NISHFU SYA’BAN
2. Membaca 1000 kali Qs. Al-Ikhlash pada malam nishfu Sya’ban maka Allah mengutus 1000 malaikat
untuk memberi kabar gembira
.ك يُبَ ِّش ُرْونَو ِ ِ ِ َ ب ع, قُل ُىو هللا أَحد:ٍف مَّرة
ٍ َف مل
َ ْث هللاُ إلَْيو مئَةَ أَل
ِ ِ ِّمن قَرأَ لَي لَةَ الن
َ َ َ ُ َ ْ َ َ ْصف م ْن َش ْعبَا َن أَل
ْ ْ َ َْ
“Barang siapa yang membaca di malam pertengahan di bulan Sya’ban seribu kali ‘Qul Huwallahu Ahad’,
maka Allah akan mengutus kepadanya seratus ribu malaikat untuk memberi kabar gembira kepadanya.”3
3. Shalat malam nishfu sya’ban 100 rakaat membaca 1000 Qs. Al-Ikhlash maka Allah akan memenuhi
segala seluruh kebutuhannya pada malam itu
ِ
َ اج ٍة ََلَبَ َها ِِْل
ك َ ضى هللاُ لَوُ ُك َّل َح
ِ
َ قُ ْل ُى َو هللاُ أ:ِِبَلْف
َ َ ق,َحد ف ِم ْن َش ْعبَا َن ِمئَةَ َرْك َع ٍة
ِص ِ
ْ ّصلَّى لَْي لَةَ الن
َ ََي َعل ُّي َم ْن
الَّ ْلي لَة
“Ya ‘Ali! Barang siapa yang shalat di malam pertengahan di bulan Sya’ban sebanyak seratus rakaat
dengan membaca seribu ‘Qul Huwallahu Ahad’, maka Allah memenuhi seluruh hajatnya yang dia minta
pada malam itu.”
ٍ لَي لَة النّصف من شعبان مئة رْكع ٍة ِِف ُك ِل رْكع ٍة ع ْشر مَّر
ِ ات ِِب ِإل ْخ
الص َُ َ ََّ ََ َْ ْ ْ
1
Hadits ini sangat Dhaif (munkar) terdapat rawi bernama Ismail ibn Qais ibn Sa‟d ibn Zaid.
Imam Abu Hatim Ar-Razi menyatakan Munkar dalam ‘Ilalul-Hadits no. 737. Begitupun imam al-Bukahri menyatakan Munkarul
Hadits.
2
Tahqiq al-Iraqqiy dalam kitab al-Mughniy án haml al asfar (1/157) berkata: hadits ini adalah BATHIL
3
Al-maudhuát al-Kubra imam Ibn al-jauziy, pada sanadnya terdapat banyak rawi majhul dan tertuduh pendusta.
“Shalat dimalam nishfu sya‟ban 100 rakaat, tiap-tiap rakaat membaca 10x surah al-Ikhlash.4
4. Shalat Nishfu Sya’ban 300 rakaat / 12 rakaat, tiap rakaat membaca 30x Qs. Al-Ikhlash, maka ia bisa
memberi syafaat kepada 10 keluarga yang ahli neraka
َحد ُش ِّف َع ِ ِْف َع ْشَرةٍ قَ ْد
َ ني َمَّرةٍ قُ ْل ُى َو هللاُ أ
ِ ٍ ٍ ِ ِ َ َف ِمن َشعبا َن ثَال
َ ْ ث مئَة رْك َعة يَ ْقَرأُ ِ ِْف ُك ِّل َرْك َعة ثََالث َْ ْ
ِص ِ
ْ ّصلَّى لَْي لَةَ النَ َم ْن
.استَ ْو َجبُ ْوا النَّار
ْ
“Barang siapa yang shalat di malam pertengahan di bulan Sya’ban sebanyak tiga ratus raka’at, (di dalam
riwayat lain dua belas rakaat), dan dia membaca pada setiap rakaat tiga puluh kali ‘Qul Huwallah Ahad’,
maka dia akan bisa memberi syafaat untuk sepuluh orang yang dipastikan masuk ke dalam neraka.”
مل خيرج حىت يرى،من صلى ليلة النصف من شعبان ثنىت عشرة ركعة يقرأ ِف كل ركعة قل ىو هللا أحد ثالثني مرة
…مقعده من اجلنة
“Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam nishfu sya‟ban sebanyak 12 raka‟at, setiap raka‟atnya
membaca surat “Qul huwallahu ahad” sebanyak tiga puluh kali, maka dia tidaklah akan keluar sampai dia
melihat tempat duduknya di surga …”5
4
Abu al-Hasan Nuuruddiin dalam kitabnya Al-Maudhuát hal. 259
5
Ibnul Jauziy dalam Al Maudhu‟at (kumpulan hadits-hadits palsu). Ibnul Jauziy mengatakan bahwa hadits di atas adalah hadits
maudhu‟ (palsu) dan di dalamnya banyak perowi yang majhul (tidak dikenal). (Lihat Al Maudhu‟at, 2/129)
6
Ábdul Ghaffar ibn Muhammad dalam kitabnya Lailah al-Nish min Sya‟baan.
Hadits ini Maudhu, terdapat rawi bernama Ábdurrahim ibn Zaid ibn al Hawariy, al-Hafizh menyatakan, ia Matruk dan Yahya ibn
Maín memandangnya pendusta (Taqrib al Tahdizb, catatan Ábd al-Ghaffar hal. 44)
7
Dikeluarkan oleh Ibnu Abi A‟shim dalam as-Sunnah 1/356, Ibnu Hibban dalam shahihnya 12/481, Thabrani dalam mu'jam
kabirnya 2/108, juga dalam mu'jam ausath 7/397, juga dalam musnad syamiyyin 1/129, al-Baihaqi dalam Syu‟abul Iman 7/415, dalam
fadhailul Auqat hal 119, Abu Nu‟aim dalam al-Hilyah 5/191, asy-Syajari dalam al-Amalinya 2/100, Daruquthni dalam an-Nuzul hal
158, Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyq 54/97.
Semua periwayatan di atas melalui jalur Abi Khalid Utbah bin Hammad dari al-Auza‟I dari Makhul dari Malik bin Yukhamir
dari Mu‟adz bin Jabal.
Al-Auza‟I punya penguat yaitu Ibnu Tsauban. Yaitu melalui jalur Abi Khalid Utbah bin Hammad dari Ibnu Tsauban dari
Makhul dari Malik bin Yukhamir dari Mu‟adz bin Jabal.
Sanad ini punya 2 cacat :
1) Terputusnya antara Ibnu Tsauban dan Makhul. (Lihat al-Marasil karya Ibnu Abi Hatim hal 129)
2) Makhul seorang Mudallis. (Ta‟rifu ahlit-Taqdis karya Ibnu Hajar hal 113, al-Ithaf karya al-Anshari hal 49 dan Qashidah
Mudallisin karya al-Maqdisi hal 65)
8. Allah Turun ke Langit Dunia Malam Nishfu Sya’ban dan memberi ampunan lebih dari jumlah bulu
doma
Dari Aisyah, ra
“أكنت ختافني أن حييف هللا عليك:فقدت النيب ملسو هيلع هللا ىلص فخرجت فِذا ىو ِبلبقيع رافعا رأسو إىل السماء فقال
” إن هللا ِبارك وِعاىل ينزل ليلة النصف من:ورسولو” فقلت َي رسول هللا ظننت أنك أِيت بعض نسائك فقال
شعبان إىل السماء الدنيا فيغفر ألكثر من عدد شعر غنم كلب
"Aku pernah kehilangan Nabi shallallahu „alaihi wa sallam. Kemudian aku keluar, ternyata beliau di Baqi,
sambil menengadahkan wajah ke langit. Nabi bertanya; “Kamu khawatir Allah dan Rasul-Nya akan
menipumu?” (maksudnya, Nabi shallallahu „alaihi wa sallam tidak memberi jatah Aisyah). Aisyah
mengatakan: Wahai Rasulullah, saya hanya menyangka anda mendatangi istri yang lain. Kemudian Nabi
shallallahu „alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah turun ke langit dunia pada malam nishfu
Sya'ban, kemudian Dia mengampuni lebih dari jumlah bulu domba Bani Kalb.”
Takhrij hadits :
Sanadnya ada tiga jalur :
1) Urwah bin Zubair dari A‟isyah.9
"Aku bertanya kepada ayahku mengenai hadits yang diriwayatkan Abu Khalid al-Qari dari Auza‟I dari Makhul dari Ibnu
Tsauban dari Ayahnya dari Makhul dari Malik bin Yukhamir dari Mu‟adz bin Jabal dia berkata, Rasulullah shallallahu'alaihi wa
salam bersabda: “Allah melihat makhluknya pada malam nishfu Sya‟ban. Maka Dia mengampuni seluruh makhluknya kecuali orang
musyrik dan musyahin”. Ayahku menjawab: Hadits dengan sanad ini adalah MUNKAR.
Imam Daruquthni dalam al-Ilalnya 6/51 berkata:
اىّ أن قاه عه أبٓ خيٕذ،ٔشَِ عه منحُه َأختيف عيًٕ فشَاي أبُ خيٕذ عتبت به حماد اىقاسْ عه األَصاعٓ عه منحُه عه ماىل به ٔخامش عه معار به جبو
عه ابه ثُبان عه أبًٕ عه خاىـذ به معذان عه مثٕش به مشة عه معار به جبو مالٌما غٕش محفُظ
”(Hadits di atas) Diriwayatkan dari Makhul melalui dua jalur, (1) Abu Khalid Utbah bin Hammad dari Auza‟I dari Makhul dari
Malik bin Yukhamir dari Mu‟adz bin Jabal. (2) Abu Khalid dari Ibnu Tsauban dari Ayahnya dari Khalid bin Ma‟dan dari Katsir bin
Murrah dari Mu‟adz bin Jabal. KEDUA-DUANYA tidak mahfuzh (MUNKAR).”
8
Hadits ini Maudlu (palsu), dengan 2 cacat :
1) Dalam sanadnya terdapat rawi Abu Bakar bin Abdillah bin Muhammad bin Abi Sabrah.
Imam Ahmad berkata: Suka memalsukan hadits dan berdusta.
Imam Bukhari dan Ibnul Madini berkata: Dia munkarul hadits.
Imam Nasa‟I berkata: Dia Matrukul hadits.
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: Mereka (para muhaddits) menuduh dia pemalsu. (Tarikh Kabir karya Imam Bukhari 8/9, Tahdzibul
Kamal karya al-Mizzi 33/12, al-Makrifah wat-Tarikh karya al-Faswi 3/4, dll)
2) Ibrahim bin Muhammad bin Abi Yahya dengan nama popular Abu Ishaq al-Aslami.
Dia dituduh pendusta oleh Imam Yahya bin Said al-Qaththan, Ibnu Hibban, Ibnu Ma‟in, dan Abu Hatim. Imam Bukhari berkata:
dia seorang qadariy jahmiy, dimatrukkan oleh Imam Ibnul Mubarak, dll. (Tarikhul Kabir karya Imam Bukhari 1/323, al-Jarh wat-
Ta‟dil karya Ibnu Abi Hatim 2/125, Mizanul I‟tidal karya adz-Dzahabi 1/57, Tahdzib at-Tahdzib karya Ibnu Hajar 1/164)
9
Dikeluarkan oleh Imam Tirmidzi dalam sunannya 3/116, Ibnu Majah dalam sunannya 1/444, Imam Ahmad dalam musnadnya
18/114, Abu Thahir dalam kitab masyikhahnya hal 76, Ibnu Abi Syaibah dalam mushannafnya 6/109, Ibnu Baththah dalam al-Ibanah
2) Abdullah bin Abi Malikah dari Aisyah.10
3) Al-Ula bin al-Harits dari A‟isyah.11
Semua jalur sanad A‟isyah ini munkar, menyalahi cerita hadits A‟isyah sebenarnya yang dikeluarkan Imam
Muslim dalam shahihnya 2/669.12
3/225, al-Lalaka‟I dalam as-sunnah 2/496, Ibnul Jauzi dalam al-ilalul Mutanahiyah 2/66, Imam Baihaqi dalam Syu‟abul Iman 7/408,
juga dalam fadha'ilul auqat hal 130, Imam Daruquthni dalam an-nuzul hal 169, asy-Syajari dalam al-Amalinya 2/100, Ishaq bin
Rahawaih dalam musnadnya 2/326, al-Fakihi dalam akhbar Makkah 3/85
Penilaian: Hadits ini saqith (bodong) dan munqathi‟ (terputus sanadnya) pada dua titik periwayatan, yaitu Hajjaj tidak
mendengar dari Yahya bin Abi Katsir, dan Yahya bin Abi Katsir tidak mendengarnya dari Urwah bin Zubair. (Sunan Tirmidzi 3/117,
Tahdzib at-Tahdzib 1/501, Jami‟ut-Tahshil karya al-Ula‟I hal 160 dan 299, al-Marasil karya Ibnu Abi Hatim hal 242, Tahdzibul
Kamal 31/505)
Ada Tabi‟ (penyerta) bagi Yahya bin Abi Katsir yaitu Hisyam bin Urwah yang diterima riwayatnya oleh Sulaiman bin Abi
Karimah. Jalur ini dikeluarkan oleh Ibnul Jauzi dalam al-ilal al-mutanahiyah 2/67, Thabrani dalam ad-Du‟a hal 194, Daruquthni
dalam an-Nuzul hal 155, dll.
Namun Sulaiman bin Abi Karimah adalah rawi munkarul hadits.
Imam Abu Hatim berkata: dia dha‟iful hadits.
Al-Uqaili berkata: Dia meriwayatkan hadits-hadits munkar yang umumnya tidak diikuti oleh perawi lain.
(Al-Jarh wat-Ta‟dil karya Ibnu Abi Hatim 4/138, al-Kamil karya Ibnu Adi 4/284, Mizanul I‟tidal karya adz-Dzahabi 2/221,
Lisanul Mizan karya Ibnu Hajar 3/102, ad-Du‟afa karya al-Uqaili 2/138, al-Ilal karya Ibnu Abi Hatim 1/410, ad-Du‟afa karya Ibnul
Jauzi 1/24)
10
Dikeluarkan oleh Ibnul Jauzi dalam al-Ilal al-Mutanahiyah 2/69 melalui jalur Sa‟ad bin Shalt dari Atha‟ bin Ajlan dari
Abdillah bin Abi Malikah dari Aisyah
Jalur sanad ini maudlu‟, Atha‟ bin Ajlan divonis kadz-dzab (pendusta) oleh Ibnu Ma‟in, al-Fallas, al-Jauzajani. Dan divonis
munkarul hadits oleh Imam Bukhari serta Abu Hatim (Tarikh Kabir karya Imam Bukhari 6/476, al-Jarh wat-Ta‟dil karya Ibnu Abi
Hatim 6/335, Tahdzib at-Tahdzib karya Ibnu Hajar 2/129, Tahdzibul Kamal 20/94, dll)
11
Dikeluarkan oleh al-Baihaqi dalam Syu‟abul Iman 7/415 melalui jalur Abdullah bin Wahb dari Mu‟awiyah bin Shalih dari al-
Ula bin al-Harits dari A‟isyah
Sanad ini munqathi‟ (terputus), al-Ula tidak mendengar dari A‟isyah sebab dia dilahirkan setelah 8 tahun meninggalnya Aisyah.
(Tahdzib at-Tahdzib karya Ibnu Hajar 4/509, 6/550)
Imam Daruquthni berkata: Hadits Aisyah diriwayatkan dari beberapa jalur, isnadnya mudhtarib dan tidak tsabit (konsisten) (Al-
Ilal al-Mutanahiyah 2/66)
Imam Al-„Iraqi berkata: Imam Al-Bukhari melemahkan hadits ini karena sanadnya terputus pada dua tempat dan ia menyatakan
tidak ada satu pun sanad hadits ini yang shahih.
Imam Ibnu Dihyah berkata: Tidak ada satu pun hadits tentang malam nishfu Sya‟ban yang shahih dan tidak ada seorang pun
perawi yang jujur meriwayatkan hadits tentang shalat sunnah (malam nishfu Sya‟ban). Hal itu hanya diada-adakan oleh orang yang
mempermainkan syariat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dan senang memakai pakaian Majusi." (Dha‟if Jami‟ Shaghir
no. 1761).
12
Berikut redaksi shahihnya
ت ْ َال قَالَ َاَّللُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم قُ ْلنَا بَلَى ق
َّ صلَّى َِّ ول ِ ت َعائِ َشةُ أَََل أُح ِّدثُ ُكم َع ِين و َعن رس َ َيد أ َُّموُ الَِِّ َولَ َدِْوُ ق ُ ال فَظَنَنَّا أَنَّوُ يُِرَ َُح ِّدثُ ُك ْم َع ِّين َو َع ْن أ ُِّمي ق ِ ِس بْ ِن ََْمرَمةَ بْ ِن الْمطَّل ِ َع ْن ُُمَ َّم ِد بْ ِن قَ ْي
َ اَّلل َُ ْ َ ّ ْ َ ْ َال قَال َ ال يَ ْوًما أَََل أ َ َب أَنَّوُ ق ُ َ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َُخ َذ ِرَداءَهَ ت فَأ ُ ث إََِّل َريْثَ َما ظَ َّن أَ ْن قَ ْد َرقَ ْد ْ َاضطَ َج َع فَلَ ْم يَْلبْ َف إَِزا ِرهِ َعلَى فَراشو ف َ ض َع ُه َما عْن َد ِر ْجلَْيو َوبَ َس َط َََر َ ض َع ِرَداءَهُ َو َخلَ َع نَ ْعلَْيو فَ َو َ ب فَ َو َّ
َ َاَّللُ َعلَْيو َو َسل َم ف َيها عْندي انْ َقل َّ صلَّى ُّ ِت لَْي لَِِ الَِِّ َكا َن الن
َ َّيب ْ َلَ َّما َكان
ت ٍ ِ ِ َ َََيع فَ َق َام فَأ ِ ِِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ُ ْاْنَرف
َْ َف ف َ ث َمَّرات ُُثَّ ْاْنََر َ ال الْقيَ َام ُُثَّ َرفَ َع يَ َديْو ثََال َ ت َعلَى إثْره َح َّىت َجاءَ الْبَق ُ ت إ َزاري ُُثَّ انْطَلَ ْق ُ َّع
ْ ت َوَِ َقن ُ اختَ َم ْر
ْ ت د ْرعي ِف َرأْسي َو ُ َجافَوُ ُرَويْ ًدا فَ َج َع ْل
َ اب فَ َخَر َج ُُثَّ أ َ َُرَويْ ًدا َوانْتَ َع َل ُرَويْ ًدا َوفَتَ َح الْب
ت ل ق ت ل اق ري ِ
باخل يف طِ َّ
ل ال نِ ِ
ِب خ يل َوأ ِ
يين ِِ
ِب خ تل ال ق ء ي ش َل ت ل ق ت ل اق ة يِ
ب ا
ر ايش ح ش ِ
ائع َي كِ ل ا م ال ق ف ل خ د ف ت ع ج ط اض ن َ
أ َّ
َل ِإ س
ُ ْ ُ ْ َ َ ُ َْ ُ ّ َ ْ َُ ْ ْ َُ َ َ َ ْ َ َ ُ ْ ُ ْ َ َ ً َ َ َ ْ َ ُ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ُ ْ َ َ ْ ْ َ ََْ ُ ْ َ َ َ ُ ُ ْ َ َ َ ُ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ ُ ت فَ َه ْرَوَل فَ َه ْرَول
ي ل ف ت ل خ د ف و تق ب س ف ت ر ض َح أ ف ر ض َح أف ْت ُ َسَر ْعْ ع فَأ َ َسَر
ْ فَأ
ِ اَّلل َعلَي ِ ِ َ َص ْد ِري َذلَْد ًة أ َْو َج َعْت ِين ُُثَّ ق ِ ِ ِ ْال فَأَن ِ ْاَّلل ِِبَِِب أَن ِ
ال فَِ َّنَ َاَّللُ نَ َع ْم ق
َّ َُّاس يَ ْعلَ ْمو ِ
ُ ت َم ْه َما يَكْتُم الن ْ َك َوَر ُسولُوُ قَال ْ َُّ يف َ ال أَظَنَ ْنت أَ ْن َحي َ ت نَ َع ْم فَلَ َه َدِن ِِف ُ ت أ ََمامي قُ ْل ُ ْالس َو ُاد الَّذي َرأَي َّ ت َ ََخبَ ْرُِوُ ق
ْ ت َوأ ُّمي فَأ َ َّ ول َ ََي َر ُس
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِِ
ِ
َََِْ ك ََ ُْمُرَك أَ ْن َ َّال إِ َّن َربَ يت أَ ْن َِ ْستَ ْوحشي فَ َق ُ ت أَ ْن أُوقظَك َو َخش ُ ت أَ ْن قَ ْد َرقَ ْدت فَ َك ِرْى ُ ض ْعت ثيَابَك َوظَنَ ْن َ َخ َفْي تُوُ مْنك َوَملْ يَ ُك ْن يَ ْد ُخ ُل َعلَْيك َوقَ ْد َو ْ َجْب تُوُ فَأ
َ َخ َفاهُ مْنك فَأ ْ ني َرأَيْت فَنَ َاد ِان فَأ َ يل أ َََتِن ح َ ج ِْب
اَّللُ بِ ُك ْم لَ َال ِح ُقو َن
َّ َين َوإِ َّان إِ ْن َشاء ِ ِ اَّلل الْمستَ ْق ِد ِم ِِ ِِ ِ ِ َ َاَّللِ ق ِ ِ
َ ني منَّا َوال ُْم ْستَأْخ ِرَ ْ ُ َُّ ني َويَْر َح ُم َ ني َوال ُْم ْسلم َ الس َالمُ َعلَى أ َْى ِل ال ّد ََي ِر م ْن ال ُْم ْؤمن َّ ال قُ ِوِل َّ ول َ ول َذلُْم ََي َر ُس ُ ُف أَق َ ت َكْي ُ ت قُ ْل ْ َأَ ْى َل الْبَقي ِع فَتَ ْستَ ْغفَر َذلُْم قَال
Dari Muhammad bin Qais bin Makhramah bin Al Muthallib bahwa pada suatu hari ia berkata, "Maukah kalian aku ceritakan
(hadits) dariku dan dari ibuku?" -maka kami pun menyangka bahwa yang ia maksud dengan ibunya adalah Ibu yang telah
melahirkannya- Ia berkata; Aisyah berkata, "Maukah kalian aku ceritakan hadits dariku dan dari Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam?" kami menjawab, "Ya, mau." Aisyah berkata;
"Pada suatu malam ketika giliran Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di rumahku, setelah beliau menanggalkan pakaiannya,
meletakkan terompahnya dekat kaki dan membentangkan pinggir jubahnya di atas kasur, beliau lantas berbaring. Setelah
beberapa lama kemudian dan barangkali beliau menyangkaku telah tidur, beliau mengambil baju dan terompahnya, dibukanya
pintu perlahan-lahan dan kemudian ditutupnya kembali perlahan-lahan. Menyaksikan beliau seperti itu, kukenakan pula bajuku
dan kututup kepalaku dengan kain, kemudian aku mengikuti beliau dari belakang hingga sampai di Baqi'. Ketika sampai di sana
beliau berdiri agak lama, kemudian beliau mengangkat kedua tangannya tiga kali, sesudah itu beliau berbalik pulang. Aku pun
berbalik pula mendahului beliau. Kalau beliau berjalan cepat, maka aku pun berjalan cepat-cepat. Bila beliau berlari kecil, aku
pun demikian. Ketika beliau sampai, aku pun sudah sampai lebih dulu dari beliau. Kemudian aku masuk ke dalam rumah dan
langsung tidur. Setelah itu, beliau masuk dan bertanya: "Kenapa kamu wahai Aisyah? Kudengar nafasmu kembang kempis.?"
Jawabku, "Tidak ada apa-apa wahai Rasulullah?" Beliau berkata: "Ceritakanlah kepadaku atau kalau tidak Allah -Yang Maha
Lembut dan Mengetahui- akan menceritakannya padaku." Aku menjawab, "Wahai Rasulullah, demi bapak dan ibuku." Lalu
Oleh sebab kemunkarannya, sanad hadits Aisyah tidak dapat menguatkan sanad hadits keutamaan Malam
Nishfu Sya‟ban lainnya.
9. Allah Mengamati Makhluknya pada Malam Nishfu Sya’ban dan mengampuni dosa-dosa kecuali
yang bermusuhan dan yang membunuh
Hadits Abdullah bin Amr
ٍ َوقَاِِ ِل نَ ْف،اح ٍن
ِ م َش:ني ِ ِ ِِ ِِ ِ ِ ِ ِّاَّلل عَّز وج َّل إِ َىل خ ْل ِق ِو لَي لَةَ الن ِ
س ُ ِ ْ َصف م ْن َش ْعبَا َن فَيَ ْغف ُر لعبَاده إََّل َلثْن
ْ ْ َ َ َ َ َُّ يَطَّل ُع
"Allah Ta'ala mengamati makhluk-Nya pada malam pertengahan bulan Sya'ban, lalu Dia mengampuni
dosa-dosa hamba-Nya kecuali dua saja; orang yang bermusuhan dan orang yang membunuh seseorang."
(Imam Ahmad dalam Musnadnya 6/197)13
10. Allah Swt turun ke Samai Dunya dan mengampuni setiap orang selama tidak ada dendam da
Musyrik
أ َْو،ُاان ِِف قَ ْلبِ ِو َش ْحنَاء ٍ فَيَ ْغ ِف ُر لِ ُك ِّل نَ ْف،الس َم ِاء الدُّنْيَا
ً س إَِل إِنْ َس َّ ف ِم ْن َش ْعبَا َن إِ َىل
ِص ِ
ْ ّاَّللُ َج َّل ثَنَ ُاؤهُ لَْي لَةَ الن َّ يَْن ِزُل
ِم ْش ِرًكا ِِب ََّّلل
ُ
”Allah jalla Tsana‟uh turun pada malam Nishfu Sya'ban kelangit dunia, lalu mengampuni setiap jiwa
kecuali manusia yang di dalam hatinya ada syahna‟ (dendam) dan yang musyrik kepada Allah.”14
kuceritakanlah kepada beliau apa yang sebenarnya terjadi. Beliau berkata, "Kalau begitu, kamukah kiranya bayangan hitam yang
saya lihat di depanku tadi?" Saya menjawab, "Ya, benar wahai Rasulullah." Maka beliau pun mendorong dadaku dengan keras
hingga terasa sakit bagiku. Kemudian beliau berkata, "Apakah kamu masih curiga, Allah dan Rasul-Nya akan berbuat curang
kepadamu?" jawabku, "Setiap apa yang dirahasiakan manusia, pasti Allah mengetahuinya pula." Kemudian Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam menceritakan kenapa beliau sampai keluar. Beliau bercerita:
"Tadi Jibril datang, tapi karena ia melihat ada kamu, dia memanggilku perlahan-lahan sehingga tidak terdengar olehmu. Aku
menjawab panggilannya tanpa terdengar pula olehmu. Dia tidak masuk ke rumah, karena kamu menanggalkan pakaianmu. Dan
aku pun mengira bahwa kamu telah tidur, karena itu aku segan membangunkanmu khawatir engkau akan merasa kesepian. Jibril
berkata padaku, 'Allah memerintahkan agar Tuan datang ke Baqi' dan memohonkan ampunan bagi para penghuninya.' Aku
berkata, 'Lalu apa yang kubaca sesampai di sana wahai rasulullah? ' Jibril menjawab, 'Bacalah: AS SALAAMU 'ALA AHLID
DIYAAR MINAL MUKMINIIN WAL MUSLIMIIN WA YARHAMULLAHUL MUSTAQDIMIIN MINNAA WAL
MUSTA`KHIRIIN WA INNAA INSYAA`ALLAHU BIKUM LAAHIQUUN
(Semoga keselamatan tercurah bagi penduduk kampung orang-orang mukmin dan muslim ini. Dan semoga Allah memberi
rahmat kepada orang-orang yang telah mendahului kami dan orang-orang kemudian, dan kami insya Allah akan menyusul kalian
semua).'" (HR. Muslim)
13
Hadits ini sangat dhaif dengan 2 cacat :
1) Abdullah bin Lahi‟ah didhaifkan Abu Zur‟ah, Abu Hatim, Ibnu Ma‟in, Imam Nasa‟I dan imam Daruquthni.
Imam Bukhari menyatakan bahwa Imam Ibnu Sa‟id tidak menganggap dia dan al-Jauzajani mengatakan: Tidak ada cahaya
dalam haditsnya dan tidak patut dijadikan hujjah.
(Tahdzibul Kamal 15/487, adh-Dhu‟fa ash-Shagir karya Imam Bukhari hal 134, adh-Dhu‟afa wal Matrukin karya Imam Nasa‟I
hal 135, adh-Dhu‟afa wal Matrukin karya Imam Daruquthni hal 265, Mizan al-I‟tidal 2/475, Tahdzib at-Tahdzib 3/272)
2) Huyay bin Abdillah al-Mu‟afiri dinilai hadits-haditsnya munkar oleh Imam Ahmad dan dinilai matruk oleh Imam Nasa‟I.
(Tahdzibul Kamal 7/488, Tarikhul Kabir karya Imam Bukhari 3/76, adh-Dhu‟afa wal Matrukin karya Imam Nasa‟I hal 90, adh-
Dhu‟afa wal Matrukin karya Imam Daruquthni hal 265, Mizan al-I‟tidal 1/623, Tahdzib at-Tahdzib 2/47)
Ada tabi' (rawi penyerta) bagi Abdullah bin Lahi‟ah yaitu Risydin bin Sa‟ad dalam jalur sanad yang dikeluarkan Ibnu Hayawaih
sebagaimana disebutkan Syaikh al-Albani dalam silsilah shahihahnya 3/136.
Namun Risydin adalah rawi yang lebih dhaif dari Abdullah bin Lahi‟ah.
Abu Hatim berkata: Risydin itu munkarul hadits, dalam haditsnya ada gaflah, dia meriwayatkan hadits munkar dari rawi tsiqat,
dia dhaiful hadits serupa dengan Dawud al-Mukhbir. Abdullah bin Lahi‟ah lebih tertutup sedangkan Risydin lebih Dha‟if.
Ibnu Ma‟in berkata hadits-hadits Risydin tidak ditulis. Imam Nasa‟I mematrukannya. Imam Muslim, Tirmidzi dan Daruquthni
mendhaifkannya. Al-Jauzajani berkata: disisinya hadits-hadits mu‟dhal dan hadits munkar yang banyak.
(Al-Jarh wat-Ta‟di 3/153, Tahdzibul Kamal 9/191, al-Kuna karya Imam Muslim 1/262, adh-Dhu‟afa karya al-Uqaili 2/66, al-
Kamil karya Ibnu Adi 4/191, Thabaqat Ibnu Sa‟ad 7/517, Mizan I‟tidal 2/49, dll)
Oleh sebab itu Hadits Abdullah bin Amr ini tidak layak dijadikan Syahid yang menguatkan atau dikuatkan.
14
Diriwayatkan oleh Imam Ibnu Abi Ashim dalam as-Sunnah 1/354, al-Laka‟i dalam as-Sunnah 2/486, al-Uqaili dalam adh-
dhu‟afa 3/29, Ibnu Adi dalam al-kamil 6/535, Darimi dalam ar-Radd „alal Jahmiyah hal 81, Ibnu Khuzaimah dalam at-Tauhid 1/327,
Ibnul Jauzi dalam al-Ilal al-Mutanahiyah 2/66, Imam Baihaqi dalam Syu‟abul Iman 7/412, al-Baghawi dalam syarhus-Sunnah 4/127,
al-Bazzar dalam musnadnya 1/207, Abu Syaikh dalam thabaqah Muhadditsin bi Ashbahan 2/107, al-Marwazi dalam musnad Abi
Bakar ash-Shiddiq hal 171, al-Fakihi dalam Akhbar Makkah 3/85, Abu Nu‟aim dalam akhbar Ashbahan 1/426, asy-Syajari dalam al-
Amalinya 2/107
11. Malam Nishfu Sya’ban Allah mengampuni selama tidak dendam dan dengki
احلِْق ِد
ْ َوأ َْى َل، َويَْت ُرُك أ َْى َل الضَّغَائِ ِن،نيِِ ِ ِ ِ ِ َّ يَطَّلِ ُع،ف ِم ْن َش ْعبَا َن
َ فَيَ ْغف ُر ل ْل ُم ْؤمن،اَّللُ َعَّز َو َج َّل إِ َىل َخ ْلقو ِص ِ
ْ ّإِ َذا َكا َن لَْي لَةُ الن
ِِِب ْق ِد ِى ْم
“Jika datang malam Nishfu Sya‟ban, Allah azza wajalla mengamati makhluknya, lalu Dia mengampuni
orang mukmin dan membiarkan pendendam dan pendengki dengan kedengkiannya.”15
12. Malam Nishfu Sya‟ban Allah turun mengampuni dosa-dosa kecuali orang kafir dan orang yang bertengkar
ِ الس َم ِاء فَيَطَّلِ ُع ا ََِّال َعوُ َعلَى أ َْى ِل ْاأل َْر
فَيَ ْغ ِف ُر،ض َّ ب َِبَ َارَك َوَِ َع َاىل إِ َىل
ُّ الر
َّ ط َ َف ِم ْن َش ْعبَا َن َىبِص ِ
ْ ّت لَْي لَةُ النْ َإِ َذا َكان
ِ مجيعا إََِّل لِ َكافِ ٍر أَو م َش
" اح ٍن ِ ِ ِأل َْى ِل ْاألَر
ُ ْ ً َ ض ْ
”Jika datang malam Nishfu Sya‟ban Allah tabaraka wata‟ala turun kelangit, maka Dia mengamati penduduk
bumi lalu mengampuni semua penghuni bumi selain orang kafir atau orang yang bertengkar."16
Oleh sebab itu, Imam Ibnu Adi berkata: ”Dengan sanad ini Hadits ini Munkar” (Al-Kamil 6/535).
Ibnul Jauzi juga berkata: "Ini adalah hadits tidak shahih dan tidak tsabit." (Al-Ilal al-Mutanahiyah 2/66)
Dengan kemunkarannya, hadits Abu Bakar tidak layak jadi Syahid yang menguatkan hadits dhaif lainnya.
Mengapa disebut hadits Makhul ? Tidaklah berlebihan, bila Makhul diduga menjadi sumber hadits Nishfu
Syaban sebab Nama beliau paling banyak disebut dalam sanad hadits Nishfu Sya‟ban, yaitu kurang lebih 79
kali.
Ibnu Abi Malikah ketika diceritakan bahwa Ziyad al-Munqari (tukang kisah) berkata:
(Tarikh Kabir Imam Bukhari 2/192, al-Jarh wat Ta‟dil 2/479, Tahdzibul Kamal 5/32, Mizan I‟tidal 1/406, Tahdzibut Tahdzib
1/436, adh-Dhu‟afa libnil Jauzi 1/171, dll), dan rawi sebelumnya ada Ibnu Amir bin Mirdas sebagai rawi pemalsu hadits.