Anda di halaman 1dari 12

Tafsir Ibnu Katsir: Surat An-Nas

Surat An-Nas
(Manusia)
Makkiyah atau Madaniyyah, 6 ayat Turun sesudah Surat Al-Falaq
ِ‫الرحِ ِيم‬
َ ِ‫ن‬ِِ ‫الرحْ َم‬
َ ِ‫ّللا‬
َِِ ِ‫س ِِم‬
ْ ِ‫ب‬
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

An-Nas, ayat 1-6


ِ‫)ِمِ نَِِا ْل ِجنَ ِِة‬5(ِ‫اس‬
ِ ِ َ‫ُورِالن‬
ِِ ‫صد‬
ُ ِ‫سِفِي‬
ُِ ‫س ِو‬ ِ ِ َ‫اسِا ْل َخن‬
ْ ‫)ِالَذِيِيُ َو‬4(ِ‫اس‬ ْ ‫)ِمِ نِِْش َِِرِا ْل َو‬3(ِ‫اس‬
ِ ِ ‫س َو‬ ِ ِ َ‫)ِإِلَ ِِهِالن‬2(ِ‫اس‬
ِ ِ َ‫)ِ َملِكِِِالن‬1(ِ‫اس‬ ِِ ‫قُ ِْلِأَعُو ِذُِبِ َر‬
ِ ِ َ‫بِالن‬
)6(ِ‫اس‬ ِ ِ َ‫َوالن‬
Katakanlah, "Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia.
Sembahan manusia, dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan
(kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.

Ketiga ayat yang pertama merupakan sebagian dari sifat-sifat Allah Swt. yaitu sifat Rububiyah (Tuhan),
sifat Al-Mulk (Raja), dan sifat Uluhiyyah (Yang disembah). Dia adalah Tuhan segala sesuatu, Yang
memilikinya dan Yang disembah oleh semuanya. Maka segala sesuatu adalah makhluk yang diciptakan-
Nya dan milik-Nya serta menjadi hamba-Nya.

Orang yang memohon perlindungan diperintahkan agar dalam permohonannya itu menyebutkan sifat-sifat
tersebut agar dihindarkan dari kejahatan godaan yang bersembunyi, yaitu setan yang selalu mendampingi
manusia. Karena sesungguhnya tiada seorang manusia pun melainkan mempunyai qarin (pendamping)nya
dari kalangan setan yang menghiasi perbuatan-perbuatan fahisyah hingga kelihatan bagus olehnya. Setan
itu juga tidak segan-segan mencurahkan segala kemampuannya untuk menyesatkannya melalui bisikan dan
godaannya, dan orang yang terhindar dari bisikannya hanyalah orang yang dipelihara oleh Allah Swt.

Di dalam kitab sahih disebutkan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:

‫َماِمِ ْن ُك ِْمِمِ نِِْأَحَدِِإِ َِّلِقَ ِْدِ ُو ِك َِلِبِ ِِهِقَ ِرينَ ِة‬


Tiada seorang pun dari kamu melainkan telah ditugaskan terhadapnya qarin (teman setan) yang
mendampinginya.

Mereka bertanya, "Juga termasuk engkau, ya Rasulullah?" Beliau Saw. menjawab:

»ِ‫لِيَأ ْ ُم ُرنِيِإِ َِّلِبِ َخيْر‬ ْ َ ‫علَ ْي ِِهِفَأ‬


َِ َ‫سلَ َِمِف‬ َ ِ‫ّللاَِأَعَانَنِي‬
َِ َِِ‫«نَعَ ِْمِإِ َِّلِأَن‬
Ya, hanya saja Allah membantuku dalam menghadapinya; akhirnya ia masuk Islam, maka ia tidak
memerintahkan kepadaku kecuali hanya kebaikan.

Dan di dalam kitab Sahihain disebutkan dari Anas tentang kisah kunjungan Safiyyah kepada Nabi Saw.
yang saat itu sedang i'tikaf, lalu beliau keluar bersamanya di malam hari untuk menghantarkannya pulang
ke rumahnya. Kemudian Nabi Saw. bersua dengan dua orang laki-laki dari kalangan Ansar. Di saat melihat
Nabi Saw., bergegaslah keduanya pergi dengan cepat. Maka Rasulullah Saw. bersabda:Perlahan-lahanlah
kamu berdua, sesungguhnya ia adalah Safiyyah binti Huyayyin.
Maka keduanya berkata.”Subhanallah, ya Rasulullah." Rasulullah Saw. bersabda:

»‫ِأ َ ِْوِقَا َِلِش ًَّرا‬-‫ش ْيئ ًا‬ َِ ‫جْرىِالد َِِمِ َوإِنِيِ َخشِيتُِِأَنِِْيَ ْقذ‬
َ ِ‫ِفِفِيِقُلُوبِ ُك َما‬ َ ‫ْنِآ َد َِمِ َم‬ َ ‫ش ْي‬
ِِ ‫طانَِِيَجْ ِريِمِ نَِِاب‬ َ ‫«إِنَِِال‬
Sesungguhnya setan itu mengalir ke dalam tubuh anak Adam melalui aliran darahnya. Dan sesungguhnya
aku merasa khawatir bila dilemparkan sesuatu (prasangka buruk) ke dalam hati kamu berdua.

Al-Hafiz Abu Ya'la Al-Mausuli mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Bahr,
telah menceritakan kepada kami Addiy ibnu Abu Imarah, telah menceritakan kepada kami Ziyad An-
Numairi, dari Anas ibnu Malik yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:

ُِ َ‫اسِا ْل َخن‬
»‫اس‬ ْ ‫ِيِا ْلتَقَ َِمِقَ ْلبَ ِهُِفَذَلِكَِِا ْل َو‬
ُِ ‫س َو‬ َ َ‫ْنِآ َد َِمِفَ ِإنِِْذَك ََِرِهللاِ َخن‬
َِ ‫ِ َوإِنِِْنَس‬،‫س‬ ِِ ‫علَىِقَ ْل‬
ِِ ‫بِاب‬ َ ُِِ‫اضعِ َخ ْط َم ِه‬ َ ‫ش ْي‬
ِ ‫طانَِِ َو‬ َ ‫«ِِإنَِِال‬
Sesungguhnya setan itu meletakkan belalainya di hati anak Adam. Jika anak Adam mengingat Allah, maka
bersembunyi; dan jika ia lupa kepada Allah, maka setan menelan hatinya; maka itulah yang dimaksud
dengan bisikan setan yang tersembunyi.

Hadis ini berpredikat garib.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan
kepada kami Syu'bah, dari Asim, bahwa ia pernah mendengar Abu Tamimah yang menceritakan hadis
berikut dari orang yang pernah dibonceng oleh Nabi Saw. Ia mengatakan bahwa di suatu ketika keledai
yang dikendarai oleh Nabi Saw. tersandung, maka aku berkata, "Celakalah setan itu." Maka Nabi Saw.
bersabda:

َ ‫ّللاِتَصَا‬
‫غ َِرِ َحت َىِيصيرِمثلِالذبابِوغلب‬ ْ ‫ِ ِبا‬: َ‫ِبِقُ َوتِيِص ََر ْعت ُ ِهُِ َو ِإذَاِقُ ْلت‬:َ‫ظ َِمِ َوقَال‬
َِِ ِ‫س ِِم‬ َ ‫طانُِِتَعَا‬
َ ‫ش ْي‬ َِ ‫ِتَع‬: َ‫طانُِِفَ ِإنَكَِِ ِإذَاِقُ ْلت‬
َ ‫ِسِال‬ َ ‫ش ْي‬ َِ ‫« َِّلِتَقُ ِْلِتَع‬
َ ‫ِسِال‬
Janganlah engkau katakan, "Celakalah setan.” Karena sesungguhnya jika engkau katakan, "Celakalah
setan, "maka ia menjadi bertambah besar, lalu mengatakan, "Dengan kekuatanku, aku kalahkan dia.”
Tetapi jika engkau katakan, "Bismillah, "maka mengecillah ia hingga menjadi sekecil lalat.

Hadis diriwayatkan oleh Imam Ahmad, sanadnya jayyid lagi kuat. Dan di dalam hadis ini terkandung
makna yang menunjukkan bahwa hati itu manakala ingat kepada Allah, setan menjadi mengecil dan
terkalahkan. Tetapi jika ia tidak ingat kepada Allah, maka setan membesar dan dapat mengalahkannya.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar Al-Hanafi, telah menceritakan
kepada kami Ad-Dahhak ibnu Usman, dari Sa'id Al-Maqbari, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan
bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:

»ُ‫سكَنَِِلَ ِهُِ َزنَقَ ِهُِأ َ ِْوِأ َ ْل َج َم ِه‬


َ ِ‫ِفَ ِإذَا‬،ِ‫الر ُج ُِلِ ِبدَابَتِه‬
َ ِ‫س‬ َِ َ‫طانُِِفَأَب‬
ُِ ‫سِ ِب ِِهِ َك َماِيَ ِب‬ َ ‫ش ْي‬ ْ ‫«إِنَِِأ َ َح َد ُك ِْمِإِذَاِكَانَِِفِيِا ْل َم‬
َ ‫س ِج ِِدِجَا َءهُِِال‬
Sesungguhnya seseorang di antara kamu apabila berada di dalam masjid, lalu setan datang, lalu setan
diikat olehnya sebagaimana seseorang mengikat hewan kendaraannya. Dan jika ia diam (tidak berzikir
kepada Allah), maka setan berbalik mengikat dan mengekangnya.

Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa kalian dapat menyaksikan hal tersebut. Adapun yang dimaksud
dengan maznuq yakni orang yang diikat pada lehernya, maka engkau lihat dia condong seperti ini tidak
berzikir kepada Allah. Adapun orang yang dikekang, maka ia kelihatan membuka mulutnya dan tidak
mengingat Allah Saw. hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara munfarid.

Sa'id ibnu Jubair telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: setan yang
biasa bersembunyi. (An-Nas: 4) Bahwa setan bercokol di atas hati anak Adam. Maka apabila ia lupa dan
lalai kepada Allah setan menggodanya; dan apabila ia ingat kepada Allah maka setan itu bersembunyi. Hal
yang sama telah dikatakan oleh Mujahid dan Qatadah.

Al-Mu'tamir ibnu Sulaiman telah meriwayatkan dari ayahnya, bahwa pernah diceritakan kepadanya,
sesungguhnya setan yang banyak menggoda itu selalu meniup hati anak Adam manakala ia sedang
bersedih hati dan juga manakala sedang senang hati. Tetapi apabila ia sedang ingat kepada Allah, maka
setan bersembunyi ketakutan.

Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya, Al-waswas," bahwa
makna yang dimaksud ialah setan yang membisikkan godaannya; apabila yang digodanya taat kepada
Allah, maka setan bersembunyi.

Firman Allah Swt.:

ِ َ‫ُورِالن‬
}‫اس‬ ِِ ‫صد‬
ُ ِ‫سِفِي‬ ْ ‫{الَذِيِي ُ َو‬
ُِ ‫س ِو‬
yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. (An-Nas: 5)

Apakah makna ayat ini khusus menyangkut Bani Adam saja sebagaimana yang ditunjukkan oleh makna
lahiriah ayat, ataukah lebih menyeluruh dari itu menyangkut Bani Adam dan jin? Ada pendapat
mengenainya, yang berarti makhluk jin pun termasuk ke dalam pengertian lafaz an-nas secara prioritas.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa adakalanya digunakan lafaz rijalun minal jin (laki-laki dari kalangan jin)
ditujukan terhadap mereka, maka tidaklah heran bila mereka (jin) dikatakan dengan istilah an-nas.

Firman Allah Swt.:

ِ َ‫{مِ نَِِا ْل ِجنَ ِِةِ َوالن‬


}‫اس‬
dari (golongan) jin dan manusia. (An-Nas: 6)

Apakah ayat ini merupakan rincian dari firman-Nya: yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada
manusia. (An-Nas: 5) Kemudian dijelaskan oleh firman berikutnya: dari (golongan)jin dan manusia. (An-
Nas: 6)

Hal ini menguatkan pendapat yang kedua. Dan menurut pendapat yang lainnya, firman-Nya berikut
ini: dari (golongan) jin dan manusia. (An-Nas: 6) merupakan tafsir dari yang selalu membisikkan
godaannya terhadap manusia, yaitu dari kalangan setan manusia dan setan jin. Sebagaimana pengertian
yang terdapat di dalam firman-Nya:

ً ‫فِا ْلقَ ْو ِِلِغُ ُرورِا‬


َِ ‫ض ُه ِْمِإِلىِبَ ْعضِِزُ ْخ ُر‬ ِِ ‫سِ َوا ْل ِج‬
ُ ‫نِي ُوحِ يِبَ ْع‬ ِ ِ ‫اْل ْن‬ َ ِِ‫َوكَذلِكَِِ َجعَ ْلناِ ِلك ُِِلِنَبِي‬
ِ ْ َِِ‫عد ًُّواِشَياطِ ين‬
Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari
jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-
indah untuk menipu(manusia). (Al-An'am: 112)

Dan semakna dengan apa yang disebutkan oleh Imam Ahmad, bahwa:

ِ‫سلَ َِم‬َ ‫علَ ْي ِِهِ َو‬ َِ ِ‫صلَى‬


َ ُِ‫ّللا‬ َِِ ِ‫ِأَتَيْتُِِ َرسُو َِل‬:َ‫ِعَنِِْأ َ ِبيِذَرِِقَال‬،‫اش‬
َ ِ‫ّللا‬ ِ ‫ش َخ‬ ْ ‫ْنِا ْل َخ‬ ِِ ‫عبَ ْي ِِدِب‬ ُ ِ‫ِ َح َدثَنَا‬،‫ِي‬ ُّ ‫شق‬ ْ ‫الد َم‬ ِ ِ‫ع َمر‬ ُ ِ‫ِ َح َدثَنَاِأَبُو‬،‫ِي‬ ُّ ‫سعُود‬ ْ ‫ِ َح َدثَنَاِا ْل َم‬،‫َح َدثَنَاِ َوكِيع‬
ِ،‫ِ"يَاِأَبَاِذَر‬:َ‫ستُِِفَقَال‬ َ
ْ َ َ ‫ل‬ ‫ج‬ِِ
‫م‬ ُ ‫ث‬ ِ ، ‫ي‬
ُ‫ْت‬ َ ‫ل‬ ‫ص‬
َ َ ‫ف‬ ِ ُِ‫ت‬ ‫م‬
ْ ُ ‫ق‬َ ‫ف‬ِ :َ‫ل‬ ‫ا‬َ ‫ق‬ ِ." ‫َل‬
ِ ‫ص‬َ ‫ف‬ ِ ِ
‫م‬
ْ ُ ‫ق‬ " ِ:َ‫ل‬ ‫ا‬ َ ‫ق‬ ِ . َ
‫ّل‬ ِ : ُ‫ت‬ ْ
‫ل‬ ُ ‫ق‬ِ ." ِ‫؟‬ ‫ي‬
َ‫ْت‬ َ ‫ل‬ ‫ص‬
َ ِ ِ
‫ل‬
ْ َ ‫ه‬ ِ ،‫ر‬َ ‫ذ‬ ِ‫ا‬ ‫ب‬
َ ََ ‫أ‬ِ ‫ا‬‫ي‬" ِ:َ
‫ل‬ ‫ا‬َ ‫ق‬َ ‫ف‬ِ ، ُ‫ْت‬ ‫س‬ َ ‫ل‬ ‫ِفَ َج‬،ِ‫س ِجد‬ ْ ‫َوه َُِوِفِيِا ْل َم‬
َ ُ
ِ:َ‫ِالصَلة؟ِقال‬،‫ّللا‬ َ ِ َ ِ‫سو َِل‬ ْ ُ َ
ُ ‫ِيَاِ َر‬: ُ‫ِقلت‬:َ‫ِقال‬."‫ِ"نعَ ْم‬:َ‫شيَاطِ ينُ؟ِقال‬ َ َ َ ِ‫س‬ ْ
ِ ِ ‫ِْلن‬ ْ
ِ ‫ِ َول‬،‫ّللا‬ ِ َ ِ‫سو َِل‬ ْ ُ
ُ ‫ِيَاِ َر‬: ُ‫ِقلت‬:َ‫ قال‬."‫سِ َوال ِج ِن‬َ ْ ِ ِ ‫اْلن‬ْ ْ
ِ ِ‫ين‬ ِِ ِ‫شيَاط‬ َِِ ْ ِ‫تَعَ َو ِْذِب‬
َ ِ‫الْلِمِِنِِْش َِِر‬
ِ،‫ّللا‬
ِ َ ِ‫سو َِل‬ ُ
ُ ‫ِيَاِ َر‬: ُ‫ِق ْلت‬."‫ّللاِِ َم ِزيد‬ َِ ِ‫ِ َو ِع ْن َِد‬،‫ئ‬ َ َ
ُ ‫ِ"ف ْرضِِيُجْ ِز‬:َ‫ّللاِف َماِالص َْو ُم؟ِقال‬ َ َِِ ِ‫سو َِل‬ ُ َ َ َ َ
ُ ‫ِيَاِ َر‬: ُ‫ِق ْلت‬."‫ِ َو َمنِِْشَا َِءِأ ْكث َر‬،َ‫ِ َمنِِْشَا َِءِأقل‬،‫" َخي ُِْرِ َم ْوضُوع‬
ِ‫ي‬ُِّ َ ‫ِأ‬،‫ّللا‬
ِ َ ِ‫سو َِل‬ ُ ‫ِيَاِ َر‬: ُ‫ِقُ ْلت‬."‫ِأ َ ِْوِسِرِِإِلَىِفَقِير‬،‫ِ" ُجهدِمِ نِِْ ُمقل‬:َ‫ضلُ؟ِقَال‬ َ ‫ِأَيُّهَاِأ َ ْف‬،‫ّللا‬
ِ َ ِ‫سو َِل‬ ُ ‫ِيَاِ َر‬: ُ‫ِقُ ْلت‬."‫عفَة‬ َ ‫ضعَافِِ ُمضَا‬ ْ َ ‫ِ"أ‬:َ‫ص َدقَةُ؟ِقَال‬ َ ‫فَال‬
ِِ‫ِ"ثَلَثُمِ ائ َة‬:َ‫سلُونَ ؟ِقَال‬ َ ‫ِك َِِمِا ْل ُم ْر‬،‫ّللا‬ ُ ‫ِيَاِ َر‬: ُ‫ِق ُ ْلت‬."‫ِنَ ِبيِِ ُم َكلَم‬،‫ِ"نَ ِع َم‬:َ‫ِ َونَ ِبيِِكَانَ ؟ِقَال‬،ِ‫ّللا‬
ِ َ ِ‫سو َِل‬ َ ِ‫سو َِل‬ُ ‫ِيَاِ َر‬: ُ‫ِقُ ْلت‬."‫ِ"آ َد ُم‬:َ‫ْاْل َ ْنِِبيَاءِِِكَانَِِأ َ َولَ؟ِقَال‬
َِ ِ:ِ‫ِ"آيَ ِة ُِا ْلك ُْرسِي‬:َ‫علَيْكَِِأعظم؟ قَال‬
ِ‫{ّللا ُِ َِّلِإِلَ ِهَِ ِإّلِه َُِو‬ َ ِ‫ِأَيُّ َماِأ ُ ْن ِز َِل‬،‫ّللا‬ ِِ
‫ل‬ ‫و‬ ‫س‬ ‫ر‬
ِ َ َ ُ َ َ ُ‫ت‬ ِ ‫ا‬ ‫ي‬ِ : ْ
‫ل‬ ُ ‫ق‬ِ ." ‫ر‬
َ ِ
‫ش‬
ْ ‫ع‬
َ َِ ِ
‫ة‬ َ ْ ‫ِ" َخ‬:ً‫ِ َوقَا َِلِ َم َرة‬."‫فيرا‬
‫س‬ ‫م‬ ً ‫غ‬ َ َِ‫ضعَ ِة‬
َ ِ‫ِ َج ًّما‬،‫عش َْر‬ ْ ‫َو ِب‬
َ ْ
}‫َيِالقيُّو ُم‬ ُِّ ‫الح‬ ْ

telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Al-Mas’udi, telah menceritakan
kepada kami Abu Umar Ad-Dimasyqi, telah menceritakan kepada kami Ubaid Al-Khasykhasy, dari Abu
Zaryang telah menceritakan bahwa ia datang kepada Rasulullah Saw. yang saat itu berada di dalam masjid.
lalu ia duduk. maka Rasulullah Saw. bertanya, "Hai Abu Zar, apakah engkau telah salat?" Aku (Abu Zar)
menjawab, "Belum." Rasulullah Saw. bersabda, "Berdirilah dan salatlah kamu!" Maka aku berdiri dan
salat, setelah itu aku duduk lagi dan beliau Saw. bersabda: Hai Abu Zar, mohonlah perlindungan kepada
Allah dari kejahatan setan manusia dan setan jin. Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah setan manusia
itu ada?" Beliau Saw. menjawab, "Ya ada." Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah dengan
salat?" Rasulullah Saw. menjawab: Salat adalah sebaik-baik pekerjaan; barang siapa yang ingin
mempersedikitnya atau memperbanyaknya (hendaklah ia melakukan apa yang disukainya —dari salatnya
itu—). Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah dengan puasa?" Rasulullah Saw. menjawab: Amal
fardu yang berpahala dan di sisi Allah ada tambahannya. Aku bertanya, "Wahai Rasulullah,
bagaimanakah dengan sedekah?" Rasulullah Saw. menjawab, "Pahalanya dilipatgandakan dengan
kelipatan yang banyak." Aku bertanya, "Manakah sedekah yang terbaik, wahai Rasulullah?" Rasulullah
Saw. menjawab: Hasil jerih payah dari orang yang merasa sedikit atau yang dilakukan dengan sembunyi-
sembunyi kepada orang yang fakir. Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, nabi manakah yang paling
pertama?" Beliau menjawab, "Adam." Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah dia seorang nabi?" Nabi
Saw. menjawab, "Ya, dia seorang nabi dan juga orang yang pernah diajak bicara langsung oleh Allah Swt."
Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, ada berapakah para rasul itu?" Rasulullah Saw. menjawab, "Tiga ratus
belasan orang, jumlah yang cukup banyak." Di lain kesempatan beliau Saw. bersabda, "Tiga ratus lima
belas orang rasul." Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, wahyu apakah yang paling besar yang pernah
diturunkan kepada engkau?" Rasulullah Saw. menjawab: Ayat kursi, yaitu, "Allah, tidak ada Tuhan (yang
berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup Kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya).”(Al-
Baqarah: 255)

Imam Nasai meriwayatkan hadis ini melalui Abu Umar Ad-Dimasyqi dengan sanad yang sama. Hadis ini
telah diriwayatkan dengan sangat panjang lebar oleh Imam Abu Hatim ibnu Hibban di dalam kitab
sahihnya melalui jalur Lain dan lafaz Lain yang panjang sekali; hanya Allah-Iah Yang Maha Mengetahui.

ِِ‫ِجَا َِءِ َر ُجل‬:َ‫عبَاسِِقَال‬ َ ِ‫ْن‬ ِِ ‫َنِاب‬


ِِ ‫ِع‬،‫شدَاد‬ َ ِ‫ْن‬ ِِ ‫ّللاِب‬
َِِ ِ‫ع ْب ِِد‬ َ ِِْ‫ِعَن‬،‫ّللاِِاله َْمداني‬ َِ ِ‫ع ْب ِِد‬
َ ِ‫ْن‬ ِِ ‫ِعَنِِْذَ ِِرِب‬،‫صور‬ ُ ِِْ‫ِعَن‬،‫ِ َح َدثَنَاِ َوكِيع‬:ُ‫اْل َما ُِمِأَحْ َمد‬
ُ ‫ِعَنِِْ َم ْن‬، َ‫س ْفيَان‬ ِ ْ ِ‫قَا َِل‬
ِ‫ي‬ُِّ ِ‫ِفَقَا َِلِالنَب‬:َ‫ِقَال‬.ِ‫يِمِ نِِْأَنِِْأَت َ َكلَ َِمِبِه‬ ُِّ ‫س َماءِِِأَح‬
َِ َ‫َبِإِِل‬ َ ‫ِثِنَ ْفسِيِ ِبالش َْيءِِِ َْلَنِِْأَخِ َِرِمِ نَِِال‬ ُِ ‫ِإِنِيِأُحَد‬،ِ‫ّللا‬
َ ِ‫سو َِل‬ ُ ‫ِيَاِ َر‬:َ‫سلَ َِمِفَقَال‬
َ ‫علَ ْي ِِهِ َو‬ َِ ِ‫صلَى‬
َ ُِ‫ّللا‬ ِ ِ‫إِلَىِالنَب‬
َ ِِ ‫ي‬
."ِ‫سة‬ ‫و‬
َ َْ َ ‫س‬ ‫و‬ ْ
‫ل‬ ‫ا‬ِ‫ى‬ َ ‫ل‬‫إ‬ِ ِ
‫ه‬ ‫د‬
َ
ِ ُ ْ َ‫ي‬ َ
‫ك‬ ِ ِ
‫د‬
َ ‫ر‬ ِ‫ِي‬ ‫ذ‬َ ‫ل‬ ‫ا‬ِ ِ
‫لْل‬
َِِ ِْ ِ
‫د‬
ُ ‫َم‬‫ح‬ ْ
‫ل‬ ‫ا‬ِ ، ‫ر‬ ‫ب‬ ْ
‫ك‬ َ ‫أ‬ِ
َُ َُ َُ َُِ
‫ّللا‬ ِ ِ
‫ر‬ ‫ب‬‫ك‬ْ َ ‫أ‬ِ ِ
‫"ّللا‬ِ : ‫م‬ َ ‫ل‬‫س‬ ‫و‬ِِ
‫ه‬
َ َ َ ِ ْ َُ ‫ي‬ َ ‫ل‬‫ع‬َ ِ ِ
‫ّللا‬ ِ ‫ى‬ َ ‫ل‬ ‫ص‬
َ
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki' dari Sufyan, dari Mansur, dari Zar ibnu
Abdullah Al-Hamdani, dari Abdullah ibnu Syaddad, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa seorang
lelaki datang kepada Nabi Saw., lalu bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya dalam hatiku timbul
suatu pertanyaan yang tidak berani aku mengatakannya. Lebih aku sukai jikalau aku dijatuhkan dari atas
langit daripada mengutarakannya." Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, bahwa lalu Nabi Saw.
bersabda: Allah Mahabesar, Allah Mahabesar, segala puji bagi Allah yang telah menolak tipu daya setan
hingga hanya sampai batas bisikan (belaka).

Imam Abu Daud dan Imam Nasai telah meriwayatkannya melalui hadis Mansur, sedangkan menurut
riwayat Imam Nasai ditambahkan Al-A'masy, keduanya dari Zar dengan sanad yang sama.
TAFSIR SURAT AN-NAAS

Oleh

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Allah berfirman:

Artinya :

“Katakanlah : “Aku berlindung kepada Rabb manusia” [An-Naas : 1]

“Raja Manusia” [An-Naas : 2]

“Sembahan manusia” [An-Naas : 3]

“Dari kejahatan (bisikan) syetan yang biasa bersembunyi” [An-Naas : 4]

“Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam manusia” [An-Naas : 5]

“Dari jin dam manusia” [An-Naas : 6]

Mengenai “basmalah” telah berlalu penjelasannya

Allah berfirman :

“Artinya : Katakanlah : “Aku berlindung kepada Rabb (yang memelihara dan menguasai) manusia”
[An-Naas : 1]

Dia adalah Allah Azza wa Jalla. Dia adalah Rabb manusia dan yang lainnya. Rabb manusia, malaikat,
jin, langit, bumi, matahari, bulan dan Rabb segala sesuatu. Tetapi pada surat ini, dikhususkan pada
manusia.

“Maliki an-naas” yaitu Raja yang mempunyai kekuasaan yang tertinggi terhadap manusia,
kekuasaanNya sangat sempurna, Dia-lah Allah Azza wa Jalla.

“Ilaahi an-naas” adalah tuhan dan sembahan mereka. Sesembahan yang hak yaitu yang dituhankan
oleh hati, dicintai dan diagungkanNya, Dialah Allah Azza wa Jalla.
“Dari kejahatan (bisikan) syetan yang biasa bersembunyi” [An-Naas : 4]

“Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam manusia” [An-Naas : 5]

“Dari jin dam maunusia” [An-Naas : 6]

Berkata para ulama : “al-waswas” ialah masdar (kata dasar) yang berarti isim fa’il. Yaitu, “al-waswas”
atau “al-waswasah”, maksudnya : apa yang terlintas dalam hati berupa fikiran, sangkaan, khayalan,
yang tidak ada kebenarannya.

“Al-khannaas” ialah yang memerpdayakan, mengganggu, yang pergi dan datang ketika seseorang
berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla, dia adalah syetan. Oleh karena itu, jika adzan berkumandang
syetan akan lari terkentut-kentut sehngga tidak lagi terdengar adzan tersebut. Ia akan kembali jika
adzan selesai. Dan akan kembali lari jika mendengar iqamah. Jika iqamah selesai, ia akan kembali
untuk mengganggu orang yang sedang shalat. Ia akan katakan : ingatlah ini, ingatlah ini. Orang itu
terus diganggu sehingga ia tidak mengetahui berapa rakaat yang telah ia kerjakan. [1] Oleh karena
itu, terdapat dalam sebuah atsar.

“Artinya : Jika syaithan datang mengganggu maka segeralah kumandangkan adzan” [2]

“Al-ghilan” ialah syetan yang dikhayalkan seorang musafir seolah-olah sesuatu yang menakutkan,
atau kedatangan musuh atau yang seumpamanya. Jika seseorang takbir, syetan itu akan lari.

“Min al-jannati wa an-naas” was-was (bisikan) ini bisa dari jin ataupun dari manusia. Adapun was-
was yang datang dari jin, adalah hal yang nyata, sebab ia mengalir di aliran darah manusia. Adapun
was-was dari manusia yaitu dengan membisikkan kepada orang lain suatu kejahatan dan
menghiasinya, sehingga orang itu menerima kejahatan tersebut, kemudian ia pun pergi
meninggalkan orang tersebut.

Ketiga surat ini (Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Naas) dibaca Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika
beliau hendak pergi keperaduan ; beliau menghembuskan ke telapak tangannya kemudian
mengusapkannya ke wajah dan anggota badannya yang dapat ia usap, [3] dan terkadang beliau
membacanya setiap selesai shalat fardhu. [4]

Maka sudah sepantasnya bagi seorang insan melaksanakan sunnah ini dengan membaca tiga surat
tersebut pada tempat-tempat yang telah ditentukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dengan ini, berakhirlah juz terkahir dari Al-Qur’an, yaitu juz An-Naba’.
Wallahu A’lam. Shalawat dan salam semoga terlimpah atas Nabi kita Muhammad dan seluruh shabat
beliau.

[Disalin dari kitab Tafsir Juz ‘Amma, edisi Indonesia Tafsir Juz ‘Amma, penulis Syaikh Muhammad bin
Shalih Al-Utsaimin, penerjemah Abu Ihsan Al-Atsari, penerbit At-Tibyan – Solo]

________

Foot Note

[1]. Hadits riwayat Al-Bukhari dalam Kitab Adzan, bab : Fadhilah adzan, no. 607. Muslim dalam kitab
Shalat, bab ; Fadhilah adzan dan larinya syetan ketika mendengarnya, no. 389, 83

[2]. Hadits riwayat Ahmad dalam Musnad, no. 14277

[3]. Hadits riwayat Al-Bukhari dalam kitab Fadhilah Al-Qur’an, bab : Fadhilah Mu’awwidzaat, no.
5017

[4] Hadits riwayat Abu Daud dalam Kitab Witir, bab : Istighfar, no. 1523. An-Nasa’i dalam Kitab As-
Sahwi (lupa), bab : Perintah membaca Al-Mu’awwidzzat setelelah salam, no. 1337. Al-Hakim I/253
dan ia menshahihkan hadits ini karena sesuai dengan syarat Muslim

Sumber: https://almanhaj.or.id/1513-tafsir-surat-an-naas.html
Sūrat-un-Nās
(Manusia)

Makkiyyah atau Madaniyyah, 6 ayat


Turun sesudah Sūrat-ul-Falaq

‫الرحِ ي ِْم‬
َّ ‫من‬
ِ ْ‫الرح‬
َّ ِ‫ِبس ِْم هللا‬
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

An-Nās, ayat 1-6

‫ ِم ْن ش َِر‬.‫اس‬ ِ َّ‫ ِإل ِه الن‬.‫اس‬ِ َّ‫ َم ِل ِك الن‬.‫اس‬ ِ َّ‫ب الن‬ ُ َ ‫قُ ْل أ‬


ِ ‫ع ْوذُ ِب َر‬
‫ ِمنَ ْال ِجنَّ ِة‬.‫اس‬ِ َّ‫صد ُْو ِر الن‬ُ ‫س فِ ْي‬ ْ ‫ الَّذ‬.‫اس‬
ُ ‫ِي يُ َو ْس ِو‬ ِ َّ‫اس ْال َخن‬ ِ ‫ْال َو ْس َو‬
‫اس‬ ِ َّ‫َو الن‬
[114:1]. Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia.
[114:2]. Raja manusia.
[114:3]. Sembahan manusia.
[114:4]. dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi,
[114:5]. yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia.
[114:6]. dari (golongan) jin dan manusia.

Ketiga ayat yang pertama merupakan sebagian dari sifat-sifat Allah s.w.t. yaitu
sifat Rubūbiyyah (Tuhan), sifat al-Malik (Raja), dan sifat Ulūhiyyah (Yang disembah). Dia adalah
Tuhan segala sesuatu. Yang memilikinya dan Yang disembah oleh semuanya. Maka segala sesuatu
adalah makhluk yang diciptakan-Nya dan milik-Nya serta menjadi hamba-Nya.

Orang yang memohon perlindungan diperintahkan agar dalam permohonannya itu menyebutkan
sifat-sifat tersebut agar dihindarkan dari kejahatan godaan yang bersembunyi, yaitu setan yang
selalu mendampingi manusia. Karena sesungguhnya tiada seorang manusia pun melainkan
mempunyai qarīn (pendamping)-nya dari kalangan setan yang menghiasi perbuatan-
perbuatan fāḥisyah hingga kelihatan bagus olehnya. Setan itu juga tidak segan-segan mencurahkan
segala kemampuannya untuk menyesatkannya melalui bisikan dan godaannya, dan orang yang
terhindar dari bisikannya hanyalah orang dipelihara oleh Allah s.w.t.

Di dalam kitab shaḥīḥ disebutkan bahwa Rasulullah s.a.w. telah bersabda:


ُ‫َما مِ ْن ُك ْم مِ ْن أ َ َح ٍد إِالَّ قَ ْد ُو ِك َل بِ ِه قَ ِر ْينُه‬

Tiada seorang pun dari kamu melainkan telah ditugaskan terhadapnya qarin (teman setan) yang
mendampinginya.

Mereka bertanya, “Juga termasuk engkau, ya Rasulullah?” Beliau s.a.w. menjawab:

‫ فَالَ يَأ ْ ُم ُرنِ ْي إِالَّ بِ َخي ٍْر‬،‫ع َل ْي ِه فَأ َ ْسلَ َم‬ َ َ ‫ إِالَّ أ َ َّن هللاَ أ‬،‫نَعَ ْم‬
َ ‫عانَنِ ْي‬
Ya, hanya saja Allah membantuku dalam menghadapinya; akhirnya ia masuk Islam, maka ia tidak
memerintahkan kepadaku kecuali hanya kebaikan.

Dan di dalam kitab Shaḥīḥain disebutkan dari Anas tentang kisah kunjungan Shafiyyah kepada Nabi
s.a.w. yang saat itu sedang i‘tikaf, lalu beliau keluar bersamanya di malam hari untuk
menghantarkannya pulang ke rumahnya. Kemudian Nabi s.a.w. bersua dengan dua orang laki-laki
dari kalangan Anshar. Di saat melihat Nabi s.a.w., bergegaslah keduanya pergi dengan cepat. Maka
Rasulullah s.a.w. bersabda:

ِ ‫ص ِفيَّةُ بِ ْن‬
ٍ ‫ت ُحيَي‬ َ ‫ إِنَّ َها‬،‫علَى ِر ْس ِل ُك َما‬
َ
Perlahan-lahanlah kamu berdua, sesungguhnya ia adalah Shafiyyah binti Huyayyin.

Maka keduanya berkata, “Subhanallah, ya Rasulallah.” Rasulullah s.a.w. bersabda:

‫ ش ًَّرا‬:َ‫ش ْيئًا ـ أ َ ْو قَال‬ َ ‫ َو إِنِ ْي َخ ِشيْتُ أ َ ْن يَ ْقذ‬،‫جْرى الد َِّم‬


َ ‫ِف فِ ْي قُلُ ْوبِ ُك َما‬ َ ‫ي مِ ِن اب ِْن آدَ َم َم‬ َ ‫ش ْي‬
ْ ‫طانَ يَجْ ِر‬ َّ ‫إِ َّن ال‬

Sesungguhnya setan itu mengalir ke dalam tubuh anak Adam melalui aliran darahnya. Dan
sesungguhnya aku merasa khawatir bila dilemparkan sesuatu (atau prasangka buruk) ke dalam
hati kamu berdua.

Al-Hafizh Abu Ya‘la al-Maushuli mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Bahr, telah menceritakan kepada kami ‘Addiy ibnu Abu Imarah, telah menceritakan kepada kami
Ziyad an-Namairi, dari Anas ibnu Malik yang mengatakan bahwa Rasulullah s.a.w. telah bersabda:

ُ َّ‫اس ْال َخن‬


‫اس‬ ُ ‫ فَذلِكَ ْال َوس َْو‬،ُ‫ إِ ْلتَقَ َم قَ ْلبَه‬،‫ِي‬ ِ ‫علَى قَ ْل‬
َ ‫ فَإ ِ ْن ذَك ََر هللاَ َخن‬،‫ب اب ِْن آدَ َم‬
َ ‫ َو إِ ْن نَس‬،‫َس‬ ْ ‫اض ٌع خ‬
َ ُ‫َط َمه‬ َ ‫ش ْي‬
ِ ‫طانَ َو‬ َّ ‫إِ َّن ال‬

Sesungguhnya setan itu meletakkan belalainya di hati anak Adam. Jika anak Adam mengingat
Allah, maka bersembunyi; dan jika ia lupa kepada Allah, maka setan menelan hatinya; maka
itulah yang dimaksud dengan bisikan setan yang tersembunyi.

Hadits ini berpredikat gharīb.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja‘far, telah
menceritakan kepada kami Syu‘bah, dari ‘Ashim, bahwa ia pernah mendengar Abu Tamimah yang
menceritakan hadits berikut dari orang yang pernah dibonceng oleh Nabi s.a.w.. Ia mengatakan
bahwa di suatu ketika keledai yang dikendarai oleh Nabi s.a.w. tersandung, maka aku berkata,
“Celakalah setan itu.” Maka Nabi s.a.w. bersabda:

‫صي َْر مِ ثْ َل‬ َ َ ‫ ت‬،ِ‫ بِاس ِْم هللا‬: َ‫ َو إِذَا قُ ْلت‬،ُ‫ص َر ْعتُه‬
ِ َ‫صاغ ََر َحتَّى ي‬ َ ‫ بِقُ َّوتِ ْي‬:َ‫ظ َم َو قَال‬
َ ‫ تَعَا‬، ُ‫طان‬
َ ‫ش ْي‬ َ ‫ تَع‬: َ‫طانُ ؛ فَإِنَّكَ إِذَا قُ ْلت‬
َّ ‫ِس ال‬ َ ‫ش ْي‬ َ ‫ تَع‬:‫الَ تَقُ ْل‬
َّ ‫ِس ال‬
‫ِب‬َ ‫غل‬ ُ ‫ َو‬،‫ب‬ ِ ‫الذُّبَا‬
Janganlah engkau katakan, “Celakalah setan.” Karena sesungguhnya jika engkau katakan,
“Celakalah setan,” maka ia menjadi bertambah besar, lalu mengatakan, “Dengan kekuatanku,
aku kalahkan dia.” Tetapi jika engkau katakan, “Bismillāh,” maka mengecillah ia hingga menjadi
sekecil lalat (atau dikuasai).

Hadis diriwayatkan oleh Imam Ahmad, sanadnya jayyid lagi kuat. Dan di dalam hadis ini terkandung
makna yang menunjukkan bahwa hati itu manakala ingat kepada Allah, setan menjadi mengecil dan
terkalahkan. Tetapi jika ia tidak ingat kepada Allah, maka setan membesar dan dapat
mengalahkannya.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar al-Hanafi, telah
menceritakan kepada kami adh-Dhahhak ibnu ‘Utsman, dari Sa‘id al-Maqbari, dari Abu Hurairah r.a.
yang mengatakan bahwa Rasulullah s.a.w. telah bersabda:
ُ ‫ أ َ ْل َج َمه‬:‫ أ َ ْو‬،ُ‫ زَ نَقَه‬،ُ‫س َكنَ لَه‬
َ ‫ فَإِذَا‬،ِ‫الر ُج ُل ِبدَابَّتِه‬
َّ ‫س‬ َ ‫ فَأ َ َب‬، ُ‫طان‬
َ ‫س ِب ِه َك َما َي ِب‬ َّ ‫ َجا َءهُ ال‬،ِ‫ِإ َّن أ َ َحدَ ُك ْم ِإذَا َكانَ فِي ْال َمس ِْجد‬
َ ‫ش ْي‬
Sesungguhnya seseorang di antara kamu apabila berada di dalam masjid, lalu setan datang, lalu
setan diikat olehnya sebagaimana seseorang mengikat hewan kendaraannya. Dan jika ia diam
(tidak berzikir kepada Allah), maka setan berbalik mengikat dan mengekangnya.

Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa beliau dapat menyaksikan hal tersebut. Adapun yang
dimaksud dengan maznūq yakni orang yang diikat pada lehernya, maka engkau lihat dia condong
seperti ini tidak berzikir kepada Allah. Adapun orang yang dikekang, maka ia kelihatan membuka
mulutnya dan tidak mengingat Allah s.w.t. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad
secara munfarid.

Sa‘id ibnu Jubair telah meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:

ِ َّ‫اس ْال َخن‬


‫اس‬ ِ ‫ْال َوس َْو‬
Setan yang biasa bersembunyi (an-Nās: 4)

Bahwa setan bercokol (bersarang, bertempat tinggal – para penjahat dsb.) di atas hati anak Adam.
Maka apabila ia lupa dan lalai kepada Allah setan menggodanya, dan apabila ia ingat kepada Allah
maka setan itu bersembunyi. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid dan Qatadah.

Al-Mu’tamir ibnu Sulaiman telah meriwayatkan dari ayahnya, bahwa pernah diceritakan kepadanya,
sesungguhnya setan yang banyak menggoda itu selalu meniup hati anak Adam manakala ia sedang
bersedih hati dan juga manakala sedang senang hati. Tetapi apabila ia sedang ingat kepada Allah,
maka setan bersembunyi ketakutan.

Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya, al-waswas,
bahwa makna yang dimaksud ialah setan yang membisikkan godaannya; apabila yang digodanya taat
kepada Allah, maka setan bersembunyi.

Firman Allah s.w.t.:

ِ َّ‫صد ُْو ِر الن‬


‫اس‬ ُ ‫س فِ ْي‬ ْ ‫الَّ ِذ‬
ُ ‫ي ي َُو ْس ِو‬
Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. (an-Nās: 5)

Apakah makna ayat ini khusus menyangkut Bani Adam saja sebagaimana yang ditunjukkan oleh
makna lahiriah ayat, ataukah lebih menyeluruh dari itu menyangkut Bani Adam dan jin? Ada
pendapat mengenainya, yang berarti makhluk jin pun termasuk ke dalam pengertian lafaz an-
nās secara prioritas. Ibnu Jari mengatakan bahwa adakalanya digunakan lafaz rijālun minal jinn (laki-
laki dari kalangan jin) ditujukan terhadap mereka, maka tidaklah heran bila mereka (jin) dikatakan
dengan istilah an-nās.

Firman Allah s.w.t.:

ِ ‫مِ نَ ْال ِجنَّ ِة َو ال َّن‬


‫اس‬

Dari (golongan) jin dan manusia. (an-Nās: 6)

Apakah ayat ini merupakan rincian dari firman-Nya:

ِ َّ‫صد ُْو ِر الن‬


‫اس‬ ُ ‫س فِ ْي‬ ْ ‫الَّ ِذ‬
ُ ‫ي ي َُو ْس ِو‬
Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. (an-Nās: 5)

Kemudian dijelaskan oleh firman berikutnya:

ِ ‫مِ نَ ْال ِجنَّ ِة َو ال َّن‬


‫اس‬
Dari (golongan) jin dan manusia. (an-Nās: 6)

Hal ini menguatkan pendapat yang kedua. Dan menurut pendapat yang lainnya, firman-Nya berikut
ini:

ِ ‫مِ نَ ْال ِجنَّ ِة َو ال َّن‬


‫اس‬
Dari (golongan) jin dan manusia. (an-Nās: 6)

Merupakan tafsir dari yang selalu membisikkan godaannya terhadap manusia, yaitu dari kalangan
setan manusia dan setan jin. Sebagaimana pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:
ُ ‫ف ْٱلقَ ْو ِل‬
‫غ ُر ْو ًرا‬ َ ‫ض ُز ْخ ُر‬ ُ ‫ٱإل ْن ِس َو ْٱل ِج ِن ي ُْوحِ ْي بَ ْع‬
ٍ ‫ض ُه ْم ِإلَ ٰى بَ ْع‬ ِ َ‫شيَاطِ يْن‬ َ ٍ ‫َو كَذلِكَ َج َع ْلنَا ِل ُك ِل نَ ِبي‬
َ ‫عد ًُّوا‬
Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis)
manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-
perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). (al-An‘ām: 112)

Dan semakna dengan apa yang disebutkan oleh Imam Ahmad, bahwa telah menceritakan kepada
kami Waki‘, telah menceritakan kepada kami al-Mas‘udi, telah menceritakan kepada kami Abu
‘Umar ad-Dimasyqi, telah menceritakan kepada kami ‘Ubaid al-Khasykhasy, dari Abu Dzarr yang
telah menceritakan bahwa ia datang kepada Rasulullah s.a.w. yang saat itu berada di dalam masjid,
lalu ia duduk, maka Rasulullah s.a.w. bertanya, “Hai Abu Dzarr, apakah engkau telah salat?” Aku
(Abu Dzarr) menjawab, “Belum.” Rasulullah s.a.w. bersabda, “Berdirilah dan salatlah kamu!”

Maka aku berdiri dan salat, setelah itu aku duduk lagi dan beliau s.a.w. bersabda:

‫اإل ْن ِس َو ْال ِج ِن‬ َ ‫يَا أَبَا ذَ ٍر تَعَ َّو ْذ بِاهللِ مِ ْن ش َِر‬


ِ ‫شيَاطِ ي ِْن‬
Hai Abu Dzarr, mohonlah perlindungan kepada Allah dari kejahatan setan manusia dan setan jin.

Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah setan manusia itu ada?” Beliau s.a.w. menjawab, “Ya, ada.”
Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimanakah dengan salat?” Rasulullah s.a.w. menjawab:

‫ َو َم ْن شَا َء أ َ ْكث َ َر‬،َّ‫ َم ْن شَا َء أَقَل‬،ٍ‫َخي ُْر َم ْوض ُْوع‬


Salat adalah sebaik-baik pekerjaan; barang siapa yang ingin mempersedikitkannya atau
memperbanyakkannya (hendaklah ia melakukan apa yang disukainya – dari salatnya itu – ).

Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimanakah dengan puasa?” Rasulullah s.a.w. menjawab:
ٌ ‫ َو ِع ْندَ هللاِ َم ِز ْيد‬،ٌ‫ض ُمج ِْزئ‬
ٌ ‫فَ ْر‬
Amal fardhu yang berpahala dan di sisi Allah ada tambahannya.

Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimanakah dengan sedekah?” Rasulullah s.a.w. menjawab,
ٌ ‫عفَة‬
َ ‫ضا‬
َ ‫اف ُم‬ ْ َ‫أ‬
ٌ َ‫ضع‬
“Pahalanya dilipatgandakan dengan kelipatan yang banyak.”

Aku bertanya, “Manakah sedekah yang terbaik, wahai Rasulullah?” Rasulullah s.a.w. menjawab:

‫َج ْهدٌ مِ ْن ُمق ٍِل أ َ ْو س ٍِر إِلَى فَ ِقي ٍْر‬

Hasil jerih payah dari orang yang merasa sedikit atau yang dilakukan dengan sembunyi-sembunyi
kepada orang yang fakir.
Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, nabi manakah yang paling pertama?” Beliau menjawab, “Adam.”
Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah dia seorang nabi?” Nabi s.a.w. menjawab, “Ya, dia seorang
nabi dan juga orang yang pernah diajak bicara langsung oleh Allah s.w.t.”

Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, ada berapakah para rasul itu?” Rasulullah s.a.w. menjawab, “Tiga
ratus belasan orang, jumlah yang cukup banyak.” Di lain kesempatan beliau s.a.w. bersabda, “Tiga
ratus lima belas orang rasul.”

Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, wahyu apakah yang paling besar yang pernah diturunkan kepada
engkau?” Rasulullah s.a.w. menjawab:

ُّ ‫} ٱهللُ الَ إِ ٰلهَ ِإالَّ ه َُو ْٱل َح‬


ِ ‫آيَةُ ْال ُك ْرسِي‬: { ‫ى ْٱلقَي ُّْو ُم‬
Ayat kursi, yaitu, “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup Kekal
lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya).” (al-Baqarah: 255)

Imam Nasai meriwayatkan hadis ini melalui Abu ‘Umar ad-Dimasyqi dengan sanad yang sama. Hadis
ini telah diriwayatkan dengan sangat panjang lebar oleh Imam Abu Hatim ibnu Hibban di dalam kitab
sahihnya melalui jalur lain dan lafaz lain yang panjang sekali; hanya Allah-lah Yang Maha
Mengetahui.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki‘ dari Sufyan, dari Manshur, dari
Dzarr ibnu ‘Abdullah al-Hamdani, dari ‘Abdullah ibnu Syaddad, dari Ibnu ‘Abbas yang mengatakan
bahwa seorang lelaki datang kepada Nabi s.a.w., lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya
dalam hatiku timbul suatu pertanyaan yang tidak berani aku mengatakannya. Lebih aku sukai jikalau
aku dijatuhkan dari atas langit daripada mengutarakannya.”

Ibnu ‘Abbas melanjutkan kisahnya, bahwa lalu Nabi s.a.w. bersabda:

َ ‫ي َردَّ َك ْيدَهُ ِإلَى ْال َوس َْو‬


‫س ِة‬ ْ ‫ ْال َح ْمدُ هللِ الَّ ِذ‬،‫ هللاُ أ َ ْكبَ ُر‬،‫هللاُ أ َ ْكبَ ُر‬
Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, segala puji bagi Allah yang telah menolak tipu daya setan
sehingga hanya sampai batas bisikan (belaka).

Imam Abu Daud dan Imam Nasai telah meriwayatkannya melalui hadis Manshur, sedangkan
menurut riwayat Imam Nasai ditambahkan al-A‘masy, keduanya dari Dzarr dengan sanad yang sama.

Demikianlah akhir tafsir kitab Ibnu Katsīr, segala puji bagi Allah atas limpahan karunia-Nya, dan
segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.

Anda mungkin juga menyukai