Anda di halaman 1dari 3

Menurut Syekh Abdullah, keutamaan malam Nisfu Sya’ban ini sudah populer sejak dulu.

Saat malam itu tiba, orang-orang akan menghidupkan malam dengan beribadah,
memanjatkan doa dan membaca dzikir-dzikir. Meski begitu, menurut Syekh Abdullah,
para ulama berbeda pendapat soal bagaimana prosedur yang tepat untuk
menghidupkan malam mulia itu. Apakah bisa dilakukan dengan bersama-sama
(berjama’ah) atau harus sendiri-sendiri? Apakah menambahkan ibadah di dalamnya
termasuk bid’ah atau tidak? Semuanya memiliki argumen masing-masing. Melihat
realita itu, Syekh Abdullah memilih pendapat yang tidak memberatkan. Mungkin, hemat
penulis, Syekh Abdullah tidak ingin memberatkan masyarakat yang sudah mendarah
daging melakukan amalan-amalan malam Nisfu Sya’ban. Sehingga beliau memilih
pendapat yang tidak mengusik masyarakat. Beliau memilih untuk tidak membid’ahkan.
Meskipun dalil-dalil tentang amalam malam Nisfu Sya’ban itu berupa hadis dha’if, atau
bahkan mungqathi’, itu sudah dianggap cukup karena amalan malam Nisfu Sya’ban
merupakan dari fadha’ilul a’mal (bentuk amal ibadah yang dianjurkan sebagai
pendorong untuk mendekatkan diri kepada Allah swt). Belum lagi dasar amalan malam
Nisfu Sya’ban terdapat dalam hadis yang tercatat dalam Sahih Muslim. Tentu, menurut
Syekh Abdullah, ini lebih menguatkan kebasahan amalan malam Nisfu Sya’ban itu.
Hadis itu diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah ra berikut, ‫ْت‬ ُ ‫ َس ِمع‬:‫ال‬
َ َ‫ ق‬- ‫ رضي هللا عنه‬- ‫وعن جابر‬
َّ‫ ِإال‬،‫اآلخ َر ِة‬ َّ
ِ ‫ الَ يُ َوافِقُهَا َر ُج ٌل ُم ْسلِ ٌم يَسْأ ُل هللا تَ َعالَى َخ ْيرًا ِم ْن أ ْم ِر ال ُّد ْنيَا َو‬،ً‫«إن في اللي ِْل لَ َسا َعة‬
َّ :‫ يقول‬- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ِ‫رسو َل هللا‬
َ َ
‫ رواه مسلم‬.»‫ك ك َّل ل ْيل ٍة‬ ُ َ َ
َ ِ‫ َوذل‬،ُ‫أ ْعطاهُ إيَّاه‬. Dari Jabir ra. berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya pada malam hari itu ada satu waktu yang
tidaklah seorang muslim tepat pada waktu itu meminta kepada Allah kebaikan perkara
dunia dan akhirat, melainkan Allah pasti memberikannnya kepadanya. Dan waktu itu
ada pada setiap malam.” (HR Muslim) Melihat keumuman hadis ini, malam Nisfu
Sya’ban masuk dalam kategori malam yang memiliki keistimewaan sebagaimana
dimaksudkan dalam hadis. Sehingga wajar jika pada malam itu dianjurkan
memperbanyak ibadah agar bisa meraih sesuatu yang dijanjikan: memperoleh doa
yang pasti dikabulkan. Sejarah Praktik Peringatan Malam Nisfu Sya’ban Mengawali
pembahasannya, Syekh Abdullah menjelaskan tentang sejarah peringatan malam Nisfu
Sya’ban dan menjelaskan pula mengapa bisa terjadi perbedaan pendapat ulama: ada
yang membenarkan dan mempraktikannya, ada pula yang membid’ahkannya. Pertama
kali yang memperingati malam Nishfu Sya’ban adalah dari kalangan Tabi’in penduduk
negeri Syam, seperti Kholid bin Ma’dan, Makhul, Luqman bin ‘Amir dan lain-lain. Mereka
mengagungkan malam itu dan memperbanyak ibadah di dalamnya. Hingga kemudian
tersiar kabar bahwa yang mereka lakukan itu bersumber dari atsar isra’iliyat (perkataan
sahabat yang sebenarnya adalah buatan orang Yahudi -pen). Setelah itu, ada dua
kubu yang menyikapi peringatan malam Nisfu Sya’ban. Sebagian mengikuti apa yang
dilakukan para tabi’in negeri Syam. Mereka adalah orang-orang Bashrah dan yang
lainnya. Sementara ulama penduduk Hijaz menentangnya dan menganggap sebagai
praktik bid’ah. Di antara penduduk Hijaz itu adalah Imam ‘Atha, Ibu Abi Malikah dan
para fuqaha dari kota Madinah. Bentuk Praktik Ibadah Malam Nisfu Sya’ban Para ulama
negeri Syam berbeda pendapat soal bagaimana cara menghidupkan malam Nisfu
Sya’ban. Sebagian dari mereka ada yang memperingatinya dengan beribadah secara
berjama’ah di masjid dengan mengenakan pakaian terbaik, membakar kemenyan
(untuk pengharum -pen), mengenakan sibak dan menghidupkan malam dengan
beribadah di masjid tersebut. Pedapat ini didukung oleh Ishaq bin Rahaweh dan
diunggulkan oleh Imam Al-Walid ra. Sementara sebagian ulama Syam yang lain
menghukumi makruh jika dilakukan berjamaah di masjid dalam bentuk membaca
kisah-kisah dan berdoa. Tapi jika shalat sendiri di masjid untuk laki-laki, maka boleh.
Ulama yang berpendapat demikian adalah Imam Al-Auza’i, seorang imam bagi
penduduk Syam saat itu. Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban dan Dalilnya Selanjutnya,
Syekh Abdullah melanjutkan pembahasan keutamaan malam Nisfu Sya’ban dengan
menyebutkan dalil-dalil yang menjadi dasar keutamaan malam Nisfu Sya’ban tersebut,
baik dalam bentuk hadis maupun atsar sahabat. Ada 10 hadis yang beliau paparkan, di
antaranya adalah hadis di bawah ini: ‫ك‬ َ ‫ار‬َ َ‫ فَِإ َّن هللاَ تَب‬،‫ف ِم ْن َش ْعبَانَ فَقُو ُموا لَ ْيلَهَا َوصُو ُموا يَوْ َمهَا‬ ِ ْ‫َت لَ ْيلَةُ النِّص‬
ْ ‫ِإ َذا كَان‬
‫ُأ‬َ َ
K،ُ‫ِمن ُم ْبتَلى ف عَافِيَه‬ ْ ‫اَل‬‫َأ‬ َ ُ ‫َأ‬
،ُ‫ق ف رْ زقه‬َ ْ
ٍ ‫ِمن ُم ْستَرْ ِز‬ ‫اَل‬‫َأ‬ َ ْ ‫َأ‬َ ْ
،ُ‫ِمن ُم ْستَغفِ ٍر ف غفِ َر له‬ ْ ‫اَل‬‫َأ‬ ُ َ ْ ُّ
:ُ‫ فيَقول‬،‫ الدنيَا‬K‫س ِإلى ال َّس َماء‬ َ َّ
Kِ ‫ب الش ْم‬ ْ
ِ ‫َوتَ َعالَى يَن ِز ُل فِيهَا لِغرُو‬
ُ
‫ َأاَل َك َذا َأاَل َك َذا َحتَّى يَطَّلِ َع ْالفَجْ َر‬Artinya: “Ketika malam Nisfu Sya’ban tiba, maka beribadahlah di
malam harinya dan puasalah di siang harinya. Sebab, sungguh (rahmat) Allah turun ke
langit dunia saat tenggelamnya matahari. Kemudian Ia berfirman: “Ingatlah orang yang
memohon ampunan kepadaKu maka Aku ampuni, ingatlah orang yang meminta rezeki
kepada–Ku maka Aku beri rezeki, ingatlah orang yang meminta kesehatan kepada–Ku
maka Aku beri kesehatan, ingatlah begini, ingatlah begini, sehingga fajar tiba.”
Sementara atsar yang dikutip Syekh Abdullah adalah riwayat Nauf al-Bikali, dia berkata,
“Sungguh Ali pada malam Nishfu Sya’ban beliau keluar (dari rumah) dan mengulanginya
berkali-kali seraya melihat ke langit. Beliau berkata:   ُ‫ َواَل ا ْستَ ْغفَ َره‬،ُ‫ِإ َّن ٰه ِذ ِه السَّا َعةَ َما َدعَا هللاُ َأ َح ٌد ِإاَّل َأ َجابَه‬
.‫ب ُكوبَ ٍة َأوْ غَرْ طَبَ ٍة‬ َ ‫اح‬
ِ ‫ص‬ َ ْ‫َريفًا َأوْ شَرْ ِطيًّا َأوْ َجابِيًا َأو‬ ِ ‫َاعرًا َأوْ كَا ِهنًا َأوْ ع‬ ِ ‫ َما لَ ْم يَ ُك ْن َع َّشارًا َأوْ َسا ِحرًا َأوْ ش‬،ُ‫َأ َح ٌد فِي ٰه ِذ ِه اللَّ ْيلَ ِة ِإاَّل َغفَ َر لَه‬
‫ك فِيهَا‬ َ ‫ك فِي ٰه ِذ ِه اللَّ ْيلَ ِة َولِ َم ِن ا ْستَ ْغفَ َر‬ َ ‫اَللهم َربَّ دَا ُو َد ا ْغفِرْ لِ َم ْن َدعَا‬. Artinya: “Sungguh saat ini tidaklah
seseorang berdoa kepada Allah melainkan akan Ia kabulkan, tidaklah seseorang
memohon ampunan kepada–Nya pada malam ini melainkan Ia akan mengampuninya,
selama ia bukan seorang ‘asysyar (penarik pungutan liar), tukang sihir, tukang syair,
tukang ramal, pengurus pemerintahan suatu daerah, tentara pilihan penguasa, penarik
zakat, pemukul genderang dan tambur.” Doa Malam Nisfu Sya’ban Berikutnya, setelah
membahas dalil keutamaan malam Nisfu Sya’ban, Syekh Abdullah menjelaskan doa
yang biasa dibaca oleh masyarakat pada malam Nisfu Sya’ban. Menurutnya, membaca
yasin tiga kali dengan niat khusus setiap selesai satu yasin, tidak memiliki dasar.
Begitupun dengan shalat hajat yang dilakukan setelahnya dengan niat tertentu. Syekh
Abdullah hanya merekomendasikan doa yang memiliki dasar dalam al-Quran. Berikut
redaksi doanya: ‫ َو َجا ُر‬، َ‫ اَل إله ِإاَّل َأ ْنتَ ظَ ْه ُر الاَّل ِجِئين‬،‫الطو ِل َواِإْل ْن َع ِام‬ ُّ ‫ يَا َذا‬،‫ يَا َذا ْال َجاَل ِل َواِإْل ْك َر ِام‬،‫يَا َذا ْال َمنِّ َواَل يُ َم ُّن َعلَ ْي ِه‬
،‫ق‬ ِ ‫ي فِي ال ِّر ْز‬ َّ َ‫طرُودًا َأوْ ُم ْقتَرًا َعل‬ ْ ‫ب) شَـقِـيًا َأوْ َمحْ ـرُو ًمـا َأوْ َم‬ ِ ‫ِإ ْن ُك ْنتَ َكتَ ْبتَنِي ِع ْندَكَ (فِي ُأ ِّم ْال ِكتَا‬  ‫ اَللهم‬. َ‫ َو َمْأ َمنُ ْالخَاِئفِين‬، َ‫يرين‬ ِ ‫ْال ُم ْستَ ِج‬
ْ َّ
‫ب َس ِعيدًا َمرْ ُزوقًا ُم َوفقًا لِل َخي ِْر فإنك تقول في‬ ْ ‫ُأ‬ ْ ‫َأ‬ ْ
ِ ‫ َو ثبِ ْتنِي ِع ْندَكَ فِي ِّم ال ِكتَا‬،‫اوتِي َو ِحرْ َمانِي َوطَرْ ِدي َوِإقتَا َر ِر ْزقِي‬ َ َ‫ك َشق‬َ ِ‫فَا ْم ُح اللهم بِفَضْ ل‬
)‫ب‬ ْ ‫ُأ‬ ْ ُ ْ
ِ ‫ كتابك الذي أنزلت (يَ ْمحُو هللاُ َما يَشَا ُء َويُثبِت َو ِعن َدهُ ُّم ال ِكتَا‬Sementara sambungan doa setelahnya adalah
tambahan dari Syekh Ma’ul ‘Ainain as-Syinqithi. Berikut redaksinya: ‫ِإ ٰل ِهي بِالتَّ َجلِّي اَأْل ْعظَ ِم فِي لَ ْيلَ ِة‬
‫ َو َما َأ ْنتَ بِ ِه‬، ‫ َأ ْسَألُكَ َأ ْن تَ ْك َشفَ َعنَّا ِمنَ ْالبَاَل ِء َما نَ ْعلَ ُم َو َما اَل نَ ْعلَ ُم‬،‫ق فِيهَا ُكلُّ َأ ْم ٍر َح ِك ٍيم َويُب َْر ُم‬ ُ ‫ف ِم ْن َشه ِْر َش ْعبَانَ ْال ُم َك َّر َم الَّتِي يُ ْف َر‬ ِ ْ‫النِّص‬
‫صحْ بِ ِه َو َسلَّ َم‬ َ ‫صلَّى هللاُ تَ َعالَى َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو‬ َ ‫ َو‬.‫ ِإنَّكَ َأ ْنتَ اَأْلع َُّز اَأْل ْك َر ُم‬، ‫َأ ْعلَ ُم‬  Selanjutnya, Syekh Abdullah
membahas tentang penentuan nasib manusia yang terjadi pada malam Nisfu Sa’ban,
tentang ampunan Allah yang turun, beberapa perbuatan dosa besar dan pembahasan
terakhir mengenai praktik shalat yang dilakukan masyarakat saat malam Nisfu Sya’ban.
Terkait shalat khusus yang dilakukan pada malam Nisfu Sya’ban, menurut Syekh
Abdullah, adalah bersumber dari hadis-hadis palsu (maudhu’) dan tidak boleh
diamalkan. Di antara hadis itu adalah, َ‫ف ِم ْن َش ْعبَانَ ثِ ْنت َْي َعش ََر َر ْك َعةً يِ ْق َرُأ فِ ْي ُكلِّ َر ْك َع ٍة ثَالَثِ ْين‬
ِ ْ‫صلَّى لَ ْيلَةَ النِّص‬
َ ‫َم ْن‬
‫ َم َّرةً قُلْ هُ َو هللاُ َأ َح ٌد ُشفِّ َع فِ ْي َع َش َر ٍة لَم يخرُجْ حتى يَ َرى َمقعدَه من الجن ِة‬Artnya: “Siapa yang shalat pada malam
nishfu Sya’ban 12 raka’at, pada setiap raka’at ia membaca ‘Qul Huwallâhu Ahad’ tiga
puluh kali, niscaya ia tidak akan meninggal dunia sebelum diperlihatkan surga baginya.”
Setelah penguraian semua itu, Syekh Abdullah meringkasnya di akhir risalah sepanjang
tiga halaman dan ditutup dengan syair pujian untuk keluarga Nabi Muhammad saw
sebanyak 23 bait. Muhammad Abror, Mahasantri Saidusshiddiqiyah Jakarta, alumnus
Pesantren KHAS Kempek Cirebon

Anda mungkin juga menyukai