Anda di halaman 1dari 7

Mizan

Secara bahasa (etimologi) mizan artinya adalah alat (neraca) untuk


mengukur sesuatu berdasarkan berat dan ringan. Secara istilah
(terminologi), mizan adalah sesuatu yang Allah letakkan pada hari Kiamat
untuk menimbang amalan hamba-Nya, sebagaimana yang telah ditunjukkan
oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan ijma’ salaf. Imaam Al Qurthubi dalam
kitab beliau yang berjudul “At Tadzkiroh fi Ahwaalil Mautaa wa ‘Umuuril
Aakhiroh” (Peringatan Tentang Keadaan Orang Mati dan Perkara-Perkara
Akhirat), yaitu Kitab yang khusus berbicara tentang Kiamat Sughro (Kiamat
Kecil) dan Kiamat Kubro (Kiamat Besar), beliau menukil perkataan para
‘Ulama Ahlus Sunnah bahwa:

“Jika Al Hisab (perhitungan amalan-amalan seseorang) sudah selesai, maka


berikutnya adalah Waznul A’maal dimana amalan setiap manusia ditimbang.
Karena dengan timbangan itu lah kemudian akan ditegakkannya pembalasan
Allah.” Oleh karena itu Al Mizan didahului oleh Al Hisab. Karena Hari Hisab
merupakan pengakuan manusia, bahwa benar ia telah melakukan sesuatu
amalan ini dan itu semasa hidupnya di dunia. Semua pengakuan itu ada
dalam Muhaasabah.

bahwa Yaumul Mizan adalah untuk memperlihatkan balasan amalan


seseorang. Seseorang itu berhak mendapatkan balasan seperti apakah akan
ditentukan setelah Al Mizan; dimana balasan Allah terhadap manusia itu
adalah sesuai dengan pengakuan amalannya, sesuai dengan timbangan hasil
prestasi amalan yang telah ia lakukan ketika hidup di dunia. Al Haafidz Ibnu
Hajar Al Asqolaany (beliau adalah ‘Ulama ber-madzhab Syafi’iy) dalam Kitab
beliau berjudul “Fat-hul Baari”, beliau mengatakan: “Yang benar menurut
pemahaman Ahlus Sunnnah bahwa amalan-amalan yang baik itu dalam
bentuk fisiknya akan dimunculkan oleh Allah dalam gambar (bentukan) yang
baik. Sedangkan amalan-amalan orang yang berbuat keburukan, akan
muncul dalam gambar (bentukan) yang buruk. Kemudian setelah
itu amalan-amalan tersebut akan ditimbang”. Demikian dikatakan beliau,
ketika menjelaskan tentang pembahasan perkara ini dalam
Kitab Shahiih Imam Al Bukhary.
PADANG MAHSYAR

Setelah selesai penghalauan seluruh manusia ke padang Mahsyar dihari kiamat itu,
jadilah manusia – manusia itu dalam satu arena yang sangat luas . Di situ semua
manusia berkumpul iaitu sejak zaman Nabi Adamhinggamanusia yang paling akhir
dimatikan . Mereka semua disuruh berbaris dan menunggu satu pemeriksaan yang
menakutkan dalam persidangan Mahkamah Allah.
Masing-masing diliputi rasa takut dan kuatir , sedih , dan gelisah , binggung , bimbang
dan panik. Masing-masing menyesal diri dan tertanya-tanya , ke Neraka manakah aku
ini?

Bagi mereka yang berbuat dosa di dunia ini akan menanti dengan penuh rasa berdebar
dan gementar , kalau boleh mau di hidupkan semula di dunia dan mau jadi hamba yang taat
dan patuh dengan hukum-hakum Allah .Tapi apa kan daya nasi sudah menjadi
bubur. Kini mereka menanti apakah pembalasan yang akan Allah timpakan .
Dalam upacara di padang Mahsyar ,semua manusia akan berbaris dan berkumpul
dengan pemimpin-pemimpin yang mereka ikuti sewaktu hidup di dunia dahulu .
Sebagaimana telah di tegaskan olih Allah S.W.T yang berbunyi ;“ Ingatlah suatu hari
(yang dihari itu ) , kami panggil tiap umat dengan pemimpinya ’’. Di perhimpunan agung
padang Mahsyar itu akan dipasang bendera , sepanduk dan panji-panji sebagai tanda pengenal
golongan umat manusia . Bendera dan panji-panji itulah yang disebut “ Liwaul hamdi ’’ iaitu
bendera pujian. Umat islam akan berbaris dengan beberapa barisan di bawah panji-panji ,
sesuai dengan apa yang telah mereka taati dalam hidupnya.
Apakah ia ahli yang jujur , seorang yang zalim , zuhud , dermawan , syuhada’ , qari , muadzin ,
dan sebagainya , ini semua akan ada panji-panjinya dan pemimpin-pemimpinya sendiri .
Dalam satu riwayat bahawa Rasulullah SAW ditanya tentang bendera pujian mengenai
panjang dan lebarnya . Maka baginda bersabda :“ Panjangnya dapat ditempuh 1000
tahun , dimana tertulis‘ Laillaha illallah Muhamadarasulullah ’ . Dan lebarnya antara langit dan
bumi .Adapun bahannya dari yakut yang merah , tiangnya dari perak yang
putih dan zabarjut yang hijau . Ia mempunyai tiga buah menara dariNur (cahaya). Satu cahaya
kearah timur , satu cahayadi tengah-tengah dunia dan yang satunya berada di arah barat .
Pada menara itu tertulis tiga baris :
- Baris pertama tertulis :‘ Bismillahir Rahman Nir Rahim ’- Artinya : Dengan nama Allah
yang maha pemurah lagi maha penyayang .
- Baris kedua tertulis ;‘ Alhamdulillah Hirabbil Alamin ’- Artinya:Segala puji bagi
Allah seru sekalian Alam .
- Baris ketiga tertulis ;‘ Laillaha illallah Muhamadarasulullah ’ - Artinya : Tiada Tuhan
selain Allah dan Muhamad utusan Allah .

Adapun setiap baris jaraknya dapat ditempuh 1000 tahun .Disamping terdapat 70.000
bendera. Setiap satu bendera di bawahnya terdapat 70.000 barisan Malaikat , setiap
barisan terdiri dari 50.000 Malaikat yang sama bertasbih kepada Allah dan memahasucikannya
’.
Perlu dimaklumi bahawa sifat-sifat dan keadaan‘ Liwaul Hamdi ’ .Ini mungkin banyak
menimbulkan pertanyaan bagi akal . Namun kerana itu adalah satu hal yang ghaib , maka
Allahlah yang Maha Mengetahui sebenarnya dan Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Imam Al-Jurjani menerangkan makna ‘ Liwaul Hamdi ’.Bendera pujian berada pada
kekuasaan Allah . Bahawasanya kelak di hari kiamat ,bendera itu di pasang pada sisi
Nabi Muhammad S.A.W .Adapun para mukmin berada di kanan kiri bendera Nabi ,
sedangkan orang kafir berada dalam azab sengsara bersedia untuk menjadi kayu bakar ,
api neraka selama bendera itu di pasang dan berkibar . Jika bendera itu dipindahkan ,
maka di kala itu orang-orang kafir akan di halau untuk terjun ke dalam neraka . waliya
zubillah ….
YAUMUL HISAB

Pengertian hisab disini adalah, peristiwa Allâh menampakkan kepada manusia amalan mereka di
dunia dan menetapkannya.[2] Atau Allâh mengingatkan dan memberitahukan kepada manusia
tentang amalan kebaikan dan keburukan yang telah mereka lakukan.[3]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menyatakan, Allâh akan menghisab seluruh makhluk dan berdua
dengan seorang mukmin, lalu menetapkan dosa-dosanya.[4] Syaikh Shalih Ali Syaikh
mengomentari pandangan ini dengan menyatakan, bahwa inilah makna al muhasabah (proses
hisab).[5] Demikian juga Syaikh Ibnu Utsaimin menyatakan, muhasabah adalah proses manusia
melihat amalan mereka pada hari Kiamat.[6]

Hisab menurut istilah aqidah memiliki dua pengertian.

Pertama. Al ‘Aradh (penampakkan dosa dan pengakuan), yang mempunyai dua pengertian.

1. Pengertian umum, yaitu seluruh makhluk ditampakkan di hadapan Allâh dalam keadaan
menampakkan lembaran amalan mereka. Ini mencakup orang yang dimunaqasyah
hisabnya (diperiksa secara sungguh-sungguh) dan yang tidak dihisab.
2. Pemaparan amalan maksiat kaum Mukminin kepada mereka, penetapannya,
merahasiakan (tidak dibuka dihadapan orang lain) dan pengampunan Allâh atasnya.
Hisab demikian ini dinamakan hisab yang ringan (hisab yasir). [7]

Kedua. Munaqasyah (diperiksa secara sungguh-sungguh), dan inilah yang dinamakan hisab
(perhitungan) antara kebaikan dan keburukan.[8] Untuk itulah Syaikhul Islam menyatakan,
hisab, dapat dimaksudkan sebagai perhitungan antara amal kebajikan dan amal keburukan, dan di
dalamnya terkandung pengertian munaqasyah. Juga dimaksudkan dengan pengertian pemaparan
dan pemberitahuan amalan terhadap pelakunya.[9]
Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam menyatakan di dalam sabdanya:

ْ‫ـب َمن‬
َْ ِ ‫ب ُحوسـ‬ ُ ْ‫س فَقُلتُْ عَائِش َْةُ قَالَت‬
َْ ِّ‫ع ِذ‬ َْ ‫للاُ َيقُو ُْل أ َ َو َلـي‬
ْ ‫ت َ َعا َلـى‬
َ ‫ب فَسـَـــو‬
ْ‫ف‬ ُْ ‫س‬ َ ‫ك إِ َّنـ َما فَ َقا َْل قَالَتْ يَسِي ًرا ِح‬
َ ‫سا ًبا يُـ َحا‬ ِْ ‫ض ذَ ِل‬
ُْ ‫العَر‬
ْ‫ش َمنْ َولَ ِكن‬
َْ ِ‫اب نُوق‬
َْ ‫س‬
َ ‫ـح‬
ِ ‫يَه ِلكْ ال‬
“Barangsiapa yang dihisab, maka ia tersiksa”.
Aisyah bertanya,”Bukankah Allâh telah berfirman
‘maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah’[10]
Maka Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Hal itu adalah alْ‘aradh.
Namun barangsiapa yang dimunaqasyah hisabnya, maka ia akan binasa”.
(Muttafaqun ‘alaihi)
YaumulْBa’ats

Yaumul ba’ats adalah hari dibangkitkannya seluruh manusia yang pernah hidup di dunia.
Menurut ibnu Taimiyyah Yaumul ba’ats adalah hari dihidupkannya orang-orang yang telah
mati dan keluarnya mereka dari kubur mereka untuk mendapatkan keputusan di hari kiamat.
Dinamakan demikian karena adanya kehidupan kembali dari Allah SWT.
Keadaan manusia ketika dibangkitkan tersebut :
1) Dibangkitkan dari kubur dengan keadaan tanpa tangan dan berkaki. Mereka adalah orang
yang ketika didunia suka mengganggu tetangganya.
2) Dibangkitkan dari kubur dengan keadaan berupa babi hutan. Mereka adalah orang yang
ketika hidupnya menyepelekan, malas, dan lalai dam sholat.
3) Dibangkitkan dari kubur berupa keledai, sedangkan perutnya membesar seperti gunung dan
didalamnya penuh dengan ular dan kalajengking. Mereka ini adalah orang-orang yang
enggan membayar zakat.
4) Dibangkitkan dari kubur dalam keadaan darah mengucur keluar dari mulut mereka. Mereka
ini adalah orang yang berdusta dalam jual beli.
5) Dibangkitkan dari kubur dalam keadaan berbau busuk lebih dari pada bangkai. Mereka ini
adalah orang yang melakukan maksiat sembunyi-sembunyi karena takut dilihat orang tetapi
tidak takut kepada Allah SWT.
6) Dibangkitkan dari kubur dalam keadaan leher mereka terputus. Mereka adalah orang yang
menjadi saksi palsu.
7) Dibangkitkan dari kubur dalam keadaan tanpa mempunyai lidah dan dari mulut mereka
mengalir nanah dan darah. Mereka adalah orang yang enggan memberi kesaksian diatas
kebenaran.
8) Dibangkitkan dari kubur dalam keadaan terbalik yaitu dari kepala kebawah dan kaki keatas,
serta farajnya mengeluarkan nanah yang mengalir seperti air. Mereka adalah orang yang
berbuat zina dan mati belum sampai bertaubat.
9) Dibangkitkan dari kubur dengan keadaan wajah hitam gelap dan bermata biru serta perutnya
dipenuhi api. Mereka ini adalah orang yang memakan harta anak yatim dengan cara dholim.
10) Dibangkitkan dari kubur dengan keadaan tubuh mereka penuh dengan sopak dan kusta.
Mereka adalah orang yang durhaka kepada orang tuanya.
11) Dibangkitkan dari kubur dengan keadaan buta, gigi mereka memanjang seperti tanduk
lembu jantan bibir mereka melebar sampai ke dada dan lidah mereka terjulur memanjang
sampai keperut, perutnya pula menggelebeh hingga ke paha dan keluar beraneka kotoran.
Mereka adalah orang yang minum arak.
12) Dibangkitkan dari kubur dengan keadaan wajah bersinar-sinar bercahaya laksana bulan
purnama. Mereka adalah orang yang beramal sholeh dan banyak berbuat baik, selalu
menjauhi berbuatan durhaka, mereka memelihara sholat lima waktu, ketika meninggal dunia
keadaan mereka bertaubat dan mendapat ampunan, kasih sayang dan ridho Allah.
Ash-Shirath

Secara bahasa, ash-shirath (‫ )الصراط‬mengandung makna “suatu jalan yang terang”[1]. Menurut
istilah syar’i, ash-shirath adalah “jembatan yang dibentangkan di atas punggung (permukaan)
neraka jahannam”[2]. Al-Bukhari rahimahullah berkata,

Jembatan shirath dibentangkan di atas neraka agar dilewati oleh orang-orang beriman, baik dari
kalangan Islam maupun ahli kitab. Para pelaku dosa besar dan perbuatan maksiat dari kalangan
umat Muhammad SAW juga diharuskan menyeberangi jembatan ini.
Imam Muslim meriwayatkan bahwa Abu Said Al Khudri r.a. berkata : “ Rasulullah SAW telah
menyampaikan kepadaku bahwa jembatan shirath itu lebih tipis dari sehelai rambut dan setajam
pedang”
Ibnu Mas’ud berkata ,” Jembatan shirath merupakan jalan yang lurus sepanjang neraka.
Bentuknya seperti pedang yang panjang, dapat mematahkan , dan licin. Di atas jembatan shirath
ini terdapat besi-besi yang berasal dari neraka. Besi-besi ini mencakar dan mencengkram siapa
saja yang dikendaki. Diantara orang-orang yang menyeberangi shirath, terdapat orang yang
berlari secepat kilat hingga akhirnya dia dapat selamat. Ada yang berlari seperti angin hingga dia
selamat sampai di seberang. Ada yang berlari secepat kuda. Ada pula yang berlari biasa dan
berjalan.” [5].

Dari Aisyah r.a. bahwa Rasulullah saw bersabda,” Neraka jahanam itu memiliki jembatan
yang lebih tipis dari sehelai rambut dan setajam pedang. Di atas jembatan itu terdapat besi-besi
dan pagar yang runcing . Keduanya akan mengambil apa saja yang dikehendaki Allah. Orang-
orang yang ada di atas jembatan itu, ada yang berlari secepat kedipan mata, kilat, angin dan kuda
berlari. Para malaikat berkata” Ya Allah, selamatkan! Selamatkan!” Yang berhasil sampai di
seberang jembatan diselamatkan. Yang dikoyak juga selamat. Sedangkan , yang dibanting ke
dalam neraka dengan posisi wajah terlebih dulu masuk ke dalam neraka (HR Ahmad)
Abu Sa’id al-Khudri r.a. menjelaskan tentang sifat shirath bahwasanya shirath itu lebih halus
daripada rambut dan lebih tajam daripada pedang [6]. Apabila mereka telah menyebrangi
jembatan itu, mereka akan diberhentikan di Qantharah (jembatan kecil) antar Surga dan Neraka,
lalu masing-masing mereka saling mengqishash (membalas) atas kedzaliman yang pernah
mereka lakukan di dunia. Sehingga apabila mereka sudah dibersihkan dan disucikan, barulah
mereka diizinkan untuk memasuki surga. [7].

Orang yang pertama kali meminta dibukakan pintu surga adalah Nabi Muhammad saw.
[8].Dan ummat yang pertama-tama memasuki surga adalah ummat Nabi Muhammad saw.[9].
Alam Barzah

Alam Barzakh adalah Alam Kubur dimana manusia melakukan 'penantian' untuk dibangkitkan
pada hari Kiamat. Jadi waktunya bisa berjalan jutaan tahun atau mungkin malah miliaran tahun.
Sejak dia meninggal sampai Kiamat Sughra, dan kemudian dilanjutkan sampai hari
Berbangkit.QS. Al Mu’minun (23): 99 – 100
Alam Barzakh adalah sebuah ungkapan yang artinya Alam tempat orang-orang yang sudah
mati berada untuk sementara waktu hingga dibangkitkan untuk dikumpulkan di padang
mahsyar. Alam tempat orang-orang yang sudah mati berada untuk sementara waktu hingga
dibangkitkan untuk dikumpulkan di padang mahsyar diistilahkan sebagai Alam Barzakh. Jadi
arti Alam Barzakh adalah Alam tempat orang-orang yang sudah mati berada untuk sementara
waktu hingga dibangkitkan untuk dikumpulkan di padang mahsyar / Alam Samar. Kata Istilah
Alam Barzakh merupakan ungkapan resmi dalam Bahasa Indonesia.

Al-qur’an melukiskan keadaan orang-orang kafir ketika itu (di alam barzakh) dengan firman-
Nya:
‫غدوا وعشيّا ويوم تقوم الساعة أدخلوا أل فرعون أشدّ العذاب * وحاق بأل فرعون سوء العذاب‬
ّ ‫النار يعرضون عليها‬.
Fir’aun beserta kaum (pengikut)-nya dikepung oleh siksa yang amat buruk . kepada mereka
ditampakkan neraka pada pagi dan petang. Dan (nanti) pada hari terjadinya kiamat, (dikatakan
kepada malaikat): “masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang keras” (QS. Ghafir
(45-46).
Dalam QS. Qaaf ayat 22 dijelaskan juga keadaan orang yang lalai
“sesungguhnya engkau adalah dalam kelalaian dari ini (semua).” (pangkal ayat 22). Artinya
bahwasanya selama kamu hidup disunia yang sangat singkat itu, hal seperti ini tidak menjadi
perhatian kamu. Nasihat kebenaran tidak kamu acuhkan. Peringatan jalan kebenaran tidak kamu
acuhkan. “maka Kami bukakanlah bagi kamu apa yang menutupi kamu itu; maka penglihatanmu
hari ini jadilah sangat tajam.” 9ujung ayat 22).
Maka demikianlah keadaan apabila manusia yang bersalah dan tidak insaf akan kesalahannya
menerima azab dan siksanya, dimasukkan kedalam neraka. Disanalah baru matanya terbuka dan
penglihatannya jadi tajam. Namunmeskipun penglihatannya sudah sangat tajam, dia hanya dapat
digunakan untuk menyesal, bukan untuk memperbaiki keadaan.
Adapun para syuhada’ dilukiskan sebagai orang-orang yang hidupdan mendapat rezeki.
Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur dijalan Allah (bahwa mereka
itu) mati. Sebenarnya mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya (QS Al-Baqarah, (154).
Jangan sekali-kali menduga yang gugur di jalan Allah adalah orang-orang mati. Sebenarnya
mereka hidup disisi Tuhan mereka dan mereka memperoleh rezeki. (QS. Ali Imran, (169).
Hadits-hadits Rasulullah SAW tentang malam Isra’ dan apa yang beliau lihat di alam barzah,
membuktikan akan adanya macam-macam siksaan, di antaranya :

1. Segerombolan manusia bertelanjang, hanya bercawat sekedar menutupi kemaluannya


saja. Mereka seperti ternak menyusu, makan rumput berdiri, buah zakkum yang sangat
pahit dan mengandung racun serta makan bara-bara jahanam. Kenapa disiksa begitu?
Karena mereka menolak mendermakan harta bendanya dan menjauhi zakat.
2. Segerombolan manusia memakan daging busuk dengan lahap, padahal daging segar ada,
tapi tak bisa memakannya. Siksa yang demikian ini adalah untuk pezina.
3. Orang-orang berenang dalam lautan darah dan dilempari batu. Mereka adalah lintah
darat, pemakan riba, manusia yang hanya mementingkan diri dan tak peduli orang lain
rugi.
4. Seorang dipukuli kepalanya dengan batu besar oleh sekelompok manusia, sampai
kepalanya pecah-pecah dan banyak mengeluarkan darah. Kembali lagi kepalanya Seperti
semula, dipukuli dan pecah-pecah lagi. Dia semasa hidupnya enggan melakukan shalat
wajib.
5. Segerombolan manusia beramai-ramai memotong lidah dan bibirnya. Digunting, tumbuh
lagi, digunting lagi, tumbuh dan begitu terus. Rasulullah bertanya pada Jibril : “Siapa
mereka itu ya Jibril? Para penyebar fitnah.
6. Orang-orang yang mulutnya terbuka lebar menelan api. Mereka adalah pemakan harta
anak yatim.
7. Orang-orang yang memotong bagian-bagian tubuhnya dan dimakannya sendiri. Mereka
ini adalah orang-orang yang gemar menggunjing orang lain.
SURGA DAN NERAKA
Sebenarnya “surga, neraka” merupakan terjemahan dari kata jannah dan nar dalam al-
Qur’an yang dianggap paling tepat, oleh para penerjemah tentunya. Kata “surga” sendiri berasal
dari kata sanskerta, suarga, dari suku kata suar dan ga. Suar artinya cahaya, danga artinya
perjalanan.[1] Dengan demikian, pada mulanya surga berarti perjalanan ke dunia cahaya.
Pengertian ini terdapat dalam ajaran Hindu-Budha. Bagaimana dalam ajaran Islam?

Dalam al-Qur’anْ (Islam),ْ konsepْ surgaْ dimaksudkanْ terjemahanْ dariْ kataْ bahasaْ
arab, jannah - jamak dari Jinan - yangْ berartiْ “kebun,ْ taman”.ْ Iaْ adalah tempat yang
kekal di akhirat dan diperuntukkan bagi hamba-hamba Allah Swt yang beriman dan
beramal shaleh, tempat yang memberikan kenikmatan yang belum pernah dirasakan
ketika hidup di dunia dan sebagai balasan jerih payah memenuhi perintah dan menjauhi
larangannya.[2]

Dariْ artiْ “kebun”ْ itu,ْ tampaknyaْ sangatْ sesuaiْ ketikaْ Al-Qur’anْ melukiskan Al-
Jannah (surga) sebagai sebuah tempat yang indah, dipenuhi pohonn-pohon rindang,
sungai yang airnya mengalir jernih dan segala keindahan lainnya. Hal tersebut
dimaksudkan dan juga sejumlah penafsir menggarisbawahi bahwa keadaan di surga,
begitu indah dan nikmatnya sampai tidak terbayangkan oleh manusia.

Di dalamnya terdapat segala sesuatu yang memikat dan menyenangkan hati serta
pandangan, di dalamnya terdapat segala sesuatu yang belum pernah dilihat oleh mata,
belum pernah didengar oleh telinga dan belum pernah terpikirkan oleh akal pikiran. Oleh
karena itu, Allah subhanahu wata'aala berfirman:

َْ‫ْمنْقُ َّر ِةْأَعيُ ٍنْ َج َزا ًءْبِ َماْكَانُواْيَع َملُون‬


ِ ‫سْ َماْأُخ ِف َيْلَ ُهم‬
ٌ ‫فَ ََلْتَعلَ ُمْنَف‬
“Seorangpun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-
macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang
telahْmerekaْkerjakan.” (As Sajdah: 17).

Sebagaimana diungkap di atas, surga dan neraka merupakan kelanjutan alami dari
perbuatan baik dan jahat manusia. Secara logis manusia memerlukan keduanya sebagai
balasan amal mereka. Jika beramal sholeh balasannya adalah surga dan sebaliknya neraka
adalah buat orang kafir dan ingkar terhadap ayat-ayatnya. Ini lebih menjelaskan lagi
bahwa surga merupakan tempat yang bagus dan sebaliknya dengan neraka.

ْ‫ت ْكَانَت ْلَ ُهم ْ َجنَّاتُ ْال ِفردَو ِس ْنُ ُز ًل‬ َْ ‫( ِإنَّ ْالَّ ِذينَ ْآ َ َمنُوا‬107) ْ ‫َخا ِل ِدينَ ْفِي َها َْل ْيَبغُونَ ْعَن َها‬
َّ ‫ْوع َِملُوا ْال‬
ِ ‫صا ِل َحا‬
‫( ِح َو ًْل‬108)
“Sesungguhnyaْorang-orang yang beriman dan beramal shalih, bagi mereka adalah surga
Firdaus menjadi tempat tinggal, mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah
daripadanya.” (Al Kahfi: 107-108).
Neraka dalam terminologi al-Quran memiliki beberapa pengertian, di antaranya: 1) Alam
akhirat tempat penyiksaan untuk orang berdosa, 2) Sial, dan 3) Keadaan atau tempat
menyengsarakan, penyakit parah, dan kemiskinan.
Dalam terminologi al-Quran, kata neraka disebut naar, yang berartiapi yang menyala.
Secara istilah, neraka berarti tempat balasan berupa siksaan bagi orang yang berbuat dosa
dan kesalahan.
Neraka adalah tempat penyiksaan dimana bentuk hukumannya yang paling sangat
menyiksa digambarkan sebagai api. Nama-nama neraka yang digunakan di dalam al-Quran : al-
Naar (api),jahannam, al-Jahim (yang membakar), al-Sa’ir (jilatan api), al-Saqar (api yang
menghanguskan), al-Hawiyah (jurang), al-Huthamah (api yang meremukkan).
Naar adalah api yang panas sekali atau api yang dijadikan jin darinya. Adapun ayat-ayat yang
menggunakan kata naar ditemukan sebanyak 194 kali. Jahannam, yang memiliki arti sumur yang
dalam. Kata jahannam dalam al-Quran disebutkan sebanyak 77 kali.

Anda mungkin juga menyukai