Anda di halaman 1dari 15

TOKOH SOSIOLOGI LUAR NEGERI

Auguste Comte

Biografi: Auguste Comte lahir pada 1798 di Montpellier, kota di selatan


Perancis yang menjadi salah satu pusat gerakan resistensi terhadap revolusi Perancis. Comte
lahir di keluarga borjuis Katolik yang taat. Namun, masa kecilnya penuh dengan kenangan pahit
disebabkan oleh kekacauan periode Revolusi Perancis. Comte dikenal sebagai bapak positivisme
dan juga dianggap sebagai orang pertama yang mencetuskan istilah sosiologi sebagai ilmu
pengetahuan modern yang mempelajari aspek sosial dari kehidupan manusia. Comte adalah
tokoh sosiologi klasik awal. Ideologi positivisme Comte mengusung keyakinan bahwa
masyarakat dapat dipahami sesuai dengan hukum-hukum ilmu alam.
Masterpiece: Discurs sur L’espirit Positif
Quote:
Formula sakral positivisme; cinta sebagai prinsipnya, keteraturan sebagai fondasinya,
kemajuan sebagai tujuannya.\
Harriet Martineau

Biografi: Hariet Martineau lahir pada 12 Juni 1802 di Norwich, Inggris.


Martineau merupakan salah satu intelektual perempuan awal yang mengkaji sosiologi secara
komprehensif. Martineu juga menerjemahkan karya besar Auguste Comte dari bahasa Perancis
ke bahasa Inggris, sehingga sosiologi Comte dikenal di negara-negara berbahasa Inggris. Fokus
sosiologi Martineau adalah pada prinsip-prinsip moral dan nilai masyarakat dalam kaitannya
dengan struktur institusional, relasi sosial, dan pola perilaku yang tampak secara empiris. Studi
sosiologi komprehensif Martineau dilakukan selama kunjungannya di Amerika, dimana
Martineau menginvestigasi hubungan nilai dan moral masyarakat amerika dengan stuktur
institusional negara tersebut. Martineau merupakan satu dari beberapa tokoh sosiologi klasik
perempuan.
Masterpiece: Society in America
Quote:
Jumlah pembaca begitu banyak tetapi yang berpikir begitu sedikit.
Herbert Spencer

Biografi: Spencer dilahirkan di Derby, Inggris pada 1820. Dikenal


sebagai pencetus darwinisme sosial karena mengadopsi teori darwin untuk menganalis
perkembangan masyarakat. Spencer menaruh perhatian khusus pada bagaimana mengatur
masyarakat agar dapat menyelesaikan masalah-masalah sosialnya. Menurut Spencer, ada suatu
hukum tertentu yang mengatur dunia sosial sehingga membuat orang-orang, khususnya para
pembuat kebijakan begitu yakin atas kebijakan-kebijakan yang diambil. Mereka yang
berpendapat bahwa hukum sosiologi tidak seperti hukum ilmu alam, menurutnya, gagal
mengenali bahwa banyak pengetahuan ilmu alam tidak bisa dijelaskan secara matematis juga,
namun bisa dijelaskan secara kualitatif, seperti ilmu sosial.
Masterpiece: The Study of Sociology
Quote:
Tujuan paling utama pendidikan bukan pengetahuan, melainkan tindakan.
Karl Marx

Biografi: Karl Marx dilahirkan di Trier pada 1818. Semasa muda


mengklaim diri sebagai seorang hegelian. Marx banyak terinspirasi dari Hegel tentang dialektika
sejarah. Doktrin mengenai materialisme sejarah banyak dituangkan dalam bukunya berjudul
’The German Ideology’, namun salah satu buku yang paling berpengaruh secara politik adalah
’The Communist Manifesto’. Dalam buku yang terakhir disebutkan, Marx mengintegrasikan
pemikirannya mengenai ekonomi politik, analisis kelas dan organisasi sosial. Bersama sohibnya,
Fredrick Engels, Marx mencetus teori tentang ekspliotasi dalam melihat hubungan sosial antara
dua kelas yang saling bertentangan; borjuis dan proletar. Kaum pekerja-proletar merupakan kelas
yang teralienasi dari banyak aspek, dari anggota kelasnya sampai produk yang dihasilkannya
sendiri. ’Das Capital’ adalah buku tentang kritik terhadap sistem ekonomi politik kapitalis
setebal 2000 halaman yang ditulis Marx. Engels berkontribusi pada jilid yang ketiga.
Masterpiece: The Communist Manifesto
Quote:
Kaum buruh seluruh dunia, bersatulah!
Max Weber

Biografi: Max Weber dilahirkan di Erfurt, Jerman pada 1864,


merupakan salah satu intelektual besar yang berhasil melakukan komparatif studi mengenai
politik, ekonomi, sosiologi, dan kultur. Salah satu kontribusi Weber pada sosiologi adalah
formula menginterpretasi tindakan sosial untuk memahami dunia sosial. Menurut Weber, adopsi
metodologi ilmu alam untuk memahami ilmu sosial akan selalu gagal. Ilmu sosial memiliki
logikanya sendiri yang berbeda sama sekali dengan ilmu alam. Logika ilmu sosial adalah logika
subjektif, dimana unsur subjektivitas selalu melekat pada manusia sebagai subjek dari realitas
sosial itu sendiri. Weber mengusulkan sebuah metode yang bernama Verstehen, atau pemahaman
interpretatif terhadap tindakan sosial untuk memahami kehidupan sosial. Kontribusi lain yang
juga berpengaruh besar adalah, idenya tentang birokrasi. Birokrasi modern menurut Weber
merupakan bentuk rasionalisasi dalam skema tipe ideal.
Masterpiece: Economy and Society
Quote:
Negara adalah institusi yang memiliki legitimasi untuk melakukan kekerasan.
Emile Durkheim

Biografi: Emile Durkheim dilahirkan di Espinal, Perancis pada 15 April


1858. Ayahnya adalah seorang Rabbi, Durkheim pada mulanya diarahkan untuk mengikuti jejak
ayahnya sebagai seorang Rabbi. Namun dalam kariernya, ia justru mengembangkan minat pada
sosiologi. Agama menjadi salah satu objek kajian dalam sosiologi yang menjadi minatnya.
Kontribusi Durkheim pada sosiologi juga terletak pada aspek metodologi untuk menguatkan
sosiologi sebagai sebuah disiplin modern yang ilmiah. Durkheim berpendapat bahwa masyarakat
berkembang dari bentuknya yang sederhana, menjadi kompleks, dari ’primitif’ ke ’beradab’, dari
solidaritas organik ke mekanik. Sosiologi yang dikembangkan Durkheim merupakan sosiologi
makro dimana gejala-gejala sosial merupakan fakta sosial yang memiliki hukum-hukum seperti
hukum alam. Durkheim merupakan tokoh sosiologi klasik yang mencetuskan sosiologi sebagai
ilmu sosial modern.
Masterpiece: The Division of Labour in Society
Quote:
Satu-satunya kekuatan yang bisa melenyapkan egoisme adalah solidaritas pada kepentingan
kelompok.
Georg Simmel

Biografi: Georg Simmel dilahirkan pada 1 Maret 1858 di Berlin, Jerman.


Menurut Simmel masyarakat sebagai konstruksi abstrak sangat mungkin dipelajari karena
adanya proses kategorisasi. Kehidupan sosial penuh dengan kategorisasi, seperti gender, ras,
kelas, agama, dan sebagainya. Upaya manusia itu sendiri dalam menciptakan kategorisasi
berimplikasi pada kenyataan bahwa dunia sosial itu ada. Kontribusi penting Simmel pada
sosiologi adalah sebuah konsep yang ia sebut ”form” atau bentuk. Sosiologi, menurutnya, adalah
ilmu yang mempelajari tentang bagaimana adanya berbagai macam bentuk dalam interaksi
sosial. Berbagai bentuk tersebut dapat berupa pertukaran, konflik, subordinasi, dan penghargaan.
Sosiologi yang dikembangkan oleh Simmel mendapat label sosiologi formal.
Masterpiece: The Problem of Sociology
Quote:
Mereka yang terdidik mengerti bagaimana mencari apa yang tidak diketahuinya.
Sigmund Freud

Biografi: Sigmund Freud dilahirkan di Freiberg, Prussia, saat ini menjadi


bagian dari Republik Ceko, pada 1856. Dikenal sebagai pendiri psikoanalisis, yaitu upaya
investigasi psikis melalui analisis alam bawah sadar secara klinis, teoritis dan metodologis.
Meskipun banyak menghasilkan karya pada analisis masalah psikis, Freud juga menulis beberapa
buku tentang peradaban dan kemasyarakatan. Masyarakat menurutnya, sebagaimana psikis,
memiliki struktur ”internal”. Kelompok sosial pada mulanya dilihat sebagai suatu bentuk cinta
yang merefleksikan rasa hormat pada pemimpin. Kemudian, kelompok sosial membentuk suatu
relasi konflik antara benci dan cinta. Masyarakat terbentuk dari hasrat seksual yang kompleks,
diperkuat oleh dorongan super ego sehingga terorganisir sedemikian rupa menjadi apa yang
disebut sebagai peradaban.
Masterpiece: Civilization and Its Discontents
Quote:
Takut senjata adalah tanda kedewasaan seksual dan emosional.
George Herbert Mead

Biografi: George Herbert Mead dilahirkan di Massachusets, US pada 27


Februari 1863. Mead mengembangkan keriernya di Chicago, dikenal sebagai psikolog sosial dan
pendiri interaksionisme simbolik. Kontribusi Mead pada sosiologi adalah pengembangan konsep
diri atau ”the self” dan relasinya dengan yang lain atau ”the other”. Masyarakat, menurut Mead,
memiliki relasi yang dinamis dan saling tergantung dengan diri. Relasi antara masyarakat dan
diri ini menciptakan gestur dan simbol yang dipertahankan terus-menerus dalam relasi sosial.
Pikiran, intelek, kesadaran atau ”the mind” merupakan kemampuan untuk berperan menjadi
”yang lain” melalui relasi ini. Sebagai contoh, kemampuan kita untuk memikirkan apa yang
dipikirkan orang lain tentang penampilan kita menentukan bagaimana cara kita berpenampilan.
Kemampuan pikiran ini dikembangkan sebagai tipe sosial psikologis yang disebut
interaksionisme simbolik.
Masterpiece: Mind, Self and Society
Quote:
Tak ada seorangpun yang selalu bodoh, namun semua orang kadang-kadang bodoh.
W. E. B. Du Bois

Biografi: W. E. B. Du Bois adalah sosiolog Amerika, lahir di


Massachusets pada 23 Februari 1868. Kontribusi utamanya pada sosiologi adalah studinya
tentang probem ras dan hubungannya dengan kesenjangan sosial. Di sosiologi, Du Bois dikenal
sebagai sosiolog kulit hitam pertama sekaligus orang pertama yang melakukan survey ekstensif
terhadap masyarakat Amerika berdasarkan warna kulit. Kaum kulit hitam di Amerika menempati
kelas sosial bawah dan mengalami diskriminasi di banyak aspek. Du Bois menginvestigasi unsur
ras dalam kesenjangan sosial masyarakat Amerika. Permasalahan sosial yang berhubungan
dengan relasi ras tetap menjadi persoalan serius sampai hari ini. Du Bois melihat persoalan
warna kulit sebagai masalah utama abad 20. Masih terlihat dengan jelas bahwa ras manusia
merupakan aspek penting yang memengaruhi kehidupan sosial yang berbentuk kesenjangan. Du
Bois menjadi salah satu tokoh sosiologi klasik terpenting yang mengenalkan kajian tentang ras.
Masterpiece: The Souls of Black Folk
Quote:
Masalah abad 20 adalah masalah warna kulit.
Alfred Schutz

Biografi: Alfred Schutz dilahirkan di Vienna pada 13 April 1899.


Perkembangan kariernya sebagai seorang intelektual tidak linier. Schutz pernah menjalani studi
hukum dan ekonomi, pernah bekerja di bank sebelum terjun di dunia akademik. Kontribusi
penting Schutz pada sosiologi adalah tentang formula memahami dunia sosial melalui teori yang
disebut relevansi. Schutz setuju pada pendapat bahwa memahami dunia sosial dapat dilakukan
melalui interpretasi tindakan subjektif individu. Namun menurutnya, penjelasan bahwa makna
simbolis menentukan tindakan sosial tidak pernah memuaskan. Teori relevansi dikembagkan
untuk menunjukkan bagaimana objek sosial dan natural menghasilkan makna-makna spesifik
yang membentuk perbedaan pengalaman subjektif yang temporal. Perbedaan makna subjektif ini
membentuk stok pengetahuan dan kerangka bagaimana pengalaman dan interaksi sosial menjadi
bermakna bagi individu untuk melakukan suatu tindakan.
Masterpiece: The Phenomenology of the Social World
Quote:
Relevansi merupakan produk refleksi.
Talcott Parsons

Biografi: Talcott Parsons lahir di Colorado, US pada 1902. Pemikiran


sosiologisnya banyak dipengaruhi oleh Durkheim dan Weber. Kontribusi penting Parsons pada
sosiologi adalah pengembangan teori tindakan sosial dalam kerangka teori struktural fungsional.
Parson melihat problem sosial dapat diatasi apabila kepentingan pribadi ditekan oleh kerangka
moral yang dibentuk berdasarkan nilai-nilai bersama. Individu, menurutnya harus masuk ke
dalam sistem nilai kultural yang terdiri dari ekspektasi nilai-nilai bersama. Dengan demikian,
tindakan individu dapat diregulasikan dan masyarakat bekerja dalam sebuah sistem yang
berfungsi. Parson melihat pentingnya mengelaborasi sebuah teori yang mengintegrasikan
tindakan sosial yang dilakukan individu dalam sistem sosial yang lebih besar. Parson
mendeskripsikan, teori tindakan sosial yang sudah masuk dalam sistem sosial sebagai tindakan
kesukarelaan atau ”voluntary action”. Parsons menjadi salah satu tokoh sosiologi klasik terbesar
abad 20.
Masterpiece: The Structure of Social Action
Quote:
Jika fakta sosial yang diamati tidak sesuai dengan penjelasan alternatif apapun, sistem
pengamatan itu sendiri yang perlu direkonstruksi.
Robert K. Merton

Biografi: Robert K. Merton lahir di Philadelpia, US pada 4 Juli 1910.


Karirnya sebagai sosiolog berkembang di Harvard. Merton dikenal sebagai tokoh sosiologi
klasik, kritikus sekaligus teoritisi struktural fungsionalisme. Kontribusinya pada sosiologi adalah
menciptakan spesialisasi pada studi mengenai penyimpangan sosial sebagai bagain dari fungsi
sistem sosial. Meski terpengaruh oleh teori struktural fungsional yang dberkembang sebelumnya,
teoeri fungsionalisme Merton tidak dogmatis. Fungsionalisme menurut Merton merupakan
praktik interpretasi data dengan cara menyedeskripsikan konsekuensinya pada struktur sosial
yang lebih luas. Merton tidak hanya fokus pada aspek fungsi struktur sosial namun juga aspek
disfungsi yang juga membuat struktur sosial tetap berjalan.
Masterpiece: Social Theory and Social Structure
Quote:
Tidak ada orang yang mampu mengetahui sepenuhnya apa yang membentuk pemikirannya.
TOKOH SOSIOLOGI INDONESIA
Selo Soemardjan

Lahir di Yogyakarta pada 23 Mei 1915, Selo Soemardjan dikenal sebagai


bapak sosiologi Indonesia. Latar belakang keilmuan yang dimiliki sebelum studi sosiologi adalah
pendidikan menegah atas untuk birokrat pada masa kolonial yang dikenal dengan nama Mosvia.
Selo Soemardjan kemudian melanjutkan studi sosiologi di Universitas Cornell di Amerika
Serikat dengan beasiswa dari pemerintah Amerika. Kariernya sebagai sosiolog dibangun selama
menjadi pengajar di Universitas Indonesia. Pada 1994 menerima gelar ilmuwan utama sosiologi
dari pemerintah Indonesia.
Pengaruh sosiologi Amerika yang Parsonian pada saat itu, dibawa oleh Selo Soemardjan ke
Indonesia melalui publikasi hasil risetnya berjudul ”Perubahan Sosial di Yogyakarta”. Perspektif
fungsionalisme struktural dalam melihat perubahan sosial mendominasi sosiologi pada awal
masuknya disiplin tersebut ke Indonesia. Selo Soemardjan banyak melakukan studi tentang
perubahan sosial, integrasi sosial, dan sistem pemerintahan di Indonesia. Adopsi teori
fungsionalisme Parsonian dalam analisisnya membantu pemerintah dalam agenda pembangunan.

Pudjiwati Sayogjo

Lahir di Kebumen pada 21 Mei 1926, Sayogjo dikenal sebagai ahli


sosiologi pedesaan di Indonesia. Latar belakang pendidikan Sayogjo adalah sarjana pertanian.
Sayogjo berkarier sebagai pakar sosiologi pedesaan dan ekonomi pedesaan di Institut Pertanian
Bogor yang dahulu merupakan fakultas pertanian Universitas Indonesia di Bogor. Penelitian
intensif yang dilakukan di pedesaan di Cibodas menarik perhatiannya untuk mempelajari struktur
sosial pedesaan dan kaitannya dengan perubahan sosial. Sayogjo mengembangkan sosiologi
terapan berorientasi emansipatoris tentang masyarakat pedesaan.
Kontribusi utama Sayogjo pada perkembangan sosiologi Indonesia adalah pengenalan
subdisiplin sosiologi pedesaan di berbagai institusi perguruan tinggi. Sayogjo banyak mengkritik
perubahan sosial yang disebabkan oleh modernisasi di banyak pedesaan Jawa. Menurutnya,
proses modernisasi yang terjadi tidak sejalan dengan agenda pembangunan yang berorientasi
pada peningkatan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat desa. Modernisasi yang terjadi di
pedesaan di Jawa tidak disertai pembangunan kualitas masyarakat desa itu sendiri.
Mely Giok Tan

Lahir di Jakarta pada 11 Juni 1930, Mely merupakan salah satu sosiolog
Indonesia generasi awal. Mely juga dikenal sebagai sinolog, ahli masalah Cina. Studi tingkat
sarjana diselesaikan di Fakultas Sastra Universitas Indonesia, kemudian mendapat gelar master
di Universitas Cornell, Amerika Serikat. Gelar doktoral diperolehnya di Universitas California,
Berkeley, Amerika Serikat pada 1968. Mely berkontribusi pada pengembangan ilmu sosial di
Indonesia sebagai sekretaris umum Himpunan Indonesia untuk Pengembangan Ilmu-Ilmu Sosial
pada 1975-1979.
Sebagai ahli masalah Cina, studi yang dialkukannya banyak mengkaji tentang komunitas Cina di
berbagai negara termasuk di Indonesia. Selain persoalan Cina, Mely juga banyak melakukan
kritik pada media yang mendiskreditkan peran perempuan dalam masyarakat dan melihat
perempuan sebagai objek seksual semata. Minat utama pada kajian kelompok minoritas
membawa nama Mely sebagai salah satu tokoh sosiologi Indonesia yang memiliki komitmen
pada cita-cita emansipatoris.
Mochtar Naim
Lahir di Jambi pada 25 Desember 1932, dikenal sebagai sosiolog dan antropolog Indonesia.
Selain itu, Mochtar juga merupakan ahli kebudayaan Minangkabau. Pendidikan tingkat
sarjananya dilakukan di Yogyakarta di tiga universitas sekaligus, yakni Universitas Gadjah
Mada, Universitas Islam Indonesia dan PTAIN. Gelar master diperoleh di Universitas McGill,
Kanada dan gelar doktoral diperoleh di Universitas Singapura. Karir akademiknya dimulai di
Universitas Andalas, berlanjut sebagai staf pengajar di Universitas Hasnuddin, Makassar.
Studi tentang pola migrasi masyarakat Minangkabau melambungkan namanya sebagai sosiolog
dan ahli kebudayaan Minang yang mumpuni. Mochtar meneliti kebiasaan merantau orang
Minang dan menelurkan teori kebudayaan yang diistilahkan dengan ”Minang-kiau”, kebiasaan
merantau orang Minang ke seluruh dunia untuk berdagang. Pola merantau orang minang
dilihatnya mirip dengan pola merantau orang Cina. Mochtar mengkategorisasikan budaya
Minangkabau sebagai budaya yang bercirikan sentrifugal. Mochtar merupakan salah satu tokoh
sosiologi Indonesia yang juga ahli budaya.

Soerjono Soekanto

Lahir di Jakarta pada 30 Janiari 1942, Soerjono Soekanto dikenal sebagai


ahli sosiologi hukum. Latar belakang pendidikannya adalah sarjana hukum. Soekanto
melanjutkan studi tingkat master bidang sosiologi di Universitas California, Berkeley, Amerika.
Pendidikan doktoralnya diselesaikan di Fakultas Hukum, Universitas Indonesia. Kariernya
sebagai akademisi berkembang di Univesitas Indonesia dengan gelar guru besar sosiologi hukum
yang diperoleh pada 1983.
Kontribusi Soerjono Soekanto pada perkembangan sosiologi di Indonesia adalah pengenalan
sosiologi hukum sebagai subdisiplin sosiologi. Buku yang ditulisnya berjudul ”Sosiologi Suatu
Pengantar” juga menjadi rujukan utama kuliah pengantar sosiologi di banyak unversitas di
Indonesia. Soerjono Soekanto banyak menulis masalah-masalah hukum dengan pendekatan
sosiologis. Sebagai tokoh sosiologi Indonesia, Soerjono Soekanto dikenal sebagai sosiolog
hukum.

Arief Budiman

Lahir di Jakarta pada 3 Januari 1941, Arief Budiman merupakan seorang


aktivis demonstran angkatan 66 yang juga kakak kandung Soe Hok Gie. Arief pernah studi di
College d’Europe, Belgia dan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Gelar doktor di bidang
sosiologi diraihnya di Universitas Harvard Amerika Serikat. Kariernya luas, tidak hanya di ranah
akademik tetapi juga aktif di ranah politik, jurnalistik dan seni. Arief mendapat gelar guru besar
bidang sosiologi dari Universitas Melbourne, Australia, tempatnya mengajar.
Arief Budiman mendeskripsikan dirinya sebagai orang kiri yang menolak paradigma modernisasi
dan pembangunanisme. Kontribusinya pada sosiologi adalah gagasan-gagasannya tentang teori
ketergantungan. Studinya tentang pengalaman negara Amerika Latin, Chile yang beralih dari
demokrasi ke sosialisme berisi analisis khas intelektual kiri. Arief Budiman banyak mengkritik
setiap rezim penguasa. Praktik politik dari orde lama sampai rezim pasca reformasi banyak
menjadi sasaran kritiknya yang pedas.
George Junus Aditjondro

Lahir di Pekalongan pada 27 Mei 1946, Aditjondro dikenal sebagai


sosiolog Indonesia sekaligus aktivis dan kritikus penguasa, terutama pada rezim orde baru. Pada
1991 mendapatkan gelar master dari Universitas Cornell, Amerika Serikat. Gelar doktoral
diperolehnya dua tahun kemudian di universitas yang sama. Kariernya sebelum masuk di bidang
akademik adalah seorang jurnalis. Aditjondro pernah bekerja sebagai jurnalis Tempo pada
1970an.
Kontribusinya pada sosiologi adalah studinya mengenai perilaku korup rezim-rezim penguasa.
Politik Indonesia era orde baru dan era SBY menjadi sasaran kritisismenya karena dianggap
korup. Aditjondro pernah dicekal pada rezim Soeharto dan memilih keluar dari Indoensia untuk
berkarier di Universitas Newcastle, Australia sebagai pengajar sosiologi. Aditjondro sempat
mengajar juga di Universitas Sanata Dharma, Yogkarta sekembalinya dari Australia. Salah satu
bukunya yang paling kontroversial adalah ”Membongkar Gurita Cikeas: Di Balik Skandal Bank
Century” yang diterbitkan namun banyak hilang dipasaran pada saat rezim SBY berkuasa.

Manasse Malo

Lahir di Waingapu, Nusa Tenggara Timur pada 2 Mei 1941, Manasse


dikenal sebagai sosiolog dan politikus Indonesia. Menempuh pendidikan jenjang sarjana di
Sekolah Tinggi Teologi Jakarta. Gelar master dan doktoral bidang sosiologi diperolehnya dari
Universitas Winconsin, Amerika Serikat. Karier Manasse di bidang akademik adalah sebagai
sosiolog Universitas Indonesia. Di bidang politik pernah menjadi anggota DPR RI Pada 1999.
Aktivisme politik sudah akrab dengannya sejak menjadi mahasiswa ketika menjadi anggota
Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia.
Kontribusi Manasse pada sosiologi adalah mengenai studinya tentang kebijakan desentralisasi di
Indonesia. Manasse banyak menjadi pembicara dengan tema politik desentralisasi sejak orde
baru. Pasca reformasi menjadi momentum dirinya untuk mempraktikkan gagasannya tidak hanya
di wilayah akademik, namun juga kebijakan sebagai anggota parlemen. Politik lokal di Indonesia
pasca reformasi adalah politik desentralisasi. Tempat kelahiran Manasse, Sumba, merupakan
salah satu wilayah yang diperjuangkannya untuk menjadi provinsi baru.
Nasikun

Lahir di Cilacap pada 28Oktober 1941, Nasikun adalah seorang guru


besar sosiologi di Universitas Gadjah Mada. Nasikun memperoleh gelar doktoral dari Michigan
State University, Amerika Serikat. Kriernya sebagai sosiolog dimulai sebagai staf pengajar di
Jurusan Sosiologi Universitas Gadjah Mada sejak 1967. Nasikun aktif di berbagai organisasi
yang berkomitmen pada pengembangan ilmu-ilmu sosial di Indonesia. Pernah menjadi bagian
dari keanggotaan Himpunan Ilmuwan dan Peminat Ilmu-ilmu Sosial dan Ikatan Sosiologi
Indonesia.
Salah satu karyanya yang banyak dikutip adalah buku berjudul ”Sistem Sosial Indonesia”.
Nasikun mengkaji struktur dan sistem sosial di Indonesia dari pendekatan fungsionalisme dan
konflik. Analisisnya mengungkap proses integrasi dan disintegrasi masyarakat Indonesia modern
yang majemuk. Nasikun berpendapat bahwa pasca reformasi, kapitalisme dan neo-liberalisme,
diikuti oleh fundamentalisme etnik dan agama akan menjadi tantangan solidaritas sosial Bangsa
Indonesia yang majemuk. Nasikun dikenal sebagai tokoh sosiologi Indonesia yang selalu
mengingatkan pentingnya integrasi sosial pada masyarakat majemuk.

Anda mungkin juga menyukai