Anda di halaman 1dari 12

1

SHALAT NAWAFIL / TATHAWWU’ ( Fadilah & Keutamaan )


Materi Penyuluhan “ BENGKEL HATI “ ( Kang UZM || H.Ujang Zainal Mutaqin || Penyuluh Madya
Kota Cilegon || Senin, 23 Nov 2020 )

A. Landasan / Masru’iyah
Perintah dalam Qur’an untuk memperbanyak Shalat
۩ۚ ‫اس ُج ُد ْوا َو ْاعبُ ُد ْوا َربَّ ُك ْم َوا ْف َعلُوا اخْلَْيَر لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِ ُح ْو َن‬ ِ ٓ
ْ ‫ٰياَيُّ َها الَّذيْ َن اٰ َمنُوا ْار َكعُ ْوا َو‬
Terjemah : Wahai orang-orang yang beriman! Rukuklah, sujudlah, dan
sembahlah Tuhanmu; dan berbuatlah kebaikan, agar kamu beruntung. ( Q.S Al
– Hajj 22:77)

B. Pengertian Shalat Tathawwu


Tathawwu’ secara bahasa artinya adalah nafilah yakni segala kelebihan yang baik.
( Kamus Al Muhith, Fairuz Abadi, hal. 962)
Tathawwu’ secara istilah Syar’i adalah perbuatan yang dilakukan suka rela oleh
seorang muslim atas kemauan sendiri, yang bukan merupakan kewajiban
baginya.( Lisanul Arab, Ibnu Munzhir, VIII:243)

C. Nama lain shalat tathawwu’


Para ulama’ menyebutkan bahwa shalat tathawwu’ atau selain shalat fardhu itu
dengan berbagai macam nama seperti shalat mustahab, mandub, nafilah, dan
sunnah.
 Tathawwu’ karena pelakunya mengerjakan perintah yang bukan bersifat wajib
atau sebuah keharusan.
 Mustahab, karena Allah menyukainya.
 Mandub karena Allah menganjurkannya kemudian menjelaskan keutamaan
dan pahalanya.
 Nafilah karena sebagai tambahan atas shalat fardhu dan menyempurnakan
pahala shalat fardhu.
 Sunnah karena mengikuti sunnah Rasulullah SAW

D. Fadilah / Keutamaan Shalat Tathawwu’


1. Shalat Tathawwu dapat ‘menambal’ / menyempurnakan
kekurangan pada shalat fardhu.
ِِ ِِ ِ ِ
،‫ت َف َق ْد أَْفلَ َح َوجَنَ َح‬ َ ‫ فَِإ ْن‬،ُ‫ص الَتُه‬
ْ ‫ص لُ َح‬ َ ‫العْب ُد َي ْو َم القيَ َام ة م ْن َع َمل ه‬
َ ‫ب َعلَْي ه‬ ُ ‫اس‬
ِ
َ َ‫إ َّن أ ََّو َل َما حُي‬
‫انْظُ ُر ْوا‬ :‫ب َع َّز َو َج َّل‬ُّ ‫الر‬
َّ ‫ال‬َ َ‫ضتِ ِه َش ْيءٌ ق‬ ِ ‫ فَِإ ْن ا ْنَت َق‬،‫وإِ ْن فَس َدت َف َق ْد خاب وخ ِسر‬
َ ْ‫ص م ْن فَ ِري‬َ َ ََ َ َ ْ َ َ
ِ ِ ِ ‫هل لِعب ِدي ِمن تَطَُّو ٍع َفي ّك ِّمل هِب ا م ا ا ْنَت َق‬
.‫ك‬ َ ‫ مُثَّ يَ ُك ْو ُن َس ائُِر َع َمل ِه َعلَى َذل‬،‫ض ِة‬َ ْ‫ص م َن ال َف ِري‬
َ َ َ ُ ُ ْ ْ َْ ْ َ
‫رواه الرتمذي‬
“Sesungguhnya amalan seorang hamba yang pertama kali dihisab pada
hari kiamat adalah shalatnya. Jika shalatnya baik, maka dia beruntung dan
selamat. Sebaliknya, jika shalatnya rusak, maka ia akan menyesal dan
celaka. Jika dalam shalat fardhunya ada kekurangan, Allah Ta’ala
berfirman, ‘Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki amalan sunnah karena ia
dapat menyempurnakan ibadah fardhunya.’ Demikian juga seluruh
amalannya.” (HR.Tirmidzi, hadits hasan)
2

2. Shalat Tathawwu’ dapat mengangkat derajat seseorang dan


menghapuskan kesalahannya, berdasarkan hadits Tsauban
mantan budak Rasulullah,
Ma’dan bin Abi Tholhah Al Ya’mariy, ia berkata, “Aku pernah bertemu
Tsauban –bekas budak Rasulullah SAW  lalu aku berkata padanya,
‘Beritahukanlah padaku suatu amalan yang karenanya Allah
memasukkanku ke dalam surga’.”Ketika ditanya, Tsauban malah diam.
Kemudian ditanya kedua kalinya, ia pun masih diam. Sampai ketiga kalinya,
Tsauban berkata, ‘Aku pernah menanyakan hal yang ditanyakan tadi pada
RasulullahSAW. Beliau bersabda,

ً‫ك اللَّهُ هِب َ ا َد َر َج ة‬ ِ ِ ِ ُّ ‫علَي ك بِ َك ْث ر ِة‬


َ ‫ك الَ تَ ْس ُج ُد للَّ ِه َس ْج َدةً إِالَّ َر َف َع‬
َ َّ‫الس ُجود للَّ ِه فَِإن‬ َ َ َْ
ً‫ك هِب َا َخ ِطيئَة‬ َّ ‫َو َح‬
َ ‫ط َعْن‬
‘Hendaklah engkau memperbanyak sujud (perbanyak shalat) kepada Allah.
Karena tidaklah engkau memperbanyak sujud karena Allah melainkan
Allah akan meninggikan derajatmu dan menghapuskan dosamu’.” Lalu
Ma’dan berkata, “Aku pun pernah bertemu Abu Darda’ dan bertanya hal yang
sama. Lalu sahabat Abu Darda’ menjawab sebagaimana yang dijawab oleh
Tsauban padaku.” (HR. Muslim no. 488)
3. Memperbanyak shalat Tathawwu’ merupakan sebab terbesar
masuknya seseorang ke dalam jannah, untuk menemani
Rasulullah

ِ ِ ِ ‫ب اأْل‬
‫–ص لَّى‬
َ  ‫يت َم َع َر ُس ول اهلل‬ ُ ِ‫ت أَب‬ ُ ‫ ُكْن‬ : ‫قَ َال‬ –‫–رضي اهلل عنه‬ ‫َس لَم ُّي‬ ْ ٍ ‫عن َربِْي َع ة بْن َك ْع‬
‫ك يِف‬ َ ُ‫َس أَل‬
َ َ‫ك ُمَرا َف َقت‬ ْ ‫أ‬ : ‫ت‬ َ ‫ َف َق‬،‫اجتِ ِه‬
ُ ‫ َف ُق ْل‬،‫ َس ْل‬ :  ‫ال يِل‬
ِِ ‫ فَأََتيتُ ه بِو‬،–‫اهلل علَي ِه وس لَّم‬
َ ‫ض وئه َو َح‬ ُ َ ُْ َ َ َ َْ ُ
ِ ‫الس ج‬ ِ َ ‫َعيِّن َعلَى َن ْف ِس‬ ِ ‫فَ أ‬ : ‫ال‬ ِ َ َ‫ ق‬،‫اجْلَن َِّة‬
.‫ود‬ ُ ُّ ‫ك ب َك ْث َر ِة‬ َ َ‫ ق‬،‫ ُه َو ذَ َاك‬ : ‫ت‬ُ ‫ ُق ْل‬،‫ك‬
َ ‫أ َْو َغْي َر ذَل‬ : ‫ال‬
‫رواه مسلم‬
Dari Rabi’ah bin Ka’ab al-Aslami Radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Suatu
hari aku bermalam bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, aku
menyiapkan air wudhu’ dan keperluan beliau, kemudian beliau berkata,
‘Mintalah sesuatu kepadaku!’ aku menjawab, ‘Aku ingin menemanimu di
Jannah (Surga).’ Beliau menjawab, ‘Tidak adakah permintaan selain itu?’
aku menjawab, ‘Itu saja permintaanku.’ Kemudian beliau bersabda, ‘Kalau
begitu perbanyaklah sujud.” (HR. Muslim, no.489)
Catatan : Imam an-Nawawi menjelaskan bahwa maksud ‘memperbanyak
sujud’ adalah memperbanyak shalat sunnah. Hal itu karena sujud merupakan
rukun dan bagian utama dalam shalat. Oleh karena itulah, para ulama
menjadikan hadits ini sebagai dalil disyariatkannya shalat sunnah.
4. Shalat Tathawwu’ dirumah dapat membuahkan keberkahan
: – ‫ص لَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم‬ ِ ِ
َ – ‫ قَ َال َر ُس ْو ُل اهلل‬: ‫ قَ َال‬، – ُ‫َو َع ْن َج ابِ ٍر – َرض َي اهللُ َعْن ه‬
ِ ‫إن اهلل ج‬ ِِ ‫ص يباً ِمن‬ ِ َ‫ض ى أح ُد ُكم ص الَتَه يِف مس ِج ِد ِه َف ْليجع ل لِبيتِ ِه ن‬ ِ
‫اع ٌل‬ َ َ َّ َ‫ص الَته ؛ ف‬ َ ْ َْ ْ َ ْ َ ْ َ ُ َ ْ َ َ َ‫(( إذَا ق‬
.‫صالَتِِه خَرْي اً )) َر َواهُ ُم ْسلِ ٌم‬ ِ ِِ
َ ‫يف َبْيته م ْن‬
3

Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda, “Apabila salah seorang di antara kalian telah melakukan
shalatnya di masjid, maka jadikanlah untuk rumahnya bagian dari shalatnya.
Karena Allah menjadikan kebaikan di rumahnya dari shalatnya.” [HR. Muslim, no.
778]
5. Shalat Tathawwu’ sebagai ungkapan rasa syukur seorang hamba
kepada Allah Ta'ala .
ِ ُ ‫عن عائِ َش ةَ قَ الَت َك ا َن رس‬
‫ص لَّى قَ َام َحىَّت‬ َ ‫ إِ َذا‬-‫ص لى اهلل علي ه وس لم‬- ‫ول اللَّه‬ َُ ْ َ َْ
‫َّم ِم ْن‬ ِ ِ َ ‫َت َفطَّر ِرجالَه قَ الَت عائِ َش ةُ ي ا رس‬
َ ‫ك َم ا َت َق د‬ ْ َ‫ول اللَّه أَت‬
َ َ‫ص نَ ُع َه َذا َوقَ ْد غُف َر ل‬ َُ َ َ ْ ُ ْ َ
ِ َ ِ‫َذنْب‬
.‫ رواه مسلم‬.» ‫ورا‬ ً ‫ال « يَا َعائ َشةُ أَفَالَ أَ ُكو ُن َعْب ًدا َش ُك‬
َ ‫َخَر َف َق‬
َّ ‫ك َو َما تَأ‬
Aisyah r.a. berkata, Rasulullah saw. ketika melaksanakan shalat maka
beliau berdiri hingga kedua kakinya bengkak. Aisyah r.a. bertanya, “Wahai
Rasulullah, Apa yang engkau perbuat, sedangkan dosamu yang telah lalu
dan yang akan datang telah diampuni.” Lalu beliau menjawab, “Wahai
Aisyah, bukankah seharusnya aku menjadi hamba yang banyak
bersyukur?”. (HR. Muslim).

E. Tempat yang utama untuk melaksanakan Shalat Tathawwu’


Kalau shalat fardhu dilaksanakan secara berjama’ah dan berada  di masjid lebih
utama dari pada dikerjakan di rumah, namun sebaliknya shalat sunnah
(tathawwu’) tempat yang paling afdhal dan utama adalah dikerjakan di rumah.
1. Dalam Kitab Riyadhus Sholihin karya Imam Nawawi, Kitab Al-
Fadhail di jelaskan :
‫َّح ُّو ِل لِلنَّافِلَ ِة‬ ِ ِ َّ ‫ت سواء‬
َ ‫الراتبَةُ َو َغْي ُر َها َواأل َْم ُر بالت‬ ٌ َ َ ‫البْي‬
ِ ِ ِ ِ ْ ‫باب‬
َ ‫است ْحبَاب َج ْع ِل الن ََّواف ِل يِف‬ ُ َ
‫ص ِل َبْيَن ُه َما بِ َكالٍَم‬ ِ ‫ِمن مو ِض ِع ال َف ِري‬
ْ ‫ضة أَ ِو ال َف‬
َْ َْ ْ
Sunnahnya Menjadikan Shalat Sunnah di Rumah, Baik itu Shalat Rawatib
maupun yang Lainnya, serta Perintah Agar Pindah Tempat untuk
Melakukan Shalat Sunnah dari Tempat Shalat Wajib, atau Memisahkan
antara Shalat Wajib dan Shalat Sunnah dengan Bicara
 Hadits #1128

َ َ‫ ق‬، – ‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم‬ َّ ‫ أ‬: – ُ‫ت – َر ِضي اهللُ َعْنه‬ ٍ ِ‫عن َزي ٍد ب ِن ثَاب‬
‫ال‬ َ – َّ ‫َن النَّيِب‬ َ ْ ْ َْ
َّ‫ص الَةُ امل ْر ِء يف َبْيتِ ِه إِال‬
َ ‫الص الَِة‬
َّ ‫ض َل‬ َ ْ‫إن أَف‬ َّ َ‫ ف‬، ‫َّاس يِف بُيُ وتِ ُك ْم‬
ُ ‫ص لُّوا أَيُّ َه ا الن‬ َ (:
َ
.‫امل ْكتُوبَةَ) ُمَّت َف ٌق َعلَْي ِه‬
Dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa َ
sallam bersabda, “Shalatlah kalian, wahai manusia, di rumah-rumah
kalian, karena sebaik-baiknya shalat adalah shalat seseorang di rumahnya,
kecuali shalat wajib.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 731 dan Muslim,
no. 781]
Mutiara / Mauidoh Hadits#1128
a. Hadits ini mencakup semua shalat sunnah, karena yang dimaksud
dengan al-maktuubah dalam hadits adalah shalat fardhu. Ini berlaku
4

untuk shalat sunnah yang tidak disyaratkan untuk berjamaah dan juga
bukan disyaratkan untuk dilakukan di masjid seperti shalat sunnah
tahiyyatul masjid.
b. Hadits ini menjadi motivasi untuk melaksanakan shalat sunnah di rumah
karena lebih tersembunyi, lebih jauh dari riya’, supaya rumah bertambah
berkah, turun rahmat dalam rumah, dan untuk mengusir setan dari
rumah.
Hadits #1129
‫ (( اِ ْج َعلُ وا‬: ‫ال‬
َ َ‫ ق‬، – ‫ص لَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم‬ ِ
َ – ِّ ‫ َع ِن النَّيِب‬، ‫َو َع ِن ابْ ِن عُ َم َر َرض َي اهللُ َعْن ُه َم ا‬
‫َّخ ُذ ْو َها ُقُب ْوراً )) ُمَّت َف ٌق َعلَْي ِه‬
ِ ‫ والَ َتت‬، ‫ِمن صالَتِ ُكم يِف بيوتِ ُكم‬
َ ْ ُُ ْ َ ْ
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Jadikanlah shalat kalian di rumah kalian, dan janganlah
kalian menjadikan rumah kalian seperti kuburan.” (Muttafaqun ‘alaih).
[HR. Bukhari, no. 432 dan Muslim, no. 777]
Mutiara / Mauidoh Hadits#1129
a. Kubur bukanlah tempat untuk ibadah, shalat di kubur adalah shalat yang
tidak sah.
b. Rumah yang tidak ada shalat di dalamnya, seakan-akan penghuninya
adalah penghuni kubur.
c. Mengubur jenazah di rumah tidaklah dibolehkan. Namun hal ini berbeda
dengan kubur para nabi. Para nabi dikubur di tempat mereka wafat.
Hadits #1130
‫ص لَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم‬ ِ
َ – ‫ال َر ُس ْو ُل اهلل‬َ َ‫ ق‬: ‫ال‬ َ َ‫ ق‬، – ُ‫َو َع ْن َج ابِ ٍر – َر ِض َي اهللُ َعْن ه‬
‫ص الَتِِه ؛‬ ِ ِ ِِ ِ ِِ ِ
َ ‫ص الَتَهُ يِف َم ْس جده َف ْليَ ْج َع ْل لَبْيت ه نَص يباً م ْن‬ َ ‫أح ُد ُك ْم‬
َ ‫ضى‬ َ َ‫ (( إِذَا ق‬: –
.‫صالَتِِه خَرْي اً )) َر َواهُ ُم ْسلِ ٌم‬ ِ ِِ ِ َّ َ‫ف‬
َ ‫إن اهللَ َجاع ٌل يف َبْيته م ْن‬
Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Apabila salah seorang di antara kalian telah melakukan
shalatnya di masjid, maka jadikanlah untuk rumahnya bagian dari
shalatnya. Karena Allah menjadikan kebaikan di rumahnya dari
shalatnya.” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 778]
Mutiara / Mauidoh Hadits#1130
a. Shalat sunnah di rumah lebih afdal daripada di masjid.
b. Hendaklah setiap muslim menjadikan sebagian shalatnya di rumahnya.
Di antara tujuannya, agar orang di dalam rumah bisa mencontohnya.
Bisa juga shalat sunnah di rumah jadi didikan untuk anak-anaknya.
Begitu pula kalau di rumah dimakmurkan dengan bacaan dzikir, tasbih,
dan bacaan Al-Qur’an, akan membuat setan lari. Inilah kebaikan yang
Allah berikan dalam rumah yang penuh keselamatan.
2. Faedah Melaksanakan Shalat Sunnah di Rumah
a. Mengikuti ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
b. Mengajarkan istri (karena shalat wanita yang terbaik adalah di rumahnya)
dan anak-anak bagaimanakah shalat yang benar.
c. Setan menjauh dari rumah yang di dalamnya rajin didirikan shalat dan
dzikir.
5

d. Lebih ikhlas dan terjauh dari riya’. ( Yaum fii Bait Ar-Rasulshallallahu
‘alaihi wa sallam, ‘Abdullah Al-Qasim, hlm. 58.)
e. Bumi Jadi Saksi pada Hari Kiamat

Dari Abu Hurairah RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW membaca ayat,


ٍ
‫َخبَ َار َها‬ ُ ‫َي ْو َمئِذ حُتَد‬
ْ ‫ِّث أ‬
“Pada hari itu bumi menceritakan beritanya.” (QS. Al-Zalzalah : 4).
Rasul lalu bertanya, “Apakah kalian tahu apa yang diceritakan oleh
bumi?” Para sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.”
Rasulullah SAW bersabda,

َ ‫َخبَ َار َه ا أَ ْن تَ ْش َه َد َعلَى ُك ِّل َعْب ٍد أ َْو أ ََم ٍة مِب َ ا َع ِم َل َعلَى ظَ ْه ِر َه ا أَ ْن َت ُق‬
‫ول‬ ْ ‫إِ َّن أ‬
‫َخبَ ُار َها‬ ِ ِ َ َ‫ع ِمل َك َذا و َك َذا يوم َك َذا و َك َذا ق‬
ْ ‫ال َف َهذه أ‬ َ َ َْ َ َ َ
“Sesungguhnya yang diberitakan oleh bumi adalah bumi jadi saksi
terhadap semua perbuatan manusia, baik laki-laki maupun perempuan
yang telah mereka perbuat di muka bumi. Bumi itu akan berkata,
“Manusia telah berbuat begini dan begitu, pada hari ini dan hari itu.”
Inilah yang diberitakan oleh bumi.” (HR. Tirmidzi, no. 2429. )

Catatan: Jika memang harus melaksanakan shalat sunnah di masjid semacam


shalat sunnah rawatib, maka tidak mengapa melakukannya di sana, apalagi jika
shalat sunnah mesti dilakukan di masjid semacam shalat sunnah tahiyatul masjid
atau mungkin takut telat dalam shalat karena sebab mengerjakan shalat sunnah
qabliyah di rumah.

F. Macam – macam Shalat Tathawwu


1.   Shalat Sunnah Rawatib,
a. Pengertian Rawatib
1) Secara Bahasa, Secara etimologis (‫ )لغة‬kata rawatib (‫ )رواتب‬berasal dari
bahasa Arab yang merupakan bentuk jamak dari kata ratibah (‫)راتبة‬
yang bermakna tetap atau abadi atau Langgeng.
2) Secara terminologi shalat sunnah rawatib adalah ( ‫الصلوات املسنونة قبل الفرائض‬
‫ ) وبع دها‬shalat yang dilakukan beriringan dengan shalat fardhu dan
dilakukan sebelum atau sesudah shalat fardhu
3) Shalat sunah Rawatib sering di sebut Qabliyah ( dikerjaakan sebelum
Shalat Wajib )dan Ba’diyah ( dikerjakan setelah Shalat Wajib).
b. Keutamaan Melaksanakan Shalat Sunah Rawatib secara umum
Dari Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha, Istri Rasulullah SAW, dia
berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
َّ‫يض ٍة إِال‬ ِ ٍ ِِ ِ ٍ ِ
َ ‫ص لِّى للَّه ُك َّل يَ ْوم اثْنىَت ْ َع ْش َرةَ َر ْك َع ةً تَطَُّو ًع ا َغْي َر فَ ِر‬ َ ُ‫َما م ْن َع ْبد ُم ْسل ٍم ي‬
ِ ِ
‫ت‬ ْ َ‫ قَ ال‬.‫ت ىِف اجْلَنَّة‬
ُ ‫ت أ ُُّم َحبِيبَ ةَ فَ َم ا بَ ِر ْح‬ ٌ ‫بَىَن اللَّهُ لَ هُ بَْيتً ا ىِف اجْلَنَّة أ َْو إِالَّ بُىِن َ لَ هُ بَْي‬
‫ُصلِّي ِه َّن بَ ْع ُد‬
َ‫أ‬
6

“Seorang hamba yang muslim melakukan shalat sunnah yang bukan


wajib, karena Allah, (sebanyak) dua belas rakaat dalam setiap hari,
Allah akan membangunkan baginya sebuah rumah (istana) di
surga.” (Kemudian) Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha berkata,
“Setelah aku mendengar hadits ini aku tidak pernah meninggalkan
shalat-shalat tersebut.” ( HR Muslim . No. 728 ).

Dalam riwayat lain di jelaskan


‫الس ن َِّة َبىَن اللَّهُ لَ هُ َبْيتً ا ىِف اجْلَن َِّة أ َْربَ ِع‬
ُّ ‫َم ْن ثَ َابَر َعلَى اثِْنىَت ْ َع ْش َر َة َر ْك َع ةً ِم َن‬
ِ ‫ات َقْب ل الظُّ ْه ِر ور ْكعَتنْي ِ ب ْع َد َها ور ْكعَتنْي ِ ب ْع َد الْم ْغ ِر‬
‫ب َو َر ْك َعَتنْي ِ َب ْع َد‬ ٍ ‫ر َكع‬
َ َ َ ََ َ َ ََ َ َ َ
‫الْعِ َش ِاء َو َر ْك َعَتنْي ِ َقْب َل الْ َف ْج ِر‬
“Barangsiapa merutinkan shalat sunnah dua belas rakaat dalam sehari,
maka Allah akan membangunkan baginya sebuah rumah di surga. Dua
belas rakaat tersebut adalah empat rakaat sebelum Zhuhur, dua rakaat
sesudah Zhuhur, dua rakaat sesudah Maghrib, dua rakaat sesudah ‘Isya,
dan dua rakaat sebelum Shubuh.” (HR. An-Nasa’i & HR. Tirmidzi, no.
414.)

c. Macam – macam Shalat Sunah Rawatib dan Keutamaannya


1) Para ulama umumnya membagi Shalat Sunah Rawatib menjadi dua,
Sunah Mu’akkad ( Level kesunahannya lebih ditekankan) dan Ghoir
Mu’akkad ( level Kesunahannya tidak terlalu ditekankan).
2) Namun keduanya tentu tetap bernilai Sunnah, yang apabila dikerjakan
tentu akan menambah nilai tersendiri bagi pelakunya.

d. Shalat Sunnah Rawatib Mu’akkad


1) Jumlah Rakaat Sunnah Rawatib Mu’akkad
Ada sedikit perbedaan pendapat ulama dalam menetapkan total
jumlah raka’at Shalat Sunnah Rawatib Mu’akkad. Ada yang 12 ada yang
10 Raka’at. Berdasarkan Hadits berikut :
‫الس ن َِّة َبىَن اللَّهُ لَ هُ َبْيتً ا ىِف اجْلَن َِّة أ َْربَ ِع‬
ُّ ‫َم ْن ثَ َابَر َعلَى اثِْنىَت ْ َع ْش َر َة َر ْك َع ةً ِم َن‬
ِ ‫ات َقْب ل الظُّ ْه ِر ور ْكعَتنْي ِ ب ْع َد َها ور ْكعَتنْي ِ ب ْع َد الْم ْغ ِر‬
‫ب َو َر ْك َعَتنْي ِ َب ْع َد‬ ٍ ‫ر َكع‬
َ َ َ ََ َ َ ََ َ َ َ
‫الْعِ َش ِاء َو َر ْك َعَتنْي ِ َقْب َل الْ َف ْج ِر‬
“Barangsiapa merutinkan shalat sunnah dua belas rakaat dalam
sehari, maka Allah akan membangunkan baginya sebuah rumah di
surga. Dua belas rakaat tersebut adalah empat rakaat sebelum
Zhuhur, dua rakaat sesudah Zhuhur, dua rakaat sesudah Maghrib,
dua rakaat sesudah ‘Isya, dan dua rakaat sebelum Shubuh.” (HR. An-
Nasa’i & HR. Tirmidzi, no. 414.).
‫ت ِم ْن اَلنَّيِب ِّ ص لى اهلل‬ ِ َ َ‫ ق‬-‫ر ِض َي اَللَّهُ َعْن ُه َم ا‬- ِ ِ‫وعن ا‬
ُ ْ‫ ( َحفظ‬: ‫ال‬ ‫ر‬
َ ََ ‫م‬‫ع‬
ُ ‫ن‬ ‫ب‬
ْ َْ َ
ٍ ‫علي ه وس لم ع ْش ر ر َكع‬
, ‫ َو َر ْك َعَتنْي ِ َب ْع َد َها‬, ‫ َر ْك َعَتنْي ِ َقْب َل اَلظُّ ْه ِر‬: ‫ات‬ َ ََ َ
7

ِ ‫ ور ْك َعَتنْي‬, ‫ ور ْك َعَتنْي ِ َب ْع َد اَلْعِ َش ِاء يِف َبْيتِ ِه‬, ‫ب يِف َبْيتِ ِه‬ ِ ‫ور ْكعَتنْي ِ ب ْع َد اَلْم ْغ ِر‬
ََ ََ َ َ َ ََ
.‫لصْب ِح ) ُمَّت َف ٌق َعلَْي ِه‬
ُّ َ‫َقْب َل ا‬
Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu berkata: Aku menghapal dari Nabi
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam 10 rakaat yaitu: dua rakaat sebelum
Dhuhur, dua rakaat setelahnya, dua rakaat setelah maghrib di
rumahnya, dua rakaat setelah Isya' di rumahnya, dan dua rakaat
sebelum Shubuh. Muttafaq Alaihi.

2) Perbandingan jumlah Rakaat Sunnah Rawatib Mu’akkad


sebagai berikut :

Waktu Hadits 10 Rakaat Hadits 12 Rakaat

Sebelum Dzuhur 2 Raka’at 4 Raka’at

Sesudah Dzuhur 2 Raka’at 2 Raka’at

Sesudah Maghrib 2 Raka’at 2 Raka’at


Sesudah Isya 2 Raka’at 2 Raka’at

Sebelum Subuh 2 Raka’at 2 Raka’at

3) Keutamaan masing-masing Shalat Sunnah Rawatib


Mu’akkad
a) Keutamaan Shalat Sunah Rawatib Muakkad Qobliyah dan
Ba’diyah Dzuhur
‫وسلَّم َكا َن الَ يَ َدعُ أ َْربعاً َقْب َل الظُّ ْه ِر‬ ِ َّ ‫أ‬
َ َّ ‫َن النَّيِب‬
َ ‫صلّى اهللُ َعلَْيه‬
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah meninggalkan
empat rakaat sebelum Zhuhur.” (HR. Bukhari, no. 1182)
‫ص لَّى َقْب َل الظُّ ْه ِر ْأر َب ًع ا َك ا َن َك َع ْد ِل‬ ِ
َ :‫ص لَّى اهللُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم‬
َ ‫{م ْن‬ َ ‫ال‬
َ َ‫َوق‬
.}‫اعْي َل‬ِ ‫ر َقب ٍة ِمن بيِن إمْس‬
َ َْ ْ َ َ
Nabi saw. bersabda, “Siapa yang shalat empat rakaat sebelum
Dhuhur, maka ia seperti (memerdekakan) budak dari Bani
Ismail.” ( HR. Ath-Thabarani dari shahabat Ansar.)
ٍ ‫ظ علَى أَرب ِع ر َكع‬
  ‫ات َقْب َل الظُّ ْه ِر َوأ َْربَ ٍع َب ْع َد َها َحَّر َمهُ اللَّهُ َعلَى النَّا ِر‬ َ َ َ ْ َ َ َ‫َم ْن َحاف‬
Artinya: “Siapa saja yang menjaga empat rakaat sebelum dhuhur
dan dua rakaat setelahnya, maka Allah mengharamkannya atas
siksa neraka,” (HR. At-Tirmidzi).
b) Keutamaan Shalat Sunah Rawatib Muakkad Ba’diyah
Maghrib
Dalam Kitab Riyadhus Sholihin karya Imam Nawawi, Bab Shalat
Sunnah Maghrib Sesudah dan Sebelumnya
8

‫ َومُهَ ا‬، َ‫ث َعائِ َش ة‬ ِ ِ ِ ‫َت َق دَّم يِف ه ِذ ِه األَب و‬


ُ ْ‫ث ابْ ِن ُع َم َر َو َح دي‬ ُ ْ‫اب َح دي‬ َْ َ َ
ِ ِ ‫ص ِحيح‬
‫ص لِّي بَع َد‬َ ُ‫ص لَّى اهللُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم – َك ا َن ي‬ َّ ‫ أ‬: ‫ان‬
َ – َّ ‫َن النَّيِب‬ َْ َ
ِ ‫امل ْغ ِر‬
. ِ ‫ب َر ْك َعَتنْي‬
Pada bab-bab sebelumnya terdapat hadits Ibnu ‘Umar dan Aisyah َ
yang shahih di mana disebutkan bahwa Nabishallallahu ‘alaihi wa
sallam melaksanakan shalat bada Maghrib dua rakaat.
c) Keutamaan Shalat Sunah Rawatib Muakkad Ba’diyah Isya.
‫صلَّى أ َْر َب ًعا َب ْع َد الْعِ َش ِاء ُك َّن َك َق ْد ِر ِه َّن ِم ْن لَْيلَ ِة الْ َق ْد ِر‬ ِ ِ
َ ‫َع ْن َعْبد اهلل بْ ِن عُ َمرو قَ َال َم ْن‬
Dari 'Abdullah bin 'Amru, ia berkata: "Barangsiapa yang salat
empat raka'at setelah (shalat) 'Isya, maka nilainya setara dengan
empat raka'at pada waktu Lailatul-Qadr". (HR Ibnu Abi Syaibah
7273 dengan sanad shahih)
d) Keutamaan Shalat Sunah Rawatib Muakkad Qobliyah
Subuh

َ َ‫ ق‬-‫ص لَّى اهللُ َعلَْي ِه َوس لَّ َم‬-


‫ال َر ْك َعتَ ا الْ َف ْج ِر َخْي ٌر‬ ِ
َ ِّ ‫َع ْن َعائ َش ةَ َع ِن النَّىِب‬
‫الد ْنيَا َو َما فِ َيها‬
ُّ ‫ِم َن‬
Dari 'Aisyah, Nabi SAW bersabda: "Dua rakaat fajar lebih baik
daripada dunia dan seisinya." (HR Muslim 1721, Hadis Sahih)

e. Shalat Sunnah Rawatib Ghoir Mu’akkad


1) 4 Rakaat sebelum Dzuhur dan 4 Raka’at Sesudah Dzuhur
Dari Ummu Habibah, beliau mengatakan bahwa beliau mendengar
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
ٍ ‫ظ علَى أَرب ِع ر َكع‬
‫ات َقْب َل الظُّ ْه ِر َوأ َْربَ ٍع َب ْع َد َها َحُر َم َعلَى النَّا ِر‬ َ َ َ ْ َ َ َ‫َم ْن َحاف‬
“Barangsiapa menjaga shalat 4 rakaat sebelum zhuhur dan 4 rakaat
sesudahnya, maka Allah mengharamkan neraka baginya.” (HR.
Tirmidzi, no. 428; Ibnu Majah, no. 1160.)
 Shalat rawatib zhuhur dapat dikerjakan dengan 3 cara berikut.
o Shalat 4 rakaat sebelum dan 4 rakaat sesudahnya.
o Shalat 4 rakaat sebelum dan 2 rakaat sesudahnya.
o Shalat 2 rakaat sebelum dan 2 rakaat sesudahnya.
 Dikerjakan utamanya dua rakaat satu salam

‫َّها ِر َم ْثىَن َم ْثىَن‬


َ ‫صالَةُ اللَّْي ِل َوالن‬
َ
“Shalat sunnah pada malam dan siang hari adalah dengan 2 rakaat
salam dan 2 rakaat salam.” (HR. An-Nasai, no. 1666; Ibnu Majah, no.
1322. )
2) 4 Rakaat Sebelum Ashar
 Dalam Kitab Riyadhus Sholihin karya Imam Nawawi rahimahullah,
dijelaskan :
Hadits #1119
9

ُ‫ص لَّى اهلل‬


َ – ُّ‫ َك ا َن النيَّب‬: ‫ قَ َال‬، – ُ‫ب – َرض َي اهللُ َعْن ه‬
ِ ٍ ِ‫َع ْن َعلِ ٍّي بْ ِن أَيِب طَ ال‬
‫َّس لِي ِم َعلَى‬ ِ ِ ٍ
ْ ‫ َي ْفص ُل َبْيَن ُه َّن بالت‬، ‫ص ِر ْأربَ َع َر َك َع ات‬
ْ ‫الع‬َ ‫ص لِّي َقْب َل‬
ِ
َ ُ‫َعلَْي ه َو َس لَّ َم – ي‬
: ‫ َوقَ َال‬، ‫ي‬ ُّ ‫ َر َواهُ الرِّت ِم ِذ‬. ‫ني‬ِِ ِِ ِ
َ ‫ َو َم ْن تَبِ َع ُه ْم م َن املُ ْسلم‬، ‫ني‬
َ ‫ني َواملُْؤمن‬
ِ ِ
َ ِ‫املَالئ َكة املَُقَّرب‬
. ))‫يث َح َس ٌن‬ ٌ ‫(( َح ِد‬
Dari ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata, “Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam biasa melakukan shalat empat rakaat sebelum
Ashar. Beliau memisahkan di antara empat rakaat itu dengan salam
terhadap para malaikat yang didekatklan serta kepada kaum
muslimin dan mukminin yang mengikuti mereka.” (HR. Tirmidzi, ia
mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Hadits #1120

َ َ‫ ق‬، – ‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬


‫ال‬ ِ
َ – ِّ ‫ َع ِن النَّيِب‬، ‫َع ِن ابْ ِن عُ َمَر َرض َي اللَّهُ َعْن ُه َما‬
ُّ ‫ص ِر ْأربَع اً )) َر َواهُ أبُ و َد ُاو َد َوالرِّت ِم ِذ‬
،‫ي‬ َ ‫ص لَّى َقْب َل‬
ْ ‫الع‬
ِ
َ ً‫ (( َرح َم اللَّهُ ْام َرءا‬:
.))‫يث َح َس ٌن‬ ٌ ‫ (( َح ِد‬:‫ال‬ َ َ‫َوق‬
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Semoga Allah merahmati seseorang yang melakukan
shalat sebelum Ashar empat rakaat.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi,
Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan) [HR. Abu Daud, no.
1271; Tirmidzi, no. 430; Ahmad, 2:117. Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilaly
mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan].
Hadits #1121
‫ص لَّى اهللُ َعلَْي ِه‬ َّ ‫ أ‬: – ُ‫ب – َر ِض ي اهللُ َعْن ه‬
َ – َّ ‫َن النَّيِب‬ ٍ ِ‫و َع ْن َعلِ ٍّي بْ ِن أَيِب طَ ال‬
َ َ
.‫ص ِحْي ٍح‬ ٍ
َ ‫ َر َواهُ أبُو َد ُاو َد بِِإ ْسنَاد‬. ِ ‫ص ِر َر ْك َعَتنْي‬
ْ ‫الع‬
َ ‫بل‬َ َ‫صلي ق‬
ِّ َ ُ‫َو َسلَّ َم – َكا َن ي‬
Dari ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam biasa melakukan shalat dua rakaat sebelum Ashar.
(HR. Abu Daud dengan sanad shahih)

 Pendapat Ibnu Qudamah. Dalam Al-Mughni, setelah


menyebutkan hadis tetang sunah qabliyah Ashar , beliau
mengatakan,
َّ ‫ بِ َدلِ ِيل أ‬،‫ب‬
‫ َو ْمَل‬،‫َن ابْ َن عُ َمَر َرا ِو ِيه‬ ِ ِ‫الروات‬
َ َّ ِ
‫ن‬ ‫ن‬
َ ‫الس‬
ُّ ‫ن‬ ِ ‫ ومَل جَي ع ْلها‬،‫َتر ِغيب فِيها‬
‫م‬
ْ َ َْ ْ َ َ ٌ ْ
– ‫علَْي ِه وسلَّم‬ َّ َّ َ – ِّ ‫حَيْ َفظْ َها َع ْن النَّيِب‬
َ َ َ َ ُ‫صلى الله‬
Hadis ini merupakan anjuran untuk shalat sunah qabliyah ashar,
namun tidak menjadikannya sebagai shalat sunah rawatinb. Dengan
dalil, Ibnu Umar yang meriwayatkan hadis ini, tidak
memasukkannya dalam daftar shalat sunah yang dibiasakan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Al-Mughni, 2/93).
10

 Pendapat Imam Al-Ghazali. Dikutip oleh Al-Munawi dalam


Faidhul Qadir, beliau menyatakan,
‫يس تحب اس تحبابا مؤك دا رج اء ال دخول يف دع وة الن يب ص لى اهلل علي ه‬
‫وسلم فإن دعوته مستجابة ال حمالة‬
Shalat sunah qabliyah ashar sangat dianjurkan dan ditekankan,
karena harapan termasuk dalam doa Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Mengingat doa beliau pasti mustajab. (Faidhul Qadir, 4/24).
3) 2 Rakaat sebelum Shalat Maghrib
‫ص اَل ِة‬
َ ‫ص لُّوا َقْب َل‬ َ َ‫ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم ق‬
َ ‫ال‬
ِ
َ ِّ ‫عن َعْب ُد اللَّه الْ ُم َزيِن ُّ َع ْن النَّيِب‬
ِ ِ ِ ِ ِ ‫ب قَ َ يِف‬ ِ ‫الْم ْغ ِر‬
ُ ‫ال الثَّالثَ ة ل َم ْن َش اءَ َكَراهيَ ةَ أَ ْن َيتَّخ َذ َها الن‬
‫)رواه‬ ً‫َّاس ُس نَّة‬ َ
(‫البخاري‬
Dari Abdullah al-Muzani Radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu
‘alaihi wasallam, beliau bersabda, “Shalatlah sebelum Maghrib!
(beliau mengulangi hingga tiga kali)” kemudian beliau mengatakan
pada kali yang ketiga, “Bagi yang menghendakinya,” agar orang-orang
tidak menganggapnya sunnah (muakkadah). (HR. al-Bukhari, no.1183)

4) 2 Raka’at Sebelum Shalat Isya


Dalam Kitab Riyadhus Sholihin karya Imam Nawawi rahimahullah,
Kitab Al-Fadhail ‫شا ِء بَ ْع َدهَا َوقَ ْبلَهَا‬
َ ‫الع‬
ِ ُ‫بَابُ ُسنَّة‬ Bab Shalat Sunnah
Setelah dan Sebelum Isya, dijelaskan :
Hadits #1099
– ‫اهلل‬ ِ ‫ول‬ ُ ‫ال َر ُس‬ َ َ‫ ق‬: ‫ال‬َ َ‫ ق‬، – ُ‫اهلل بْ ِن ُمغَ َّف ٍل – َر ِض َي اهللُ َعْن ه‬ ِ ‫وعن عب ِد‬
َْ ْ َ َ
ِ ‫ َبنْي َ ُك ِّل أ َذا َننْي‬، ٌ‫ص الَة‬ ِ
َ ِ ‫ (( َبنْي َ ُك ِّل أ َذا َننْي‬: – ‫ص لَّى اهللُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم‬ َ
‫ (( لِ َم ْن َش اءَ )) ُمَّت َف ٌق‬: ‫ال يِف الثَّالِث ِة‬ َ َ‫ص الَةٌ )) ق‬ َ ِ ‫ َبنْي َ ُك ِّل أَذَا َننْي‬، ٌ‫ص الَة‬ َ
.ُ‫ األ َذا ُن َواإلقَ َامة‬: ِ ‫ املَر ُاد بِاألَ َذاننْي‬.‫َعلَْي ِه‬
Dari ‘Abdullah bin Mughaffal radhiyallahu ‘anhu, ia berkataُ bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Di antara setiap
dua azan terdapat shalat, di antara setiap dua azan terdapat shalat,
di antara setiap dua azan terdapat shalat.” Beliau berkata pada yang
ketiga kalinya, “Bagi siapa yang ingin.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR.
Bukhari, no. 627 dan Muslim, no. 838]. Yang dimaksud dua azan
adalah azan dan iqamah.
5) 2 Rakaat Sebelum Shalat Jumat dan 4 Rakaat Sesudahnya
11

ِ َ َ‫َو َع ْن أَيِب ُهَر ْيَر َة َر ِض َي اهللُ َعْن هُ ق‬


‫ص لَّى‬ َ ‫ك الغَطََف ايِن ُّ َو َر ُس ْو ُل اهلل‬ٌ ‫ال َج اءَ ُس لَْي‬
ِ ‫ت ر ْك َعَتنْي‬ َّ َ ‫ُعلَْي ِه َو َس لَّم أ‬
َ ‫ص لَّى اهلل‬
ِ
َ َ ‫َص لْي‬ َ َ ُّ ‫ال لَهُ النَّيِب‬ ُ ُ‫اهللُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم خَي ْط‬
َ ‫ب َف َق‬
‫ سنن ابن ماجه‬.‫ص ِّل َر ْك َعَتنْي ِ َوجَتَ َّو ْز فِْي ِه َما‬ َ َ‫ ق‬.َ‫َقْب َل أَ ْن جَتِ ْيءَ؟ قاَ َل ال‬
َ َ‫ال ف‬
"Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a. berkata: Sulayk al Ghathafani
datang (ke masjid), sedangkan Rasulullah saw sedang berkhutbah.
Lalu Nabi SAW bertanya: Apakah kamu sudah shalat sebelum
datang ke sini? Sulayk menjawab: Belum. Nabi SAW bersabda:
Shalatlah dua raka’at dan ringankan saja (jangan membaca surat
panjang-panjang)” (Sunan Ibn Majah: 1104).
‫ص لَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم‬ ِ
َ ‫ال َر ُس ْو ُل اهلل‬ َ َ‫ ق‬:‫ال‬ َ َ‫َع ْن أَيِب ْ ُهَر ْي َر َة َر ِض َي اهللُ َعْن هُ ق‬
ً‫ص ِّل َب ْع َد َها أ َْربَعا‬
َ ُ‫َح ُد ُك ْم اجلُ ْم َعةَ َف ْلي‬ َ ‫إِ َذا‬
َ ‫صلَّى أ‬
”Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a. ia berkata: Rasulullah saw
bersabda: ”Jika salah seorang di antara kalian shalat Jum’at
hendaklah shalat empat rakaat setelahnya”. (HR. Bukhari dan
Muslim).
Berdasar dalil-dalin tersebut, Imam al Nawawi menegaskan dalam
kitab al Majmu’ Syarh al Muhadzdzab:
ِ ِ
‫ص الَةٌ َوأََقلُّ َه ا‬ َ ‫ تُ َس ُّن َقْبلَ َه ا َو َب ْع َد َها‬.‫فَ ْرعٌ يِف ْ ُس نَّة اجلُ ْم َع ة َب ْع َد َها َو َقْبلَ َه ا‬
ِ َ‫ان َقبلَها ور ْكعت‬
‫ َواألَ ْك َم ُل أ َْربَ ٌع َقْبلَ َها َوأ َْربَ ٌع َب ْع َد َها‬.‫ان َب ْع َد َها‬ ِ
َ َ َ َ ْ َ‫َر ْك َعت‬
“(Cabang). Menerangkan tentang sunnah shalat Jum’at sebelumnya
dan sesudahnya. Disunnahkan shalat sunnah sebelum dan sesudah
shalat jum’at. Paling sedikit dua raka’at sebelum dan sesudah shalat
jum’at. Namun yang paling sempurna adalah shalat sunnah empat
raka’at sebelum dan sesudah shalat Jum’at”. (Al Majmu’, Juz 4: 9)
f. Waktu Melaksanakan Shalat Sunah Rawatib
Syaikh Wahbah Zuhaili menuliskan dalam Kitab Fiqh Islam wa Adilatuhu
Bab Shalat-shalat Sunnah yang Mu’akkad Menurut Madzhab Syafi’i :
‫ ما يفعل قبل الفرائض من سنن الرواتب يدخل وقتها بدخول‬:‫وقت الرواتب‬
‫ وم ا ك ان بع د‬.‫ ويبقى وقته ا إىل أن ي ذهب وقت الف رض‬،‫وقت الف رض‬
‫ ويبقى وقته ا إىل أن ي ذهب وقت‬،‫الف رض ي دخل وقته ا ب الفراغ من الف رض‬
‫ واالختيار أال تؤخر عن وقتها إال‬،‫ ويعد فعل القبلية بعد الفرض أداء‬،‫الفرض‬
‫ وفعل البعدية قبله ال تنعقد‬،‫ملن حضر والصالة تقام أو حنوه‬
Waktu Sholat Rawatib :  Sholat yang dilakukan sebelum sholat
fardhu terhitung sholat rawatib (qabliyah), waktu masuknya adalah
waktu masuk sholat fardhu, dan batas akhirnya adalah habisnya waktu
sholat fardhu. Adapun sholat yang dilakukan setelah sholat fardhu
12

(terhitung sholat rawatib [ba’diyah]), waktunya selesai sholat fardhu


sehingga habisnya waktu sholat fardhu. Sholat yang dikerjakan setelah
sholat fardhu masih dianggap adaa’ (melaksanakan), tetapi sebaiknya
diusahakan tidak sampai saat akhir waktu sholat. Jika sudah masuk
waktu sholat (berikutnya) maka sholat ba’diyah yang dilaksanakan
tidak dianggap.

BERSAMBUNG….KE BAGIAN KE 3…

2.  Shalat Witir     
3. Shalat Tahajud                                                                                                               
4.  Shalat Dhuha
5.  Shalat Tarawih
6. Shalat-shalat yang berkaitan dengan sebab-sebab tertentu
a. Shalat Tahiyatul Masjid
b. Shalat datang dari bepergian (yang dilakukan) di Masjid
c. Shalat sesudah wudhu
d. Shalat Istikharah
e. Shalat Taubat
7. Shalat Tathawwu’ Mutlak ( di luar waktu yang dilarang )

Referensi:
1. Al-Fiqh Al-Manhaji ‘ala Madzhab Al-Imam Asy-Syafi’i.Cetakan kesepuluh,
Tahun 1430 H. Dr. Musthafa Al-Khin, Dr. Musthafa Al-Bugha, ‘Ali Syarji.
Penerbit Darul Qalam.
2. Bahjah An-Nazhirin Syarh Riyadh Ash-Shalihin. Cetakan pertama, Tahun 1430
H. Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.
3. Yaum fii Bait Ar-Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. ‘Abdullah Al-Qosim.
Penerbit Darul Qosim.
4. Zaad Al-Ma’ad. Ibnul Qayyim. Penerbit Muassasah Ar-Risalah.
5. Shalatut Tathawwu’ Mafhum Wa Fadha’il Wa Aqsam Wa Anwa’ Wa Adab Fi
Dhau’il Kitab was sunnah, Dr. Sa’id bin Ali bin Wahf al-Qahthani
6. Bughyah Al-Mutathawwi’ fi Shalat At-Tathowwu’. Cetakan pertama, Tahun 1431
H. Syaikh Muhammad bin Umar bin Salim Al-Bazmul. Penerbit Dar At-Tauhid.
7. Riyadushalihin
8.  https://islam.nu.or.id/post/read/12161/shalat-sunnah-qabliyah-dan-badiyah-
jumat
9. Zuhaili, Wahbah, Al-Fiqh Al-Islamiy Wa Adillatuh, Juz 4, Dar Al-Fikr, Damaskus,
Cet. III, 1989,

Anda mungkin juga menyukai