A. Landasan / Masru’iyah
Perintah dalam Qur’an untuk memperbanyak Shalat
۩ۚ اس ُج ُد ْوا َو ْاعبُ ُد ْوا َربَّ ُك ْم َوا ْف َعلُوا اخْلَْيَر لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِ ُح ْو َن ِ ٓ
ْ ٰياَيُّ َها الَّذيْ َن اٰ َمنُوا ْار َكعُ ْوا َو
Terjemah : Wahai orang-orang yang beriman! Rukuklah, sujudlah, dan
sembahlah Tuhanmu; dan berbuatlah kebaikan, agar kamu beruntung. ( Q.S Al
– Hajj 22:77)
ِ ِ ِ ب اأْل
–ص لَّى
َ يت َم َع َر ُس ول اهلل ُ ِت أَب ُ ُكْن : قَ َال ––رضي اهلل عنه َس لَم ُّي ْ ٍ عن َربِْي َع ة بْن َك ْع
ك يِف َ َُس أَل
َ َك ُمَرا َف َقت ْ أ : ت َ َف َق،اجتِ ِه
ُ َف ُق ْل، َس ْل : ال يِل
ِِ فَأََتيتُ ه بِو،–اهلل علَي ِه وس لَّم
َ ض وئه َو َح ُ َ ُْ َ َ َ َْ ُ
ِ الس ج ِ َ َعيِّن َعلَى َن ْف ِس ِ فَ أ : ال ِ َ َ ق،اجْلَن َِّة
.ود ُ ُّ ك ب َك ْث َر ِة َ َ ق، ُه َو ذَ َاك : تُ ُق ْل،ك
َ أ َْو َغْي َر ذَل : ال
رواه مسلم
Dari Rabi’ah bin Ka’ab al-Aslami Radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Suatu
hari aku bermalam bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, aku
menyiapkan air wudhu’ dan keperluan beliau, kemudian beliau berkata,
‘Mintalah sesuatu kepadaku!’ aku menjawab, ‘Aku ingin menemanimu di
Jannah (Surga).’ Beliau menjawab, ‘Tidak adakah permintaan selain itu?’
aku menjawab, ‘Itu saja permintaanku.’ Kemudian beliau bersabda, ‘Kalau
begitu perbanyaklah sujud.” (HR. Muslim, no.489)
Catatan : Imam an-Nawawi menjelaskan bahwa maksud ‘memperbanyak
sujud’ adalah memperbanyak shalat sunnah. Hal itu karena sujud merupakan
rukun dan bagian utama dalam shalat. Oleh karena itulah, para ulama
menjadikan hadits ini sebagai dalil disyariatkannya shalat sunnah.
4. Shalat Tathawwu’ dirumah dapat membuahkan keberkahan
: – ص لَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم ِ ِ
َ – قَ َال َر ُس ْو ُل اهلل: قَ َال، – َُو َع ْن َج ابِ ٍر – َرض َي اهللُ َعْن ه
ِ إن اهلل ج ِِ ص يباً ِمن ِ َض ى أح ُد ُكم ص الَتَه يِف مس ِج ِد ِه َف ْليجع ل لِبيتِ ِه ن ِ
اع ٌل َ َ َّ َص الَته ؛ ف َ ْ َْ ْ َ ْ َ ْ َ ُ َ ْ َ َ َ(( إذَا ق
.صالَتِِه خَرْي اً )) َر َواهُ ُم ْسلِ ٌم ِ ِِ
َ يف َبْيته م ْن
3
َ َ ق، – صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم َّ أ: – ُت – َر ِضي اهللُ َعْنه ٍ ِعن َزي ٍد ب ِن ثَاب
ال َ – َّ َن النَّيِب َ ْ ْ َْ
َّص الَةُ امل ْر ِء يف َبْيتِ ِه إِال
َ الص الَِة
َّ ض َل َ ْإن أَف َّ َ ف، َّاس يِف بُيُ وتِ ُك ْم
ُ ص لُّوا أَيُّ َه ا الن َ (:
َ
.امل ْكتُوبَةَ) ُمَّت َف ٌق َعلَْي ِه
Dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa َ
sallam bersabda, “Shalatlah kalian, wahai manusia, di rumah-rumah
kalian, karena sebaik-baiknya shalat adalah shalat seseorang di rumahnya,
kecuali shalat wajib.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 731 dan Muslim,
no. 781]
Mutiara / Mauidoh Hadits#1128
a. Hadits ini mencakup semua shalat sunnah, karena yang dimaksud
dengan al-maktuubah dalam hadits adalah shalat fardhu. Ini berlaku
4
untuk shalat sunnah yang tidak disyaratkan untuk berjamaah dan juga
bukan disyaratkan untuk dilakukan di masjid seperti shalat sunnah
tahiyyatul masjid.
b. Hadits ini menjadi motivasi untuk melaksanakan shalat sunnah di rumah
karena lebih tersembunyi, lebih jauh dari riya’, supaya rumah bertambah
berkah, turun rahmat dalam rumah, dan untuk mengusir setan dari
rumah.
Hadits #1129
(( اِ ْج َعلُ وا: ال
َ َ ق، – ص لَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم ِ
َ – ِّ َع ِن النَّيِب، َو َع ِن ابْ ِن عُ َم َر َرض َي اهللُ َعْن ُه َم ا
َّخ ُذ ْو َها ُقُب ْوراً )) ُمَّت َف ٌق َعلَْي ِه
ِ والَ َتت، ِمن صالَتِ ُكم يِف بيوتِ ُكم
َ ْ ُُ ْ َ ْ
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Jadikanlah shalat kalian di rumah kalian, dan janganlah
kalian menjadikan rumah kalian seperti kuburan.” (Muttafaqun ‘alaih).
[HR. Bukhari, no. 432 dan Muslim, no. 777]
Mutiara / Mauidoh Hadits#1129
a. Kubur bukanlah tempat untuk ibadah, shalat di kubur adalah shalat yang
tidak sah.
b. Rumah yang tidak ada shalat di dalamnya, seakan-akan penghuninya
adalah penghuni kubur.
c. Mengubur jenazah di rumah tidaklah dibolehkan. Namun hal ini berbeda
dengan kubur para nabi. Para nabi dikubur di tempat mereka wafat.
Hadits #1130
ص لَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم ِ
َ – ال َر ُس ْو ُل اهللَ َ ق: ال َ َ ق، – َُو َع ْن َج ابِ ٍر – َر ِض َي اهللُ َعْن ه
ص الَتِِه ؛ ِ ِ ِِ ِ ِِ ِ
َ ص الَتَهُ يِف َم ْس جده َف ْليَ ْج َع ْل لَبْيت ه نَص يباً م ْن َ أح ُد ُك ْم
َ ضى َ َ (( إِذَا ق: –
.صالَتِِه خَرْي اً )) َر َواهُ ُم ْسلِ ٌم ِ ِِ ِ َّ َف
َ إن اهللَ َجاع ٌل يف َبْيته م ْن
Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Apabila salah seorang di antara kalian telah melakukan
shalatnya di masjid, maka jadikanlah untuk rumahnya bagian dari
shalatnya. Karena Allah menjadikan kebaikan di rumahnya dari
shalatnya.” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 778]
Mutiara / Mauidoh Hadits#1130
a. Shalat sunnah di rumah lebih afdal daripada di masjid.
b. Hendaklah setiap muslim menjadikan sebagian shalatnya di rumahnya.
Di antara tujuannya, agar orang di dalam rumah bisa mencontohnya.
Bisa juga shalat sunnah di rumah jadi didikan untuk anak-anaknya.
Begitu pula kalau di rumah dimakmurkan dengan bacaan dzikir, tasbih,
dan bacaan Al-Qur’an, akan membuat setan lari. Inilah kebaikan yang
Allah berikan dalam rumah yang penuh keselamatan.
2. Faedah Melaksanakan Shalat Sunnah di Rumah
a. Mengikuti ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
b. Mengajarkan istri (karena shalat wanita yang terbaik adalah di rumahnya)
dan anak-anak bagaimanakah shalat yang benar.
c. Setan menjauh dari rumah yang di dalamnya rajin didirikan shalat dan
dzikir.
5
d. Lebih ikhlas dan terjauh dari riya’. ( Yaum fii Bait Ar-Rasulshallallahu
‘alaihi wa sallam, ‘Abdullah Al-Qasim, hlm. 58.)
e. Bumi Jadi Saksi pada Hari Kiamat
َ َخبَ َار َه ا أَ ْن تَ ْش َه َد َعلَى ُك ِّل َعْب ٍد أ َْو أ ََم ٍة مِب َ ا َع ِم َل َعلَى ظَ ْه ِر َه ا أَ ْن َت ُق
ول ْ إِ َّن أ
َخبَ ُار َها ِ ِ َ َع ِمل َك َذا و َك َذا يوم َك َذا و َك َذا ق
ْ ال َف َهذه أ َ َ َْ َ َ َ
“Sesungguhnya yang diberitakan oleh bumi adalah bumi jadi saksi
terhadap semua perbuatan manusia, baik laki-laki maupun perempuan
yang telah mereka perbuat di muka bumi. Bumi itu akan berkata,
“Manusia telah berbuat begini dan begitu, pada hari ini dan hari itu.”
Inilah yang diberitakan oleh bumi.” (HR. Tirmidzi, no. 2429. )
ِ ور ْك َعَتنْي, ور ْك َعَتنْي ِ َب ْع َد اَلْعِ َش ِاء يِف َبْيتِ ِه, ب يِف َبْيتِ ِه ِ ور ْكعَتنْي ِ ب ْع َد اَلْم ْغ ِر
ََ ََ َ َ َ ََ
.لصْب ِح ) ُمَّت َف ٌق َعلَْي ِه
ُّ ََقْب َل ا
Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu berkata: Aku menghapal dari Nabi
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam 10 rakaat yaitu: dua rakaat sebelum
Dhuhur, dua rakaat setelahnya, dua rakaat setelah maghrib di
rumahnya, dua rakaat setelah Isya' di rumahnya, dan dua rakaat
sebelum Shubuh. Muttafaq Alaihi.
BERSAMBUNG….KE BAGIAN KE 3…
2. Shalat Witir
3. Shalat Tahajud
4. Shalat Dhuha
5. Shalat Tarawih
6. Shalat-shalat yang berkaitan dengan sebab-sebab tertentu
a. Shalat Tahiyatul Masjid
b. Shalat datang dari bepergian (yang dilakukan) di Masjid
c. Shalat sesudah wudhu
d. Shalat Istikharah
e. Shalat Taubat
7. Shalat Tathawwu’ Mutlak ( di luar waktu yang dilarang )
Referensi:
1. Al-Fiqh Al-Manhaji ‘ala Madzhab Al-Imam Asy-Syafi’i.Cetakan kesepuluh,
Tahun 1430 H. Dr. Musthafa Al-Khin, Dr. Musthafa Al-Bugha, ‘Ali Syarji.
Penerbit Darul Qalam.
2. Bahjah An-Nazhirin Syarh Riyadh Ash-Shalihin. Cetakan pertama, Tahun 1430
H. Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.
3. Yaum fii Bait Ar-Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. ‘Abdullah Al-Qosim.
Penerbit Darul Qosim.
4. Zaad Al-Ma’ad. Ibnul Qayyim. Penerbit Muassasah Ar-Risalah.
5. Shalatut Tathawwu’ Mafhum Wa Fadha’il Wa Aqsam Wa Anwa’ Wa Adab Fi
Dhau’il Kitab was sunnah, Dr. Sa’id bin Ali bin Wahf al-Qahthani
6. Bughyah Al-Mutathawwi’ fi Shalat At-Tathowwu’. Cetakan pertama, Tahun 1431
H. Syaikh Muhammad bin Umar bin Salim Al-Bazmul. Penerbit Dar At-Tauhid.
7. Riyadushalihin
8. https://islam.nu.or.id/post/read/12161/shalat-sunnah-qabliyah-dan-badiyah-
jumat
9. Zuhaili, Wahbah, Al-Fiqh Al-Islamiy Wa Adillatuh, Juz 4, Dar Al-Fikr, Damaskus,
Cet. III, 1989,