Juni 1867. Belajar sains dan filsafat di Universitas Leipzig.
Awlnya karir akademinya sebagai dosen etnologi, lalu menjadi Profesor Sosiologi di Universitas
Berlin, ditahun 1913. Dia adalah salah satu pendiri dari Deutsche Gesellschaft für Soziologie,
pada tahun 1909 dan pensiun pada tahun 1934. Ia meninggal pada usia 85, 24 April 1953, di
Berlin.

Karyanya sebagai berikut; primitive and civilized peoples (1896), inertia in culture
change (1908), theory of society; main problems of philosophical sociology (1922, diperbaiki
pada 1928 dan 1949), dictionary of sociology (1931), family, people and state in their social life
(1936).

Semula ilmu sosiologi dianggap Alfred Vierkandt sebagai ilmu yang harus mempelajari
sejarah kebudayaan. Setelah menekuni secara intens tentng sosiologi, ia merubah anggapannya
dan menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu mempelajari interaksi antar manusia dan hasil
interaksi tersebut. Maka masyarakat merupakan himpunan interaksi-interkasi sosial, dan sudah
menjadi tugas sosiolog untuk mengkonstruksikan teori-teori tentang masyarakat dan kebudayaan.

Keberadaan setiap masyarakat, menurutnya, terbentuk dari adanya suatu kebulatan


dimana masing-masing unsur saling mempengaruhi. Ikatan emosional menjadi dasar semua
struktur social. Ikatan emosional terwujud dengan tidak adanya konflik antara kesadaran
41
individual dengan kelompok, kepentingan individu tunduk kepada tujuan kelompoknya.
Hubungan antar individu sebagai suatu mata rantai bisa timbul dan hilang, akan tetapi struktur
dan tujuan kelompok social tetap bertahan. Maka sosiologi harus fokus mempelajari bentuk dan
struktur-struktur tersebut.

Sebagai sosiolog mazhab formal, Alfred Vierkandt menyatakan bahwa sosiologi tidaklah
boleh menyepelekan situasi-situasi mental. Situasi-situasi tersebut tak dapat dianalisis secara
tersendiri, akan tetapi haru dipakai sebagai hasil perilaku yang timbul sebagai akibat interaksi
antar individu-individu dan kelompok-kelompok dalam masyarakat. Dengan demikian, tugas
sosiologi adalah untuk menganalisis dan mengadakan sistematika terhadap gejala sosial dengan
jalan menguraikannya ke dalam bentuk-bentuk kehidupan mental.

Hal itu dapat ditemukan dalam gejala-gejala seperti harga diri, perjuangan, simpati,
imitasi dan lain sebagainya. Itulah prekondisi suatu masyarakat yang hanya dapat berkembang
penuh dalam kehidupan berkelompok atau dalam masyarakat setempat (community). Oleh
karena itu sosiologi harus memusatkan perhatian terhadap kelompok-kelompok sosial.

Bersama Leopold von Wiese, Steinmetz, Bierens de Haan, pemikiran Alfred Vier Kandt
menjadi bahan ajar kuliah sosiologi di sekolah tinggi hukum di Jakarta ketika Indonesia dijaman
penjajahan Belanda.

42
Karl Marx

Karl Marx lahir di Trier, Jerman 5 Mei 1818. Berasal dari keluarga Yahudi kelas
menengah, Marx kuliah ilmu hukum di universitas Bonn. Setahun kemudian pindah ke
universitas Berlin untuk belajar filsafat. Pada usia 23 tahun ia meraih gelar doktor filsafat. Gagal
menjadi dosen, Marx muda kemudian menjadi wartawan dan akhirnya lebih banyak menjadi
aktivis politik dan penulis.

Hidup Marx berpindah-pindah. Saat menjadi wartawan di Jerman, dia pindah ke Paris. Di sini
dia bertemu perempuan bernama Jenny yang dinikahinya pada 19 Juni 1843. Di Paris pula dia
bertemu dengan Friedrich Engels yang menjadi sahabat karibnya. Marx, pada tahun 1845,
bersama keluarganya pindah ke Brusells. Marx sempat kembali ke Paris dan kemudia ke
Rhineland. Marx akhirnya pindah ke London pada tahun 1849. Da tinggal dan berkarya di kota
tersebut sampai akhir hayatnya. Dia meninggal pada 14 Maret 1883.

Karl Marx adalah seorang filsuf, ekonom, sosiolog sekaligus aktivis politik. Pemikiran
Marx dipengaruhi oleh Hegel, Feurbach, pemikir-pemikir sosialis Perancis seperti St. Simon,
Prudhon dan tokoh revolusioner seperti Blanqui. Selama hidupnya, Marx telah banyak
menghasilkan karya, seperti: Economic and Philosophical Manuscript, The German Ideology,
The Class Strrunggles in France and the Eighteenth Brumaire of Louis Bonaparte, The
Communist Manifesto, Das Capital.

Marx mengartikan sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari masyarakat; tingkah laku,
perubahan social, konflik dan kelas sosialnya. Karl Marx memunculkan teori-teori dalam
sosiologi, yaitu, konflik dan kelas sosial, perubahan sosial, alienasi.

Marx menggunakan metode-metode sejarah dan filsafat untuk membangun suatu teori
tentang perubahan yang menunjukkan perkembangan masyarakat menuju suatu keadaan
43
terwujud keadilan sosial. Perubahan sosial bagi Marx berjalan dialektis. Pertentangan,
kontradiksi antar kelas akhir mencari kesimbangan. Tahapan sejarah masyarakat bagi Marx
adalah sebagai berikut; feodalisme, kapitalisme dan sosialisme/komunisme.

Alienasi bagi Marx terjadi disaat manusia itu sebagai pekerja itu terasing dan dikuasai
oleh hasil kerjanya, produksinya. Manusia diasingkan dari produk hasil kerjaannya, terasing dari
kegiatan produksi, terasing dari sifat sosialnya, terasing dari rekan-rekannya atau masyarakatnya.

Teori Marx tentang kelas social didasarkan pada pemikiran bahwa sejarah peradaban
manusia adalah sejarah pertentangan kelas sosial dalam masyarakat. Marx biasanya mengartikan
kelas digunakan untuk menyatakan sekelompok orang yang berada dalam situasi yang sama
dalam hubungannya dengan kontrol mereka terhadap alat-alat produksi. Ada dua macam kelas
yang dikemukakan Marx ketika menganalisa kapitalisme; kelas borjuis dan kelas proletar.

Marx merupakan tokoh pengkritik system kapitalis paling awal dan paling sengit.
Sosiologi humanis dan sosiologi kritis banyak mengambil teori alienasi Karl Marx. Dia menolak
kapitalisme karena menyebabkan pengangguran, kosentrasi modal satu golongan, dan
bertambahnya kesengsaraan kaum proletar.

44
Goffman

Menurut Goffman, subjek sosiologi dramaturgi adalah penciptaan, pemeliharaan utama,


dan perusakan pemahaman umum dari realitas oleh orang yang bekerja secara individual dan
kolektif untuk menyajikan gambar bersama dan terpadu dari kenyataan itu. Ini adalah klaim
Goffinan bahwa jika kita memahami bagaimana seorang aktor Amerika kontemporer dapat
menyampaikan kesan seorang pangeran yang sarat kecemasan Denmark selama presentasi
Hamlet, kita juga dapat memahami bagaimana sebuah agen asuransi mencoba untuk bertindak
seperti operasi profesional dengan kombinasi ahli pengetahuan dan goodwill. Jika kita dapat
memahami bagaimana sebuah panggung kecil dapat digunakan untuk mewakili seluruh Roma
dan Mesir di Antony dan Cleopatra, kita juga dapat memahami bagaimana Disney Store
menciptakan rasa petualangan dan bertanya-tanya dalam setiap mal lokal. Juga, jika kita dapat
memahami proses dimana dua aktor dibayar meyakinkan kita bahwa mereka sedang di landa
cinta dalam Romeo dan Juliet, kita dapat memahami bagaimana pramugari mengelola dan
menggunakan emosi mereka untuk keuntungan komersial.

Di luar metafora kehidupan sosial sebagai ritual dramatis, Goffman merasakan potensi
untuk membawa keterasingan karena masalah otentik merangkul peran yang bukannya merasa
ambivalensi tertentu atau jarak dari itu. Keterasingan ini juga penting untuk analisis Goffman,
untuk Goffman, berbicara tentang individual sebagai semacam agen otonom tidak benar,
melainkan individu harus selalu dianggap dalam hubungan dengan keseluruhan sosial. Dengan
demikian, unit dasar dari analisis sosial, Goffman (1959), bukan individu melainkan apa yang ia
sebut sebagai “tim.” Dia menulis, “rekan satu tim adalah seseorang yang dramaturgi kerjasama
satu tergantung pada dalam mengembangkan definisi yang diberikan dari situasi” . Tim,
kemudian, bertanggung jawab untuk penciptaan persepsi realitas dalam Settings ditetapkan
45
sosial. Inti dari teori dramaturgi sosial adalah bahwa analisis tentang bagaimana tim bekerja
sama untuk mendorong kesan tertentu dari realitas mengungkapkan sistem yang kompleks dari
interaksi yang, dalam banyak hal, adalah seperti memainkan penyajian.

Goffman mendalami dramaturgi dari segi sosiologi. Beliau menggali segala macam
perilaku interaksi yang kita lakukan dalam pertunjukan kehidupan kita sehari-hari yang
menampilkan diri kita sendiri dalam cara yang sama dengan cara seorang aktor menampilkan
karakter orang lain dalam sebuah pertunjukan drama. Cara yang sama ini berarti mengacu
kepada kesamaan yang berarti ada pertunjukan yang ditampilkan. Goffman mengacu pada
pertunjukan sosiologi. Pertunjukan yang terjadi di masyarakat untuk memberi kesan yang baik
untuk mencapai tujuan. Tujuan dari presentasi dari Diri -Goffman ini adalah penerimaan
penonton akan manipulasi. Bila seorang aktor berhasil, maka penonton akan melihat aktor sesuai
sudut yang memang ingin diperlihatkan oleh aktor tersebut. Aktor akan semakin mudah untuk
membawa penonton untuk mencapai tujuan dari pertunjukan tersebut. Ini dapat dikatakan
sebagai bentuk lain dari komunikasi. Karena komunikasi sebenarnya adalah alat untuk mencapai
tujuan. Bila dalam komunikasi konvensional manusia berbicara tentang bagaimana
memaksimalkan indera verbal dan non-verbal untuk mencapai tujuan akhir komunikasi, agar
orang lain mengikuti kemauan kita. Maka dalam dramaturgis, yang diperhitungkan adalah
konsep menyeluruh bagaimana kita menghayati peran sehingga dapat memberikan feedback
sesuai yang kita mau. Perlu diingat, dramatugis mempelajari konteks dari perilaku manusia
dalam mencapai tujuannya dan bukan untuk mempelajari hasil dari perilakunya tersebut.

Dramaturgi memahami bahwa dalam interaksi antar manusia ada “kesepakatan” perilaku
yang disetujui yang dapat mengantarkan kepada tujuan akhir dari maksud interaksi sosial
tersebut. Bermain peran merupakan salah satu alat yang dapat mengacu kepada tercapainya
kesepakatan tersebut. Dalam pandangan Goffman, diri bukanlah milik aktor tetapi lebih sebagai
hasil intersi dramatis antara aktor dan audien. Diri adalah pengaruh dramatis yang muncul dari
suasana yang ditampilkan. Dramaturgi Goffman memperhatikan proses yang dapat mencegah
gangguan atas penampilan diri. Meski sebagian besar bahasannya ditekankan pada interaksi
dramaturgis ini, Goffman menunjukan bahwa pelaksanaannya adalah sukses. Hasilnya adalah
bahwa dalam keadaan biasa, diri yang serasi dengan pelakunya,penampilannya berasal dari
pelaku.

Goffman beasumsi bahwa saat berinteraksi aktor ingin menampilkan perasaan diri yang
dapat diterima oleh orang lain. Tetapi ketika menampilkan diri aktor menyadari bahwa anggota
audien dapat mengganggu penampilannya. Oleh karena itu aktor menyesuaikan diri dengan
pengendalian audiens terutama unsur yang dapat mengganggu. Aktor berharap perasaan diri
yang mereka tampilkan kepada audien cukup kuat dan mempengaruhi audiens. Aktor pun
berharap audiens akan bertindak seperti yang diinginkan aktor dari mereka. Goffman
menggolongkan hal tersebut sebagai manajemen pengaruh.

46
Dalam teori Dramatugis menjelaskan bahwa identitas manusia adalah tidak stabil dan
setiap identitas tersebut merupakan bagian kejiwaan psikologi yang mandiri. Identitas manusia
bisa saja berubah-ubah tergantung dari interaksi dengan orang lain. Disinilah dramaturgis masuk,
bagaimana kita menguasai interaksi tersebut. Dalam dramaturgis, interaksi sosial dimaknai sama
dengan pertunjukan teater. Manusia adalah aktor yang berusaha untuk menggabungkan
karakteristik personal dan tujuan kepada orang lain melalui “pertunjukan dramanya sendiri”.
Dalam mencapai tujuannya tersebut, menurut konsep dramaturgis, manusia akan
mengembangkan perilaku-perilaku yang mendukung perannya tersebut. Selayaknya pertunjukan
drama, seorang aktor drama kehidupan juga harus mempersiapkan kelengkapan pertunjukan.
Kelengkapan ini antara lain memperhitungkan setting, kostum, penggunakan kata (dialog) dan
tindakan non verbal lain, hal ini tentunya bertujuan untuk meninggalkan kesan yang baik pada
lawan interaksi dan memuluskan jalan mencapai tujuan. Oleh Goffman, tindakan diatas disebut
dalam istilah “impression management”.

Goffman juga melihat bahwa ada perbedaan akting yang besar saat aktor berada di atas
panggung (“front stage”) dan di belakang panggung (“back stage”) drama kehidupan. Kondisi
akting di front stage adalah adanya penonton (yang melihat kita) dan kita sedang berada dalam
bagian pertunjukan. Saat itu kita berusaha untuk memainkan peran kita sebaik-baiknya agar
penonton memahami tujuan dari perilaku kita. Perilaku kita dibatasi oleh konsep-konsep drama
yang bertujuan untuk membuat drama yang berhasil. Sedangkan back stage adalah keadaan
dimana kita berada di belakang panggung, dengan kondisi bahwa tidak ada penonton. Sehingga
kita dapat berperilaku bebas tanpa mempedulikan plot perilaku bagaimana yang harus kita
bawakan.

Goffman (1959) mengklaim bahwa setiap kali mengadopsi peran aktor, mereka harus
mengambil posisi pada keyakinan mereka dalam peran-mereka harus memutuskan apakah
mereka merasa bahwa kesan realitas mereka akan proyek adalah “benar”. Pada satu ekstrim,
orang menemukan bahwa pelaku dapat sepenuhnya diambil oleh tindakan sendiri, ia dapat tulus
yakin bahwa kesan realitas adalah realitas yang nyata. Pada ekstrem yang lain, kita menemukan
bahwa pelaku mungkin tidak diambil sama sekali oleh rutinitas sendiri. Ketika individu tidak
memiliki keyakinan dalam bertindak sendiri dan tidak ada perhatian utama dengan keyakinan
para pendengarnya, pemesanan yang “tulus” istilah untuk orang yang percaya pada kesan
dipupuk oleh kinerja mereka sendiri.

Penting untuk dicatat bahwa meskipun individu dapat berada di mana saja di antara dua
ekstrem kepercayaan pada kinerja mereka sendiri, mereka harus berada di tempat-yaitu, setiap
pemain harus, sadar atau tidak, memiliki beberapa tingkat penerimaan dari bagian dia diputar.

47
Jelas, dalam kebanyakan kasus, akan lebih mudah untuk menyajikan kinerja yang meyakinkan
jika ada yang relatif tulus tentang kinerja seseorang.

Jadi, dalam dramaturgi Goffman, realitas sosial adalah acara dilakukan, sangat tergantung
pada berbagai komponen teater. Untuk individu-individu tertentu untuk berkomunikasi secara
efektif realitas sosial yang paling menguntungkan bagi mereka, mereka harus mengadopsi peran
tentang pekerjaan mereka. Pada titik tertentu, bagaimanapun, peran-peran kerja akan hampir
pasti bertabrakan dengan peran individu nonpekerjaan, seharusnya diri mereka yang sebenarnya.
Ketika ini terjadi, individu memiliki berbagai macam pilihan, tapi akhirnya tidak satupun dari
mereka adalah mungkin untuk sepenuhnya menyelesaikan konflik; solusi yang terbaik, dibanyak
kasus, adalah untuk mengabaikan konflik dengan bertindak-dengan menggunakan alat-alat
panggung. Goffman (1959) menekankan bahwa ia menggunakan teater sebagai metafora dan
mengklaim bahwa pada akhirnya, dunia bukan panggung, dan itu seharusnya tidak sulit bagi
pembaca untuk menemukan perbedaan besar antara keduanya.

48
Claude Henri Saint-Simon (1760-1825)

Saint Simon lebih tua dari Auguste Comte. Comte sendiri adalah murid dan pernah
menjadi sekretaris Saint Simon. Sangat banyak kesamaan gagasan kedua pemikir ini namun tak
jarang berkembang perdebatan sengit antar keduanya yang akhirnya menyebabkan keduanya
berpisah (Pickering, 1993; Thompson, 1975).

Sisi terpenting dari Saint Simon adalah peran pentingnya baik terhadap pengembangan
teori Sosiologi Konservatif (seperti dilakukan Comte) maupun terhadap teori Marxian Radikal.
Di sisi teori konservatif, Saint Simon ingin mempertahankan kehidupan masyarakat seperti apa
adanya, tetapi ia tak ingin kembali ke kehidupan seperti di Abad Pertengahan sebagaimana yang
di dambakan de Bonald dan de Maistre. Ia adalah seorang positivis (Durkheim 1928,1962:142)
yang berarti ia yakin bahwa studi fenomena sosial sebaiknya menggunakan teknik ilmiah yang
sama seperti yang digunakan dalam studi sains. Di sisi radikalnya, Saint Simon melihat perlunya
reformasi sosialis terutama sentralisasi perencanaan sistem ekonomi. Tetapi, Saint Simon tidak
sampai berpikir sejauh yang kelak dilakukan Marx. Meski ia melihat kapitalis akan
menggantikan bangsawan feodal sebagaimana Marx melihatnya, namun ia tak membayangkan
bahwa kelas buruh akan menggantikan kelas kapitalis. Banyak di antara gagasan Saint Simon
yang terdapat dalam karya Comte, tetapi Comte mengembangkannya dengan cara yang lebih
sistematis (Pickering, 1997).

49
C. Wright Wills

C. Wright Mills dilahirkan pada 28 Agustus 1916 di Waco, Texas. Dia berasal dari latar
belakang kelas menengah C. Wright Mills

konvensional; ayahnya adalah broker asuransi, dan ibunya adalah ibu rumah tangga.
Mills kuliah di Universitas Texas dan menjelang 1939 dia mendapat gelar sarjana dan master.
Dia adalah mahasiswa yang luar biasa, dimana sampai dia meningalkan Texas dia telah
mempublikasikan artikel-artikel di dua jurnal sosiologi utama. Mills mendapat gelar Ph.D. dari
Universitas Wisconsin (Scimecca, 1977). Dia pertama mengajar di Universitas Maryland, tetapi
kemudian menghabiskan sebagian besar karirnya, dari 1945 sampai meninggal, di Universitas
Columbia.

Mills adalah orang yang gesit (Horowitz, 1983). Menjelang kematiannya karena serangan
jantung pada usia 45 tahun dia sudah banyak memberi kontribusi penting bagi sosiologi.

Salah satu hal yang paling mengejutkan tentang Mills adalah pertikaiannya dengan
tampaknya selalu bertempur sepanjang hidupnya. Dia mempunyai kehidupan pribadi yang penuh
gejolak, yang dicirikan oleh banyak jalinan asmara tiga perkawinan dan seorang anak dari tiap-
tiap perkawinan. Dia juga menjalani kehidupan profesional yang penuh pertempuran. Dia
tampaknya bertikai dengan siapa saja dan dengan segala hal. Saat masih mahasiswa di
Wisconsin, dia kerap berselisih dengan banyak profesornya. Kelak, dalam salah satu eseinya, dia
terlibat dalam kritik terselubung terhadap bekas ketua jurusan di Wisconsin. Dia menyebut
teoritisi seniornya di Wisconsin, Howard Becker, sebagai “dungu banget” (Horowitz, 1983). Dia
akhirnya berkonflik dengan Hans Gerth, rekan penulisnya, yang menyebut Mills sebagai
“operator hebat”, pemuda congkak yang menjanjikan, dan koboi Texas” (Horowitz, 1983:72).
50
Sebagai seorang profesor di Columbia, Mills terisolasi dan diasingkan oleh kolega-koleganya di
Columbia.

Tak ada kerenggangan antara saya dan Mills. Kami mulai renggang. Pada pertemuan
mengenang kematiannya yang diselenggarakan oleh Universitas Columbia, saya tampaknya satu-
satunya orang yang tak bisa mengatakan, “Aku pernah menjadi jauh”. Mungkin yang benar
adalah sebaliknya (dikutip dalam Horowitz, 1983:83).

Mills adalah orang asing, dan dia tahun itu; “Aku adalah orang asing, bukan hanya secara
regional, tetapi keseluruhan” (Horowitz, 1983:34). Dalam The Sociology Imagination (1959),
Mills menentang bukan hanya teoritisi dominan pada masanya, Talcott Parson, tetapi juga
metodologis dominan, Paul Lazarsfeld, yang juga kolega di Columbia.

Mills tentu saja bertentangan dengan orang; dia juga bertikai dengan masyarakat Amerika
dan menentangnya dalam berbagai front. Tetapi barangkali yang paling menonjol adalah fakta
bahwa ketika Mills mengunjungi Uni Soviet dan dihormati sebagai kritikus masyarakat utama,
dia memanfaatkan kesempatan itu untuk menyerang sensor di Uni Soviet dengan bersulang
(toast) kepada seorang pemimpin Soviet awal yang dilenyapkan oleh Stalinis : “Untuk hari
ketika karya lengkap Leon Trotsky dipublikasikan di Uni Soviet” (Tilman, 1984:8). C. Wright
Mills meninggal di Nyack, New York pada 20 Maret 1962.

51

Anda mungkin juga menyukai