Anda di halaman 1dari 6

TOKOH SOSIOLOGI

1. Auguste Comte (1798-1857)

Auguste Comte merupakan ilmuwan asal Perancis yang juga


mendapat julukan sebagai Bapak Sosiologi. Istilah sosiologi pertama kalinya juga dikemukakan
oleh Comte di tahun 1839. Berikut beberapa isi dari teori dari Augusthe Comte sebagai tokoh
dalam sosiologi:

 Sebelumnya, penggunaan istilah fisika sosial digunakan yang diadaptasi daro Adholpe
Quetelet digunakan untuk menunjukkan studi statistika yang berkaitan dengan gejala
miral.
 Kemudian Comte mengubahnya menjadi sosiologi yang menandakan sebagai ilmu yang
baru untuk masyarakat.
 Comte merupakan tokoh yang menganut aliran positivisme yang cukup terkenal.
Penganut positivis ini percaya jika masyarakat merupakan salah satu bagian dari alam
yang mana menggunakan metode penelitian empiris digunakan untuk hukum-hukum
sosial. (baca juga: Pengaruh Letak Geografis Indonesia)

2. Herbet Spencer (1820-1903)

Merupakan seorang filsuf asal Inggris sekaligus pemikir dari


teori liberal klasik yang terkemuka. Meskipun sebagian besar dari karya-karya nya menuliskan
tentang politik namun dirinya lebih dikenal dengan julukan ” Bapak Darwinisme Sosial”.
Spencer menganalisis masyarakat dengan mengibaratkan sebagai sistem evolusi. Beberapa teori
yang ditemukan dalam Herbet Spencer dalam perumusannya sebagai tokoh sosiologi:

 Menurut Specer, objek sosiologi yang utama adalah keluarga, agama, politik, industri,
serta pengendalian sosial. Termasuk pula di dalamnya yaitu masyarakat setempat,
pembagian kerja, asosiasi, pelapisan sosial, ilmu pengetahuan, dan penelitian mengenai
keindahan dan kesenian.
 Di tahun 1879, Specer mengemukakan mengenai teori Evolusi Sosial yang sampai saat
ini masih digunakan meskipun banyak mengalapi perubahan. (baca juga: Fungsi Bahasa
Daerah)
 Specer meyakini jika masyarakat mengalami evolusi, dari yang awalnya merupakan
masyarakat primitif dan kemudian menjadi masyarakat Industri.
 Sebagai organisme, manusia berevolusi sendiri terlepas dari tanggung jawab dan
kemauannya serta dibawah suatu hukum.
3. Emile Durkheim (1859-1917)

Durkheim lebih membicarakan tentang kesadaran kolektif yang


digunakan sebagai kekuatan moral untuk mengikat individu di dalam suatu masyarakat. Melalui
tulisannya yaitu The Division of Labor in Society, Durkheim menggunakan pendekatan
kolektivis untuk sebuah pemahaman jika masyarakat dapat dikatakan modern atau primitif.
Solidaritas tersebut dalam bentuk nilai, adat istiadat, serta kepercayaan yang diyakini
bersama. (baca juga: Ciri-Ciri Masyarakat Tradisional)

Pada masyarakat primitif, mereka dipersatukan dengan ikatan moral yang kuat serta memiliki
hubungan yang terjalin yang dinamakan Solidaritas Mekanik. Sedangkan untuk masyarakat
modern, kesadaran kolektif tersebut menurun dikarenakan adanya ikatan dengan pembagian
kerja yang rumit serta saling ketergantungan yang disebut Solidaritas Organik, sebagai berikut
landasan politik dari Emile Durkheim sebagai tokoh sosiologi yang dia rumuskan:

 Di karya selanjutnya yaitu The Role of Sociological Method, Dhurkeim menjelaskan


mengenai cara kerja yang dikenal dengan fakta sosial yaitu fakta-fakta yang berasal dari
luar individu yang mana dapat mengontrol individu tersebut agar bisa berpikir, bertindak,
serta memiliki daya paksa.
 Fakta sosial sendiri terbagi menjadi dua yaitu material dan nonmaterial. Selanjutnya
Durkheim juga mampu membuktikan jika ada pengaruh antara fakta sosial dengan pola
bunuh diri.
 Hal ini beliau simpulkan jika ada 4 jenis tipe bunuh diri yaitu egoistik, altruistik, anomik,
serta fatalistik. (baca juga: Kegiatan Eskpor dan Impor)

4. Karl Marx (1818-1883)

Karl Marx menggunakan pendekatan materialisme historis


mempercayai jika penggerak dari sejarah manusia meurpakan konflik kelas. Marx berpendapat
jika kekusaan serta kekayaan yang ada tidak terdistribusi merata di dalam masyarakat sehingga
membuat adanya kaum penguasa dengan memiliki alat produksi yang selalu terlibat masalah
oleh kaum buruh yang mengalami eksploitasi.

Ilmu sosiologi Marxis lebih menjelaskan mengenai kapitalisme yang mana produksi komoditas
dapat mempengaruhi keseluruhan dari pengejaran keuntungan. Hal ini karena nilai-nilai produksi
telah meresap ke segala bidang hidup. Tingkat keuntungan yang didapat akan menentukan
berapa banyak layanan yang akan diberikan. Hal inilah yang dimaksudkan oleh Marx jika
infrastruktur ekonomi akan sangat menentukan suprastruktur

Pendekatan sosiologi Marxis memang memiliki kesimpulan mengenai ide pembaruan sosial yang
mana sudah dibuktikan sebagai ide yang cukup cermelang di abad XX, berikut ini rinciannya.
 Masyarakat dibangun dengan dasar konflik
 Masyarakat harus dilihat sebagai bentuk totalitas di dalam ekonomi yang mana menjadi
faktor dominan.
 Penggerak dasar dari segala perubahan sosial yang ada adalah ekonomi.
 Perkembangan serta perubahan sejarah tidak terjadi secara acak namun bisa dilihat dari
hubungan antara manusia dengan kelompok ekonomi.
 Individu memang dibentuk masyarakat namun bisa mengubah masyarakat itu sendiri
melalui tindakan yang rasional dengan didasarkan pada premis-premis ilmiah.
 Bekerja di lingkup masyarakat kapitalis bisa menyebabkan keterasingan.
 Melalui kritik yang ada, manusia bisa memahami serta mengubag posisi dari sejarah
mereka sendiri.

5. Max Weber (1846-1920)

Teori yang dikemukakan oleh Max Weber tidak sependapat


dengan Marx, yang mana menyatakan jika ekonomi menjadi kekuatan pokok perubahan sosial.
Dari karyanya yaitu “Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme”, Weber berpendapat jika
kebangkitan pandangan suatu religius tertentu (Protestanisme) lah yang membawa masyarakat
menuju perkembangan kapitalismen. Kaum Protestan yang memiliki tradisi Kalvinis menyatakan
jika kesuksesan finansial menjadi tanda utama jika Tuhan berpihak pada mereka. Sehingga untuk
mendapatkan tanda ini, maka mereka akan menjalani gaya hidup yang hemat, rajin menabung,
serta menginvestasikan keuntungannya agar bisa mendapatkan modal yang banyak.

Pandangan lainnya dari Weber adalah mengenai perilaku individu yang bisa mempengaruhi
masyarakat secara luas, hal ini lah yang dinamakan sebagai Tindakan Sosial. Menurutnya,
tindakan sosial bisa dipahami asalkan kita dapat memahami ide, niat, nilai, serta kepercayaan
sebagai bentuk dari motivasi sosial. Pendekatan inilah yang dinamakan Verstehen
TOKOH SOSIOLOGI INDONESIA

1. Arief Budiman

Lahir di Jakarta, 3 Januari 1941, dilahirkan dengan nama Soe Hok


Djin, adalah seorang aktivis demonstran Angkatan '66 bersama
dengan adiknya, Soe Hok Gie. Pada waktu itu ia masih menjadi
mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia di Jakarta.
Ayahnya seorang wartawan yang bernama Soe Lie Piet.

Sejak masa mahasiswanya, Arief sudah aktif dalam kancah


politik Indonesia, karena ia ikut menandatangani Manifesto
Kebudayaan pada tahun 1963 yang menentang aktivitas LEKRA
yang dianggap memasung kreativitas kaum seniman.

Kendati ikut melahirkan Orde Baru, Arief bersikap sangat kritis terhadap politik pemerintahan di
bawah Soeharto yang memberangus oposisi dan kemudian diperparah dengan praktik-praktik
korupsinya. Pada pemilu 1973, Arief dan kawan-kawannya mencetuskan apa yang disebut
Golput atau Golongan Putih, sebagai tandingan Golkar yang dianggap membelokkan cita-cita
awal Orde Baru untuk menciptakan pemerintahan yang demokratis.

Belakangan Arief "mengasingkan diri" di Harvard dan mengambil gelar Ph.D. dalam ilmu
sosiologi serta menulis disertasi tentang keberhasilan pemerintahan sosialis Salvador Allende di
Chili.

Kembali dari Harvard, Arief mengajar di UKSW (Universitas Kristen Satya Wacana) di Salatiga.
Ketika UKSW dilanda kemelut yang berkepanjangan karena pemilihan rektor yang dianggap
tidak adil, Arief melakukan mogok mengajar, dipecat dan akhirnya hengkang ke Australia serta
menerima tawaran menjadi profesor di Universitas Melbourne.

Pada bulan Agustus 2006, beliau menerima penghargaan Bakrie Award, acara tahunan yang
disponsori oleh keluarga Bakrie dan Freedom Institute untuk bidang penelitian sosial.

2. George Junus Aditjondro

lahir di Pekalongan, Jawa Tengah, 27 Mei 1946; Ia pernah


jadi wartawan untuk Tempo. Pada sekitar tahun 1994 dan
1995 nama Aditjondro menjadi dikenal luas sebagai
pengkritik pemerintahan Soeharto mengenai kasus korupsi
dan Timor Timur. Ia sempat harus meninggalkan Indonesia
ke Australia dari tahun 1995 hingga 2002 dan dicekal oleh
rezim Soeharto pada Maret 1998. Di Australia ia menjadi
pengajar di Universitas Newcastle dalam bidang sosiologi.
Sebelumnya saat di Indonesia ia juga mengajar di
Universitas Kristen Satya Wacana.

Sepulangnya dari Australia, ia menulis beberapa buku


kontroversial yang dia rangkum dari internet, koran dan sumber-sumber lainnya.
Saat hendak menghadiri sebuah lokakarya di Thailand pada November 2006, ia dicekal pihak
imigrasi Thailand yang ternyata masih menggunakan surat cekal yang dikeluarkan Soeharto pada
tahun 1998.

Pada akhir bulan Desember 2009, saat peluncuran bukunya Membongkar Gurita Cikeas, ia
dituduh melakukan kekerasan terhadap Ramadhan Pohan, seorang anggota DPR RI dari Partai
Demokrat, yang kemudian melaporkan kejadian tersebut kepada polisi. Beberapa lama setelah
peluncuran bukunya terakhir, Membongkar Gurita Cikeas: Di Balik Skandal Bank Century,
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan keprihatinannya atas isi buku tersebut.Buku
itu sempat ditarik dari etalase toko walaupun pada saat itu belum ada keputusan hukum terhadap
peredaran buku itu

3. Gumilar Rusliwa Somantri

lahir di Tasikmalaya, 11 Maret 1963; dikenal sebagai


seorang sosiolog dan dosen di Universitas Indonesia. Ia
ditunjuk sebagai rektor Universitas Indonesia untuk masa
jabatan 2007-2011.

Beliau menyelesaikan pendidikan S1 di Departemen


Sosiologi, FISIP-UI, pada Januari 1989, dan meraih gelar
Doktor (Doktor der Sozialwissenschaften) di Fakultas
Sosiologi, Universitaet Bielefeld, Jerman pada tahun 1995.
Selain memiliki reputasi dalam karir intelektual yang
impresif, beliau memiliki kemampuan manajerial yang
sangat baik terutama dalam beberapa aspek: decisive
leadership, entrepreneurial, team building dan reformist).
Pernah menjadi Dekan FISIP-UI (dua periode) sepanjang
tahun 2002-2007. Pada tahun 2007 beliau terpilih menjadi Rektor UI periode 2007-2012 dalam
usia 44 tahun dan mencatat sejarah sebagai Rektor UI termuda. Pengalaman manajerial
sebelumnya adalah pernah menjadi Sekretaris Majelis Wali Amanat (2001-2002) dan Wakil
Direktur Pusat Studi Jepang UI (1997-2003).

Pada tahun 2011, ia memberikan gelar Doktor HC kepada raja arab, Abdullah. Keputusannya ini
menuai kontroversi internal kampus.

4. Imam B. Prasodjo

lahir di Purwokerto, Jawa Tengah, 15 Februari 1960;


Saat ini ia menjadi dosen tetap fakultas ilmu sosial
dan politik (FISIP) Universitas Indonesia. Selain
menjadi dosen, Prasodjo juga merupakan ketua dari
Yayasan Nurani Dunia, yaitu sebuah yayasan yang
berkecimpung dalam bidang sosial dan pendidikan
bagi kalangan yang kurang mampu dari segi
ekonomi.

Prasodjo merupakan lulusan dari Brown University,


Rhode Island, Amerika Serikat. Ia kerap kali muncul
sebagai narasumber di berbagai acara TV, maupun
seminar yang diselenggarakan oleh universitas. Ia
juga pernah menjadi anggota Komisi Pemilihan
Umum pusat masa bakti 1999-2004.

Prasodjo saat ini telah menikah dengan seorang wanita bernama Gitayana Budiardjo.
5. Manasse Malo

(Waingapu, Sumba Timur, 2 Mei 1941 - Waikabubak, 6 Januari


2007), adalah seorang sosiolog, pendidik, dan politikus
Indonesia. Ia ikut mendirikan Partai Demokrasi Kasih Bangsa
dan pada 1999 terpilih menjadi anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia, mewakili daerah pemilihan
Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur.

Manasse menempuh pendidikannya di SMP Kristen Rara di


Sumba Barat, dan kemudian melanjutkan ke SMA Kristen di
Salatiga, lalu ke Sekolah Tinggi Teologi Jakarta. Ia memperoleh
kesempatan untuk memperdalam studinya di Universitas
Wisconsin, Madison, Wisconsin, Amerika Serikat, hingga
memperoleh gelar master pada 1972 dan doktor dalam ilmu
sosiologi pada 1978.

Manasse meninggal dunia sekitar pk. 6.00 WITA di Waikabubak, Sumba Barat. Menurut
rencana ia akan ke Bali dan bergabung dengan keluarganya di sana untuk menjadi wali dalam
pernikahan keponakannya. Pada 5 Januari ia terkena stroke, mengalami koma. Nyawanya tidak
tertolong.

Anda mungkin juga menyukai