Anda di halaman 1dari 5

Langkah kakinya ke masjid adalah pengampunan dosa dan diangkat derajatnya.

HR. Ibnu Majah  No : 766 dari sahabat Abu Hurairah, Rasulullah SAW Bersabda :

 ‫الصالَ َة لَ ْم َي ْخ ُط َخ ْط َو ًة ِإالَّ َر َف َع ُه هللاُ بِ َها‬ َّ ‫ َأ َتى ا ْل َم ْس ِج َد الَ َي ْن َه ُزهُ ِإالَّ ال‬ ‫ض ْو َء ُث َّم‬
َّ َّ‫صالَةُ الَ ُي ِر ْي ُد ِإال‬ َ ‫ضَأ َأ َح ُد ُك ْم َفَأ َح‬
ُ ‫سنَ ا ْل ُو‬ َّ ‫ َت َو‬ ‫ِإ َذا‬
ُ ‫صالَةُ َت ْح‬
‫س ُه‬ َّ ‫صالَ ٍة َما َكا َنتْ ال‬ َّ ‫دَ َر َج ٌة َو َح َّط َع ْن ُه بِها َ َخطِ يَئ ًة َح‬
َ ‫تى َيدْ ُخل َ ا ْل َم ْس ِجدَ َفاءِ َذا َد َخل َ ا ْل َم ْس ِج َد َكانَ فِي‬
“ Jika salah seorang dari kalian berwudlu dan membaguskannya, kemudian datang ke masjid, dan
tidak ada yang menggerakkannya menuju masjid kecuali shalat maka tidaklah ia melangkahkan kaki
kecuali dengannya Allah akan mengangkat derajad dan menghapus dosanya hingga ia masuk masjid,
dan jika masuk masjid maka ia akan tetap dalam hitungan shalat selama shalatlah yang menahannya
( dari keinginan pulang)”.

Didoakan oleh Malaikat


HR. Bukhari No : 426, dari  Sahabat Abu Hurairah, Rasulullah SAW Bersabda :

ْ ‫ِث َتقُ ْول ُ اللَّ ُه َّم‬


‫اغف ِْرلَ ُه اللَّ ُه َّم ْار َح ْم ُه‬ ْ ‫صلَّى ِف ْي ِه َمالَ ْم ُي ْحد‬ َ ‫صلِّى َعلَى َأ َح ِد ُك ْم َما َدا َم فِى ُم‬
َ ‫صاَّل هُ الَّذِي‬ َ ‫ ُت‬ ‫ا ْل َماَل ِئ َك ُة‬
Para Malaikat selalu memberi shalawat (mendoakan) kepada salah seorang dari kalian selama ia
masih di tempat ia shalat dan belum berhadast. Malaikat berkata : “ Ya Allah ampunilah dia, Ya Allah
Rahmatilah dia”_

Diampuni dosanya yang telah lalu saat mengucap aamiin bersama Malaikat.
HR. Bukhari No : 740, dari Sahabat Abi Hurairah RA, Rasulullah SAW Bersabda :

ْ‫ضالِّ ْينَ } َفقُلُ ْوا آ ِم ْينَ َفاءِ َّن ُه َمنْ َوا َفقَ َق ْولُ ُه َق ْول َ ا ْل َماَل ءِ َك ِة ُغف َِرلَ ُه َما َت َقدَّ َم مِن‬
َّ ‫ب َعلَ ْي ِه ْم َوالَال‬ ُ ‫{ َغ ْي ِر ا ْل َم ْغ‬ ‫ َقال َ ااْل ءِ َما ُم‬ ‫ِإ َذا‬
ِ ‫ض ْو‬
‫َذ ْنبِ ِه‬

Jika Imam membaca “Ghairil Maghdluubi Alaihim Wa la dldlaalliin” maka ucapkanlah “Aamiin”
karena siapa yang ucapan aminnya bersamaan dengan aamiinnya Malaikat maka dosanya yang telah
lalu akan diampuni._

‫صالة الجماعة أفضل من صالة الفذ بسبع وعشرين درجة‬

Artinya: "Sholat berjamaah lebih utama 27 derajat dibanding sholat sendirian." (HR. Bukhari dan
Muslim)

Penyebutan bilangan 27 derajat dalam hadits tersebut yaitu tidak dapat dijangkau oleh akal. Selain itu,
para ulama mengatakan angka 27 berarti mereka yang melakukan sholat berjamaah lebih unggul 27
sholat.

Dari sumber yang sama, keutamaan sholat berjamaah lainnya yaitu disiapkan surga baginya.
Rasulullah SAW bersabda,

‫ َأ ْو َرا َح‬،‫ ُكلَّ َما َغ َدا‬، ‫ َأ َع َّد هللاُ لَ ُه فِي ْال َج َّن ِة ُن ُزاًل‬،‫ َأ ْو َرا َح‬،ِ‫َمنْ َغدَ ا ِإلَى ْال َمسْ ِجد‬

"Barang siapa pergi ke masjid pada awal dan akhir siang, maka Allah akan menyiapkan baginya
tempat dan hidangan di surga setiap kali dia pergi." (HR Bukhari dan Muslim).

Tak sampai disitu, dalam buku Magnet Rezeki Keluarga Amalan-Amalan Sunah untuk Berlimpahnya
Rezeki dan Kebahagian Keluarga karya Ustaz Arifin Ibnu Jumani, keutamaan sholat berjamaah yaitu
bebas dari api neraka dan kemunafikan. Hal tersebut, sahabat Anas RA menuturkan bahwa Rasulullah
SAW bersabda,
ِ ‫ان لَ ُه سِ ْت ٌر م َِن ال َّن‬
‫ار‬ َ ‫س َي ْذ ُك ُر هللا َت َعالَى َح َّتى َت ْط‬
َ ‫لع ال َّشمْسُ َك‬ َ َ‫اع ِة ُث َّم َجل‬
َ ‫الج َم‬
َ ‫ْح في‬ َ ‫صلَّى‬
ُّ ‫صالَ َة ال‬
ِ ‫صب‬ َ ْ‫ { َمن‬:‫وقال صلى هللا عليه وسلم‬
ِ ‫و َب ِرى َء م َِن ال َّن‬.َ
}‫ار‬

Artinya: "Nabi Muhammad SAW bersabda : "Barang siapa berjamaah sholat Shubuh kemudian duduk
seraya mengingat Allah ta'ala hingga matahari terbit maka hal tersebut merupakan perlindungan dan
pembebasan dari api neraka"".

Baca artikel detikedu, "Keutamaan Sholat Berjamaah, Berpahala 27 Derajat hingga Masuk Surga"
selengkapnya https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6017676/keutamaan-sholat-berjamaah-
berpahala-27-derajat-hingga-masuk-surga.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/

Namun bagi mereka yang diberi penglihatan batiniah oleh Allah, keutamaan 27 derajat bukan semata
soal jumlah angka belaka. Ubaidillah bin Umar Al-Qawariry, sebagaimana diceritakan oleh Sayid Al-
Bakri,  menuturkan: Tak pernah aku tertinggal shalat jamaah di masjid. Seumur-umur aku selalu
melakukan shalat wajibku di masjid dengan berjamaah. Sampai suatu ketika, aku kedatangan seorang
tamu yang membuatku terlambat shalat Isya’. Saat tamu itu pergi aku berusaha mendatangi beberapa
masjid barangkali masih ada yang belum menunaikan shalat Isya’. Namun ternyata semua masjid
telah selesai berjemaah dan telah dikunci. Aku sangat menyesalinya. Baru kali ini aku tak shalat
berjamaah. Teringat hadits Rasul bahwa shalat berjamaah itu 27 derajat lebih baik dari shalat
sendirian, maka malam itu juga aku melakukan shalat Isya’ 27 kali untuk mengganti shalat jamaahku
yang hilang. Saat aku tidur malam harinya aku bermimpi. Aku mengendarai kuda bersama
sekumpulan orang. Mereka begitu cepat mengendarai kudanya hingga jauh mendahuluiku. Aku
berusaha untuk mengejarnya namun tak pernah bisa. Salah satu dari mereka menoleh kepadaku seraya
berkata, "Hai Ubaidillah, kau tak akan pernah bisa mengejar kami." "Mengapa?" tanyaku. Orang itu
menjawab, "Karena kami melakukan shalat Isya’ berjamaah, sedangkan kamu tidak." 

Kisah ini dinukil dari kitab "I'ânatut Thâlibîn" karya Sayyid Al-Bakri bin Muhammad Syatha Al-
Dimyathi, juz 2, hal. 5

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah, Menjadi prioritas utama bagi para khatib dalam mengawali
khutbahnya untuk senantiasa mengingatkan, mengajak, dan berwasiat kepada para jamaah untuk
meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt. Wujud peningkatan ketakwaan ini adalah dengan
penguatan komitmen untuk menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Dengan melakukan hal ini, maka kita akan mampu berjalan pada jalur yang telah ditentukan oleh
Allah sehingga masa-masa hidup di dunia ini akan senantiasa dalam pantauan dan lindungan-Nya.
Ketakwaan yang berwujud kepatuhan kepada Allah swt ini, bisa menjadi modal utama untuk
menjadikan perjalanan hidup yang kita lalui penuh dengan nilai-nilai positif yang menjadikan kualitas
kehidupan akan semakin lebih baik lagi. Bukan hanya pada saat ini saja, ketakwaan pada Allah akan
meninggalkan kenangan manis dan menyingkirkan kepedihan sekaligus membawa bekal optimisme
dalam menghadapi masa depan. Allah berfirman: ‫ اَل تَحْ َز ْن اِ َّن هّٰللا َ َم َعن َۚا‬Artinya: “Janganlah engkau
bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” (QS At-Taubah: 40) Ma’asyiral Muslimin
Rahimakumullah, Perjalanan hidup kita di dunia ini melewati tiga tahapan masa yakni masa lalu,
masa kini, dan masa depan. Masa lalu adalah pengalaman, masa kini adalah kenyataan, dan masa
depan adalah harapan. Semua itu memiliki dimensi berbeda dalam menyikapinya namun memiliki
keterkaitan yang erat dan menjadi rantai perjalanan hidup yang tak terpisahkan. Pada khutbah kali ini,
khatib mengajak kepada seluruh jamaah untuk bagaimana menengok perjalanan hidup di masa lalu,
menyikapi kondisi masa kini, dan bagaimana mempersiapkan diri menghadapi masa depan. Terlebih
di awal tahun yang menjadi momentum tepat untuk menata dan menguatkan kembali manajemen
kehidupan ini. Pertama, mari awali tahun ini dengan Alhamdulillah. Kalimat ini merupakan wujud
syukur atas karunia Allah yang telah menganugerahkan umur panjang kepada kita semua yang sampai
saat ini masih bisa menghirup udara kehidupan. Berbagai nikmat yang tak bisa dihitung satu persatu
sampai saat ini harus terus disyukuri dengan keyakinan dalam hati, diucapkan dalam lisan, dan
diwujudkan dalam tindakan. Dengan wujud syukur ini, kita berharap nikmat yang kita terima akan
terus ditambah oleh Allah swt. Jangan sampai terjadi, karena kita kufur pada nikmat Allah, kita
mendapatkan siksa yang pedih yang menjadikan nikmat ini akan dicabut dan hilang dari diri kita. Hal
ini sudah ditegaskan dalam Al-Qur’an surat Ibrahim ayat 7: ‫َوِإ ْذ تََأ َّذنَ َربُّ ُك ْم لَِئ ْن َشكَرْ تُ ْم َأَل ِزي َدنَّ ُك ْم ۖ َولَِئ ْن َكفَرْ تُ ْم ِإ َّن‬
‫ َع َذابِي لَ َش ِدي ٌد‬Artinya: “Dan (ingatlah juga) tatkala Tuhan kalian memaklumatkan, "Sesungguhnya jika
kalian bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepada kalian; dan jika kalian mengingkari
(nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”  Kedua, mari tengok tahun lalu dengan
Astaghfirullah. Kalimat ini merupakan wujud evaluasi dan introspeksi diri pada segala sesuatu yang
telah kita lakukan di masa lalu. Perjalanan masa lalu pasti mengalami fluktuasi. Terkadang kita
pernah berada pada posisi puncak yang tinggi namun pada satu masa kita pasti pernah berada pada
posisi terpuruk. Masa fluktuatif ini menjadi pengalaman berharga bagi kita untuk mempertahankan
kondisi positif dan menjadi modal bagi masa depan. Sementara di sisi lain kita buang hal negatif dan
berkomitmen untuk tidak mengulangi lagi di masa yang akan datang. Introspeksi atau muhasabah
adalah perintah Allah yang termaktub dalam Al-Qur’an surat Al-Hasyr ayat 18: َ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوا اتَّقُوا هّٰللا‬
َ‫ت لِ َغ ۚ ٍد َواتَّقُوا هّٰللا َ ۗاِ َّن هّٰللا َ خَ بِ ْي ٌر ۢبِ َما تَ ْع َملُوْ ن‬ْ ‫ َو ْلتَ ْنظُرْ نَ ْفسٌ َّما قَ َّد َم‬Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya
untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa
yang kamu kerjakan.” Sahabat Umar bin Khattab juga berpesan: ‫ض‬ ِ ْ‫َحا ِسبُوا َأ ْنفُ َس ُك ْم قَب َْل َأ ْن تُ َحا َسبُوْ ا َوتَ َزيَّنُوْ ا لِ ْل َعر‬
‫ب نَ ْف َسهُ فِى ال ُّد ْنيَا‬ •َ ‫اب يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة َعلَى َم ْن َحا َس‬ •ُ ‫ف ْال ِح َس‬ ُّ ‫ اَأل ْكبَ ِر َوِإنَّ َما يَ ِخ‬Artinya: “Hisablah diri (introspeksi) kalian
sebelum kalian dihisab, dan berhias dirilah kalian untuk menghadapi penyingkapan yang besar
(hisab). Sesungguhnya hisab pada hari kiamat akan menjadi ringan hanya bagi orang yang selalu
menghisab dirinya saat hidup di dunia.” Ketiga, mari hadapi tahun depan dengan Bismillah. Kalimat
ini mengandung makna mendalam yakni mengawali segala sesuatu dengan niat yang benar karena
Allah swt. Kalimat Bismillah mengandung optimisme tinggi untuk meraih harapan yang sudah
ditargetkan dalam kehidupan. Lurusnya niat dan optimisme tinggi, menjadi bekal untuk terus
menjalankan dua misi besar diciptakannya kita di dunia yakni untuk beribadah dan menjadi khalifah
di muka bumi. Dua misi utama ini disebutkan dalam Al-Qur’an surat surat Adz-Dzariyat ayat 56
yakni: ‫س اِاَّل لِيَ ْعبُ ُدوْ ِن‬ َ ‫ت ْال ِج َّن َوااْل ِ ْن‬ ُ ‫ َو َما َخلَ ْق‬Artinya : “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar
ۤ
mereka beribadah kepada-Ku.” Dan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 30: ‫ال َربُّكَ لِ ْل َم ٰل ِٕى َك ِة ِانِّ ْي‬ َ َ‫َواِ ْذ ق‬
َ‫ك ۗ قَا َل اِنِّ ْٓي اَ ْعلَ ُم َما اَل تَ ْعلَ ُموْ ن‬ َ َ‫ك َونُقَدِّسُ ل‬ ۚ ۤ
َ ‫ك ال ِّد َما • َء َونَحْ نُ نُ َسبِّ ُح بِ َح ْم ِد‬ ْ ُ
ُ ِ‫ض خَ لِ ْيفَةً ۗ قَال ْٓوا اَتَجْ َع ُل فِ ْيهَا َم ْن ُّيف ِس ُد فِ ْيهَا َويَ ْسف‬ ‫اْل‬
ِ ْ‫اع ٌل فِى ا َر‬ ِ ‫ َج‬ 
Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan
khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan
menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia
berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Ma’asyiral Muslimin
Rahimakumullah, Alhamdulillah, Astaghfirullah, dan Bismillah menjadi paket awal dalam mengawali
tahun ini agar perjalanan masa lalu, masa kini, dan masa depan dapat meraih berkah dan kualitas yang
lebih baik. Kualitas kehidupan bukan hanya diukur dari capaian-capaian kuantitas seperti materi saja
namun lebih dari itu, capaian kualitas berupa ketenangan, kenyamanan, dan keberkahan hidup juga
harus menjadi prioritas utama dalam kehidupan. Semoga kita memenuhi pesan Nabi dalam haditsnya
yang diriwayatkan oleh Al Hakim: َ‫ َو َم ْن َكان‬.‫ َو َم ْن َكانَ يَوْ ُمهُ ِم ْث َل َأ ْم ِس ِه فَهُ َو َم ْغبُوْ ٌن‬.ٌ‫َم ْن َكانَ يَوْ ُمهُ َخ ْيرًا ِم ْن َأ ْم ِس ِه فَهُ َو َرابِح‬
‫ يَوْ ُمهُ َش ًّرا ِم ْن َأ ْم ِس ِه فَهُ َو َم ْلعُوْ ٌن‬Artinya: “Siapa saja yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia
(tergolong) orang yang beruntung. Siapa saja yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia
(tergolong) orang yang merugi. Siapa saja yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka ia orang
yang dilaknat (celaka).” ‫ َأقُوْ ُل قَوْ لِي هَ َذا‬.‫بَارَكَ هللا لِي َولَ ُك ْم فِي ْالقُرْ آ ِن ْال َع ِظي ِْم َونَفَ َعنِي َوِإيَّا ُك ْم بِ َما فِ ْي ِه ِم ْن آيَ ِة َو ِذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم‬
‫فَأ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ ال َع ِظ ْي َم ِإنَّهُ ه َُو ال َغفُوْ ُر ال َّر ِحيْم‬

،َ‫ب ثَنَاِئ ِه فِ ْي ال ِّدي ِْن َوفَاق‬ ِ ‫ص ِد ْينَ بِ ِط ْي‬ ِ ‫َّب َأ ْس َرا َر ْالقَا‬ َ ‫ َوطَي‬،‫اق‬ ِ َ‫ َو َرفَ َع قَ ْد َر َأصْ فِيَاِئ ِه فِ ْي اَأْلف‬،‫اق‬ِ َ‫ار ْال ِوف‬
ِ ‫ب َأوْ لِيَاِئ ِه بَِأ ْن َو‬
َ ْ‫ْل َح ْم ُد هلِل ِ الَّ ِذيْ نَو ََّر قُلُو‬
‫صاَل ةُ َوال َّساَل ُم َعلَى َسيِّ ِدنَا‬ َّ ‫ َوال‬،‫اق‬ ِ َ‫ض ْي ِه َعلَى َأ ْقد َِام ال َّسب‬ ِ ‫ب َم َرا‬ ِ َ‫ فََأ ْقبَلُوْ ا لِطَل‬،‫اق‬
ِ ‫ب ْال َم َذ‬َ ‫َاجتِ ِه َش َرابًا ع َْذ‬
َ ‫اب ُم َعا َماَل تِ ِ•ه ِم ْن لَ ِذ ْي ِذ ُمن‬َ َ‫َو َسقَى َأرْ ب‬
‫ق‬ ‫اَل‬َّ َ
ِ ‫ص ة َو َس ًما اِلى يَوْ ِم الت‬ ‫اَل‬ ً ‫اَل‬ َ ،‫اق‬ ْ ‫َأ‬ ‫َأ‬ َ
ِ َ‫ ُم َح َّم ٍد َو َعلى لِ ِه َو صْ َحابِ ِه البَ َر َر ِة ال َّسب‬  Baca Juga: Khutbah Jumat: 4 Permata dalam
Diri Manusia dan yang Membinasakannya ‫ نَرْ جُوْ بِهَا‬،َ‫صفَا َموْ ِر ُدهَا َو َراق‬ َ ً‫ َشهَا َدة‬،ُ‫َر ْيكَ لَه‬ ِ ‫َأ ْشهَ ُد َأ ْن اَل اِلَهَ اِاَّل هللا َوحْ َدهُ اَل ش‬
ْ‫ اَلَّ ِذي‬،‫ق‬ ْ ِ ‫ق َعلَى ااْل‬
ِ ‫طاَل‬ ِ ‫ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ َأ ْش َرفَ ْال َخ ْل‬،‫اق‬ ِ َ‫ َوَأ ْن يَهُوْ نَ بِهَا َعلَ ْينَا ُكرْ بُ ال ِّسي‬،‫اق‬ ِ ‫َار َش ِد ْي َد ِة ااْل َحْ َر‬
ٍ ‫النَّ َجاَةَ ِم ْن ن‬
‫َأ‬ ِ َ‫ بِا ْمتِث‬،‫ي بِتَق َوى هللاِ َوطَا َعتِ ِه‬ ْ َ ‫ص ْي ُك ْم َواِيَا‬ ‫ُأ‬ ْ ‫اْل‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬ ِّ ْ ‫ُأ‬
ِ ‫ال َوا ِم ِر ِه َواجْ تِنَا‬
‫ب‬ ِ ْ‫ يُّهَا ا ِ خ َوانُ و‬،ُ‫ َّما بَ ْعد‬.‫اق‬ ِ َ‫ َحتَّى َجا َوزَ ال َّس ْب َع الطب‬،‫اق‬ ِ ‫ي بِ ِه َعلَى البَ َر‬ َ ‫ْر‬ ِ ‫س‬
َ‫ت ِل َغ ٍد َواتَّقُوا هَّللا َ ِإ َّن هَّللا َ خَ بِي ٌر بِ َما تَ ْع َملُون‬ ْ ‫ يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َو ْلتَ ْنظُرْ نَ ْفسٌ َما قَ َّد َم‬:‫َري ِْم‬
ِ ‫ قَا َل هللاُ تَ َعالَى فِ ْي ِكتَابِ ِه ْالك‬.‫ نَ َوا ِه ْي ِه‬ 
Hadirin Jamaah Jumat yang dirahmati Allah. Segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan kita
semua nikmat Islam, iman, dan kesehatan, sehingga masih bisa mendekatkan diri kepada-Nya melalui
ibadah wajib shalat Jumat, serta bisa merasakan indahnya momentum tahun baru sebagaimana yang
akan kita hadapi saat ini. Shalawat dan salam mudah-mudahan terus mengalir kepada junjungan kita,
Nabi Muhammad saw, nabi terakhir yang Allah utus sebagai rahmat bagi alam semesta.    
Selanjutnya, khatib berwasiat kepada diri khatib sendiri, keluarga, dan semua jamaah yang hadir pada
pelaksanaan shalat Jumat ini, untuk selalu meningkatkan ketaatan, dan semangat dalam melaksanakan
ketaatan dalam beribadah, serta semangat dalam meninggalkan setiap sesuatu yang tidak diridhai oleh
Allah, khususnya pada momentum tahun baru ini. Jangan hanya tahun yang baru, namun harus kita
tumbuhkan semangat baru dalam beribadah dan melakukan setiap kebajikan.     Ma’asyiral Muslimin
rahimakumullah. Spirit tahun baru tahun ini seharusnya tidak hanya digunakan untuk pesta kembang
api dan gegap gempita trompet di mana-mana. Jauh lebih penting dari semua itu adalah tumbuhnya
semangat baru untuk semakin meningkatkan kualitas ibadah dan kebajikan, sebab orang muslim sejati
adalah orang yang harinya lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Hal ini sebagaimana yang
disampaikan oleh Rasulullah dalam sebuah hadits:   Baca Juga: Khutbah Jumat: Zaman Berubah,
Tetaplah Istiqamah!   ‫ َو َم ْن َكانَ يَوْ ُمهُ َش ًّرا ِم ْن‬.‫ َو َم ْن َكانَ يَوْ ُمهُ ِم ْث َل َأ ْم ِس ِه فَه َُو َم ْغبُوْ ٌن‬.ٌ‫َم ْن َكانَ يَوْ ُمهُ خَ ْيرًا ِم ْن َأ ْم ِس ِه فَه َُو َرابِح‬
‫ َأ ْم ِس ِه فَهُ َو َم ْلعُوْ ٌن‬  Artinya, “Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia (tergolong)
orang yang beruntung. Barangsiapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia (tergolong)
orang yang merugi. Dan, barangsiapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka ia orang yang
dilaknat (celaka).” (HR Al-Hakim).     Hadits ini memberikan pengertian perihal pentingnya
meningkatkan semangat baru dalam menjalani hari-hari yang baru, termasuk juga dengan tahun baru.
Jika hari tahun baru ini lebih baik dari hari dan tahun sebelumnya, maka ia tergolong orang-orang
yang beruntung. Jika sama, maka sungguh hanya kerugian yang ia dapatkan. Dan, jika lebih buruk,
maka akan menjadi hari dan tahun yang dilaknat karena tidak bisa mengambil manfaat dan
keberkahan di dalamnya.   Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah. Dalam riwayat yang lain
disebutkan, bahwa orang-orang yang harinya justru lebih buruk dari hari-hari sebelumnya, maka tidak
ada kebaikan selain kematian untuknya. Riwayat ini sebagaimana dikutip oleh Syekh Abdurrahman
as-Sakhawi dalam kitab  Al-Maqashidul Hasanah, juz I, halaman 631. Rasulullah saw bersabda:     ‫َم ْن‬
‫ت‬ ُ ْ‫صا ِن فَ ْال َمو‬َ ‫صا ِن َو َم ْن َكانَ فِي النُّ ْق‬ َ ‫اِ ْستَ َوى يَوْ َماهُ فَه َُو َم ْغبُوْ ٌن َو َم ْن َكانَ َآ ِخ ُر يَوْ َم ْي ِه َش ًّرا فَه َُو َم ْلعُوْ ٌن َو َم ْن لَ ْم يَ ُك ْن فِي ال ِّزيَا َد ِة فَه َُو فِي النُّ ْق‬
ْ َّ
ِ ‫ق ِإلى ال َجن ِة َسا َر َع فِي ال َخي َْرا‬
‫ت‬ ْ َ ْ
َ ‫ خَ ْي ٌر لَهُ َو َم ْن اِشتَا‬  Artinya, “Barangsiapa yang kedua harinya (saat ini dan
kemarin) sama, maka ia (tergolong) orang yang rugi. Barangsiapa yang dua hari terakhirnya lebih
buruk, maka ia terlaknat. Barangsiapa yang tidak berada pada peningkatan, maka ia berada pada
pengurangan. Barangsiapa yang berada pada pengurangan, maka kematian lebih baik baginya. Dan,
barangsiapa yang merindukan surga, maka ia akan cepat-cepat dalam melakukan kebaikan.” (HR ad-
Dailami).     Syekh Nuruddin Al-Harawi Al-Qari (wafat 1014 H) dalam kitab Mirqatul Mafatih Syarh
Misykatul Mashabih, juz IV, halaman 352, menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan ziyadah
(peningkatan-penambahan) pada hadits di atas adalah dengan bertambahnya ilmu, ibadah, dan segala
bentuk kebaikan. Bukan bertambahnya dunia dan jabatan. Sebab, keberuntungan selalu berpihak pada
orang yang meningkatkan ketaatan dan kebaikannya, bukan dunia dan jabatannya.     Ma’asyiral
Muslimin rahimakumullah. Berkaitan hal ini, Allah swt memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk
selalu introspeksi perihal apa yang akan menjadi bekalnya menuju akhirat. Dalam Al-Qur’an Allah
berfirman:     َ‫ت لِ َغ ٍد َواتَّقُوا هَّللا َ ِإ َّن هَّللا َ َخبِي ٌر بِ َما تَ ْع َملُون‬ ْ ‫ يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َو ْلتَ ْنظُرْ نَ ْفسٌ َما قَ َّد َم‬  Artinya, “Wahai
orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan
apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah
Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Hasyr: 18).     Imam al-Qusyairi (wafat 465 H)
dalam kitab tafsir Lathaiful Isyarat atau Tafsir Al-Qusyairi menjelaskan bahwa ayat di atas memiliki
dua arti ketakwaan, yaitu:   meningkatkan ketakwaan dengan cara memikirkan balasan yang akan
didapatkan kelak di akhirat atas perbuatan baik dan buruk yang dilakukan di dunia; meningkatkan
ketakwaan dengan cara mawas diri dan introspeksi, yaitu dengan memaksimalkan waktunya untuk
menambah ketaatan. Dengan kata lain, menumbuhkan semangat baru di hari-hari baru yang dihadapi
oleh setiap orang.   Cara menumbuhkan semangat baru di hari yang baru adalah dengan memperbaiki
hari-harinya yang baru dengan ketaatan dan kebajikan. Orang tidak bisa memperbaiki harinya kecuali
dengan cara introspeksi atas apa yang dilakukan di hari-hari sebelumnya.     Demikian khutbah
menumbuhkan semangat baru di tahun pada siang hari ini. Semoga bermanfaat dan membawa berkah
bagi kita semua, serta bisa menjadi penyebab untuk meningkatkan ibadah, kebajikan, ketakwaan,
keimanan, dan menjauhi segala larangan.     ‫صاَل ِة‬ ِ ‫ك هللاُ لِ ْي َولَ ُك ْم فِ ْي هَ َذا ْاليَوْ ِم ْالك‬
َّ ‫ َونَفَ َعنِ ْي َواِيَا ُك ْم بِ َما فِ ْي ِه ِمنَ ال‬،‫َري ِْم‬ َ ‫ار‬
َ َ‫ب‬
ْ ‫َأ‬ َ ُ ‫َأ‬ ْ ْ َّ ‫َأ‬ ُ ْ ِّ
‫ قوْ ُل قَوْ لِ ْي هَذا َو ْستَغفِ ُر هللاَ لِ ْي‬،‫ َوتَقَبَّ َل ِمن ْي َو ِمنك ْم َج ِم ْي َع ْع َمالِنَا ِإنهُ هُ َو ال َح ِك ْي ُم ال َعلِ ْي ُم‬،‫ت‬ َّ َ ُ ْ
ِ ‫ص َدقَ ِة َوتِاَل َو ِة القرْ ا ِن َو َج ِمي ِْع الطاعَا‬ َّ ‫َوال َّزكَا ِة َوال‬
‫ اِنَّهُ ه َُو ْال َغفُوْ ُر ال َّر ِح ْي ُم‬،ُ‫ فَا ْستَ ْغفِرُوْ ه‬،‫َولَ ُك ْم‬

Sumber: https://islam.nu.or.id/khutbah/khutbah-jumat-menumbuhkan-semangat-ibadah-dan-kebaikan-
di-tahun-baru-KkWhw

Anda mungkin juga menyukai