Anda di halaman 1dari 4

Khutbah Jum’at 

Keistimewaan Istighfar

‫ْن ُكلِّ ِه َو َك َفى ِباهَّلل ِ َش ِه ْي ًدا‬ ِ ‫ْن ْال َح ِّق لِي ُْظ ِه َرهُ َع َلى ال ِّدي‬ ِ ‫لح ْم ُد هَّلِل ِ الَّ ِذيْ َأرْ َس َل َرس ُْو َل ُه ِب ْالهُدَى َو ِدي‬ َ ‫ْا‬
‫ْك َل ُه وَأ ْش َه ُد َأنَّ م َُح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُ ُه‬ َ ‫َأ ْش َه ُد َأنْ الَِإل َه ِإالَّهَّللا ُ َوحْ دَ هُ الَ َش ِري‬
َ‫ َيآَأ ُّي َها الَّ ِذي َْن َءا َم ُن ْوا ا َّتقُ ْوا هَّللا َ َح َّق ُت َقا ِت ِه َوالَ َتم ُْو ُتنَّ ِإالَّ َوَأ ْن ُت ْم مُسْ لِم ُْو َن‬:‫َقا َل هَّللا ُ َت َعا َلى فِيْ ِك َت ِاب ِه ْال َك ِري ِْم‬
‫ يُصْ لِحْ َل ُك ْم َأعْ َما َل ُك ْم َو َي ْغفِرْ َل ُك ْم ُذ ُنو َب ُك ْم َو َمنْ يُطِ ِع هللا َو َرسُو َل ُه‬،‫ِين َآ َم ُنوا ا َّتقُوا هللا َوقُولُوا َق ْواًل َسدِي ًدا‬ َ ‫َيا َأ ُّي َها الَّذ‬
‫از َف ْو ًزا َعظِ يمًا‬ َ ‫َف َق ْد َف‬
َ ‫ص‬
‫دَق هللاُ ال َعظِ ي ْم‬ َ
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Pada hari yang mulia ini, pada hari Jum’at, tiada kata yang patut kita ucapkan melainkan rasa
syukur kepada Allah Subhānahū wa Ta’ālā yang telah melimpahkan rahmat dan karunia,
sehingga kita dapat menjalani kehidupan ini dengan penuh keridhaan-Nya.

Jama’ah Shalat Jum’at yang Berbahagia

Tidak lupa pula shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpah-tercurah kepada baginda
nabi Muhammad SAW yang merupakan contoh terbaik dalam menampilkan sikap syukur
dan sabar. Kalaulah tidak dengan kesabaran dan kegigihan beliau dalam memperjuangkan
agama Allah ini, sudah barang tentu kita tidak bisa mengecap indah dan lezatnya nikmat
Iman dan Islam.

Jama’ah Shalat Jum’at yang Berbahagia


Dalam Islam, salah satu cara yang biasanya dilakukan oleh seseorang ketika melakukan
kesalahan adalah membaca istighfar, yaitu memohon ampunan kepada Allah swt atas
kesalahan yang telah dilakukannnya.

Kata istighfar berasal dari kata ‫( غفر‬ghofaro yaghfiru) yang bermakna mengampuni atau
memaafkan. Di dalam kamus Al-Munawwir Istighfar diartikan (4 artian) yaitu mengampuni,
menutupi, memperbaiki, dan mendoakan. Kemudian menurut Imam Ar-Raghib Al-Asfahani
dalam kitabnya Mufradat li Alfadh Al-Qur’an, istighfar adalah meminta ampun kepada Allah
Swt dari segi ucapan dan juga perbuatan.

Istighfar dapat berarti memohon ampunan, bertaubat atas perbuatan buruk yang telah
dilakukan. Sebagai hamba, karena manusia sangat membutuhkan ampunan Allah, sehingga
sangat dianjurkan untuk beristighfar. Karena beristighfar dapat dilakukan di manapun dan
kapanpun setiap waktu. Kecuali pada tempat-tempat yang dilarang oleh syatiat.

Nabi Muhammad SAW telah bersabda yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. “Telah
menceritakan pada kami Yahya ibn Yahya dan Qutaibah ibn Sa’id dan Abu ar-Rabi’
al-‘Atakiy, seluruhnya dari Hammad. Yahya berkata: telah menceritakan pada kami
Hammad ibn Zaid dari Tsabit dari Abi Burdah. Dari al-‘Aghari al-Muzabiy, mereka semua
adalah para sahabat, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya istighfar itu
selalu meliputi hatiku dan sungguh aku selalu memohon ampun kepada Allah setiap hari
sebanyak seratus kali” [HR. Muslim].

Jama’ah Shalat Jum’at yang Berbahagia


Rasulullah saw saja yang kedudukannya jelas di sisi Allah mutlak masuk surga. Masih
beristighfar 100 kali dalam sehari, apalagi kita orang biasa yang tak pernah luput dari
kesalahan dan dosa. Oleh karena itu, khotib ingat kisah antara Imam Ahmad Bin Hambal
dengan Penjual Roti.

Jama’ah Shalat Jum’at yang Berbahagia


Imam Ahmad bin Hanbal adalah murid dari Imam Syafi’I yang dikenal juga sebagai Imam
Hanbali.

Di usia tua, ia bercerita, suatu waktu tanpa tahu alasannya tiba-tiba ingin ke kota di Irak.
Padahal tidak ada janji ataupun hajat di sana.

Akhirnya Imam Ahmad pergi sendiri menuju ke kota Bashrah, Irak. Ia bercerita saat tiba di
sana waktu Isya, kemudian ikut shalat berjamaah Isya di masjid. Hatinya terasa tenang,
kemudian istirahat di masjid.

Begitu selesai shalat dan jamaah bubar, Imam Ahmad ingin tidur di masjid. Tiba-tiba marbut
masjid datang menemui Imam Ahmad sambil bertanya, “Mengapa syekh (panggilan untuk
orang tua), mau apa di sini?”

Marbut tidak tahu kalau yang ditegurnya adalah Imam Ahmad. Imam Ahmad pun tidak
memperkenalkan dirinya. Di Irak semua orang kenal Imam Ahmad sebagai seorang ulama
besar dan ahli hadits. Sosok ulama yang sangat saleh dan zuhud. Zaman itu tidak ada foto
sehingga orang tidak tahu wajahnya, hanya tahu namanya sudah terkenal.

Imam Ahmad menjawab, “Saya ingin istirahat, saya musafir.” Marbut berkata, “Tidak boleh,
tidak boleh tidur di masjid.”

Imam Ahmad melanjutkan ceritanya, “(Di masjid itu) saya didorong-dorong oleh orang
(marbut) itu, disuruh keluar dari masjid, setelah keluar masjid, maka dikuncilah pintu
masjid.”

Setelah diusir dari dalam masjid, Imam Ahmad ingin tidur di teras masjid. Ketika sudah
berbaring di teras masjid, marbutnya datang lagi dan marah-marah kepada Imam Ahmad.

Marbut itu mengatakan, “Mau apa lagi syekh?” Imam Ahmad menjawab, “mau tidur, saya
musafir.” Marbut masjid menimpali, “di dalam masjid tidak boleh, di teras masjid juga tidak
boleh.”

Setelah itu Imam Ahmad diusir bahkan didorong dari teras masjid sampai ke jalanan.

Di samping masjid ada penjual roti yang rumahnya kecil, di rumah itu ia membuat dan
menjual roti. Penjual roti itu sedang membuat adonan, sambil melihat kejadian Imam Ahmad
didorong-dorong oleh marbut ke jalan.

Saat Imam Ahmad sampai di jalanan, penjual roti itu memanggil dari jauh dan mengajaknya
menginap di rumahnya. Imam Ahmad bersedia dengan ajak menginap itu.
Imam Ahmad masuk ke rumah penjual roti, duduk di belakangnya yang sedang membuat
roti. Imam Ahmad masih tidak memperkenalkan dirinya, ia layaknya seorang musafir.

Penjual roti ini perilakunya lain daripada umumnya, kalau Imam Ahmad tidak mengajak
berbicara, ia terus membuat adonan roti sambil membaca istighfar. Kalau diajak bicara baru
menjawab seperlunya.

Saat meletakkan garam membaca Astaghfirullah, memecahkan telur membaca


Astaghfirullah, mencampur gandum membaca Aastaghfirullah. Ia selalu mengucap istighfar.

Imam Ahmad memperhatikan terus, lalu bertanya, “Sudah berapa lama kamu lakukan ini
(membaca istighfar setiap saat)?” Penjual roti menjawab, “Sudah lama sekali syekh, saya
menjual roti sudah 30 tahun, jadi semenjak itu saya lakukan ini.”

Imam Ahmad bertanya lagi, “Apa hasil dari perbuatanmu ini?” Penjual roti menjawab,
“Hajat yang saya minta pasti dikabulkan Allah, semua yang saya minta kepada Allah
langsung diterima.”

Penjual roti menambahkan, “Semua dikabulkan Allah kecuali satu, masih satu yang belum
Allah kabulkan.” Imam Ahmad penasaran kemudian bertanya, “Apa itu?”

Penjual roti menjawab, “Saya minta kepada Allah supaya dipertemukan dengan Imam
Ahmad.”

Seketika itu juga Imam Ahmad bertakbir. Kemudian berkata, “Allah telah mendatangkan
saya jauh dari Baghdad ke Bashrah, bahkan sampai didorong-dorong marbut masjid itu
sampai ke jalanan karena istighfar yang kamu lakukan.”

‫ َو َت َق َّب َل هللاُ ِم ِّنيْ َو ِم ْن ُك ْم ِتالَ َو َت ُه ِإ َّن ُه ه َُو‬،‫الذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم‬ ِ ‫ َو َن َف َعنِيْ َوِإيَّا ُك ْ=م ِب َما فِ ْي ِه م َِن اَأْل َيا‬،‫ك هللاُ لِيْ َولَ ُك ْم فِيْ ْالقُرْ َأ ِن ْال َك ِري ِْم‬
ِّ ‫ت َو‬ َ ‫ار‬ َ ‫َب‬
‫ َواسْ َت ْغفِر ُْوهُ ِإ َّن ُه ه َُو ْال َغفُ ْو ُر الرَّ ِح ْي ُم‬،‫ال َّس ِم ْي ُع ْال َعلِي ِْم‬.
Khutbah Jumat kedua
ُ‫ْك َل ُه وَأ ْش َه ُد َأنَّ م َُح َّم ًدا َع ْب ُده‬
َ ‫ َأ ْش َه ُد َأنْ الَِإل َه ِإالَّهَّللا ُ َوحْ دَ هُ الَ َش ِري‬،‫ْن‬ ‫ُأ‬
ِ ‫ َو ِب ِه َنسْ َت ِعيْنُ َعلَى م ُْو ِر ال ُّد ْن َيا َوال ِّدي‬،‫لح ْم ُد هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِمي َْن‬
َ ‫ْا‬
‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬
‫ مَّا َبعْ ُد‬،‫ص ِّل َعلَى م َُح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو صْ َح ِاب ِه جْ َم ِعي َْن‬ َ ‫َو َرس ُْولُ ُه اللَّ ُه َّم‬

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah


Di khutbah yang kedua ini Khotib berpesan kepada para jama’ah sekalian dan terkusus untuk
diri khotib pribadi. Mari kita tingkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah Swt.
Mari kita laksanakan apa yang diperintahkan oleh Allah Swt dan Rasullnya dan mari kita
tinggalkan apa yang dilarang oleh Allah Swt dan Rasullnya.

Sahabat Abu Hurairah Radhiyaallahu ‘Anhu mengilustarikan makna takwa dengan


permisalan berhati-hati dalam menjalan hidup. ”Pernahkah engkau melewati suatu jalan dan
engkau melihat jalan itu penuh dengan duri? Bagaimana tindakanmu untuk melewatinya?”
Orang itu menjawab, ”Apabila aku melihat duri, maka aku menghindarinya dan berjalan di
tempat yang tidak ada durinya, atau aku langkahi duri-duri itu, atau aku mundur.” Abu
Hurairah cepat berkata, ”Itulah dia takwa!” (HR Ibnu Abi Dunya).

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah


Oleh karena itu khotib berpesan kepada seluruh jama’ah sekalian, supaya untuk
memperbanyak istighfar kepada Allah Swt. Dimana pun dan kapan pun berada.

Maka dari itu, mari berdoa kepada Allah Swt.

‫اركْ َع َلى م َُح َّم ٍد َو َع َلى‬ ِ ‫آل ِإب َْرا ِه ْي َم َو َب‬ ِ ‫ْت َع َلى ِإب َْرا ِه ْي َم َو َع َلى‬ َ ‫صلَّي‬ ِ ‫ص ِّل َع َلى م َُح َّم ٍد َو َع َلى‬
َ ‫آل م َُح َّم ٍد َك َما‬ َ ‫اَل ٰلّ ُه َّم‬
َ ‫ فِيْ ْال َعا َل ِمي َْن ِإ َّن‬،‫ت َع َلى ِإب َْرا ِه ْي َم َو َع َلى ِإب َْرا ِه ْي َم‬
‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬ َ ‫ار ْك‬
َ ‫آل م َُح َّم ٍد َك َما َب‬ ِ
ُ‫ك َس ِم ْي ٌع َق ِريْبٌ ُم ِجيْب‬ َ ‫ت ِإ َّن‬ ‫َأل‬
ِ ‫ت ْا حْ َيا ِء ِم ْن ُه ْم َو ْا م َْوا‬ ‫َأل‬ ْ ْ
ِ ‫ت َوالمُْؤ ِم ِني َْن والمُْؤ ِم َنا‬ ْ ْ
ِ ‫اغفِرْ لِلمُسْ لِمي َْن َوالمُسْ لِ َما‬ ْ ‫اللَّ ُه َّم‬
‫ت‬ِ ‫اجا‬َ ‫ت َف َيا َقاضِ َي ْال َح‬ ِ ‫الدَّعْ َوا‬
‫ َر َّب َنا َظ َلمْ َنا َأ ْنفُ َس َنا َو ِانْ َل ْم َت ْغفِرْ َل َنا َو َترْ َحمْ َنا َل َن ُك ْو َننَّ م َِن ْال َخاسِ ِري َْن‬،
ً‫ك عِ ْلمًا َنفِعًا َو ِر ْز ًقا َواسِ عًا َو َع َمالً ُم َت َق َّبال‬ َ ُ‫اللَّ ُه َّم ِإ َّنا َنسْ َئ ل‬.
‫ار‬ِ ‫اب ال َّن‬ َ ‫َر َّب َنا آ ِت َنا فِي ال ُّد ْن َيا َح َس َن ًة َوفِي ْاَألخ َِر ِة َح َس َن ًة َوقِ َنا َع َذ‬
‫ك َربِّ ْالع َِّز ِة َعمَّا يَصِ فُ ْو َن َو َسالَ ٌم َع َلى ْالمُرْ َسلِي َْن َو ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ َربِّ ْال َعا َل ِمي َْن‬ َ ‫ان َر ِّب‬َ ‫ُسب َْح‬

Anda mungkin juga menyukai