Anda di halaman 1dari 83

‫ﻴﻢ‬

‫ﺮﺣ‬‫ﻟ‬
‫ﺮﺣﻤﻦﺍ‬
‫ﻟ‬‫ﺑﺴﻢﺍﷲﺍ‬

AL ISLAM
‫ﻡ‬
‫ﺍﻹﺳﻼ‬
‫ﺔ‬‫ﻓ‬‫ﺮ‬
‫ﻌ‬‫ﻣ‬

Muqadimah
Ketika Allah SWT menjadikan Islam sebagai jalan kehidupan bagi kaum
muslimin, tentulah Allah sudah mengetahui akan berbagai hal yang akan dihadapi
oleh manusia (baca; kaum muslimin) itu sendiri. Karena Islam menginginkan
adanya penyelesaian dan kedamaian atas segala hal yang menimpa manusia dalam
kehidupan mereka. Dan seperti itulah sesungguhnya profil al-Islam. Islam
merupakan pegangan hidup manusia yang mampu mengantarkan mereka pada
kebahagiaan hakiki, baik di dunia maupun di akhirat, serta mampu mengentaskan
segala problematika yang mereka hadapi.
Sejarah telah memperlihatkan kepada kita, betapa Islam mampu menjadi
poros dunia yang memimpin serta menguasai peradaban dalam waktu yang relatif
lama. Dan jika diperhatikan, kejayaan dan kemajuan Islam sangat identik dengan
kekomitmenan mereka terhadap Islam. Demikian juga sebaliknya, ketika komitmen
tersebut telah meluntur maka kejayaan Islampun mulai pudar, seiring pudarnya
keimanan kaum muslimin. Rasulullah SAW dalam sebuah haditsnya telah
mengingatkan kepada kita:
‫ﺍﷲ‬
ِ ‫ﺎﺏ‬
َ‫ﺘ‬
َ‫ﺎﻛ‬
ِ‫ﻤ‬
َ‫ﻬ‬
ِ‫ْﺑ‬
ِ‫ﻢ‬
‫ﺘ‬
ُ‫ﻜ‬
ْ
‫َﺴ‬
‫ﱠ‬‫ﻤ‬‫ﺗ‬
َ
‫ﺎ‬‫ﺍﻣ‬
َ‫ﻮ‬‫ﻠ‬
‫ﱡ‬
‫َﻀ‬
ِ ‫ﺗ‬
‫َﻦ‬
ْ ‫ﻟ‬
‫ْﻦ‬
ِ‫ﻳ‬‫ﺮ‬
َ‫ﻣ‬
ْ‫ﺃ‬
َ
‫ﻢ‬
ْ‫ﻜ‬
ُ‫ﻴ‬
ْ‫ُﻓ‬
ِ‫ْﺖ‬
‫ﻛ‬‫ﺮ‬
َ ‫ﺗ‬
َ
:َ‫ﻢ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﺍﷲ‬
‫ﱠﻰ‬‫ﻠ‬
‫ِﺻ‬
َ ‫ﺍﷲ‬
‫ْﻝ‬
ُ‫ﻮ‬‫َﺳ‬
ُ‫َﺭ‬
‫ﺎﻝ‬
‫ﻗ‬
َ
‫ﻪ‬
ِ‫ﻴ‬
ِ
‫ﺒ‬
ِ‫ﻧ‬
َ‫ﺔ‬
َ‫ﻨ‬
‫ﱠ‬‫َﺳ‬
ُ‫ﻭ‬
(‫ﻤﻚ‬‫ﻟ‬
‫ﺎ‬‫ﻩﻣ‬‫ﺍ‬‫ﺭ‬
‫ﻭ‬)

Rasulullah SAW ber sabda,‘Akut inggalkanpadakal i
anduaper kara,yangkal ian
tidak akan pernah tersesat selagi masih berpegang teguh pada keduanya; yaitu
kitabullah (al-Qur’
an)dansunahnabi nya(al-Hadits)
.’(HR.Imam Mal ik)

Kemundur an kaum musl imin j uga mer upakan bagian dar i‘ kesesat
an’
sebagaimana yang digambarkan oleh Rasulullah SAW dalam hadits di atas. Karena
dalam kondisi mundur, sangat mudah bagi musuh-musuh Islam untuk melancarkan
berbagai hujaman kepada Islam, baik berbentuk politik, ekonomi, militer,
pendidikan dan lain sebagainya, sebagaimana yang terjadi sekarang ini. Kemudian
kemunduran seperti inipun disebabkan karena mengendurnya komitmen kaum
muslimin terhadap Islam. Untuk itulah, perlu kiranya bagi kita untuk mengkaji
ulang tentang hakekat dinul Islam secara utuh dan menyeluruh agar kita dapat
kembali meraih kejayaan yang telah hilang dari tangan kita.

Mengenal Islam
Dari segi bahasa, Islam berasal dari kata aslama yang berakar dari kata
salama. Kata Islam merupakan bentuk mashdar (infinitif) dari kata aslama ini.
‫ﺎ‬‫ﻠﻢﺇﺳﻼﻣ‬ ‫ﻠﻢﻳﺴ‬ ‫ﺭﻣﻦﺃﺳ‬ ‫ﺍﻹﺳﻼﻡﻣﺼﺪ‬
Ditinjau dari segi bahasanya yang dikaitkan dengan asal katanya, Islam memiliki
beberapa pengertian, diantaranya adalah:
1. Berasal dari ‘salm’(‫ْﻢ‬ ‫ﻠ‬‫ﻟﺴ‬
‫ﱠ‬ ) yang berarti damai.
‫ﺍ‬
Dalam al-Qur ’
anAllahSWTber f
irman( QS.8:61)
‫ﻢ‬
ُ
‫ﻴ‬‫ﻠ‬
ِ
‫ﻌ‬
َ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﻊ‬
ُ‫ﻴ‬
‫ﻤ‬
ِ‫ﻟﺴ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬‫ﻮ‬
َ‫ُﻫ‬
ُ‫ﻪ‬‫ﻧ‬
‫ﱠ‬
‫ﺇ‬
ِ‫ﻪ‬
ِ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫َﻰ‬
‫ﻠ‬
‫ْﻋ‬
َ‫ﱠﻞ‬
‫ﻛ‬
‫ﻮ‬
َ‫ﺗ‬
َ‫ﺎﻭ‬
َ‫ﻬ‬
َ‫ﻟ‬
َ‫َﺢ‬
ْ‫ﻨ‬
‫ﺎﺟ‬
ْ ‫ِﻓ‬
َ‫ﻢ‬
‫ﻠ‬
ْ‫ﻠﺴ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
ِ‫ﺍ‬
‫ﻮ‬‫َﺤ‬
ُ‫ﻨ‬
‫ْﺟ‬
َ ‫ِﻥ‬
‫ﺇ‬
‫ﻭ‬
َ

Mahad Tarbiyah Cilincing


2

“Danj i
kamer ekacondongkepadaperdamaian, maka condonglah kepadanya dan
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.”

Kata ‘
salm’dalam ayat di atas memiliki arti damai atau perdamaian. Dan ini
merupakan salah satu makna dan ciri dari Islam, yaitu bahwa Islam merupakan
agama yang senantiasa membawa umat manusia pada perdamaian. Dalam
sebuah ayat Allah SWT berfirman : (QS. 49 : 9)
‫ﺍ‬‫ﻮ‬‫ﻠ‬
ُ
‫ﺗ‬
ِ
‫ﺎ‬‫ﻘ‬
َ
‫َﻯﻓ‬
َ ‫ﺮ‬‫ُﺧ‬
ْ‫ﺍﻷ‬‫َﻰ‬
‫ﻠ‬
‫ﺎﻋ‬
َ ‫ﻤ‬
َ‫ﻫ‬
ُ
‫ﺍ‬‫ﺪ‬
َ‫ِﺣ‬
ْ‫ﺇ‬
‫َﺖ‬
ْ ‫ﻐ‬
‫ﺑ‬
َ‫ِﻥ‬
ْ‫ﺈ‬‫ﺎﻓ‬
َ‫ﻤ‬
َ‫ﻬ‬
ُ‫ﻨ‬
َ
‫ﻴ‬
ْ
‫ﺑ‬
َ‫ﺍ‬‫ﻮ‬
‫ِﺤ‬
ُ‫ﻠ‬‫َﺻ‬
ْ ‫ﺄ‬
‫ﺍﻓ‬
َ‫ﻮ‬‫ﻠ‬
ُ
‫ﺘ‬
َ‫ﺘ‬
َ
‫ﻗ‬
ْ‫ﺍ‬
‫ﻴﻦ‬
َ ‫ﻨ‬
ِ‫ﻣ‬
ِ
‫ﺆ‬
ْ‫ﻤ‬
ُ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ِﻦ‬
َ‫ِﻣ‬
‫ﺎﻥ‬‫ﺘ‬
َ
‫ﻔ‬
َ‫ﺋ‬
ِ
‫ﺎ‬
‫ْﻃ‬
َ ‫ِﻥ‬
‫ﺇ‬‫ﻭ‬
َ
‫ِﺐ‬
‫ﱡ‬‫ُﺤ‬
‫ﻳ‬‫ﻪ‬
َ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻥ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬‫ﺍ‬
‫ﻮ‬‫ِﻄ‬
ُ‫ْﺴ‬
‫ﻗ‬
‫ﺃ‬
َ‫ِﻭ‬
َ‫ْﻝ‬
‫ﺪ‬
‫ﻌ‬
َ‫ﻟ‬
ْ‫ﺎ‬
‫ﺑ‬
ِ‫ﺎ‬
‫ﻤ‬
َ‫ﻬ‬
ُ‫ﻨ‬
َ
‫ﻴ‬
ْ‫ﺑ‬
َ‫ﺍ‬
‫ﻮ‬‫ِﺤ‬
ُ‫ﻠ‬
‫َﺻ‬
ْ ‫ﺄ‬
‫ْﻓ‬
َ‫َﺕ‬
‫ء‬‫ﺎ‬‫ْﻓ‬
َ‫ِﻥ‬
‫ﺈ‬
‫ِﻓ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺮ‬
ِ‫ﻣ‬
ْ‫ﺃ‬
َ‫َﻰ‬
‫ﻟ‬
‫ﺇ‬
ِ‫ء‬
َ‫ِﻲ‬
‫ﻔ‬
‫ﺗ‬
َ‫ﱠﻰ‬
‫ﺘ‬‫ِﻲﺣ‬
َ ‫ﻐ‬‫ﺒ‬
ْ‫ﺗ‬
َ‫ِﻲ‬
‫ﺘ‬
‫ﻟ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬
‫ﻴﻦ‬
َ‫ِﻄ‬
ِ‫ْﺴ‬
‫ﻘ‬‫ﻤ‬
ُ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬

Danj i
kaadaduagol ongandar iorang-orang mu'min berperang maka damaikanlah
antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap
golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga
golongan itu kembali kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada
perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-or angyangber l
akuadi l
.”

Sebagai salah satu bukti bahwa Islam merupakan agama yang sangat
menjunjung tinggi perdamaian adalah bahwa Islam baru memperbolehkan kaum
muslimin berperang jika mereka diperangi oleh para musuh-musuhnya. Dalam
Al-Qur’
anAl l
ahber fi
rman:(QS.22:39)
‫ﺮ‬
ٌ
‫ﻳ‬‫ﺪ‬
ِ‫ﻘ‬
َ
‫ﻟ‬
َ‫ﻢ‬
ْ‫ﻫ‬
ِ
‫ﺮ‬
ِ‫َﺼ‬
ْ‫ﻧ‬‫َﻰ‬
‫ﻠ‬
‫َﻋ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻥ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬
‫ﺍﻭ‬
َ ‫ﻮ‬
‫ﻤ‬
ُ‫ﻠ‬
ِ‫ْﻇ‬
ُ‫ﻢ‬‫ﻬ‬
ُ
‫ﻧ‬
‫ﱠ‬‫ﺄ‬
َ
‫ﺑ‬
ِ‫ﻮﻥ‬
َ‫ﻠ‬
ُ‫ﺗ‬
َ
‫ﺎ‬‫ﻘ‬
َ
‫ﻳ‬
ُ‫ﻳﻦ‬
َ‫ﺬ‬
ِ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
ِ‫ِﻥ‬
َ‫ﺫ‬
‫ﺃ‬
ُ

Telahdi i
zinkan( ber perang)bagior ang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya
mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong
mer ekaitu.”

2. Berasal dari kata ‘


aslama’(َ ‫َﻢ‬‫ﻠ‬‫َﺳ‬
ْ ) yang berarti menyerah.
‫ﺃ‬
Hal ini menunjukkan bahwa seorang pemeluk Islam merupakan seseorang yang
secara ikhlas menyerahkan jiwa dan raganya hanya kepada Allah SWT.
Penyerahan diri seperti ini ditandai dengan pelaksanaan terhadap apa yang Allah
perintahkan serta menjauhi segala larangan-Nya. Menunjukkan makna
penyerahan ini, Allah berfirman dalam al-Qur ’an:(QS.4:125)
‫ﻢ‬
َ
‫ﻴ‬‫ﻫ‬
ِ‫ﺍ‬
‫ﺮ‬
َ‫ﺑ‬
ْ
‫ﺇ‬
ِ‫ﻪ‬
ُ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺬ‬
َ‫ﱠﺨ‬
َ‫ﺗ‬
‫ﺍ‬
‫ﺎﻭ‬
َ ‫ﻔ‬
ً
‫ﻴ‬‫ﻨ‬
ِ
‫َﺣ‬
َ ‫ﻢ‬
‫ﻴ‬‫ﻫ‬
ِ‫ﺍ‬
‫ﺮ‬
َ‫ﺑ‬
ْ
‫ﺇ‬
ِ‫ﺔ‬
َ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫َﻣ‬
ِ‫ﻊ‬‫ﺒ‬
َ
‫ﺗ‬
‫ﱠ‬
‫ﺍ‬‫ٌﻭ‬
َ‫ِﻦ‬
‫ْﺴ‬
‫ُﺤ‬
‫َﻣ‬
‫ﻮ‬‫ﻫ‬
ُ
‫ِﻭ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
ِ‫ﻪ‬
ُ
‫ﻬ‬
َ‫َﺟ‬
ْ‫َﻭ‬
‫ﻢ‬‫ﻠ‬
َ
‫َﺳ‬
ْ‫ﺃ‬‫ﱠﻦ‬
ْ‫ﻤ‬
‫ﺎﻣ‬
ِ ‫ﻨ‬
ً
‫ﻳ‬
‫ُﺩ‬
ِ ‫َﻦ‬
‫ْﺴ‬
‫َﺣ‬
‫ﺃ‬
‫َﻦ‬
ْ‫ﻣ‬‫ﻭ‬
َ
‫ﻴﻼ‬
ً ‫ﻠ‬
ِ
‫ﺧ‬
َ
“Dansi apakahyangl ebihbaikagamanyadar i
padaor angyangikhlas menyerahkan
dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama
Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambilIbrahim menj adikesayanganNya. ”

Sebagai seorang muslim, sesungguhnya kita diminta Allah untuk menyerahkan


seluruh jiwa dan raga kita hanya kepada-Nya. Dalam sebuah ayat Allah
berfirman: (QS. 6 : 162)
‫ﻴﻦ‬
َ‫ﻤ‬
ِ‫ﻟ‬
َ
‫ﺎ‬‫ﻌ‬
َ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬‫َﺏ‬
‫ﱢ‬‫ِﺭ‬
‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
ِ‫ِﻲ‬
‫ﺗ‬
‫ﺎ‬
‫ﻤ‬
َ‫ﻣ‬
َ‫َﻭ‬
َ‫ﺎﻱ‬
‫ﻴ‬
َ‫َﺤ‬
ْ‫ﻣ‬
‫ِﻲﻭ‬
َ ‫ﻜ‬
‫ُﺴ‬
ُ‫ﻧ‬‫ِﻲﻭ‬
َ ‫ﺗ‬
‫َﻼ‬
َ‫ﱠﺻ‬‫ِﻥ‬
‫ﺇ‬
‫ُﻞ‬
ْ‫ﻗ‬

Kat
akanl
ah:"
Sesungguhnyashal
atku,i
badat
ku,hi
dupkudanmat
ikuhanyal
ahunt
uk
All
ah,Tuhansemest
aalam.”

Karena sesungguhnya jika kita renungkan, bahwa seluruh makhluk Allah baik
yang ada di bumi maupun di langit, mereka semua memasrahkan dirinya
kepada Allah SWT, dengan mengikuti sunnatullah-Nya. Allah berfirman: (QS. 3 :
83) :
3

‫ﻮﻥ‬
َ‫ﻌ‬
ُ‫ْﺟ‬
َ‫ﺮ‬‫ﻳ‬
ُ
‫ﻪ‬
ِ‫ﻴ‬
ْ‫ﻟ‬
َ
‫ﺇ‬
ِ
‫ﺎﻭ‬
َ ‫ﻫ‬
ً
‫ﺮ‬
ْ‫ﻛ‬
َ‫ﺎﻭ‬
َ‫ْﻋ‬
ً‫ﻮ‬‫ِﻃ‬
َ‫ْﺽ‬‫ﺭ‬
‫ﺍﻷ‬
َ ‫ِﻭ‬
َ‫ﺍﺕ‬
‫ﻮ‬
َ‫ﻤ‬
َ‫ﻟﺴ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬‫ِﻲ‬
‫ْﻓ‬
‫َﻦ‬
‫َﻣ‬
‫ﻢ‬
‫ﻠ‬
َ‫َﺳ‬
ْ‫ﺃ‬
‫ﻪ‬
ُ‫ﻟ‬
َ‫َﻭ‬
َ‫ﻮﻥ‬
‫ﻐ‬
ُ‫ﺒ‬
ْ‫ﻳ‬
َ
‫ﻪ‬
ِ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻳﻦ‬
ِ‫َﺩ‬
ِ‫ﺮ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻐ‬
َ‫ﻓ‬
َ
‫ﺃ‬
َ

Makaapakahmereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-
lah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun
terpaksadanhanyakepadaAl lahlahmer ekadi kembal i
kan.”

Oleh karena itulah, sebagai seorang muslim, hendaknya kita menyerahkan diri
kita kepada aturan Islam dan juga kepada kehendak Allah SWT. Karena insya
Allah dengan demikian akan menjadikan hati kita tentram, damai dan tenang
(baca;mut ma’ inah).

3. Berasal dari kata istaslama–mustaslimun (َ


‫ْﻥ‬
‫ﻮ‬‫ِﻤ‬
ُ‫ﻠ‬
‫ـ‬‫َﺴ‬
ْ ‫ﺘ‬
‫ُﺴ‬
ْ ‫ﻣ‬- َ
‫َﻢ‬
‫ﻠ‬‫ـ‬
‫َﺴ‬
ْ ‫ﺘ‬
‫ﺍﺳ‬
ْ ): penyerahan
total kepada Allah.
Dalam Al-Qur ’anAl l
ahberf
irman(
QS.37:26)
‫ﻮﻥ‬
َ‫ﻤ‬
ُ‫ﻠ‬
ِ‫َﺴ‬
ْ‫ﺘ‬
‫ُﺴ‬
ْ‫َﻣ‬
‫ﻡ‬
‫ﻮ‬
ْ‫ﻴ‬
َ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﻢ‬
ُ‫ْﻫ‬
ُ‫َﻞ‬
‫ﺑ‬

Bahkanmer
ekapadahar
iit
umenyerah diri.

Makna ini sebenarnya sebagai penguat makna di atas (poin kedua). Karena
sebagai seorang muslim, kita benar-benar diminta untuk secara total
menyerahkan seluruh jiwa dan raga serta harta atau apapun yang kita miliki,
hanya kepada Allah SWT. Dimensi atau bentuk-bentuk penyerahan diri secara
total kepada Allah adalah seperti dalam setiap gerak gerik, pemikiran, tingkah
laku, pekerjaan, kesenangan, kebahagiaan, kesusahan, kesedihan dan lain
sebagainya hanya kepada Allah SWT. Termasuk juga berbagai sisi kehidupan
yang bersinggungan dengan orang lain, seperti sisi politik, ekonomi, pendidikan,
sosial, kebudayaan dan lain sebagainya, semuanya dilakukan hanya karena
Allah dan menggunakan manhaj Allah. Dalam Al-Qur ’
anAl lahberf
irman( QS.2:
208)
‫ﻴﻦ‬
ٌ‫ﺒ‬
ِ‫ﱞﻣ‬
ُ‫ﻭ‬‫ﺪ‬
ُ
‫ْﻋ‬
َ ‫ﻢ‬
‫ﻜ‬
ُ‫ﻟ‬
َ‫ﻪ‬
ُ
‫ﻧ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬
ِ‫ﺎﻥ‬
ِ‫ْﻄ‬
َ‫ﻴ‬‫ﻟﺸ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬‫ﺍﺕ‬
ِ‫ﻮ‬
َ‫ُﻄ‬
ُ‫ﺍﺧ‬
‫ﻮ‬‫ﻌ‬
ُ‫ﺒ‬
ِ
‫ﺘ‬
‫ﱠ‬
‫َﺗ‬
َ‫َﻻ‬
‫ًﻭ‬
‫ﺔ‬‫ﻓ‬
‫ﱠ‬
‫ﺎ‬‫ِﻛ‬
َ‫ﻢ‬
‫ﻠ‬
ْ‫ﻟﺴ‬
‫ﱢ‬‫ﺍ‬‫ِﻲ‬
‫ﺍﻓ‬
‫ﻮ‬‫ﻠ‬
ُ
‫ْﺧ‬
ُ‫ﺩ‬‫ﺍ‬
‫ﺍ‬‫ﻮ‬‫ﻨ‬
ُ
‫ﻣ‬
َ‫ﺍ‬
‫َء‬
َ‫ﻳﻦ‬
‫ﺬ‬
ِ‫ﻟ‬
‫ﱠ‬
‫ﺍ‬‫ﺎ‬
‫ﻬ‬
َ‫ﻳ‬
‫ﱡ‬
‫ﺃ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﻳ‬
َ
“Haiorang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara
keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya
syai
tani t
umusuhyangnyat abagi mu. ”

Masuk Islam secara keseluruhan berarti menyerahkan diri secara total kepada
Allah dalam melaksanakan segala yang diperintahkan dan dalam menjauhi
segala yang dilarang-Nya.

4. Ber
asaldar ikat
a‘ saliim’( ‫ْﻢ‬
ٌ‫ﻴ‬‫ﻠ‬
ِ‫ )ﺳ‬yang berarti bersih dan suci.
َ
Mengenai makna ini, Allah berfirman dalam Al-Qur ’
an( QS.26:89)
:
‫ﻢ‬
ٍ
‫ﻴ‬‫ﻠ‬
ِ
‫ٍﺳ‬
َ‫ْﺐ‬
‫ﻠ‬
‫ﻘ‬
َ‫ﺑ‬
ِ
‫ﻪ‬
َ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫َﻰ‬
‫ﺗ‬
‫ﺃ‬
َ‫َﻦ‬
ْ‫ﱠﻣ‬
‫ِﻻ‬
‫ﺇ‬

Kecual
ior
ang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.

Dalam ayat lain Allah mengatakan (QS. 37: 84)


‫ﻢ‬
ٍ
‫ﻴ‬‫ﻠ‬
ِ
‫ٍﺳ‬
َ‫ْﺐ‬
‫ﻠ‬
‫ﻘ‬
َ‫ﺑ‬
ِ
‫ﻪ‬
ُ‫ﺑ‬
‫ﱠ‬‫َﺭ‬
َ‫ء‬‫ﺎ‬
‫ْﺟ‬
َ ‫ﺫ‬
‫ﺇ‬
ِ

(Ingat
lah)ket
ikai
adat
ang kepada Tuhannya dengan hati yang suci.

Hal ini menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang suci dan bersih, yang
mampu menjadikan para pemeluknya untuk memiliki kebersihan dan kesucian
jiwa yang dapat mengantarkannya pada kebahagiaan hakiki, baik di dunia
maupun di akhirat. Karena pada hakekatnya, ketika Allah SWT mensyariatkan
4

berbagai ajaran Islam, adalah karena tujuan utamanya untuk mensucikan dan
membersihkan jiwa manusia. Allah berfirman: (QS. 5 : 6)
‫ﻭﻥ‬
َ‫ﺮ‬
ُ‫ﻜ‬
ُ‫َﺸ‬
ْ‫ﺗ‬‫ﻢ‬
ْ
‫ﻜ‬
ُ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻌ‬
َ‫ﻟ‬
َ‫ﻢ‬
ْ
‫ﻜ‬
ُ‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ‫ُﻋ‬
َ‫ﻪ‬‫ﺘ‬
َ
‫ﻤ‬
َ‫ﻌ‬
ْ‫ﻧ‬
ِ
‫ﻢ‬
‫ﱠ‬‫ﺘ‬
ِ‫ﻴ‬
ُ
‫ﻟ‬
ِ
‫ْﻭ‬
َ ‫ﻢ‬
‫ﻛ‬
ُ‫ﺮ‬
َ‫ﻬ‬
‫ﱢ‬
‫ُﻄ‬
َ‫ﻴ‬‫ﻟ‬
ِ
‫ﺪ‬
ُ‫ﻳ‬‫ﺮ‬
ِ
‫ﻳ‬
ُ‫ِﻦ‬
ْ‫ﻜ‬
‫ﻟ‬
َ‫ٍﻭ‬
َ‫َﺝ‬
‫ﺮ‬‫ْﺣ‬
َ‫ِﻦ‬
‫ْﻣ‬
‫ﻢ‬
‫ﻜ‬
ُ‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ‫َﻋ‬
َ‫َﻞ‬
‫ﻌ‬
‫َﺠ‬
ْ‫ﻴ‬‫ﻟ‬
ِ
‫ﻪ‬
ُ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺪ‬
ُ‫ﻳ‬
‫ﺮ‬
ِ‫ﻳ‬
ُ‫ﺎ‬
‫ﻣ‬
َ
“Al
lahsesungguhnyat idakmenghendakidar i(adanyasyar i
’atIsl
am)i tuhendak
menyulitkan kamu, tetapi sesungguhnya Dia berkeinginan untuk membersihkan kamu
dan menyempurnakan ni`mat-Nyabagi mu,supayakamuber syukur
.”

5. Ber asaldar i‘
salam’( ‫َﻡ‬
ٌ ‫ )ﺳ‬yang berarti selamat dan sejahtera.
‫َﻼ‬
Allah berfirman dalam Al-Qur’
an:( QS.19:47)
‫ﺎ‬
‫ﻴ‬

‫ﻔ‬
ِ‫ِﻲﺣ‬
َ ‫ﺑ‬
‫ﺎﻥ‬
َ ‫ُﻛ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻧ‬
‫ﱠ‬
‫ﺇ‬
ِ‫ﱢﻲ‬
‫ﺑ‬
‫َﺭ‬
َ‫َﻚ‬
‫ﻟ‬‫ﺮ‬
ُ
‫ﻔ‬
ِ‫ﻐ‬
ْ‫ﺘ‬
َ
‫َﺳ‬
ْ‫ﺄ‬‫َﺳ‬
َ‫ْﻚ‬
‫ﻴ‬
‫ﻠ‬
َ‫ٌﻋ‬
َ‫ﻡ‬‫َﻼ‬
َ‫َﺳ‬
‫ﺎﻝ‬
‫ﻗ‬
َ
Berkata Ibrahim: "Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan meminta
ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku.

Maknanya adalah bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa membawa


umat manusia pada keselamatan dan kesejahteraan. Karena Islam memberikan
kesejahteraan dan juga keselamatan pada setiap insan.

Adapun dari segi istilah, (ditinjau dari sisi subyek manusia terhadap dinul
Islam) ,I slam adal ah ‘ketundukan seor ang hamba kepada wahyu Ilahi yang
diturunkan kepada para nabi dan rasul khususnya Muhammad SAW guna dijadikan
pedoman hidup dan juga sebagai hukum/ aturan Allah SWT yang dapat
membimbing umat manusia ke jalan yang lurus, menuju ke kebahagiaan dunia dan
akhi r
at.’
Definisi di atas, memuat beberapa poin penting yang dilandasi dan didasari
oleh ayat-ayat Al-Qur ’an.Diant arapoi
n-poinnya adalah:
1. Islam sebagai wahyu ilahi (‫ِﻲ‬ ‫َﻬ‬
‫ﻟ‬
‫ْﻹ‬
ِ‫ُﺍ‬
‫ْﻲ‬‫َﺣ‬
‫ﻮ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬)
Mengenai hal ini, Allah berfirman QS. 53 : 3-4 :
‫َﻰ‬
‫ﻮﺣ‬
‫ﻳ‬
ُ‫ْﻲ‬
ٌ‫َﺣ‬
‫ﱠﻭ‬
‫ِﻻ‬
‫ﺇ‬‫ﻮ‬
َ
‫ْﻫ‬
ُ ‫ِﻥ‬
‫ﺇ‬
* ‫َﻯ‬
‫ﻮ‬
‫ﻬ‬
َ‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬
‫َﻦ‬
ِ‫ُﻋ‬
‫ِﻖ‬
‫ْﻄ‬
‫ﻨ‬
‫ﻳ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﻣ‬
َ‫ﻭ‬
َ

Dantiadal
ahyangdi
ucapkannyai
tu(AlQur'
an)menurutkemauanhawanaf sunya.
Ucapannyai
tuti
adalai
nhanyalahwahyuyangdi
wahyukan( kepadanya)
.”

2. Diturunkan kepada nabi dan rasul (khususnya Rasulullah SAW) ( ِ


‫ء‬
‫ﺎ‬‫ـ‬
‫ﻴ‬
َ‫ﺒ‬
ِ
‫ﻧ‬
ْ‫ْﻷ‬
َ‫ُﺍ‬
‫ـﻦ‬‫ﻳ‬
ْ
‫ﺩ‬
ِ
‫ْﻦ‬
َ‫ﻴ‬‫ﻠ‬
ِ‫ْﺳ‬
َ ‫ﺮ‬‫ْﻤ‬
ُ‫ﻟ‬
‫ﺍ‬)
‫ﻭ‬
َ
Membenarkan hal ini, firman Allah SWT (QS. 3 : 84)
ِ‫ﺎ‬
‫ﻁ‬‫ﺒ‬
َ‫َﺳ‬
ْ‫ﺍﻷ‬
‫َﻭ‬
َ ‫ﻮﺏ‬
‫ﻘ‬
ُ‫ﻌ‬
ْ‫ﻳ‬
َ‫َﻭ‬
َ‫ﺎﻕ‬‫ْﺤ‬
َ‫ِﺳ‬
‫ﺇ‬‫َﻭ‬
َ‫ﻴﻞ‬
‫ﺎﻋ‬
ِ ‫ﻤ‬
َ
‫ِﺳ‬
ْ‫ﺇ‬‫َﻭ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻴ‬
‫ﻫ‬
ِ‫ﺍ‬
‫ﺮ‬
َ‫ﺑ‬
ْ‫ﺇ‬
ِ
‫َﻰ‬‫ﻠ‬
‫َﻋ‬
َ‫ِﻝ‬
‫ﺰ‬‫ﻧ‬
ْ
‫ﺃ‬
ُ‫ﺎ‬‫ﻣ‬
َ
‫ﺎﻭ‬
َ ‫ﻨ‬
َ‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ
‫َﻋ‬
َ ‫ِﻝ‬
‫ﺰ‬‫ﻧ‬
ْ
‫ﺃ‬
ُ‫ﺎ‬‫ﻣ‬
َ
‫ِﻭ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺎ‬‫ﺑ‬
ِ
‫ﺎ‬‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻣ‬
َ‫ﺁ‬‫ُﻞ‬
ْ‫ﻗ‬
‫ﻮﻥ‬
َ ‫ﻤ‬
ُ‫ﻠ‬
ِ
‫ُﺴ‬
ْ‫ُﻣ‬
‫ﻪ‬‫ﻟ‬
َ
‫ْﻦ‬
ُ ‫َﺤ‬
‫ﻧ‬‫ْﻭ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻬ‬
ُ‫ﻨ‬
ْ‫ٍﻣ‬
ِ‫ﺪ‬‫َﺣ‬
َ‫ﺃ‬
‫ْﻦ‬
َ‫ﻴ‬‫ﺑ‬
َ‫ﱢﻕ‬
ُ‫ﺮ‬‫ﻔ‬
َ
‫ﻧ‬
ُ‫ْﻻ‬
َ ‫ﻢ‬
‫ﻬ‬
ِ‫ﺑ‬
‫ﱢ‬
‫ْﺭ‬
َ ‫ِﻦ‬
‫َﻣ‬
‫ﻮﻥ‬
‫ﻴ‬
‫ﱡ‬‫ﺒ‬
ِ
‫ﻨ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫َﻰﻭ‬
َ ‫ﻴﺴ‬‫َﻋ‬
ِ‫َﻰﻭ‬
‫ﻮﺳ‬‫َﻣ‬
ُ‫ِﻲ‬
‫ﺗ‬‫ﻭ‬
‫ﺃ‬
ُ‫ﺎ‬‫ﻣ‬
َ
‫ﻭ‬
َ

Kat akanlah:" Kamiber imankepadaAl lahdankepadaapayangdi turunkankepadakami
dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma`il, Ishaq, Ya`qub, dan anak-anaknya, dan
apa yang diberikan kepada Musa, `Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak
membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami
menyerahkan diri."

3. Sebagai pedoman hidup (ِ ‫ﺓ‬


‫ﺎ‬‫ﻴ‬
َ‫ْﺤ‬
َ‫ﻟ‬‫ُﺍ‬
‫ﺎﺝ‬
‫ْﻬ‬
َ‫ﻨ‬‫)ﻣ‬
ِ
Allah berfirman (QS. 45 : 20)
‫ﻮﻥ‬
َ‫ﻨ‬
ُ‫ﻗ‬
ِ
‫ﻮ‬‫ﻳ‬
ُ‫ﻡ‬
ٍ
‫ﻮ‬
ْ‫ﻘ‬
َ‫ﻟ‬
ِ
‫ﺔ‬
ٌ‫ﻤ‬
َ‫َﺣ‬
ْ‫ﺭ‬‫ًﻯﻭ‬
َ ‫ﺪ‬
‫ﻫ‬
ُ‫ِﻭ‬
َ‫ﺎﺱ‬‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻠ‬
‫ﻟ‬
ِ‫ﺮ‬
ُ‫ﺋ‬
ِ
‫ﺎ‬
‫َﺼ‬
َ ‫ﺑ‬
‫ﺍ‬‫ﺬ‬
َ‫ﻫ‬
َ
Al Qur'an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
meyakini.

4. Mencakup hukum-hukum Allah dalam Al-Qur


’andansunnahRasulullah SAW

‫ِﻪ‬
‫ﻟ‬‫ﻮ‬
ْ‫َﺳ‬
ُ ‫ُﺭ‬
‫ﱠﺔ‬
‫ﻨ‬‫َﺳ‬
ُ ‫ِﻭ‬
‫ِﻪ‬
‫ﺑ‬
‫ﺎ‬‫ﺘ‬
َ
‫ْﻛ‬
ِ ‫ِﻲ‬
‫ِﻓ‬
‫ُﺍﷲ‬ ‫ﺎﻡ‬‫ْﻜ‬
َ‫َﺣ‬
‫ﺃ‬)
Allah berfirman (QS. 5 : 49-50)
5

ُ
‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫َﻝ‬
َ‫ﺰ‬‫ﻧ‬
ْ‫ﺃ‬
َ‫ﺎ‬
‫ِﻣ‬
َ‫ْﺾ‬‫ﻌ‬‫ﺑ‬
َ
‫َﻦ‬
ْ ‫َﻋ‬
‫ﻮﻙ‬‫ﻨ‬
ُ‫ﺘ‬
ِ
‫ﻔ‬
ْ‫ﻳ‬
َ‫َﻥ‬
ْ‫ﺃ‬‫ﻢ‬
ْ
‫ﻫ‬
ُ‫ﺭ‬
ْ‫ﺬ‬
َ‫ﺍﺣ‬
ْ‫ْﻭ‬
َ ‫ﻢ‬
‫ﻫ‬
ُ‫ء‬
َ‫ﺍ‬
‫ﻮ‬
َ‫ﻫ‬
ْ‫ﺃ‬
َ‫ﻊ‬
ْ‫ﺒ‬
ِ‫ﺘ‬
‫ﱠ‬
‫ﺗ‬
َ‫َﻻ‬
َ‫ُﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫َﻝ‬
َ‫ﺰ‬‫ﻧ‬
ْ
‫ﺃ‬
َ‫ﺎ‬‫ﻤ‬
َ‫ْﺑ‬
ِ‫ﻢ‬
‫ﻬ‬
ُ‫ﻨ‬
َ
‫ﻴ‬
ْ‫ﺑ‬
َ‫ﻢ‬
ْ
‫ﻜ‬
ُ‫ﺍﺣ‬
ْ ‫َﻥ‬
ِ‫ﺃ‬
‫ﻭ‬
َ

‫ﻮﻥ‬‫ﻘ‬
ُ
‫ﺎﺳ‬
ِ ‫ﻔ‬
َ
‫ﻟ‬
َ‫ﺎﺱ‬
ِ ‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻦ‬
َ‫ﺍﻣ‬‫ﺮ‬
ً‫ﻴ‬
‫ﺜ‬
ِ‫ﱠﻛ‬
َ‫ِﻥ‬
‫ﺇ‬
‫ْﻭ‬
َ ‫ﻢ‬‫ﻬ‬
ِ
‫ﺑ‬
ِ‫ﻮ‬‫ﻧ‬
ُ
‫ِﺫ‬
ُ ‫ْﺾ‬‫ﻌ‬
‫ﺒ‬
َ‫ﺑ‬
ِ‫ﻢ‬
ْ
‫ﻬ‬
ُ‫ﺒ‬
َ‫ﻴ‬
‫ُﺼ‬
ِ ‫ﻳ‬‫َﻥ‬
ْ‫ﺃ‬‫ﻪ‬
ُ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺪ‬
ُ‫ﻳ‬
‫ﺮ‬
ِ‫ﻳ‬
ُ ‫ﺎ‬
‫ﻤ‬
َ‫ﻧ‬
‫ﱠ‬
‫ﺃ‬
َ‫ﻢ‬
ْ‫ﻠ‬
َ
‫ﺎﻋ‬
ْ ‫ﺍﻓ‬
َ‫ﻮ‬
ْ‫ﻟ‬
‫ﱠ‬
‫ﻮ‬
َ‫ﺗ‬
َ‫ِﻥ‬
ْ‫ﺈ‬
‫َﻓ‬
َ‫ْﻚ‬
‫ﻴ‬‫ﻟ‬
َ
‫ﺇ‬
ِ
‫ﻮﻥ‬
َ ‫ﻨ‬
ُ
‫ﻗ‬
ِ‫ﻮ‬‫ﻳ‬
ُ‫ﻡ‬
ٍ
‫ﻮ‬
ْ‫ﻘ‬
َ‫ﻟ‬
ِ‫ﺎ‬
‫ﻤ‬
ً‫ﻜ‬
ْ‫ِﺣ‬
ُ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ِﻦ‬
َ‫ُﻣ‬
‫َﻦ‬
‫ْﺴ‬
‫َﺣ‬
‫ﺃ‬‫َﻦ‬
ْ‫ﻣ‬‫َﻭ‬
َ‫ﻮﻥ‬‫ﻐ‬
ُ‫ﺒ‬
ْ
‫ﻳ‬
َ‫ﺔ‬
ِ‫ﻴ‬
‫ﱠ‬‫ﻠ‬
ِ
‫ﻫ‬
ِ‫ﺎ‬
‫ْﺠ‬
َ ‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻢ‬
َ‫ﻜ‬
ْ
‫َﺤ‬
ُ‫ﻓ‬‫ﺃ‬
َ
“Danhendakl ahkamumemut uskanper kar adiantaramer ekamenur utapayang
diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-
hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari
sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari
hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah
menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-
dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik.
Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik
daripada (hukum) Allah bagi orang-or
angyangyaki n?”

5. Membimbing manusia ke jalan yang lurus. (ُ


‫ْﻢ‬
‫ﻴ‬‫َﻘ‬
ِ‫ﺘ‬
‫ُﺴ‬
ْ ‫ْﻤ‬
‫ﻟ‬
‫ُﺍ‬
‫ﺍﻁ‬
‫ﺮ‬
َ‫ﻟﺼ‬
ِ
ّ )
‫ﺍ‬
Allah berfirman (QS. 6 : 153)
‫ﻪ‬
ِ
‫ﺑ‬
ِ‫ﻢ‬
ْ‫ﻛ‬
ُ
‫ﺎ‬‫َﺻ‬
‫ﱠ‬‫ْﻭ‬
‫ﻢ‬‫ﻜ‬
ُ
‫ﻟ‬
ِ‫ِﺫ‬
َ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
ِ‫ﻴ‬
‫ﺒ‬
ِ‫ْﺳ‬
َ‫َﻦ‬
‫ْﻋ‬
‫ﻢ‬‫ﻜ‬
ُ
‫ﺑ‬
ِ‫ﱠﻕ‬
َ‫ﺮ‬‫ﻔ‬
َ
‫ﺘ‬
َ‫َﻓ‬
َ‫ُﻞ‬
‫ﺒ‬‫ﻟﺴ‬
‫ﱡ‬‫ﺍ‬‫ﺍ‬
‫ﻮ‬‫ﻌ‬
ُ‫ﺒ‬
ِ
‫ﺘ‬
‫ﱠ‬‫َﺗ‬
َ‫َﻻ‬
‫ُﻭ‬
‫ﻩ‬
‫ﻮ‬‫ﻌ‬
ُ‫ﺒ‬
ِ
‫ﺗ‬
‫ﱠ‬
‫ﺎ‬‫ﺎﻓ‬
َ‫ﻤ‬
ً‫ﻴ‬
‫ﻘ‬
ِ‫ﺘ‬
َ
‫ُﺴ‬
ْ‫ِﻲﻣ‬
‫ﺍﻃ‬
‫ﺮ‬
َ‫ﺍﺻ‬
ِ ‫ﺬ‬
َ
‫ﱠﻫ‬
َ ‫َﻥ‬
‫ﺃ‬
‫ﻭ‬
َ
‫ﻮﻥ‬
َ ‫ﻘ‬
ُ
‫ﺘ‬
‫ﱠ‬‫ﺗ‬
َ‫ﻢ‬
ْ
‫ﻜ‬
ُ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻌ‬
َ‫ﻟ‬
َ
“Danbahwa( yangKamiper i
ntahkan)i niadalahj alan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia;
dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-
beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar
kamuber t
akwa. ”

6. Menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.(ِ


‫ﺓ‬
‫ﺮ‬
َ‫ْﻵﺧ‬
ِ ‫ﺍ‬
‫ﺎﻭ‬
َ ‫ﻴ‬
َ
‫ﻧ‬
ْ‫ﻟﺪ‬
‫ﱡ‬‫ُﺍ‬
‫َﺔ‬
‫َﻣ‬‫)ﺳ‬
‫َﻼ‬
Allah berfirman (QS. 16 : 97)
‫َﻦ‬
ِ‫ْﺴ‬
‫َﺣ‬
‫ﺄ‬
‫ﺑ‬
ِ‫ﻢ‬
ْ‫ﻫ‬
ُ
‫ﺮ‬
َ‫َﺟ‬
ْ‫ﺃ‬
‫ﻢ‬
ْ‫ﻬ‬
ُ‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻳ‬
َ
‫ﺰ‬
ِ‫َﺠ‬
ْ‫ﻨ‬
‫ﻟ‬
َ
‫ًﻭ‬
َ ‫ﺔ‬
‫ﺒ‬
َ‫ﻴ‬
‫ﱢ‬
‫ًﻃ‬
َ ‫ﺓ‬
‫ﺎ‬‫ﻴ‬
َ
‫ُﺣ‬
َ ‫ﻪ‬‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻴ‬
َ
‫ﻴ‬
ِ‫ُﺤ‬
ْ‫ﻨ‬
‫ﻠ‬
َ‫ٌﻓ‬
َ‫ِﻦ‬
‫ﻣ‬‫ﺆ‬
ْ‫َﻣ‬
ُ‫ﻮ‬‫ﻫ‬
ُ
‫َﻰﻭ‬
َ ‫ﺜ‬
‫ﻧ‬
ْ
‫ﺃ‬
ُ‫ﻭ‬
ْ‫ﺃ‬
َ
‫ﺮ‬
ٍ‫ﻛ‬
َ‫ْﺫ‬
َ‫ِﻦ‬
‫ﺎﻣ‬
‫ِﺤ‬
ً‫ﻟ‬
‫ﺎ‬‫َﺻ‬
َ ‫ِﻞ‬
‫ﻤ‬
‫ْﻋ‬
َ ‫َﻦ‬
‫ﻣ‬
‫ﻮﻥ‬
َ ‫ﻠ‬
ُ
‫ﻤ‬
َ‫ﻌ‬
ْ‫ﻳ‬
َ‫ﺍ‬
‫ﻮ‬‫ﻧ‬
ُ
‫ﺎ‬‫ﺎﻛ‬
َ ‫ﻣ‬
َ
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang
baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang
lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

Keuniverselan Islam
Islam merupakan pedoman hidup yang universal, yang mencakup segala
aspek kehidupan manusia dalam semua dimensi waktu, tempat dan sisi kehidupan
manusia.

1. Mencakup seluruh dimensi waktu


Artinya bahwa Islam bukanlah suatu agama yang diperuntukkan untuk umat
manusia pada masa waktu tertentu, sebagaimana syariat para nabi dan rasul
yang terdahulu. Namun Islam merupakan pedoman hidup yang abadi, hingga
akhir zaman. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur
’an(
QS.21: 107):
‫ﻴﻦ‬
َ‫ﻤ‬
ِ‫ﻟ‬
َ
‫ﺎ‬‫ﻌ‬
َ
‫ﻠ‬
ْ‫ﻟ‬
ِ‫ﺔ‬
ً
‫ﻤ‬
َ‫َﺣ‬
ْ‫ﱠﺭ‬
‫ِﻻ‬
‫ﺇ‬‫ﺎﻙ‬
َ‫ﻨ‬
َ‫ﻠ‬
ْ
‫ْﺳ‬
َ‫ﺭ‬‫ﺃ‬
َ
‫ﺎ‬‫ﻣ‬
َ‫ﻭ‬
َ

Dant
iadal
ahKamimengut
uskamu,mel
ainkanunt
uk(
menj
adi
)rahmatbagisemest
a
alam.”

Rahmat bagi semesta alam artinya bagi seluruh makhluk Allah di muka bumi ini
sepanjang masa. Rasulullah SAW sendiripun diutus sebagai nabi dan rasul
terakhir yang ada di muka bumi, yang menyempurnakan syariat nabi-nabi
terdahulu. Allah berfirman (QS. 33 : 40)
‫ﺎ‬
‫ﻤ‬
ً‫ﻴ‬
‫ﻠ‬
ِ‫ٍﻋ‬
َ‫ء‬‫َﻲ‬
ْ‫ﱢﺷ‬
‫ُﻞ‬
‫ﻜ‬
‫ﺑ‬
ِ‫ﻪ‬
ُ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺎﻥ‬
َ‫ﻛ‬
َ‫َﻭ‬
َ‫ﻴﻦ‬
‫ﻴ‬
‫ﱢ‬‫ﺒ‬
ِ
‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ﻢ‬
َ
‫ﺗ‬
َ‫ﺎ‬
‫َﺧ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻮﻝ‬
َ‫َﺳ‬
ُ‫ْﺭ‬
‫ِﻦ‬
‫ﻜ‬
‫ﻟ‬
َ‫ْﻭ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻜ‬
ُ
‫ﻟ‬
ِ‫ﺎ‬
‫ِﺟ‬
َ‫ْﺭ‬
‫ِﻦ‬
‫ٍﻣ‬
‫ﺪ‬
‫َﺣ‬
َ‫ﺃ‬‫ﺎ‬
‫ﺑ‬
َ
‫ﺃ‬
َ‫ﺪ‬
ٌ‫ﻤ‬
‫ﱠ‬
‫ُﺤ‬
َ‫َﻣ‬
‫ﺎﻥ‬
‫ﺎﻛ‬
َ ‫ﻣ‬
َ
6

“Muhammadi tusekal i
-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi
dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu.”

Sebagai nabi dan rasul terakhir berarti tidak akan ada lagi nabi dan rasul yang
lain yang akan menasakh (menghapus) syariat yang dibawa oleh Rasulullah
SAW, sebagaimana yang Rasulullah SAW lakukan terhadap syariat para nabi
dan rasul yang lain. Hal ini juga menunjukkan bahwa risalah nabi Muhammad
merupakan risalah abadi hingga akhir zaman.

2. Mencakup seluruh dimensi ruang


Maknanya adalah bahwa Islam merupakan pedoman hidup yang tidak dibatasi
oleh batasan-batasan geografis tertentu, seperti hanya disyariatkan untuk suku
atau bangsa tertentu. Namun Islam merupakan agama yang disyariatkan untuk
seluruh umat manusia, dengan berbagai bangsa dan sukunya yang berbeda-
beda. Allah SWT berfirman (QS. 34 :28)
‫ﻮﻥ‬
َ‫ﻤ‬
ُ‫ﻠ‬
َ‫ﻌ‬
ْ
‫ﻳ‬
َ‫ِﻻ‬
َ‫ﺎﺱ‬‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺮ‬
َ‫ﺜ‬
َ
‫ﻛ‬
ْ‫ﺃ‬
َ‫ِﻦ‬
‫ﱠ‬‫ﻜ‬
‫ﻟ‬
َ‫ﺍﻭ‬
َ‫ﺮ‬
ً‫ﻳ‬
‫ﺬ‬
ِ‫ﻧ‬
َ
‫ﺍﻭ‬
َ ‫ﺮ‬
ً
‫ﻴ‬‫َﺸ‬
ِ‫ﺑ‬‫ﺎﺱ‬
ِ ‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻠ‬
‫ﻟ‬
ِ‫ﺔ‬
ً‫ﻓ‬
‫ﱠ‬
‫ﺎ‬‫ﱠﻛ‬
َ‫ِﻻ‬
‫ﺇ‬‫ﺎﻙ‬
َ‫ﻨ‬
َ‫ﻠ‬
ْ
‫ْﺳ‬
َ‫ﺭ‬‫ﺃ‬
َ
‫ﺎ‬‫ﻣ‬
َ‫ﻭ‬
َ

DanKamit idakmengut uskamu,mel ainkankepadaumatmanusi aseluruhnyasebagai
pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia
tiadamenget ahui.”

Dari ayat di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa Al-Qur


’ant
idakhanya
diturunkan untuk orang Arab secara khusus, namun juga untuk orang Eropa,
Rusia, Asia, Cina dan lain sebagainya.

3. Mencakup semua sisi kehidupan manusia.


Maknanya adalah bahwa Islam merupakan pedoman hidup manusia yang
mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, dan tidak hanya agama yang
mengatur peribadahan saja sebagaimana yang banyak difahami oleh
kebanyakan manusia pada saat ini. Sesungguhnya Islam mencakup seluruh
aspek dan dimensi kehidupan manusia, diantaranya adalah:

a. Peribadahan
QS. 51 : 56
‫ﻭﻥ‬
ِ‫ﺪ‬
ُ‫ﺒ‬
ُ‫ﻌ‬
ْ
‫ﻴ‬
َ‫ﻟ‬
ِ‫ِﻻ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬‫ْﺲ‬
َ‫ﻧ‬‫ﺍﻹ‬
ِ‫ﱠﻭ‬
َ‫ِﻦ‬
‫ْﺠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ْﺖ‬
ُ‫ﻘ‬
‫ﻠ‬
َ‫ﺎﺧ‬
َ ‫ﻣ‬
َ
‫ﻭ‬
َ
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-
Ku.

b. Akhlak (Etika/ Tata krama/ Budi Pekerti)


Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:
‫َﻕ‬
ِ‫ْﻼ‬
‫َﺧ‬
‫ﺍﻷ‬‫ِﺢ‬
َ‫ﻟ‬
‫ﺎ‬
‫َﺻ‬
َ ‫ﻢ‬
‫ﻤ‬
‫ﱢ‬‫ﺗ‬
َ
‫ُﻷ‬
ُ ‫ْﺖ‬
‫ﺜ‬
‫ﻌ‬
ِ‫ﺑ‬
ُ‫ﺎ‬
‫ﻤ‬
َ‫ﻧ‬
‫ﱠ‬
‫ﺇ‬
ِ‫ﻢ‬
َ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬
‫ِﺻ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻮﻝ‬
ُ‫َﺳ‬
ُ‫َﺭ‬
‫ﺎﻝ‬
‫َﻗ‬
َ‫ﺎﻝ‬
‫َﻗ‬
َ‫ﺓ‬‫ﺮ‬
َ
‫ﻳ‬
ْ‫ﺮ‬
َ‫ِﻲﻫ‬
ُ ‫ﺑ‬
‫ﺃ‬
َ‫َﻦ‬
ْ‫ﻋ‬

Bahwasanyaakudi
utusadal
ahuntukmenyempurnakankebai
kanakhl
ak/mor
al.

(HR. Ahmad)

c. Ekonomi
QS. 59 : 7
‫ﻢ‬
ْ
‫ﻜ‬
ُ‫ﻨ‬
ْ
‫ِﻣ‬
ِ‫ء‬‫ﺎ‬
‫ﻴ‬
َ
‫ﻨ‬
ِ‫َﻏ‬
ْ‫ﺍﻷ‬‫ْﻦ‬
َ‫ﻴ‬
‫ﺑ‬
َ‫ﺔ‬
ً‫ﻟ‬
َ
‫ﻭ‬‫َﺩ‬
ُ‫ﻮﻥ‬
‫ﻜ‬
ُ‫ﻳ‬
َ‫ْﻻ‬
َ‫َﻲ‬
‫ﻛ‬

supayahar
tai
tuj
anganhanyaber
edardiantar
aor
ang-orang kaya saja di antara
kamu.“

d. Politik
7

QS. 5 : 51
‫ﻢ‬
ْ
‫ﻬ‬
ُ‫ﻟ‬
‫ﱠ‬
‫ﻮ‬
َ‫ﺘ‬
َ
‫ﻳ‬
َ‫َﻦ‬
ْ‫ﻣ‬
‫ٍﻭ‬
َ ‫ْﺾ‬
‫ﻌ‬
‫ﺑ‬
َ‫ء‬
ُ‫ﺎ‬
‫ﻴ‬
َ
‫ﻟ‬
ِ‫ﻭ‬
ْ‫ﺃ‬
َ
‫ﻢ‬
ْ‫ﻬ‬
ُ‫ْﻀ‬
ُ‫ﻌ‬‫ﺑ‬
َ‫ء‬
َ‫ﺎ‬
‫ﻴ‬
َ‫ﻟ‬
ِ
‫ﻭ‬
ْ‫ﺃ‬
َ‫َﻯ‬
‫ﺭ‬‫ﺎ‬
‫ﱠﺼ‬
َ ‫ﻨ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫َﻭ‬
َ‫ﺩ‬‫ﻮ‬
‫ﻬ‬
ُ‫ﻴ‬
َ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﺍ‬
‫ﻭ‬‫ﺬ‬
ُ
‫ﱠﺨ‬
ِ‫ﺘ‬‫ﺗ‬
َ
‫ﺍﻻ‬
َ ‫ﻮ‬
‫ﻨ‬
ُ‫ﻣ‬
َ‫ﺍ‬
‫َء‬
َ‫ﻳﻦ‬
‫ﺬ‬
ِ‫ﻟ‬
‫ﱠ‬
‫ﺍ‬‫ﺎ‬
‫ﻬ‬
َ‫ﻳ‬
‫ﱡ‬
‫ﺃ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﻳ‬
َ
‫ﻢ‬
ْ
‫ﻬ‬
ُ‫ﻨ‬
ْ
‫ُﻣ‬
ِ ‫ﻪ‬
‫ﻧ‬
‫ﱠ‬‫ﺈ‬
ِ
‫ْﻓ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻜ‬
ُ
‫ﻨ‬
ْ‫ﻣ‬
ِ
‫ﻴﻦ‬
َ‫ﻤ‬
ِ‫ﻟ‬
ِ
‫ﺎ‬‫ﻟﻈ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬‫ﻡ‬
َ‫ﻮ‬
ْ
‫ﻘ‬
َ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ِﻱ‬
‫ﺪ‬‫ﻬ‬
ْ‫ﻳ‬
َ
‫َﻻ‬
َ ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ِﻥ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan
Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin
bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi
pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.

e. Sosial
QS. 5 : 2
‫ﺍﻥ‬
ِ‫ﻭ‬
َ‫ﺪ‬
ْ
‫ﻌ‬
ُ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ِﻭ‬
َ‫ﻢ‬‫ﺛ‬
ْ
‫ﺍﻹ‬
ِ ‫َﻰ‬
‫ﻠ‬
‫ﺍﻋ‬
َ ‫ﻮ‬
‫ﻧ‬
ُ‫ﻭ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﻌ‬
َ‫ﺗ‬
َ‫َﻻ‬
َ‫َﻯﻭ‬
‫ﻮ‬
‫ﻘ‬
ْ‫ﺘ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ﱢﻭ‬
َ‫ﺮ‬‫ﺒ‬
ِ
‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫َﻰ‬
‫ﻠ‬
‫ﺍﻋ‬
َ ‫ﻮ‬
‫ﻧ‬
ُ‫ﻭ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﻌ‬
َ‫ﺗ‬
َ
‫ﻭ‬
َ

Dant
olongmenolongl
ahkali
andal
am kebaikandanketaqwaan,danjanganl
ah
kali
ant
olongmenolongdal
am perbuatandosadanpermusuhan.”

f. Pendidikan
QS. 31 : 13
‫ﻢ‬
ٌ
‫ﻴ‬‫َﻈ‬
ِ‫ٌﻋ‬
‫ﻢ‬‫ﻠ‬
ْ
‫َﻈ‬
ُ‫ﻟ‬‫ْﻙ‬
َ‫ﺮ‬‫ﻟﺸ‬
‫ﱢ‬‫ﺍ‬‫ِﻥ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬
‫ﻪ‬
ِ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺎ‬
‫ﺑ‬
ِ‫ِﻙ‬
ْ‫ﺮ‬‫ُﺸ‬
ْ‫ﺗ‬‫ﱠﻻ‬
َ‫َﻲ‬
‫ﻨ‬
‫ﺑ‬
ُ‫ﺎ‬
‫ﻳ‬
َ‫ﻪ‬
ُ‫ِﻈ‬
ُ‫ﻌ‬
‫ﻳ‬
َ‫ﻮ‬
َ‫ﻫ‬
ُ
‫ِﻭ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻨ‬
ِ‫ﺑ‬
ْ
‫ُﻹ‬
ِ ‫ﺎﻥ‬
‫ﻤ‬
َ‫ﻘ‬
ْ
‫ﻟ‬
ُ‫ﺎﻝ‬
َ‫ْﻗ‬
َ‫ﺫ‬‫ﺇ‬
ِ
‫ﻭ‬
َ
“Dan( i
ngat l
ah)keti
kaLuqmanber katakepadaanaknya,diwakt uiamember i
pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah)
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".

Karakteristik Islam
Sebagai agama terakhir yang sempurna, Islam memiliki karakteristik (baca;
khasa’i
sh) yang membedakannya dengan agama-agama yang terdahulu. Diantara
karakteristik Islam adalah:

Pertama : Robbaniyah (‫ﻴﺔ‬ ‫ﻧ‬‫ﺎ‬


‫ﺑ‬‫ﻟﺮ‬‫ﺍ‬)
Karakter pertama dinul Islam, adalah bahwa Islam merupakan agama yang bersifat
robbaniyah, yaitu bahwa sumber aj ar
an Islam, pembuat syar i
’at dal
am hukum
(baca; perundang-undangan) dan manhajnya adalah Allah SWT, yang diwahyukan
kepada Rasulullah SAW, baik melalui Al-Qur ’
an maupun sunnah. Al l
ah SWT
berfirman QS. 32 : 1-3:
‫ﺭ‬
َ
‫ﺬ‬
ِ‫ﻨ‬
ْ‫ﺘ‬
ُ
‫ﻟ‬
ِ‫ﱢﻚ‬
َ‫ﺑ‬
‫ْﺭ‬
َ‫ِﻦ‬
‫ﱡﻣ‬
‫َﻖ‬
‫ْﺤ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻮ‬
َ‫ْﻫ‬
ُ‫َﻞ‬
‫ﺑ‬‫ﻩ‬
ُ
‫ﺍ‬
‫ﺮ‬
َ‫ﺘ‬
َ‫ﻓ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﻮﻥ‬
َ ‫ﻟ‬
ُ
‫ﻮ‬‫ﻘ‬
ُ
‫ﻳ‬
َ‫ﻡ‬
ْ‫َ *ﺃ‬
َ ‫ﻴﻦ‬
‫ﻤ‬
ِ‫ﻟ‬
َ
‫ﺎ‬‫ﻌ‬
َ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬‫َﺏ‬
‫ﱢ‬‫ْﺭ‬
‫ِﻦ‬
‫ِﻣ‬‫ﻪ‬
‫ﻴ‬‫َﻓ‬
ِ‫ْﺐ‬
‫ﻳ‬‫َﺭ‬
َ‫ِﻻ‬
‫ﺎﺏ‬
‫ﺘ‬
َ‫ﻜ‬
ِ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬‫ﻳﻞ‬
ُ‫ﺰ‬
ِ‫ﻨ‬
ْ
‫ﺗ‬
َ*‫ﻢ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬

‫ﻭﻥ‬‫ﺪ‬
ُ
‫ﺘ‬
َ‫ﻬ‬
ْ
‫ْﻳ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻬ‬
ُ
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻌ‬
َ
‫ﻟ‬
َ‫ِﻚ‬
َ‫ﻠ‬‫ﺒ‬
ْ
‫ْﻗ‬
َ‫ِﻦ‬
‫ٍﻣ‬‫ﺮ‬
‫ﻳ‬‫ﺬ‬
ِ‫ﻧ‬
َ
‫ِﻦ‬
ْ ‫ْﻣ‬
‫ﻢ‬
‫ﻫ‬
ُ‫ﺎ‬‫ﺗ‬
َ
‫ﺃ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﺎﻣ‬
َ ‫ﻣ‬
ً‫ﻮ‬
ْ‫ﻗ‬
َ
Alif Laam Miim. Turunnya Al Qur'an yang tidak ada keraguan padanya, (adalah) dari Tuhan
semesta alam. Tetapi mengapa mereka (orang kafir) mengatakan: "Dia Muhammad
mengada-adakannya". Sebenarnya Al Qur'an itu adalah kebenaran (yang datang) dari
Tuhanmu, agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang belum datang kepada mereka
orang yang memberi peringatan sebelum kamu; mudah-mudahan mereka mendapat
petunjuk.

Dengan karakteristik ini, Islam sangat berbeda dengan agama manapun yang ada
di dunia pada saat ini. Karena semua agama selain Islam, adalah buatan manusia,
atau paling tidak terdapat campur tangan manusia dalam pensyariatannya.

Kedua : Syumuliyah / universal (‫ﻴﺔ‬ ‫ﻟ‬‫ﻟ ﺸﻤﻮ‬)


‫ﺍ‬
Artinya bahwa karakteristik Islam adalah bahwa Islam merupakan agama yang
universal yang mencakup segala aspek kehidupan manusia. Menyentuh segenap
8

dimensi, seperti politik, ekonomi, pendidikan, kebudayaan dsb. Mengatur manusia


dari semenjak bangun tidur hingga tidur kembali. Merambah pada pensyariatan
dari semenjak manusia dilahirkan dari perut ibu, hingga ia kembali ke perut bumi,
dan demikian seterusnya. Perhatikan firman Allah QS. 2 : 208.
Imam Syahid Hasan Al-Banna mengemukakan:
“Isl
am adal ahsistem yangsyami l‘
menyel uruh’mencakupsemuaaspekkehi dupan.
Ia adalah negara dan tanah air, pemerintah dan umat, moral dan kekuatan, kasih
sayang dan keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu pengetahuan dan
hukum, materi dan kekayaan alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah,
pasukan dan pemikiran. Sebagaimana juga ia adalah aqidah yang murni dan
ibadahyangbenar ,t
idakkur angt i
daklebih.”

Ketiga : Tawazun/ Seimbang (‫ﺯﻥ‬ ‫ﺍ‬‫ﺘﻮ‬‫ﻟ‬


‫ﺍ‬)
Karakter ketiga agama Islam adalah bahwa Islam merupakan agama yang tawazun
(seimbang). Artinya Islam memperhatikan aspek keseimbangan dalam segala hal;
antara dunia dan akhirat, antara fisik manusia dengan akal dan hatinya serta
antara spiritual dengan material, demikian seterusnya. Pada intinya dengan
tawazun ini Islam mengi nginkan ti
dak adanya ‘keter
tindasan’sat u aspek lant aran
ingin memenuhi atau memuaskan aspek lainnya, sebagaimana yang terdapat
dalam agama lain. Seperti tidak menikah karena menjadi pemuka agamanya, atau
meninggalkan dunia karena ingin mendapatkan akhirat. Konsep Islam adalah
bahwa seorang muslim yang baik adalah seorang muslim yang mempu menunaikan
seluruh haknya secara maksimal dan merata. Hak terhadap Allah, terhadap dirinya
sendiri, terhadap istri dan anaknya, terhadap tetangganya dan demikian
seterusnya.

Keempat : Insaniyah (‫ﻴﺔ‬ ‫ﻧ‬‫ﺎ‬‫ﻧﺴ‬ ‫ﺍﻹ‬)


Karakter yang keempat adalah bahwa Islam merupakan agama yang bersifat
insaniyah. Artinnya bahwa Islam memang Allah jadikan pedoman hidup bagi
manusia yang sesuai dengan sifat dan unsur kemanusiaan. Islam bukan agama
yang disyariatkan untuk malaikat atau jin, sehingga manusia tidak kuasa atau tidak
mampu untuk melaksanakannya. Oleh karenanya, Islam sangat menjaga aspek-
aspek ‘ kefi
trahan manusi a’, dengan ber bagai kelebi
han dan kekur angan yang
terdapat dalam diri manusia itu sendiri. Sehingga dari sini, Islam tidak hanya
agama yang seolah dikhususkan untuk para tokoh agamanya saja (baca ; ulama).
Namun dalam Islam semua pemeluknya dapat melaksanakan Islam secara
maksimal dan sempurna. Bahkan bisa jadi, orang awam akan lebih tinggi
derajatnya di hadapan Allah dari pada seorang ahli agama. Karena dalam Islam
yang menjadi standar adalah ketakwaannya kepada Allah.

Kelima : Al-Adalah / Keadilan (‫ﻟﺔ‬ ‫ﺍ‬‫ﻟﻌﺪ‬‫ﺍ‬)


Karekteristik Islam berikutnya, bahwa Islam merupakan agama keadilan, yang
memiliki konsep keadilan merata bagi seluruh umat manusia, termasuk bagi orang
yang non muslim, bagi hewan, tumbuhan atau makhluk Allah yang lainnya.
Keadilan merupakan inti dari ajaran Islam, apalagi jika itu menyangkut orang lain.
Allah berfirman: (QS. 5 : 8)
‫ﻮﻥ‬
َ‫ﻠ‬
ُ‫ﻤ‬
َ‫ﻌ‬
ْ
‫ﺗ‬
َ‫ﺎ‬‫ﻤ‬
َ
‫ٌﺑ‬
ِ‫ﺮ‬‫ﻴ‬
‫ﺒ‬
ِ
‫َﺧ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻥ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬
‫ﻪ‬
َ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺍ‬
‫ﻮ‬‫ﻘ‬
ُ
‫ﺗ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬
‫َﻯﻭ‬
َ ‫ﻮ‬
‫ﻘ‬
ْ‫ﺘ‬
‫ﱠ‬
‫ﻠ‬‫ﻟ‬
ِ
‫َﺏ‬
ُ ‫ﺮ‬
‫ﻗ‬
ْ‫ﺃ‬
َ‫ﻮ‬
َ
‫ﺍﻫ‬
ُ ‫ﻮ‬
‫ﻟ‬
ُ‫ﺪ‬
ِ
‫ﺍﻋ‬
ْ
9


Berbuatadill
ahkal i
an,kar enakeadi l
anitudapatl ebihmendekat kankalianpada
ketaqwaan. Dan bertakwalah kalian kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
terhadap apa yangkal i
anker jakan.

Inilah beberapa karakteristik terpenting dari agama Islam. Di luar kelima


karakteristik ini, sesungguhnya masih banyak karakteristik Islam lainnya. Kelima
hal di atas hanyalah sebagai contoh saja.

Penutup
Inilah sekelumit informasi mengenai Al-Islam, yang tidak lain dan tidak
bukan adalah agama yang benar-benar bersumber dari Allah SWT, yang tiada
keraguan sedikitpun mengenai kebenarannya. Islam merupakan agama sempurna
yang menyempurnakan agama-agama terdahulu yang sudah banyak dikotori oleh
campur tangan pemeluknya sendiri.
Tiada jalan bagi kita semua melainkan hanya menjadikan Islam sebagai
pegangan hidup dalam segala hal, dalam beribadah, bermuamalah, berpolitik,
berekonomi, berpendidikan, bersosial dan lain sebagainya. Kebagahian merupakan
hal yang insya Allah akan dipetik, oleh mereka-mereka yang memiliki komitmen
untuk melaksanakan Islam secara kaffah, sebagaimana para pendahulu-pendahulu
kita. Semoga Allah menjadikan kita sebagai hamba-hamab-Nya yang baik. Amiin.
Wal lahuA’lam Bishowab.
By. Rikza Maulan, Lc., M.Ag.

Bahan Bacaan

Hadiri, Khairuddin. Klasifikasi Kandungan Al-Qur ’


an. Cet. V – 1996 / 1417 H.
Jakarta : Gema Insani Press.
Hawwa,Sa’ id.Al-Islam. (Terj. Oleh Abu Ridha dan AR Shaleh Tamhid) Cet. I –
2000. Jakarta : Al-I’
tisham CahayaUmat .
Zaidan, Abdul Karim. Ushul al-Da’ wah. Cet. V –1996/ 1417 H. Beirut –Libanon :
Mu’ assasaturRi salah.
CD. ROM. Al-Qur ’an 6. 50 & Al -Hadits. Syirkah Sakhr li Baramij al-Hasib (1991 –
1997).
CD. ROM. Mausu’ ah Ul ama’al -Islam; Dr. Yusuf al-Qardhawi ; al-Fiqh wa Ushulih.
Al-Markaz al-Handasi lil Abhas al-Tatbiqiyah.
CD. ROM. Mausu’ ahal -Hadits al-Syarif 2.00 (Al-Ishdar al-Tsani). Syirkah al-Baramij
al-Islamiyah al-Dauliyah.

‫ﻴﻢ‬
‫ﺮﺣ‬‫ﻟ‬
‫ﺮﺣﻤﻦﺍ‬
‫ﻟ‬‫ﺑﺴﻢﺍﷲﺍ‬

MEMAHAMI ASSYAHADATAIN
‫ﺗﻲ‬
‫ﺩ‬‫ﺎ‬
‫ﻬ‬‫ﻟﺸ‬
‫ﺎ‬
‫ﺑ‬‫ﻳﻒ‬
‫ﺮ‬‫ﻌ‬‫ﺘ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬
Muqadimah
Syahadat merupakan hal yang sangat penting bagi seseorang, yang akan
menentukan perjalanan kehidupannya. Dengan syahadat, orientasi duniawi (baca;
materiil) akan berubah menjadi orientasi ukhrawi yang secara langsung atau tidak
10

dapat merubah tujuan dan perjalanan hidup seseorang. Dan dengan syahadat ini
pulalah, Rasulullah SAW mengubah kondisi masyarakat Arab, dari kehidupan yang
jahili menuju kehidupan yang Islami.
Syahadat membawa perubahan mendasar dalam jiwa setiap insan. Syahadat
merubah kondisi masyarakat dari akarnya yang paling bawah; yaitu dari sisi relung
hatinya yang paling dalam. Ketika hati telah berubah, maka segala gerak gerik,
tingkah laku, pola pikir, kejiwaan dan segala tindak tanduk akan berubah pula.
Namun tentulah untuk dapat mewujudkan perubahan seperti itu, harus
terlebih dahulu memahami hakekat yang terkandung dalam kalimat yang
membawa perubahan itu. Para sahabat, yang mereka semua sebagian besar orang
Arab, sangat memahami makna yang terkandung dalam kalimat tersebut. Sehingga
ketika mereka mengucapkannya, merekapun mengetahui dan memahami
konsekwensi yang bakal mereka terima dari ucapannya. Oleh karena itulah, tidak
sedikit kasus adanya penolakan dari mereka untuk mengucapkan kalimat tersebut.
Bahkan diantara mereka ada yang mengatakan akan dapat mengatakan sepuluh
kalimat, asalkan bukan kalimat yang satu itu.

Urgensi Syahadatain
Dari sinilah, kita dapat memetik urgensi (baca ; ahamiyah) dari syahadat. Dan
terdapat beberapa urgensi syahadat penting lainnya. Diantaranya adalah:
1. (ِ
‫َﻡ‬
‫ْﻼ‬‫ِﺳ‬‫ْﻹ‬
‫َﻰﺍ‬‫ﻟ‬ ‫ٌﺇ‬
ِ‫َﻞ‬
‫ْﺧ‬ ‫)ﻣ‬
‫َﺪ‬
Syahadat merupakan pintu gerbang masuk ke dalam Islam.
Karena pada hakekatnya, syahadat merupakan pemisah seseorang dari
kekafiran menuju Iman. Artinya dengan sekedar mengucapkan syahadat,
seseorang telah dapat dikatakan sebagai seorang muslim. Demikian pula
sebaliknya, tanpa mengucapkan syahadat, seseorang belum dapat dikatakan
sebagai seorang muslim, kendatipun baiknya orang tersebut.
Dalam syahadat seseorang akan mengakui bahwa hanya Allah lah satu-satunya
Dzat yang mengatur segala sesuatu yang ada di jagad raya, termasuk mengatur
segala aspek kehidupan manusia dengan mengutus seorang rasul yang
ditugaskan untuk membimbing umat manusia, yaitu nabi Muhammad SAW.

2. (ِ
‫َﻡ‬
‫ْﻼ‬‫ِﺳ‬
‫ْﻹ‬
‫ِﺍ‬‫ْﻢ‬
‫ﻴ‬‫ﻟ‬
ِ
‫ﺎ‬‫ﻌ‬
َ‫ُﺗ‬
َ‫َﺔ‬
‫َﺻ‬
‫ُﻼ‬‫)ﺧ‬
Syahadat merupakan intisari dari ajaran Islam.
Karena syahadat mencakup dua hal: Pertama konsep la ilaha ilallah;
merealisasikan segala bentuk ibadah hanya kepada Allah, baik yang dilakukan
secara pribadi maupun secara bersamaan (berjamaah). Dari sini akan
melahirkan keikhlasan kepada Allah SWT. Kedua, konsep Muhammad adalah
utusan Allah, mengantarkan pada makna bahwa konsep ini menjadi konsep
yang mengharuskan kita untuk mengikuti tatacara penyembahan kepada Allah
sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Atau dengan kata lain sering
disebut dengan ittiba’
.

3. (ِ
‫َﺏ‬‫ِﻼ‬‫ْﻘ‬
‫ﻧ‬‫ْﻹ‬
ِ‫ُﺍ‬
‫ﺎﺱ‬ ‫َﺳ‬
َ )
‫ﺃ‬
Syahadat merupakan dasar perubahan total, baik pribadi maupun masyarakat.
Karena syahadat dapat merubah kondisi suatu masyarakat, bangsa dan negara
secara menyeluruh, dengan sentuhan yang sangat dalam yaitu dari dalam tiap
diri insan. Karena jika seseorang dapat berubah, maka ia akan menjadi perubah
yang akan merubah masyarakatnya. Allah berfirman dalam (QS. 13 : 11) :
‫ﻢ‬
ْ
‫ﻬ‬
ِ‫ُﺴ‬
ِ‫ﻔ‬
‫ﻧ‬
ْ‫ﺄ‬
َ
‫ﺑ‬
ِ‫ﺎ‬
‫ﺍﻣ‬
َ ‫ﻭ‬
‫ﺮ‬
ُ‫ﻴ‬
‫ﱢ‬‫ﻐ‬
َ
‫ﻳ‬
ُ‫ﱠﻰ‬
‫ﺘ‬
‫ٍﺣ‬
َ ‫ﻡ‬
‫ﻮ‬
ْ‫ﻘ‬
َ‫ﺑ‬
ِ
‫ﺎ‬‫ُﻣ‬
َ‫ﺮ‬‫ﻴ‬
‫ﱢ‬
‫ﻐ‬
َ‫ﻳ‬
ُ‫َﻻ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻥ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬

SesungguhnyaAl
laht
idakakanmerubah kondisi suatu kaum, hingga mereka mau
merubahdi
rimerekasendi ri
.”
11

4. (َ
‫ﱠﻢ‬
‫ﻠ‬‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ْﻪ‬
‫ﻴ‬‫ﻠ‬
َ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﱠﻰﺍﷲ‬ ‫ﻠ‬
‫ِﺻ‬
َ ‫ِﺍﷲ‬‫ْﻝ‬
‫ﻮ‬
‫َﺳ‬
ُ ‫ِﺭ‬
‫ﺓ‬ ‫ﻮ‬
َ
‫َﻋ‬
ْ ‫ُﺩ‬
‫َﺔ‬
‫ْﻘ‬
‫ﻴ‬ ‫)ﺣ‬
‫َﻘ‬
ِ
Syahadat merupakanhakekatda’ wahRasulullah SAW.
Karena pada hekekat nya da’ wah Rasulullah SAW adal ah da’ wah unt
uk
menegakkan dua hal; yaitu mentauhidkan Allah. Dan kedua menggunakan
metode Rasulullah SAW dalam merealisasikan ibadah kepada Allah SWT.

5. (ٌ
‫َﺔ‬
‫ْﻤ‬
‫ﻴ‬‫َﻈ‬
ِ‫ٌﻋ‬‫ِﻞ‬‫ﺋ‬
‫ﺎ‬‫َﻀ‬
َ‫ﻓ‬)
Syahadat memiliki keutamaan yang besar.
Diantaranya keutamaanya adalah sebagaimana yang digambarkan dalam hadits
berikut:
‫ْﻻ‬
َ‫َﻥ‬
‫ﺃ‬
‫ﺪ‬
َ‫ﻬ‬
ِ‫ْﺷ‬
َ‫َﻦ‬
‫ُﻣ‬
‫ﻮﻝ‬
‫ﻘ‬
ُ‫ﻳ‬
َ‫ﻢ‬
َ
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬
‫ِﺻ‬
َ ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ﻮﻝ‬
َ ‫َﺳ‬
ُ‫ُﺭ‬‫ْﺖ‬
‫ﻌ‬‫ﻤ‬
ِ
‫َﺳ‬
َ ‫ﺎﻝ‬
‫ُﻗ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻧ‬
‫ﱠ‬
‫ﺃ‬
َ‫ِﺖ‬
ِ‫ﻣ‬‫ﺎ‬
‫ﻟﺼ‬
‫ﱠ‬ ‫ﺍ‬
‫ْﻦ‬
ِ‫ﺑ‬‫ﺓ‬
َ
‫ﺩ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﺒ‬
َ‫ْﻋ‬
ُ‫َﻦ‬
‫ﻋ‬
‫ﺍ‬‫ﺪ‬
ً
‫ﻤ‬
‫ﱠ‬‫ُﺤ‬
َ‫ﱠﻣ‬
‫َﻥ‬
‫ﺃ‬
‫ُﻭ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻻ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬‫ﻪ‬
َ‫ﻟ‬
َ
‫ﺇ‬
ِ
‫ﺭ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﻨ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻪ‬
ِ‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻡ‬
َ‫ﺮ‬
‫ﱠ‬
‫ِﺣ‬
َ ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻮﻝ‬
ُ ‫َﺳ‬
ُ‫ﺭ‬
“DariUbadah bin al-Shamit, aku mendengar Rasulullah SAW ber sabda,‘
Bar angsiapa
yang bersaksi tiada tuhan selain Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah,
makaAl l
ahakanmenghar amkam ner akabaginya”.(
HR.Musl i
m)

Arti Kata Syahadat


Ditinjau dari segi bahasa, sedikitnya terdapat tiga arti dari kata syahadat, ketiga
makna tersebut adalah :
1. (‫ﺭ‬‫ﺍ‬‫ﺮ‬‫ﻗ‬
‫ﺍﻹ‬/‫ﺍﻹﻋﻼﻥ‬ ) Pernyataan
Mengenai makna ini, Allah menggambarkan dalam Al-Qur ’
an( QS.3:18):
‫ﻢ‬
ُ
‫ﻴ‬‫ﻜ‬
ِ
‫ْﺤ‬
َ‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ﺰ‬
ُ‫ﻳ‬‫ﺰ‬
ِ
‫ﻌ‬
َ‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬
‫ﻮ‬
َ‫ﱠﻫ‬
ُ‫ِﻻ‬
‫ﺇ‬‫ﻪ‬
َ
‫ﻟ‬
َ‫ﺇ‬
ِ‫ِﻻ‬
َ‫ْﻂ‬
‫ِﺴ‬
‫ﻘ‬
‫ﻟ‬
ْ‫ﺎ‬
‫ﺑ‬
ِ‫ﺎ‬
‫ﻤ‬
ً‫ﺋ‬
ِ
‫ﺎ‬‫ِﻗ‬
َ‫ﻢ‬
‫ﻠ‬
ْ‫ﻌ‬
ِ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬‫ﻮ‬
‫ﻟ‬
ُ‫ﻭ‬‫ﺃ‬
ُ
‫ُﻭ‬
َ‫ﺔ‬‫ﻜ‬
َ
‫ﺋ‬
ِ‫َﻼ‬
َ‫ﻤ‬
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬
‫َﻭ‬
َ‫ﻮ‬‫ﱠﻫ‬
ُ‫ِﻻ‬
‫ﺇ‬‫ﻪ‬
َ
‫ﻟ‬
َ‫ﺇ‬
ِ‫ُﻻ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻧ‬
‫ﱠ‬
‫ﺃ‬
َ‫ﻪ‬
ُ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺪ‬
َ‫ﻬ‬
ِ
‫ﺷ‬
َ
“Al
lahmenyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan
Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga
menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia,
Yang Maha Perkasa lagi MahaBi j
aksana. ”

Seseorang yang bersyahadat, berarti ia telah menyatakan sesuatu, sesuai


dengan apa yang dinyatakannya. Dalam hal ini seseorang menyatakan bahwa
tiada tuhan selain Allah dan bahwanya Muhammad adalah utusan Allah.

2. (‫ﻠﻒ‬ ‫ﻟﺤ‬‫ﺍ‬/ ‫ﻟﻘﺴﻢ‬ ) Sumpah


‫ﺍ‬
Allah berfirfirman (QS. 24 : 6):
‫ﻪ‬
ُ
‫ﻧ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬
ِ‫ﻪ‬
ِ
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺎ‬‫ﺑ‬
ِ
‫ﺍﺕ‬
ٍ ‫ﺩ‬
َ
‫ﺎ‬‫ﻬ‬
َ
‫ُﺷ‬
َ ‫ﻊ‬
‫ﺑ‬
َ‫ﺭ‬
ْ‫ﺃ‬
َ
‫ﻢ‬
ْ‫ﻫ‬
ِ‫ﺪ‬
ِ
‫َﺣ‬
َ‫ﺃ‬‫ﺓ‬
ُ
‫ﺩ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﻬ‬
َ‫َﺸ‬
َ‫ْﻓ‬
‫ﻢ‬
‫ﻬ‬
ُ‫ُﺴ‬
ُ‫ﻔ‬
‫ﻧ‬
ْ‫ﺃ‬
َ‫ِﻻ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬‫ء‬
ُ
‫ﺍ‬‫ﺪ‬
َ
‫ﻬ‬
َ‫ْﺷ‬
ُ‫ﻢ‬‫ﻬ‬
ُ
‫ﻟ‬
َ‫ُﻦ‬
ْ‫ﻜ‬
‫ﻳ‬
َ‫ﻢ‬
ْ‫ﻟ‬
َ
‫ْﻭ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻬ‬
ُ
‫ﺍﺟ‬
َ ‫ﻭ‬
َ
‫ﺯ‬
ْ‫ﺃ‬
َ‫ﻮﻥ‬
َ‫ﻣ‬
ُ‫ﺮ‬
ْ‫ﻳ‬
َ
‫ﻳﻦ‬
َ ‫ﺬ‬
ِ
‫ﻟ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬
‫ﻭ‬
َ
‫ﻴﻦ‬
َ ‫ﻗ‬
ِ
‫ﺩ‬
ِ‫ﺎ‬
‫ﻟﺼ‬
‫ﱠ‬ ‫ﺍ‬‫ِﻦ‬
َ‫ﻤ‬‫ﻟ‬
َ
“Danor ang-orang yang menuduh isterinya (berzina), padahal mereka tidak ada
mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka persaksian orang itu ialah
empat kali bersumpah dengan nama Allah, sesungguhnya dia adalah termasuk orang-
or angyangbenar .”

Seseorang yang bersyahadat, maka ia sesungguhnya telah menyatakan diri


dengan bersumpah, bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah
utusan Allah.

3. (‫ﻮﻋﺪ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬/ ‫ﻌﻬﺪ‬‫ﻟ‬) Perjanjian


‫ﺍ‬
Allah berfirman (QS. 2 : 84) :
12

‫ﻢ‬
ْ
‫ﺘ‬
ُ‫ﻧ‬
ْ
‫ﺃ‬
َ‫ْﻭ‬
َ‫ﻢ‬‫ﺗ‬
ُ
‫ﺭ‬
ْ‫ﺮ‬
َ‫ﻗ‬
ْ
‫ﺃ‬
َ‫ﻢ‬
‫ﱠ‬‫ﺛ‬
ُ
‫ﻢ‬
ْ‫ﻛ‬
ُ‫ﺭ‬
ِ
‫ﺎ‬‫ﻳ‬
َ
‫ْﺩ‬
ِ‫ِﻦ‬
‫ْﻣ‬
‫ﻢ‬
‫ﻜ‬
ُ‫ُﺴ‬
َ‫ﻔ‬
‫ﻧ‬
ْ‫ﺃ‬
َ
‫ﻮﻥ‬
َ ‫ِﺟ‬
ُ‫ﺮ‬‫ُﺨ‬
ْ‫ﺗ‬‫َﻻ‬
َ‫ْﻭ‬
‫ﻢ‬‫ﻛ‬
ُ
‫ء‬
َ‫ﺎ‬‫ﻣ‬
َ
‫َﺩ‬
ِ‫ﻮﻥ‬
‫ﻜ‬
ُ‫ﻔ‬
ِ‫َﺴ‬
ْ‫ﺗ‬‫ْﻻ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻜ‬
ُ
‫ﻗ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﺜ‬
َ‫ﻴ‬
‫ﺎﻣ‬
ِ ‫ﻧ‬
َ
‫ﺬ‬
ْ‫َﺧ‬
َ‫ﺃ‬
‫ﺫ‬
ْ‫ﺇ‬
ِ‫ﻭ‬
َ
‫ﻭﻥ‬
َ ‫ﺪ‬
ُ‫ﻬ‬
َ
‫َﺸ‬
ْ ‫ﺗ‬
“Dan(ingat
lah),keti
kaKamimengambil janji dari kamu (yaitu): kamu tidak akan
menumpahkan darahmu (membunuh orang), dan kamu tidak akan mengusir dirimu
(saudaramu sebangsa) dari kampung halamanmu, kemudian kamu berikrar (akan
memenuhinya) sedang kamu mempersaksikannya. ”

Seorang yang bersyahadat, sesungguhnya ia telah berjanji kepada Allah SWT


untuk mentauhidkannya (tiada tuhan selain Allah), demikian juga berjanji untuk
menjadikan nabi Muhammad adalah benar-benar utusan Allah, yang harus ia
ikuti.

Syarat Diterimanya Syahadat


Melihat makna syahadat di atas, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa
ternyata syahadat bukanlah merupakan hal sepele yang ringan diucapkan oleh
lisan. Namun syahadat memiliki konsekwensi yang demikian besarnya di hadapan
Allah SWT. Oleh karena itulah, kita melihat para sahabat Rasulullah SAW yang
langsung memiliki perubahan yang besar dalam diri mereka, setelah mengucapkan
kalimat tersebut.
Berkenaan dengan hal ini, kita perlu melihat sejauh mana batasan-batasan
yang dapat menjadikan syahadat kita dapat diterima oleh Allah SWT. Para ulama
memberikan beberapa batasan, agar syahadat seseorang dapat diterima.
Diantaranya adalah:
1. (‫ﻠﺠﻬﻞ‬ ‫ﻓﻲﻟ‬‫ﺎ‬‫ﻨ‬
‫ﻟﻤ‬‫ﻠﻢﺍ‬‫ﻌ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬) Didasari dengan ilmu.
Yaitu (pengetahuan) tentang makna yang dikandung dalam syahadat, dengan
pengetahuan yang menghilangkan rasa ketidaktahuan tentang syahadat yang
akan diucapkannya itu. Allah berfirman (QS. 47 : 19) :
‫ﻢ‬
ْ
‫ﻛ‬
ُ‫ﺍ‬
‫ﻮ‬
َ‫ﺜ‬
ْ
‫ﻣ‬
َ‫ْﻭ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻜ‬
ُ
‫ﺒ‬
َ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻘ‬
َ‫ﺘ‬
َ
‫ُﻣ‬
ُ‫ﻢ‬‫ﻠ‬
َ
‫ﻌ‬
ْ‫ﻳ‬
َ‫ﻪ‬
ُ
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻭ‬
َ‫ﺎﺕ‬
‫ﻨ‬
َ‫ﻣ‬
ِ
‫ﺆ‬
ْ‫ﻤ‬
ُ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬
‫َﻭ‬
َ ‫ﻴﻦ‬
‫ﻨ‬
ِ
‫ﻣ‬
ِ‫ﺆ‬
ْ‫ﻤ‬
ُ
‫ﻠ‬
ْ‫ﻟ‬
ِ
‫َﻭ‬
َ‫ِﻚ‬
‫ﺒ‬
‫ﻧ‬
ْ‫ﺬ‬
َ
‫ﻟ‬
ِ‫ﺮ‬
ْ‫ﻔ‬
ِ
‫ﻐ‬
ْ‫ﺘ‬
َ
‫ﺍﺳ‬
ْ‫ُﻭ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻻ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬‫ﻪ‬
َ
‫ﻟ‬
َ‫ﺇ‬
ِ‫ُﻻ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻧ‬
‫ﱠ‬
‫ﺃ‬
َ‫ﻢ‬
ْ‫ﻠ‬
َ
‫ﺎﻋ‬
ْ‫ﻓ‬
َ
“Makaket ahuil
ah,bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Haq) melainkan Allah
dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mu'min, laki-laki dan
perempuan.DanAl lahmenget ahuitempatkamuber usahadant empatt inggal mu. ”

2. (‫ﻠﺸﻚ‬ ‫ﻓﻲﻟ‬‫ﺎ‬‫ﻨ‬‫ﻟﻤ‬
‫ﻴﻦﺍ‬‫ﻴﻘ‬
‫ﻟ‬) Didasari dengan keyakinan
‫ﺍ‬
Artinya seseorang ketika mengucapkan syahadat, tidak hanya sekedar didasari
rasa t ahu bahwa tiada t uhan sel ain Al
lah,namun r asa ‘
tahu’t
ersebutharus
menjadi sebuah keyakinan dalam dirinya bahwa memang benar-benar hanya
Allah Rab semesta alam. Allah berfirman (QS. 49 : 15):
‫ﻴﻞ‬
ِ‫ﺒ‬
ِ
‫ِﻲﺳ‬
َ ‫ْﻓ‬
‫ﻢ‬
‫ﻬ‬
ِ‫ُﺴ‬
ِ‫ﻔ‬
‫ﻧ‬
ْ‫ﺃ‬
َ
‫ْﻭ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻬ‬
ِ
‫ﻟ‬
ِ‫ﺍ‬
‫ﻮ‬
َ‫ﻣ‬
ْ‫ﺄ‬
َ
‫ﺑ‬
ِ‫ﺍ‬
‫ﻭ‬‫ﺪ‬
ُ
‫ﻫ‬
َ‫ﺎ‬‫َﺟ‬
َ‫ﺍﻭ‬
‫ﻮ‬‫ﺑ‬
ُ‫ﺎ‬
‫ﺗ‬
َ
‫ﺮ‬
ْ‫ﻳ‬
َ‫ﻢ‬
ْ‫ﻟ‬
َ
‫ﻢ‬
‫ﱠ‬‫ﺛ‬
ُ‫ﻪ‬
ِ‫ﻟ‬
ِ
‫ﻮ‬‫َﺳ‬
ُ‫ﺭ‬‫ِﻭ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺎ‬‫ﺑ‬
ِ‫ﺍ‬
‫ﻮ‬‫ﻨ‬
ُ
‫ﻣ‬
َ‫َﺁ‬
‫ﻳﻦ‬
‫ﺬ‬
ِ‫ﻟ‬
‫ﱠ‬
‫ﺍ‬‫ﻮﻥ‬
َ‫ﻨ‬
ُ‫ﻣ‬
ِ‫ﺆ‬
ْ
‫ﻤ‬
ُ‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬
‫ﺎ‬‫ﻤ‬
َ‫ﻧ‬
‫ﱠ‬
‫ﺇ‬
ِ
‫ﻮﻥ‬
َ ‫ﻗ‬
ُ
‫ﺩ‬
ِ‫ﺎ‬
‫ﻟﺼ‬
‫ﱠ‬ ‫ﺍ‬‫ﻢ‬
ُ
‫َﻫ‬
ُ ‫ِﻚ‬
‫ﺌ‬
‫ﻟ‬
َ
‫ﻭ‬‫ﺃ‬
ُ‫ﻪ‬
ِ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬

Sesungguhnyaor ang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada
Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan
harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-or
angyangbenar .

3. (‫ﺮﻙ‬ ‫ﻠﺸ‬‫ﻓﻲﻟ‬ ‫ﺎ‬


‫ﻨ‬‫ﻟﻤ‬ ) Didasari dengan keikhlasan
‫ﺍﻹﺧﻼ ﺹﺍ‬
Keyakinan mengenai keesaan Allah itupun harus dilandasi dengan keikhlasan
dalam hatinya bahwa hanya Allah lah yang ia jadikan sebagai Rab, tiada sekutu,
tiada sesuatu apapun yang dapat menyamainya dalam hatinya. Keiklasana
seperti ini akan menghilangkan rasa syirik kepada sesuatu apapun juga. Allah
berfirman (QS. 98 : 5):
13

‫ﻳﻦ‬
ُ‫َﺩ‬
ِ‫ِﻚ‬
‫ﻟ‬
‫ﺫ‬
َ‫َﻭ‬
َ‫ﺓ‬
‫ﺎ‬‫ﻛ‬
َ
‫ﺰ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ﺍ‬‫ﻮ‬‫ﺗ‬
ُ
‫ﺆ‬
ْ‫ﻳ‬
ُ
‫َﻭ‬
َ‫ﺓ‬‫ﱠﻼ‬
َ‫ﻟﺼ‬‫ﺍ‬
‫ﺍ‬‫ﻮ‬‫ﻤ‬
ُ
‫ﻴ‬‫ﻘ‬
ِ
‫ﻳ‬
ُ‫َﻭ‬
َ‫ء‬‫ﺎ‬
‫ﻔ‬
َ
‫ﻨ‬
َ‫َﺣ‬
ُ ‫ﻳﻦ‬
‫ﺪ‬
‫ﱢ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻪ‬
ُ‫ﻟ‬
َ
‫ﻴﻦ‬
َ ‫ِﺼ‬
ِ‫ﻠ‬‫ُﺨ‬
ْ‫َﻣ‬
‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺍ‬‫ﻭ‬
‫ﺪ‬
ُ‫ﺒ‬
ُ‫ﻌ‬
ْ
‫ﻴ‬
َ‫ﻟ‬
ِ‫ِﻻ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬‫ﺍ‬
‫ﻭ‬‫ﺮ‬
ُ‫ﻣ‬
ِ
‫ﺃ‬
ُ‫ﺎ‬‫ﻣ‬
َ
‫ﻭ‬
َ
‫ﺔ‬
ِ‫ﻤ‬
َ
‫ﻴ‬
‫ﱢ‬‫ﻘ‬
َ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬

Padahalmer ekati
dakdi suruhkecualisupayamenyembahAl lahdenganmemur ni
kan
keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka
mendiri
kanshal atdanmenunai kanzakat;danyangdemi kiani t
ulahagamayangl urus.”

4. (‫ﻠﻜﺬﺏ‬ ‫ﻓﻲﻟ‬‫ﺎ‬
‫ﻨ‬‫ﻟﻤ‬ ‫ﻟﺼﺪﻕﺍ‬ ‫ﺍ‬) Didasari dengan kejujuran
Persaksian itu juga harus dilandasi dengan kejujuran, artinya apa yang
diucapkannya oleh lisannya itu sesuai dengan apa yang terdapat dalam hatinya.
Karena jika lisannya mengucapkan syahadat, kemudian hatinya meyakini
sesuatu yang lain atau bertentangan dengan syahadat itu, maka ini merupakan
sifat munafik. Allah berfirman (QS. 2 : 8 –9):
‫ﻳﻦ‬
َ‫ﺬ‬
ِ‫ﻟ‬
‫ﱠ‬
‫ﺍ‬‫َﻭ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻮﻥ‬
َ‫ِﻋ‬
ُ‫ﺩ‬‫ﺎ‬
‫ُﺨ‬
َ‫َ*ﻳ‬
‫ﻴﻦ‬
‫ﻨ‬
ِ‫ﻣ‬
ِ‫ﺆ‬
ْ
‫ﻤ‬
ُ‫ﺑ‬
ِ‫ﻢ‬
ْ‫ﺎﻫ‬
ُ‫ﻣ‬
َ‫ِﻭ‬
َ‫ﺮ‬‫ﺍﻵﺧ‬
ِ ‫ﻡ‬
ِ‫ﻮ‬
ْ
‫ﻴ‬
َ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺎ‬‫ﺑ‬
ِ
‫ِﻭ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺎ‬‫ﺑ‬
ِ
‫ﺎ‬‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻣ‬
َ‫ﺍ‬‫ُء‬
َ‫ﻮﻝ‬
‫ﻘ‬
ُ‫ﻳ‬
َ‫َﻦ‬
ْ‫ِﻣ‬
‫ﺎﺱ‬‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻦ‬
َ‫ﻣ‬
‫ﻭ‬
َ

‫ﻭﻥ‬‫ﺮ‬
ُ
‫ﻌ‬
ُ‫َﺸ‬
ْ‫ﻳ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬
َ
‫ْﻭ‬
َ ‫ﻢ‬
‫ﻬ‬
ُ‫ُﺴ‬
َ‫ﻔ‬
‫ﻧ‬
ْ‫ﺃ‬
َ
‫ِﻻ‬
‫ﱠ‬ ‫ﺇ‬
‫ﻮﻥ‬
َ ‫َﻋ‬
ُ‫ﺪ‬‫َﺨ‬
ْ‫ﺎﻳ‬
‫ﻣ‬
َ‫ﺍﻭ‬
َ ‫ﻮ‬‫ﻨ‬
ُ
‫ﻣ‬
َ‫ﺍ‬
‫ء‬
َ
“Diant aramanusiaadayangmengat akan:" Kamiber imankepada Allah dan Hari
kemudian", padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.
Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, pada hal mereka hanya
menipudi ri
nyasendi risedangmer ekat i
daksadar .”

5. (‫ﺍﻫﺔ‬
‫ﺮ‬‫ﻟﻜ‬‫ﺍ‬
‫ﻐ ﺾﻭ‬ ‫ﺒ‬‫ﻠ‬
‫ﻴﺔﻟ‬‫ﻓ‬
‫ﺎ‬‫ﻨ‬‫ﻟﻤ‬
‫ﺒﺔﺍ‬
‫ﻟﻤﺤ‬) Didasari dengan rasa cinta/ keridhaan
‫ﺍ‬
Maknanya adalah bahwa seseorang harus memiliki rasa kecintaan kepada Allah
SWTdalam bersyahadat. Karena dengan adanya rasa cinta ini, akan dapat
menghilangkan rasa kebencian kepada Allah dan al-Islam. Allah SWT berfirman
(QS. 2 : 165):
‫ﻮ‬
ْ
‫ﻟ‬
َ‫ِﻭ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
ِ‫ﺎ‬
‫ﺒ‬
‫ﱡﺣ‬
ُ‫ﺪ‬‫َﺷ‬
َ‫ﺃ‬
‫ﺍ‬‫ﻮ‬‫ﻨ‬
ُ
‫ﻣ‬
َ‫ﺁ‬‫ﻳﻦ‬
َ‫ﺬ‬
ِ‫ﻟ‬
‫ﱠ‬
‫ﺍ‬‫ِﻭ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ُﺐ‬
‫ﱢ‬‫َﺤ‬
‫ْﻛ‬‫ﻢ‬
‫ﻬ‬
ُ‫ﻧ‬
َ
‫ﻮ‬‫ﺒ‬
‫ﱡ‬‫ُﺤ‬
ِ‫ﻳ‬‫ﺍ‬
‫ﺩ‬
ً‫ﺍ‬
‫ﺪ‬
َ‫ﻧ‬
ْ
‫ﺃ‬
َ‫ﻪ‬
ِ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻭﻥ‬
ِ ‫ْﺩ‬
ُ‫ِﻦ‬
‫ُﻣ‬
‫ﺬ‬
‫ﱠﺨ‬
ِ ‫ﺘ‬
‫ﻳ‬
َ‫َﻦ‬
ْ‫ِﻣ‬
‫ﺎﺱ‬‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻦ‬
َ‫ﻣ‬
‫ﻭ‬
َ
‫ﻳﻦ‬
َ‫ﺬ‬
ِ‫ﻟ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬
‫َﻯ‬‫ﺮ‬
‫ﻳ‬
َ
‫ﺍﺏ‬
ِ ‫ﺬ‬
َ
‫ﻌ‬
َ‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬
‫ﺪ‬
ُ‫ﻳ‬‫ﺪ‬
ِ
‫َﺷ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫َﻥ‬
‫ﱠ‬‫ﺃ‬
‫ﺎﻭ‬
َ ‫ﻌ‬
ً
‫ﻴ‬‫ﻤ‬
ِ‫ِﺟ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
ِ‫ﺓ‬
َ‫ﻮ‬
‫ﱠ‬‫ﻘ‬
ُ
‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫َﻥ‬
‫ﱠ‬‫ﺃ‬‫ﺍﺏ‬
َ ‫ﺬ‬
َ
‫ﻌ‬
َ‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬
‫ْﻥ‬
َ‫ﻭ‬‫ﺮ‬
َ‫ﻳ‬
َ‫ﺫ‬
ْ
‫ﺇ‬
ِ‫ﺍ‬‫ﻮ‬
‫ﻤ‬
ُ‫ﻠ‬
َ‫ﻇ‬
َ
“Dandiant aramanusi aadaor ang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain
Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang
yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat
zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan
itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya
merekamenyesal ).

6. (‫ﺩ‬‫ﺮ‬
‫ﻠ‬‫ﻓﻲﻟ‬‫ﺎ‬‫ﻨ‬‫ﻟﻤ‬‫ﻮﻝﺍ‬‫ﺒ‬‫ﻟﻘ‬
‫ﺍ‬) Didasari dengan rasa penerimaan
Syahadat yang diucapkan juga harus diiringi dengan rasa penerimaan terhadap
segala makna yang terkandung di dalamnya, yang sekaligus akan
menghilangkan r asa “ ketidak pener i
maan” t erhadap makna yang dikandung
syahadat tersebut. Allah berfirman (QS. 33 : 36):
‫َﻦ‬
ْ‫ﻣ‬
‫ْﻭ‬
َ ‫ﻢ‬
‫ﻫ‬
ِ‫ﺮ‬
ِ‫ﻣ‬
ْ
‫ﺃ‬
َ‫ِﻦ‬
ْ‫ُﻣ‬
‫ﺓ‬
‫ﺮ‬
َ‫ﻴ‬
َ‫ْﺨ‬
ِ‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻢ‬
ُ‫ﻬ‬
ُ
‫ﻟ‬
َ‫ﻮﻥ‬
َ‫ﻜ‬
ُ‫ﻳ‬
َ‫َﻥ‬
ْ‫ﺃ‬‫ﺍ‬
‫ﺮ‬
ً‫ﻣ‬
ْ‫ﺃ‬
َ
‫ﻪ‬
ُ‫ﻟ‬
ُ‫ﻮ‬
‫َﺳ‬
ُ‫ﺭ‬‫ُﻭ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫َﻰ‬‫َﻀ‬
‫ﺍﻗ‬
‫ﺫ‬
َ‫ﺇ‬
ِ‫ﺔ‬
ٍ
‫ﻨ‬
َ‫ﻣ‬
ِ‫ﺆ‬
ْ
‫َﻣ‬
ُ ‫َﻻ‬
‫ٍﻭ‬
‫ِﻦ‬
‫ﻣ‬
‫ﺆ‬
ْ‫ﻤ‬
ُ‫ﻟ‬
ِ
‫ﺎﻥ‬
َ ‫ﺎﻛ‬
َ‫ﻣ‬
َ‫ﻭ‬
َ
‫ﻪ‬
َ
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ْﺺ‬
ِ ‫ﻌ‬
‫ﻳ‬
َ
‫ﺎ‬‫ﻨ‬
ً
‫ﻴ‬‫ﺒ‬
ِ
‫ًﻣ‬
ُ‫َﻻ‬
‫َﻼ‬
‫ﱠﺿ‬‫َﻞ‬
‫ْﺿ‬‫ﺪ‬‫ﻘ‬
َ
‫ُﻓ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻟ‬
َ
‫ﻮ‬‫َﺳ‬
ُ‫ﺭ‬‫ﻭ‬
َ

Dant idakl ahpat utbagil aki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang
mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi
mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah
dan Rasul-Nyamakasungguhl ahdiatelahsesat ,sesatyangnyat a.”

7. (‫ﻌﻤﻞ‬‫ﻟ‬‫ﺮﻙﻭﻋﺪﻡﺍ‬ ‫ﺘ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ﺎﻉﻭ‬ ‫ﻨ‬
‫ﺘ‬‫ﻓﻲﻟﻺﻣ‬ ‫ﺎ‬
‫ﻨ‬‫ﻟﻤ‬‫ﺩﺍ‬
‫ﺎ‬‫ﻴ‬‫ﻧﻘ‬
‫ﺍﻹ‬)
Didasari dengan rasa kepatuhan (terhadap konsekwensi syahadat).
14

Terakhir adalah bahwa syahadat memiliki konsekwensi dalam segala aspek


kehidupan seorang muslim. Oleh karenanya seorang muslim harus patuh
terhadap segala konseksensi yang ada, yang sekaligus menghilangkan rasa
‘keti
dakpatuhan’ sert
a keengganan unt uk t idak melaksanakan per int
ah dan
meninggalkan larangan Allah dan Rasulullah SAW. Allah berfirman (QS. 24 :
51):
‫ﺎ‬
‫ﻨ‬
َ
‫ﻌ‬
ْ‫َﻃ‬
َ‫ﺃ‬
‫ﺎﻭ‬
َ ‫ﻨ‬
َ
‫ﻌ‬
ْ‫ﻤ‬
ِ‫ﺍﺳ‬
َ‫ﻮ‬‫ﻟ‬
ُ
‫ﻮ‬‫ﻘ‬
ُ
‫ﻳ‬
َ‫َﻥ‬
ْ‫ﺃ‬
‫ﻢ‬
ْ‫ﻬ‬
ُ‫ﻨ‬
َ
‫ﻴ‬
ْ
‫ﺑ‬
َ‫ﻢ‬
َ‫ﻜ‬
ُ
‫َﺤ‬
ْ‫ﻴ‬‫ﻟ‬
ِ‫ﻪ‬
ِ
‫ﻟ‬
ِ‫ﻮ‬‫َﺳ‬
ُ‫ﺭ‬‫ِﻭ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫َﻰ‬
‫ﻟ‬‫ﺇ‬
ِ
‫ﺍ‬‫ﻮ‬‫ُﻋ‬
ُ‫ﺍﺩ‬
‫ﺫ‬
َ‫ﺇ‬
ِ‫ﻴﻦ‬
َ‫ﻨ‬
ِ‫ﻣ‬
ِ
‫ﺆ‬
ْ‫ﻤ‬
ُ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ْﻝ‬
َ‫ﻮ‬
‫َﻗ‬
َ‫ﺎﻥ‬
‫ﺎﻛ‬
َ ‫ﻤ‬
َ
‫ﻧ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬
ِ
‫ﻮﻥ‬
َ ‫ِﺤ‬
ُ‫ﻠ‬
‫ﻔ‬
ْ‫ﻤ‬
ُ‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬
‫ﻢ‬
ُ‫َﻫ‬
ُ‫ِﻚ‬
‫ﺌ‬‫ﻟ‬
َ
‫ﻭ‬‫ﺃ‬
ُ
‫ﻭ‬
َ

Sesungguhnyaj awabanor ang-orang mu'min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan
rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan." "Kami
mendengar dan kami patuh." Dan mereka itulah orang-or angyangber untung. ”

Makna Syahadatain
1. Uraian makna dan fungsi kata La ilaha ilallah (‫ﻟﻪﺇﻻﺍﷲ‬
‫)ﻵﺇ‬

Kata Makna Fungsi


La (‫)ﻻ‬ Tiada/ Tidak Nafi (‫ﻨﻔﻲ‬ ‫ﻟ‬
‫ﺍ‬): Peniadaan
Ilaha (‫ﻟﻪ‬)
‫ﺇ‬ Tuhan (yang Manfa (‫ﻨﻔﻰ‬ ‫ﻟﻤ‬‫ﺍ‬): yang
disembah) dinafikan/ ditiadakan.
Illa (‫ﺇﻻ‬
) Kecuali Adat ulI sti
sna’( ‫ء‬‫ﺎ‬‫ﻨ‬‫ﺜ‬‫ﺘ‬
‫ﺓﺍﻹﺳ‬ ‫ﺍ‬
‫ﺩ‬):
‫ﺃ‬
pengecualian.
Allah (‫ﺍﷲ‬
) Allah SWT Al-Mustasna (‫ء‬ ‫ﺎ‬‫ﻨ‬‫ﺜ‬‫ﺘ‬
‫ﻟﻤﺴ‬ ) :yang
‫ﺍ‬
dikecualikan

2. Arti la ilaha ilallah


Ilah secara bahasa memiliki arti sesuatu yang disembah. Dimensi Ilah dalam
kehidupan ini dapat mencakup makna yang luas, diantaranya adalah :
a) Malik (‫ﻟﻚ‬ ‫ﺎ‬‫ﻟﻤ‬‫ﺍ‬) raja/ pemiliki :
Tiada Pemiliki/ Raja selain Allah SWT/ Tiada kerajaan selain untuk Allah SWT.
Allah SWT berfirman (QS. 4: 131)
‫َﻥ‬
ِ‫ﺃ‬
‫ﻢ‬
ْ‫ﻛ‬
ُ‫ﺎ‬
‫ﻳ‬
‫ﱠ‬
‫ﺇ‬
ِ‫ْﻭ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻜ‬
ُ‫ﻠ‬
ِ
‫ﺒ‬
ْ
‫ْﻗ‬
َ‫ِﻦ‬‫َﻣ‬
‫ﺎﺏ‬‫ﺘ‬
َ
‫ﻜ‬
ِ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﺍ‬‫ﻮ‬
‫ﺗ‬
ُ‫ﻭ‬‫ﺃ‬
ُ
‫ﻳﻦ‬
َ ‫ﺬ‬
ِ
‫ﻟ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬‫ﺎ‬
‫ﻨ‬
َ‫ﻴ‬
ْ
‫َﺻ‬
‫ﱠ‬ ‫ْﻭ‬
‫ﺪ‬‫ﻘ‬
َ
‫ﻟ‬
َ‫ِﻭ‬
َ‫ْﺽ‬‫ﺭ‬‫ﺍﻷ‬
َ ‫ِﻲ‬
‫ﺎﻓ‬
‫ﻣ‬
َ‫ِﻭ‬
َ‫ﺍﺕ‬‫ﻮ‬
َ
‫ﻤ‬
َ‫ﻟﺴ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬‫ِﻲ‬
‫ﺎﻓ‬
‫ِﻣ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
ِ
‫ﻭ‬
َ
‫ﻪ‬
َ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺍ‬
‫ﻮ‬‫ﻘ‬
ُ‫ﺗ‬
‫ﱠ‬
‫ﺍ‬
‫ﺍ‬‫ﺪ‬
ً‫ﻴ‬
‫ﻤ‬
ِ‫ﺎﺣ‬
َ ‫ﻴ‬

‫ﻨ‬
ِ‫ُﻏ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺎﻥ‬
َ‫ﻛ‬
َ‫ِﻭ‬
َ‫ْﺽ‬‫ﺭ‬‫ﺍﻷ‬
َ ‫ِﻲ‬
‫ﺎﻓ‬
‫ﻣ‬
َ‫ِﻭ‬
َ ‫ﺍﺕ‬
‫ﻮ‬
َ‫ﻤ‬
َ‫ﻟﺴ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬‫ِﻲ‬
‫ﺎﻓ‬
‫ِﻣ‬
َ ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
ِ‫ِﻥ‬
‫ﱠ‬‫ﺈ‬
‫ﺍﻓ‬
َ‫ﻭ‬‫ﺮ‬
ُ‫ﻔ‬
ُ
‫ﻜ‬
ْ‫ﺗ‬
َ‫ِﻥ‬
ْ‫ﺇ‬
‫ﻭ‬
َ
“DankepunyaanAl l
ah-lah apa yang di langit dan yang di bumi, dan sungguh Kami
telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga)
kepada kamu; bertakwalah kepada Allah. Tetapi jika kamu kafir, maka (ketahuilah),
sesungguhnya apa yang di langit dan apa yang di bumi hanyalah kepunyaan Allah dan
AllahMahaKayal agiMahaTer puji.”

b) Hakim (‫ﻛﻢ‬ ‫ﺎ‬


‫ﻟﺤ‬‫ﺍ‬) ; Pembuat hukum.
Tiada pembuat hukum selain Allah SWT. Dalam Al-Qur
’an Al
lah SWT
berfirman dalam (QS. 6 : 114) :
‫ﺎﺏ‬
َ‫ﺘ‬
َ‫ﻜ‬
ِ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬‫ﻢ‬
ُ
‫ﻫ‬
ُ‫ﺎ‬‫ﻨ‬
َ
‫ﻴ‬
ْ
‫ﺗ‬
َ‫ﺍ‬
‫َء‬
َ‫ﻳﻦ‬
‫ﺬ‬
ِ‫ﻟ‬
‫ﱠ‬
‫ﺍ‬
‫ًﻭ‬
َ ‫ﱠﻼ‬
‫َﺼ‬‫ﻔ‬
‫َﻣ‬
ُ ‫ﺎﺏ‬‫ﺘ‬
َ
‫ﻜ‬
ِ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﻢ‬
ُ‫ﻜ‬
ُ‫ﻴ‬
ْ‫ﻟ‬
َ
‫ﺇ‬
ِ‫َﻝ‬
َ‫ﺰ‬‫ﻧ‬
ْ
‫ﺃ‬
َ‫ِﻱ‬
‫ﺬ‬‫ﻟ‬
‫ﱠ‬
‫ﺍ‬‫ﻮ‬
َ‫ﻫ‬
ُ‫ﺎﻭ‬
َ‫ﻤ‬
ً‫ﻜ‬
َ‫ِﻲﺣ‬
َ ‫ﻐ‬
‫ﺘ‬
َ‫ﺑ‬
ْ
‫ﺃ‬
َ‫ﻪ‬
ِ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺮ‬
َ‫ﻴ‬
ْ
‫ﻐ‬
َ‫ﻓ‬
َ
‫ﺃ‬
َ
‫ﻮﻥ‬
َ ‫ﻤ‬
ُ‫ﻠ‬
َ
‫ﻌ‬
ْ‫ﻳ‬
َ
‫ﻳﻦ‬
َ‫ﺮ‬
ِ‫ﺘ‬
َ‫ﻤ‬
ْ
‫ﻤ‬
ُ‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬
‫ِﻦ‬
َ‫ﱠﻣ‬‫َﻦ‬
‫ﻧ‬‫ﻮ‬
‫ﻜ‬
ُ‫ﺗ‬
َ‫َﻼ‬
َ ‫ﱢﻓ‬
‫َﻖ‬
‫ْﺤ‬
‫ﻟ‬‫ﺎ‬
‫ﺑ‬
ِ‫ﱢﻚ‬
َ‫ﺑ‬
‫ْﺭ‬
َ‫ِﻦ‬
‫ٌﻣ‬‫ﱠﻝ‬
‫ﺰ‬‫ﻨ‬
َ
‫ُﻣ‬
ُ‫ﻪ‬‫ﻧ‬
‫ﱠ‬
‫ﺃ‬
َ
“Makapat utkahakumencar ihakim sel
aindari
padaAl lah,padahalDi alahyangt el
ah
menurunkan kitab (Al Qur'an) kepadamu dengan terperinci? Orang-orang yang telah
Kami datangkan kitab kepada mereka, mereka mengetahui bahwa Al Qur'an itu
15

diturunkan dari Tuhanmu dengan sebenarnya. Maka janganlah kamu sekali-kali


termasuk orang yang ragu-r
agu. ”

Dalam ayat lain Allah mengatakan (QS. 6 : 57)


‫ﻪ‬
ِ
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
ِ‫ِﻻ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬‫ﻢ‬
ُ
‫ﻜ‬
ْ‫ْﺤ‬
ُ‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻥ‬
ِ‫ﺇ‬

Menet
apkanhukum i
tuhanyal
ahhakAl
lah.

c) Amir (‫ﺮ‬‫ﻴ‬
‫ﺍﻷﻣ‬) : Pemerintah (yang berhak memberikan perintah)
Tiada pemerintah (yang berhak memberikan perintah atau larangan) selain
Allah SWT. Dalam Al-Qur ’anAllahmengat akan(QS.7: 54) :
‫ﻴﻦ‬
َ‫ﻤ‬
ِ‫ﻟ‬
َ
‫ﺎ‬‫ﻌ‬
َ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬‫َﺏ‬
‫ﱡ‬‫ُﺭ‬
‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫َﺍ‬‫َﻙ‬
‫ﺭ‬
‫ﺎ‬‫ﺒ‬
َ
‫ﺗ‬
َ‫ﺮ‬
ُ‫ﻣ‬
ْ
‫ﺍﻷ‬
َ ‫ُﻭ‬
َ‫ْﻖ‬
‫ﻠ‬
‫ْﺨ‬
َ‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻪ‬
ُ‫ﻟ‬
َ
‫َﻻ‬
َ ‫ﺃ‬

Ingat
lah,menci
ptakandanmemeri
ntahhanyal
ahhakAl
lah.MahaSuciAl
lah,Tuhan
semest
aalam. ”

d) Wali (‫ﻟﻲ‬‫ﻮ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬) : Pelindung/pemimpin.


Tiada pelindung/pemimpin selain Allah SWT. Allah berfriman dalam Al-Qur
’an
(QS. 2:257)
‫ﻮﺕ‬
ُ ‫ﺎﻏ‬
ُ‫ﻟﻄ‬
‫ﱠ‬ ‫ﺍ‬
‫ﻢ‬
ُ‫ﻫ‬
ُ‫ﺅ‬
ُ‫ﺎ‬
‫ﻴ‬
َ‫ﻟ‬
ِ
‫ﻭ‬
ْ‫ﺃ‬
َ‫ﺍ‬
‫ﻭ‬‫ﺮ‬
ُ‫ﻔ‬
َ
‫َﻛ‬
َ‫ﻳﻦ‬‫ﺬ‬
ِ
‫ﻟ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬
‫ِﻭ‬
َ ‫ﺭ‬
‫ﻮ‬‫ﻨ‬
‫ﱡ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫َﻰ‬
‫ﻟ‬
‫ﺇ‬
ِ‫ﺎﺕ‬
ِ ‫ﻤ‬
َ‫ﻠ‬
ُ
‫ﻟﻈ‬
‫ﱡ‬ ‫ﺍ‬
‫ِﻦ‬
َ‫ْﻣ‬
‫ﻢ‬‫ﻬ‬
ُ‫ِﺟ‬
ُ‫ﺮ‬‫ُﺨ‬
ْ‫ﻳ‬‫ﺍ‬
‫ﻮ‬‫ﻨ‬
ُ
‫ﻣ‬
َ‫َﺁ‬
‫ﻳﻦ‬
‫ﺬ‬
ِ‫ﻟ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬
‫ِﻲ‬
‫ﱡ‬ ‫ﻟ‬
‫ُﻭ‬
َ‫ﺍﷲ‬
‫ﻭﻥ‬
َ ‫ﺪ‬
ُ
‫ﻟ‬
ِ‫ﺎ‬
‫ﺎﺧ‬
َ ‫ﻬ‬
َ‫ﻴ‬
‫ْﻓ‬
ِ‫ﻢ‬‫ِﻫ‬
ُ‫ﺭ‬‫ﺎ‬
‫ﻨ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺎﺏ‬
ُ ‫ْﺤ‬
َ‫َﺻ‬
‫ﺃ‬‫ِﻚ‬
َ‫ﺌ‬‫ﻟ‬
َ
‫ﻭ‬‫ﺃ‬
ُ‫ﺎﺕ‬
ِ‫ﻤ‬
َ‫ﻠ‬
ُ
‫ﻟﻈ‬
‫ﱡ‬ ‫ﺍ‬‫َﻰ‬
‫ﻟ‬
‫ﺇ‬
ِ‫ﺭ‬
ِ‫ﻮ‬‫ﻨ‬
‫ﱡ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ِﻦ‬
َ‫ْﻣ‬
‫ﻢ‬
‫ﻬ‬
ُ‫ﻧ‬
َ
‫ﻮ‬‫ِﺟ‬
ُ‫ﺮ‬‫ُﺨ‬
ْ‫ﻳ‬
“Al l
ahPelindungorang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari
kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir,
pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya
kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di
dal amnya. ”

e) Mahbub (‫ﻮﺏ‬ ‫ﺒ‬


‫ﻟﻤﺤ‬ ) : Yang dicintai.
‫ﺍ‬
Tiada yang dicintai selain Allah SWT Dalam Al-Qur
’anAl
lahSWTmengat
akan
(QS. 2 : 165):
‫ﻮ‬
ْ
‫ﻟ‬
َ‫ِﻭ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
ِ‫ﺎ‬
‫ﺒ‬
‫ﱡﺣ‬
ُ‫ﺪ‬‫َﺷ‬
َ‫ﺃ‬
‫ﺍ‬‫ﻮ‬‫ﻨ‬
ُ
‫ﻣ‬
َ‫َﺁ‬
‫ﻳﻦ‬
‫ﺬ‬
ِ‫ﻟ‬
‫ﱠ‬
‫ﺍ‬‫ِﻭ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ُﺐ‬
‫ﱢ‬ ‫َﺤ‬
‫ْﻛ‬
‫ﻢ‬‫ﻬ‬
ُ‫ﻧ‬
َ
‫ﻮ‬‫ﺒ‬
‫ﱡ‬
‫ُﺤ‬
ِ‫ﻳ‬‫ﺍ‬
‫ﺩ‬
ً‫ﺍ‬
‫ﺪ‬
َ‫ﻧ‬
ْ
‫ﺃ‬
َ‫ﻪ‬
ِ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ﻭﻥ‬
ِ‫ْﺩ‬
ُ ‫ِﻦ‬
‫ُﻣ‬
‫ﺬ‬‫ﱠﺨ‬
ِ‫ﺘ‬
‫ﻳ‬
َ‫َﻦ‬
ْ ‫ِﻣ‬
‫ﺎﺱ‬‫ﻨ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻦ‬
َ‫ﻣ‬
‫ﻭ‬
َ
‫َﻯ‬
‫ﺮ‬‫ﻳ‬
َ
‫ﺍﺏ‬
ِ‫ﺬ‬
َ‫ﻌ‬
َ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﺪ‬
ُ‫ﻳ‬
‫ﺪ‬
ِ‫َﺷ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫َﻥ‬
‫ﱠ‬‫ﺃ‬‫ﺎﻭ‬
َ‫ﻌ‬
ً‫ﻴ‬‫ﻤ‬
ِ
‫ِﺟ‬
َ ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
ِ‫ﺓ‬
َ
‫ﻮ‬
‫ﱠ‬‫ﻘ‬
ُ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫َﻥ‬
‫ﱠ‬‫ﺃ‬
‫ﺍﺏ‬
َ ‫ﺬ‬
َ‫ﻌ‬
َ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬‫ْﻥ‬
َ‫ﻭ‬‫ﺮ‬
َ‫ﻳ‬
َ‫ﺫ‬
ْ‫ﺇ‬
ِ
‫ﺍ‬‫ﻮ‬‫ﻤ‬
ُ‫ﻠ‬
َ
‫َﻇ‬
َ ‫ﻳﻦ‬‫ﺬ‬
ِ
‫ﻟ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬
“Dandiant aramanusi aadaor ang-orang yang menyembah tandingan-tandingan
selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun
orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-
orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari
kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat
berat siksaan-Nya( niscayamer ekamenyesal ).”

f) Marhub (‫ﻮﺏ‬ ‫ﺮﻫ‬‫ﻟﻤ‬‫ﺍ‬): Yang ditakuti.


Tiada yang ditakuti selain Allah SWT. Allah berfirman (QS. 9 : 18)
‫ِﻻ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬‫ْﺶ‬
َ‫َﺨ‬
‫ﻳ‬‫ﻢ‬
ْ
‫ﻟ‬
َ‫َﻭ‬
َ‫ﺓ‬
‫ﺎ‬‫ﻛ‬
َ
‫ﺰ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫َﻰ‬‫ﺗ‬
‫ﺁ‬
‫َﻭ‬
َ ‫ﺓ‬
‫ﱠﻼ‬
َ‫ﻟﺼ‬‫ﺍ‬‫ﻡ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﻗ‬
َ‫ﺃ‬
َ
‫ِﻭ‬
َ ‫ﺮ‬
‫ﺍﻵﺧ‬
ِ ‫ﻡ‬
ِ‫ﻮ‬
ْ‫ﻴ‬
َ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬
‫ِﻭ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺎ‬‫ﺑ‬
ِ‫َﻦ‬
َ‫ﻣ‬‫ﺁ‬
‫َﻦ‬
ْ‫ِﻣ‬
‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺪ‬
َ‫ﺎﺟ‬
ِ‫َﺴ‬
َ‫ُﻣ‬
‫ﺮ‬‫ﻤ‬
ُ
‫ﻌ‬
ْ‫ﻳ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﻤ‬
َ‫ﻧ‬
‫ﱠ‬
‫ﺇ‬
ِ
‫َﻰ‬
‫َﺴ‬
‫ﻌ‬‫َﻓ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬
‫ﻳﻦ‬
َ‫ﺪ‬
ِ‫ﺘ‬
َ
‫ﻬ‬
ْ‫ﻤ‬
ُ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ِﻦ‬
َ‫ﺍﻣ‬‫ﻮ‬
‫ﻧ‬
ُ‫ﻮ‬‫ﻜ‬
ُ
‫ﻳ‬
َ‫َﻥ‬
ْ‫ﺃ‬‫ِﻚ‬
َ‫ﺌ‬
‫ﻟ‬
َ‫ﻭ‬‫ﺃ‬
ُ
“Hanyal ahyangmemakmur kanmesj id-mesjid Allah ialah orang-orang yang beriman
kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat
dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang
yang diharapkan termasuk golongan orang-or angyangmendapatpet unjuk.”

g) Marghub (‫ﻮﺏ‬
‫ﺮﻏ‬‫ﻟﻤ‬
‫ﺍ‬): Yang diharapkan
16

Tiada yang diharapkan selain Allah SWT. Allah berfirman dalam Al-Qur
’an
(QS. 94 : 8) :
‫َﺐ‬
ْ‫ْﻏ‬
‫ﺭ‬‫ﺎ‬
‫َﻓ‬
َ‫ﱢﻚ‬
‫ﺑ‬
‫َﻰﺭ‬
َ ‫ﻟ‬
‫ﺇ‬
ِ
‫ﻭ‬
َ

DanhanyakepadaTuhanmul
ahhendaknyakamuber
har
ap.

h) Haul wal Quwah (‫ﺓ‬ ‫ﻮ‬‫ﻟﻘ‬


‫ﺍ‬‫ﻮﻝﻭ‬‫ﻟﺤ‬
‫ﺍ‬) : Daya dan kekuatan
Tiada daya dan tiada kekuatan selain Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam
Al-Qur’an(QS.51:58):
‫ﻴﻦ‬
ُ‫ﺘ‬
ِ‫ﻤ‬
َ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬‫ﺓ‬
ِ
‫ﻮ‬
‫ﱠ‬‫ﻘ‬
ُ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬
‫ﻭ‬‫ُﺫ‬
ُ‫ﺍﻕ‬
‫ﺯ‬
‫ﱠ‬‫ﺮ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻮ‬
َ‫َﻫ‬
ُ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻥ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬
Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi
Sangat Kokoh.

i) Mu’dzam (‫ﻌﻈﻢ‬‫ﻟﻤ‬):
‫ﺍ‬
Tiada yang diagungkan selain Allah SWT. Dalam Al-Qur
’an Al
lah SWT
mengatakan (QS. 22 : 32):
‫ﻮﺏ‬
ِ ‫ﻠ‬
ُ
‫ﻘ‬
ُ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬‫َﻯ‬
‫ﻮ‬
‫ﻘ‬
ْ‫ﺗ‬
َ‫ِﻦ‬
ْ‫ﺎﻣ‬
‫ﻬ‬
َ‫ﻧ‬
‫ﱠ‬
‫ﺈ‬
ِ‫ِﻓ‬
َ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺮ‬
َ‫ﺋ‬
ِ
‫ﺎ‬
‫ﻌ‬
َ‫ْﺷ‬
َ‫ﻢ‬‫َﻈ‬
‫ﱢ‬‫ﻌ‬
‫ﻳ‬
ُ‫َﻦ‬
ْ‫ﻣ‬
‫َﻭ‬
َ ‫ِﻚ‬
‫ﻟ‬
‫ﺫ‬
َ
Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi`ar-syi`ar Allah,
maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.

j) Mustaan bihi (‫ﺎﻥﺑﻪ‬


‫ﻌ‬ ‫ﺘ‬
‫ﻟﻤﺴ‬ ‫ﺍ‬) : tempat dimintai pertolongan.
Tiada yang dimintai pertolongan selain Allah SWT. Allah berfirman dalam Al-
Qur ’
an( QS.1:5):
‫ﻴﻦ‬
ُ‫ﻌ‬
ِ‫ﺘ‬
َ
‫َﺴ‬
ْ‫ﻧ‬‫ﺎﻙ‬
َ‫ﻳ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬
ِ
‫ُﻭ‬
َ‫ﺪ‬‫ﺒ‬
ُ
‫ﻌ‬
ْ‫ﻧ‬
َ‫ﺎﻙ‬
َ‫ﻳ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬
ِ
Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon
pertolongan

Hal-Hal yang Membatalkan Syahadat


Terdapat hal-hal yang dapat membatalkan syahadat yang telah kita ikrarkan
di hadapan Allah SWT. Uzt. Said Hawa menyebutkannya ada 20 bentuk. Berikut
adalah beberapa hal yang dapat membatalkan syahadat kita, yang memiliki
konsekwensi kekufuran kepada Allah:
1. Bertawakal dan bergantung pada selain Allah.
Allah berfirman (QS. 5 : 23):
‫ﻴﻦ‬
َ‫ﻨ‬
ِ‫ﻣ‬
ِ
‫ﺆ‬
ْ‫ْﻣ‬
ُ‫ﻢ‬
‫ﺘ‬
ُ‫ﻨ‬
ْ
‫ْﻛ‬
ُ‫ِﻥ‬
‫ﺇ‬
‫ﺍ‬‫ﻮ‬‫ﻠ‬
ُ
‫ﻛ‬
‫ﱠ‬‫ﻮ‬
َ‫ﺘ‬
َ
‫ِﻓ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫َﻰ‬
‫ﻠ‬
‫َﻋ‬
َ‫ﻭ‬

DanhanyakepadaAl
lahl
ahhendaknyakamubert
awakal
,ji
kakamubenar
-benar orang
yangber
iman.

2. Bekerja/ beraktivitas dengan tujuan selain Allah.


Karena sebagai seorang muslim, seyogyanya kita memiliki prinsip: (QS.6:162)
‫ﻴﻦ‬
َ‫ﻤ‬
ِ‫ﻟ‬
َ
‫ﺎ‬‫ﻌ‬
َ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬‫َﺏ‬
‫ﱢ‬‫ِﺭ‬
‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
ِ‫ِﻲ‬
‫ﺗ‬
‫ﺎ‬
‫ﻤ‬
َ‫ﻣ‬
َ‫َﻭ‬
َ‫ﺎﻱ‬
‫ﻴ‬
َ‫َﺤ‬
ْ‫ﻣ‬
‫ِﻲﻭ‬
َ ‫ﻜ‬
‫ُﺴ‬
ُ‫ﻧ‬‫ِﻲﻭ‬
َ ‫ﺗ‬
‫َﻼ‬
َ‫ﱠﺻ‬‫ِﻥ‬
‫ﺇ‬
‫ُﻞ‬
ْ‫ﻗ‬

Kat
akanl
ah:"
Sesungguhnyashal
atku,i
badat
ku,hi
dupkudanmat
ikuhanyal
ahunt
uk
All
ah,Tuhansemestaal
am”

3. Membuat hukum/ perundangan selain dari hukum Allah


Allah berfirman (QS. 5 : 57):
‫ﻴﻦ‬
َ‫ﻠ‬
ِ
‫ﺎﺻ‬
ِ ‫ﻔ‬
َ
‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﺮ‬
ُ‫ﻴ‬
ْ
‫َﺧ‬
َ ‫ﻮ‬
‫ﻫ‬
ُ‫ﱠﻭ‬
َ‫َﻖ‬
‫ْﺤ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ُﺺ‬
‫ﱡ‬ ‫ﻘ‬
‫ﻳ‬
َ‫ﻪ‬
ِ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
ِ‫ِﻻ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬‫ﻢ‬
ُ
‫ﻜ‬
ْ‫ْﺤ‬
ُ‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻥ‬
ِ‫ﺇ‬

Menet
apkanhukum i
tuhanyal
ahhakAl lah.Di
amenerangkanyangsebenar
nyadanDi
a
Pemberikeput
usanyangpal
ingbaik.”

4. Menjalankan hukum selain hukum Allah


Allah berfirman (QS. 5 : 44)
17

‫ﻭﻥ‬
َ‫ﺮ‬
ُ‫ﻓ‬
ِ‫ﺎ‬
‫ﻜ‬
َ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﻢ‬
ُ‫َﻫ‬
ُ‫ِﻚ‬
‫ﺌ‬
‫ﻟ‬
َ‫ﻭ‬
‫ﺄ‬
ُ‫ُﻓ‬
َ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫َﻝ‬
َ‫ﺰ‬‫ﻧ‬
ْ
‫ﺃ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﻤ‬
َ‫ﺑ‬
ِ‫ﻢ‬
ْ
‫ﻜ‬
ُ‫َﺤ‬
ْ‫ﻳ‬‫ﻢ‬
ْ
‫ﻟ‬
َ‫َﻦ‬
ْ‫ﻣ‬
‫ﻭ‬
َ
Dan barang siapa yang tidak menughukum dengan apa yang telah ditirunkan Allah (Al-
Qur’an),makamer ekait
uadalahor ang-orangkaf i
r.”

5. Lebih mencintai kehidupan dunia dari pada akhirat.


Allah berfirman (QS. 14 : 2-3):
‫ﻳﻦ‬
َ‫ﺬ‬
ِ‫ﻟ‬
‫ﱠ‬
‫ﺍ‬*ٍ
‫ﺪ‬‫ﻳ‬
‫ﺪ‬
ِ‫ٍﺷ‬
َ‫ﺍﺏ‬‫ﺬ‬
َ
‫ْﻋ‬
َ ‫ِﻦ‬
‫َﻣ‬
‫ﻳﻦ‬‫ﺮ‬
ِ
‫ﻓ‬
ِ‫ﺎ‬
‫ﻜ‬
َ‫ﻠ‬
ْ
‫ﻟ‬
ِ‫ْﻞ‬
ٌ‫ﻳ‬‫ﻭ‬
َ
‫ِﻭ‬
َ ‫ْﺽ‬‫ﺭ‬‫ﺍﻷ‬
َ ‫ِﻲ‬
‫ﺎﻓ‬‫ﻣ‬
َ
‫ِﻭ‬
َ ‫ﺍﺕ‬
‫ﻮ‬
َ‫ﻤ‬
َ‫ﻟﺴ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬‫ِﻲ‬
‫ﺎﻓ‬
‫ُﻣ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻟ‬
َ‫ِﻱ‬
‫ﺬ‬‫ﻟ‬
‫ﱠ‬
‫ﺍ‬‫ﻪ‬
ِ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬
‫ﻮﻥ‬
َ ‫ﺒ‬
‫ﱡ‬‫َﺤ‬
ِ‫ﺘ‬
‫َﺴ‬
ْ‫ﻳ‬

‫ﺪ‬
‫ﻴ‬‫ﻌ‬
ِ
‫ﺑ‬
َ‫َﻝ‬
ٍ‫َﻼ‬
‫ِﻲ ﺿ‬
‫َﻓ‬
‫ِﻚ‬
‫ﺌ‬
‫ﻟ‬
َ‫ﻭ‬‫ﺃ‬
ُ‫ﺎ‬
‫َﺟ‬
ً‫ﻮ‬‫ﺎﻋ‬
ِ ‫ﻬ‬
َ
‫ﻧ‬
َ‫ﻮ‬‫ﻐ‬
ُ
‫ﺒ‬
ْ‫ﻳ‬
َ
‫ِﻭ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻴﻞ‬
ِ‫ﺒ‬
ِ‫ْﺳ‬
َ‫َﻦ‬
‫َﻋ‬‫ﻭﻥ‬‫ﺪ‬
‫ﱡ‬‫َﺼ‬
ُ‫ﻳ‬‫ِﻭ‬
َ‫ﺓ‬‫ﺮ‬
َ
‫ﺍﻵﺧ‬
ِ ‫َﻰ‬
‫ﻠ‬
‫ﺎﻋ‬
َ ‫ﻴ‬
َ‫ﻧ‬
ْ
‫ﺪ‬
‫ﱡ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺓ‬
َ
‫ﺎ‬‫ﻴ‬
َ
‫ْﺤ‬
َ‫ﻟ‬‫ﺍ‬
“Allahyangmemi l
ikisegalaapayangdil angi tdandibumi .Dancel akal ahbagior ang-
orang kafir karena siksaan yang sangat pedih. (yaitu) orang-orang yang lebih menyukai
kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat, dan menghalang-halangi (manusia) dari
jalan Allah dan menginginkan agar jalan Allah itu bengkok. Mereka itu berada dalam
kesesat anyangj auh.”

Dalam ayat lain Allah berfirman (QS. 9 : 24) :


‫ﺓ‬
ٌ‫ﺭ‬
َ‫ﺎ‬
‫ِﺠ‬
َ‫ﺗ‬‫ﺎﻭ‬
َ‫ﻫ‬
َ‫ﻮ‬‫ﻤ‬
ُ
‫ﺘ‬
ُ‫ﻓ‬
ْ
‫ﺮ‬
َ‫ﺘ‬
َ‫ﻗ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﺍﻝ‬
ٌ‫ﻮ‬
َ‫ﻣ‬
ْ‫ﺃ‬
َ
‫ْﻭ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻜ‬
ُ‫ﺗ‬
ُ
‫ﺮ‬
َ‫ﻴ‬
‫َﺸ‬
ِ‫َﻋ‬
‫ْﻭ‬
‫ﻢ‬‫ﻜ‬
ُ‫ﺍﺟ‬
ُ ‫ﻭ‬
َ
‫ﺯ‬
ْ‫ﺃ‬
َ‫ْﻭ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻜ‬
ُ
‫ﻧ‬
ُ‫ﺍ‬
‫ﻮ‬
َ‫ِﺧ‬
ْ‫ﺇ‬‫ْﻭ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻛ‬
ُ
‫ﺅ‬
ُ‫ﺎ‬‫ﻨ‬
َ
‫ﺑ‬
ْ‫ﺃ‬
َ
‫ْﻭ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻛ‬
ُ‫ﺅ‬
ُ
‫ﺎ‬‫ﺑ‬
َ
‫ﺁ‬‫ﺎﻥ‬
َ‫ْﻛ‬
َ ‫ِﻥ‬
‫ﺇ‬‫ُﻞ‬
ْ‫ﻗ‬
‫ﺎ‬‫ﻫ‬
َ‫ﺩ‬
َ
‫ﺎ‬‫َﺴ‬
َ‫َﻛ‬
‫ْﻥ‬
‫ﻮ‬‫ْﺸ‬
َ‫َﺨ‬
‫ﺗ‬
‫ﻪ‬
ُ
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻲ‬
َ‫ﺗ‬
‫ﺄ‬
ْ‫ﻳ‬
َ‫ﱠﻰ‬
‫ﺘ‬
‫ﺍﺣ‬
َ ‫ﻮ‬‫ﱠﺼ‬
ُ‫ﺑ‬‫ﺮ‬
َ‫ﺘ‬
َ
‫ِﻓ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
ِ
‫ﻴ‬
‫ﺒ‬
ِ‫ِﻲﺳ‬
َ ‫ٍﻓ‬
‫ﺩ‬‫ﺎ‬
‫ﻬ‬
َ‫َﺟ‬
ِ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻟ‬
ِ
‫ﻮ‬‫َﺳ‬
ُ‫ﺭ‬‫ِﻭ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻦ‬
َ‫ْﻣ‬
‫ﻢ‬‫ﻜ‬
ُ‫ﻴ‬
ْ
‫ﻟ‬
َ‫ﺇ‬
ِ
‫َﺐ‬
‫ﱠ‬ ‫َﺣ‬
‫ﺃ‬‫ﺎ‬
‫ﻬ‬
َ‫ﻧ‬
َ
‫ﻮ‬
ْ‫ْﺿ‬
َ ‫ﺮ‬‫ﺗ‬
َ
‫ِﻦ‬
ُ ‫ﻛ‬‫ﺎ‬
‫َﺴ‬
َ‫ﻣ‬‫ﻭ‬
َ
‫ﻩ‬
ِ
‫ﺮ‬
ِ‫ﻣ‬
ْ‫ﺄ‬
َ
‫ﺑ‬
ِ
‫ﻴﻦ‬
َ‫ﻘ‬
ِ‫ﺎﺳ‬
ِ‫ﻔ‬
َ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﻡ‬
َ‫ﻮ‬
ْ‫ﻘ‬
َ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬
‫ِﻱ‬‫ﺪ‬
‫ﻬ‬
ْ‫ﻳ‬
َ‫ُﻻ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻭ‬
َ
“Katakanl ah:" Ji
kabapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum
keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri
kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu
cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah
sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orangf asi
k. ”

6. Mengimani sebagaina ajaran Islam dan mengkufuri (baca; tidak mengimani)


sebagian yang lain.
Allah berfirman (QS. 2 : 85):
‫ﺓ‬
ِ
‫ﺎ‬‫ﻴ‬
َ
‫ْﺤ‬
َ‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻲ‬
‫ٌﻓ‬
‫ْﻱ‬
‫ﺰ‬‫ﱠﺧ‬
ِ‫ِﻻ‬
‫ﺇ‬‫ﻢ‬
ْ‫ﻜ‬
ُ‫ﻨ‬
ْ
‫َﻣ‬
ِ‫ِﻚ‬
‫ﻟ‬‫ُﺫ‬
َ‫َﻞ‬
‫ﻌ‬‫ﻔ‬
ْ
‫ﻳ‬
َ‫َﻦ‬
ْ‫ُﻣ‬
‫ء‬‫ﺍ‬
‫ﺰ‬
َ‫ﺎﺟ‬
َ ‫ﻤ‬
َ
‫ٍﻓ‬
َ‫ْﺾ‬‫ﻌ‬‫ﺒ‬
َ‫ﺑ‬
ِ
‫ﻭﻥ‬
َ ‫ﺮ‬
ُ‫ﻔ‬
ُ
‫ﻜ‬
ْ‫ﺗ‬
َ
‫ِﻭ‬
َ ‫ﺎﺏ‬
‫ﺘ‬
َ‫ﻜ‬
ِ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ْﺾ‬
ِ ‫ﻌ‬‫ﺒ‬
َ
‫ﺑ‬
ِ‫ﻮﻥ‬
َ‫ﻨ‬
ُ‫ﻣ‬
ِ‫ﺆ‬
ْ
‫ﺘ‬
ُ‫ﻓ‬
َ
‫ﺃ‬
َ
‫ﺎ‬
‫ﻴ‬
َ‫ﻧ‬
ْ
‫ﺪ‬
‫ﱡ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬
‫ﻮﻥ‬
َ‫ﻠ‬
ُ‫ﻤ‬
َ‫ﻌ‬
ْ
‫ﺗ‬
َ‫ﺎ‬‫ﻤ‬
‫ﱠ‬
‫ٍﻋ‬
َ ‫ِﻞ‬
‫ﻓ‬‫ﺎ‬
‫ﻐ‬
َ‫ﺑ‬
ِ‫ﻪ‬
ُ
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺎ‬
‫ﻣ‬
َ‫ِﻭ‬
َ‫ﺍﺏ‬‫ﺬ‬
َ
‫ﻌ‬
َ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﺪ‬
‫ﱢ‬‫َﺷ‬
َ‫ﺃ‬‫َﻰ‬
‫ﻟ‬
‫ﺇ‬
ِ‫ﻭﻥ‬
َ‫ﺩ‬
‫ﱡ‬‫ﺮ‬
َ‫ﻳ‬
ُ‫ﺔ‬
ِ
‫ﻣ‬
َ‫ﺎ‬‫ﻴ‬
َ
‫ﻘ‬
ِ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﻡ‬
َ‫ﻮ‬
ْ
‫ﻳ‬
َ‫ﻭ‬
َ
“Apakahkamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap
sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu,
melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka
dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu
perbuat .

7. Menjadikan orang kafir sebagai pemimpin.


Allah berfirman (QS. 5: 51):
‫ﻢ‬
ْ
‫ﻜ‬
ُ‫ﻨ‬
ْ
‫ْﻣ‬
ِ‫ﻢ‬‫ﻬ‬
ُ
‫ﻟ‬
‫ﱠ‬‫ﻮ‬
َ‫ﺘ‬
َ
‫ﻳ‬
َ‫َﻦ‬
ْ‫ﻣ‬
‫ٍﻭ‬
َ ‫ْﺾ‬
‫ﻌ‬
‫ﺑ‬
َ‫ء‬
ُ‫ﺎ‬
‫ﻴ‬
َ
‫ﻟ‬
ِ‫ﻭ‬
ْ‫ﺃ‬
َ
‫ﻢ‬
ْ‫ﻬ‬
ُ‫ْﻀ‬
ُ‫ﻌ‬‫ﺑ‬
َ‫ء‬
َ‫ﺎ‬
‫ﻴ‬
َ‫ﻟ‬
ِ
‫ﻭ‬
ْ‫ﺃ‬
َ‫َﻯ‬
‫ﺭ‬‫ﺎ‬
‫ﱠﺼ‬
َ ‫ﻨ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫َﻭ‬
َ‫ﺩ‬‫ﻮ‬
‫ﻬ‬
ُ‫ﻴ‬
َ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﺍ‬
‫ﻭ‬‫ﺬ‬
ُ
‫ﱠﺨ‬
ِ‫ﺘ‬‫ﺗ‬
َ
‫ﺍﻻ‬
َ ‫ﻮ‬
‫ﻨ‬
ُ‫ﻣ‬
َ‫ﺁ‬
‫ﻳﻦ‬
َ ‫ﺬ‬
ِ
‫ﻟ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬‫ﺎ‬
‫ﻬ‬
َ‫ﻳ‬
‫ﱡ‬
‫ﺃ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﻳ‬
َ
‫ﻢ‬
ْ‫ﻬ‬
ُ
‫ﻨ‬
ْ‫ُﻣ‬
ِ‫ﻪ‬‫ﻧ‬
‫ﱠ‬
‫ﺈ‬
ِ
‫ﻓ‬
َ
‫ﻴﻦ‬
َ ‫ﻤ‬
ِ
‫ﻟ‬
ِ‫ﺎ‬
‫ﻟﻈ‬
‫ﱠ‬ ‫ﺍ‬
‫ﻡ‬
َ‫ﻮ‬
ْ‫ﻘ‬
َ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬‫ِﻱ‬
‫ﺪ‬
‫ﻬ‬
ْ‫ﻳ‬
َ‫َﻻ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ِﻥ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬
“Haior ang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan
Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi
sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi
18

pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya


Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-or
angyangzalim.”

Penutup
Pada intinya, jika seseorang memahami dan mengetahui dengan baik apa
yang terkandung dalam kalimat syahadat, tentulah mereka akan dapat memiliki
keimanan dan komitmen yang tinggi kepada Allah, yang dapat mengantarkannya
pada derajat ketaqwaan sebagaimana para sahabat Rasulullah SAW. Barangkali
kualitas keimanan kita yang rendah adalah karena kurangnya pemahaman yang
utuh mengenai kalimat ini. Sehingga meskipun sering diucapkan lisan, namun
belum dapat diterjemahkan dalam kehidupan rill sehari-hari.
Dengan memahami kembali makna syahadat beserta hal-hal lain yang
terkait dengan dua kalimat ini, semoga dapat menjadikan keimanan dan keislaman
kita lebih baik lagi. Wajar, jika terdapat beberapa hal yang masih kurang dalam
keimanan kita. Karena kita adalah manusia dengan segala kekurangan yang kita
miliki. Oleh karena itulah, marilah kita memperbaiki hal-hal tersebut dengan yang
lebih baik lagi. Semoga Allah menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang
bertaqwa.

Wal l
ahuA’ lam BisShawab.
By. Rikza Maulan, Lc., M.Ag.

Bahan Bacaan

Azzam, Abdullah. Al-Aqi dahwaAt sar


uhaf iBina’al -Jail. 1991 –1411. Cet I. Kairo –
Mesir : Dar al-Isr
a’ .
Al-Buraikan, Ibrahim Muhammad bin Abdullah. Pengantar Studi Aqidah Islam. Terj.
1998. Cet. I. Jakarta : Robbani Press & Al-Manar.
Hawwa,Sa’ id.Al-Islam. (Terj. Oleh Abu Ridha dan AR Shaleh Tamhid) Cet. I –
2000. Jakarta : Al-I ’
ti
sham CahayaUmat .
Quthb, Muhammad. La Ilaha Ilallah Sebagai Aqidah, Syar i
’ah, dan Si stem
Kehidupan. 1996. Cet. I. Terj. Jakarta : Robbani Press.
CD. ROM. Al-Qur ’
an 6. 50 & Al -Hadits. Syirkah Sakhr li Baramij al-Hasib (1991 –
1997).
CD. ROM. Mausu’ ah Ul ama’al -Islam; Dr. Yusuf al-Qardhawi ; al-Fiqh wa Ushulih.
Al-Markaz al-Handasi lil Abhas al-Tatbiqiyah.
CD. ROM. Mausu’ ahal -Hadits al-Syarif 2.00 (Al-Ishdar al-Tsani). Syirkah al-Baramij
al-Islamiyah al-Dauliyah.

‫ﻴﻢ‬
‫ﺮﺣ‬‫ﻟ‬
‫ﺮﺣﻤﻦﺍ‬
‫ﻟ‬‫ﺑﺴﻢﺍﷲﺍ‬

MA’
RIFATULLAH
‫ﺍﷲ‬
‫ﺔ‬‫ﻓ‬‫ﺮ‬
‫ﻌ‬‫ﻣ‬
Muqadimah
Mengenal Allah merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan
setiap insan. Karena dengan mengenal Allah, seseorang akan lebih dapat
mengenali dirinya sendiri. Dengan mengenal Allah seseorang juga akan dapat
19

memahami menegenai hakekat keberadaannya di dunia ini; untuk apa ia


diciptakan, kemana arah dan tujuan hidupnya, serta tanggung jawab yang
dipikulnya sebagai seorang insan di muka bumi. Dengan lebih mengenal Allah,
seseoran juga akan memiliki keyakinan bahwa ternyata hanya Allah lah yang Maha
Pencipta, Maha Penguasa, Maha Pemelihara, Maha Pengatur dan lain sebagainya.
Sehingga seseorang yang mengenal Allah, seakan-akan ia sedang berjalan pada
sebuah jalan yang terang, jelas dan lurus.
Sebaliknya, tanpa pengenalan terhadap Allah, manusia akan dilanda
kegelisahan dalam setiap langkah yang dilaluinya. Ia tidak dapat memahami
hakekat kehidupannya, dari mana asalnya, kemana arah tujuannya dan lain
sebagainya. Seakan akan ia sedang berjalan di sebuah jalan yang gelap, tidak
tentu dan berkelok. Dalam Al-Qur ’anAl lahSWTmenggambar kan( QS.6: 122):
‫ِﺝ‬
ٍ‫ﺭ‬‫ﺎ‬
‫ِﺨ‬
َ‫ﺑ‬‫ْﺲ‬
َ‫ﻴ‬‫ﻟ‬
َ
‫ﺎﺕ‬
ِ ‫ﻤ‬
َ
‫ﻠ‬
ُ‫ﻟﻈ‬
‫ﱡ‬‫ﺍ‬‫ِﻲ‬
‫ُﻓ‬
‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
ُ‫ﺜ‬
َ
‫ْﻣ‬
َ‫َﻦ‬
‫ﻤ‬‫ِﻛ‬
َ‫ﺎﺱ‬‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ِﻲ‬
‫ِﻓ‬
‫ﻪ‬‫ﺑ‬
ِ‫ِﻲ‬
‫ْﺸ‬
‫ﻤ‬‫ﻳ‬
َ
‫ﺍ‬‫ﺭ‬
ً‫ﻮ‬‫ﻧ‬
ُ‫ﻪ‬
ُ
‫ﻟ‬
َ‫ﺎ‬‫ﻨ‬
َ
‫ﻠ‬
ْ
‫ﻌ‬
َ‫َﺟ‬
َ‫ُﻭ‬
‫ﻩ‬
‫ﺎ‬‫ﻨ‬
َ
‫ﻴ‬
ْ‫ﻴ‬
َ
‫َﺣ‬
ْ‫ﺄ‬‫ﺎﻓ‬
َ‫ﺘ‬
ً
‫ﻴ‬
ْ‫َﻣ‬
َ‫ﺎﻥ‬
‫ْﻛ‬
َ‫َﻦ‬
‫ﻣ‬
‫ﻭ‬
َ‫ﺃ‬
َ
‫ﺎ‬‫ﻬ‬
َ‫ﻨ‬
ْ
‫ﻣ‬
ِ
‫ﻮﻥ‬
َ ‫ﻠ‬
ُ
‫ﻤ‬
َ‫ﻌ‬
ْ‫ﻳ‬
َ
‫ﺍ‬‫ﻮ‬‫ﻧ‬
ُ
‫ﺎ‬
‫ﺎﻛ‬
َ ‫َﻣ‬
َ ‫ﻳﻦ‬
‫ﺮ‬
ِ‫ﻓ‬
ِ‫ﺎ‬
‫ﻜ‬
َ‫ﻠ‬
ْ
‫ﻟ‬
ِ‫ﱢﻦ‬
َ‫ﻳ‬‫َﺯ‬
ُ‫ِﻚ‬
‫ﻟ‬
‫ﺬ‬
َ‫ﻛ‬
َ
“Danapakahor angyangsudahmat ikemudi andiaKamihidupkan dan Kami berikan
kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-
tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap
gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar daripadanya? Demikianlah Kami jadikan orang
yangkaf i
ri tumemandangbai kapayangt elahmer ekaker jakan.”

Urgensi Ma’ rif


atullah
Sebagaimana disinggung di atas, bahwa orang yang mengenal Allah, ia akan
memahami hakekat kehidupannya. Oleh karenanya ia tidak akan mudah silau dan
tertipu oleh kemilaunya kehidupan dunia. Allah berfirman (QS. 51:56) mengenai
tujuan hidup manusia di dunia:
‫ﻭﻥ‬
ِ‫ﺪ‬
ُ‫ﺒ‬
ُ‫ﻌ‬
ْ
‫ﻴ‬
َ‫ﻟ‬
ِ‫ِﻻ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬‫ْﺲ‬
َ‫ﻧ‬‫ﺍﻹ‬
ِ‫ﱠﻭ‬
َ‫ِﻦ‬
‫ْﺠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ْﺖ‬
ُ‫ﻘ‬
‫ﻠ‬
َ‫ﺎﺧ‬
َ ‫ﻣ‬
َ
‫ﻭ‬
َ
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.

Berikut adalah beberpa poin penting mengenai urgensi (baca; ahamiyah)


ma’ ri
fatull
ah:
1. Tidak akan tertipu oleh kemilaunya kehidupan dunia.
Allah berfirman (QS. 6 : 130):
‫ﺍ‬
‫ﺬ‬
َ‫ْﻫ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻜ‬
ُ
‫ﻣ‬
ِ‫ﻮ‬
ْ‫ﻳ‬
َ
‫ء‬
َ‫ﺎ‬‫ﻘ‬
َ
‫ﻟ‬
ِ‫ﻢ‬
ْ‫ﻜ‬
ُ
‫ﻧ‬
َ‫ﻭ‬‫ﺭ‬
ُ
‫ﺬ‬
ِ‫ﻨ‬
ْ‫ﻳ‬
ُ
‫ِﻲﻭ‬
َ ‫ﺗ‬‫ﺎ‬
‫ﻳ‬
َ
‫ْﺁ‬‫ﻢ‬‫ﻜ‬
ُ
‫ﻴ‬
ْ‫ﻠ‬
َ
‫َﻋ‬
َ ‫ﻮﻥ‬‫ُﺼ‬
‫ﱡ‬‫ﻘ‬‫ﻳ‬
َ‫ﻢ‬
ْ
‫ﻜ‬
ُ‫ﻨ‬
ْ
‫ٌﻣ‬
ِ ‫ُﻞ‬
‫ُﺳ‬
‫ْﺭ‬
‫ﻢ‬‫ﻜ‬
ُ
‫ﺗ‬
ِ‫ﺄ‬
ْ
‫ﻳ‬
َ‫ﻢ‬
ْ‫ﻟ‬
َ
‫ﺃ‬
َ‫ْﺲ‬
ِ‫ﻧ‬‫ﺍﻹ‬
ِ‫ﱢﻭ‬
َ ‫ِﻦ‬
‫ْﺠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺮ‬
َ‫ْﺸ‬
َ‫ﻌ‬
‫ﻣ‬
َ‫ﺎ‬‫ﻳ‬
َ
‫َﻰ‬
‫ﻠ‬‫ﺎﻋ‬
َ ‫ﻧ‬
َ
‫ﺪ‬
ْ‫ﻬ‬
ِ‫ﺍﺷ‬
َ‫ﻮ‬‫ﻟ‬
ُ‫ﺎ‬
‫ﻗ‬
َ
‫ﻳﻦ‬
َ‫ﺮ‬
ِ‫ﻓ‬
ِ‫ﺎ‬
‫ﺍﻛ‬
َ ‫ﻮ‬‫ﻧ‬
ُ
‫ﺎ‬‫ْﻛ‬
َ‫ﻢ‬
‫ﻬ‬
ُ‫ﻧ‬
‫ﱠ‬
‫ﺃ‬
َ‫ﻢ‬
ْ‫ﻬ‬
ِ‫ُﺴ‬
ِ‫ﻔ‬
‫ﻧ‬
ْ‫ﺃ‬
َ
‫َﻰ‬‫ﻠ‬
‫ﺍﻋ‬
َ ‫ﻭ‬‫ﺪ‬
ُ
‫ﻬ‬
ِ‫َﺷ‬
َ‫ﺎﻭ‬‫ﻴ‬
َ
‫ﻧ‬
ْ‫ﺪ‬
‫ﱡ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺓ‬
ُ
‫ﺎ‬‫ﻴ‬
َ
‫ْﺤ‬
َ‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻢ‬
ُ‫ﻬ‬
ُ‫ﺗ‬
ْ
‫ﺮ‬
‫ﱠ‬‫َﻏ‬
َ‫ﺎﻭ‬‫ﻨ‬
َ
‫ُﺴ‬
ِ‫ﻔ‬‫ﻧ‬
ْ
‫ﺃ‬
َ
“Haigolonganj indanmanusi a,apakahbel um datangkepadamur asul
-rasul dari
golongan kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayat Ku dan memberi
peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari ini? Mereka berkata: "Kami
menjadi saksi atas diri kami sendiri", kehidupan dunia telah menipu mereka, dan
mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang yang
kaf
ir.”

2. Karena Allah SWT adalah Rab semesta alam.


Allah berfirman (QS. 13 : 16):
‫ﺎ‬
‫ﻌ‬
ً‫ﻔ‬
ْ
‫ْﻧ‬
َ ‫ﻢ‬
‫ﻬ‬
ِ‫ُﺴ‬
ِ‫ﻓ‬
‫َﻷ‬
َ ‫ﻮﻥ‬‫ﻜ‬
ُ
‫ﻠ‬
ِ‫ﻤ‬
ْ
‫ﻳ‬
َ‫َﻻ‬
َ ‫ء‬
‫ﺎ‬‫ﻴ‬
َ
‫ﻟ‬
ِ‫ﻭ‬
ْ‫ﺃ‬
َ‫ﻪ‬
ِ
‫ﻧ‬
ِ‫ﻭ‬‫ْﺩ‬
ُ‫ِﻦ‬
‫ْﻣ‬
‫ﻢ‬‫ﺗ‬
ُ
‫ﺬ‬
ْ‫ﱠﺨ‬
َ‫ﺗ‬
‫ﺎ‬‫ﻓ‬
َ
‫ﺃ‬
َ‫ُﻞ‬
ْ‫ُﻗ‬
‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ُﻞ‬
ِ‫ِﻗ‬
‫ْﺽ‬‫ﺭ‬‫ﺍﻷ‬
َ ‫ِﻭ‬
َ ‫ﺍﺕ‬‫ﻮ‬
َ
‫ﻤ‬
َ‫ﻟﺴ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬‫َﺏ‬
‫ﱡ‬ ‫ْﺭ‬
‫َﻦ‬
‫ْﻣ‬
‫ُﻞ‬
‫ﻗ‬
‫ﻪ‬
ِ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
ِ‫ﺍ‬
‫ﻮ‬‫ﻠ‬
ُ
‫ﻌ‬
َ‫ْﺟ‬
َ‫ﻡ‬‫ﺃ‬
َ‫ﺭ‬
ُ‫ﻮ‬‫ﻨ‬
‫ﱡ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ُﻭ‬
َ‫ﺎﺕ‬‫ﻤ‬
َ
‫ﻠ‬
ُ‫ﻟﻈ‬
‫ﱡ‬ ‫ﺍ‬
‫ِﻱ‬‫ﻮ‬‫ﺘ‬
َ
‫َﺴ‬
ْ‫ﺗ‬‫َﻞ‬
ْ‫ْﻫ‬
‫ﻡ‬‫ﺃ‬
َ‫ﺮ‬
ُ
‫ﻴ‬‫َﺼ‬
ِ ‫ﺒ‬
‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫َﻰﻭ‬
َ ‫ﻤ‬‫َﻋ‬
ْ‫ﺍﻷ‬‫ِﻱ‬‫ﻮ‬
‫ﺘ‬
َ‫َﺴ‬
ْ‫ﻳ‬‫َﻞ‬
ْ‫ْﻫ‬
‫ُﻞ‬
‫ﺍﻗ‬‫ﺮ‬

‫َﺿ‬
َ ‫َﻻ‬
‫ﻭ‬
‫ﺭ‬
ُ‫ﺎ‬
‫ﻬ‬
‫ﱠ‬‫ﻘ‬
َ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬
‫ﺪ‬
ُ‫ﺍﺣ‬
ِ ‫ﻮ‬
َ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬‫ﻮ‬
َ
‫ﻫ‬
ُ‫ٍﻭ‬
َ‫ء‬‫َﻲ‬
ْ‫ﱢﺷ‬‫ُﻞ‬
‫ُﻛ‬
‫ِﻖ‬
‫ﻟ‬‫ﺎ‬
‫ُﺧ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ُﻞ‬
ِ‫ْﻗ‬
‫ﻢ‬
‫ﻬ‬
ِ‫ﻴ‬
ْ‫ﻠ‬
َ
‫ُﻋ‬
َ ‫ْﻖ‬
‫ﻠ‬
‫ْﺨ‬
َ‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ﻪ‬
َ‫ﺑ‬
َ‫ﺎ‬
‫َﺸ‬
َ‫ﺘ‬‫ِﻓ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻘ‬
ِ
‫ﻠ‬
ْ‫َﺨ‬
َ‫ﺍﻛ‬
‫ﻮ‬‫ﻘ‬
ُ‫ﻠ‬
َ
‫َﺧ‬
َ‫ء‬‫ﺎ‬‫ﻛ‬
َ‫ﺮ‬
َ
‫ﺷ‬
ُ
20

“Kat akanlah:" SiapakahTuhanl angi


tdanbumi ?"Jawabnya:" Allah."Kat akanlah:"Maka
patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, padahal mereka
tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka sendiri?".
Katakanlah: "Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap
gulita dan terang benderang; apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah
yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut
pandangan mereka?" Katakanlah: "Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia-lah
Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa".

3. Karena wujud (eksistensi) dan keberadaan Allah SWT didukung oleh dalil-dalil
yang kuat:
a) Dalil Naqli (tekstual)
Allah berfirman (QS. 6 : 19):
ِ
‫ﻪ‬‫ْﺑ‬
ِ‫ﻢ‬‫ﻛ‬
ُ‫ﺭ‬
َ‫ﺬ‬
ِ
‫ﻧ‬
ْ‫ُﻷ‬
ُ‫ﺁﻥ‬
‫ﺮ‬
ْ‫ﻘ‬
ُ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﺍ‬
‫ﺬ‬
َ‫ﱠﻫ‬
َ‫َﻲ‬
‫ﻟ‬‫ﺇ‬
ِ
‫ِﻲ‬
َ ‫ﻭﺣ‬‫ﺃ‬
ُ
‫ْﻭ‬
َ ‫ﻢ‬
‫ﻜ‬
ُ‫ﻨ‬
َ
‫ﻴ‬
ْ‫ﺑ‬
َ
‫ِﻲﻭ‬
َ ‫ﻨ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﺑ‬
َ‫ﺪ‬
ٌ‫ﻴ‬
‫ﻬ‬
ِ‫ُﺷ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ُﻞ‬
ِ‫ًﻗ‬
‫ﺓ‬
‫ﺩ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﻬ‬
َ‫ُﺷ‬
َ‫ﺮ‬‫ﺒ‬
َ
‫ﻛ‬
ْ‫ﺃ‬
َ‫ء‬
ٍ‫َﻲ‬
ْ‫ﱡﺷ‬
‫َﻱ‬
‫ﺃ‬‫ُﻞ‬
ْ‫ﻗ‬
‫ِﻲ‬
‫ﻨ‬
‫ﻧ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬
ِ
‫ٌﻭ‬
َ‫ﺪ‬‫ﺍﺣ‬
ِ‫ٌﻭ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻟ‬
َ‫ﺇ‬
ِ‫ﻮ‬
َ
‫ﺎﻫ‬
ُ ‫ﻤ‬
َ‫ﻧ‬
‫ﱠ‬
‫ﺇ‬
ِ‫ُﻞ‬
ْ‫ُﻗ‬
‫ﺪ‬
‫ﻬ‬
َ‫َﺷ‬
ْ ‫ﺃ‬
‫ْﻻ‬
َ ‫ُﻞ‬
‫َﻯﻗ‬
‫ﺮ‬‫ُﺧ‬
ْ‫ﺃ‬‫ﺔ‬
ً‫ﻬ‬
َ‫ﻟ‬
ِ
‫ﺁ‬‫ﻪ‬
ِ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ﻊ‬
َ‫ﱠﻣ‬
َ‫َﻥ‬
‫َﺃ‬
‫ﻭﻥ‬‫ﺪ‬
ُ
‫ﻬ‬
َ‫َﺸ‬
ْ‫ﺘ‬
‫ﻟ‬
َ‫ﻢ‬
ْ‫ﻜ‬
ُ
‫ﻨ‬
‫ﱠ‬‫ﺋ‬
ِ
‫َﺃ‬
َ‫ﻎ‬‫ﻠ‬
َ‫ﺑ‬
َ
‫َﻦ‬
ْ ‫ﻣ‬
‫ﻭ‬
َ
‫ﻮﻥ‬
َ ‫ﻛ‬
ُ‫ﺮ‬
ِ
‫ُﺸ‬
ْ ‫ﺗ‬
‫ﺎ‬‫ﻤ‬
‫ﱠ‬‫ٌﻣ‬
ِ‫ء‬‫ِﻱ‬
‫ﺮ‬‫ﺑ‬
َ
“Katakanlah:" Siapakahyangl ebihkuatper saksi
annya?"Kat akanlah:"Allah.Di a
menjadi saksi antara aku dan kamu. Dan Al Qur'an ini diwahyukan kepadaku supaya
dengannya aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang
sampai Al Qur'an (kepadanya). Apakah sesungguhnya kamu mengakui bahwa ada
tuhan-tuhan yang lain di samping Allah?" Katakanlah: "Aku tidak mengakui".
Katakanlah: "Sesungguhnya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan sesungguhnya
aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Allah)".

b) Dalil Akal
Allah berfirman (QS. 3 : 190):
‫َﺏ‬
ِ‫ﺎ‬
‫ﺒ‬
ْ‫ﻟ‬
َ
‫ﺍﻷ‬‫ِﻲ‬
‫ﻟ‬
‫ﻭ‬‫ٍﻷ‬
ُ‫ﺎﺕ‬
‫ﻳ‬
َ‫ِﻷ‬
َ‫ﺭ‬‫ﺎ‬
‫ﻬ‬
َ‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ِﻭ‬
َ‫ْﻞ‬
‫ﻴ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫َﻑ‬
ِ‫ِﻼ‬
‫ﺘ‬
‫ﺍﺧ‬
ْ‫ِﻭ‬
َ‫ْﺽ‬‫ﺭ‬
‫ﺍﻷ‬
َ ‫ِﻭ‬
َ‫ﺍﺕ‬
‫ﻮ‬
َ‫ﻤ‬
َ‫ﻟﺴ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬‫ْﻖ‬
ِ‫ﻠ‬
‫ِﻲﺧ‬
َ ‫ﱠﻓ‬
‫ِﻥ‬
‫ﺇ‬

Sesungguhnyadal am penci ptaanl angi
tdanbumi ,dansil
ihber
ganti
nyamal
am dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orangyangber
akal.

c) Dalil Fitrah
Allah berfirman (QS. 7 : 172):
‫ﺍ‬
‫ﻮ‬‫ﻟ‬
ُ
‫ﺎ‬‫ْﻗ‬
َ‫ﻢ‬
‫ﻜ‬
ُ‫ﺑ‬
‫ﱢ‬
‫ﺮ‬
َ‫ﺑ‬
ِ‫ْﺖ‬
ُ‫َﺴ‬
‫ﻟ‬
‫ﺃ‬
َ‫ﻢ‬
ْ‫ﻬ‬
ِ
‫ُﺴ‬
ِ‫ﻔ‬‫ﻧ‬
ْ
‫ﺃ‬
َ‫َﻰ‬
‫ﻠ‬
‫ْﻋ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻫ‬
ُ‫ﺪ‬
َ
‫ﻬ‬
َ‫َﺷ‬
ْ‫ﺃ‬
‫ْﻭ‬
َ ‫ﻢ‬
‫ﻬ‬
ُ‫ﺘ‬
َ‫ﻳ‬
‫ﱠ‬
‫ﺭ‬
‫ﱢ‬‫ْﺫ‬
ُ‫ﻢ‬‫ﻫ‬
ِ‫ﺭ‬
ِ
‫ﻮ‬‫ﻬ‬
ُ‫ْﻇ‬
ُ‫ِﻦ‬
‫َﻣ‬
‫ﻡ‬‫ﺩ‬
َ
‫ﺁ‬‫ِﻲ‬
‫ﻨ‬
‫ﺑ‬
َ‫ِﻦ‬
ْ‫َﻣ‬
‫ﱡﻚ‬
‫ﺑ‬
‫َﺭ‬
َ‫ﺬ‬‫َﺧ‬
َ‫ﺃ‬
‫ﺫ‬
ْ‫ﺇ‬
ِ‫ﻭ‬
َ
‫ﻴﻦ‬
َ‫ﻠ‬
ِ‫ﻓ‬
ِ
‫ﺎ‬‫ﺍﻏ‬
َ‫ﺬ‬
َ‫ْﻫ‬
َ‫َﻦ‬
‫ﺎﻋ‬‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﺎﻛ‬
ُ ‫ﻧ‬
‫ﱠ‬
‫ﺇ‬
ِ‫ﺔ‬
ِ‫ﻣ‬
َ
‫ﺎ‬‫ﻴ‬
َ
‫ﻘ‬
ِ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﻡ‬
َ‫ﻮ‬
ْ
‫ﻳ‬
َ‫ﺍ‬‫ﻮ‬‫ﻟ‬
ُ
‫ﻮ‬‫ﻘ‬
ُ
‫ﺗ‬
َ‫َﻥ‬
ْ‫ﺃ‬
‫ﺎ‬‫ﻧ‬
َ
‫ﺪ‬
ْ‫ﻬ‬
ِ
‫َﻰﺷ‬
َ ‫ﻠ‬‫ﺑ‬
َ
“Dan( ingatl
ah),ketikaTuhanmumengel uar kanket urunananak-anak Adam dari
sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan
kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat
kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang
yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",

4. Memiliki manfaat atau faidah yang banyak:


Dengan mengenal Allah secara baik dan benar, maka secara langsung atau
tidak langsung akan lebih mendekatkan diri kita kepada Allah SWT. Dan jika kita
dekat dengan Allah, maka Allah pun akan dekat pula dengan kita. Hal ini
merupakan hal yang paling pokok bagi seorang hamba. Karena bagi dirinya
orientasinya hanya lah Allah dan Allah. Tiada kebahagiaan hakiki baginya, selain
cinta Ilahi. Namun di samping itu terdapat hal-hal positif lainnya dengan adanya
ma’ rifatull
ahini, diantaranya adalah:
a) Kebebasan (‫ﻳﺔ‬ ‫ﺮ‬‫ﻟﺤ‬‫ﺍ‬)
Allah berfirman (QS. 6 : 82)
21

‫ﻭﻥ‬
َ‫ﺪ‬
ُ‫ﺘ‬
َ‫ﻬ‬
ْ
‫ْﻣ‬
ُ ‫ﻢ‬
‫ﻫ‬
ُ‫ُﻭ‬
َ‫ْﻦ‬
‫ﻣ‬
‫ﺍﻷ‬
َ ‫ﻢ‬
ُ
‫ﻬ‬
ُ‫ﻟ‬
َ‫ِﻚ‬
َ‫ﺌ‬
‫ﻟ‬
َ‫ﻭ‬
‫ﺃ‬
ُ‫ﻢ‬
ٍ‫ﻠ‬
ْ
‫ِﻈ‬
ُ‫ﺑ‬‫ﻢ‬
ْ
‫ﻬ‬
ُ‫ﻧ‬
َ
‫ﺎ‬‫ﻤ‬
َ
‫ﻳ‬‫ﺇ‬
ِ‫ﺍ‬
‫ﻮ‬‫ِﺴ‬
ُ‫ﺒ‬
‫ﻠ‬
ْ
‫ﻳ‬
َ‫ﻢ‬
ْ‫ﻟ‬
َ
‫ﺍﻭ‬
َ ‫ﻮ‬
‫ﻨ‬
ُ‫ﻣ‬
َ‫ﺁ‬
‫ﻳﻦ‬
َ ‫ﺬ‬
ِ
‫ﻟ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan
kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan
mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.

b) Ketenangan (‫ﻨﺔ‬ ‫ﻴ‬‫ﻧ‬‫ﺄ‬


‫ﻟﻄﻤ‬‫ﺍ‬)
Allah berfirman (QS. 13 : 28)
‫ﻮﺏ‬
ُ ‫ﻠ‬
ُ
‫ﻘ‬
ُ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬‫ِﻦ‬
‫ﱡ‬‫ﺌ‬
‫ﻤ‬
َ‫َﻄ‬
ْ‫ﺗ‬‫ﻪ‬
ِ
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺮ‬
ِ‫ﻛ‬
ْ
‫ﺬ‬
ِ‫ﺑ‬
ِ‫َﻻ‬
َ‫ﺃ‬‫ﻪ‬
ِ
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺮ‬
ِ‫ﻛ‬
ْ
‫ﺬ‬
ِ‫ﺑ‬
ِ‫ﻢ‬
ْ
‫ﻬ‬
ُ‫ﺑ‬
ُ
‫ﻮ‬‫ﻠ‬
ُ
‫ﱡﻗ‬
ُ‫ِﻦ‬
‫ﺌ‬
‫ﻤ‬
َ‫َﻄ‬
ْ‫ﺗ‬
‫ﺍﻭ‬
َ ‫ﻮ‬
‫ﻨ‬
ُ‫ﻣ‬
َ‫ﺁ‬
‫ﻳﻦ‬
َ ‫ﺬ‬
ِ
‫ﻟ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬

(yai
tu)orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram.”

c) Barakah (‫ﻛﺔ‬ ‫ﺮ‬


‫ﺒ‬‫ﻟ‬)
‫ﺍ‬
Allah berfirman (QS. 7 : 96):
‫ﺍ‬
‫ﻮ‬‫ﺑ‬
ُ
‫ﺬ‬
‫ﱠ‬‫ْﻛ‬
َ‫ِﻦ‬
‫ﻜ‬
‫ﻟ‬
َ‫ِﻭ‬
َ‫ْﺽ‬‫ﺭ‬
‫ﺍﻷ‬
َ ‫ِﻭ‬
َ‫ء‬‫ﺎ‬
‫ﻤ‬
َ‫ﻟﺴ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬‫ِﻦ‬
َ‫ٍﻣ‬
‫ﺎﺕ‬‫ﻛ‬
َ
‫ﺮ‬
َ‫ﺑ‬
َ‫ﻢ‬
ْ‫ﻬ‬
ِ
‫ﻴ‬
ْ‫ﻠ‬
َ
‫ﺎﻋ‬
َ ‫ﻨ‬
َ‫َﺤ‬
ْ‫ﺘ‬
‫ﻔ‬
َ‫ﻟ‬
َ‫ﺍ‬
‫ﻮ‬
ْ‫ﻘ‬
َ
‫ﺗ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬
‫ﺍﻭ‬
َ ‫ﻮ‬
‫ﻨ‬
ُ‫ﻣ‬
َ‫ﺁ‬
‫َﻯ‬‫ﺮ‬
‫ﻘ‬
ُ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ْﻞ‬
َ‫ﻫ‬
‫ﺃ‬
َ‫َﻥ‬
‫ﱠ‬‫ﺃ‬
‫ﻮ‬
ْ‫ﻟ‬
َ‫ﻭ‬
َ
‫ﻮﻥ‬
َ‫ﺒ‬
ُ‫ْﺴ‬
ِ‫ﻜ‬
‫ﻳ‬
َ‫ﺍ‬‫ﻮ‬
‫ﻧ‬
ُ‫ﺎ‬
‫ﺎﻛ‬
َ ‫ﻤ‬
َ‫ﺑ‬
ِ
‫ﻢ‬
ْ‫ﻫ‬
ُ‫ﺎ‬‫ﻧ‬
َ
‫ﺬ‬
ْ‫َﺧ‬
َ‫ﺄ‬
‫ﻓ‬
َ

J i
kalausekiranyapendudukneger i
-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami
akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan
per buat annya.”

d) Kehidupan yang baik (‫ﺒﺔ‬ ‫ﻴ‬‫ﻟﻄ‬‫ﺓﺍ‬‫ﺎ‬‫ﻴ‬


‫ﻟﺤ‬)
‫ﺍ‬
Allah berfirman (QS. 16 : 97)
‫ﻢ‬
ْ
‫ﻫ‬
ُ‫ﺮ‬
َ‫َﺟ‬
ْ‫ﺃ‬
‫ﻢ‬
ْ‫ﻬ‬
ُ‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻳ‬
َ
‫ﺰ‬
ِ‫َﺠ‬
ْ‫ﻨ‬
‫ﻟ‬
َ
‫ًﻭ‬
َ ‫ﺔ‬
‫ﺒ‬
َ‫ﻴ‬
‫ﱢ‬
‫ًﻃ‬
َ ‫ﺓ‬
‫ﺎ‬‫ﻴ‬
َ
‫ُﺣ‬
َ ‫ﻪ‬‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻴ‬
َ
‫ﻴ‬
ِ‫ُﺤ‬
ْ‫ﻨ‬
‫ﻠ‬
َ‫ٌﻓ‬
َ‫ِﻦ‬
‫ﻣ‬‫ﺆ‬
ْ‫َﻣ‬
ُ‫ﻮ‬‫ﻫ‬
ُ‫َﻰﻭ‬
َ ‫ﺜ‬
‫ﻧ‬
ْ‫ﺃ‬
ُ
‫ﻭ‬
ْ‫ﺃ‬
َ‫ﺮ‬
ٍ
‫ﻛ‬
َ‫ْﺫ‬
َ‫ِﻦ‬
‫ﺎﻣ‬
‫ِﺤ‬
ً‫ﻟ‬
‫ﺎ‬‫َﺻ‬
َ ‫ِﻞ‬
‫ﻤ‬
‫ْﻋ‬
َ ‫َﻦ‬
‫ﻣ‬
‫ﻮﻥ‬
َ ‫ﻠ‬
ُ
‫ﻤ‬
َ‫ﻌ‬
ْ‫ﻳ‬
َ‫ﺍ‬
‫ﻮ‬‫ﻧ‬
ُ
‫ﺎ‬‫ﺎﻛ‬
َ ‫ِﻣ‬
َ‫َﻦ‬
‫ْﺴ‬
‫َﺣ‬
‫ﺄ‬
‫ﺑ‬
ِ

Bar angsi
apayangmenger j
akanamalsal eh,baiklaki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka
denganpahal ayangl ebihbai
kdar iapayangt elahmer ekaker j
akan.”

e) Syurga (‫ﻨﺔ‬ ‫ﻟﺠ‬


‫ﺍ‬)
Allah berfirman (QS. 10 : 25-26)
‫ﻢ‬
ْ
‫ِﻫ‬
ُ ‫ﺔ‬
‫ﻨ‬
‫ﱠ‬‫ْﺠ‬
َ‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺎﺏ‬
ُ‫ْﺤ‬
َ‫َﺻ‬
‫ﺃ‬‫ِﻚ‬
َ‫ﺌ‬
‫ﻟ‬
َ‫ﻭ‬
‫ﺃ‬
ُ‫ﺔ‬
ٌ‫ﻟ‬
‫ﱠ‬
‫َﺫ‬
ِ‫َﻻ‬
‫ٌﻭ‬
‫ﺮ‬‫ﺘ‬
َ
‫ْﻗ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻬ‬
ُ
‫ﻫ‬
َ‫ﻮ‬‫ُﺟ‬
ُ‫ُﻭ‬
‫َﻖ‬
‫ﻫ‬‫ﺮ‬
ْ‫ﻳ‬
َ
‫َﻻ‬
َ ‫ٌﻭ‬
‫ﺓ‬
‫ﺩ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﻳ‬
َ‫ﺯ‬
ِ
‫َﻰﻭ‬
َ ‫ﻨ‬
‫ُﺴ‬
ْ‫ْﺤ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺍ‬
‫ﻮ‬‫ﻨ‬
ُ
‫ْﺴ‬
َ‫َﺣ‬
‫ﺃ‬
‫ﻳﻦ‬
َ ‫ﺬ‬
ِ
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
ِ
‫ﻭﻥ‬
َ ‫ﺪ‬
ُ
‫ﻟ‬
ِ‫ﺎ‬
‫ﺎﺧ‬
َ ‫ﻬ‬
َ
‫ﻴ‬‫ﻓ‬
ِ
“Bagiorang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan
tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula)
kehinaan.Mer ekaitulahpenghunisur ga,mer ekakekaldidal amnya. ”

f) Mardhatillah. (‫ﺓﺍﷲ‬‫ﺎ‬
‫ﺮﺿ‬ ‫)ﻣ‬
Allah berfirman (QS. 98 : 8)
‫ﻢ‬
ْ
‫ﻬ‬
ُ‫ﻨ‬
ْ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻲ‬
َ‫َﺿ‬
‫ﺍﺭ‬
‫ﺪ‬
ً‫ﺑ‬
َ
‫ﺃ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﻬ‬
َ‫ﻴ‬
‫َﻓ‬
ِ‫ﻳﻦ‬
‫ﺪ‬
ِ‫ﻟ‬
ِ
‫ﺎ‬‫ُﺧ‬
َ‫ﺭ‬‫ﺎ‬
‫ﻬ‬
َ‫ﻧ‬
ْ
‫ْﻷ‬
َ ‫ﺍ‬
‫ﺎ‬‫ﻬ‬
َ‫ﺘ‬
ِ
‫َﺤ‬
ْ‫ﺗ‬‫ِﻦ‬
ْ‫ِﻱﻣ‬
‫ﺮ‬‫َﺠ‬
ْ‫ﺗ‬‫ْﻥ‬
ٍ‫ﺪ‬‫ُﻋ‬
َ‫ﺎﺕ‬
‫ﻨ‬
‫ﱠ‬‫ْﺟ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻬ‬
ِ
‫ﺑ‬
‫ﱢ‬‫َﺭ‬
َ‫ﺪ‬‫ﻨ‬
ْ
‫ْﻋ‬
ِ ‫ﻢ‬
‫ﻫ‬
ُ‫ﺅ‬
ُ‫ﺍ‬
‫ﺰ‬
َ‫ﺟ‬
َ
‫ﻪ‬
ُ
‫ﺑ‬
‫ﱠ‬‫َﺭ‬
َ‫ِﻲ‬
‫َﺸ‬
‫ْﺧ‬‫َﻦ‬
‫ﻤ‬‫ﻟ‬
ِ
‫ِﻚ‬
َ ‫ﻟ‬
‫ُﺫ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻨ‬
ْ‫ﺍﻋ‬
َ‫ﻮ‬‫َﺿ‬
ُ‫ﺭ‬ ‫ﻭ‬
َ

Balasanmer ekadisisiTuhanmer eka ialah surga `Adn yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap
mereka dan merekapun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi
orangyangt akutkepadaTuhannya. ”

Cara Untuk Mengenal Allah


22

Untuk menuju tujuan tertentu, tentulah diperlukan cara atau metode yang
telah tertentu pula. Metode yang baik dan benar akan dapat mengantarkan kita
pada hasil yang baik dan benar pula. Demikian juga sebaliknya, cara atau metode
yang salah, akan membawa kita pada hasil yang salah pula. Dan secara garis
besar, terdapat dua cara untuk mengenal Allah SWT. Pertama, melalui ayat-ayat
Allah yang bersifat qauliyah. Kedua, melalui ayat-ayat Allah yang bersifat kauniyah.

Pertama : Melalui ayat-ayat qauliyah.


Ayat-ayat qauliyah adalah ayat-ayat Allah SWT yang difirmankan-Nya dalam
kitab suci Al-Qur ’
an. Ayat -ayat ini menyentuh berbagai aspek yang dapat
menunjukkan kita untuk lebih mengenal dan meyakini Allah SWT. Sebagai contoh,
Allah SWT berfirman dalam (QS. 88: 17 – 20), dimana Allah SWT memberikan
pertanyaan-pertanyaan yang sangat menghujam lubuk hati seorang insan yang
paling dalam, untuk membenarkan keberadaan Allah Yang Maha Pencipta:

‫َﺖ‬
‫ﺒ‬
‫ُﺼ‬
ِ ‫ﻧ‬
‫ْﻒ‬
َ ‫ﻴ‬
‫ِﻛ‬
َ‫ﺎﻝ‬
‫ﺒ‬
َ
‫ْﺠ‬
ِ ‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫َﻰ‬
‫ﻟ‬
‫ﺇ‬
ِ
‫ْ*ﻭ‬
َ ‫َﺖ‬‫ﻌ‬
‫ﻓ‬
ِ‫َﺭ‬
ُ‫ْﻒ‬
‫ﻴ‬‫ِﻛ‬
َ‫ء‬‫ﺎ‬
‫ﻤ‬
َ‫ﻟﺴ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬‫َﻰ‬
‫ﻟ‬
‫ﺇ‬
ِ
‫ْ *ﻭ‬
َ ‫َﺖ‬
‫ﻘ‬‫ﻠ‬
ِ
‫َﺧ‬
ُ‫ْﻒ‬
‫ﻴ‬‫ِﻛ‬
َ‫ِﻞ‬
‫ﺑ‬
‫ْﻹ‬
‫ﺍ‬‫َﻰ‬
‫ﻟ‬
‫ﺇ‬
ِ‫ﻭﻥ‬
َ‫ﺮ‬
ُ‫ْﻈ‬
ُ‫ﻨ‬
‫ﻳ‬
َ‫َﻼ‬
َ‫ﻓ‬
‫ﺃ‬
َ

‫َﺖ‬
‫ِﺤ‬
‫ُﻄ‬
‫َﺳ‬‫ْﻒ‬
‫ﻴ‬
‫ِﻛ‬
َ ‫ْﺽ‬
‫ﺭ‬‫ﺍﻷ‬
َ ‫َﻰ‬
‫ﻟ‬
‫ﺇ‬
ِ
‫ﻭ‬
َ

Makaapakahmer ekatidakmemper hat
ikanuntabagai manadi adi ci
ptakan,Danl angit
,
bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi
bagai
manai adihampar kan?”

Contoh lain adalah bagaimana Allah SWT memberikan pertanyaan-pertanyaan yang


sesungguhnya tiada jawaban yang dapat mereka berikan melainkan hanya
kesaksian mengenai Keagungan, Kebesaran dan Kekuasaan Allah SWT. Allah
berfirman (QS. 27 : 60 –66)
ْ
‫ﻢ‬‫ﻜ‬
ُ‫ﻟ‬
َ
‫ﺎﻥ‬
َ ‫ﺎﻛ‬
َ ‫ٍﻣ‬
َ‫ﺔ‬‫ْﺠ‬
َ‫ﻬ‬‫ﺑ‬
َ‫ﺍﺕ‬
َ ‫َﺫ‬
َ ‫ِﻖ‬
‫ﺋ‬
‫ﺍ‬‫ﺪ‬
َ‫ِﺣ‬
َ‫ﻪ‬‫ﺑ‬
ِ ‫ﺎ‬‫ﻨ‬
َ
‫ﺘ‬
ْ‫ﺒ‬
َ‫ﻧ‬
ْ
‫ﺄ‬
َ‫ًﻓ‬
َ‫ء‬‫ﺎ‬‫ِﻣ‬
َ‫ء‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬
َ‫ﻟﺴ‬
‫ﱠ‬ ‫ﺍ‬‫ِﻦ‬
َ‫ْﻣ‬
‫ﻢ‬‫ﻜ‬
ُ‫ﻟ‬
َ‫َﻝ‬
َ‫ﺰ‬ ‫ﻧ‬
ْ
‫ﺃ‬
َ‫َﻭ‬
َ ‫ْﺽ‬ ‫ﺭ‬‫ﺍﻷ‬
َ ‫ِﻭ‬
َ‫ﺍﺕ‬‫ﻮ‬
َ‫ﻤ‬
َ‫ﻟﺴ‬
‫ﱠ‬ ‫ﺍ‬
‫َﻖ‬
َ ‫ﻠ‬
‫ْﺧ‬
َ ‫ﱠﻦ‬
‫ﻣ‬‫ﺃ‬
َ
‫ﺍ‬
‫ﺭ‬
ً‫ﺎ‬
‫ﻬ‬
َ‫ﻧ‬
ْ‫ﺃ‬
َ‫ﺎ‬‫ﻬ‬
َ‫ﻟ‬
َ‫ِﻼ‬
‫َﺧ‬‫َﻞ‬‫ﻌ‬
‫َﺟ‬
َ‫ﺍﻭ‬‫ﺭ‬
ً‫ﺍ‬‫ﺮ‬
َ‫َﻗ‬
َ‫ْﺽ‬ ‫ﺭ‬‫ﺍﻷ‬
َ ‫َﻞ‬
َ‫ﻌ‬‫ْﺟ‬
َ ‫ﱠﻦ‬‫ﻣ‬
‫ﺃ‬
َ *َ
‫ﻮﻥ‬ ‫ﻟ‬
ُ‫ﺪ‬
ِ
‫ﻌ‬
ْ‫ﻳ‬
َ‫ﻡ‬
ٌ‫ﻮ‬
ْ‫ْﻗ‬
َ‫ﻢ‬‫ْﻫ‬
ُ ‫َﻞ‬
‫ﺑ‬ ‫ﻪ‬
ِ
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ﻊ‬
َ ‫ٌﻣ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
َ‫ﺋ‬
ِ
‫ﺃ‬
َ‫ﺎ‬‫ﻫ‬
َ‫ﺮ‬
َ‫َﺠ‬
َ‫ﺍﺷ‬‫ﻮ‬‫ﺘ‬
ُ‫ﺒ‬
ِ
‫ﻨ‬
ْ‫ﺗ‬
ُ‫َﻥ‬
ْ‫ﺃ‬
‫ﻴﺐ‬
ُ ‫ُﺠ‬
ِ‫ﻳ‬ ‫ﱠﻦ‬
ْ‫ﻣ‬ ‫ﺃ‬
َ
*َ‫ﻮﻥ‬‫ﻤ‬
ُ‫ﻠ‬
َ
‫ﻌ‬
ْ‫ﻳ‬
َ‫ْﻻ‬
َ ‫ﻢ‬‫ﻫ‬
ُ‫ﺮ‬
ُ‫ﺜ‬
َ
‫ﻛ‬
ْ‫ﺃ‬
َ ‫َﻞ‬
ْ‫ﺑ‬ ‫ﻪ‬
ِ
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ﻊ‬
َ‫ٌﻣ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
َ‫ﺋ‬
ِ
‫ﺃ‬
َ ‫ﺍ‬
‫ﺰ‬
ً‫ﺎﺟ‬
ِ ‫ِﺣ‬
َ ‫ْﻦ‬
‫ﻳ‬‫ﺮ‬
َ‫َﺤ‬
ْ‫ﺒ‬‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬ ‫ْﻦ‬
َ‫ﻴ‬‫ﺑ‬
َ‫َﻞ‬
َ‫ﻌ‬‫َﺟ‬
َ‫َﻭ‬‫ِﻲ‬
‫ﺍﺳ‬‫ﻭ‬
َ‫ﺎﺭ‬
َ ‫ﻬ‬
َ‫ﻟ‬
َ‫َﻞ‬
َ‫ﻌ‬‫َﺟ‬
َ‫ﻭ‬
‫ﱠﻦ‬
ْ‫ﻣ‬‫ﺃ‬
َ* َ‫ﻭﻥ‬ ‫ﺮ‬
ُ‫ﻛ‬
‫ﱠ‬‫ﺬ‬
َ‫ﺗ‬
َ‫ﺎ‬
‫ًﻣ‬
َ ‫ﻴﻼ‬
‫ﻠ‬
ِ‫ِﻗ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻊ‬
َ‫ٌﻣ‬
َ ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
َ‫ﺋ‬
ِ
‫ﺃ‬
َ‫ْﺽ‬
ِ ‫ﺭ‬‫ﺍﻷ‬
َ ‫ء‬
َ‫ﺎ‬‫ﻔ‬
َ
‫ﻠ‬
َ‫ْﺧ‬
ُ ‫ﻢ‬‫ﻜ‬
ُ
‫ﻠ‬
ُ‫ﻌ‬
َ‫َﺠ‬
ْ‫ﻳ‬
‫َﻭ‬
َ ‫ء‬‫ﻮ‬‫ﻟﺴ‬
‫ﱡ‬ ‫ﺍ‬‫ِﻒ‬
ُ ‫ْﺸ‬‫ﻜ‬‫ﻳ‬
َ
‫ُﻭ‬
َ ‫ﻩ‬
‫ﺎ‬‫َﻋ‬
َ‫ﺍﺩ‬‫ﺫ‬
َ‫ﺇ‬
ِ
‫ﺮ‬
‫ﱠ‬‫ْﻄ‬
َ ‫ُﻀ‬‫ﻤ‬
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬
‫ﻪ‬
ُ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫َﻰ‬‫ﻟ‬‫ﺎ‬‫ﻌ‬
َ‫ﺗ‬
َ‫ﻪ‬
ِ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻊ‬
َ‫ٌﻣ‬
َ ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
َ
‫ﺋ‬
ِ‫ﺃ‬
َ
‫ﻪ‬
ِ ‫ﺘ‬
ِ
‫ﻤ‬
َ‫َﺣ‬
ْ‫ْﺭ‬‫َﻱ‬‫ﺪ‬
‫ﻳ‬
َ ‫ْﻦ‬
َ‫ﻴ‬‫ﺑ‬
َ‫ﺍ‬‫ﺮ‬
ً‫ُﺸ‬
ْ‫ﺑ‬‫ﺎﺡ‬
َ ‫ﻳ‬
َ‫ﺮ‬
‫ﱢ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬ ‫ِﻞ‬
ُ‫ْﺳ‬
‫ﺮ‬‫ﻳ‬
ُ‫َﻦ‬
ْ ‫ﻣ‬‫ِﻭ‬
َ ‫ﺮ‬‫َﺤ‬
ْ‫ﺒ‬‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﱢﻭ‬
َ ‫ﺮ‬‫ﺒ‬
َ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬‫ﺎﺕ‬
ِ ‫ﻤ‬
َ‫ﻠ‬
ُ
‫ِﻲﻇ‬
ُ ‫ْﻓ‬‫ﻢ‬
‫ﻜ‬
ُ‫ﻳ‬‫ﺪ‬
ِ
‫ﻬ‬
ْ‫ﻳ‬
َ
‫ﺍ‬
‫ﻮ‬‫ﺗ‬
ُ‫ﺎ‬
‫ْﻫ‬
َ ‫ُﻞ‬
‫ِﻗ‬‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻊ‬
َ‫ٌﻣ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
َ‫ﺋ‬
ِ‫ﺃ‬
َ‫ْﺽ‬
ِ ‫ﺭ‬‫ﺍﻷ‬
َ ‫ِﻭ‬
َ ‫ء‬‫ﺎ‬
‫ﻤ‬
َ‫ﻟﺴ‬
‫ﱠ‬ ‫ﺍ‬ ‫ِﻦ‬
َ‫ْﻣ‬‫ﻢ‬
‫ﻜ‬
ُ‫ﻗ‬
ُ‫ﺯ‬
ُ‫ﺮ‬
ْ‫ﻳ‬
َ ‫َﻦ‬
ْ‫ﻣ‬‫ُﻭ‬
َ‫ﻩ‬‫ﺪ‬
ُ‫ﻴ‬
‫ﻌ‬
ِ‫ﻳ‬
ُ‫ﻢ‬
‫ﱠ‬‫ﺛ‬
ُ ‫ْﻖ‬
َ‫ﻠ‬‫ْﺨ‬
َ‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ﺃ‬
ُ
‫ﺪ‬
َ‫ﺒ‬
ْ‫ﻳ‬
َ‫ﱠﻦ‬
ْ‫ﻣ‬‫ﺃ‬
َ*َ
‫ﻮﻥ‬‫ﻛ‬
ُ‫ﺮ‬
ِ‫ُﺸ‬
ْ‫ﻳ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬
‫ﱠ‬‫ﻋ‬
َ
‫ﻭﻥ‬
َ ‫ﺮ‬
ُ ‫ﻌ‬
ُ‫َﺸ‬
ْ‫ﻳ‬ ‫ﺎ‬‫ﻣ‬
َ
‫ُﻭ‬
َ ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ِﻻ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬‫ْﺐ‬
َ ‫ﻴ‬
‫ﻐ‬
َ‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬‫ْﺽ‬
ِ ‫ﺭ‬ ‫ﺍﻷ‬
َ ‫ِﻭ‬
َ ‫ﺍﺕ‬‫ﻮ‬
َ‫ﻤ‬
َ‫ﻟﺴ‬
‫ﱠ‬ ‫ﺍ‬‫ِﻲ‬
‫ْﻓ‬‫َﻦ‬
‫ُﻣ‬
‫ﻢ‬‫ﻠ‬
َ‫ﻌ‬
ْ
‫ﻳ‬
َ ‫ْﻻ‬
َ ‫ُﻞ‬
‫َ *ﻗ‬
‫ﻴﻦ‬‫ﻗ‬
ِ‫ﺩ‬
ِ‫ﺎ‬
‫ْﺻ‬
َ ‫ﻢ‬
‫ﺘ‬
ُ‫ﻨ‬
ْ
‫ْﻛ‬
ُ ‫ِﻥ‬
‫ﺇ‬‫ﻢ‬
ْ‫ﻜ‬
ُ‫ﻧ‬
َ
‫ﺎ‬‫ﻫ‬
َ‫ﺮ‬
ْ‫ﺑ‬
ُ

‫ﻮﻥ‬ ‫ﻤ‬
ُ‫ﺎﻋ‬
َ ‫ﻬ‬
َ
‫ﻨ‬
ْ‫ْﻣ‬
ِ ‫ﻢ‬
‫ْﻫ‬
ُ ‫َﻞ‬
‫ﺑ‬‫ﺎ‬‫ﻬ‬
َ
‫ﻨ‬
ْ‫ﱟﻣ‬
ِ ‫َﻚ‬
‫ِﻲﺷ‬ ‫ْﻓ‬‫ﻢ‬
‫ْﻫ‬
ُ ‫َﻞ‬
‫ﺑ‬‫ﺓ‬
ِ‫ﺮ‬
َ‫ْﻵﺧ‬
ِ ‫ﺍ‬‫ِﻲ‬
‫ْﻓ‬‫ﻢ‬
‫ﻬ‬
ُ‫ﻤ‬
ُ‫ﻠ‬
ْ‫َﻋ‬
ِ ‫َﻙ‬
‫ﺭ‬ ‫ﺍ‬
‫ﺩ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬‫َﻞ‬
ِ‫ﺑ‬ *َ
‫ﻮﻥ‬‫ﺜ‬
ُ‫ﻌ‬
َ‫ﺒ‬
ْ
‫ﻳ‬
ُ‫ﺎﻥ‬
َ ‫ﻳ‬
‫ﱠ‬‫ﺃ‬
َ
“Atau siapakah yang tel
ah menci ptakan langi
tdan bumidan yangmenur unkan ai
r
untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang
berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan
pohon-pohonnya? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan
(sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran).
Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang
menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-
gunung untuk (mengkokohkan) nya dan menjadikan suatu pemisah antara dua
laut? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya)
kebanyakan dari mereka tidak mengetahui. Atau siapakah yang memperkenankan
(do`a) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdo`a kepada-Nya, dan yang
menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah
di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu
mengingati (Nya). Atau siapakah yang memimpin kamu dalam kegelapan di
daratan dan lautan dan siapa (pula) kah yang mendatangkan angin sebagai kabar
gembira sebelum (kedatangan) rahmat-Nya? Apakah di samping Allah ada tuhan
(yang lain)? Maha Tinggi Allah terhadap apa yang mereka persekutukan (dengan-
Nya). Atau siapakah yang menciptakan (manusia dari permulaannya), kemudian
23

mengulanginya (lagi), dan siapa (pula) yang memberikan rezki kepadamu dari
langit dan bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)?. Katakanlah:
"Unjukkanlah bukti kebenaranmu, jika kamu memang orang-orang yang benar".
Katakanlah: "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara
yang ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan
dibangkitkan. Sebenarnya pengetahuan mereka tentang akhirat tidak sampai
(kesana) malahan mereka ragu-ragu tentang akhirat itu, lebih-lebih lagi mereka
butadar ipadanya.”

Selain dua contoh di atas, masih banyak sekali contoh-contoh lain yang dapat
mengantarkan kita untuk dapat mengenal dan lebih mengenal Allah SWT lagi.

Kedua : Melalui ayat-ayat kauniyah


Ayat-ayat kauniyah adalah tanda-tanda kebesaran Allah yang terdapat pada
ciptaan-Nya, baik yang berada di dalam diri manusia, di alam, di angkasa, di dalam
lautan, di jagad raya dan lain sebagainya. Karena pada hekekatnya, ketika manusia
merenungkan segala ciptaan Allah yang Maha Sempurna ini, akan membawa pada
pengenalan dan pengesaan (baca; pentauhidan) terhadap Allah SWT. Allah
berfirman dalam QS. 67 : 3 –4:
‫ِﻦ‬
ْ‫َﻯﻣ‬
‫ﺮ‬
‫ﺗ‬
َ‫َﻞ‬
ْ‫َﻫ‬
‫ﺮ‬‫َﺼ‬
َ‫ﺒ‬‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﻊ‬
ِ‫ْﺟ‬
ِ‫ﺭ‬‫ﺎ‬
‫ٍﻓ‬
َ‫ُﺕ‬
‫ﻭ‬‫ﺎ‬‫ﻔ‬
َ
‫ﺗ‬
َ‫ِﻦ‬
ْ‫ِﻣ‬
‫َﻦ‬
‫ﻤ‬‫ﱠﺣ‬
ْ‫ﺮ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ْﻖ‬
ِ ‫ﻠ‬
‫ِﻲﺧ‬
َ ‫َﻯﻓ‬
‫ﺮ‬‫ﺗ‬
َ
‫ﺎ‬‫ﺎﻣ‬
َ‫ﻗ‬
ً‫ﺎ‬
‫ﺒ‬
َ‫ٍﻃ‬
ِ ‫ﺍﺕ‬
‫ﻮ‬
َ‫ﻤ‬
َ‫َﺳ‬
َ‫ﻊ‬‫ﺒ‬
ْ
‫َﺳ‬
َ ‫َﻖ‬
‫ﻠ‬
‫ِﻱﺧ‬
َ ‫ﺬ‬
‫ﻟ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬

‫ﺭ‬‫ﻮ‬‫ُﻄ‬
ُ‫ﻓ‬
‫ﺮ‬
ٌ
‫ﻴ‬‫َﺴ‬
ِ‫َﺣ‬‫ﻮ‬
‫ﻫ‬
ُ‫ﺎﻭ‬
َ ‫ﺌ‬
ً
‫ﺎﺳ‬
ِ ‫ُﺧ‬
َ‫ﺮ‬‫َﺼ‬
َ‫ﺒ‬‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ْﻚ‬
َ ‫ﻴ‬
‫ﻟ‬
َ
‫ﺇ‬
ِ‫ِﺐ‬
ْ ‫ﻠ‬
‫ﻘ‬
َ‫ﻨ‬
ْ
‫ِﻳ‬
َ‫ْﻦ‬
‫ﻴ‬‫ﺗ‬
َ
‫ﺮ‬
‫ﱠ‬‫َﻛ‬
َ‫ﺮ‬‫َﺼ‬
َ‫ﺒ‬‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﻊ‬
ِ‫ْﺟ‬
ِ‫ﺭ‬‫ﺍ‬
‫ﻢ‬
‫ﱠ‬‫ﺛ‬
ُ
“Yangt el
ahmenci ptakantujuhlangit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada
ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-
ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi
niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat
danpenglihatanmui tupundal am keadaanpayah. ”

Bahkan dalam ayat lain, Allah seolah memberikan tantangan kepada orang yang
tidak mengakui ciptaan-Nya, untuk menunjukkan ciptaan-ciptaan selain-Nya. Allah
mengatakan (QS. 31 : 11)
‫ﻴﻦ‬
ٍ‫ﺒ‬
ِ‫ٍﻣ‬
ُ‫َﻝ‬
‫َﻼ‬
‫ِﻲ ﺿ‬
‫َﻓ‬
‫ﻮﻥ‬
‫ﻤ‬
ُ‫ﻟ‬
ِ‫ﺎ‬
‫ﻟﻈ‬
‫ﱠ‬ ‫ﺍ‬
‫َﻞ‬
ِ‫ﺑ‬‫ﻪ‬
ِ
‫ﻧ‬
ِ‫ﻭ‬‫ْﺩ‬
ُ‫ِﻦ‬
‫َﻣ‬
‫ﻳﻦ‬
‫ﺬ‬
ِ‫ﻟ‬
‫ﱠ‬
‫ﺍ‬‫َﻖ‬
َ‫ﻠ‬
‫ﺍﺧ‬
َ ‫ﺫ‬
َ
‫ﺎ‬‫ِﻲﻣ‬
َ ‫ﻧ‬
‫ﻭ‬‫ﺭ‬
ُ‫ﺄ‬
َ
‫ِﻓ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ْﻖ‬
ُ‫ﻠ‬
‫ﺍﺧ‬
َ ‫ﺬ‬
َ
‫ﻫ‬
َ

Ini
lahci
ptaanAll
ah,makaper l
ihatkanl ahol ehmukepadakuapayangt elahdi ciptakanol eh
sembahan-sembahan (mu) selain Allah. Sebenarnya orang-orang yang zalim itu berada di
dal am kesesat anyangnyat a.”

Pada intinya adalah bahwa sesungguhnya segala apa yang ada di bumi, di langit, di
jagad raya, juga di dalam diri kita sendiri, merupakan tanda-tanda kebesaran Allah
SWT. Tanda-tanda tersebut demikian banyaknya hingga dapat dikatakan tak
terbilang. Hanya karena keterbatasan kitalah, kita tidak mampu untuk menghitung
ayat-ayat Allah tersebut. Berikut adalah diantara ayat-ayat kauniyah yang dapat
mengenalkan kepada Allah SWT:
1. Fenomena adanya alam.
Jika terdapat sesuatu yang sangat indah dan mempesona, maka pastilah ada
yang membuatnya. Sebagai contoh, ketika kita melihat ada sebuah rumah yang
sangat bagus dan indah. Tentulah rumah tersebut ada yang membangunnya.
Karena tidak mungkin, rumah itu ada dan berdiri sendiri dengan kebetulan,
tanpa ada yang menciptakannya. Demikian juga dengan alam yang sangat
indah ini, dengan berbagai siklus alamnya yang demikian sempurna. Ada sinar
matahari yang tidak membakar kulit, ada oksigen yang kadar dan komposisinya
sangat sesuai dengan manusia, ada air yang merupakan sumber kehidupan, ada
pepohonan, ada hewan, ada bakteri dan demikian seterusnya. Sesungguhnya
24

hal seperti itu merupakan tanda-tanda yang jelas mengenai Allah SWT. Bila
ciptaan-Nya saja begitu indah dan sempurna, maka apatah lagi dengan
Penciptanya.? Mengenai hal ini, Allah berfirman (QS. 3 : 190):
‫ﺎﺏ‬
ِ‫ﺒ‬
َ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍﻷ‬
َ ‫ِﻲ‬
‫ﻟ‬
‫ﻭ‬‫ٍﻷ‬
ُ‫ﺎﺕ‬
‫ﻳ‬
َ‫ِﻵ‬
‫ﺭ‬
‫ﺎ‬‫ﻬ‬
َ‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻭ‬
َ‫ْﻞ‬
‫ﻴ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫َﻑ‬
ِ‫ِﻼ‬
‫ﺘ‬
‫ﺍﺧ‬
ْ‫ِﻭ‬
َ‫ْﺽ‬‫ﺭ‬
‫ﺍﻷ‬
َ ‫ِﻭ‬
َ‫ﺍﺕ‬
‫ﻮ‬
َ‫ﻤ‬
َ‫ﻟﺴ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬‫ْﻖ‬
ِ‫ﻠ‬
‫ِﻲﺧ‬
َ ‫ﱠﻓ‬
‫ِﻥ‬
‫ﺇ‬

Sesungguhnyadal am penci ptaanl angi
tdanbumi ,dansil
ihber
ganti
nyamal
am dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orangyangber
akal.

Kita dapat membayangkan, sekiranya dunia ini tidak diselimuti oleh atmosfer,
atau tiada pepohonan yang mengeluarkan oksigen, atau tiada penawar kotoran
seperti lautan, atau hal-hal lain yang menyeimbangkan siklus perputaran
kehidupan di dunia? Barangkali kita semua saat ini sudah punah. Belum lagi jika
kita menengok ke angkasa raya, di mana seluruh planet berserta gugusan
bintang-bint ang, semua ber jal
an sesuai dengan ‘ jalurnya’ masi ng-masing.
Sehingga tiada yang saling bertabrakan satu dengan yang lainnya. Lagi-lagi
sebuah pertanyaan muncul, siapakan yang dapat mengatur segalanya dengan
sangat teliti, sempurna dan tiada cacat? (Biarkanlah relung hati kita yang paling
dalam untuk menjawabnya sendiri..)

2. Fenomena kehidupan dan kematian


Kehidupan dan kematian juga merupakan salah satu tanda kebesaran Allah
SWT.Dimanahali ni‘memaksa’manusi aunt ukber f
iki
rkerastentangf enomena
hidup dan mati. Jika seluruh makhluk itu hidup dan kemudian mati, tentulah di
sana terdapat Dzat yang Menghidupkan dan Mematikan. Jika seseorang, Allah
kehendaki untuk mati, maka apapun yang dilakukan untuk menolongnya akan
menjadi sia-sia. Demikian juga dengan fenomena kehidupan; terkadang
seseor ang yang t el
ah t er
foni
s‘mat i
’ol eh medi s,ternyat
a dapatdan mampu
bertahan hidup hingga beberapa tahun ke depan. Dan menyikapi hal seperti ini,
manusi at erpaksahar usmengakui‘ keker dil
annya’,meskipunt ekhnologicanggi h
telah mereka kuasai. Namun mereka sama sekali tidak kuasa menghadapi
fenomena ini. Mereka akhirnya harus mengembalikan segala sesuatunya hanya
kepada Allah. Karena pada-Nyalah kita semua akan kembali. Mengenai hal ini
Allah berfirman (QS. 2 : 28)
‫ﻮﻥ‬
َ‫ﻌ‬
ُ‫ْﺟ‬
َ‫ﺮ‬‫ﺗ‬
ُ
‫ﻪ‬
ِ‫ﻴ‬
ْ‫ﻟ‬
َ
‫ﺇ‬
ِ‫ﻢ‬
‫ﱠ‬‫ﺛ‬
ُ
‫ﻢ‬
ْ‫ﻜ‬
ُ‫ﻴ‬
‫ﻴ‬
ِ
‫ُﺤ‬
ْ ‫ﻳ‬
‫ﻢ‬
‫ﱠ‬‫ﺛ‬
ُ‫ﻢ‬
ْ
‫ﻜ‬
ُ‫ﺘ‬
ُ
‫ﻴ‬‫ﻤ‬
ِ
‫ﻳ‬
ُ‫ﻢ‬
‫ﱠ‬‫ﺛ‬
ُ
‫ﻢ‬
ْ‫ﻛ‬
ُ‫ﺎ‬
‫ﻴ‬
َ
‫َﺣ‬
ْ ‫ﺄ‬
‫ﺎﻓ‬
َ‫ﺗ‬
ً‫ﺍ‬
‫ﻮ‬
َ‫ﻣ‬
ْ‫ﺃ‬
َ
‫ﻢ‬
ْ‫ﺘ‬
ُ‫ﻨ‬
ْ
‫ﻛ‬
ُ‫ِﻭ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺎ‬‫ﺑ‬
ِ‫ﻭﻥ‬
َ‫ﺮ‬
ُ‫ﻔ‬
ُ‫ﻜ‬
ْ
‫ﺗ‬
َ‫ْﻒ‬
َ‫ﻴ‬‫ﻛ‬
َ

Mengapakamui ngkar kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah
menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali,
kemudian kepada-Nya-l ahkamudi kembalikan?”

Penghalang Dalam Mengenal Allah


Meskipun demikian, manusia tetaplah manusia dengan segala sifat baik dan
buruk yang terdapat dalam dirinya. Bagi mereka yang dapat memenejemen dirinya
mengikuti sifat baiknya, maka hal ini tidak akan menjadi masalah. Namun
manakala mereka mengikuti sifat buruk dalam dirinya, tentulah hal ini dapat
menjadi penghalang dalam menempuh jalan menuju pengenalan terhadap Allah
SWT. Secara garis besar terdapat beberpa hal (yang harus kita hindari) yang
menghalangi manusia untuk mengenal Allah, diantaranya adalah:
1. Kefasikan (‫ﻟﻔﺴﻖ‬ ‫ﺍ‬)
Fasik adalah orang yang senantiasa melanggar perintah dan larangan Allah,
bergelimang dengan kemaksiatan serta senantiasa berbuat kerusakan di bumi.
Sifat seperti ini akan menghalangi seseorang untuk mengenal Allah SWT. Allah
menggambarkan mengenai sikap fasik ini dalam (QS. 2 : 26 –27):
25

‫َﱡ‬
‫ﻖ‬‫ْﺤ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻪ‬
ُ‫ﻧ‬
‫ﱠ‬
‫ﺃ‬
َ‫ﻮﻥ‬
َ ‫ﻤ‬
ُ‫ﻠ‬
َ
‫ﻌ‬
ْ‫ﻴ‬
َ
‫ﺍﻓ‬
َ ‫ﻮ‬‫ﻨ‬
ُ‫ﻣ‬
َ
‫ﺁ‬‫ﻳﻦ‬
َ ‫ﺬ‬
ِ‫ﻟ‬
‫ﱠ‬
‫ﺍ‬‫ﺎ‬
‫ﻣ‬
‫ﱠ‬‫ﺄ‬
َ
‫ﺎﻓ‬
َ ‫ﻬ‬
َ‫ﻗ‬
َ
‫ﻮ‬
ْ‫ﺎﻓ‬
َ ‫ﻤ‬
َ‫ًﻓ‬
َ‫ﺔ‬‫ﻮﺿ‬
َ ‫ﻌ‬
ُ‫ﺑ‬
َ‫ﺎ‬‫ًﻣ‬
َ‫َﻼ‬
‫ﺜ‬‫َﻣ‬
َ‫ِﺏ‬‫ﺮ‬‫َﻀ‬
ْ‫ْﻳ‬
‫َﻥ‬
‫ﺃ‬‫ِﻲ‬
‫ﻴ‬‫َﺤ‬
ْ‫ﺘ‬
‫َﺴ‬
ْ ‫ﻳ‬‫َﻻ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ِﻥ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬
‫ﺍ‬
‫ﺮ‬
ً‫ﻴ‬‫ﺜ‬
ِ
‫ِﻛ‬
َ‫ﻪ‬‫ﺑ‬
ِ‫ِﻱ‬
‫ﺪ‬‫ﻬ‬
ْ
‫ﻳ‬
َ‫ﺍﻭ‬
َ‫ﺮ‬
ً ‫ﻴ‬
‫ﺜ‬
ِ‫ِﻛ‬
َ‫ﻪ‬‫ﺑ‬
ِ‫ِﻞ‬
‫ﱡ‬‫ُﻀ‬‫ًﻳ‬
‫َﻼ‬
‫ﺜ‬‫ﺍﻣ‬
َ ‫ﺬ‬
َ
‫ﻬ‬
َ‫ﺑ‬
ِ‫ﻪ‬
ُ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺩ‬
َ‫ﺍ‬
‫ﺭ‬
َ‫ﺃ‬
َ‫ﺍ‬
‫ﺫ‬
َ‫ﺎ‬
‫َﻣ‬
َ ‫ﻮﻥ‬‫ﻟ‬
ُ
‫ﻮ‬‫ﻘ‬
ُ‫ﻴ‬
َ
‫ﺍﻓ‬
َ ‫ﻭ‬‫ﺮ‬
ُ‫ﻔ‬
َ
‫َﻛ‬
َ‫ﻳﻦ‬‫ﺬ‬
ِ‫ﻟ‬
‫ﱠ‬
‫ﺍ‬‫ﺎ‬
‫ﻣ‬
‫ﱠ‬‫ﺃ‬
َ‫ْﻭ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻬ‬
ِ
‫ﺑ‬
‫ﱢ‬‫ْﺭ‬
َ‫ِﻦ‬
‫ﻣ‬
‫ﻪ‬
ِ‫ﺑ‬
ِ‫ﻪ‬
ُ
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺮ‬
َ‫ﻣ‬
َ‫ﺃ‬
َ
‫ﺎ‬‫َﻣ‬
َ‫ﻮﻥ‬‫ﻌ‬
ُ‫ْﻄ‬
َ‫ﻘ‬‫ﻳ‬
َ
‫ِﻭ‬
َ ‫ﻪ‬‫ﻗ‬
ِ
‫ﺎ‬‫ﺜ‬
َ
‫ﻴ‬
‫ِﻣ‬
ِ ‫ﺪ‬
‫ﻌ‬
ْ‫ﺑ‬
َ‫ِﻦ‬
ْ‫ِﻣ‬‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺪ‬
َ‫ﻬ‬
ْ‫َﻋ‬
َ‫ﻮﻥ‬‫ُﻀ‬
ُ ‫ﻘ‬‫ﻨ‬
ْ
‫ﻳ‬
َ‫ﻳﻦ‬
َ ‫ﺬ‬
ِ‫ﻟ‬
‫ﱠ‬
‫ﺍ‬*َ
‫ﻴﻦ‬
‫ﻘ‬
ِ‫ﺎﺳ‬
ِ ‫ﻔ‬
َ
‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ِﻻ‬
‫ﱠ‬ ‫ﺇ‬
‫ﻪ‬
ِ‫ﺑ‬
ِ‫ِﻞ‬
‫ﱡ‬‫ُﻀ‬‫ﻳ‬‫ﺎ‬
‫ﻣ‬
َ‫ﻭ‬
َ

‫ﻭﻥ‬‫ﺮ‬
ُ‫ﺎﺳ‬
ِ ‫ْﺨ‬
َ‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻢ‬
ُ‫َﻫ‬
ُ‫ِﻚ‬‫ﺌ‬
‫ﻟ‬
َ
‫ﻭ‬‫ﺃ‬
ُ‫ْﺽ‬
ِ ‫ﺭ‬‫ﺍﻷ‬
َ ‫ِﻲ‬
‫َﻓ‬
‫ﻭﻥ‬‫ﺪ‬
ُ‫ْﺴ‬
ِ‫ﻔ‬‫ﻳ‬
ُ
‫َﻭ‬
َ‫َﻞ‬
‫ﻮﺻ‬ ‫ﻳ‬
ُ‫َﻥ‬
ْ‫ﺃ‬
“ SesungguhnyaAl laht iada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang
lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa
perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan:
"Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?" Dengan perumpamaan itu
banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang
yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang
yang fasik. (yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu
teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk
menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang
yangr ugi.

2. Kesombongan (‫ﺮ‬ ‫ﺒ‬


‫ﻟﻜ‬)
‫ﺍ‬
Kesombongan merupakan suatu sikap dimana hati seseorang ingkar dan
membantah terhadap ayat-ayat Allah, dan mereka tidak beriman kepada Allah
SWT. Allah berfirman (QS. 16 : 22):
‫ﻭﻥ‬
َ‫ﺮ‬
ُ‫ﺒ‬
ِ‫ﻜ‬
ْ
‫ﺘ‬
َ‫ُﺴ‬
ْ‫ْﻣ‬
‫ﻢ‬
‫ﻫ‬
ُ‫ٌﻭ‬
َ‫ﺓ‬
‫ﺮ‬
َ‫ﻜ‬
ِ‫ﻨ‬
ْ
‫ْﻣ‬
ُ‫ﻢ‬‫ﻬ‬
ُ
‫ﺑ‬
ُ‫ﻮ‬‫ﻠ‬
ُ
‫ِﻗ‬
ُ‫ﺓ‬‫ﺮ‬
َ
‫ﺎﻵﺧ‬
ِ ‫ﺑ‬
ِ‫ﻮﻥ‬
َ‫ﻨ‬
ُ‫ﻣ‬
ِ‫ﺆ‬
ْ
‫ﻳ‬
ُ‫َﻻ‬
َ‫ﻳﻦ‬
‫ﺬ‬
ِ‫ﻟ‬
‫ﱠ‬
‫ﺎ‬‫ٌﻓ‬
َ‫ﺪ‬
‫ﺍﺣ‬
ِ ‫ٌﻭ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻟ‬
َ
‫ﺇ‬
ِ‫ﻢ‬
ْ‫ﻜ‬
ُ
‫ﻬ‬
ُ‫ﻟ‬
َ
‫ﺇ‬
ِ
“Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Maka orang-orang yang tidak beriman
kepada akhirat, hati mereka mengingkari (keesaan Allah), sedangkan mereka sendiri
adalah orang-or
angyangsombong. ”

3. Kedzaliman (‫ﻠﻢ‬ ‫ﻟﻈ‬)


‫ﺍ‬
Sifat kedzaliman merupakan sifat seseorang yang menganiaya, baik terhadap
dirinya sendiri, terhadap orang lain, ataupun terhadap ayat-ayat Allah SWT.
Mengenai sifat ini, Allah berfirman dalam (QS. 32 : 22):
‫ﻮﻥ‬
َ‫ﻤ‬
ُ‫ﻘ‬
ِ‫ﺘ‬
َ
‫ﻨ‬
ْ
‫َﻣ‬
ُ ‫ﻴﻦ‬
‫ﻣ‬
ِ‫ﺮ‬
ِ‫ُﺠ‬
ْ‫ﻤ‬
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬‫ِﻦ‬
َ‫ﺎﻣ‬
‫ﻧ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬
ِ
‫ﺎ‬‫ﻬ‬
َ‫ﻨ‬
ْ
‫َﻋ‬
َ ‫َﺽ‬
‫ﺮ‬
‫َﻋ‬
ْ ‫ﺃ‬
‫ﻢ‬
‫ﱠ‬‫ﺛ‬
ُ‫ﻪ‬
ِ
‫ﺑ‬
‫ﱢ‬‫ِﺭ‬
َ‫ﺎﺕ‬
‫ﻳ‬
َ‫ﺂ‬
‫ﺑ‬
ِ‫ﺮ‬
َ‫ﻛ‬
‫ﱢ‬
‫ْﺫ‬
ُ‫ﱠﻦ‬
‫ﻤ‬
‫ُﻣ‬
ِ ‫ﻢ‬
‫ﻠ‬
َ‫َﻇ‬
ْ‫ﺃ‬‫َﻦ‬
ْ‫ﻣ‬
‫ﻭ‬
َ

Dansiapakahyangl ebi
hzalim dar ipadaor angyangt elahdiperi
ngatkandenganayat-
ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling daripadanya? Sesungguhnya Kami akan
memberikan pembalasan kepada orang-or angyangber dosa.”

4. Kedustaan (‫ﻟﻜﺬﺏ‬
‫ﺍ‬)
Kedustaan merupakan sikap bohong dan pengingaran. Dalam hal ini adalah
membohongi dan mengingkari ayat-ayat Allah SWT. Allah berfirman QS. 2 : 10
‫ﻮﻥ‬
َ‫ﺑ‬
ُ‫ﺬ‬
ِ‫ﻜ‬
ْ
‫ﻳ‬
َ‫ﺍ‬‫ﻮ‬
‫ﻧ‬
ُ‫ﺎ‬
‫ﺎﻛ‬
َ ‫ﻤ‬
َ
‫ﺑ‬
ِ‫ﻢ‬
ٌ‫ﻴ‬
‫ﻟ‬
ِ
‫ﺃ‬
َ‫ﺍﺏ‬
ٌ‫ﺬ‬
َ‫ْﻋ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻬ‬
ُ
‫ﻟ‬
َ‫ﺎﻭ‬
َ‫َﺿ‬
ً ‫ﺮ‬
‫ُﻣ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻢ‬
ُ‫ﻫ‬
ُ
‫ﺩ‬
َ‫ﺍ‬‫ﺰ‬
َ
‫ٌﻓ‬
َ ‫َﺽ‬
‫ﺮ‬
‫ْﻣ‬
َ ‫ﻢ‬
‫ﻬ‬
ِ‫ﺑ‬
ِ
‫ﻮ‬‫ﻠ‬
ُ
‫ِﻲﻗ‬
ُ ‫ﻓ‬

Dal
am hat
imer
eka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka
si
ksayangpedi h,di sebabkanmer ekaberdust a.

5. Banyak melakukan perbuatan maksiat (dosa) (‫ﺎﺻﻲ‬


‫ﻌ‬‫ﻟﻤ‬
‫ﺓﺍ‬‫ﺮ‬
‫ﺜ‬‫ﻛ‬)
Allah berfirman (QS. 83 : 14):
‫ﻮﻥ‬
َ‫ﺒ‬
ُ‫ْﺴ‬
ِ‫ﻜ‬
‫ﻳ‬
َ‫ﺍ‬‫ﻮ‬
‫ﻧ‬
ُ‫ﺎ‬
‫ﺎﻛ‬
َ ‫ْﻣ‬
َ‫ﻢ‬
‫ﻬ‬
ِ‫ﺑ‬
ِ
‫ﻮ‬‫ﻠ‬
ُ
‫َﻰﻗ‬
ُ ‫ﻠ‬
‫َﻋ‬
َ‫ﺍﻥ‬
‫ْﺭ‬
َ‫َﻞ‬
‫ﺑ‬‫َﻼ‬
‫ﱠ‬‫ﻛ‬

Sekal
i-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup
hatimer eka.

6. Kejahilan/ kebodohan (‫ﻟﺠﻬﻞ‬ )


‫ﺍ‬
Allah berfirman (QS. 29 : 63) :
26

‫ﻪ‬
ِ
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
ِ‫ﺪ‬
ُ
‫ﻤ‬
ْ‫ْﺤ‬
َ‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ُﻞ‬
ِ‫ُﻗ‬
‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ُﻦ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﻮ‬‫ﻘ‬
ُ
‫ﻴ‬
َ‫ﻟ‬
َ
‫ﺎ‬‫ﻬ‬
َ‫ﺗ‬
ِ
‫ﻮ‬
ْ‫ِﻣ‬
َ‫ﺪ‬
‫ﻌ‬
ْ‫ﺑ‬
َ‫ِﻦ‬
ْ‫َﻣ‬
‫ْﺽ‬‫ﺭ‬‫ﺍﻷ‬
َ ‫ﻪ‬
ِ
‫ﺑ‬
ِ‫ﺎ‬‫ﻴ‬
َ
‫َﺣ‬
ْ‫ﺄ‬‫ًﻓ‬
َ‫ء‬‫ﺎ‬
‫ِﻣ‬
َ‫ء‬‫ﺎ‬
‫ﻤ‬
َ‫ﻟﺴ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬‫ِﻦ‬
َ‫َﻣ‬
‫ﱠﻝ‬
‫ﺰ‬‫ﻧ‬
َ
‫َﻦ‬
ْ ‫ْﻣ‬
‫ﻢ‬
‫ﻬ‬
ُ‫ﺘ‬
َ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺄ‬
َ
‫ْﺳ‬
َ ‫ِﻦ‬
‫ﺌ‬
‫ﻟ‬
َ
‫ﻭ‬
َ
‫ﻮﻥ‬
َ‫ﻠ‬
ُ‫ﻘ‬
ِ
‫ﻌ‬
ْ‫ﻳ‬
َ‫ْﻻ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻫ‬
ُ
‫ﺮ‬
ُ‫ﺜ‬
َ‫ﻛ‬
ْ
‫ﺃ‬
َ‫َﻞ‬
ْ ‫ﺑ‬

Dansesungguhnyaj ikakamumenanyakankepadamer eka:" Siapakahyang
menurunkan air dari langit lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya?"
Tentu mereka akan menjawab: "Allah". Katakanlah: "Segala puji bagi Allah", tetapi
kebanyakanmer ekatidakmemahami( nya).

7. Keragu-raguan (‫ﺎﺏ‬ ‫ﻴ‬‫ﺗ‬


‫ﺭ‬ )
‫ﺍﻹ‬
Allah berfirman dalam (QS. 22 : 55) :
‫ﻢ‬
ٍ
‫ﻴ‬‫ﻘ‬
ِ
‫ٍﻋ‬
َ ‫ﻡ‬
‫ﻮ‬
ْ‫ﻳ‬
َ‫ﺍﺏ‬
ُ‫ﺬ‬
َ‫ْﻋ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻬ‬
ُ
‫ﻴ‬
َ‫ﺗ‬
ِ
‫ﺄ‬
ْ‫ﻳ‬
َ
‫ﻭ‬
ْ‫ﺃ‬
َ‫ﺔ‬
ً
‫ﺘ‬
َ‫ﻐ‬
ْ‫ﺑ‬
َ
‫ﺔ‬
ُ‫ﺎﻋ‬
َ‫ﻟﺴ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬‫ﻢ‬
ُ‫ﻬ‬
ُ
‫ﻴ‬
َ‫ﺗ‬
ِ
‫ﺄ‬
ْ‫ﺗ‬
َ
‫ﱠﻰ‬‫ﺘ‬
‫ُﺣ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻨ‬
ْ‫ٍﻣ‬
ِ‫ﺔ‬‫ﻳ‬
َ
‫ﺮ‬
ْ‫ِﻲﻣ‬
ِ ‫ﺍﻓ‬
‫ﻭ‬‫ﺮ‬
ُ‫ﻔ‬
َ
‫َﻛ‬
َ‫ﻳﻦ‬
‫ﺬ‬
ِ‫ﻟ‬
‫ﱠ‬
‫ﺍ‬‫ﺍﻝ‬
ُ‫ﺰ‬
َ‫ﻳ‬
َ‫َﻻ‬
َ‫ﻭ‬

Dansenant i
asalahor ang-orang kafir itu berada dalam keragu-raguan terhadap Al
Qur'an, hingga datang kepada mereka saat (kematiannya) dengan tiba-tiba atau datang
kepada mereka azab hari kiamat. Dan senantiasalah orang-orang kafir itu berada dalam
keragu-raguan terhadap Al Qur'an, hingga datang kepada mereka saat (kematiannya)
dengan tiba-ti
baat audat angkepadamer ekaazabhar ikiamat .”

8. Penyimpangan (‫ﺍﻑ‬ ‫ﺮ‬‫ﻧﺤ‬‫ﺍﻹ‬)


Allah berfirman (QS. 5 : 13):
‫ﺎ‬
‫ﻤ‬
‫ﱠ‬‫ﺎﻣ‬
ِ ‫َﻈ‬
‫ﺍﺣ‬‫ﻮ‬
‫َﺴ‬
ُ‫ﻧ‬‫ِﻭ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻌ‬
ِ
‫ﺍﺿ‬
ِ ‫ﻮ‬
َ
‫ْﻣ‬
َ ‫َﻦ‬
‫َﻋ‬
‫ﻢ‬‫ﻠ‬
ِ‫ﻜ‬
َ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬‫ﻮﻥ‬
َ ‫ﻓ‬
ُ
‫ﺮ‬
‫ﱢ‬‫ُﺤ‬
َ‫ﻳ‬‫ﺔ‬
ً‫ﻴ‬
َ
‫ﺎﺳ‬
ِ ‫ْﻗ‬
َ‫ﻢ‬
‫ﻬ‬
ُ‫ﺑ‬
َ‫ﻮ‬
‫ﻠ‬
ُ‫ﺎﻗ‬
ُ‫ﻨ‬
َ‫ﻠ‬
ْ
‫ﻌ‬
َ‫َﺟ‬
َ‫ْﻭ‬
‫ﻢ‬‫ﻫ‬
ُ
‫ﺎ‬‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻌ‬
َ‫ﻟ‬
َ‫ﻢ‬
ْ‫ﻬ‬
ُ
‫ﻗ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﺜ‬
َ‫ﻴ‬
‫ْﻣ‬
ِ ‫ﻢ‬
‫ﻬ‬
ِ‫ْﻀ‬
ِ‫ﻘ‬‫ﻧ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﻤ‬
َ‫ﺒ‬
ِ
‫ﻓ‬
َ
‫ِﺐ‬
‫ﱡ‬ ‫ُﺤ‬
‫ﻳ‬‫ﻪ‬
َ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻥ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬‫َﺢ‬
ْ‫ﻔ‬
‫ﺍﺻ‬
ْ ‫ْﻭ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻬ‬
ُ
‫ﻨ‬
ْ‫ُﻋ‬
َ‫ْﻒ‬‫ﺎﻋ‬
‫ْﻓ‬
َ ‫ﻢ‬‫ﻬ‬
ُ
‫ﻨ‬
ْ‫ًﻣ‬
ِ‫ﻴﻼ‬
‫ﻠ‬
ِ‫ﱠﻗ‬
َ‫ِﻻ‬
‫ﺇ‬‫ﻢ‬
ْ‫ﻬ‬
ُ
‫ﻨ‬
ْ‫ٍﻣ‬
ِ‫ﺔ‬‫ﻨ‬
َ
‫ﺋ‬
ِ‫ﺎ‬
‫َﻰﺧ‬
َ ‫ﻠ‬
‫ُﻋ‬
َ‫ﻊ‬‫ﻠ‬
ِ
‫َﻄ‬
‫ﱠ‬ ‫ﺗ‬
‫ﺍﻝ‬
ُ ‫ﺰ‬
َ‫ﺗ‬
َ‫َﻻ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﺑ‬
ِ‫ﺍ‬
‫ﻭ‬‫ﺮ‬
ُ‫ﻛ‬
‫ﱢ‬
‫ﺫ‬
ُ
‫ﻴﻦ‬
َ‫ﻨ‬
ِ‫ْﺴ‬
ِ‫ُﺤ‬
‫ﻤ‬‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬
“(Tetapi)karenamer ekamel anggarj anji
nya,Kamikut ukmer eka,danKamij adikanhat i
mereka keras membatu. Mereka suka merobah perkataan (Allah) dari tempat-
tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah
diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan
dari mereka kecuali sedikit di antara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah
mereka dan biarkanlah mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
berbuat bai
k.”

9. Kelalaian (‫ﻠﺔ‬‫ﻐﻔ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬)
Allah berfirman dalam (QS. 7 : 179):
‫ﺎ‬
‫ﻬ‬
َ‫ﺑ‬
ِ‫ﻭﻥ‬
َ‫ﺮ‬
ُ‫ْﺼ‬
ِ‫ﺒ‬‫ﻳ‬
ُ
‫ٌﻻ‬
َ ‫ُﻦ‬
‫ﻴ‬
‫َﻋ‬
ْ‫ﺃ‬‫ﻢ‬
ْ
‫ﻬ‬
ُ‫ﻟ‬
َ‫ﺎﻭ‬
َ‫ﻬ‬
َ‫ﺑ‬
ِ‫ﻮﻥ‬
َ ‫ﻬ‬
ُ‫ﻘ‬
َ
‫ﻔ‬
ْ‫ﻳ‬
َ‫ٌﻻ‬
َ‫ﻮﺏ‬‫ﻠ‬
ُ‫ْﻗ‬
ُ‫ﻢ‬
‫ﻬ‬
ُ‫ﻟ‬
َ‫ْﺲ‬
ِ ‫ﻧ‬
‫ﺍﻹ‬
ِ ‫ﱢﻭ‬
َ‫ِﻦ‬
‫ْﺠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻦ‬
َ‫ﺍﻣ‬
‫ﺮ‬
ً‫ﻴ‬‫ﺜ‬
ِ
‫َﻛ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻬ‬
َ‫ِﺠ‬
َ‫ﻟ‬
‫ﺎ‬‫ﻧ‬
َ
‫ﺃ‬
ْ‫ﺭ‬
َ
‫ْﺫ‬
َ ‫ﺪ‬
‫ﻘ‬
َ‫ﻟ‬
َ
‫ﻭ‬
َ
‫ﺍﻥ‬
ٌ‫ﺫ‬
َ‫ْﺁ‬
‫ﻢ‬‫ﻬ‬
ُ
‫ﻟ‬
َ‫ﻭ‬
َ
‫ﻮﻥ‬
َ ‫ﻠ‬
ُ
‫ﻓ‬
ِ
‫ﺎ‬‫ﻐ‬
َ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﻢ‬
ُ‫َﻫ‬
ُ‫ِﻚ‬
‫ﺌ‬
‫ﻟ‬
َ‫ﻭ‬‫ﺃ‬
ُ
‫َﻞ‬
‫ﱡ‬‫َﺿ‬‫ﺃ‬‫ﻢ‬
ْ‫ْﻫ‬
ُ‫َﻞ‬
‫ﺑ‬‫ﻡ‬
ِ‫ﺎ‬
‫ﻌ‬
َ‫ﻧ‬
ْ
‫ْﻷ‬
َ‫ﺎ‬‫َﻛ‬
َ‫ِﻚ‬
‫ﺌ‬‫ﻟ‬
َ
‫ﻭ‬‫ﺃ‬
ُ‫ﺎ‬
‫ﻬ‬
َ‫ﺑ‬
ِ‫ﻮﻥ‬
َ‫ﻌ‬
ُ‫ﻤ‬
َ‫َﺴ‬
ْ‫ﻳ‬‫ﻻ‬
َ
“DansesungguhnyaKamij adikanunt uki sinerakaJ ahannam kebanyakandar iji
ndan
manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami
(ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang
ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yangl
alai.”

Tauhidullah
Tauhidullah berarti mengesakan Allah SWT, dari segala apapun yang ada di
dunia ini. Dan secara garis besar, tauhid dibagi menjadi tiga bagian; pertama
Tauhid Rububiyah. Kedua; Tauhid Mulkiyah, dan Ketiga; Tauhid Uluhiyah.

1. Tauhid Rububiyah.
27

Dari segi bahasa, Rububiyah berasal dari kata rabba yarubbu (ّ ‫ﺮﺏ‬‫ـ‬
‫ﻳ‬- ّ
‫ﺭﺏ‬ ) yang
memiliki beberapa arti, yaitu : ( ‫ـﻲ‬ ‫ﺑ‬
‫ﺮ‬ ‫ﺍ‬/al-Murabbi) Pemelihara, ( ‫ﺮ‬
‫ﻟﻤ‬ ‫ﻴ‬
‫ـ‬‫ﻨﺼ‬‫ﻟ‬/al-
‫ﺍ‬
Nashir) Penolong, ( ‫ـﻚ‬ ‫ـ‬
‫ﻠ‬‫ﻟﻤ‬‫ ﺍ‬/al-Malik) Pemilik, ( ‫ﻠﺢ‬ ‫ـ‬
‫ـ‬‫ﻟﻤﺼ‬ ‫ ﺍ‬/ al-Muslih) Yang
Memperbaiki, ( ‫ﻴﺪ‬‫ﻟﺴ‬ ‫ﺍ‬/al-Sayid) Tuan dan ( ‫ﻟﻲ‬‫ﻮ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬/ al-Wali) Wali.
Sifat rububiyah bagi Allah merupakan sifat Allah sebagai Maha Pencipta, Maha
Pemilik, dan Maha Pengatur seluruh alam. Dalam tauhid ini, kita diminta untuk
mengesakan Allah sebagai Pencipta yang telan mencipta segala sesuatu dari
yang paling kecil hingga yang paling besar. Hanya Allah-lah yang memberikan
rizki dan hanya Allah lah sebagai Penguasa yang menguasai seluruh alam ini.
Menurut fungsinya, tauhid rububiyah pada Dzat Allah terbagi menjadi tiga:

a) Allah sebagai Pencipta (‫ﺎ‬


‫ﻟﻘ‬‫)ﺧ‬
‫ﺎ‬
Allah SWT berfirman (QS. 2 : 21-22):
ُ
‫ﻢ‬
‫ﻜ‬
ُ‫ﻟ‬
َ‫َﻞ‬
َ‫ﻌ‬‫ِﻱﺟ‬
َ ‫ﺬ‬‫ﻟ‬
‫ﱠ‬
‫َ *ﺍ‬
‫ﻮﻥ‬‫ﻘ‬
ُ
‫ﺘ‬
‫ﱠ‬‫ﺗ‬
َ‫ﻢ‬
ْ
‫ﻜ‬
ُ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻌ‬
َ‫ﻟ‬
َ‫ﻢ‬
ْ
‫ﻜ‬
ُ‫ﻠ‬
ِ
‫ﺒ‬
ْ‫ْﻗ‬
َ‫ِﻦ‬
‫َﻣ‬
‫ﻳﻦ‬‫ﺬ‬
ِ
‫ﻟ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬
‫ْﻭ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻜ‬
ُ‫ﻘ‬
َ
‫ﻠ‬
َ‫ِﻱﺧ‬
َ ‫ﺬ‬
‫ﻟ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬‫ﻢ‬
ُ
‫ﻜ‬
ُ‫ﺑ‬
‫ﱠ‬
‫ﺍﺭ‬
َ ‫ﻭ‬‫ﺪ‬
ُ
‫ﺒ‬
ُ‫ﺍﻋ‬
ْ ‫ﺎﺱ‬
ُ ‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ﺎ‬‫ﻬ‬
َ‫ﻳ‬
‫ﱡ‬
‫ﺃ‬
َ
‫ﺎ‬‫ﻳ‬
َ
‫َﻼ‬
َ‫ْﻓ‬
‫ﻢ‬‫ﻜ‬
ُ
‫ﻟ‬
َ‫ﺎ‬‫ﻗ‬
ً
‫ﺯ‬
ْ‫ِﺭ‬
ِ‫ﺍﺕ‬‫ﺮ‬
َ‫ﻤ‬
َ
‫ﺜ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ِﻦ‬
َ‫ِﻣ‬‫ﻪ‬
‫ﺑ‬
ِ‫َﺝ‬
َ‫ﺮ‬‫َﺧ‬
ْ‫ﺄ‬
‫ًﻓ‬
َ‫ء‬‫ﺎ‬‫ِﻣ‬
َ‫ء‬‫ﺎ‬
‫ﻤ‬
َ‫ﻟﺴ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬‫ِﻦ‬
َ‫َﻣ‬
‫َﻝ‬
‫ﺰ‬‫ﻧ‬
ْ‫ﺃ‬
َ
‫ًﻭ‬
َ ‫ء‬
‫ﺎ‬‫ﻨ‬
َ
‫ﺑ‬
ِ‫ء‬
َ‫ﺎ‬
‫ﻤ‬
َ‫ﻟﺴ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬‫ﺎﻭ‬
َ‫ﺍﺷ‬
ً ‫ﺮ‬
َ‫َﻓ‬
ِ‫ْﺽ‬‫ﺭ‬‫ﺍﻷ‬
َ

‫ﻮﻥ‬‫ﻤ‬
ُ‫ﻠ‬
َ
‫ﻌ‬
ْ‫ﺗ‬
َ‫ﻢ‬
ْ‫ﺘ‬
ُ
‫ﻧ‬
ْ‫ﺃ‬
َ
‫ﺍﻭ‬
َ ‫ﺩ‬
ً
‫ﺍ‬‫ﺪ‬
َ
‫ﻧ‬
ْ‫ﺃ‬
َ‫ﻪ‬
ِ
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
ِ‫ﺍ‬
‫ﻮ‬‫ﻠ‬
ُ
‫ﻌ‬
َ‫َﺠ‬
ْ‫ﺗ‬
“Haimanusi a,sembahlahTuhanmuYangt elahmenci ptakanmudanor ang-orang
yang sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialah Yang menjadikan bumi sebagai
hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari
langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki
untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal
kamumenget ahui.”

b) Allah sebagai Pemberi rizki (‫ﺎ‬


‫ﻗ‬‫ﺯ‬‫ﺍ‬
‫ﺭ‬)
Allah berfirman (QS. 51 : 57-58):

‫ﻴﻦ‬
‫ﺘ‬
ِ‫ﻤ‬
َ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬‫ﺓ‬
ِ
‫ﻮ‬
‫ﱠ‬‫ﻘ‬
ُ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬
‫ﻭ‬‫ُﺫ‬
ُ‫ﺍﻕ‬
‫ﺯ‬
‫ﱠ‬‫ﺮ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻮ‬
َ‫َﻫ‬
ُ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻥ‬
‫ﱠ‬‫ِ*ﺇ‬
‫ﻮﻥ‬
‫ﻤ‬
ُ‫ﻌ‬
ِ‫ُﻄ‬
ْ‫ﻳ‬‫َﻥ‬
ْ‫ﺃ‬
‫ﺪ‬
ُ‫ﻳ‬‫ﺭ‬
ِ
‫ﺃ‬
ُ‫ﺎ‬‫ﻣ‬
َ
‫ٍﻭ‬
َ ‫ْﻕ‬
‫ﺯ‬
‫ْﺭ‬
ِ ‫ِﻦ‬
‫ْﻣ‬
‫ﻢ‬
‫ﻬ‬
ُ‫ﻨ‬
ْ
‫ُﻣ‬
ِ‫ﺪ‬‫ﻳ‬
‫ﺭ‬
ِ‫ﺃ‬
ُ‫ﺎ‬
‫ﻣ‬
َ

Akut idakmenghendakir ezkisedi
kitpundar imerekadanAkut i
dakmenghendaki
supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi
r
ezkiYangMempunyaiKekuat anlagiSangatKokoh. ”

c) Allah sebagai Pemilik (‫ﺎ‬


‫ﻟﻜ‬‫)ﻣ‬
‫ﺎ‬
Allah berfirman (QS. 284) :
‫ﻪ‬
ُ
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻪ‬
ِ‫ﺑ‬
ِ
‫ﻢ‬
ْ‫ﻜ‬
ُ‫ﺒ‬
ْ
‫ﺎﺳ‬
ِ ‫ُﺤ‬
َ‫ﻳ‬‫ﻩ‬
ُ
‫ﻮ‬‫ﻔ‬
ُ
‫ُﺨ‬
ْ‫ﺗ‬‫ﻭ‬
ْ‫ﺃ‬
َ‫ﻢ‬
ْ
‫ﻜ‬
ُ‫ُﺴ‬
ِ‫ﻔ‬‫ﻧ‬
ْ
‫ﺃ‬
َ‫ِﻲ‬
‫ﺎﻓ‬‫ﺍﻣ‬
َ ‫ﻭ‬
‫ﺪ‬
ُ‫ﺒ‬
ْ‫ﺗ‬
ُ‫ِﻥ‬
ْ‫ﺇ‬‫ِﻭ‬
َ‫ْﺽ‬‫ﺭ‬‫ﺍﻷ‬
َ ‫ِﻲ‬
‫ﺎﻓ‬
‫ﻣ‬
َ‫ِﻭ‬
َ‫ﺍﺕ‬‫ﻮ‬
َ
‫ﻤ‬
َ‫ﻟﺴ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬‫ِﻲ‬
‫ﺎﻓ‬
‫ِﻣ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
ِ
‫َﻦ‬
ْ‫ﻤ‬‫ﻟ‬
ِ‫ﺮ‬
ُ‫ﻔ‬
ِ
‫ﻐ‬
ْ‫ﻴ‬
َ‫ﻓ‬
َ
‫ﺮ‬
ٌ‫ﻳ‬
‫ﺪ‬
ِ‫ٍﻗ‬
َ‫ء‬
‫َﻲ‬
ْ ‫ﱢﺷ‬
‫ُﻞ‬
‫َﻰﻛ‬
‫ﻠ‬‫ُﻋ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ُﻭ‬
َ‫ء‬‫ﺎ‬‫َﺸ‬
َ‫ﻳ‬‫َﻦ‬
ْ‫ُﻣ‬
‫ﱢﺏ‬
‫ﺬ‬‫ﻌ‬
َ
‫ﻳ‬
ُ‫ُﻭ‬
َ ‫ء‬
‫ﺎ‬‫َﺸ‬
َ‫ﻳ‬
“KepunyaanAl lah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan
jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu
menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu
tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan
menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya;danAl lahMahaKuasaat assegal asesuat u.

Tauhid rububiyah ini merupakan landasan bagi seluruh kaum muslimin untuk
bersyukur kepada Allah SWT. Karena pada hakekatnya dalam menempuh
kehidupan dunia, mereka senantiasa bertemu dengan ciptaan Allah, dengan
pember i
an ri
zkidar iAll
ah dan j uga menggunakan segal a‘fasi
li
tas’mi
li
kiAllah
SWT. Mereka tidak mungkin lari dari kenyataan ini.

2. Tauhid Mulkiyah.
28

Dari segi bahasa, mulkiyah berasal dari kata malika yamliku (‫ـﻚ‬
‫ﻠ‬‫ﻳﻤ‬- ‫ـﻚ‬
‫ﻠ‬‫)ﻣ‬, yang
artinya memiliki dan berkuasa penuh atas yang dimiliki. Sedangkan dari segi
istilahnya adalah mengesakan Allah SWT sebagai satu-satunya penguasa,
pemimpin, satu-satunya pembuat hukum (aturan) dan pemerintah. Tauhid
mulkiyah pada Allah meliputi
a) Allah sebagai pemimpin (‫ﺎ‬ ‫ﻴ‬
‫ﻟ‬‫ﻭ‬)
Allah berfirman (QS. 7 : 196):
‫ﻴﻦ‬
َ‫ِﺤ‬
ِ‫ﻟ‬
‫ﺎ‬‫ﻟﺼ‬
‫ﱠ‬ ‫ﺍ‬
‫ﱠﻰ‬‫ﻟ‬
‫ﻮ‬
َ‫ﺘ‬
َ
‫ﻳ‬
َ‫ﻮ‬
َ‫ﻫ‬
ُ
‫َﻭ‬
َ ‫ﺎﺏ‬
‫ﺘ‬
َ
‫ﻜ‬
ِ‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬
‫ﱠﻝ‬
َ‫ﺰ‬‫ﻧ‬
َ
‫ِﻱ‬‫ﺬ‬
‫ﻟ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬‫ﻪ‬
ُ
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﱢﻲ‬
َ‫ﻴ‬
‫ﻟ‬
ِ‫ﱠﻭ‬
َ‫ِﻥ‬
‫ﺇ‬

Sesungguhnyapel
indungkuialahAl l
ahyangt elahmenur
unkanAlKi
tab(
AlQur
'an)
dan Dia melindungi orang-or
angyangsal
eh.”

Dalam ayat lain Allah menggambarkan (QS. 18 : 50)


‫ﻪ‬
ِ
‫ﺑ‬
‫ﱢ‬‫ِﺭ‬
َ‫ﺮ‬‫ﻣ‬
ْ
‫ﺃ‬
َ‫َﻦ‬
ْ‫َﻋ‬‫َﻖ‬
‫َﺴ‬
‫ﻔ‬‫ﱢﻓ‬
َ‫ِﻦ‬
‫ْﺠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻦ‬
َ‫َﻣ‬
‫ﺎﻥ‬‫َﻛ‬
َ‫ﻴﺲ‬‫ﻠ‬
ِ
‫ﺑ‬
ْ‫ﺇ‬
ِ‫ِﻻ‬
ّ‫ﺇ‬‫ﺍ‬
‫ﻭ‬‫ﺪ‬
ُ
‫َﺠ‬
َ‫َﺴ‬
‫َﻓ‬
‫ﻡ‬‫ﺩ‬
َ
‫ﺍﻵ‬‫ﻭ‬‫ﺪ‬
ُ‫ْﺠ‬
ُ‫ﺍﺳ‬‫ﺔ‬
ِ
‫ﻜ‬
َ‫ﺋ‬
ِ‫َﻶ‬
‫ﻤ‬
‫ﻠ‬
ْ‫ﻟ‬
ِ‫ﺎ‬
‫ﻨ‬
َ
‫ﻠ‬
ْ‫ْﻗ‬
ُ‫ﺫ‬
‫ﺇ‬
ِ‫ﻭ‬
َ
‫ﻪ‬
ُ‫ﻧ‬
َ
‫ﻭ‬‫ﺬ‬
ُ‫ﱠﺨ‬
ِ‫ﺘ‬
‫ﺘ‬
َ‫ﻓ‬
َ
‫ﺃ‬
َ
‫َﻻ‬
ً‫ﺪ‬‫ﺑ‬
َ‫ﻴﻦ‬
َ ‫ﻤ‬
ِ‫ﻟ‬
ِ
‫ﺎ‬
‫ﻠﻈ‬
‫ﱠ‬ ‫ﻟ‬
ِ‫ْﺲ‬
َ‫ﺌ‬‫ﺑ‬
ِ
‫ﻭ‬
‫ﱞ‬ ‫ﺪ‬
ُ
‫ْﻋ‬
َ ‫ﻢ‬
‫ﻜ‬
ُ‫ﻟ‬
َ‫ﻢ‬
ْ‫ﻫ‬
ُ
‫ِﻲﻭ‬
َ ‫ﻧ‬
‫ﻭ‬‫ْﺩ‬
ُ‫ِﻦ‬
‫َﻣ‬
‫ء‬‫ﺎ‬
‫ﻴ‬
َ
‫ﻟ‬
ِ‫ﻭ‬
ْ‫ﺃ‬
َ‫ﻪ‬
ُ‫ﺘ‬
َ
‫ﻳ‬
‫ﱠ‬
‫ﺭ‬
‫ﱢ‬‫ﺫ‬
ُ‫ﻭ‬
َ
“Dan( ingatl
ah)ketikaKamiber f
irmankepadapar amal aikat: "Sujudlah kamu
kepada Adam", maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin,
maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan
turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah
musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang
zal
im. ”

b) Allah sebagai pembuat hukum/ undang-undang (‫ﺎ‬


‫ﻛﻤ‬‫)ﺣ‬
‫ﺎ‬
Allah berfirman (QS. 6 : 57):
‫ﻪ‬
ِ
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
ِ‫ِﻻ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬‫ﻢ‬
ُ
‫ﻜ‬
ْ‫ْﺤ‬
ُ‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻥ‬
ِ‫ﺇ‬

Menet
apkanhukum i
tuhanyal
ahhakAl
lah.“

c) Allah sebagai pemerintah/ yang berhak memerintah (‫ﺍ‬


‫ﺮ‬ )
‫ﺁﻣ‬
Allah berfirman (QS. 7 : 54)
‫ﻴﻦ‬
َ‫ﻤ‬
ِ‫ﻟ‬
َ
‫ﺎ‬‫ﻌ‬
َ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬‫َﺏ‬
‫ﱡ‬‫ُﺭ‬
‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫َﻙ‬
َ‫ﺭ‬‫ﺎ‬
‫ﺒ‬
َ
‫ﺗ‬
َ‫ﺮ‬
ُ‫ﻣ‬
ْ
‫ﺍﻷ‬
َ ‫ُﻭ‬
َ‫ْﻖ‬
‫ﻠ‬
‫ْﺨ‬
َ‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻪ‬
ُ‫ﻟ‬
َ
‫َﻻ‬
َ ‫ﺃ‬
‫ﻩ‬
ِ‫ﺮ‬
ِ‫ﻣ‬
ْ
‫ﺄ‬
َ‫ﺑ‬
ِ

Ingat
lah,menci
ptakandanmemeri
ntahhanyal
ahhakAl
lah.MahaSuciAl
lah,Tuhan
semest
aalam. ”

3. Tauhid Uluhiyah.
Uluhiyah berasal dari kata Al iha ya’
lihu, (‫ـﻪ‬‫ـ‬
‫ﻟ‬‫ﺄ‬
‫ﻳ‬- ‫ـﻪ‬
‫ـ‬
‫ﻟ‬‫ﺃ‬) artinya menyembah.
Sedangkan dari segi istilah adalah mengesakan Allah SWT dalam penyembahan/
peribadahan. Tauhid uluhiyah pada Allah ini mencakup tiga hal:
a) Allah sebagai tujuan (‫ﻳﺔ‬‫ﺎ‬‫)ﻏ‬
Allah berfirman (QS. 6 : 162):
‫ﻴﻦ‬
َ‫ﻤ‬
ِ‫ﻟ‬
َ
‫ﺎ‬‫ﻌ‬
َ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬‫َﺏ‬
‫ﱢ‬‫ِﺭ‬
‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
ِ‫ِﻲ‬
‫ﺗ‬
‫ﺎ‬
‫ﻤ‬
َ‫ﻣ‬
َ‫َﻭ‬
َ‫ﺎﻱ‬
‫ﻴ‬
َ‫َﺤ‬
ْ‫ﻣ‬
‫ِﻲﻭ‬
َ ‫ﻜ‬
‫ُﺴ‬
ُ‫ﻧ‬‫ِﻲﻭ‬
َ ‫ﺗ‬
‫َﻼ‬
َ‫ﱠﺻ‬‫ِﻥ‬
‫ﺇ‬
‫ُﻞ‬
ْ‫ﻗ‬

Kat
akanl
ah:"
Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah
untukAl l
ah,Tuhansemest aal am.”

b) Allah sebagai Dzat yang kita mengabdikan diri pada-Nya (‫ﺍ‬


‫ﺩ‬‫ﻮ‬‫ﺒ‬
‫ﻌ‬‫)ﻣ‬
Allah berfirman (QS. 109: 1-6)
‫ﺎ‬
‫ٌﻣ‬
َ‫ﺪ‬‫ﺑ‬
ِ
‫ﺎ‬
‫ﺎﻋ‬
َ ‫ﻧ‬
َ
‫ﺃ‬
َ‫َﻻ‬
َ‫ُ *ﻭ‬
‫ﺪ‬
‫ﺒ‬
ُ‫َﻋ‬
ْ‫ﺃ‬‫ﺎ‬
‫َﻣ‬
َ‫ﻭﻥ‬‫ﺪ‬
ُ‫ﺑ‬
ِ
‫ﺎ‬
‫ْﻋ‬
َ ‫ﻢ‬
‫ﺘ‬
ُ‫ﻧ‬
ْ
‫ﺃ‬
َ‫َﻻ‬
َ‫َ*ﻭ‬
‫ﻭﻥ‬
‫ﺪ‬
ُ‫ﺒ‬
ُ‫ﻌ‬
ْ
‫ﺗ‬
َ‫ﺎ‬‫ُﻣ‬
َ‫ﺪ‬‫ﺒ‬
ُ
‫َﻋ‬
ْ‫ﺃ‬‫َ* ﻻ‬
َ ‫ﻭﻥ‬‫ﺮ‬
ُ‫ﻓ‬
ِ
‫ﺎ‬‫ﻜ‬
َ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬‫ﺎ‬
‫ﻬ‬
َ‫ﻳ‬
‫ﱡ‬
‫ﺃ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﻳ‬
َ‫ُﻞ‬
ْ‫ﻗ‬

‫ﻳﻦ‬
‫َﺩ‬
ِ ‫ِﻲ‬
‫ﻟ‬
‫ْﻭ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻜ‬
ُ
‫ﻨ‬
ُ‫ﻳ‬
‫ْﺩ‬
ِ‫ﻢ‬‫ﻜ‬
ُ‫ﻟ‬
َ

‫ﺪ‬‫ﺒ‬
ُ
‫َﻋ‬
ْ‫ﺃ‬‫ﺎ‬
‫َﻣ‬
َ‫ﻭﻥ‬‫ﺪ‬
ُ
‫ﺑ‬
ِ‫ﺎ‬
‫ْﻋ‬
َ ‫ﻢ‬
‫ﺘ‬
ُ‫ﻧ‬
ْ
‫ﺃ‬
َ‫َﻻ‬
َ‫ْ*ﻭ‬‫ﻢ‬‫ﺗ‬
ُ
‫ﺪ‬
ْ‫ﺒ‬
َ
‫ﻋ‬
َ
“Kat
akanlah:" Haiorang-orang yang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang
kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak
pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula)
29

menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu, dan


untukkulah, agamaku".

Dengan mentauhidkan Allah melalui tiga bentuknya ini, insya Allah akan membawa
kita untuk menjadikan Allah sebagai:

1. (‫ﺍ‬‫ﺩ‬
‫ﻮ‬‫ﺎﻣﻘﺼ‬‫ﺑ‬‫ﺭ‬)
Rab yang menjadi tujuan segala amalan dan aktivitas kita, baik yang bersifat
ibadah ataupun muamalah, bersifat individu maupun secara bersama-sama.
Karena tiada tujuan lain dalam hidup kita selain hanya Allah dan Allah.

2. (‫ﺎ‬
‫ﺎﻋ‬‫ﺎﻣﻄ‬‫ﻠﻜ‬‫)ﻣ‬
Penguasa yang senantiasa kita taati segala undang-undang dan aturan hukum
yang Allah berikan kepada kita, baik yang terdapat dalam Al-Qur’an maupun
yang terdapat dalam sunnah Rasulullah SAW.

3. (‫ﺍ‬
‫ﺩ‬ ‫ﻮ‬‫ﺒ‬
‫ﻌ‬‫ﺎﻣ‬‫ﻟﻬ‬‫ﺇ‬)
Tuhan yang senantiasa kita sembah, di mana tiada sesembahan lain dalam hati
kita, dalam fikiran kita dan dalam jasad kita selain hanya untuk pengabdian
kepada Allah SWT.

Penutup
Dengan mengenal Allah SWT, kita akan lebih dapat untuk mendekatkan diri
kita kepada-Nya secara baik dan benar. Karena pemahaman yang baik akan
mengantarkan pada amalan yang baik. Amalan yang baik akan mengarah pada
hasil yang baik. Dan hasil yang baik, insya Allah akan mendapatkan keridhaan Allah
SWT. Semoga Allah SWT menjadikan kita semua sebagai hamba-hamba-Nya yang
benar-benar mentauhidkannya dalam segenap aspek kehidupan kita. Dan kita
berlindung kepada-Nya dari kemusyrikan-kemusyrikan, baik yang kita sadari
ataupunyangt idakkitasadar i

‫ﻪ‬
‫ﻤ‬‫ﻠ‬
‫ﻌ‬‫ﻧ‬‫ﺎﻻ‬
‫ﻤ‬‫ﻟ‬‫ﺮﻙ‬
‫ﻔ‬‫ﻐ‬‫ﺘ‬
‫ﻧﺴ‬‫ﻪﻭ‬
‫ﻤ‬‫ﻠ‬
‫ﻌ‬‫ﻧ‬‫ﺎ‬
‫ﺌ‬
‫ﻴ‬‫ﺑﻚﺷ‬
‫ﺮﻙ‬‫ﻧﺸ‬
‫ﺃﻥ‬‫ﺑﻚﻣﻦ‬
‫ﺫ‬‫ﻮ‬‫ﻌ‬
‫ﻧ‬‫ﺎ‬‫ﻧ‬
‫ﺇ‬‫ﻢ‬‫ﻬ‬
‫ﻠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬
Wal l
ahuA’ lam BisShawab.
By. Rikza Maulan, Lc. M.Ag.

Bahan Bacaan

Azzam, Abdullah. Al-Aqi dahwaAt saruhaf iBina’al-Jail. 1991 –1411. Cet I. Kairo –
Mesir : Dar al-Isr
a’.
Al-Buraikan, Ibrahim Muhammad bin Abdullah. Pengantar Studi Aqidah Islam. Terj.
1998. Cet. I. Jakarta : Robbani Press & Al-Manar.
Al-Munawir, Ahmad Warson. Al-Munawir : Kamus Arab – Indonesia. Tanpa tahun.
Yogyakarta : Unit Pengadaan Buku-buku Ilmiah Keagamaan Pondok Pesantren
Al-Munawir.
Al-Qardhawi, Yusuf. Wuj udul l
ah (Sil
silah Aqa’id al
-Islam I). 1990 –1410. Cet. III.
Kairo –Mesir : Maktabah Wahbah.
Kelompok Studi Islam Al-Ummah Jakarta. Aqidah Seorang Muslim. 1994. Jakarta :
Nidzam Press.
CD. ROM. Al-Qur’ an 6. 50 & Al -Hadits. Syirkah Sakhr li Baramij al-Hasib (1991 –
1997).
30

CD. ROM. Mausu’ ah al-Hadits al-Syarif 2.00 (Al-Ishdar al-Tsani). Syirkah al-
Baramij al-Islamiyah al-Dauliyah.

‫ﻴﻢ‬
‫ﺮﺣ‬‫ﻟ‬
‫ﺮﺣﻤﻦﺍ‬
‫ﻟ‬‫ﺑﺴﻢﺍﷲﺍ‬

MA’
RIFATUR RASUL
‫ﻮﻝ‬
‫ﺮﺳ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺔ‬‫ﻓ‬
‫ﺮ‬‫ﻌ‬‫ﻣ‬
Muqadimah
Dalam setiap kehidupannya, fitrah seorang insan akan senantiasa mengakui
keberadaan suatu Dzat yang Maha segala-galanya. Namun dalam perjalanannya,
untuk memahami secara benar mengenai Dzat yang Maha segala-galanya ini
manusia tidak mungkin dapat mengetahuinya hanya dengan mengandalkan fitrah
dan akal nya saj a.Manusi a‘ memer l
ukan’seor ang penuntun yang mengant arkan
dirinya pada Allah, beserta cara untuk menyembah-Nya dengan baik dan benar.
Di sinilah, Allah SWT mengutus para rasul, guna membimbing mereka ke
jalan yang benar . Rasulyang j uga meluruskan ber bagaifenomena ‘ kekeli
ruan’
dalam menyembah Allah. Di tambah lagi dengan adanya kelicikan syaitan yang
senantiasa menjerumuskan insan dalam berbagai bentuk kemusyrikan. Tanpa
seorang rasul, maka dapat dipastikan seluruh manusia akan tersesat dalam lembah
kehinaan yang sangat mencekam.
Oleh karena itulah, sangat urgen bagi kita semua untuk kembali memahami
hakekat para rasul, kedudukannya, urgensitasnya, sifat-sifatnya, tugas-tugasnya
dan yang terakahir mengenai karakteristik risalah Nabi Muhammad SAW. Karena
31

semua rasul adalah manusia. Semua rasul, mengajak pada satu ajaran yaitu
mengesakan Allah dengan merealisasikan ibadah hanya kepada-Nya.

Ta’rifRasul .
Dari segi bahasa, rasul berasal dari kata ‘ rasala’yang berarti mengutus.
Sedangkar rasul, adalah bentuk infinitif (baca; masdar) dari kata ‘r
asal a’ini berarti
utusan, atau seseorang yang diutus. Adapun dari segi istilahnya rasul adalah:
‫ﺎﺱ‬
ِ ‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫َﻰ‬
‫ﻟ‬
‫ﺇ‬
ِ‫ﺔ‬
ِ‫ﻟ‬
َ
‫ﺎ‬
‫ﱢﺳ‬
َ‫ﺮ‬‫ﻟ‬
‫ﺎ‬
‫ﺑ‬
ِ‫ﺍﷲ‬
ِ ‫ِﻦ‬
َ‫ُﻣ‬
‫َﻞ‬
‫ْﺳ‬
‫ﺮ‬‫ﻤ‬
ُ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬‫َﻲ‬
‫ﻔ‬
‫ْﻄ‬
َ‫ُﺼ‬
‫ﻤ‬‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ُﻞ‬
ُ‫ﱠﺟ‬
‫ﺮ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬
Seorang laki-laki yang dililih dan diutus Allah SWT dengan membawa risalah kepada umat
manusia.

Rasul merupakan seorang pilihan diantara sekian banyak manusia yang berada di
muka bumi. Ia adalah manusia yang mulia dan terbaik, karena akan mengemban
sebuah amanah yang tidak ringan, yaitu menunjukkan jalan Allah kepada umat
manusia. Oleh karena itulah, sejak kecil, seorang rasul sudah terlihat dengan
memiliki ciri-ciri khusus yang tidak dimiliki oleh orang lain. Karena ia akan
membawa amanah yang tidak ringan. Secara garis besar, amanah yang
diembankan kepada rasul adalah:
1. (‫ﻟﺔ‬
‫ﺎ‬‫ﺮﺳ‬ ‫ﻟ‬
‫ﺎﻣﻞﺍ‬ ‫ )ﺣ‬Membawa dan menyampaikan risalah (al-Islam)
Mengenai hal ini, Allah berfirman (QS. 5 : 67):
‫ِﻦ‬
َ‫َﻣ‬
‫ُﻚ‬
‫ﻤ‬‫ْﺼ‬
ِ‫ﻌ‬‫ﻳ‬
َ
‫ﻪ‬
ُ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬
‫ُﻭ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﺘ‬
َ‫ﻟ‬
َ
‫ﺎ‬‫ِﺳ‬
َ‫َﺭ‬
‫ْﺖ‬
‫ﻐ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﺑ‬
َ‫ﺎ‬‫ﻤ‬
َ
‫ْﻓ‬
َ‫َﻞ‬
‫ﻌ‬‫ﻔ‬
ْ
‫ْﺗ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻟ‬
َ
‫ِﻥ‬
ْ‫ﺇ‬‫َﻭ‬
َ‫ﱢﻚ‬
‫ﺑ‬‫ْﺭ‬
َ‫ِﻦ‬
‫َﻣ‬
‫ْﻚ‬
‫ﻴ‬‫ﻟ‬
َ
‫ﺇ‬
ِ‫ِﻝ‬
َ‫ﺰ‬‫ﻧ‬
ْ
‫ﺃ‬
ُ‫ﺎ‬
‫ْﻣ‬
َ‫ﻎ‬‫ﻠ‬
‫ﱢ‬
‫ﺑ‬
َ‫ﻮﻝ‬
ُ‫ﱠﺳ‬
ُ‫ﺮ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺎ‬
‫ﻬ‬
َ‫ﻳ‬
‫ﱡ‬
‫ﺃ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﻳ‬
َ
‫ﻳﻦ‬
َ‫ﺮ‬
ِ‫ﻓ‬
ِ‫ﺎ‬
‫ﻜ‬
َ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﻡ‬
َ‫ﻮ‬
ْ
‫ﻘ‬
َ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ِﻱ‬
‫ﺪ‬‫ﻬ‬
ْ
‫ﻳ‬
َ‫َﻻ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻥ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬‫ﺎﺱ‬
ِ ‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬

HaiRasul,sampai kanl
ahapayangdit urunkankepadamudar iTuhanmu.Danj ikat i
dak
kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan
amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-or angyangkaf ir
.”

2. (‫ﻟﺔ‬‫ﺎ‬‫ـ‬
‫ﺮﺳ‬ ‫ﻟ‬‫ـﻖﺍ‬ ‫ﻴ‬‫ﺒ‬
‫ـﻲﺗﻄ‬‫ﺓﻓ‬‫ﻭ‬‫ـﺪ‬‫ﻗ‬) menjadi qudwah (baca; tauladan) bagi umat manusia
dalam mengaplikasikan risalah yang dibawanya. Karena manusia tidak akan
mungkin dapat melaksanakan apa yang diperintahkan Al-Qur ’an ji
ka t i
dak
dengan contoh dan tauladan dari Rasulullah SAW. Demikian juga para nabi-nabi
yang lain, mereka memiliki tugas untuk menjadi qudwah dalam mengaplikasikan
risalah. Allah SWT berfirman (QS. 33 : 21) :
‫ﺍ‬
‫ﺮ‬
ً‫ﻴ‬
‫ﺜ‬
ِ‫َﻛ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺮ‬
َ‫ﻛ‬
َ
‫ﺫ‬
َ‫َﻭ‬
َ‫ﺮ‬‫ﺍﻵﺧ‬
ِ ‫ﻡ‬
َ‫ﻮ‬
ْ‫ﻴ‬
َ
‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫َﻭ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻮ‬‫ْﺟ‬
ُ‫ﺮ‬‫ﻳ‬
َ
‫ﺎﻥ‬
َ ‫ْﻛ‬
َ‫َﻦ‬
‫ﻤ‬
‫ﻟ‬
ِ‫ﺔ‬
ٌ‫ﻨ‬
َ
‫َﺴ‬
َ‫ٌﺣ‬
‫ﺓ‬‫ﻮ‬
َ
‫ُﺳ‬
ْ‫ﺃ‬‫ﻪ‬
ِ
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻮﻝ‬
ِ‫َﺳ‬
ُ‫ِﻲﺭ‬
‫ْﻓ‬
‫ﻢ‬
‫ﻜ‬
ُ‫ﻟ‬
َ‫ﺎﻥ‬
َ‫ْﻛ‬
َ‫ﺪ‬‫ﻘ‬
َ
‫ﻟ‬
َ
“Sesungguhnyat elahadapada( diri)Rasulull
ahi tusur itel
adanyangbai kbagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan
di
abanyakmenyebutAl l
ah. ”

Mengenai nabi yang lain, Allah mencontohkan dalam Al-Qur


’an(
QS.60:
4)
‫ﻭﻥ‬
َ‫ﺪ‬
ُ‫ﺒ‬
ُ‫ﻌ‬
ْ
‫ﺗ‬
َ‫ﺎ‬‫ﻤ‬
‫ﱠ‬
‫ﻣ‬
ِ‫ْﻭ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻜ‬
ُ
‫ﻨ‬
ْ‫ُﻣ‬
ِ‫ء‬‫ﺁ‬
‫ﺮ‬
َ‫ﺑ‬
ُ‫ﺎ‬
‫ﻧ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬
ِ
‫ﻢ‬
ْ‫ﻬ‬
ِ‫ﻣ‬
ِ‫ﻮ‬
ْ
‫ﻘ‬
َ‫ﻟ‬
ِ‫ﺍ‬
‫ﻮ‬‫ﻟ‬
ُ
‫ﺎ‬‫ْﻗ‬
َ‫ﺫ‬
‫ﺇ‬
ِ‫ﻪ‬
ُ‫ﻌ‬
َ‫َﻣ‬
َ‫ﻳﻦ‬‫ﺬ‬
ِ
‫ﻟ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬
‫َﻭ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻴ‬
‫ﻫ‬
ِ‫ﺍ‬‫ﺮ‬
َ
‫ﺑ‬
ْ‫ﺇ‬
ِ‫ِﻲ‬
‫ٌﻓ‬
‫ﺔ‬‫ﻨ‬
َ
‫َﺴ‬
َ‫ٌﺣ‬
‫ﺓ‬‫ﻮ‬
َ‫ُﺳ‬
ْ‫ﺃ‬
‫ﻢ‬
ْ‫ﻜ‬
ُ‫ﻟ‬
َ
‫َﺖ‬
ْ ‫ﻧ‬
‫ﺎ‬
‫ْﻛ‬
َ ‫ﺪ‬
‫ﻗ‬
َ
‫ﻪ‬
ِ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ﻭﻥ‬
ِ ‫ْﺩ‬
ُ ‫ِﻦ‬
‫ﻣ‬
‫ﻩ‬
ُ
‫ﺪ‬
َ‫َﺣ‬
ْ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺎ‬‫ﺑ‬
ِ‫ﺍ‬
‫ﻮ‬‫ﻨ‬
ُ
‫ﻣ‬
ِ‫ﺆ‬
ْ‫ﺗ‬
ُ
‫ﱠﻰ‬‫ﺘ‬
‫ﺍﺣ‬
َ ‫ﺪ‬
ً‫ﺑ‬
َ
‫ﺃ‬
َ‫ء‬
ُ‫ﺎ‬
‫ْﻀ‬
َ ‫ﻐ‬
‫ﺒ‬
َ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ُﻭ‬
َ‫ﺓ‬‫ﻭ‬
َ‫ﺍ‬
‫ﺪ‬
َ‫ﻌ‬
َ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬‫ﻢ‬
ُ
‫ﻜ‬
ُ‫ﻨ‬
َ
‫ﻴ‬
ْ‫ﺑ‬
َ
‫ﺎﻭ‬
َ ‫ﻨ‬
َ‫ﻨ‬
َ
‫ﻴ‬
ْ
‫ﺑ‬
َ‫ﺍ‬‫ﺪ‬
َ
‫ﺑ‬
َ‫ْﻭ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻜ‬
ُ
‫ﺑ‬
ِ‫ﺎ‬‫ﻧ‬
َ
‫ﺮ‬
ْ‫ﻔ‬
َ
‫ﻛ‬
َ
“Sesungguhnyat elahadasur it
auladanyangbai kbagi mupadaI brahi
m danor ang-
orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka:
"Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain
Allah, kami ingkari (kekafiran) mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan
dan kebencian buat selama-lamanya sampaikamuber imankepadaAl lahsaja.

Kemudian sebagai seorang muslim, kita perlu tahu secara jelas mengenai rasul
beserta ciri-cirinya. Diantara ciri-ciri rasul adalah sebagai berikut:
32

1. (‫ﻴﺔ‬‫ﺎﺳ‬ ‫ﺎﺕﺍﻷﺳ‬ ‫ﻟﺼﻔ‬


‫ﺍ‬) Memiliki sifat-sifat asasiyah.
Sifat asasiyah ini terdiri dari sidiq, amanah, tabligh dan fathanah. Sifat ini harus
dimiliki oleh setiap rasul yang mengemban atau membawa risalah dari Allah
SWT.

2. (‫ﺍﺕ‬‫ﺰ‬‫ﻌﺠ‬‫ﻟﻤ‬)Memi
‫ﺍ‬ li
kimu’ ji
zat
.
Salah satu cont ohnya adalah mu’ ji
zatRasul
ull
ah SAW ket
ika membel
ah bul
an.
Allah berfirman dalam (QS. 54 : 1 - 2):
*‫ﱞ‬
‫ﺮ‬
‫ﻤ‬
ِ‫ﺘ‬
َ‫ُﺴ‬
ْ‫ٌﻣ‬
‫ﺮ‬‫ِﺤ‬
ْ‫ﺍﺳ‬
‫ﻮ‬‫ﻟ‬
ُ
‫ﻮ‬‫ﻘ‬
ُ
‫ﻳ‬
َ‫ﺍﻭ‬
َ‫ﻮ‬‫ِﺿ‬
ُ‫ﺮ‬‫ﻌ‬
ْ
‫ﻳ‬
ُ‫ﺔ‬
ً‫ﻳ‬
َ
‫ﺁ‬‫ﺍ‬
‫ﻭ‬
ْ‫ﺮ‬
َ‫ﻳ‬
َ
‫ِﻥ‬
ْ ‫ﺇ‬
‫ُ *ﻭ‬
َ ‫ﺮ‬
‫ﻤ‬
َ‫ﻘ‬
َ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫َﻖ‬
‫ﱠ‬‫ْﺸ‬
‫ﻧ‬
‫ﺍ‬
‫ُﻭ‬
َ ‫ﺔ‬
‫ﺎﻋ‬
َ ‫ﻟﺴ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬‫َﺖ‬
ِ‫ﺑ‬
‫ﺮ‬
َ‫ﺘ‬
َ
‫ﻗ‬
ْ‫ﺍ‬
“Tel
ahdekat( datangnya)saati tudant elahterbelah bulan. Dan jika mereka (orang-
orang musyrikin) melihat sesuatu tanda (mu`jizat), mereka berpaling dan berkata: "(Ini
adalah) sihir yang terus menerus".

3. (‫ﺍﺕ‬‫ﺭ‬
‫ﺎ‬‫ﺒﺸ‬‫ﻟ‬) Berita kedatangannya.
‫ﺍ‬
Dalam al-Qur’anAl lahmengat akan(
QS.61:6)
:
‫ﺓ‬
ِ
‫ﺍ‬
‫ﺭ‬
َ‫ﻮ‬
ْ‫ﺘ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻦ‬
َ‫ﱠﻣ‬
‫َﻱ‬
‫ﺪ‬‫ﻳ‬
َ‫ْﻦ‬
َ‫ﻴ‬‫ﺑ‬
َ
‫ﺎ‬‫ﻤ‬
َ‫ﻟ‬
ِ‫ﺎ‬
‫ﻗ‬
ً‫ﺪ‬
‫ﱢ‬
‫ُﺼ‬
َ ‫ْﻣ‬
‫ﻢ‬‫ﻜ‬
ُ
‫ﻴ‬
ْ‫ﻟ‬
َ
‫ﺇ‬
ِ‫ﻪ‬
ِ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ﻮﻝ‬
ُ ‫َﺳ‬
ُ‫ﱢﻲﺭ‬
‫ﻧ‬‫ﺇ‬
ِ‫ﻴﻞ‬
َ‫ﺋ‬
ِ
‫ﺍ‬‫ﺮ‬
َ‫ِﺳ‬
ْ‫ﺇ‬‫ِﻲ‬
‫ﻨ‬‫ﺑ‬
َ
‫ﺎ‬‫ﻳ‬
َ
‫ﻢ‬
َ‫ﻳ‬
َ‫ﺮ‬
ْ
‫ُﻣ‬
َ ‫ْﻦ‬
‫ﺑ‬
‫ﺍ‬‫َﻰ‬
‫ﻴﺴ‬‫َﻋ‬
ِ‫ﺎﻝ‬
‫ْﻗ‬
َ‫ﺫ‬‫ﺇ‬
ِ
‫ﻭ‬
َ
‫ﻴﻦ‬
ٌ‫ﺒ‬
ِ‫ٌﻣ‬
ُ‫ﺮ‬‫ِﺤ‬
ْ‫ﺍﺳ‬
‫ﺬ‬
َ ‫ﺍﻫ‬
َ‫ﻮ‬‫ﻟ‬
ُ‫ﺎ‬
‫ِﻗ‬
َ‫ﺎﺕ‬‫ﻨ‬
َ
‫ﻴ‬
‫ﱢ‬‫ﺒ‬
َ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺎ‬
‫ﺑ‬
ِ‫ﻢ‬
ْ‫ﻫ‬
ُ
‫ء‬
َ‫ﺎ‬‫ﺎﺟ‬
َ ‫ﻤ‬
‫ﱠ‬
‫ﻠ‬
َ‫ُﻓ‬
َ‫ﺪ‬
‫ﻤ‬
َ‫َﺣ‬
ْ‫ﺃ‬
‫ﻪ‬
ُ‫ﻤ‬
ُ‫ﺍﺳ‬
ْ ‫ِﻱ‬
‫ﺪ‬‫ﻌ‬
ْ
‫ﺑ‬
َ ‫ِﻦ‬
ْ‫ِﻲﻣ‬
‫ﺗ‬‫ﺄ‬
ْ
‫ﻳ‬
َ‫ﻮﻝ‬
ٍ ‫َﺳ‬
ُ‫ﺮ‬‫ﺑ‬
ِ
‫ﺍ‬‫ﺮ‬
ً‫َﺸ‬
‫ﱢ‬‫ﺒ‬
‫ﻣ‬
ُ‫ﻭ‬
َ
“Dan(ingatlah) ketika Isa Putra Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku
adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu
Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan
datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)" Maka tatkala rasul itu datang
kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah
sihir yang nyata".

4. (‫ﺍﺕ‬‫ﻮ‬‫ﺒ‬‫ﻨ‬
‫ﻟ‬) Berita kenabian.
‫ﺍ‬
Setiap rasul senantiasa membawa perintah Allah untuk mengajak umatnya ke
jalan yang baik. Perihal kerasulan merekapun Allah beritahukan. Dalam al-
Qur ’
anAl l
ahber fi
rman( QS.7:158)
‫ﻮ‬
َ
‫ﱠﻫ‬
ُ ‫ِﻻ‬
‫ﺇ‬
‫ﻪ‬
َ‫ﻟ‬
َ‫ﺇ‬
ِ
‫ِﻻ‬
َ ‫ْﺽ‬
‫ﺭ‬‫ﺍﻷ‬
َ‫ِﻭ‬
َ ‫ﺍﺕ‬
‫ﻮ‬
َ‫ﻤ‬
َ‫ﻟﺴ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬‫ْﻚ‬
ُ‫ﻠ‬‫ُﻣ‬
ُ‫ﻪ‬‫ﻟ‬
َ‫ِﻱ‬
‫ﺬ‬‫ﻟ‬
‫ﱠ‬
‫ﺍ‬‫ﺎ‬‫ﻌ‬
ً
‫ﻴ‬‫ﻤ‬
ِ‫ْﺟ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻜ‬
ُ‫ﻴ‬
ْ
‫ﻟ‬
َ
‫ﺇ‬
ِ‫ﻪ‬
ِ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬ ‫ﻮﻝ‬
ُ ‫َﺳ‬
ُ‫ﱢﻲﺭ‬
‫ﻧ‬‫ﺇ‬
ِ‫ﺎﺱ‬
ُ ‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ﺎ‬
‫ﻬ‬
َ‫ﻳ‬
‫ﱡ‬
‫ﺃ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﻳ‬
َ‫ُﻞ‬
ْ‫ﻗ‬
‫ﻪ‬
ِ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺎ‬‫ﺑ‬
ِ‫ﺍ‬
‫ﻮ‬‫ﻨ‬
ُ‫ﻣ‬
ِ
‫ﺂ‬‫ُﻓ‬
َ‫ﻴﺖ‬‫ﻤ‬
ِ‫ﻳ‬
ُ
‫ِﻲﻭ‬
َ ‫ﻴ‬‫ُﺤ‬
ْ‫ﻳ‬
‫ﻭﻥ‬
َ ‫ﺪ‬
ُ
‫ﺘ‬
َ‫ﻬ‬
ْ
‫ﺗ‬
َ‫ﻢ‬
ْ‫ﻜ‬
ُ
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻌ‬
َ
‫ﻟ‬
َ ‫ﻩ‬
ُ
‫ﻮ‬‫ﻌ‬
ُ‫ﺒ‬
ِ
‫ﺗ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬
‫ِﻭ‬
َ‫ﻪ‬‫ﺗ‬
ِ
‫ﺎ‬‫ﻤ‬
َ‫ﻠ‬
ِ
‫ﻛ‬
َ‫ِﻭ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺎ‬
‫ﺑ‬
ِ‫ِﻦ‬
ُ‫ﻣ‬‫ﺆ‬
ْ‫ﻳ‬
ُ‫ِﻱ‬
‫ﺬ‬‫ﻟ‬
‫ﱠ‬
‫ﺍ‬‫ﱢﻲ‬
‫ﱢ‬‫ﻣ‬‫ﺍﻷ‬
ُ ‫ِﻲ‬
‫ﱢ‬ ‫ﺒ‬
‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ﻪ‬
ِ
‫ﻟ‬
ِ‫ﻮ‬‫َﺳ‬
ُ‫ﺭ‬‫ﻭ‬
َ
“Kat akanlah:" Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua,
yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu
kepada Allah dan Rasul Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada
kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat
petunjuk".

5. (‫ﺍﺕ‬‫ﺮ‬
‫ﺜﻤ‬ ‫ﻟ‬)Adanyahasi
‫ﺍ‬ ldarida’wahyangdi lakukannya.
Hali nidapat ki t
al i
hat, pada hasi lda’ wah Rasul
ull
ah SAW yang dar isegi
kualitas, mereka memiliki keimanan yang sangat kokoh, tidak tergoyahkan oleh
apapun juga. Kemudian dari segi kuantitas, jumlah mereka demikian
banyaknya, tersebar kesluruh pelosok jazirah Arab, bahkan melewati jazirah
Arab. Allah SWT berfirman (QS. 48 : 29):
‫ﻮﻥ‬
َ‫ﻐ‬
ُ‫ﺘ‬
َ‫ﺒ‬
ْ
‫ﻳ‬
َ‫ﺍ‬
‫ﺪ‬
ً‫ُﺠ‬
‫ﱠ‬‫ﺎﺳ‬‫ﻌ‬
ً
‫ﻛ‬
‫ﱠ‬‫ْﺭ‬
ُ‫ﻢ‬‫ﻫ‬
ُ
‫ﺍ‬‫ﺮ‬
َ‫ﺗ‬
َ
‫ﻢ‬
ْ‫ﻬ‬
ُ‫ﻨ‬
َ
‫ﻴ‬
ْ
‫ﺑ‬
َ‫ء‬
ُ‫ﺎ‬‫ﻤ‬
َ
‫ُﺣ‬
َ‫ِﺭ‬‫ﺭ‬
‫ﺎ‬‫ﻔ‬
‫ﱠ‬
‫ﻜ‬
ُ‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬‫َﻰ‬
‫ﻠ‬‫ُﻋ‬
َ‫ء‬‫ﺍ‬
‫ﺪ‬
‫ﱠ‬‫َﺷ‬
ِ‫ﺃ‬‫ﻪ‬
ُ
‫ﻌ‬
َ‫َﻣ‬
َ‫ﻳﻦ‬
‫ﺬ‬
ِ‫ﻟ‬
‫ﱠ‬
‫ﺍ‬‫ِﻭ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻮﻝ‬
ُ‫َﺳ‬
ُ‫ٌﺭ‬
‫ﺪ‬‫ﻤ‬
‫ﱠ‬
‫ُﺤ‬
َ‫ﻣ‬
‫ﺎ‬‫ﻧ‬
ً
‫ﺍ‬
‫ﻮ‬
َ‫ِﺿ‬
ْ ‫ﺭ‬
‫ِﻭ‬
َ ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻦ‬
َ ‫ًﻣ‬
‫ْﻼ‬
‫َﻀ‬‫ﻓ‬
33

ََ
‫ﺝ‬‫ﺮ‬‫َﺧ‬
ْ‫ﺃ‬
‫ْﻉ‬
ٍ ‫ﺭ‬
‫ﺰ‬
َ‫ِﻛ‬
َ ‫ﻴﻞ‬
‫ْﺠ‬
ِ‫ﻧ‬‫ﺍﻹ‬
ِ ‫ِﻲ‬
‫ْﻓ‬
‫ﻢ‬‫ﻬ‬
ُ‫ﻠ‬
ُ
‫ﺜ‬
َ
‫ﻣ‬
َ ‫ِﻭ‬
َ‫ﺓ‬‫ﺍ‬‫ﺭ‬
َ
‫ﻮ‬
ْ‫ﺘ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻲ‬
‫ْﻓ‬
‫ﻢ‬‫ﻬ‬
ُ
‫ﻠ‬
ُ‫ﺜ‬
َ
‫َﻣ‬
َ ‫ِﻚ‬
‫ﻟ‬‫ِﺫ‬
َ‫ﺩ‬
‫ﻮ‬‫ﱡﺠ‬
ُ‫ﻟﺴ‬‫ﺍ‬‫ﺮ‬
ِ
‫ﺛ‬
َ‫ﺃ‬
َ‫ِﻦ‬
ْ‫ْﻣ‬
‫ﻢ‬‫ﻬ‬
ِ
‫ﻫ‬
ِ‫ﻮ‬‫ُﺟ‬
ُ‫ِﻲﻭ‬
‫ْﻓ‬
‫ﻢ‬‫ﻫ‬
ُ
‫ﺎ‬‫ﻤ‬
َ‫ﻴ‬
‫ﺳ‬
ِ
‫ﻳﻦ‬
َ‫ﺬ‬
ِ‫ﻟ‬
‫ﱠ‬
‫ﺍ‬‫ﻪ‬
ُ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ﺪ‬
َ‫َﻋ‬
َ‫َﻭ‬
‫ﺭ‬‫ﺎ‬‫ﻔ‬
‫ﱠ‬‫ﻜ‬
ُ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬‫ﻢ‬
ُ‫ﻬ‬
ِ
‫ﺑ‬
ِ‫ﻴﻆ‬
َ ‫ﻐ‬
ِ‫ﻴ‬
َ‫ﻟ‬
ِ‫ﺍﻉ‬
َ‫ﺭ‬
‫ﱠ‬‫ﺰ‬
‫ﱡ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﺐ‬
ُ ‫ْﺠ‬
‫ﻌ‬‫ﻳ‬
ُ
‫ﻪ‬
ِ‫ﻗ‬
ِ‫ﻮ‬‫َﻰﺳ‬
ُ ‫ﻠ‬
‫َﻯﻋ‬
َ ‫ﻮ‬‫ﺘ‬
َ
‫ﺎﺳ‬
ْ ‫َﻓ‬
َ‫َﻆ‬
‫ﻠ‬
‫ﻐ‬
ْ‫ﺘ‬
َ
‫ﺎﺳ‬
ْ ‫ُﻓ‬
َ‫ﻩ‬
‫ﺭ‬
َ‫ﺯ‬
َ‫ﺂ‬
‫ُﻓ‬
َ‫ﻩ‬‫ﺄ‬
َ
‫َﻄ‬
ْ‫ﺷ‬
‫ﺎ‬
‫ﻤ‬
ً‫ﻴ‬‫َﻈ‬
ِ‫ﺍﻋ‬‫ﺮ‬
ً‫َﺟ‬
ْ‫ﺃ‬‫ًﻭ‬
َ‫ﺓ‬‫ﺮ‬
َ‫ﻔ‬
ِ
‫ﻐ‬
ْ‫ْﻣ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻬ‬
ُ‫ﻨ‬
ْ
‫ِﻣ‬
ِ‫ﺎﺕ‬‫ِﺤ‬
َ ‫ﻟ‬
‫ﺎ‬
‫ﻟﺼ‬
‫ﱠ‬ ‫ﺍ‬
‫ﺍ‬‫ﻮ‬‫ﻠ‬
ُ
‫ﻤ‬
ِ‫َﻋ‬
َ‫ﺍﻭ‬‫ﻮ‬‫ﻨ‬
ُ
‫ﻣ‬
َ‫ﺁ‬
“Muhammadi tuadal ahut usanAllahdanor ang-orang yang bersama dengan dia adalah
keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat
mereka ruku` dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka
tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam
Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan
tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan
tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya
karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-
orang mu'min). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amalyangsal ehdiantaramer ekaampunandanpahal ayangbesar .

Kedudukan Rasul.
Sebagai manusia, seorang rasul juga memiliki ciri dan sifat yang sama
dengan manusia lain pada umumnya. Rasulullah SAW juga demikian, beliau
memiliki fisik yang sama sebagaimana sahabatnya, beliau juga memiliki nasab.
Hanya beliau mendapatkan wahyu yang tentunya tidak didapatkan oleh orang lain,
dan beliau memiliki kewajiban untuk menyampaikan risalah tersebut kepada
seluruh umat manusia. Berikut adalah beberapa penjelasan mengenai kedudukan
Rasulullah SAW:
1. (‫ﺩﺍﷲ‬ ‫ﺎ‬‫ﺒ‬
‫ﺒﺪﻣﻦﻋ‬ ‫)ﻋ‬
Seorang rasul, ia merupakan seorang hamba diatara hamba-hamba Allah
lainnya. Rasulullah SAW merupakan seroang hamba Allah sebagaimana yang
lainnya. Beliau juga beraktivitas sebagaimana mereka beraktivitas. Beliau
makan, minum, pergi ke pasar, beristri dan lain sebagainya. Beliau juga
merasakan sesuatu yang kita rasakan, baik rasa suka ataupun rasa duka. Beliau
juga mengalami sakit dan penderitaan sebagaimana kita mengalaminya. Bahkan
penderitaan yang beliau rasakan, jauh lebih besar daripada penderitaan kita.
Oleh karena itulah, sesungguhnya hal-hal yang beliau lakukan, juga dapat kita
lakukan. Karena kita sama-sama manusia. Dan sesungguhnya tidak ada alasan
bagi kita untuk mengerjakan perintah Rasul karena Allah telah mengutus rasul
itu dari kalangan mereka sendiri yang sangat dekat dengan kehidupan mereka.
Hanya yang membedakannya adalah bahwa beliau mendapatkan wahyu dari
Allah SWT. Allah berfirman (QS. 18 : 110)
‫َﻼ‬
ً‫ﻤ‬
‫ْﻋ‬
َ ‫َﻞ‬
‫ﻤ‬
‫ﻌ‬
ْ‫ﻴ‬
َ‫ﻠ‬
ْ
‫ِﻓ‬
َ‫ﻪ‬‫ﺑ‬
‫ﱢ‬
‫َﺭ‬
َ‫ء‬‫ﺎ‬
‫ﻘ‬
َ
‫ﻟ‬
ِ‫ﺍ‬‫ﻮ‬
‫ْﺟ‬
ُ‫ﺮ‬‫ﻳ‬
َ
‫ﺎﻥ‬
َ ‫ْﻛ‬
َ‫َﻦ‬
‫ﻤ‬‫ٌﻓ‬
َ‫ﺪ‬
‫ﺍﺣ‬
ِ ‫ٌﻭ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻟ‬
َ
‫ﺇ‬
ِ‫ﻢ‬
ْ‫ﻜ‬
ُ
‫ﻬ‬
ُ‫ﻟ‬
َ
‫ﺇ‬
ِ‫ﺎ‬
‫ﻤ‬
َ ‫ﻧ‬
‫ﱠ‬
‫ﺃ‬
َ‫َﻲ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺇ‬
ِ‫َﻰ‬
‫ﻮﺣ‬
‫ﻳ‬
ُ‫ﻢ‬
ْ‫ﻜ‬
ُ
‫ﻠ‬
ُ‫ﺜ‬
ْ
‫ٌﻣ‬
ِ‫ﺮ‬‫َﺸ‬
َ‫ﺑ‬‫ﺎ‬
‫ﻧ‬
َ
‫ﺃ‬
َ‫ﺎ‬‫ﻤ‬
َ
‫ﻧ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬
ِ‫ُﻞ‬
ْ‫ﻗ‬
‫ﺎ‬
‫ِﺤ‬
ً‫ﻟ‬
‫ﺎ‬‫ﺻ‬
َ
‫ﺍ‬
‫ﺪ‬
ً‫َﺣ‬
َ‫ﺃ‬
‫ﻪ‬
ِ ‫ﺑ‬
‫ﱢ‬
‫ِﺭ‬
َ‫ﺓ‬‫ﺩ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﺒ‬
َ‫ﻌ‬
ِ
‫ْﺑ‬
ِ‫ِﻙ‬
‫ﺮ‬‫ُﺸ‬
ْ‫ﻳ‬‫َﻻ‬
َ‫ﻭ‬
Katakanlah: "Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang
diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa".
Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan
amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat
kepada Tuhannya".

2. (‫ﻴﻦ‬‫ﻠ‬
‫ﺮﺳ‬ ‫ﻟﻤ‬ ‫ﻮﻝﻣﻦﺍ‬‫ﺭﺳ‬)
Rasulullah SAW merupakan seorang rasul diantara para rasul lainnya.
Rasulullah SAW selain sebagai hamba biasa juga sebagai rasul yang mempunyai
keutamaan dan ciri-ci ri ker asul
an. Rasul ull
ah SAW memi li
ki mu’
ji
zat
34

sebagaimana para nabi dan rasul yang lain, dengan berbagai keutamaan
lainnya. Allah berfirman (QS. 3 : 144)
‫َﻦ‬
ْ‫ﻣ‬
‫ْﻭ‬
َ ‫ﻢ‬
‫ﻜ‬
ُ‫ﺑ‬
ِ
‫ﺎ‬‫ﻘ‬
َ
‫َﻋ‬
ْ‫ﺃ‬‫َﻰ‬
‫ﻠ‬
‫ْﻋ‬
َ ‫ﻢ‬
‫ﺘ‬
ُ‫ﺒ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ‫ﻘ‬
َ
‫ﻧ‬
ْ‫ﺍ‬
‫ِﻞ‬
َ‫ﺘ‬‫ْﻗ‬
ُ‫ﻭ‬
‫ﺃ‬
َ ‫ﺎﺕ‬
َ ‫ْﻣ‬
َ‫ِﻥ‬
‫ﺈ‬
‫ﻓ‬
َ‫ﺃ‬
َ‫ُﻞ‬
ُ‫ﱡﺳ‬
‫ﺮ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻪ‬
ِ‫ﻠ‬
ِ
‫ﺒ‬
ْ‫ْﻗ‬
َ‫ِﻦ‬
‫ْﻣ‬
‫َﺖ‬‫ﻠ‬
‫ْﺧ‬
َ‫ﺪ‬‫ٌﻗ‬
َ‫ﻮﻝ‬‫َﺳ‬
ُ‫ﱠﺭ‬
‫ِﻻ‬
‫ﺇ‬‫ﺪ‬
ٌ
‫ﻤ‬
‫ﱠ‬‫ُﺤ‬
َ‫ﺎﻣ‬
‫ﻣ‬
َ‫ﻭ‬
َ
‫ﻳﻦ‬
َ‫ﺮ‬
ِ‫ﻛ‬
ِ‫ﺎ‬
‫ﻟﺸ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬‫ﻪ‬
ُ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ِﻱ‬
‫ﺰ‬‫َﺠ‬
ْ‫ﻴ‬‫َﺳ‬
َ‫ﺎﻭ‬
‫ﺌ‬
ً‫ﻴ‬
ْ
‫َﺷ‬
َ ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ﺮ‬
‫ﱠ‬‫َﻀ‬
ُ ‫ْﻳ‬
‫َﻦ‬
‫ﻠ‬‫ِﻓ‬
َ‫ﻪ‬
‫ﻴ‬
ْ‫ﺒ‬
َ
‫ﻘ‬
ِ‫َﻰﻋ‬
َ ‫ﻠ‬‫ْﻋ‬
َ‫ِﺐ‬‫ﻠ‬
‫ﻘ‬
َ
‫ﻨ‬
ْ‫ﻳ‬
َ
“Muhammadi t
ut idakl ai
nhanyal ahseor angr asul,sungguht el
ahber l
al usebel umnya
beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang
(murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan
mudharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-
orangyangber syukur .”

Kerasulan Rasulullah SAW dapat kita lihat dalam tiga hal:


a) Tabligh Risalah (‫ﻟﺔ‬
‫ﺎ‬‫ﺮﺳ‬‫ﻟ‬‫ﻴﻎﺍ‬
‫ﻠ‬‫ﺒ‬)
‫ﺗ‬
Artinya bahwa seorang rasul harus menyampaikan risalah yang Allah
amanahkan kepadapnya, berupa addin al-hanif (agama yang benar). Allah
berfriman (QS. 5 : 67)
‫ِﻦ‬
َ‫َﻣ‬
‫ُﻚ‬
‫ﻤ‬‫ْﺼ‬
ِ‫ﻌ‬‫ﻳ‬
َ
‫ﻪ‬
ُ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬
‫ُﻭ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﺘ‬
َ‫ﻟ‬
َ
‫ﺎ‬‫ِﺳ‬
َ‫َﺭ‬
‫ْﺖ‬
‫ﻐ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﺑ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﻤ‬
َ‫ْﻓ‬
َ‫َﻞ‬
‫ﻌ‬‫ﻔ‬
ْ
‫ْﺗ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻟ‬
َ
‫ِﻥ‬
ْ‫ﺇ‬‫َﻭ‬
َ‫ﱢﻚ‬
‫ﺑ‬
‫ْﺭ‬
َ ‫ِﻦ‬
‫َﻣ‬
‫ْﻚ‬
‫ﻴ‬
‫ﻟ‬
َ‫ﺇ‬
ِ‫ِﻝ‬
َ‫ﺰ‬‫ﻧ‬
ْ
‫ﺃ‬
ُ‫ﺎ‬
‫ْﻣ‬
َ‫ﻎ‬‫ﻠ‬
‫ﱢ‬
‫ﺑ‬
َ‫ﻮﻝ‬
ُ‫ﱠﺳ‬
ُ‫ﺮ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺎ‬
‫ﻬ‬
َ‫ﻳ‬
‫ﱡ‬
‫ﺃ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﻳ‬
َ
‫ﻳﻦ‬
َ‫ﺮ‬
ِ‫ﻓ‬
ِ
‫ﺎ‬‫ﻜ‬
َ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬‫ﻡ‬
َ
‫ﻮ‬
ْ‫ﻘ‬
َ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ِﻱ‬
‫ﺪ‬
‫ﻬ‬
ْ‫ﻳ‬
َ‫َﻻ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻥ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬‫ﺎﺱ‬
ِ ‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬

HaiRasul ,sampaikanl ahapayangdit urunkankepadamudar iTuhanmu.Danj i
ka
tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak
menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-or angyangkaf i
r.”

b) Menyampaikan/ menunaikan amanah (‫ﻧﺔ‬ ‫ﺎ‬


‫ءﺍﻷﻣ‬
‫ﺍ‬‫ﺩ‬)
‫ﺃ‬
Kita melihat bahwa Rasulullah SAW telah menunaikan amanahnya sebagai
seorang rasul. Sepanjang hidupnya beliau mempergunakan umurnya guna
menyeru orang ke jalan Allah sebagai mana yang diamanahkan kepada
beliau. Allah berfirman (QS. 33 : 39)
ُ
‫ﺮ‬
‫ﻣ‬
ْ‫ﺃ‬
َ‫ﺎﻥ‬
َ ‫ﻛ‬
َ
‫ُﻭ‬
َ ‫ْﻞ‬
‫ﺒ‬
‫ْﻗ‬
َ‫ِﻦ‬
‫ﺍﻣ‬
‫ﻮ‬
ْ‫ﻠ‬
َ
‫َﺧ‬
َ ‫ﻳﻦ‬
‫ﺬ‬
ِ‫ﻟ‬
‫ﱠ‬
‫ﺍ‬‫ِﻲ‬
‫ِﻓ‬
‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺔ‬
َ‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ُﺳ‬
ُ ‫ﻪ‬
‫ﻟ‬
َ‫ﻪ‬
ُ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫َﺽ‬
َ ‫ﺮ‬‫ﺎﻓ‬
َ ‫ﻤ‬
َ
‫ﻴ‬‫ٍﻓ‬
ِ‫َﺝ‬
‫ﺮ‬‫ْﺣ‬
َ‫ِﻦ‬
‫ﱢﻣ‬‫ِﻲ‬
‫ﺒ‬
‫ﻨ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫َﻰ‬
‫ﻠ‬
‫َﻋ‬
َ ‫ﺎﻥ‬‫ﺎﻛ‬
َ‫ﻣ‬
َ
‫َﻰ‬
‫ﻔ‬‫ﻛ‬
َ
‫َﻭ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻻ‬
ّ‫ﺇ‬‫ﺍ‬
‫ﺪ‬
ً‫َﺣ‬
َ‫ﺃ‬
‫ْﻥ‬
َ‫ﻮ‬‫ْﺸ‬
َ‫َﺨ‬
‫َﻳ‬
‫َﻻ‬
‫ُﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻧ‬
َ
‫ﻮ‬
ْ‫ْﺸ‬
َ‫َﺨ‬
‫ﻳ‬
‫ِﻭ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫َﺕ‬
ِ‫ﺎﻻ‬‫ِﺳ‬
َ‫َﺭ‬‫ﻮﻥ‬
‫ﻐ‬
ُ‫ﻠ‬
‫ﱢ‬‫ﺒ‬
َ
‫ﻳ‬
ُ‫ﻳﻦ‬
َ ‫ﺬ‬
ِ
‫ﻟ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬*‫ﺍ‬‫ﺭ‬
ً
‫ﻭ‬‫ﺪ‬
ُ‫ﻘ‬
ْ
‫ﺍﻣ‬
َ ‫ﺭ‬
ً
‫ﺪ‬
َ ‫ِﻗ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬
*‫ﺎ‬
‫ﺒ‬
ً‫ﻴ‬
‫َﺴ‬
ِ‫ِﺣ‬‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺎ‬‫ﺑ‬
ِ
“Tidakadasuat ukeber at
anpunat asNabit ent angapayangt elahdi t
etapkan Allah
baginya. (Allah telah menetapkan yang demikian) sebagai sunnah-Nya pada nabi-
nabi yang telah berlalu dahulu. Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang
pasti berlaku. (yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka
takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang (pun) selain
kepadaAl lah.Dancukupl ahAl l
ahsebagaiPembuatPer hi
tungan. ”

c) Pemimpin umat (‫ﺎﻡﺍﻷﻣﺔ‬ )


‫ﺇﻣ‬
Artinya seorang rasul adalah sebagai pemimpin bagi umatnya, yang
mengantarkan mereka dari jalan kesesatan menuju jalan hidayah Allah SWT.
Allah SWT berfirman (QS. 17 : 71)
‫ﻮﻥ‬
َ‫ﻤ‬
ُ‫ﻠ‬
َ‫ُﻈ‬
ْ‫ﻳ‬‫َﻻ‬
َ‫ْﻭ‬
‫ﻢ‬‫ﻬ‬
ُ
‫ﺑ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﺘ‬
َ‫َﻛ‬
ِ‫ﻭﻥ‬
‫ء‬
ُ‫ﺮ‬
َ‫ﻘ‬
ْ
‫ﻳ‬
َ‫ِﻚ‬
َ‫ﺌ‬
‫ﻟ‬
َ‫ﻭ‬
‫ﺄ‬
ُ‫ِﻓ‬
َ‫ﻪ‬
‫ﻨ‬
ِ‫ﻴ‬
‫ﻤ‬
ِ‫ﻴ‬
َ
‫ﺑ‬
ِ‫ﻪ‬
ُ‫ﺑ‬
َ
‫ﺎ‬
‫ﺘ‬
َ‫َﻛ‬
ِ‫ِﻲ‬
‫ﺗ‬
‫ﻭ‬‫ﺃ‬
ُ‫َﻦ‬
ْ‫ﻤ‬
‫ْﻓ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻬ‬
ِ
‫ﻣ‬
ِ‫ﺎ‬‫ﻣ‬
َ
‫ﺈ‬
ِ‫ﺑ‬
ِ‫ﺎﺱ‬
ٍ ‫ﻧ‬
َ
‫ﺃ‬
ُ‫ُﻞ‬
‫ﱠ‬‫ﺍﻛ‬
‫ﻮ‬‫ْﻋ‬
ُ‫ﺪ‬
‫ﻧ‬
َ‫ﻡ‬
َ‫ﻮ‬
ْ
‫ﻳ‬
َ
‫ﻴﻼ‬
ً ‫ﺘ‬
ِ
‫ﻓ‬
َ
“(Ingat
lah)suat uhar i(yangdihar ii
tu)Kamipanggi lt
iapumatdengan
pemimpinnya; dan barangsiapa yang diberikan kitab amalannya di tangan kanannya
maka mereka ini akan membaca kitabnya itu, dan mereka tidak dianiaya
sedi kit
pun.”

Sifat-sifat Rasul.
35

Dalam mengenal rasul, kita perlu mengetahui sifat-sifatnya, agar kita


mengetahui dengan benar siapa sesungguhnya rasul kita untuk kemudian kita
dapat mengikutinya. Dengan lebih mengenal sifat-sifat beliau ini, akan lebih
mententramkan jiwa dan raga kita dalam mengamalkan sunnah-sunnahnya.
Diantara sifat rasul adalah:
1. (‫ﻠﺔ‬‫ﺎﻣ‬‫ﻟﻜ‬
‫ﻳﺔﺍ‬‫ﺮ‬‫ﺒﺸ‬ ‫ﻟ‬
‫ﺍ‬) Manusia sempurna.
Allah berfirman (QS. 14 : 11)
‫ﺎ‬
‫ﻨ‬
َ
‫ﻟ‬
َ‫ﺎﻥ‬
َ‫ﺎﻛ‬
َ ‫ﻣ‬
َ
‫ِﻭ‬
َ ‫ﻩ‬
‫ﺩ‬
ِ‫ﺎ‬
‫ﺒ‬
َ‫ْﻋ‬
ِ‫ِﻦ‬
‫ُﻣ‬
‫ء‬‫ﺎ‬‫َﺸ‬
َ‫ﻳ‬‫َﻦ‬
ْ‫َﻰﻣ‬‫ﻠ‬
‫ﱡﻋ‬
َ‫ُﻦ‬
‫ﻤ‬‫ﻳ‬
َ
‫ﻪ‬
َ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻦ‬
‫ﱠ‬‫ﻜ‬‫ﻟ‬
َ
‫ْﻭ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻜ‬
ُ
‫ﻠ‬
ُ‫ﺜ‬
ْ‫ٌﻣ‬
ِ‫ﺮ‬‫َﺸ‬
َ‫ﺑ‬‫ِﻻ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬‫ْﻦ‬
ُ‫َﺤ‬
‫ﻧ‬‫ِﻥ‬
ْ‫ﺇ‬‫ﻢ‬
ْ
‫ﻬ‬
ُ‫ﻠ‬
ُ
‫ُﺳ‬
ُ‫ْﺭ‬
‫ﻢ‬‫ﻬ‬
ُ
‫ﻟ‬
َ‫َﺖ‬
ْ‫ﻟ‬
‫ﺎ‬‫ﻗ‬
َ
‫ﻮﻥ‬
َ‫ﻨ‬
ُ‫ﻣ‬
ِ‫ﺆ‬
ْ
‫ﻤ‬
ُ‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬‫ﱠﻞ‬
ِ‫ﻛ‬‫ﻮ‬
َ
‫ﺘ‬
َ‫ﻴ‬
َ
‫ﻠ‬
ْ‫ِﻓ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫َﻰ‬
‫ﻠ‬
‫َﻋ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ْﻥ‬
ِ‫ﺫ‬
‫ﺈ‬
ِ‫ﺑ‬
ِ‫ﺇﻻ‬
‫ﱠ‬ ‫ﺎﻥ‬
ٍ‫ْﻄ‬
َ‫ﻠ‬‫ِﺴ‬
ُ‫ﺑ‬‫ﻢ‬
ْ‫ﻜ‬
ُ
‫ﻴ‬
َ‫ﺗ‬
ِ
‫ﺄ‬
ْ‫ﻧ‬
َ‫َﻥ‬
ْ‫ﺃ‬
“Rasul-rasul mereka berkata kepada mereka: "Kami tidak lain hanyalah manusia seperti
kamu, akan tetapi Allah memberi karunia kepada siapa yang Dia kehendaki di antara
hamba-hamba-Nya. Dan tidak patut bagi kami mendatangkan suatu bukti kepada kamu
melainkan dengan izin Allah. Dan hanya kepada Allah sajalah hendaknya orang-orang
mukmi nber t
awakkal .”

2. (‫ﻌﺼﻤﺔ‬ ‫ﻟ‬) Terpelihara dari kesalahan.


‫ﺍ‬
Allah berfirman (QS. 5 : 67)
‫ِﻦ‬
َ‫َﻣ‬
‫ُﻚ‬
‫ﻤ‬‫ْﺼ‬
ِ‫ﻌ‬‫ﻳ‬
َ
‫ﻪ‬
ُ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬
‫ُﻭ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﺘ‬
َ‫ﻟ‬
َ
‫ﺎ‬‫ِﺳ‬
َ‫َﺭ‬
‫ْﺖ‬
‫ﻐ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﺑ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﻤ‬
َ‫ْﻓ‬
َ‫َﻞ‬
‫ﻌ‬
‫ﻔ‬
ْ‫ْﺗ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻟ‬
َ
‫ِﻥ‬
ْ‫ﺇ‬‫َﻭ‬
َ‫ﱢﻚ‬
‫ﺑ‬‫ْﺭ‬
َ‫ِﻦ‬
‫َﻣ‬‫ْﻚ‬
‫ﻴ‬
‫ﻟ‬
َ
‫ﺇ‬
ِ‫ِﻝ‬
َ‫ﺰ‬‫ﻧ‬
ْ
‫ﺃ‬
ُ‫ﺎ‬
‫ْﻣ‬
َ‫ﻎ‬‫ﻠ‬
‫ﱢ‬
‫ﺑ‬
َ‫ﻮﻝ‬
ُ‫ﱠﺳ‬
ُ‫ﺮ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺎ‬
‫ﻬ‬
َ‫ﻳ‬
‫ﱡ‬
‫ﺃ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﻳ‬
َ
‫ﺎﺱ‬‫ﻨ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬
‫ﻳﻦ‬
َ‫ﺮ‬
ِ‫ﻓ‬
ِ‫ﺎ‬
‫ﻜ‬
َ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﻡ‬
َ‫ﻮ‬
ْ‫ﻘ‬
َ
‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ِﻱ‬‫ﺪ‬
‫ﻬ‬
ْ‫ﻳ‬
َ‫َﻻ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ِﻥ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬ِ

HaiRasul,sampai kanl
ahapayangdit urunkankepadamudar iTuhanmu.Danj ikatidak
kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan
amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-or angyangkaf ir
.”

3. (‫ﻟﺼﺪﻕ‬ ‫ﺍ‬) Benar.


Allah berfirman (QS. 53 : 3-4):
*‫َﻰ‬
‫ﻮﺣ‬
‫ﻳ‬
ُ‫ْﻲ‬
ٌ‫َﺣ‬
‫َﻭ‬
‫ِﻻ‬
‫ﺇ‬‫ﻮ‬
َ
‫ْﻫ‬
ُ ‫ِﻥ‬
‫ﺇ‬
*‫َﻯ‬
‫ﻮ‬
‫ﻬ‬
َ‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬
‫َﻦ‬
ِ‫ُﻋ‬
‫ِﻖ‬
‫ْﻄ‬
‫ﻨ‬
‫ﻳ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﻣ‬
َ‫ﻭ‬
َ

Dantiadal
ahyangdi
ucapkannyai
tu(AlQur'
an)menurutkemauanhawanaf sunya.
Ucapannyai
tuti
adalai
nhanyalahwahyuyangdi
wahyukan( kepadanya)
.”

4. (‫ﻧﺔ‬‫ﺎ‬‫ﻟﻔﻄ‬) Cerdas.
‫ﺍ‬
Allah berfirman (QS. 48 : 27)
َ‫ﻴ‬
‫ﻦ‬‫ﻘ‬
ِ‫ﻠ‬
‫ﱢ‬
‫ُﺤ‬
َ‫َﻣ‬‫ﻴﻦ‬‫ﻨ‬
ِ
‫ﻣ‬
ِ‫ُﺁ‬
‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ء‬
َ‫ﺎ‬
‫ْﺷ‬
َ ‫ِﻥ‬
‫ﺇ‬‫ﻡ‬
َ‫ﺍ‬
‫ﺮ‬
َ‫ْﺤ‬
َ‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ﺪ‬
َ‫ْﺠ‬
ِ‫َﺴ‬
‫ﻤ‬
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬‫ُﻦ‬
‫ﱠ‬‫ﻠ‬
‫ْﺧ‬
ُ‫ﺪ‬‫ﺘ‬
َ
‫ﻟ‬
َ‫َﻖ‬
‫ﱢ‬‫ْﺤ‬
‫ﻟ‬
‫ﺎ‬
‫ﺑ‬
ِ ‫ﺎ‬
‫ﻳ‬
َ
‫ﺅ‬
ْ‫ﺮ‬
‫ﱡ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻪ‬
ُ‫ﻟ‬
َ
‫ﻮ‬‫َﺳ‬
ُ‫ُﺭ‬
‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫َﻕ‬
َ‫ﺪ‬‫ْﺻ‬
َ ‫ﺪ‬
‫ﻘ‬
َ‫ﻟ‬
َ
‫ﺎ‬‫ﺒ‬
ً
‫ﻳ‬‫ﺮ‬
ِ‫ﺎﻗ‬
َ ‫ْﺤ‬
ً‫ﺘ‬
‫َﻓ‬
َ‫ِﻚ‬
‫ﻟ‬
‫ِﺫ‬
َ ‫ﻭﻥ‬
‫ْﺩ‬
ُ ‫ِﻦ‬
‫َﻣ‬
‫َﻞ‬
‫ﻌ‬‫َﺠ‬
َ‫ﺍﻓ‬
‫ﻮ‬‫ﻤ‬
ُ‫ﻠ‬
َ
‫ﻌ‬
ْ‫ﺗ‬
َ‫ﻢ‬
ْ
‫ﻟ‬
َ‫ﺎ‬‫َﻣ‬
َ‫ﻢ‬
‫ﻠ‬
ِ‫ﻌ‬
َ
‫َﻓ‬
َ‫ﻮﻥ‬‫ﻓ‬
ُ
‫ﺎ‬‫َﺨ‬
َ‫ﺗ‬‫َﻻ‬
َ‫ﻳﻦ‬
‫ﺮ‬
ِ‫َﺼ‬
‫ﱢ‬ ‫ﻘ‬
‫ﻣ‬
ُ‫ْﻭ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻜ‬
ُ
‫ﻭﺳ‬
َ ‫ء‬
ُ‫ﺭ‬
ُ
“SesungguhnyaAl lahakan membuktikan kepada Rasul-Nya tentang kebenaran
mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki
Masjidil Haram, insya Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan
mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang
tiadakamuket ahuidanDi amember ikansebelum it
ukemenanganyangdekat .”

5. (‫ﻧﺔ‬‫ﺎ‬ ) Amanah.
‫ﺍﻷﻣ‬
Allah berfirman (QS. 69 : 44-46)

‫ﻴﻦ‬
‫ﺗ‬
ِ‫ﻮ‬
َ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬‫ﻪ‬
ُ
‫ﻨ‬
ْ‫ﺎﻣ‬
ِ‫ﻨ‬
َ‫ﻌ‬
ْ
‫َﻄ‬
َ‫ﻘ‬‫ﻟ‬
َ
‫ﻢ‬
‫ﱠ‬‫ﺛ‬
ُ*ِ
‫ﻴﻦ‬
‫ﻤ‬
ِ‫ﻴ‬
َ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺎ‬
‫ﺑ‬
ِ‫ﻪ‬
ُ‫ﻨ‬
ْ
‫ﺎﻣ‬
ِ ‫ﻧ‬
َ
‫ﺬ‬
ْ‫َﺧ‬
َ‫ِ *ﻷ‬
‫ﻳﻞ‬
‫ﻭ‬
ِ‫ﺎ‬
‫ﻗ‬
َ‫ﺍﻷ‬
َ ‫ْﺾ‬
َ ‫ﻌ‬
‫ﺑ‬
َ‫ﺎ‬‫ﻨ‬
َ
‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ‫َﻋ‬
َ‫ﱠﻝ‬
‫ﻮ‬
‫ﻘ‬
َ‫ﺗ‬
َ‫ﻮ‬
ْ
‫ﻟ‬
َ‫ﻭ‬
َ

Seandai nyadi a(Muhammad)mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami.
Niscaya benar-benar kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian benar-benar
Kamipot ongur attalijant
ungnya.”

6. (‫ﻴﻎ‬‫ﻠ‬‫ﺒ‬
‫ﺘ‬‫ﻟ‬) Menyampaikan.
‫ﺍ‬
Allah berfirman (QS. 5 : 67)
36

‫ِﻦ‬
َ‫َﻣ‬
‫ُﻚ‬
‫ﻤ‬‫ْﺼ‬
ِ‫ﻌ‬‫ﻳ‬
َ
‫ﻪ‬
ُ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬
‫ُﻭ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﺘ‬
َ‫ﻟ‬
َ
‫ﺎ‬‫ِﺳ‬
َ‫َﺭ‬
‫ْﺖ‬
‫ﻐ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﺑ‬
َ‫ﺎ‬‫ﻤ‬
َ
‫ْﻓ‬
َ‫َﻞ‬
‫ﻌ‬‫ﻔ‬
ْ
‫ْﺗ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻟ‬
َ
‫ِﻥ‬
ْ‫ﺇ‬‫َﻭ‬
َ‫ﱢﻚ‬
‫ﺑ‬‫ْﺭ‬
َ‫ِﻦ‬
‫َﻣ‬
‫ْﻚ‬
‫ﻴ‬‫ﻟ‬
َ
‫ﺇ‬
ِ‫ِﻝ‬
َ‫ﺰ‬‫ﻧ‬
ْ
‫ﺃ‬
ُ‫ﺎ‬
‫ْﻣ‬
َ‫ﻎ‬‫ﻠ‬
‫ﱢ‬
‫ﺑ‬
َ‫ﻮﻝ‬
ُ‫ﱠﺳ‬
ُ‫ﺮ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺎ‬
‫ﻬ‬
َ‫ﻳ‬
‫ﱡ‬
‫ﺃ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﻳ‬
َ
‫ﻳﻦ‬
َ‫ﺮ‬
ِ‫ﻓ‬
ِ‫ﺎ‬
‫ﻜ‬
َ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﻡ‬
َ‫ﻮ‬
ْ
‫ﻘ‬
َ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ِﻱ‬
‫ﺪ‬‫ﻬ‬
ْ
‫ﻳ‬
َ‫َﻻ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻥ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬‫ﺎﺱ‬
ِ ‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬

HaiRasul,sampai kanl
ahapayangdit urunkankepadamudar iTuhanmu.Danj ikatidak
kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan
amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-or angyangkaf ir
.”

7. (‫ﺎﻣﻞ‬‫ﻟﻜ‬‫ﺍﻡﺍ‬
‫ﺰ‬ ‫ﺘ‬‫ﻟ‬
‫ﺍﻹ‬) Komimen yang sempurna.
Allah berfirman (QS. 17 : 73)
‫ﻴﻼ‬
ً‫ﻠ‬
ِ‫َﺧ‬
َ‫ﻭﻙ‬‫ﺬ‬
ُ
‫ﱠﺨ‬
َ‫ﺗ‬‫ﺍﻵ‬
َ ‫ﺫ‬
ً
‫ﺇ‬
ِ‫ُﻭ‬
َ‫ﻩ‬
‫ﺮ‬
َ‫ﻴ‬
ْ‫ﺎﻏ‬
َ ‫ﻨ‬
َ
‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ‫َﻋ‬
َ‫ِﻱ‬
‫ﺮ‬‫ﺘ‬
َ
‫ﻔ‬
ْ‫ﺘ‬
َ
‫ﻟ‬
ِ‫ْﻚ‬
َ‫ﻴ‬
‫ﻟ‬
َ‫ﺇ‬
ِ
‫ﺎ‬‫ﻨ‬
َ
‫ﻴ‬
ْ‫ْﺣ‬
َ‫ﻭ‬
‫ﺃ‬
َ‫ِﻱ‬
‫ﺬ‬
‫ﻟ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬‫َﻦ‬
ِ‫َﻋ‬
‫َﻚ‬
‫ﻧ‬
‫ﻮ‬‫ﻨ‬
ُ
‫ﺘ‬
ِ‫ﻔ‬
ْ
‫ﻴ‬
َ‫ﻟ‬
َ
‫ﺍ‬‫ﻭ‬‫ﺩ‬
ُ
‫ﺎ‬‫ْﻛ‬
َ‫ِﻥ‬
‫ﺇ‬
‫ﻭ‬
َ
“Dansesungguhnyamer ekahampi
rmemal ingkankamudar iapayangt elahKami
wahyukan kepadamu, agar kamu membuat yang lain secara bohong terhadap Kami;
dan kalau sudah begitut
entul
ahmerekamengambi lkamuj adisahabatyangset i
a.”

Tugas Rasul.
Secara garis besar, tugas rasul dibagi menjadi dua, yaitu sebagai
pengembanr i
sal ahda’ wahdankedua,sebagaipenegakdinullah.
1. (‫ﺓ‬‫ﻮ‬‫ﻟﺪﻋ‬ ‫ﻟﺔﺍ‬
‫ﺎ‬‫ﺎﻣﻞﺭﺳ‬ ‫)ﺣ‬Sebagaipengembanr isal
ahda’ wah
Inilah tugas utama rasul yang secara langsung diamananhkan Allah terhadap
dirinya, sekaligus membimbing umat manusia dalam mengaplikasikan ibadah
kepada Al l
ah SWT.Tugasr asulsebagaipengemban amanah da’
wah mencakup
tiga aspek:
a) (‫ﻟﻖ‬ ‫ﺎ‬
‫ﻟﺨ‬‫ﻓﺔﺍ‬‫ﺮ‬‫ﻌ‬ ‫ )ﻣ‬Dalam mengenal Sang Pencipa.
Allah berfirman (QS. 6 : 19)
ِ
‫ﻪ‬‫ﺑ‬
ِ‫ﻢ‬
ْ
‫ﻛ‬
ُ‫ﺭ‬
َ‫ﺬ‬
ِ‫ﻧ‬
ْ
‫ﺄ‬
ُ
‫ﻟ‬
ِ‫ﺁﻥ‬
ُ ‫ﺮ‬
ْ‫ﻘ‬
ُ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬‫ﺍ‬
‫ﺬ‬
َ‫ﱠﻫ‬
َ‫َﻲ‬
‫ﻟ‬‫ﺇ‬
ِ
‫ِﻲ‬
َ ‫ﻭﺣ‬
‫ﺃ‬
ُ‫ْﻭ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻜ‬
ُ
‫ﻨ‬
َ‫ﻴ‬
ْ
‫ﺑ‬
َ‫ِﻲﻭ‬
َ ‫ﻨ‬
‫ﻴ‬
ْ‫ﺑ‬
َ‫ﺪ‬
ٌ
‫ﻴ‬‫ﻬ‬
ِ
‫ُﺷ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ُﻞ‬
ِ‫ًﻗ‬
‫ﺓ‬
‫ﺩ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﻬ‬
َ‫ُﺷ‬
َ‫ﺮ‬‫ﺒ‬
َ‫ﻛ‬
ْ
‫ﺃ‬
َ‫ء‬
ٍ‫َﻲ‬
ْ‫ﱡﺷ‬‫َﻱ‬
‫ﺃ‬‫ُﻞ‬
ْ‫ﻗ‬
‫ِﻲ‬
‫ﻨ‬
‫ﻧ‬
‫ﱠ‬
‫ﺇ‬
ِ‫ٌﻭ‬
َ‫ﺪ‬‫ﺍﺣ‬
ِ‫ٌﻭ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻟ‬
َ‫ﺇ‬
ِ‫ﻮ‬
َ
‫ﺎﻫ‬
ُ ‫ﻤ‬
َ‫ﻧ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬
ِ
‫ُﻞ‬
ْ‫ُﻗ‬
‫ﺪ‬‫ﻬ‬
َ‫َﺷ‬
ْ‫ﺃ‬‫ْﻻ‬
َ‫ُﻞ‬
‫َﻯﻗ‬
‫ﺮ‬‫ُﺧ‬
ْ‫ﺃ‬‫ﺔ‬
ً
‫ﻬ‬
َ‫ﻟ‬
ِ
‫ِﺁ‬‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻊ‬
َ‫ﱠﻣ‬
َ‫َﻥ‬
‫ﺃ‬
‫ﻭﻥ‬
َ ‫ﺪ‬
ُ‫ﻬ‬
َ
‫َﺸ‬
ْ‫ﺘ‬‫ﻟ‬
َ‫ﻢ‬
ْ
‫ﻜ‬
ُ‫ﻨ‬
‫ﱠ‬‫ﺋ‬
ِ
‫ﺃ‬
َ‫ﻎ‬
َ‫ﻠ‬
َ
‫ﺑ‬
َ‫َﻦ‬
ْ‫ﻣ‬‫ﻭ‬
َ
‫ﻮﻥ‬
َ ‫ﻛ‬
ُ
‫ﺮ‬
ِ‫ُﺸ‬
ْ‫ﺗ‬‫ﺎ‬
‫ﻤ‬
‫ﱠ‬‫ٌﻣ‬
ِ‫ء‬‫ِﻱ‬
‫ﺮ‬‫ﺑ‬
َ
Katakanlah: "Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?" Katakanlah: "Allah. Dia
menjadi saksi antara aku dan kamu. Dan Al Qur'an ini diwahyukan kepadaku supaya
dengannya aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang
sampai Al Qur'an (kepadanya). Apakah sesungguhnya kamu mengakui bahwa ada
tuhan-tuhan yang lain di samping Allah?" Katakanlah: "Aku tidak mengakui".
Katakanlah: "Sesungguhnya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan sesungguhnya
aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Allah)".

b) (‫ﺓ‬‫ﺩ‬‫ﺎ‬‫ﺒ‬
‫ﻌ‬‫ﻟ‬‫ﻴﺔﺍ‬‫ﻴﻔ‬) Menjelaskan cara beribadah.
‫ﻛ‬
Rasulullah SAW juga memiliki tugas untuk mengajarkan cara untuk
beribadah kepada Allah SWT, agar mereka dapat melaksanakan ibadah
dengan baik dan benar. Salah satu contohnya adalah dalam masalah shalat.
Rasulullah SAW memberikan contoh yang sempurna dalam melaksanakan
tata cara shalat. Oleh karena itulah beliau bersabda:
ْ
‫ﻢ‬‫ﻜ‬
ُ‫ﻴ‬
‫ﻠ‬
ِ‫ﻫ‬
ْ
‫ﺃ‬
َ‫َﻰ‬
‫ﻟ‬‫ﺇ‬
ِ‫ﺍ‬
‫ﻮ‬‫ﻌ‬
ُ‫ْﺟ‬
ِ ‫ﺭ‬
‫ﺍ‬ ‫ﻢ‬
َ
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ‫ُﻋ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬
‫ﱡﺻ‬
َ ‫ِﻲ‬
‫ﺒ‬‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ﺎﻝ‬
َ ‫ِﻗ‬
َ‫ِﺙ‬
‫ﺮ‬‫ﻳ‬
ْ‫ﻮ‬
َ
‫ْﺤ‬
ُ‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ْﻦ‬
ِ‫ﺑ‬‫ِﻚ‬
ِ‫ﻟ‬
‫ﺎ‬‫َﻣ‬
َ‫ﺎﻥ‬
‫ﻤ‬
َ‫ﻴ‬
ْ‫ﻠ‬
َ
‫ِﻲﺳ‬
ُ ‫ﺑ‬‫ﺃ‬
َ‫َﻦ‬
ْ‫ﻋ‬
‫ﻢ‬
ْ
‫ﻛ‬
ُ‫ﺪ‬
ُ‫َﺣ‬
َ‫ﺃ‬‫ﻢ‬
ْ
‫ﻜ‬
ُ‫ﻟ‬
َ‫ﱢﻥ‬
ْ‫ﺫ‬
‫ﺆ‬
َ‫ﻴ‬
ُ‫ﻠ‬
ْ‫ُﻓ‬
َ‫ﺓ‬‫ﱠﻼ‬
َ‫ﻟﺼ‬‫ﺍ‬‫َﺕ‬
ْ‫ﺮ‬‫َﻀ‬
َ ‫ﺍﺣ‬‫ﺫ‬
َ‫ﺇ‬
ِ
‫ﱢﻲﻭ‬
َ ‫ﻠ‬‫ُﺻ‬
َ‫ﺃ‬‫ِﻲ‬
‫ﻧ‬‫ﻮ‬‫ﻤ‬
ُ
‫ﺘ‬
ُ‫ﻳ‬
ْ
‫ﺃ‬
َ‫ﺎﺭ‬
َ‫ﻤ‬
َ‫ﺍﻛ‬
َ ‫ﻮ‬‫ﻠ‬
‫ﱡ‬
‫َﺻ‬
َ ‫ْﻭ‬
‫ﻢ‬‫ﻫ‬
ُ‫ﻭ‬
‫ﺮ‬
ُ‫ﻣ‬
ُ‫ْﻭ‬
َ ‫ﻢ‬
‫ﻫ‬
ُ‫ﻮ‬‫ﻤ‬
ُ‫ﻠ‬
‫ﱢ‬
‫ﻌ‬
َ‫ﻓ‬
َ
(‫ﺭﻱ‬‫ﺎ‬‫ﺒﺨ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ﻩ‬
‫ﺍ‬
‫ﻭ‬‫ﺭ‬)ْ
‫ﻢ‬‫ﻛ‬
ُ‫ﺮ‬
ُ
‫ﺒ‬
َ‫ﻛ‬
ْ‫ﺃ‬
َ‫ﻢ‬
ْ
‫ﻜ‬
ُ‫ﻣ‬
‫ﱠ‬‫ﺆ‬
ُ‫ﻴ‬
َ
‫ﻟ‬
ِ‫ﻢ‬
‫ﱠ‬‫ﺛ‬
ُ
Dari Abu Sulaiman Malik bin al-Huwai r
its,Rasul ul
lahSAW ber sabda,‘ Kembali
lah
kalian pada keluarga kalian dan ajarkanlah mereka (islam) dan perintahkanlan
mereka. Serta shalatlah kalian sebagaimana kalian melihatku melaksanakannya.
Apabila tiba waku shalat, hendaklah salah seorang diantara kalian
37

mengumandangkan adzan, lalu salah seorang diantaraka kalian yang paling dewasa
menj adiimamnya. ”( HR.Bukhar i
)

c) (‫ﺓ‬‫ﺎ‬‫ﻴ‬‫ﻟﺤ‬
‫ﻨﻬﺞﺍ‬ ‫ )ﻣ‬Menjelaskan pedoman hidup.
Allah berfirman (QS. 6 : 153)
‫ﻪ‬
ِ
‫ﺑ‬
ِ‫ﻢ‬
ْ‫ﻛ‬
ُ
‫ﺎ‬‫َﺻ‬
‫ﱠ‬‫ْﻭ‬
‫ﻢ‬‫ﻜ‬
ُ
‫ﻟ‬
ِ‫ِﺫ‬
َ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
ِ‫ﻴ‬
‫ﺒ‬
ِ‫ْﺳ‬
َ‫َﻦ‬
‫ْﻋ‬
‫ﻢ‬‫ﻜ‬
ُ
‫ﺑ‬
ِ‫ﱠﻕ‬
َ‫ﺮ‬‫ﻔ‬
َ
‫ﺘ‬
َ‫َﻓ‬
َ‫ُﻞ‬
‫ﺒ‬‫ﻟﺴ‬
‫ﱡ‬‫ﺍ‬‫ﺍ‬
‫ﻮ‬‫ﻌ‬
ُ‫ﺒ‬
ِ
‫ﺘ‬
‫ﱠ‬‫َﺗ‬
َ‫َﻻ‬
‫ُﻭ‬
‫ﻩ‬
‫ﻮ‬‫ﻌ‬
ُ‫ﺒ‬
ِ
‫ﺗ‬
‫ﱠ‬
‫ﺎ‬‫ﺎﻓ‬
َ‫ﻤ‬
ً‫ﻴ‬
‫ﻘ‬
ِ‫ﺘ‬
َ
‫ُﺴ‬
ْ‫ِﻲﻣ‬
‫ﺍﻃ‬
‫ﺮ‬
َ‫ﺍﺻ‬
ِ ‫ﺬ‬
َ
‫ﱠﻫ‬
َ ‫َﻥ‬
‫ﺃ‬
‫ﻭ‬
َ
‫ﻮﻥ‬
َ ‫ﻘ‬
ُ
‫ﺘ‬
‫ﱠ‬‫ﺗ‬
َ‫ﻢ‬
ْ
‫ﻜ‬
ُ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻌ‬
َ‫ﻟ‬
َ

Danbahwa( yangKamiper i
ntahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah
dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu
mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah
kepadamuagarkamuber takwa. ”

d) (‫ﻴﺤﺔ‬‫ﻧﺼ‬‫ﻴﻪﻭ‬ ‫ﻮﺟ‬‫ﻴﺔ–ﺗ‬‫ﺑ‬
‫ﺮ‬‫ﺘ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬) Membina dengan arahan dan nasihat.
Hal ini banyak sekali kita jumpai dalam hadits, bagaimana Rasulullah SAW
memberikan arahan-arahan dan nasehat-nasehat yang pada intinya
mengajak kita pada kesempurnaan iman dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
Salah satu contohnya adalah :
‫ﻪ‬
ِ
‫ﻴ‬‫ﱠﻓ‬
ِ‫ُﻦ‬
‫ْﻛ‬
‫َﻦ‬
‫ٌﻣ‬
‫َﺙ‬
‫َﻼ‬
‫ﺛ‬‫ﺎﻝ‬
َ‫َﻗ‬
َ ‫ﻢ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ‫ُﻋ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬‫ﱢﺻ‬
َ ‫ِﻲ‬
‫ﺒ‬
‫ﻨ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫َﻦ‬
ْ‫ُﻋ‬‫ﻪ‬‫ﻨ‬
ْ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻲ‬
َ‫َﺿ‬
‫ٍﺭ‬‫ِﻚ‬
‫ﻟ‬
‫ﺎ‬
‫ِﻣ‬
َ ‫ْﻦ‬
‫ﺑ‬‫َﺲ‬
ِ‫ﻧ‬‫ﺃ‬
َ
‫َﻦ‬
ْ‫ﻋ‬
‫ﺎﻥ‬
ِ‫ﻤ‬
َ‫ﻳ‬‫ﺍﻹ‬
ِ ‫ﺓ‬
َ
‫ﻭ‬
َ‫َﻼ‬
َ‫َﺣ‬‫ﺪ‬
‫َﺟ‬
َ ‫ﻭ‬
‫َﻥ‬
ْ‫ﺃ‬‫ﻩ‬
َ‫ﺮ‬
َ
‫ﻜ‬
ْ‫ﻳ‬
َ‫َﻥ‬
ْ‫ﺃ‬
‫ِﻭ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
ِ‫ِﻻ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬‫ﻪ‬
ُ
‫ﺒ‬
‫ﱡ‬‫ُﺤ‬
ِ‫ﻳ‬‫َﻻ‬
َ ‫ء‬‫ﺮ‬
ْ
‫ﻤ‬
َ‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬
‫ِﺐ‬
‫ﱠ‬ ‫ُﺤ‬
‫ﻳ‬‫َﻥ‬
ْ‫ﺃ‬‫ﺎﻭ‬
َ ‫ﻤ‬
َ
‫ﻫ‬
ُ‫ﺍ‬‫ﻮ‬
َ
‫ﺎﺳ‬
ِ ‫ﻤ‬
‫ﱠ‬‫ِﻣ‬
ِ ‫ﻪ‬
‫ﻴ‬
ْ‫ﻟ‬
َ
‫ﺇ‬
ِ‫َﺐ‬
‫ﱠ‬‫َﺣ‬
‫ﺃ‬‫ﻪ‬
ُ‫ﻟ‬
ُ
‫ﻮ‬‫َﺳ‬
ُ‫ﺭ‬‫ُﻭ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻮﻥ‬
َ ‫ﻜ‬
ُ‫ﻳ‬
َ‫َﻥ‬
ْ‫ﺃ‬
‫ﺮ‬
ِ‫ﻔ‬
ْ‫ﻜ‬
ُ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ِﻲ‬
‫َﻓ‬
‫ﺩ‬‫ﻮ‬‫ﻌ‬
ُ
‫ﻳ‬
َ
(‫ﺭﻱ‬‫ﺎ‬‫ﺒﺨ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻩ‬‫ﺍ‬
‫ﻭ‬‫ﺭ‬)ِ‫ﺭ‬‫ﺎ‬
‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ِﻲ‬
‫َﻓ‬
‫َﻑ‬
‫ﺬ‬‫ﻘ‬
ْ‫ﻳ‬
ُ‫َﻥ‬
ْ‫ﺃ‬‫ﻩ‬
ُ
‫ﺮ‬
َ‫ﻜ‬
ْ‫ﻳ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﻤ‬
َ‫ﻛ‬
َ
Dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda : Terdapat tiga hal, yang apabila
ketiganya melekat pada diri seseorang maka ia akan dapat merasakan manisnya
iman: (1) Mencintai Allah dan rasu-Nya melebihi dari cinta apapun di dunia ini. (2)
Mencintai seseorang hanya karena Allah. Dan (3) Dia tidak menginginkan untuk
kembali pada kekufurannya sebagaimna ia tidak ingin dimasukkan ke dalam api
neraka. (HR. Bukhari)

2. (‫ﻳﻦﺍﷲ‬‫ﺎﻣﺔﺩ‬ ‫ﻗ‬) Sebagai penegak dinullah.


‫ﺇ‬
Seorang rasul juga memiliki tugas untuk menegakkan dinullah di muka bumi ini,
sehi
ngga agama yang di bawanya dapatdi j
adi kan syari
’atdan pedoman hidup
yang dijunjung tinggi oleh kaumnya. Allah berfirman (QS. 42 : 13)
‫َﻰ‬‫ﻮﺳ‬
‫ﻣ‬
ُ‫َﻭ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻴ‬
‫ﻫ‬
ِ‫ﺍ‬
‫ﺮ‬
َ‫ﺑ‬
ْ‫ﺇ‬
ِ
‫ﻪ‬
ِ‫ﺑ‬
ِ‫ﺎ‬
‫ﻨ‬
َ‫ﻴ‬
ْ
‫َﺻ‬
‫ﱠ‬ ‫ﺎﻭ‬
‫ﻣ‬
َ‫َﻭ‬
َ‫ْﻚ‬
‫ﻴ‬‫ﻟ‬
َ
‫ﺇ‬
ِ‫ﺎ‬
‫ﻨ‬
َ‫ﻴ‬
ْ
‫ْﺣ‬
َ‫ﻭ‬‫ﺃ‬
َ‫ِﻱ‬
‫ﺬ‬‫ﻟ‬
‫ﱠ‬
‫ﺍ‬‫ﺎﻭ‬
َ‫ﻮﺣ‬
ً ‫ﻧ‬
ُ‫ﻪ‬
ِ‫ﺑ‬
ِ‫ﱠﻰ‬
‫َﺻ‬‫ﺎﻭ‬
‫ِﻣ‬
َ‫ﻳﻦ‬‫ﺪ‬
‫ﱢ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ِﻦ‬
َ‫ْﻣ‬
‫ﻢ‬‫ﻜ‬
ُ
‫ﻟ‬
َ‫َﻉ‬
َ‫ﺮ‬‫ﺷ‬
َ
‫ﻪ‬
ِ
‫ﻴ‬
ْ‫ﻟ‬
َ‫ِﻲﺇ‬
ِ ‫ﺒ‬‫ﺘ‬
َ
‫َﺠ‬
ْ‫ﻳ‬‫ﻪ‬
ُ
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻪ‬
ِ‫ﻴ‬
ْ
‫ﻟ‬
َ
‫ﺇ‬
ِ‫ﻢ‬
ْ‫ﻫ‬
ُ
‫ﻮ‬‫ْﻋ‬
ُ‫ﺪ‬‫ﺗ‬
َ‫ﺎ‬
‫َﻣ‬
َ‫ﻴﻦ‬‫ﻛ‬
ِ
‫ﺮ‬
ِ‫ُﺸ‬
ْ‫ﻤ‬‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫َﻰ‬
‫ﻠ‬‫َﻋ‬
َ‫ﺮ‬‫ﺒ‬
ُ
‫ِﻛ‬
َ ‫ﻪ‬‫ﻴ‬
‫ﺍﻓ‬
ِ‫ﻮ‬‫ﻗ‬
ُ‫ﺮ‬
‫ﱠ‬
‫ﻔ‬
َ‫ﺘ‬
َ‫َﺗ‬
َ‫َﻻ‬
‫َﻭ‬
‫ﻳﻦ‬
‫ﺪ‬
‫ﱢ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺍ‬
‫ﻮ‬‫ﻤ‬
ُ‫ﻴ‬‫ﻗ‬
ِ
‫ﺃ‬
َ‫َﻥ‬
ْ‫ﺃ‬‫َﻰ‬
‫ﻴﺴ‬
‫َﻋ‬
ِ‫ﻭ‬
‫ﻴﺐ‬
ُ‫ﻨ‬
ِ‫ﻳ‬
ُ‫َﻦ‬
ْ‫ِﻣ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻟ‬
َ
‫ﺇ‬
ِ‫ِﻱ‬‫ﺪ‬
‫ﻬ‬
ْ‫ﻳ‬
َ
‫ُﻭ‬
َ ‫ء‬‫ﺎ‬
‫َﺸ‬
َ‫ﻳ‬‫َﻦ‬
ْ‫ﻣ‬
“Diatelahmensyar ìat
kankamut ent angagamaapayangt elahdi
wasi atkan-Nya
kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami
wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah
kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang
kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang
dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama) -Nya orang yang kembali
(kepada-Nya) .”

Menegakkan dinullah ini mencakup tiga aspek:


a) (‫ﻓﺔ‬‫ﻟﺨﻼ‬ ‫ﺎﻣﺔﺍ‬‫ﻗ‬) Menegakkan khilafah.
‫ﺇ‬
Allah berfirman (QS. 24 : 55)
38

َ‫ﻳ‬
‫ﻦ‬‫ﺬ‬
ِ‫ﻟ‬
‫ﱠ‬
‫ﺍ‬‫َﻒ‬
َ ‫ﻠ‬
‫َﺨ‬
ْ‫ﺘ‬
‫ﺍﺳ‬
ْ ‫ﺎ‬‫ﻤ‬
َ‫ِﻛ‬
َ‫ْﺽ‬‫ﺭ‬‫ﺍﻷ‬
َ ‫ِﻲ‬
‫ْﻓ‬‫ﻢ‬
‫ﻬ‬
ُ‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻔ‬
َ‫ﻠ‬
ِ
‫َﺨ‬
ْ‫ﺘ‬‫َﺴ‬
ْ‫ﻴ‬
‫ﻟ‬
َ‫ﺎﺕ‬
ِ ‫ِﺤ‬
َ‫ﻟ‬‫ﺎ‬
‫ﻟﺼ‬
‫ﱠ‬ ‫ﺍ‬‫ﺍ‬
‫ﻮ‬‫ﻠ‬
ُ
‫ﻤ‬
ِ‫َﻋ‬
َ‫ْﻭ‬
‫ﻢ‬‫ﻜ‬
ُ‫ﻨ‬
ْ
‫ﺍﻣ‬
ِ ‫ﻮ‬
‫ﻨ‬
ُ‫ﻣ‬
َ‫ﺁ‬
‫ﻳﻦ‬
َ ‫ﺬ‬
ِ
‫ﻟ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬‫ﻪ‬
ُ
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺪ‬
َ‫َﻋ‬
َ‫ﻭ‬
‫ِﻲﻻ‬
َ ‫ﻨ‬‫ﻧ‬
َ
‫ﻭ‬‫ﺪ‬
ُ‫ﺒ‬
ُ
‫ﻌ‬
ْ‫ﻳ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﻨ‬
ً
‫ﻣ‬
ْ‫ﺃ‬
َ ‫ﻢ‬
ْ
‫ﻬ‬
ِ‫ﻓ‬
ِ‫ﻮ‬
ْ
‫ِﺧ‬
َ ‫ﺪ‬
‫ﻌ‬
ْ‫ﺑ‬
َ‫ِﻦ‬
ْ ‫ْﻣ‬
‫ﻢ‬
‫ﻬ‬
ُ‫ﻨ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
َ
‫ﺪ‬
‫ﱢ‬‫ﺒ‬
َ
‫ﻴ‬
ُ‫ﻟ‬
َ
‫ْﻭ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻬ‬
ُ‫ﻟ‬
َ‫َﻰ‬
‫َﻀ‬‫ﺗ‬
‫ﺭ‬
ْ‫ﺍ‬‫ِﻱ‬
‫ﺬ‬‫ﻟ‬
‫ﱠ‬
‫ﺍ‬‫ﻢ‬
ُ‫ﻬ‬
ُ
‫ﻨ‬
َ‫ﻳ‬
‫ْﺩ‬
ِ‫ﻢ‬‫ﻬ‬
ُ
‫ﻟ‬
َ‫َﻦ‬
‫ﱠ‬‫ﻨ‬‫ﻜ‬
‫ﱢ‬
‫ﻤ‬
َ‫ﻴ‬
ُ‫ﻟ‬
َ
‫ْﻭ‬
َ ‫ﻢ‬
‫ﻬ‬
ِ‫ﻠ‬
ِ
‫ﺒ‬
ْ‫ْﻗ‬
َ‫ِﻦ‬
‫ﻣ‬
‫ﻮﻥ‬
َ ‫ﻘ‬
ُ
‫ﺎﺳ‬
ِ ‫ﻔ‬
َ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬
‫ﻢ‬
ُ‫َﻫ‬
ُ ‫ِﻚ‬
‫ﺌ‬‫ﻟ‬
َ
‫ﻭ‬‫ﺄ‬
ُ
‫َﻓ‬
َ‫ِﻚ‬
‫ﻟ‬‫َﺫ‬
َ‫ﺪ‬‫ﻌ‬
ْ
‫ﺑ‬
َ‫ﺮ‬
َ ‫ﻔ‬
َ
‫ْﻛ‬
َ‫َﻦ‬
‫ﻣ‬‫ﺎﻭ‬
َ ‫ﺌ‬
ً
‫ﻴ‬
ْ
‫ِﻲﺷ‬
َ ‫ﺑ‬‫ﻮﻥ‬
َ ‫ﻛ‬
ُ
‫ﺮ‬
ِ‫ُﺸ‬
ْ‫ﻳ‬
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan
mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang
sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama
yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar
(keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman
sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu
apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka
mereka itulah orang-or
angyangf asik.”

b) (‫ﺎﻝ‬‫ﺮﺟ‬‫ﻟ‬‫ءﺍ‬
‫ﺎ‬‫ﻨ‬‫ﺑ‬) Membina kader.
Allah berfirman (QS. 3 : 104)
‫ﻢ‬
ُ
‫َﻫ‬
ُ ‫ِﻚ‬
‫ﺌ‬
‫ﻟ‬
َ
‫ﻭ‬‫ﺃ‬
ُ‫ِﻭ‬
َ‫ﺮ‬‫ﻜ‬
َ
‫ﻨ‬
ْ‫ﻤ‬
ُ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫َﻦ‬
ِ‫َﻋ‬
‫ْﻥ‬
‫ﻮ‬
‫ﻬ‬
َ‫ﻨ‬
ْ‫ﻳ‬
َ
‫ِﻭ‬
َ‫ﻭﻑ‬‫ﺮ‬
ُ
‫ﻌ‬
ْ‫ﻤ‬
َ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺎ‬
‫ﺑ‬
ِ ‫ﻭﻥ‬
َ‫ﺮ‬
ُ‫ﻣ‬
ُ‫ﺄ‬
ْ
‫ﻳ‬
َ‫ِﻭ‬
َ‫ﺮ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ْﺨ‬
َ‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫َﻰ‬
‫ﻟ‬
‫ﺇ‬
ِ‫ﻮﻥ‬
َ‫ْﻋ‬
ُ‫ﺪ‬‫ﻳ‬
َ
‫ﺔ‬
ٌ‫ﻣ‬
‫ﱠ‬‫ﺃ‬
ُ
‫ﻢ‬
ْ‫ﻜ‬
ُ‫ﻨ‬
ْ
‫ْﻣ‬
ِ‫ُﻦ‬
‫ﻜ‬
‫ﺘ‬
َ‫ﻟ‬
ْ
‫ﻭ‬
َ
‫ﻮﻥ‬
َ ‫ِﺤ‬
ُ‫ﻠ‬‫ﻔ‬
ْ
‫ﻤ‬
ُ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬
“Danhendakl ahada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-or angyangber untung.”

c) (‫ﺓ‬‫ﻮ‬‫ﻟﺪﻋ‬‫ﺎﺝﺍ‬
‫ﻨﻬ‬‫)ﻣ‬Membuatkonsepsida’ wah
Allah berfirman (QS. 3 : 159) mengenai perlunya konsepsida’
wah yang
lembut terhadap manusia dalam mengajak pada kebaikan:
‫ﻢ‬
ْ
‫ﻬ‬
ُ‫ﻨ‬
ْ
‫ُﻋ‬
َ ‫ْﻒ‬
‫ﺎﻋ‬
‫َﻓ‬
َ‫ِﻚ‬
‫ﻟ‬
‫ﻮ‬
ْ‫ْﺣ‬
َ‫ِﻦ‬
‫ﺍﻣ‬‫ﻮ‬
‫َﻀ‬
‫ﱡ‬ ‫ﻔ‬
‫ﻧ‬
ْ‫ِﻻ‬
َ‫ْﺐ‬‫ﻠ‬
‫ﻘ‬
َ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬‫ﻴﻆ‬
َ ‫ﻠ‬
ِ
‫ﺎﻏ‬
َ ‫َﻈ‬
‫َﻓ‬
‫ْﺖ‬‫ﻨ‬
‫ْﻛ‬
ُ‫ﻮ‬‫ﻟ‬
َ
‫ْﻭ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻬ‬
ُ‫ﻟ‬
َ
‫ْﺖ‬
َ ‫ﻨ‬
‫ﻟ‬
ِ‫ﻪ‬
ِ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻦ‬
َ‫ٍﻣ‬
‫ﺔ‬‫ﻤ‬
َ
‫َﺣ‬
ْ‫ﺎﺭ‬
‫ﻤ‬
َ‫ﺒ‬
ِ
‫ﻓ‬
َ
‫ﻢ‬
ْ
‫ﻫ‬
ُ‫ﺭ‬
ْ‫ﻭ‬
ِ‫ﺎ‬
‫َﺷ‬
َ ‫ْﻭ‬
‫ﻢ‬‫ﻬ‬
ُ
‫ﻟ‬
َ‫ﺮ‬
ْ‫ﻔ‬
ِ‫ﻐ‬
ْ
‫ﺘ‬
َ‫ﺍﺳ‬
ْ‫ﻭ‬
َ
‫ﻴﻦ‬
َ‫ﻠ‬
ِ
‫ﻛ‬
‫ﱢ‬‫ﻮ‬
َ‫ﺘ‬
َ
‫ﻤ‬
ُ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ِﺐ‬
‫ﱡ‬‫ُﺤ‬
‫ﻳ‬‫ﻪ‬
َ
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻥ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬‫ﻪ‬
ِ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫َﻰ‬
‫ﻠ‬
‫ْﻋ‬
َ ‫ﱠﻞ‬
‫ﻛ‬‫ﻮ‬
َ
‫ﺘ‬
َ‫َﻓ‬
َ‫ْﺖ‬
‫ﻣ‬‫ﺰ‬
َ‫ﺍﻋ‬
َ‫ﺫ‬
َ‫ﺈ‬
ِ
‫ِﻓ‬
َ‫ﺮ‬‫ﻣ‬
ْ‫ﺍﻷ‬
َ ‫ِﻲ‬
‫ﻓ‬
“Makadi sebabkanr ahmatdar iAl
lah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma`afkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. ”

Keistimewaan Risalah Muhammad SAW.


Rasulullah SAW merupakan salah seroang rasul, diantara sekian banyak nabi
dan rasul lainnya. Setiap rasul memiliki keistimewaan tersendiri, sebagaimana pada
risalah yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW. Diantara keistimewaan risalah
beliau adalah:
1. (‫ء‬ ‫ﺎ‬‫ﻴ‬
‫ﺒ‬‫ﻧ‬‫ﺗﻢﺍﻷ‬‫ )ﺧ‬Penutup para nabi dan rasul.
‫ﺎ‬
Allah berfirman (QS. 33 : 40)
‫ﺎ‬
‫ﻤ‬
ً‫ﻴ‬
‫ﻠ‬
ِ‫ٍﻋ‬
َ‫ء‬‫َﻲ‬
ْ‫ﱢﺷ‬
‫ُﻞ‬
‫ﻜ‬
‫ﺑ‬
ِ‫ﻪ‬
ُ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺎﻥ‬
َ‫ﻛ‬
َ‫َﻭ‬
َ‫ﻴﻦ‬
‫ﻴ‬
‫ﱢ‬‫ﺒ‬
ِ
‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ﻢ‬
َ
‫ﺗ‬
َ‫ﺎ‬
‫َﺧ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻮﻝ‬
َ‫َﺳ‬
ُ‫ْﺭ‬
‫ِﻦ‬
‫ﻜ‬
‫ﻟ‬
َ‫ْﻭ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻜ‬
ُ
‫ﻟ‬
ِ‫ﺎ‬
‫ِﺟ‬
َ‫ْﺭ‬
‫ِﻦ‬
‫ٍﻣ‬
‫ﺪ‬
‫َﺣ‬
َ‫ﺃ‬‫ﺎ‬
‫ﺑ‬
َ
‫ﺃ‬
َ‫ﺪ‬
ٌ‫ﻤ‬
‫ﱠ‬
‫ُﺤ‬
َ‫َﻣ‬
‫ﺎﻥ‬
‫ﺎﻛ‬
َ ‫ﻣ‬
َ
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi
dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala
sesuat u.

2. (‫ﻟﺔ‬
‫ﺎ‬‫ﺮﺳ‬‫ﻟ‬
‫ﺎﺳﺦﺍ‬ ) Menghapus risalah sebelumnya.
‫ﻧ‬
Dalam sebuah hadits diriwayatkan:
39

ََ
‫ﻞ‬‫ﺜ‬
‫ﻣ‬
َ‫ِﻲﻭ‬
َ ‫ﻠ‬
‫ﺜ‬
َ‫ﱠﻣ‬
َ‫ِﻥ‬
‫ﺇ‬‫ﺎﻝ‬
َ‫َﻗ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ‫ُﻋ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬
‫ِﺻ‬
َ ‫ﻪ‬ ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻮﻝ‬
َ ‫َﺳ‬
ُ‫ﱠﺭ‬‫َﻥ‬
‫ﺃ‬‫ﻪ‬
ُ‫ﻨ‬
ْ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻲ‬
َ‫َﺿ‬‫َﺭ‬
‫ﺓ‬‫ﺮ‬
َ‫ﻳ‬
ْ
‫ﺮ‬
َ‫ِﻲﻫ‬
ُ ‫ﺑ‬‫ﺃ‬
َ
‫َﻦ‬
ْ‫ﻋ‬
‫ﺎﺱ‬
ُ ‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫َﻞ‬
َ‫ﻌ‬‫َﺠ‬
َ‫ٍﻓ‬
‫ﺔ‬‫ﻳ‬
َ
‫ﻭ‬
ِ‫ﺍ‬‫ْﺯ‬
َ‫ِﻦ‬
‫ٍﻣ‬
‫ﺔ‬‫ﻨ‬
َ
‫ﺒ‬
ِ‫ﻟ‬
َ
‫ﻊ‬
َ‫ْﺿ‬
ِ ‫ﻮ‬‫ﱠﻣ‬
َ‫ِﻻ‬
‫ﺇ‬‫ﻪ‬
ُ‫ﻠ‬
َ
‫ﻤ‬
َ‫َﺟ‬
ْ‫ﺃ‬‫ُﻭ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻨ‬
َ
‫ْﺴ‬
َ‫َﺣ‬
‫ﺄ‬‫ﺎﻓ‬
َ ‫ﺘ‬
ً
‫ﻴ‬
ْ‫َﻰﺑ‬
َ ‫ﻨ‬
‫ٍﺑ‬
َ‫ُﻞ‬
‫َﺟ‬
‫ِﺭ‬‫َﻞ‬
‫ﺜ‬
‫ﻤ‬
َ‫ِﻲﻛ‬
َ ‫ﻠ‬
‫ﺒ‬
ْ‫ْﻗ‬
َ‫ِﻦ‬
‫ِﻣ‬
‫ء‬‫ﺎ‬
‫ﻴ‬
َ‫ﺒ‬
ِ
‫ﻧ‬
ْ
‫ﺍﻷ‬
َ
‫ﻴﻦ‬
َ‫ﻴ‬
‫ﱢ‬‫ﺒ‬
ِ
‫ﻨ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻢ‬
ُ‫ﺗ‬
ِ
‫ﺎ‬
‫ﺎﺧ‬
َ ‫ﻧ‬
َ
‫ﺃ‬
َ
‫ُﻭ‬
َ ‫ﺔ‬
‫ﻨ‬
َ‫ﺒ‬
ِ
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺎ‬
‫ﻧ‬
َ‫ﺄ‬
َ
‫َﻓ‬
َ‫ﺎﻝ‬
‫ُﻗ‬
َ‫ﺔ‬‫ﻨ‬
َ‫ﺒ‬
ِ
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ﻩ‬
ِ
‫ﺬ‬
ِ‫ْﻫ‬
َ‫َﺖ‬‫ﻌ‬‫ُﺿ‬
ِ‫َﻭ‬‫َﻼ‬‫َﻫ‬
‫ﻮﻥ‬‫ﻟ‬
ُ
‫ﻮ‬‫ﻘ‬
ُ
‫ﻳ‬
َ‫ُﻭ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻟ‬
َ‫ﻮﻥ‬
َ ‫ﺒ‬
ُ
‫ْﺠ‬
َ‫ﻌ‬‫ﻳ‬
َ
‫ِﻭ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﺑ‬
ِ‫ﻮﻥ‬
َ ‫ﻓ‬
ُ
‫ﻮ‬‫َﻄ‬
ُ‫ﻳ‬
(‫ﺭﻱ‬‫ﺎ‬‫ﺒﺨ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ﻩ‬
‫ﺍ‬
‫ﻭ‬‫ﺭ‬)
DariAbuHur air
ahr a,Rasul ul
lahSAW ber sabda,‘Sesungguhnyaper umpamaanku
dengan perumpamaan para nabi sebelumku adalah seumpama seseorang yang
membangun sebuah rumah; di mana ia menjadikan rumah itu indah dan sempurna.
Namun rumah terdapat satu sisi dari rumah tersebut yang belum disempurnakan (bau
batanya) . Sehingga hal ini menjadikan manusia menjadi heran dan bertanya-tanya,
mengapa sisi ini tidak disempurnakan? Dan akulah batu bata terakhir itu (yang
menyempurnakan bangunannya), dan aku adalah penutup para nabi. (HR. Bukhari)

Dalam hadits lain diriwayatkan:


ِْ
‫ﻦ‬‫ٍﻣ‬‫ﺔ‬
‫ْﺨ‬
َ‫ُﺴ‬
‫ﻨ‬‫ﺑ‬
ِ‫ﻢ‬
َ
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬‫ﻪ‬
‫ﻴ‬
ْ‫ﻠ‬
َ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ﱠﻰ‬‫ﻠ‬
‫ِﺻ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻮﻝ‬
َ ‫َﺳ‬
ُ ‫َﻰﺭ‬‫ﺗ‬
‫ﺃ‬
َ‫ﺎﺏ‬
ِ ‫َﻄ‬
‫ﱠ‬‫ْﺨ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬ ‫ْﻦ‬
َ‫ﺑ‬‫ﺮ‬
َ‫ﻤ‬
َ‫ﱠﻋ‬
ُ‫َﻥ‬
‫ﺃ‬ ‫ﺮ‬
ٍ‫ﺑ‬
ِ
‫ﺎ‬‫ْﺟ‬
َ‫َﻦ‬
‫ٍﻋ‬‫ﺮ‬‫ﻣ‬
ِ‫ﺎ‬
‫ْﻋ‬
َ ‫َﻦ‬
‫ﻋ‬
‫ﺮ‬
ُ‫ﻴ‬
‫ﱠ‬
‫ﻐ‬
َ‫ﺘ‬
َ‫ﻳ‬
َ
‫ﻪ‬
ِ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻮﻝ‬
ِ ‫َﺳ‬
ُ‫ُﺭ‬‫ﻪ‬
‫َﺟ‬
ْ‫ﻭ‬‫ُﻭ‬
َ ‫ﺃ‬
‫ﺮ‬
َ ‫ﻘ‬
ْ
‫ﻳ‬
َ ‫َﻞ‬
َ‫ﻌ‬‫َﺠ‬
َ‫َﻓ‬
‫َﺖ‬
‫ﻜ‬‫َﺴ‬
َ‫ِﻓ‬‫ﺓ‬‫ﺍ‬
‫ﺭ‬
َ‫ﻮ‬
ْ‫ﺘ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ِﻦ‬
ْ‫ٌﻣ‬
‫ﺔ‬‫ْﺨ‬
َ ‫ُﺴ‬‫ﻧ‬
‫ﻩ‬
ِ‫ﺬ‬
ِ‫ِﻫ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ﻮﻝ‬
َ ‫َﺳ‬
ُ‫ﺎﺭ‬‫ﻳ‬
َ‫ﺎﻝ‬
َ ‫ﻘ‬
َ
‫ِﻓ‬
َ‫ﺓ‬‫ﺍ‬
‫ﺭ‬
َ‫ﻮ‬
ْ ‫ﺘ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫َﻰ‬
‫ﻟ‬
‫ﺇ‬
ِ‫ﺮ‬
ُ ‫ﻤ‬
َ
‫َﻋ‬
ُ ‫ﺮ‬‫َﻈ‬
َ‫ﻨ‬
‫َﻓ‬
َ ‫ﻢ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ‫ﻠ‬
َ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ﱠﻰ‬‫ﻠ‬
‫ِﺻ‬
َ ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ﻮﻝ‬
ِ ‫َﺳ‬
ُ‫ِﺭ‬‫ﻪ‬‫َﺟ‬
ْ‫ﻮ‬‫ﺑ‬
ِ‫ﺎ‬
‫َﻯﻣ‬
َ ‫ﺮ‬‫ﺗ‬
َ‫ﺎ‬‫ُﻣ‬
َ‫ِﻞ‬
‫ﻛ‬‫ﺍ‬
‫ﻮ‬
َ‫ﺜ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ْﻚ‬
َ ‫ﺘ‬
‫ﻠ‬
َ‫ﻜ‬
ِ
‫ﺛ‬
َ‫ﺮ‬
ٍ‫ﻜ‬
ْ‫ﺑ‬
َ‫ﻮ‬‫ﺑ‬
ُ‫ﺃ‬
َ‫ﺎﻝ‬
َ ‫ﻘ‬
َ
‫ﻓ‬
َ
‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬‫ِﺻ‬
َ ‫ﻪ‬‫ﻟ‬
ِ
‫ﻮ‬‫َﺳ‬
ُ‫ِﺭ‬‫َﺐ‬
‫َﻀ‬‫َﻏ‬
‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬ ‫َﺐ‬
ِ‫َﻀ‬‫ْﻏ‬‫ِﻦ‬
‫ِﻣ‬
‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺎ‬‫ُﺑ‬
ِ‫ﺫ‬‫ﻮ‬‫َﻋ‬
ُ‫ﺃ‬‫ﺎﻝ‬
َ ‫ﻘ‬
َ
‫َﻓ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ‫ُﻋ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬‫ِﺻ‬
َ ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ﻮﻝ‬
ِ ‫َﺳ‬
ُ‫ِﺭ‬‫ﻪ‬‫َﺟ‬
ْ ‫ﻭ‬
‫ﻪ‬
ِ‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ‫ُﻋ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬
‫ِﺻ‬
َ ‫ﻪ‬ ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻮﻝ‬
ُ ‫َﺳ‬
ُ ‫َﺭ‬
‫ﺎﻝ‬ ‫ﻘ‬
َ
‫ﺎﻓ‬
َ ‫ﻴ‬

‫ﺒ‬
ِ‫ﻧ‬
َ‫ﺪ‬
ٍ
‫ﻤ‬
‫ﱠ‬‫ُﺤ‬
َ‫ﻤ‬‫ﺑ‬
ِ‫ﺎﻭ‬
َ ‫ﻨ‬
ً‫ﻳ‬
‫ِﺩ‬
ِ‫ﻡ‬‫ﺎ‬‫ﻠ‬
َ
‫ِﺳ‬
ْ‫ﺈ‬‫ﻟ‬
ْ
‫ﺎ‬‫ﺑ‬
ِ‫ﺎﻭ‬
َ ‫ﺑ‬
‫ِﺭ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺎ‬
‫ﺑ‬
ِ‫ﺎ‬
‫ﻨ‬
َ‫ﻴ‬‫َﺿ‬
ِ ‫َﺭ‬
‫ﻢ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬‫ﻪ‬
‫ﻴ‬
ْ‫ﻠ‬
َ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ﻴﻞ‬
ِ‫ﺒ‬
ِ‫ﻟﺴ‬
‫ﱠ‬ ‫ﺍ‬
‫ء‬
ِ‫ﺍ‬‫ﻮ‬
َ
‫ْﺳ‬
َ ‫َﻦ‬
‫ْﻋ‬‫ﻢ‬‫ﺘ‬
ُ
‫ﻠ‬
ْ‫ﻠ‬
َ
‫َﻀ‬
َ ‫ﻟ‬‫ِﻲ‬
‫ﻧ‬‫ﻮ‬‫ﻤ‬
ُ‫ﺘ‬
ُ‫ﻛ‬
ْ‫ﺮ‬
َ‫ﺗ‬
َ
‫ُﻭ‬
َ‫ﻩ‬‫ﻮ‬‫ﻤ‬
ُ‫ﺘ‬
ُ
‫ﻌ‬
ْ‫ﺒ‬
َ‫ﺗ‬
‫ﱠ‬‫ﺎ‬
‫َﻰﻓ‬
َ ‫ﻮﺳ‬ ‫ْﻣ‬
ُ‫ﻢ‬‫ﻜ‬
ُ‫ﻟ‬
َ‫ﺍ‬‫ﺪ‬
َ‫ﺑ‬
َ‫ﻮ‬
ْ‫ﻟ‬
َ‫ﻩ‬
ِ
‫ﺪ‬
ِ‫ﻴ‬
َ
‫ٍﺑ‬
ِ‫ﺪ‬‫ﻤ‬
‫ﱠ‬‫ُﺤ‬
َ‫ُﻣ‬‫ْﺲ‬
‫ﻔ‬‫ﻧ‬
َ‫ِﻱ‬
‫ﺬ‬‫ﻟ‬
‫ﱠ‬
‫ﺍ‬‫َﻭ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫َﺳ‬
َ‫ﻭ‬
‫ِﻲ‬
‫ﻨ‬‫ﻌ‬
َ‫ﺒ‬
َ
‫ﺗ‬
‫ﱠ‬‫ِﻲﻻ‬
َ ‫ﺗ‬‫ﻮ‬
‫ﱠ‬‫ﺒ‬
ُ‫ﻧ‬
ُ‫َﻙ‬
َ‫ﺭ‬‫ﺩ‬
ْ‫ﺃ‬
َ
‫ﺎﻭ‬
َ ‫ﻴ‬

‫َﺣ‬
َ ‫ﺎﻥ‬‫ْﻛ‬
َ ‫ﻮ‬‫ﻟ‬
َ
‫ﻭ‬
َ
“Dar iJabi
rr a,bahwaUmarbi nKhat abdat angkeRasul ullahSAW denganmembawa
kitab taurat. Kemudian Umar berkata, wahai Rasulullah SAW, ini merupakan nuskhah
(
bagi an)dar ikitabt
aurat.’Rasul ullahSAW t erdiam,l aluUmarmembacanyasedangkan
wajah Rasulullah SAW berubah. Pada saat itu Abu Bakar mengatakan pada Umar,
engkau menjadikan wajah Rasulullah SAW berubah, lihatlah wajah beliau. Maka Umar
mel ihatwaj ahRasulull
ahSAW danber kat a,‘akuber li
ndungdar ikemur kaanAl l
ahdan
kemurkaan Rasulullah SAW. Aku ridha terhadap Allah sebagai Rab, terhadap Islam
sebagai agama dan terhadap Muhammad sebagai nabi dan rasul. Kemudian Rasulullah
SAW bersabda,‘ DemiDzatyangdi ri
kuber adadit angannya,seki r
anyat ampak
dihadapan nabi Musa as saat ini, kemudian kalian mengikutinya serta meninggalkan
aku, sungguh kalian akan tersesat dari jalan yang lurus. Sekiranya Musa hidup dan
mengalami masa kenabianku, sungguhi aharusmengi kutiku.”(HR.Dar imi)

3. (‫ء‬‫ﺎ‬‫ﻴ‬
‫ﺒ‬‫ )ﻣﺼﺪﻕﺍﻷ‬Membenarkan para nabi sebelumnya.
‫ﻧ‬
Allah berfirman (QS. 3 : 3)
‫ﻴﻞ‬
َ‫ْﺠ‬
ِ‫ﻧ‬‫ﺍﻹ‬
ِ‫َﻭ‬
َ‫ﺓ‬‫ﺍ‬
‫ﺭ‬
َ‫ﻮ‬
ْ‫ﺘ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫َﻝ‬
َ‫ﺰ‬‫ﻧ‬
ْ
‫ﺃ‬
َ
‫ِﻭ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻳ‬
ْ‫ﺪ‬
َ
‫ﻳ‬
َ‫ْﻦ‬
َ‫ﻴ‬
‫ﺑ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﻤ‬
َ‫ﻟ‬
ِ‫ﺎ‬
‫ﻗ‬
ً‫ﺪ‬
‫ﱢ‬
‫ُﺼ‬
َ ‫ﱢﻣ‬
‫َﻖ‬
‫ْﺤ‬
‫ﻟ‬
‫ﺎ‬
‫ﺑ‬
ِ‫ﺎﺏ‬
َ‫ﺘ‬
َ‫ﻜ‬
ِ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬‫ْﻚ‬
َ‫ﻴ‬
‫ﻠ‬
َ‫َﻋ‬
َ‫ﱠﻝ‬
‫ﺰ‬‫ﻧ‬
َ

DiamenurunkanAlKi
tab(AlQur'
an)kepadamudengansebenar
nya;membenarkan
ki
tabyangtel
ahdit
urunkansebel
umnyadanmenurunkanTauratdanI
nji
l.

4. (‫ﻟﺔ‬‫ﺎ‬‫ﺮﺳ‬‫ﻟ‬‫ )ﻣﻜﻤﻞﺍ‬Menyempurnakan risalah para nabi sebelumnya.


Allah berfirman (QS. 3 : 50)
‫ﻢ‬
ْ
‫ﻜ‬
ُ‫ﺑ‬
‫ﱢ‬
‫ْﺭ‬
َ‫ِﻦ‬
‫ٍﻣ‬
‫ﺔ‬‫ﻳ‬
َ
‫ﺂ‬
‫ﺑ‬
ِ‫ﻢ‬
ْ‫ﻜ‬
ُ
‫ﺘ‬
ُ‫ﺌ‬
ْ
‫َﺟ‬
ِ‫ْﻭ‬
‫ﻢ‬‫ﻜ‬
ُ
‫ﻴ‬
ْ‫ﻠ‬
َ
‫َﻋ‬
َ‫ﻡ‬‫ﺮ‬
‫ﱢ‬
‫ِﻱﺣ‬
ُ ‫ﺬ‬
‫ﻟ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬‫ْﺾ‬
َ ‫ﻌ‬‫ﺑ‬
َ
‫ﻢ‬
ْ‫ﻜ‬
ُ‫ﻟ‬
َ‫ِﻞ‬
‫ﱠ‬‫ُﺣ‬
‫َﻷ‬
‫ِﻭ‬
‫ﺓ‬
‫ﺍ‬‫ﺭ‬
َ
‫ﻮ‬
ْ‫ﺘ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻦ‬
َ‫ﱠﻣ‬
‫َﻱ‬
‫ﺪ‬
‫ﻳ‬
َ‫ْﻦ‬
َ‫ﻴ‬
‫ﺑ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﻤ‬
َ‫ﻟ‬
ِ‫ﺎ‬
‫ﻗ‬
ً‫ﺪ‬
‫ﱢ‬
‫ُﺼ‬
َ ‫ﻣ‬
‫ﻭ‬
َ
‫ﻮﻥ‬
ِ ‫ﻌ‬
ُ‫ﻴ‬
‫َﻃ‬
ِ‫ﺃ‬‫َﻭ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ﺍ‬‫ﻮ‬‫ﻘ‬
ُ
‫ﺗ‬
‫ﱠ‬‫ﺎ‬
‫ﻓ‬
َ

Dan(akudat angkepadamu)membenar kanTaur atyangdat angsebelumku,danunt uk
menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu, dan aku datang
kepadamu dengan membawa suatu tanda (mu`jizat) dari Tuhanmu. Karena itu
bertaqwalahkepadaAl lahdant aatl
ahkepadaku.”

5. (‫ﺎ ﺱ‬
‫ﻨ‬‫ﻠ‬
‫ﻓﺔﻟ‬
‫ﺎ‬‫ﻛ‬) Ditujukan untuk seluruh umat manusia.
40

Allah berfirman (QS. 34 : 28)


‫ﻮﻥ‬
َ‫ﻤ‬
ُ‫ﻠ‬
َ‫ﻌ‬
ْ
‫ﻳ‬
َ‫ِﻻ‬
َ‫ﺎﺱ‬‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺮ‬
َ‫ﺜ‬
َ
‫ﻛ‬
ْ‫ﺃ‬
َ‫ِﻦ‬
‫ﱠ‬‫ﻜ‬
‫ﻟ‬
َ‫ﺍﻭ‬
َ‫ﺮ‬
ً‫ﻳ‬
‫ﺬ‬
ِ‫ﻧ‬
َ
‫ﺍﻭ‬
َ ‫ﺮ‬
ً
‫ﻴ‬‫َﺸ‬
ِ‫ﺑ‬‫ﺎﺱ‬
ِ ‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻠ‬
‫ﻟ‬
ِ‫ﺔ‬
ً‫ﻓ‬
‫ﱠ‬
‫ﺎ‬‫ﱠﻛ‬
َ‫ِﻻ‬
‫ﺇ‬‫ﺎﻙ‬
َ‫ﻨ‬
َ‫ﻠ‬
ْ
‫ْﺳ‬
َ‫ﺭ‬‫ﺃ‬
َ
‫ﺎ‬‫ﻣ‬
َ‫ﻭ‬
َ

DanKamit idakmengut uskamu,mel ainkankepadaumatmanusi aseluruhnyasebagai
pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia
tiadamenget ahui.”

6. (‫ﻴﻦ‬ ‫ﻟﻤ‬
‫ﺎ‬‫ﻌ‬‫ﻠ‬
‫ﺭﺣﻤﺔﻟ‬ ) Dijadikan sebagai rahmat bagi semesta alam.
Allah berfirman (QS. 21 : 107)
‫ﻴﻦ‬
َ‫ﻤ‬
ِ‫ﻟ‬
َ
‫ﺎ‬‫ﻌ‬
َ
‫ﻠ‬
ْ‫ﻟ‬
ِ‫ﺔ‬
ً
‫ﻤ‬
َ‫َﺣ‬
ْ‫ﱠﺭ‬
‫ِﻻ‬
‫ﺇ‬‫ﺎﻙ‬
َ‫ﻨ‬
َ‫ﻠ‬
ْ
‫ْﺳ‬
َ‫ﺭ‬‫ﺃ‬
َ
‫ﺎ‬‫ﻣ‬
َ‫ﻭ‬
َ

Dant
iadal
ahKamimengut
uskamu,mel
ainkanunt
uk(
menj
adi
)rahmatbagisemest
a
alam.”

Kewajiban Muslim Terhadap Rasulullah SAW


Setelah kita mengeahui berbagai hal mengenai kerasulan dan karakteristik
atau keistimewaan kerasulan Muhammad SAW, kini kita perlu mengetahui
mengenai kewajiban kita sebagai seorang muslim terhadap Rasulullah SAW.
Diantara kewajiban kita terhadap beliau adalah:
1. (‫ﺎﻥﺑﻪ‬‫ﻳﻤ‬‫ﺍﻹ‬) Mengimaninya.
Allah berfirman (QS. 61 : 10 –11)
‫ﻪ‬
ِ
‫ﻟ‬
ِ‫ﻮ‬‫َﺳ‬
ُ‫ﺭ‬‫ِﻭ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺎ‬‫ﺑ‬
ِ‫ﻮﻥ‬
َ‫ﻨ‬
ُ‫ﻣ‬
ِ‫ﺆ‬
ْ
‫ٍ*ﺗ‬
ُ ‫ﻢ‬
‫ﻴ‬‫ﻟ‬
ِ
‫ﺃ‬
َ‫ﺍﺏ‬
ٍ‫ﺬ‬
َ‫ْﻋ‬
َ‫ِﻦ‬
‫ْﻣ‬
‫ﻢ‬‫ﻜ‬
ُ‫ﻴ‬
‫ْﺠ‬
ِ‫ﻨ‬‫ﺗ‬
ُ‫ﺓ‬
ٍ
‫ﺭ‬
َ‫ﺎ‬‫ِﺠ‬
َ‫ﺗ‬‫َﻰ‬
‫ﻠ‬
‫ْﻋ‬
َ ‫ﻢ‬
‫ﻜ‬
ُ‫ﻟ‬
‫ﱡ‬‫ﺩ‬
ُ
‫ﺃ‬
َ‫َﻞ‬
ْ‫ﺍﻫ‬
‫ﻮ‬‫ﻨ‬
ُ‫ﻣ‬
َ
‫ﺁ‬‫ﻳﻦ‬
َ‫ﺬ‬
ِ‫ﻟ‬
‫ﱠ‬
‫ﺍ‬‫ﺎ‬
‫ﻬ‬
َ‫ﻳ‬
‫ﱡ‬
‫ﺃ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﻳ‬
َ
‫ﻭﻥ‬
َ ‫ﺪ‬
ُ‫ﻫ‬
ِ
‫ﺎ‬‫ُﺠ‬
َ‫ﺗ‬
‫ﻭ‬
َ

‫ﻮﻥ‬‫ﻤ‬
ُ‫ﻠ‬
َ
‫ﻌ‬
ْ‫ﺗ‬
َ‫ﻢ‬
ْ
‫ﺘ‬
ُ‫ﻨ‬
ْ
‫ْﻛ‬
ُ‫ِﻥ‬
‫ﺇ‬‫ﻢ‬
ْ‫ﻜ‬
ُ
‫ﻟ‬
َ‫ﺮ‬
ٌ‫ﻴ‬
ْ
‫ْﺧ‬
َ ‫ﻢ‬
‫ﻜ‬
ُ‫ﻟ‬
ِ
‫ْﺫ‬
َ ‫ﻢ‬
‫ﻜ‬
ُ‫ُﺴ‬
ِ‫ﻔ‬
‫ﻧ‬
ْ‫ﺃ‬
َ
‫ْﻭ‬
َ ‫ﻢ‬
‫ﻜ‬
ُ‫ﻟ‬
ِ‫ﺍ‬
‫ﻮ‬
َ‫ﻣ‬
ْ‫ﺄ‬
َ
‫ﺑ‬
ِ‫ﻪ‬
ِ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ﻴﻞ‬
ِ ‫ﺒ‬
ِ
‫ِﻲﺳ‬
َ ‫ﻓ‬
“ Haiorang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang
dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah
dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih
bai kbagikamuj ikakamumenget ahuinya.”

2. (‫ﺒﺔ‬
‫ﻟﻤﺤ‬‫ﺍ‬) Mencintainya.
Rasulullah SAW bersabda:
‫ِﻻ‬
َ‫ﻩ‬‫ﺪ‬
ِ
‫ﻴ‬
َ‫ﺑ‬
ِ‫ِﻲ‬
‫ْﺴ‬
‫ﻔ‬
‫ﻧ‬
َ‫ِﻱ‬‫ﺬ‬
‫ﻟ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬
‫ﻮ‬
َ‫َﻓ‬
َ‫ﺎﻝ‬
‫َﻗ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ‫ُﻋ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬‫ِﺻ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻮﻝ‬
َ ‫َﺳ‬
ُ‫ﱠﺭ‬
‫َﻥ‬
‫ﺃ‬‫ﻪ‬
ُ‫ﻨ‬
ْ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻲ‬
َ‫َﺿ‬‫َﺭ‬
‫ﺓ‬
‫ﺮ‬
َ‫ﻳ‬
ْ‫ﺮ‬
َ
‫ِﻲﻫ‬
ُ ‫ﺑ‬
‫ﺃ‬
َ‫َﻦ‬
ْ‫ﻋ‬
(‫ﺭﻱ‬‫ﺎ‬
‫ﺒﺨ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ﻩ‬‫ﺍ‬
‫ﻭ‬‫ﺭ‬)ِ
‫ﻩ‬
‫ﺪ‬
ِ‫ﻟ‬
َ
‫ﻭ‬
َ‫ِﻭ‬
َ‫ﻩ‬‫ﺪ‬
ِ
‫ﻟ‬
ِ‫ﺍ‬
‫ْﻭ‬
َ‫ِﻦ‬
‫ِﻣ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻟ‬
َ‫ﺇ‬
ِ‫َﺐ‬
‫ﱠ‬‫َﺣ‬
‫ﺃ‬‫ﻮﻥ‬
َ ‫ﻛ‬
ُ
‫ﺃ‬
َ‫ﱠﻰ‬
‫ﺘ‬‫ْﺣ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻛ‬
ُ‫ﺪ‬
ُ
‫َﺣ‬
َ‫ﺃ‬‫ِﻦ‬
ُ‫ﻣ‬‫ﺆ‬
ْ
‫ﻳ‬
ُ
DariAbuHur airahr a,Rasul ullahSAW ber sabda,‘ DemiDzatyangdi rikuber adadi
tangan-Nya, kalian tidaklah beriman, hingga kalian lebih mencintai aku dari orang
tuanya dan anaknya. (HR. Bukhari)

3. (‫ﻴﻢ‬‫ﻌﻈ‬ ‫ﺘ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬) Mengagungkannya.
Sebagai umatnya, kita semua harus mengagungkan beliau sebagai seorang
rasul, yang telah menunjukkan pada kita jalan Allah yang lurus. Sehingga dalam
setiap doa kita, setiap ucapan kita, ceramah kita, dan lain sebagainya
senantiasa mengagungkan beliau. Dan salah satu cara untuk mengagungkan
beliau adalah dengan melaksakan sunnah-sunnahnya.

4. (‫ﻨﻪ‬
‫ﺎﻉﻋ‬‫ﻓ‬‫ﻟﺪ‬) Membelanya.
‫ﺍ‬
Demikian juga kita harus membela Rasulullah SAW, terutama dari mereka-
mereka yang ingin mencela dan mengolok-olok Rasulullah SAW. Atau
‘mengkerdil
kan’sunnahnabawi yah.

5. (‫ﺒﻪ‬ ‫ )ﻣﺤ‬Mencintai mereka-mereka yang dicintainya.


‫ﺒﺔﻣﻦﺃﺣ‬
41

Yaitu secara umum para sahabatnya. Kita harus mencintai mereka dan tidak
boleh mencela atau mengejek serta mengolok-olok mereka:
َ
‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻪ‬
َ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻲ‬
‫ﺑ‬‫ﺎ‬‫ْﺤ‬
َ‫َﺻ‬‫ﺃ‬
‫ِﻲ‬‫َﻓ‬
‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ﻪ‬
َ
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻢ‬
َ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ‫ُﻋ‬
َ‫ﻪ‬ ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ﱠﻰ‬‫ﻠ‬
‫ِﺻ‬
َ ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ﻮﻝ‬
ُ ‫َﺳ‬
ُ‫َﺭ‬
‫ﺎﻝ‬‫َﻗ‬
َ‫ﺎﻝ‬
‫ٍﻗ‬
َ‫ﱠﻞ‬
‫ﻔ‬‫ﻐ‬
َ
‫ِﻣ‬
ُ ‫ْﻦ‬
‫ﺑ‬‫ﻪ‬
ِ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺪ‬
ِ‫ﺒ‬
ْ
‫ْﻋ‬
َ ‫َﻦ‬
‫ﻋ‬
‫ِﻲ‬
‫ْﻀ‬‫ﻐ‬‫ﺒ‬
ُ
‫ﺒ‬
ِ‫ْﻓ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻬ‬
ُ‫َﻀ‬
َ‫ﻐ‬‫ﺑ‬
ْ‫ﺃ‬
َ‫َﻦ‬
ْ‫ﻣ‬‫ْﻭ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻬ‬
ُ‫ﺒ‬
‫ﱠ‬
‫َﺣ‬
َ‫ﺃ‬‫ﱢﻲ‬
‫ﺒ‬
‫ِﺤ‬
ُ‫ﺒ‬‫ْﻓ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻬ‬
ُ‫ﺒ‬
‫ﱠ‬
‫َﺣ‬
َ‫ﺃ‬‫َﻦ‬
ْ‫ﻤ‬‫ِﻱﻓ‬
َ ‫ﺪ‬
‫ﻌ‬
ْ‫ﺑ‬
َ‫ﺎ‬‫َﺿ‬
ً ‫ﺮ‬
‫ْﻏ‬
َ ‫ﻢ‬‫ﻫ‬
ُ‫ﻭ‬
‫ﺬ‬
ُ‫ﱠﺨ‬
ِ‫ﺘ‬
‫ﺗ‬
َ‫ﺎ‬‫ﻟ‬
َ‫ِﻲ‬‫ﺑ‬
‫ﺎ‬
‫ْﺤ‬
َ ‫َﺻ‬
‫ﺃ‬‫ِﻲ‬
‫ﻓ‬
‫ﻩ‬‫ﺍ‬
‫ﻭ‬‫ﺭ‬)ُ
‫ﻩ‬‫ﺬ‬
َ
‫ْﺧ‬
ُ ‫ﺄ‬
‫ﻳ‬
َ‫َﻥ‬
ْ‫ﺃ‬‫ِﻚ‬
ُ‫ﻮﺷ‬ ‫ﻳ‬
ُ
‫ﻪ‬
َ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫َﻯ‬
‫ﺫ‬‫ﺁ‬‫َﻦ‬
ْ‫ﻣ‬
‫َﻭ‬
َ ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬ ‫َﻯ‬
‫ﺫ‬‫ﺁ‬‫ﺪ‬
ْ
‫ﻘ‬
َ‫ِﻲﻓ‬
َ ‫ﻧ‬‫ﺍ‬
‫ﺫ‬
َ‫ﺁ‬‫َﻦ‬
ْ‫ﻣ‬‫ِﻲﻭ‬
َ ‫ﻧ‬‫ﺍ‬
‫ﺫ‬
َ‫ﺁ‬‫ﺪ‬
ْ
‫ﻘ‬
َ‫ْﻓ‬
َ‫ﻢ‬
‫ﻫ‬
ُ‫ﺍ‬‫ﺫ‬
َ
‫ﺁ‬ ‫َﻦ‬
ْ‫ﻣ‬‫ْﻭ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻬ‬
ُ‫َﻀ‬
َ‫ﻐ‬‫ﺑ‬
ْ‫ﺃ‬
َ
(‫ﺬﻱ‬‫ﻣ‬‫ﺮ‬‫ﺘ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬
DariAbdi l
lahbinMughaf al,RasulullahSAW ber sabda,‘Takut l
ahkal i
ankepadaAl lah
dalam bersikap terhadap sahabatku setelah masaku. Dan janganlah kalian menjadikan
mereka sebagai tujuan (dalam celaan). Karena barang siapa yang mencintai mereka
maka dengan cintaku aku mencintainya (mencintai orang yang mencintai sahabat). Dan
barang siapa yang membenci mereka, maka dengan kebencianku, aku membencinya.
Barang siapa yang menyakiti mereka, maka ia seperti menyakiti aku. Dan barang siapa
yang menyakiti aku, hampir-hampir Allah mengazabnya. (HR. Tirmidzi)

6. (‫ﺍﺕ‬‫ﻮ‬‫ﻠ‬‫ﻟﺼ‬‫ﺭﺍ‬‫ﺎ‬
‫ﺜ‬ ‫ﻛ‬) Memperbanyak shalawat.
‫ﺇ‬
Allah berfirman (QS. 33 : 56)
‫ﺎ‬
‫ﻤ‬
ً‫ﻴ‬
‫ﻠ‬
ِ‫َﺴ‬
ْ‫ﺗ‬‫ﺍ‬
‫ﻮ‬‫ﻤ‬
ُ‫ﻠ‬
‫ﱢ‬
‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ
‫ﺍﻋ‬
َ ‫ﻮ‬
‫ﻠ‬
‫ﱡ‬‫ﺍﺻ‬
َ ‫ﻮ‬
‫ﻨ‬
ُ‫ﻣ‬
َ‫ﺁ‬
‫ﻳﻦ‬
َ ‫ﺬ‬
ِ
‫ﻟ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬‫ﺎ‬
‫ﻬ‬
َ‫ﻳ‬
‫ﱡ‬
‫ﺃ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﻳ‬
َ‫ِﻲ‬
‫ﱢ‬‫ﺒ‬
‫ﻨ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫َﻰ‬
‫ﻠ‬
‫َﻋ‬
َ‫ﻮﻥ‬
‫ﻠ‬
‫ﱡ‬‫ُﺼ‬
َ‫ﻳ‬‫ﻪ‬
ُ
‫ﺘ‬
َ‫ﻜ‬
َ‫ﺋ‬
ِ
‫َﻼ‬
َ‫ﻣ‬‫َﻭ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻥ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬

SesungguhnyaAl lahdanmal aikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-
orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam
penghor mat ankepadanya. ”

7. (‫ﺎﻉ‬‫ﺒ‬‫ﺗ‬
‫ﺍﻹ‬) Mengikutinnya.
Allah berfirman (QS. 3 : 31)
‫ﻢ‬
ٌ
‫ﻴ‬‫َﺣ‬
ِ‫ٌﺭ‬
‫ﺭ‬‫ﻮ‬
‫ﻔ‬
ُ‫ُﻏ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ْﻭ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻜ‬
ُ
‫ﺑ‬
َ‫ﻮ‬‫ﻧ‬
ُ
‫ْﺫ‬
ُ‫ﻢ‬‫ﻜ‬
ُ
‫ﻟ‬
َ‫ﺮ‬
ْ‫ﻔ‬
ِ
‫ﻐ‬
ْ‫ﻳ‬
َ
‫ُﻭ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻢ‬
ُ‫ﻜ‬
ُ
‫ﺒ‬
ْ‫ﺒ‬
ِ
‫ُﺤ‬
ْ‫ﻳ‬‫ِﻲ‬
‫ﻧ‬
‫ﻮ‬‫ﻌ‬
ُ‫ﺒ‬
ِ
‫ﺗ‬
‫ﱠ‬
‫ﺎ‬‫َﻓ‬
َ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻮﻥ‬
َ‫ﺒ‬
‫ﱡ‬‫ُﺤ‬
ِ‫ﺗ‬‫ﻢ‬
ْ
‫ﺘ‬
ُ‫ﻨ‬
ْ
‫ْﻛ‬
ُ‫ِﻥ‬
‫ﺇ‬
‫ُﻞ‬
ْ‫ﻗ‬

Katakanlah:" Ji
kakamu( benar -benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. ”

8. (‫ﺘﻪ‬
‫ﻟ‬‫ﺎ‬
‫ﺭﺙﺭﺳ‬
‫ﺍ‬‫ﻭ‬) Mewarisi riwalahnya.
ِْ
‫ﻦ‬‫ﺎﻣ‬‫ﻘ‬
ً
‫ﻳ‬‫ﺮ‬
ِ‫ِﻃ‬
َ‫ﻪ‬‫ﺑ‬
ِ‫ﻪ‬
ُ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫َﻚ‬
َ‫ﻠ‬‫ﺎﺳ‬
َ ‫ﻤ‬
ً
‫ﻠ‬
ْ‫ِﻋ‬
ِ ‫ﻪ‬
‫ﻴ‬‫ُﻓ‬
ِ‫ُﺐ‬
‫ﻠ‬‫َﻄ‬
ْ‫ﻳ‬‫ﺎ‬‫ﻘ‬
ً
‫ﻳ‬‫ﺮ‬
ِ‫َﻃ‬
َ‫َﻚ‬‫ﻠ‬
‫ْﺳ‬
َ ‫َﻦ‬
‫َﻣ‬‫ﻢ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ‫ﻠ‬
َ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬‫ِﺻ‬
َ ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻮﻝ‬
ُ ‫َﺳ‬
ُ‫َﺭ‬‫ﺎﻝ‬
‫ﻗ‬
َ
‫ِﻲ‬
‫ْﻓ‬
‫َﻦ‬
‫ُﻣ‬
‫ﻪ‬‫ﻟ‬
َ‫ﺮ‬
ُ‫ﻔ‬
ِ‫ﻐ‬
ْ
‫ﺘ‬
َ‫َﺴ‬
ْ‫ﻴ‬
‫ﻟ‬
َ‫ﻢ‬
َ‫ﻟ‬
ِ‫ﺎ‬
‫ﻌ‬
َ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ِﻥ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬‫ِﻭ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻠ‬
ْ
‫ﻌ‬
ِ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬ ‫ِﺐ‬
ِ‫ﻟ‬‫ﺎ‬
‫ِﻄ‬
َ‫ﻟ‬‫ﺎ‬‫ِﺿ‬
ً‫ﺎﺭ‬‫ﻬ‬
َ‫ﺘ‬
َ‫ِﺤ‬
َ‫ﻨ‬‫َﺟ‬
ْ‫ﺃ‬‫ﻊ‬
ُ‫َﻀ‬
َ ‫ﺘ‬
‫ﻟ‬
َ‫ﺔ‬
َ‫ﻜ‬
َ
‫ﺋ‬
ِ‫َﻼ‬
َ‫ﻤ‬‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬ ‫ِﻥ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬‫ِﻭ‬
َ‫ﺔ‬‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ْﺠ‬
َ‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ُﻕ‬
ِ‫ﺮ‬‫ﻃ‬
ُ
‫ْﻞ‬
ِ‫َﻀ‬‫ﻔ‬
‫ِﻛ‬
َ‫ﺪ‬‫ﺑ‬
ِ
‫ﺎ‬‫ﻌ‬
َ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫َﻰ‬‫ﻠ‬
‫ِﻋ‬
َ ‫ﻢ‬
‫ﻟ‬
ِ‫ﺎ‬
‫ﻌ‬
َ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ْﻞ‬
َ‫َﻀ‬‫ﱠﻓ‬
‫ِﻥ‬
‫ﺇ‬‫ِﻭ‬
َ ‫ء‬
‫ﺎ‬‫ﻤ‬
َ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ْﻑ‬
ِ ‫ﻮ‬
‫ِﻲﺟ‬
َ ‫ُﻓ‬‫ﺎﻥ‬‫ﺘ‬
َ
‫ﻴ‬‫ْﺤ‬
ِ‫ﻟ‬
‫ﺍ‬
‫ِﻭ‬
َ ‫ْﺽ‬‫ﺭ‬‫ﺍﻷ‬
َ ‫ِﻲ‬
‫ْﻓ‬‫َﻦ‬
‫ﻣ‬‫ِﻭ‬
َ‫ﺍﺕ‬‫ﻮ‬
َ‫ﻤ‬
َ‫ﻟﺴ‬
‫ﱠ‬ ‫ﺍ‬
‫ﺍ‬
‫ﺭ‬
ً ‫ﺎ‬
‫ﻨ‬
َ
‫ﻳ‬‫ﺍﺩ‬
ِ‫ﻮ‬‫ﺛ‬
ُ‫ﺭ‬
‫ﱢ‬
‫ﻮ‬
َ‫ﻳ‬
ُ ‫ﻢ‬
ْ
‫ﻟ‬
َ‫ء‬
َ‫ﺎ‬‫ﻴ‬
َ
‫ﺒ‬
ِ‫ﻧ‬
ْ
‫ﺍﻷ‬
َ ‫ِﻥ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬‫ِﻭ‬
َ‫ء‬‫ﺎ‬‫ﻴ‬
َ
‫ﺒ‬
ِ
‫ﻧ‬
ْ‫ﺍﻷ‬
َ ‫ﺔ‬
ُ‫ﺛ‬
َ‫ﺭ‬
َ‫َﻭ‬
َ‫ء‬‫ﺎ‬
‫ﻤ‬
َ‫ﻠ‬
َ‫ﻌ‬
ُ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬‫ِﻥ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬‫ِﻭ‬
َ‫ِﺐ‬‫ﻛ‬‫ﺍ‬
‫ﻮ‬
َ‫ﻜ‬
َ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﺮ‬
ِ‫ﺋ‬
ِ
‫ﺎ‬‫َﻰﺳ‬
َ ‫ﻠ‬
‫ِﻋ‬
َ ‫ﺭ‬ ‫ﺪ‬
ْ
‫ﺒ‬
َ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﺔ‬
َ‫ﻠ‬
َ
‫ﻴ‬
ْ
‫ﻟ‬
َ ‫ﺮ‬
ِ‫ﻤ‬
َ‫ﻘ‬
َ
‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬
(‫ﺩ‬
‫ﻭ‬ ‫ﺍ‬
‫ﻮﺩ‬‫ﺑ‬‫ﺃ‬
‫ﻩ‬‫ﺍ‬
‫ﻭ‬‫ﺭ‬)ٍ‫ﺮ‬‫ﻓ‬
ِ
‫ﺍ‬
‫ﱟﻭ‬
َ ‫َﻆ‬
‫ِﺤ‬‫ﺑ‬‫ﺬ‬
َ
‫َﺧ‬
َ‫ﺃ‬‫ﻩ‬
ُ‫ﺬ‬
َ
‫َﺧ‬
َ‫ﺃ‬‫َﻦ‬
ْ ‫ﻤ‬‫َﻓ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻠ‬
ْ
‫ﻌ‬
ِ‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬
‫ﺍ‬‫ﻮ‬‫ﺛ‬
ُ
‫ﺭ‬
‫ﱠ‬‫ﺎﻭ‬
َ ‫ﻤ‬
ً‫ﻫ‬
َ‫ﺭ‬
ْ‫َﺩ‬
ِ‫َﻻ‬‫ﻭ‬
Rasul ullahSAW ber sabda,‘ Bar angsiapayangmel aluij
alanunt ukmenunt utilmu,maka
Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga. Dan sesungguhnya malaikat akan
meletakkan sayapnya karena ridha terhadap mereka yang menuntut ilmu. Orang yang
berilmu akan dimintakan ampun oleh makhluk Allah yang ada di langit dan yang ada di
bumi, sampai ikan-ikan di dalam lautan juga memintakan ampunan buat mereka.
Keutamaan orang yang berilmu dengan orang yang ahli ibadah adalah seumpama bulan
pada saat purnama dibandingkan dengan bintang-bintang. Dan orang yang berilmu
(baca; ulama) merupakan pewaris para nabi. Para nabi tidak mewariskan dinar atau
dirham kepada mereka, namun mereka mewariskan ilmu. Barang siapa yang
mengambi lnya,makai at elahmengambi lbagianyangbesar .”(
HR.AbuDaud)

Penutup
Kelebihan yang Allah berikan kepada manusia merupakan anugrah yang
tiada terhingga, apalagi yang bersifat akal dan fikiran, yang tentunya tidak dimiliki
oleh makhluk Allah lainnya. Namun menyandarkan hanya kepada akal dalam
mencapai hakekat Allah serta cara untuk beribadah kepadanya, tentulah akal
42

manusia tidak sanggup. Karena itu semua diluar jangkauannya. Oleh karena itulah,
adanya seorang rasul menjadi kebutuhan yang sangat primer, guna menapaki
kebahagiaan dunia dan akhirat.
Namun setelah Allah mengutus para rasul, banyak diantara umatnya yang
membangkang, mengolok-olok bahkan menyiksa para rasul tersebut. Sehingga
pada akhirnya, Allah mengazab mereka dengan azab yang pedih, baik di dunia
maupun di akhirat. Sejarah telah membuktikan hal tersebut. Sekuat apapun
mereka, akhirnya mereka hancur hanya karena kesombongan untuk tidak
mengikuti para Rasul.
Tinggallah bagi kita untuk memetik perjalanan kehidupan umat yang
terdahulu. Akankah kita menginginkan kebinasaan, kesengsaraan, bencana,
malapetaka, baik di dunia maupun di akhirat. Ataukah sebaliknya, kita
menginginkan kebahagiaan, ketentraman, kedamaian hati, dan seterusnya di dunia
maupun di akhirat.? Jawabannya ada dalam sanubari kita masing-masing. Ya Allah
jadikanlah kami orang yang mencintai Rasulullah SAW, dan juga orang yang
dici
ntainya.Dankumpul kanl
ahkamikel akber samanya… Ami n.

Wal l
ahuA’ lam bisShawab.
By. Rikza Maulan, Lc., M.Ag.

Daftar Bacaan

Al-But hy, Muhammad Sa’ id Ramadhan. Sirah Nabawiyah ; Analisis Ilmiah


Manhajiah Sejarah Pergerakan Islam di Masa Rasulullah SAW. Terj. 1999.
Jakarta : Robbani Press.
Hadiri, Choiruddin. Klasifikasi Kandungan Al-Qur ’an.1996 - 1417. Cet. V. Jakarta :
Gema Insani Press.
Hawa, Sa’ id. Al-Rasul (Silsilah Dirasat Manhajiyah Hadifah: Allah, Al-Rasul, Al-
Islam). 1990 –1410 H. Cet. II. Kairo –Mesir : Dar al-Salam Li al-Taba’ ahwa
al-Nasr wa al-t auzi’waal -Tarjamah.
Al-Mubarokfuri, Syekh Syafiyyur Rahman. Al-Rahiq al-Makhtum : Sirah Nabawiyah.
Terj. 1997. Cet. I. Jakarta : Pustaka al-Kautsar.
Al-Munawir, Ahmad Warson. Al-Munawir : Kamus Arab – Indonesia. Tanpa tahun.
Yogyakarta : Unit Pengadaan Buku-buku Ilmiah Keagamaan Pondok
Pesantren Al-Munawir.
Al-Sa’dawi ,Muhammad Hamzah.Menyaksi kan 35 Mu’ ji
zatRasul ullah SAW. Terj.
1996. Cet. III. Surabaya: Pustaka Progressif.
CD. ROM. Al-Qur ’an 6.50 & Al -Hadits. Syirkah Sakhr li Baramij al-Hasib (1991 –
1997).
CD. ROM. Mausu’ ah al-Hadits al-Syarif 2.00 (Al-Ishdar al-Tsani). Syirkah al-Baramij
al-Islamiyah al-Dauliyah.
43

‫ﻴﻢ‬
‫ﺮﺣ‬‫ﻟ‬
‫ﺮﺣﻤﻦﺍ‬
‫ﻟ‬‫ﺑﺴﻢﺍﷲﺍ‬

MA’
RIFATULQUR’
AN
‫ﺁﻥ‬
‫ﺮ‬‫ﻘ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ﺔ‬‫ﻓ‬‫ﺮ‬
‫ﻌ‬‫ﻣ‬
Muqadimah
Ketika manusia mencoba mengupas keagungan Al-Qur ’
an Al-Karim, maka
ketika itu pulalah manusia harus tunduk mengakui keagungaan dan kebesaran
Allah SWT. Karena dalam Al-Qur ’
ant erdapatl aut
anmaknayangt i
adabat as,lautan
keindahan bahasa yang tiada dapat dilukiskan oleh kata-kata, lautan keilmuan
yang belum terfikirkan dalam jiwa manusia dan berbagai lautan-lautan lainnya
yang tidak terbayangkan oleh indra kita. Oleh karenanya, mereka-mereka yang
telah dapat berinteraksi dengan Al-Qur ’an sepenuh hat i,dapatmerasakan ‘getaran
keagungan’yang t i
ada bandi ngannya.Mer eka dapat merasakan sebuah keindahan
yang tidak terhingga, yang dapat menjadikan orientasi dunia sebagai sesuatu yang
teramat kecil dan sangat kecil sekali. Sayid Qutub, di dalam muqadimah Fi Dzilalil
Qur ’
annyamengungkapkan:
.‫ﻪ‬‫ﻴ‬
‫ﻛ‬‫ﺰ‬‫ﺗ‬
‫ﻪﻭ‬‫ﻛ‬‫ﺭ‬‫ﺎ‬
‫ﺒ‬
‫ﺗ‬‫ﺮﻭ‬‫ﻤ‬‫ﻌ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻊ‬‫ﻓ‬
‫ﺮ‬‫ﺗ‬‫ﺔ‬‫ﻤ‬
‫ﻌ‬‫ﻧ‬. ‫ﺎ‬
‫ﻬ‬ ‫ﻗ‬
‫ﺍ‬‫ﺇﻻﻣﻦﺫ‬‫ﺎ‬
‫ﻬ‬‫ﻓ‬‫ﺮ‬‫ﻌ‬
‫ﻳ‬‫ﺔﻻ‬‫ﻤ‬
‫ﻌ‬‫ﻧ‬.‫ﺔ‬‫ﻤ‬‫ﻌ‬
‫ﻧ‬‫ﺁﻥ‬‫ﺮ‬
‫ﻘ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺓﻓﻲﻇﻼﻝ‬ ‫ﺎ‬‫ﻴ‬
‫ﻟﺤ‬
‫ﺍ‬
‫ﻢ‬
‫ﻟ‬‫ﺎ‬‫ﻪﻣ‬
‫ﺘ‬‫ﻤ‬‫ﻌ‬
‫ﻧ‬‫ﺎﻣﻦ‬‫ﻬ‬
‫ﻴ‬‫ﻗﺖﻓ‬‫ﺫ‬،‫ﺎﻥ‬
‫ﻣ‬‫ﺰ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺓﻣﻦ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺘ‬
‫ﺁﻥﻓ‬
‫ﺮ‬‫ﻘ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺓﻓﻲﻇﻼﻝ‬
‫ﺎ‬‫ﻴ‬
‫ﻟﺤ‬‫ﺎ‬
‫ﺑ‬‫ﻠﻲ‬‫ﱠﻋ‬
‫ﺪﻣﻦ‬‫ﻘ‬
‫ﻟ‬. . ‫ﺪﷲ‬
‫ﻤ‬‫ﻟﺤ‬
‫ﺍ‬
‫ﻭ‬
. ‫ﺗﻲ‬‫ﺎ‬
‫ﻴ‬‫ﺫﻕﻗﻂﻓﻲﺣ‬‫ﺃ‬
Hidup di bawah naungan Al-Qur ’am mer upakan suatu kenikmat an.Keni kmat an
yang tiada dapat dirasakan, kecuali hanya oleh mereka yang benar-benar telah
merasakannya. Suatu kenikmatan yang mengangkat jiwa, memberikan
keberkahan dan mensuci kannya….Dan Al -Hamduli
ll
ah… Allah t el
ah member ikan
kenikmatan pada diriku untuk hidup di bawah naungan Al-Qur ’
an beber apa saat
dalam perputaran zaman. Di situ aku dapat merasakan sebuah kenikmatan yang
benar-benar belum pernah aku rasakan sebelumnya sama sekali dalam hidupku.
44

Cukuplah menjadi bukti keindahan bahasa Al-Qur ’


an,manakal
a di
ri
wayat
kan ol
eh
Ibnu Ishaq dari Imam Zuhri (Abu Syahbah, 1996 : I/312):
Bahwa suatu ketika, Abu Jahal, Abu Lahab dan Akhnas bin Syariq, yang secara
sembunyi-sembunyi mendatangi rumah Rasulullah SAW pada malam hari untuk
mendengarkan lantunan ayat-ayat Al-Qur ’an yang di
baca ol eh Rasulullah SAW
dalam shalatnya. Mereka bertiga memiliki posisi yang tersendiri, yang tidak
diketahui oleh yang lainnya. Hingga ketika Rasulullah SAW usai melaksanakan
shalat, mereka bertiga memergoki satu sama lainnya di jalan. Mereka bertiga
saling mencela, dan membuat kesepakatan untuk tidak kembali mendatangi rumah
Rasulullah SAW. Namun pada melam berikutnya, ternyata mereka bertiga tidak
kuasa menahan gejolak jiwanya untuk mendengarkan lantunan ayat-ayat tersebut.
Mereka bertiga mengira bahwa yang lainnya tidak akan datang ke rumah
Rasulullah SAW, dan mereka pun menempati posisi mereka masing-masing. Ketika
Rasulullah SAW usai melaksanakan shalat, mereka pun memergoki yang lainnya di
jalan. Dan terjadilah saling celaan sebagaimana yang kemarin mereka ucapkan.
Kemudian pada malam berikutnya, gejolak jiwa mereka benar-benar tidak dapat
dibendung lagi untuk mendengarkan Al-Qur ’an,dan merekapun menempat iposisi
sebagaimana hari sebelumnya. Dana manakala Rasulullah SAW usai melaksanakan
shalat, mereka bertiga kembali memergoki yang lainnya. Akhirnya mereka bertiga
membuat ‘ mu’ ahadah’(perjanjian) untuk sama-sama tidak kembali ke rumah
Rasulullah SAW guna mendengarkan Al-Qur ’an.
Masing-masing mereka mengakui keindahan Al-Qur’
an,namun hawa naf su
mereka memungkiri kenabian Muhammad SAW. Selain contoh di atas terdapat juga
ayat yang mengungkapkan keindahan Al-Qur
’an.Al
lahmengat akan( QS.58:21) :
‫ﺎﺱ‬
ِ ‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻠ‬
‫ﻟ‬
ِ‫ﺎ‬‫ﻬ‬
َ
‫ﺑ‬
ُ‫ﺮ‬
ِ‫َﻀ‬
ْ‫ﻧ‬‫ﺎﻝ‬
ُ‫ﺜ‬
َ
‫ﻣ‬
ْ‫ﺍﻷ‬
َ ‫ْﻚ‬
َ‫ﻠ‬
‫ﺗ‬
ِ‫ِﻭ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺔ‬
ِ‫ﻴ‬
َ
‫َﺸ‬
ْ‫ْﺧ‬
‫ِﻦ‬
‫ﺎﻣ‬
‫ﱢﻋ‬
ً‫ﺪ‬‫َﺼ‬
َ‫ﺘ‬‫ﺎﻣ‬
ُ‫ﻌ‬
ً‫ﺎﺷ‬
ِ‫ُﺧ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﺘ‬
َ‫ﻳ‬
ْ
‫ﺃ‬
َ‫ﺮ‬
َ
‫ﻟ‬
َ‫َﻞ‬
ٍ‫ﺒ‬
‫َﻰﺟ‬
َ ‫ﻠ‬
‫َﻋ‬
َ‫ﺁﻥ‬
‫ﺮ‬
ْ‫ﻘ‬
ُ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬
‫ﺍ‬‫ﺬ‬
َ‫ﺎﻫ‬
َ‫ﻨ‬
َ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺰ‬
َ‫ﻧ‬
ْ
‫ﺃ‬
َ‫ﻮ‬
ْ‫ﻟ‬
َ
‫ﻭﻥ‬
َ‫ﺮ‬
ُ‫ﻜ‬
‫ﱠ‬‫ﻔ‬
َ
‫ﺘ‬
َ‫ﻳ‬
َ‫ﻢ‬
ْ
‫ﻬ‬
ُ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻌ‬
َ‫ﻟ‬
َ
Kalau sekiranya Kami menurunkan Al Qur'an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan
melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-
perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.

Ta’rif.
Dari segi bahasa, Al-Qur ’an ber asaldar iqara’ a, yang berarti menghimpun
dan menyatukan. Sedangkan Qi ra’ah berarti menghimpun huruf-huruf dan kata-
kata yang satu dengan yang lainnya dengan susunan yang rapih. (Al-Qattan, 1995
: 20) Mengenai hal ini, Allah berfirman (QS. 75 : 17):

‫ﻪ‬
‫ﻧ‬
َ‫ﺁ‬
‫ﺮ‬
ْ‫ْﻗ‬
ُ‫ﻊ‬
‫ﺒ‬
ِ‫ﺗ‬
‫ﱠ‬
‫ﺎ‬‫ُﻓ‬
َ‫ﻩ‬
‫ﺎ‬‫ﻧ‬
َ
‫ﺃ‬
ْ
‫ﺮ‬
َ‫ﺍﻗ‬
َ‫ﺫ‬
َ‫ﺈ‬
ِ
‫ُ *ﻓ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻧ‬
َ‫ﺁ‬
‫ﺮ‬
ْ‫ﻗ‬
ُ
‫ُﻭ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻌ‬
َ
‫ﻤ‬
ْ‫ﺎﺟ‬
َ ‫ﻨ‬
َ
‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ‫ﱠﻋ‬
َ‫ِﻥ‬
‫ﺇ‬
“Sesungguhnyaat ast
anggunganKami lahmengumpul kannya( didadamu)dan
(membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka
i
kuti
lahbacaannyai tu.”

Al-Qur’an j uga dapatberartibacaan,sebagaimasdardar


ikat
a qar
a’a.Dal
am ar
ti
seperti ini, Allah SWT mengatakan (QS. 41 : 3):
‫ﻮﻥ‬
َ‫ﻤ‬
ُ‫ﻠ‬
َ‫ﻌ‬
ْ
‫ﻳ‬
َ‫ﻡ‬
ٍ‫ﻮ‬
ْ
‫ﻘ‬
َ‫ﻟ‬
ِ‫ﺎ‬
‫ﻴ‬

‫ﺑ‬
ِ‫ﺮ‬
َ‫ﺎﻋ‬
َ ‫ﻧ‬
ً
‫ﺁ‬
‫ﺮ‬
ْ‫ُﻗ‬
ُ‫ﻪ‬
‫ﺗ‬
ُ‫ﺎ‬
‫ﻳ‬
َ‫ﺁ‬
‫َﺖ‬
ْ ‫ﻠ‬
‫ُﺼ‬
‫ﱢ‬ ‫ٌﻓ‬
‫ﺎﺏ‬
‫ﺘ‬
َ‫ﻛ‬
ِ

Kit
abyangdi
jel
askanayat
-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang
menget ahui
.”

Adapun dari segi istilahnya, Al-Qur


’anadal
ah:
‫ﻪ‬
ِ
‫ﺗ‬
ِ‫ﻭ‬
َ‫ِﻼ‬
َ‫ﺘ‬
‫ُﺑ‬
ِ‫ﺪ‬‫ﺒ‬
‫ﱠ‬
‫ﻌ‬
َ‫ﺘ‬
َ
‫ﻤ‬
ُ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﺮ‬
ِ‫ﺗ‬
ِ
‫ﺍ‬
‫ﻮ‬
َ‫ﺘ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺎ‬
‫ﺑ‬
ِ‫ْﻝ‬
ُ‫ﻮ‬
‫ﻘ‬
ُ‫ﻨ‬
ْ
‫ﻤ‬
َ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﻢ‬
َ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﺍﷲ‬
‫ﱠﻰ‬‫ﻠ‬
‫ٍﺻ‬
َ ‫ﺪ‬
‫ﻤ‬
‫ﱠ‬‫ُﺤ‬
َ‫ِﻣ‬
‫ْﺐ‬
‫ﻠ‬
‫َﻰﻗ‬
َ ‫ﻠ‬
‫ُﻋ‬
َ‫ﱠﻝ‬
‫ﺰ‬‫ﻨ‬
َ
‫ﻤ‬
ُ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﺰ‬
ُ‫ْﺠ‬
ِ‫ﻌ‬
‫ﻤ‬
ُ‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬
‫ﺍﷲ‬
ِ ‫ﻡ‬
ُ
‫َﻼ‬
َ‫ﻛ‬
Al-Qur
’anadal
ahKalamullahyangmer upakanmu’ jizatyangdi t
unukankepadanabi
Muhammad SAW, yang disampaikan kepada kita secara mutawatir dan dijadikan
membacanya sebagai ibadah.
45

Keterangan dari defini di atas adalah sebagai berikut:


1. (‫ﻛﻼﻡﺍﷲ‬ ) Kalam Allah.
Bahwa Al-Qur ’an merupakan firman Allah yang Allah ucapkan kepada Rasulullah
SAW melalui perantaraan malaikat Jibril as. Firman Allah merupakan kalam
(perkataan), yang tentu saja tetap berbeda dengan kalam manusia, kalam
hewan ataupun kalam para malaikat.
Allah berfirman (QS. 53 : 4) :
‫َﻰ‬‫ﻮﺣ‬‫ٌﻳ‬
ُ‫ْﻲ‬‫َﺣ‬
‫ﱠﻭ‬
‫ِﻻ‬
‫َﺇ‬
‫ﻮ‬‫ْﻫ‬
ُ ‫ِﻥ‬‫ﺇ‬
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).

2. (‫ﺰ‬‫ﻌﺠ‬‫ﻟﻤ‬)Mu’
‫ﺍ‬ ji
zat .
Kemu’ ji
zaan Al -Qur’an mer upakan suat u halyang sudah t erbuktidarisemej ak
zaman Rasulullah SAW hingga zaman kita dan hingga akhir zaman kelak. Dari
segi susunan bahasanya, sejak dahulu hingga kini, Al-Qur ’
an dij
adikan ruj ukan
oleh para pakar-pakar bahasa. Dari segi isi kandungannya, Al-Qur’
anj ugasudah
menunj ukkan mu’ j
izat, mencakup bi dang i lmu alam, mat ematika, ast
r onomi
bahkan j uga ‘ prediksi
’( sebagaimana yang t erdapat dalam sur at Al -Rum
mengenai bangsa Romawi yang mendapatkan kemenangan setelah kekalahan),
dsb. Salah satu bukti bahwa Al-Qur’ani tumer upakanmu’ ji
zatadalahbahwaAl -
Qur ’
an sej ak di turunkan senant iasa member i
kan t ant
angan kepada umat
manusi a untuk membuatsemi sal‘Al-Qur ’an t andi
ngan’,jika mereka memi l
iki
keraguan bahwa Al-Qur ’anmer upakankal amul lah.All
ahSWTber fi
rman( QS.2:
23 - 24):
ِ
‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻭﻥ‬
ِ ‫ْﺩ‬
ُ‫ِﻦ‬
‫ْﻣ‬‫ﻢ‬
‫ﻛ‬
ُ‫ء‬
َ‫ﺍ‬
‫ﺪ‬
َ‫ﻬ‬
َ
‫ﺍﺷ‬
ُ ‫ﻮ‬‫ْﻋ‬
ُ‫ﺩ‬
‫ﺍ‬‫ِﻭ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
ِ
‫ﺜ‬
ْ‫ْﻣ‬
ِ‫ِﻦ‬
‫ٍﻣ‬
‫ﺓ‬‫ﺭ‬
َ‫ﻮ‬‫ِﺴ‬
ُ‫ﺑ‬‫ﺍ‬
‫ﻮ‬‫ﺗ‬
ُ‫ﺄ‬
ْ
‫ﺎﻓ‬
َ ‫ﻧ‬
َ
‫ﺪ‬
ِ‫ﺒ‬
ْ
‫َﻰﻋ‬
َ ‫ﻠ‬
‫ﺎﻋ‬
َ ‫ﻨ‬
َ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺰ‬
‫ﱠ‬‫ﺎﻧ‬
َ‫ﻤ‬
‫ﱠ‬‫ٍﻣ‬
ِ‫ْﺐ‬
‫ﻳ‬‫ِﻲﺭ‬
َ ‫ْﻓ‬
‫ﻢ‬‫ﺘ‬
ُ
‫ﻨ‬
ْ
‫ْﻛ‬
ُ ‫ِﻥ‬
‫ﺇ‬‫ﻭ‬
َ
‫ﱠﺕ‬
ْ‫ﺪ‬‫ُﻋ‬
ِ‫ﺃ‬
‫ﺓ‬
ُ‫ﺭ‬
َ‫ﺎ‬‫ِﺠ‬
َ‫ْﺤ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ُﻭ‬
َ‫ﺎﺱ‬‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ﺎ‬‫ﻫ‬
َ‫ﺩ‬
ُ
‫ﻮ‬‫ﻗ‬
ُ‫ِﻲﻭ‬
َ ‫ﺘ‬‫ﻟ‬
‫ﱠ‬
‫ﺍ‬‫ﺭ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ﺍ‬
‫ﻮ‬ ‫ﻘ‬
ُ
‫ﺗ‬
‫ﱠ‬‫ﺎ‬
‫ﺍﻓ‬
َ‫ﻮ‬‫ﻠ‬
ُ‫ﻌ‬
َ
‫ﻔ‬
ْ‫ﺗ‬
َ‫َﻦ‬
ْ‫ﻟ‬
‫ﺍﻭ‬
َ ‫ﻮ‬‫ﻠ‬
ُ
‫ﻌ‬
َ‫ﻔ‬
ْ
‫ﺗ‬
َ‫ﻢ‬
ْ‫ﻟ‬
َ‫ِﻥ‬
ْ‫ﺈ‬
‫َ*ﻓ‬
َ ‫ﻴﻦ‬
‫ﻗ‬
ِ‫ﺩ‬
ِ
‫ﺎ‬‫ْﺻ‬
َ ‫ﻢ‬
‫ﺘ‬
ُ‫ﻨ‬
ْ
‫ْﻛ‬
ُ ‫ِﻥ‬
‫ﺇ‬

‫ﻳﻦ‬‫ﺮ‬
ِ‫ﻓ‬
ِ
‫ﺎ‬‫ﻜ‬
َ‫ﻠ‬
ْ
‫ﻟ‬
ِ
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Qur'an yang Kami wahyukan kepada
hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Qur'an itu dan
ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. Maka
jika kamu tidak dapat membuat (nya) dan pasti kamu tidak akan dapat membuat (nya),
peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan
bagi orang-orangkaf i
r.”

Bahkan dalam ayat lainnya, Allah menantang mereka-mereka yang ingkar


terhadap Al-Qur
’an unt uk membuat semi sal Al-Qur’
an, meskipun mereka
mengumpulkan seluruh umat manusia dan seluruh bangsa jin sekaligus (QS. 17
: 88):
‫ﻢ‬
ْ
‫ﻬ‬
ُ‫ْﻀ‬
ُ‫ﻌ‬‫ﺑ‬
َ
‫ﺎﻥ‬
َ ‫ْﻛ‬
َ‫ﻮ‬‫ﻟ‬
َ
‫ِﻭ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
ِ
‫ﺜ‬
ْ
‫ﻤ‬
ِ‫ﺑ‬
ِ‫ﻮﻥ‬
َ‫ﺗ‬
ُ‫ﺄ‬
ْ
‫ﻳ‬
َ‫ِﻻ‬
َ‫ﺁﻥ‬
‫ﺮ‬
ْ‫ﻘ‬
ُ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬
‫ﺍ‬‫ﺬ‬
َ‫ِﻫ‬
َ‫ْﻞ‬
‫ﺜ‬
‫ﻤ‬
ِ‫ﺑ‬
ِ‫ﺍ‬
‫ﻮ‬‫ﺗ‬
ُ
‫ﺄ‬
ْ‫ﻳ‬
َ‫َﻥ‬
ْ‫ﺃ‬
‫َﻰ‬‫ﻠ‬
‫ﱡﻋ‬
َ‫ِﻦ‬
‫ْﺠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬
‫ُﻭ‬
َ ‫ْﺲ‬
‫ﻧ‬
‫ﺍﻹ‬
ِ ‫َﺖ‬
ِ‫ﻌ‬‫ﻤ‬
َ
‫ﺘ‬
َ‫ﺍﺟ‬
ْ‫ِﻦ‬
ِ‫ﺌ‬‫ﻟ‬
َ
‫ُﻞ‬
ْ‫ﻗ‬
‫ﺍ‬
‫ﺮ‬
ً‫ﻴ‬‫ﻬ‬
ِ
‫ٍﻇ‬
َ ‫ْﺾ‬
‫ﻌ‬‫ﺒ‬
َ‫ﻟ‬
ِ
“Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang
serupa Al Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan
dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain".

3. (‫ﻠﻢ‬
‫ـ‬‫ـﻪﻭﺳ‬ ‫ﻴ‬‫ﻠ‬‫ﻠﻰﺍﷲﻋ‬ ‫ـ‬‫ـﺪ ﺻ‬
‫ـﺐﻣﺤﻤ‬ ‫ﻠ‬
‫ـﻰﻗ‬ ‫ﻠ‬‫ﺰﻝﻋ‬ ‫ـ‬‫ﻨ‬‫ﻟﻤ‬) Diturunkan kepada Nabi Muhammad
‫ﺍ‬
SAW.
Bahwa Al-Qur ’ani nidit
urunkanol ehAl l
ahSWTl angsungkepadaRasul ull
ahSAW
melalui perantaraan malaikat Jibril as. Allah SWT menjelaskan dalam Al-Qur
’an
(QS. 26 : 192 - 195)
‫ﺎﻥ‬
ٍ‫ِﺴ‬
َ‫ﻠ‬‫َﺑ‬
ِ‫ﻳﻦ‬
‫ﺭ‬
ِ‫ﺬ‬
ِ‫ﻨ‬
ْ
‫ﻤ‬
ُ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ِﻦ‬
َ‫َﻣ‬
‫ﻮﻥ‬
‫ﻜ‬
ُ‫ﺘ‬
َ‫ﻟ‬
ِ
‫ِﻚ‬
َ ‫ﺒ‬
‫ﻠ‬
ْ
‫َﻰﻗ‬
َ ‫ﻠ‬
‫ُ*ﻋ‬
َ ‫ﻴﻦ‬
‫ﻣ‬
ِ‫ﺍﻷ‬
َ ‫ﻭﺡ‬
ُ ‫ﺮ‬
‫ﱡ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻪ‬
ِ‫ﺑ‬
ِ
‫َﻝ‬
َ ‫ﺰ‬
‫ﻧ‬
َ*َ
‫ﻴﻦ‬
‫ﻤ‬
ِ‫ﻟ‬
َ
‫ﺎ‬‫ﻌ‬
َ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬‫َﺏ‬
‫ﱢ‬‫ُﺭ‬
‫ﻳﻞ‬
‫ﺰ‬
ِ‫ﻨ‬
ْ
‫ﺘ‬
َ‫ﻟ‬
َ
‫ﻪ‬
ُ‫ﻧ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬
ِ
‫ﻭ‬
َ

‫ﻴﻦ‬
‫ﺒ‬
ِ‫ﱟﻣ‬
ُ‫ِﻲ‬
‫ﺑ‬‫ﺮ‬
َ
‫ﻋ‬
َ
46

“DansesungguhnyaAlQur '
ani nibenar -benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia
dibawa turun oleh Ar-Ruh Al Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu
menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa
Ar
abyangj el
as.”

4. (‫ﺮ‬‫ﺗ‬‫ﺍ‬
‫ﻮ‬‫ﺘ‬‫ﻟ‬‫ﺎ‬
‫ﻮﻝﺑ‬‫ﻨﻘ‬‫ﻟﻤ‬) Diriwayatkan secara mutawatir.
‫ﺍ‬
Setelah Rasulullah SAW mendapatkan wahyu dari Allah SWT, beliau langsung
menyampaikan wahyu tersebut kepada para sahabatnya. Diantara mereka
terdapat beberapa orang sahabat yang secara khusus mendapatkan tugas dari
Rasulullah SAW untuk menuliskan wahyu. Terkadang Al-Qur ’
andi tuli
sdipel epah
korma, di tulang-tulang, kulit hewan, dan sebagainya. Diantara yang terkenal
sebagai penulis Al-Qur ’
an adalah:Alibin AbiThal i
b,Mu’ awiyah,Ubaii bn Ka’ b
dan Zaid bin Tsabit. Demikianlah, para sahabat yang lain pun banyak yang
menulis Al-Qur ’
an meski pun tidak mendapat kan i
nstruksisecar a langsung dari
Rasulullah SAW. Namun pada masa Rasulullah SAW ini, Al-Qur ’an bel um
terkumpulkan dalam satu mushaf sebagaimana yang ada pada saat ini.
Pengumpulan Al-Qur ’an pertama kalidil
akukan pada masa Khal i
f ah Abu Bakar
Al-Shidiq, atas usulan Umar bin Khatab yang khawatir akan hilangnya Al-Qur ’an,
kar enabanyakpar asahabatdanqar i
’yanggugurdal am peper anganYamamah.
Tercatat dalam peperangan ini, terdapat tiga puluh sahabat yang syahid.
Mulanya Abu Bakar menolak, namun setelah mendapat penjelasan dari Umar,
beliaupun mau melaksanakannya. Mereka berdua menunjuk Zaid bin Tsabit,
karena Zaid merupakan orang terakhir kali membacakan Al-Qur ’an dihadapan
Rasulullah SAW sebelum beliau wafat. Pada mulanya pun Zaid menolak, namun
setelah mendapatkan penjelasan dari Abu Bakar dan Umar, Allah pun
membukakan pintu hatinya. Setelah ditulis, Mushaf ini dipegang oleh Abu Bakar,
kemudian pindah ke Umar, lalu pindah lagi ke tangan Hafshah binti Umar.
Kemudian pada masa Utsman bin Affan ra, beliau memintanya dari tangan
Hafsah. (Al-Qatthan, 1995 : 125 –126).
Kemudian pada Utsman bin Affan, para sahabat banyak yang berselisih
pendapat mengenai bacaan (baca; qiraat) dalam Al-Qur ’an.Apal agipada masa
beliau kekuasan kaum muslimin telah menyebar sedemikian luasnya. Sementara
para sahabat terpencar-pencar di berbagai daerah, yang masing-masing
memiliki bacaan/ qiraat yang berbeda dengan qiraat sahabat lainnya. (Qiraat
sab’ ah). Kondi si seper t
ii ni membuat suasana kehi dupan kaum musl i
mi n
menjadi sarat dengan perselisihan, yang dikhawatirkan mengarah pada
perpecahan. Pada saat itulah, Hudzifah bin al-Yaman melaporkan ke Utsman bin
Affan, dan disepakati oleh para sahabat untuk mrnyslin mushaf Abu Bakar
dengan bacaan/ qiraat yang tetap pada satu huruf. Utsman memerintahkan
kepada( 1)Zai dbi n Tsabit,(2)AbdullahbinZubai r,(3)Sa’ dbi n‘ Ash,( 4)Abdul
Rahman bin Harits bin Hisyam untuk menyalin dan memperbanyak mushaf. Dan
jika terjadi perbedaan diantara mereka, maka hendaknya Al-Qur ’an di t
ulis
dengan logat Quraisy. Karena dengan logat Quraisylah Al-Qur ’
an di turunkan.
Setelah usai penulisan Al-Qur ’
an dal
am beber apamushaf ,Ut sman mengi ri
mkan
ke setiap daerah satu mushaf, serta beliau memerintahkan untuk membakar
mushaf atau lembaran yang lain. Sedangkan satu mushaf tetap di simpan di
Madinah, yang akhirnya dikenal dengan sebutan mushaf imam. Kemudian
mushaf asli yang dipinta dari Hafsah, dikembalikan pada beliau. Sehingga
jadilah Al-Qur’an dituliskan padamasaUt sman dengan sat u huruf,yangsampai
pada tangan kita. (Al-Qatthan, 1995 : 128 –131)

5. (‫ﺗﻪ‬
‫ﻭ‬‫ﺘﻼ‬
‫ﺒﺪﺑ‬
‫ﻌ‬‫ﺘ‬‫ﻟﻤ‬
‫ﺍ‬) Membacanya sebagai ibadah.
47

Dalam setiap huruf Al-Qur ’


an yang ki t
a baca,memi li
kinil
aii badah yang ti
ada
terhingga besarnya. Dan inilah keistimewaan Al-Qur ’an,yang t i
dak dimil
ikiol
eh
apapun yang ada di muka bumi ini. Allah berfirman (QS. 35 : 29 –39)
‫ﺓ‬
ً
‫ﺭ‬
َ‫ﺎ‬‫ِﺠ‬
َ‫ﺗ‬‫ﻮﻥ‬
َ‫ْﺟ‬
ُ‫ﺮ‬‫ﻳ‬
َ
‫ﺔ‬
ً‫ﻴ‬
َ‫ﻧ‬
ِ
‫َﻼ‬
َ‫َﻋ‬
‫ﺍﻭ‬‫ﺮ‬

‫ْﺳ‬
ِ ‫ﻢ‬‫ﻫ‬
ُ‫ﺎ‬
‫ﻨ‬
َ
‫ﻗ‬
ْ‫ﺯ‬
َ‫ﺎﺭ‬
َ ‫ﻤ‬
‫ﱠ‬‫ﺍﻣ‬
ِ ‫ﻮ‬‫ﻘ‬
ُ
‫ﻔ‬
َ‫ﻧ‬
ْ
‫ﺃ‬
َ‫َﻭ‬
َ‫ﺓ‬
‫ﱠﻼ‬
َ‫ﻟﺼ‬‫ﺍ‬‫ﺍ‬
‫ﻮ‬‫ﻣ‬
ُ‫ﺎ‬
‫ﻗ‬
َ‫ﺃ‬
َ
‫ِﻭ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ﺎﺏ‬
َ‫ﺘ‬
َ‫َﻛ‬
ِ‫ﻮﻥ‬
‫ﻠ‬
ُ‫ﺘ‬
ْ
‫ﻳ‬
َ‫ﻳﻦ‬
َ‫ﺬ‬
ِ‫ﻟ‬
‫ﱠ‬
‫ﺍ‬‫ِﻥ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬
*َ‫ﺭ‬‫ﻮ‬
‫ﺒ‬
ُ‫ﺗ‬
َ‫َﻦ‬
ْ‫ﻟ‬

‫ﺭ‬‫ﻮ‬
‫ﻜ‬
ُ‫ٌﺷ‬
َ ‫ﺭ‬‫ﻮ‬
‫ﻔ‬
ُ‫ُﻏ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻧ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬
ِ
‫ﻪ‬
ِ‫ﻠ‬
ِ‫َﻀ‬
ْ ‫ْﻓ‬
‫ِﻦ‬
‫ْﻣ‬
‫ﻢ‬‫ﻫ‬
ُ‫ﺪ‬
َ
‫ﻳ‬‫ﺰ‬
ِ‫ﻳ‬
َ
‫ْﻭ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻫ‬
ُ
‫ﺭ‬
َ‫ﻮ‬‫ُﺟ‬
ُ‫ﺃ‬‫ﻢ‬
ْ‫ﻬ‬
ُ
‫ﻴ‬
َ‫ﻓ‬
‫ﱢ‬
‫ﻮ‬
َ‫ﻴ‬
ُ‫ﻟ‬
ِ
“Sesungguhnyaor ang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat
dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan
diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan
merugi. Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah
kepada mereka dari karuniaNya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Mensyukuri.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW juga pernah mengatakan:


ِ‫ﺎ‬
‫ﺏ‬ ‫ﺘ‬
َ
‫ْﻛ‬
ِ ‫ِﻦ‬
‫ﺎﻣ‬
‫ﻓ‬
ً‫ﺮ‬
ْ‫َﺣ‬
َ‫ﺃ‬
‫ﺮ‬
َ‫ْﻗ‬
َ‫َﻦ‬
‫َﻣ‬
‫ﻢ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬‫ِﺻ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻮﻝ‬
ُ ‫َﺳ‬
ُ‫َﺭ‬
‫ﺎﻝ‬‫ُﻗ‬
َ‫ﻮﻝ‬
‫ﻘ‬
ُ‫ﻳ‬
َ‫ﺩ‬
ٍ
‫ﻮ‬‫ﻌ‬
ُ‫َﺴ‬
ْ‫َﻣ‬
‫ْﻦ‬
‫ﺑ‬‫ﻪ‬
ِ
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺪ‬
ِ‫ﺒ‬
ْ
‫ْﻋ‬
َ ‫َﻦ‬
‫ﻋ‬
‫ﻢ‬
ٌ
‫ﻴ‬‫ﻣ‬
ِ
‫ٌﻭ‬
َ ‫ْﻑ‬
‫ﺮ‬‫ٌﺣ‬
َ‫ﻡ‬‫َﻻ‬
‫ٌﻭ‬
‫ْﻑ‬
‫ﺮ‬‫ٌﺣ‬
َ ‫ِﻒ‬
‫ﻟ‬
‫ﺃ‬
َ‫ِﻦ‬
ْ‫ﻜ‬‫ﻟ‬
َ
‫ٌﻭ‬
َ‫ْﻑ‬‫ﺮ‬‫ﻢﺣ‬
َ ‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻮﻝ‬
ُ ‫ﻗ‬
ُ
‫ﺃ‬
َ‫ﺎﻻ‬
َ ‫ﻬ‬
َ‫ﻟ‬
ِ
‫ﺎ‬‫ﺜ‬
َ
‫ﻣ‬
ْ‫ﺃ‬
َ‫ﺮ‬
ِ‫َﺸ‬
ْ‫ﻌ‬
‫ﺑ‬
ِ‫ﺔ‬
ُ‫ﻨ‬
َ
‫َﺴ‬
َ‫ْﺤ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ٌﻭ‬
َ‫ﺔ‬‫ﻨ‬
َ
‫َﺴ‬
َ‫ِﺣ‬‫ﻪ‬
‫ﺑ‬
ِ‫ﻪ‬
ُ‫ﻠ‬
َ
‫ِﻓ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬
(‫ﺬﻱ‬‫ﻣ‬
‫ﺮ‬‫ﺘ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻩ‬
‫ﺍ‬‫ﻭ‬
‫ﺭ‬)ٌ‫ْﻑ‬
‫ﺮ‬‫ﺣ‬
َ
DariAbdul l
ahbi nMas’ udr a,Rasulul
lahSAW ber sabda,‘ Barangsiapayangmembaca
satu huruf dari kitabullah (Al-Qur
’an),makai aakanmendapat kansatukebaikan.Dan
satu kebaikan itu dengan sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan bahwa Alif Lam
Mim sebagai satu haruf. Namun Alif merupakan satu huruf, Lam satu huruf dan Mim
jugasatuhur uf.
”(HR.Ti rmidzi)

Konsekwensi Keimanan Terhadap Al-Qur’ an.


Sebenarnya Allah SWT tidak pernah memaksa umat manusia untuk
menjadikan Al-Qur ’an sebagaipedoman hi dup mereka. Allah hanya memberikan
yang terbaik dan yang lpaling sesuai dengan manusia dalam menapaki serta meniti
jalan kehidupan ini agar mereka mendapatkan kebahagian hakiki baik di dunia
maupun di akhirat. Hanya mereka-mereka yang dapat berfikir sehatlah, yang mau
menjadikan Al-Qur ’an sebagai kitabul hidayah dalam segala aspek kehidupan
mereka. Bagi mereka yang memiliki keimanan kepada Allah, terdapat beberapa hal
yang menjadi konsekwensi keimanan mereka terhadap Al-Qur ’an,yaitu:
1. (‫ﻧ ﺲﺑﻪ‬ ‫ﺍﻷ‬)Senant iasa‘dekat ’denganAl-Qur ’
an.
Dekat dengan Al-Qur ’anmaksudnyaadal ahsenant iasamemi l
ikikeinginanunt uk
berinteraksi secara dekat dengan Al-Qur ’
an.I nteraksii
nit ergambar kan dalam
dua hal:
a) (‫ﻠﻤﻪ‬‫ﻌ‬‫ﺗ‬) Mempelajarinya.
Al-Qur ’an ibar at l
aut an yang sarat dengan mutiara-mutiara yang tiada
terhingga jumlahnya. Dari sisi manapun kita membuka lembaran-
lembaranya, akan kita jumpai hal-hal yang tidak pernah kita dapatkan
sebelumnya di manapun. Oleh karena itulah, mempelajari Al-Qur ’
an
merupakan satu hal yang teramat sangat penting dalam kehidupan manusia.
Generasi awal umat ini dapat maju dan menjadi pemimpin dunia, adalah
karena mereka benar-benar mempelajari Al-Qur ’an unt uk kemudi an
diamalkannya. Mempelajari Al-Qur ’
anmecakupbeber apaaspek:
 (‫ﺓ‬ ‫ﻭ‬‫ـﻼ‬) Dari sisi tilawahnya, mencakup tajwid, makharijul huruf, qiraah
‫ﺗ‬
dan lain sebagainya. Sehingga dirinya dapat membaca Al-Qur ’
an dengan
48

baik dan benar. Karena jika terdapat kesalahan dalam membaca,


berakibat pada perubahan maknanya. Dalam sebuah hadits dikatakan:
ِ
‫ﺓ‬‫ﺮ‬
َ‫ﻔ‬
َ
‫ﻟﺴ‬
‫ﱠ‬ ‫ﺍ‬
‫ﻊ‬
َ‫ِﻣ‬
َ ‫ﺁﻥ‬‫ﺮ‬
ْ
‫ﻘ‬
ُ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺎ‬‫ﺑ‬
ِ
‫ﺮ‬
ُ‫ﻫ‬
ِ‫ﺎ‬‫ﻤ‬
َ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬‫ﻢ‬
َ
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬
‫ِﺻ‬
َ ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ﻮﻝ‬
ُ ‫َﺳ‬
ُ‫َﺭ‬‫ﺎﻝ‬
‫ْﻗ‬
َ‫َﺖ‬
‫ﻟ‬
‫ﺎ‬‫َﻗ‬
َ‫ﺔ‬
‫ِﺸ‬
َ ‫ﺋ‬
‫ﺎ‬
‫ْﻋ‬
َ ‫َﻦ‬
‫ﻋ‬
(‫ﻢ‬
‫ﻠ‬‫ﻩﻣﺴ‬
‫ﺍ‬‫ﻭ‬‫ﺭ‬) ِ
‫ﺍﻥ‬
‫ﺮ‬
َ‫َﺟ‬
ْ‫ﺃ‬‫ﻪ‬
ُ
‫ﻟ‬
َ‫ﺎﻕ‬
‫ﱞ‬ ‫ِﺷ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ‫ﻠ‬
َ
‫َﻋ‬
َ‫ﻮ‬‫ﻫ‬
ُ‫ِﻭ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻴ‬
‫ُﻓ‬
ِ‫ﻊ‬‫ﺘ‬
َ
‫ﻌ‬
ْ‫ﺘ‬
َ
‫ﺘ‬
َ‫ﻳ‬
َ
‫َﻭ‬
َ‫ﺁﻥ‬‫ﺮ‬
ْ‫ﻘ‬
ُ
‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﺃ‬
ُ‫ﺮ‬
َ
‫ﻘ‬
ْ‫ﻳ‬
َ‫ِﻱ‬
‫ﺬ‬‫ﻟ‬
‫ﱠ‬
‫ﺍ‬
‫ِﻭ‬
َ ‫ﺓ‬
‫ﺭ‬
َ‫ﺮ‬
َ‫ﺒ‬
َ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬‫ﻡ‬
ِ
‫ﺍ‬‫ﺮ‬
َ‫ﻜ‬
ِ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬
DariAisyahr a,Rasulull
ahSAW ber sabda,‘ Seseroangyangmahi rdal
am
membaca Al-Qur ’an,kelakiaakandi kumpul kanber samapar amal aikatyang
mulia dan suci. Dan orang yang masih terbata-bata membacanya lagi berat,
maka ia akan mendapatkan pahala dua kali lipat. (HR. Muslim)

 (‫ﺎ‬‫ـ‬ ) Dari sisi pemahamannya, mencakup masalah ibadah, muamalah,


‫ﻓﻬﻤ‬
jihad, dan lain sebagainya. Pemahaman sangat penting karena
merupakan pijakan dalam mengaplikasikannya dalam kehidupan riil.
Tanpa pemahaman yang baik, tentulah akan sulit dalam merealisasikan
Al-Qur ’
an pada kehi dupan nyat
a.Al
lah menggambar kan dal
am Al -Qur ’
an
mengenai mereka-mereka yang tidak mau memahami ayat-ayat Allah
(QS. 7 : 179):
‫ٌﻻ‬
َ‫ُﻦ‬‫ﻴ‬
‫َﻋ‬
ْ‫ﺃ‬‫ﻢ‬
ْ
‫ﻬ‬
ُ‫ﻟ‬
َ‫ﺎﻭ‬
َ‫ﻬ‬
َ‫ﺑ‬
ِ‫ﻮﻥ‬
َ ‫ﻬ‬
ُ‫ﻘ‬
َ
‫ﻔ‬
ْ‫ﻳ‬
َ‫ٌﻻ‬
َ‫ﻮﺏ‬‫ﻠ‬
ُ‫ْﻗ‬
ُ‫ﻢ‬
‫ﻬ‬
ُ‫ﻟ‬
َ‫ْﺲ‬
ِ‫ﻧ‬‫ﺍﻹ‬
ِ‫ﱢﻭ‬
َ‫ِﻦ‬
‫ْﺠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ِﻦ‬
َ‫ﺍﻣ‬
‫ﺮ‬
ً‫ﻴ‬‫ﺜ‬
ِ
‫َﻛ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻬ‬
َ‫ِﺠ‬
َ‫ﻟ‬
‫ﺎ‬‫ﻧ‬
َ
‫ﺃ‬
ْ‫ﺭ‬
َ‫ْﺫ‬
َ‫ﺪ‬‫ﻘ‬
َ
‫ﻟ‬
َ
‫ﻭ‬
َ
‫ﺎ‬‫ﻬ‬
َ
‫ﺑ‬
ِ‫ﻭﻥ‬
َ ‫ﺮ‬
ُ‫ْﺼ‬
ِ‫ﺒ‬‫ﻳ‬
ُ
‫ﻮﻥ‬
َ ‫ﻠ‬
ُ
‫ﻓ‬
ِ‫ﺎ‬
‫ﻐ‬
َ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﻢ‬
ُ‫َﻫ‬
ُ‫ِﻚ‬
‫ﺌ‬‫ﻟ‬
َ
‫ﻭ‬‫ﺃ‬
ُ‫َﻞ‬
‫ﱡ‬‫َﺿ‬
‫ﺃ‬‫ﻢ‬
ْ‫ْﻫ‬
ُ‫َﻞ‬
‫ﺑ‬‫ﻡ‬
ِ‫ﺎ‬
‫ﻌ‬
َ‫ﻧ‬
ْ
‫ﺎﻷ‬
َ ‫َﻛ‬
َ‫ِﻚ‬
‫ﺌ‬
‫ﻟ‬
َ‫ﻭ‬
‫ﺃ‬
ُ‫ﺎ‬‫ﻬ‬
َ
‫ﺑ‬
ِ‫ﻮﻥ‬
َ‫ﻌ‬
ُ‫ﻤ‬
َ‫َﺴ‬
ْ‫ﻳ‬‫ٌﻻ‬
‫ﺍﻥ‬
‫ﺫ‬
َ‫ﺁ‬‫ﻢ‬
ْ
‫ﻬ‬
ُ‫ﻟ‬
َ‫ﻭ‬
َ
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin
dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk
memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka
mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat
Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi.
Mereka itulah orang-orang yang lalai.

 (‫ﺎ‬
‫ـ‬‫ﻴﻘ‬‫ﺒ‬‫ﺗﻄ‬) Dari sisi perealisasiannya, mencakup bidang ekonomi, sosial,
politik dsb. Karena merealisasikan Al-Qur ’an dalam kehi dupan nyat a
merupakan perintah Allah kepada seluruh umat Islam. Artinya hal ini
sebagai suatu kewajiban yang harus dilakukan. Allah berfirman (QS. 5 :
44)
‫ﻭﻥ‬
َ‫ﺮ‬
ُ‫ﻓ‬
ِ‫ﺎ‬
‫ﻜ‬
َ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﻢ‬
ُ‫َﻫ‬
ُ‫ِﻚ‬
‫ﺌ‬
‫ﻟ‬
َ‫ﻭ‬
‫ﺄ‬
ُ‫ُﻓ‬
َ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫َﻝ‬
َ‫ﺰ‬‫ﻧ‬
ْ
‫ﺃ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﻤ‬
َ‫ﺑ‬
ِ‫ﻢ‬
ْ
‫ﻜ‬
ُ‫َﺤ‬
ْ‫ﻳ‬‫ﻢ‬
ْ
‫ﻟ‬
َ‫َﻦ‬
ْ‫ﻣ‬
‫ﻭ‬
َ
Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka
mereka itu adalah orang-orang yang kafir.

 (‫ﺎ‬‫ )ﺣﻔﻈ‬Dari sisi menghafal ayat-ayat dan surat-surat dalam Al-Qur


‫ـ‬ ’
an.
Karena menghafal Al-Qur ’an memi li
kikei
sti
mewaan t er
sendir
i. Dahulu
para sahabat, kebanyakan dari mereka hafal Al-Qur ’
an.Demi kian juga
para salafuna shaleh, serta para Imam-Imam kaum muslimin. Ahli Tafsir
pun memberikan syarat kehursan hafal Al-Qur ’
an bagisi apa saja yang
ingin menjadi penafsirnya. Mengenai keutamaan penghafal Al-Qur ’
an
Rasulullah SAW pernah bersabda:
َ‫ﺁ‬
‫ﻥ‬‫ﺮ‬
ْ‫ﻘ‬
ُ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬‫ﺃ‬
َ
‫ﺮ‬
َ‫ْﻗ‬
َ‫َﻦ‬
‫َﻣ‬
‫ﻢ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬‫ِﺻ‬
َ ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬ ‫ﻮﻝ‬
ُ‫َﺳ‬
ُ‫َﺭ‬‫ﺎﻝ‬‫َﻗ‬
َ‫ﺎﻝ‬
‫ٍﻗ‬
َ‫ِﺐ‬
‫ﻟ‬
‫ﺎ‬‫ِﻲﻃ‬
َ ‫ﺑ‬‫ﺃ‬
َ
‫ْﻦ‬
ِ‫ﺑ‬‫ِﻲ‬
‫ﱢ‬‫ﻠ‬‫ْﻋ‬
َ‫َﻦ‬
‫ﻋ‬
‫ﻩ‬
‫ﺍ‬
‫ﻭ‬‫ﺭ‬)َ
‫ﺭ‬‫ﺎ‬
‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ﺍ‬
‫ﻮ‬‫ﺒ‬
ُ
‫ْﺟ‬
َ‫ﻮ‬‫ﺘ‬
َ
‫ﺍﺳ‬
ْ ‫ﺪ‬
ْ‫ْﻗ‬
َ‫ﻢ‬
‫ﻬ‬
ُ‫ﻠ‬
‫ﱡ‬
‫ِﻛ‬
ُ‫ﻪ‬‫ﺘ‬
ِ
‫ﻴ‬
ْ‫ﺑ‬
َ‫ْﻞ‬
ِ‫ﻫ‬‫ﺃ‬
َ‫ِﻦ‬
ْ‫ٍﻣ‬
‫ﺓ‬‫ﺮ‬
َ‫َﺸ‬
َ‫ِﻲﻋ‬‫ُﻓ‬
‫ﻪ‬‫ﻌ‬
َ‫ﻔ‬
‫ﱠ‬
‫َﺷ‬
َ‫َﻭ‬
‫ﺔ‬‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ْﺠ‬
َ‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻪ‬
ُ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻪ‬
ُ‫ﻠ‬
َ
‫ْﺧ‬
َ‫ﺩ‬‫ﺃ‬
َ‫ﻪ‬
ُ
‫ِﻈ‬
َ‫ﻔ‬‫َﺣ‬
َ‫ﻭ‬
(‫ﻪ‬‫ﺎﺟ‬‫ﺑﻦﻣ‬‫ﺍ‬
DariAlibinAbiThal ib,r a,Rasulull
ahSAW ber sabda,‘ Barangsiapayang
membaca Al-Qur ’
andanmenghaf alnya,makaAl lahakanmemasukkannyake
dalam surga dan memberinya hak syafaat untuk sepuluh anggota keluarganya
yang telah ditetapkan masuk neraka. (HR. Ibnu Majah)
49

b) (‫ﻴﻤﻪ‬
‫ﻠ‬‫ﻌ‬) Mengajarkannya pada orang lain.
‫ﺗ‬
Sebagai seorang muslim yang baik, tidak akan merasa cukup dengan
mempelajarinya saja untuk kemudian dijadikan bekal bagi dirinya sendiri.
Namun lebih dari itu, setiap muslim memiliki kewajiban untuk
mengajarkannya kepada orang lain. Bahkan dalam sebuah hadits Rasulullah
SAW mengatakan bahwa pengajar Al-Qur ’
anadalahsebai
k-baikmu’ min:
‫ﺁﻥ‬
َ‫ﺮ‬
ْ‫ﻘ‬
ُ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬
‫ﻢ‬
َ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻌ‬
َ
‫ﺗ‬
َ‫َﻦ‬
ْ‫ْﻣ‬
‫ﻢ‬
‫ﻛ‬
ُ‫ﺮ‬
ُ‫ﻴ‬
ْ
‫َﺧ‬
َ ‫ﺎﻝ‬
‫َﻗ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬‫ﻪ‬
‫ﻴ‬
ْ‫ﻠ‬
َ
‫ُﻋ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬
‫ﱢﺻ‬
َ ‫ِﻲ‬
‫ﺒ‬
‫ﻨ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫َﻦ‬
ْ‫ُﻋ‬
‫ﻪ‬‫ﻨ‬
ْ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻲ‬
َ‫َﺿ‬
‫َﺭ‬
‫ﺎﻥ‬
‫ﻤ‬
َ‫ﺜ‬
ْ
‫ْﻋ‬
ُ ‫َﻦ‬
‫ﻋ‬
(‫ﺭﻱ‬‫ﺎ‬
‫ﺒﺨ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻩ‬
‫ﺍ‬‫ﻭ‬‫ﺭ‬
) ُ
‫ﻪ‬
‫ﻤ‬
َ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫َﻋ‬
َ‫ﻭ‬
Dar
iUt
smanra,Rasul ullahSAW ber
sabda,‘
Sebaik-baik kalian adalah yang
mempelajari Al-Qur’
andanmengajarkannya).(HR.Bukhar i)

Mengajarkan Al-Qur’an kepada or ang lainjuga mencakup empathaldal am


mempelajarinya, yaitu, dari segi tilawah, pemahaman, pengaplikasian dan
penghafalannya.

2. (‫ﻨﻔ ﺲﺑﻪ‬ ‫ﻟ‬‫ﻴﺔﺍ‬


‫ﺑ‬‫ﺮ‬) Mentarbiyah diri dengan Al-Qur
‫ﺗ‬ ’an.
Al-Qur ’
an mer upakan Kitabul Hidayah, yang dapat merubah suatu kondisi
masyarakat dari kejahiliyahan menuju masyarakat Islam. Rasulullah SAW telah
membuktikannya dengan merubah kondisi bangsa Arab yang suka peperangan,
perampasan hak, kedustaan, khomer, perzinaan, pembunuhan, riba dan lain
sebagainya menjadi masyarakat yang cinta perdamaian, persamaan hak,
kejujuran, kasih sayang, keadilan dan lain sebagainya. Kesemuanya dapat
dilakukan karena Al-Qur ’an mer upakan kitabul hidayah; memberikan hidayah
kepada manusia dari kegelapan menuju cahaya Islam yang terang benderang.
Al-Qur ’
an banyak sekal imengungkapkan mengenaif ungsiAl
-Qur ’
an sebagai
kitabul hidayah, diantaranya adalah:

‫ﻴﻦ‬
‫ﻘ‬
ِ‫ﺘ‬
‫ﱠ‬
‫ﻤ‬
ُ‫ﻠ‬
ْ
‫ﻟ‬
ِ‫ًﻯ‬
‫ﺪ‬
‫ِﻫ‬
ُ ‫ﻪ‬
‫ﻴ‬‫َﻓ‬
ِ‫ْﺐ‬
‫ﻳ‬
‫َﺭ‬
َ‫ُﻻ‬
‫ﺎﺏ‬
‫ﺘ‬
َ‫ﻜ‬
ِ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬‫ِﻚ‬
َ‫ﻟ‬
‫ﻢ*ﺫ‬
َ ‫ﻟ‬‫ﺍ‬

Ali
fLaam Mi
im.Ki
tab(
AlQur
'an)initi
dakadaker
aguanpadanya;pet
unj
ukbagi
mer ekayangbert
akwa.”

3. (‫ـﻪ‬‫ﺎﻣ‬
‫ﻴﻢﻷﺣﻜ‬ ‫ﻠ‬‫ـ‬
‫ﺘﺴ‬ ‫ﻟ‬) Menerima sepenuh hati segala hukum yang terdandung di
‫ﺍ‬
dalamnya.
Jika kita memahami bahwa bahwa Al-Qur ’an mer upakan Kal am Al lah yang
diwahyukan kepada Rasulullah SAW, tentulah kita akan dengan segera
melaksanakan isi kandungan dari Al-Qur ’
an.Kar ena segal
a per intah,l arangan,
pesan atau apapun yang terdapat di dalamnya, merupakan perintah, larangan,
pesan dari Allah SWT. Dan di sinilah keimanan kita akan diuji oleh Allah SWT.
Orang yang beriman, ia akan dengan segera melaksanakan perintah Allah dan
menjauhi larangan-Nya. Allah berfirman (QS. 33 : 36)
‫َﻦ‬
ْ‫ﻣ‬
‫ْﻭ‬
َ ‫ﻢ‬
‫ﻫ‬
ِ‫ﺮ‬
ِ‫ﻣ‬
ْ
‫ﺃ‬
َ‫ِﻦ‬
ْ‫ُﻣ‬
‫ﺓ‬
‫ﺮ‬
َ‫ﻴ‬
َ‫ْﺨ‬
ِ‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻢ‬
ُ‫ﻬ‬
ُ
‫ﻟ‬
َ‫ﻮﻥ‬
َ‫ﻜ‬
ُ‫ﻳ‬
َ‫َﻥ‬
ْ‫ﺃ‬‫ﺍ‬
‫ﺮ‬
ً‫ﻣ‬
ْ‫ﺃ‬
َ
‫ﻪ‬
ُ‫ﻟ‬
ُ‫ﻮ‬
‫َﺳ‬
ُ‫ﺭ‬‫ُﻭ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫َﻰ‬‫َﻀ‬
‫ﺍﻗ‬
‫ﺫ‬
َ‫ﺇ‬
ِ‫ﺔ‬
ٍ
‫ﻨ‬
َ‫ﻣ‬
ِ‫ﺆ‬
ْ
‫َﻣ‬
ُ ‫َﻻ‬
‫ٍﻭ‬
‫ِﻦ‬
‫ﻣ‬
‫ﺆ‬
ْ‫ﻤ‬
ُ‫ﻟ‬
ِ
‫ﺎﻥ‬
َ ‫ﺎﻛ‬
َ‫ﻣ‬
َ‫ﻭ‬
َ
‫ﻪ‬
َ
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ْﺺ‬
ِ ‫ﻌ‬
‫ﻳ‬
َ
‫ﺎ‬‫ﻨ‬
ً
‫ﻴ‬‫ﺒ‬
ِ
‫ًﻣ‬
ُ‫َﻻ‬
‫َﻼ‬
‫ﱠﺿ‬‫َﻞ‬
‫ْﺿ‬‫ﺪ‬‫ﻘ‬
َ
‫ُﻓ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻟ‬
َ
‫ﻮ‬‫َﺳ‬
ُ‫ﺭ‬‫ﻭ‬
َ

Dant idakl ahpat utbagil aki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang
mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi
mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah
dan Rasul-Nyamakasungguhl ahdiatelahsesat ,sesatyangnyat a.”

4. (‫ﻴﻪ‬
‫ﻟ‬‫ﺓﺇ‬
‫ﻮ‬‫ﻟﺪﻋ‬
‫ﺍ‬)Ber
da’
wah(
mengaj
ak)or
angl
ainkepadaAl
-Qur
’an.
50

Karena kita meyakini bahwa hanya Al-Qur ’


anlah satu-satunya pedoman hidup
yang dapat membahagiakan manusia baik di dunia maupun di akhirat. Hanya
Al-Qur’
anl ah yang dapat member i
kan keteduhan,ketenangan dan kesejukan
dalam tiap diri insan. Al-Qur’
an tel
ah terbuktimenj adikan umatI sl
am mampu
menjadi pemimpin dunia dalam kurun waktu yang relatif lama. Al-Qur ’
an juga
mampu merubah kondisi suatu bangsa dari jurang kebobrokan menuju puncak
kemuliaan. Oleh karena itulah, salah satu konsekwensi keimanan kita kepada
Al-Qur’
an adal ah mengaj ak mereka dengan car a yang bi j
ak untuk bersama-
sama menjadikan Al-Qur ’
an sebagaipedoman hi dup.Al lah SWT mengat akan
(QS. 16 : 125)
‫ﻮ‬
َ
‫َﻫ‬
ُ ‫ﱠﻚ‬
‫ﺑ‬
‫ﱠﺭ‬
َ‫ِﻥ‬
‫ﺇ‬
‫َﻦ‬
ُ‫ْﺴ‬
‫َﺣ‬
‫ﺃ‬
‫ِﻲ‬
َ ‫ِﻲﻫ‬
‫ﺘ‬‫ﻟ‬
‫ﱠ‬
‫ﺎ‬
‫ﺑ‬
ِ‫ﻢ‬
ْ‫ﻬ‬
ُ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺩ‬
ِ‫ﺎ‬
‫َﺟ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﺔ‬‫ﻨ‬
َ
‫َﺴ‬
َ‫ْﺤ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺔ‬
ِ‫ِﻈ‬
َ‫ْﻋ‬
‫ﻮ‬‫ﻤ‬
َ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬
‫ِﻭ‬
َ ‫ﺔ‬
‫ﻤ‬
َ‫ﻜ‬
ْ‫ْﺤ‬
ِ‫ﻟ‬‫ﺎ‬
‫ﺑ‬
ِ‫ﱢﻚ‬
َ‫ﺑ‬
‫ِﺭ‬
َ‫ﻴﻞ‬
‫ﺒ‬
ِ
‫َﻰﺳ‬
َ ‫ﻟ‬
‫ﺇ‬
ِ‫ْﻉ‬
ُ‫ﺩ‬
‫ﺍ‬
‫ﻳﻦ‬
َ ‫ﺪ‬
ِ
‫ﺘ‬
َ‫ﻬ‬
ْ
‫ﻤ‬
ُ‫ﻟ‬
ْ‫ﺎ‬
‫ﺑ‬
ِ‫ﻢ‬
ُ‫ﻠ‬
َ
‫َﻋ‬
ْ‫ﺃ‬‫ﻮ‬
َ
‫ﻫ‬
ُ‫ِﻭ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
ِ
‫ﻴ‬‫ﺒ‬
ِ
‫ْﺳ‬
َ ‫َﻦ‬
‫ﱠﻋ‬
‫َﻞ‬
‫ْﺿ‬‫َﻦ‬
‫ﻤ‬‫ﺑ‬
ِ‫ﻢ‬
ُ
‫ﻠ‬
َ‫َﻋ‬
ْ‫ﺃ‬

Serulah( manusia)kepadaj al
anTuhanmudenganhi kmahdanpelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-or angyangmendapatpet unjuk. ”

5. (‫ﺭ ﺽ‬‫ﺘﻪﻓﻲﺍﻷ‬ ‫ﺎﻣ‬


‫ﻗ‬‫ﺇ‬) Menegakkannya di muka bumi.
Allah SWT telah menuntut pada kaum-kaum yang terdahulu untuk menegakkan
agama-Nya di muka bumi, maka demikian pula halnya dengan umat Islam.
Allah menuntut pada kita untuk menegakkan agama-Nya, dengan menegakkan
Al-Qur ’
an. Menegakkan Al -Qur’an adal ah dengan menegakkan hukum-
hukumnya di muka bumi yang menjadi hukum seluruh umat manusia di
manapun mereka berada. Allah SWT berfirman (QS. 42 : 13)
‫َﻰ‬‫ﻮﺳ‬
‫ﻣ‬
ُ‫َﻭ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻴ‬
‫ﻫ‬
ِ‫ﺍ‬
‫ﺮ‬
َ‫ﺑ‬
ْ‫ﺇ‬
ِ‫ﻪ‬
ِ
‫ﺑ‬
ِ‫ﺎ‬‫ﻨ‬
َ
‫ﻴ‬
ْ
‫َﺻ‬
‫ﱠ‬ ‫ﺎﻭ‬‫ﻣ‬
َ‫َﻭ‬
َ‫ْﻚ‬
‫ﻴ‬
‫ﻟ‬
َ‫ﺇ‬
ِ‫ﺎ‬
‫ﻨ‬
َ‫ﻴ‬
ْ
‫ْﺣ‬
َ‫ﻭ‬‫ﺃ‬
َ
‫ِﻱ‬‫ﺬ‬
‫ﻟ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬
‫ﺎﻭ‬
َ ‫ﻮﺣ‬
ً ‫ﻧ‬
ُ‫ﻪ‬
ِ‫ﺑ‬
ِ‫ﱠﻰ‬
‫َﺻ‬‫ﺎﻭ‬
‫ِﻣ‬
َ‫ﻳﻦ‬‫ﺪ‬
‫ﱢ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ِﻦ‬
َ‫ْﻣ‬
‫ﻢ‬‫ﻜ‬
ُ
‫ﻟ‬
َ‫َﻉ‬
َ‫ﺮ‬‫ﺷ‬
َ
‫ﻪ‬
ِ
‫ﻴ‬
ْ‫ﻟ‬
َ
‫ﺇ‬
ِ‫ِﻲ‬
‫ﺒ‬‫ﺘ‬
َ
‫َﺠ‬
ْ‫ﻳ‬‫ﻪ‬
ُ
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻪ‬
ِ‫ﻴ‬
ْ
‫ﻟ‬
َ
‫ﺇ‬
ِ‫ﻢ‬
ْ‫ﻫ‬
ُ‫ﻮ‬‫ْﻋ‬
ُ‫ﺪ‬
‫ﺗ‬
َ‫ﺎ‬‫َﻣ‬
َ‫ﻴﻦ‬
‫ﻛ‬
ِ‫ﺮ‬
ِ‫ُﺸ‬
ْ‫ﻤ‬‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫َﻰ‬
‫ﻠ‬
‫َﻋ‬
َ ‫ﺮ‬
‫ﺒ‬
ُ‫ِﻛ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻓ‬
ِ‫ﻮ‬‫ﻗ‬
ُ‫ﺮ‬
‫ﱠ‬
‫ﻔ‬
َ‫ﺘ‬
َ‫َﺗ‬
َ‫َﻻ‬
‫َﻭ‬
‫ﻳﻦ‬
‫ﺪ‬
‫ﱢ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺍ‬
‫ﻮ‬‫ﻤ‬
ُ‫ﻴ‬‫ﻗ‬
ِ
‫ﺃ‬
َ‫َﻥ‬
ْ‫ﺃ‬‫َﻰ‬
‫ﻴﺴ‬
‫َﻋ‬
ِ‫ﻭ‬
‫ﻴﺐ‬
ُ‫ﻨ‬
ِ‫ﻳ‬
ُ
‫َﻦ‬
ْ ‫ِﻣ‬
‫ﻪ‬
‫ﻴ‬
ْ‫ﻟ‬
َ
‫ﺇ‬
ِ‫ِﻱ‬
‫ﺪ‬‫ﻬ‬
ْ‫ﻳ‬
َ
‫ُﻭ‬
َ‫ء‬‫ﺎ‬‫َﺸ‬
َ‫ﻳ‬‫َﻦ‬
ْ‫ﻣ‬
“Diatelahmensyar ìat
kankamut ent angagamaapayangt elahdi
wasi atkan-Nya
kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami
wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah
kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang
kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang
dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama) -Nya orang yang kembali
(kepada-Nya) .”

Karena sesungguhnya Allah SWT telah memberikan janji untuk menegakkan


agama ini sebagaimana telah ditegakkan oleh umat-umat sebelum kita.
Bagaimanapun kondisinya, suatu ketika Al-Islam akan menjadi pedoman hidup
dan hukum yang menjadi acuan bagi kehidupan seluruh umat manusia. Allah
mengatakan (QS. 24 : 55)
‫ِﻦ‬
ْ‫َﻣ‬
‫ﻳﻦ‬
‫ﺬ‬
ِ‫ﻟ‬
‫ﱠ‬
‫ﺍ‬‫َﻒ‬
َ‫ﻠ‬‫َﺨ‬
ْ‫ﺘ‬
‫ﺍﺳ‬
ْ ‫ﺎ‬
‫ﻤ‬
َ‫ِﻛ‬
َ‫ْﺽ‬‫ﺭ‬‫ﺍﻷ‬
َ ‫ِﻲ‬
‫ْﻓ‬
‫ﻢ‬
‫ﻬ‬
ُ‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻔ‬
َ‫ﻠ‬
ِ
‫َﺨ‬
ْ‫ﺘ‬‫َﺴ‬
ْ‫ﻴ‬
‫ﻟ‬
َ ‫ﺎﺕ‬
ِ‫ِﺤ‬
َ‫ﻟ‬‫ﺎ‬
‫ﻟﺼ‬
‫ﱠ‬ ‫ﺍ‬‫ﺍ‬‫ﻮ‬
‫ﻠ‬
ُ‫ﻤ‬
ِ‫َﻋ‬
َ‫ْﻭ‬
‫ﻢ‬‫ﻜ‬
ُ
‫ﻨ‬
ْ‫ﺍﻣ‬
ِ‫ﻮ‬‫ﻨ‬
ُ‫ﻣ‬
َ
‫ﺁ‬‫ﻳﻦ‬
َ‫ﺬ‬
ِ‫ﻟ‬
‫ﱠ‬
‫ﺍ‬‫ﻪ‬
ُ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺪ‬
َ‫َﻋ‬
َ‫ﻭ‬
‫ﻢ‬
ْ‫ﻬ‬
ِ‫ﻠ‬
ِ
‫ﺒ‬
ْ‫ﻗ‬
َ
‫ﻮﻥ‬
َ ‫ﻛ‬
ُ
‫ﺮ‬
ِ‫ُﺸ‬
ْ‫ﻳ‬‫ِﻲﻻ‬
َ ‫ﻨ‬‫ﻧ‬
َ
‫ﻭ‬‫ﺪ‬
ُ‫ﺒ‬
ُ
‫ﻌ‬
ْ‫ﻳ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﻨ‬
ً
‫ﻣ‬
ْ‫ﺃ‬
َ‫ﻢ‬
ْ‫ﻬ‬
ِ
‫ﻓ‬
ِ‫ﻮ‬
ْ‫ِﺧ‬
َ‫ﺪ‬‫ﻌ‬
ْ
‫ﺑ‬
َ‫ِﻦ‬
ْ‫ْﻣ‬‫ﻢ‬
‫ﻬ‬
ُ‫ﻨ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
َ
‫ﺪ‬
‫ﱢ‬‫ﺒ‬
َ
‫ﻴ‬
ُ‫ﻟ‬
َ
‫ْﻭ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻬ‬
ُ‫ﻟ‬
َ‫َﻰ‬
‫َﻀ‬
‫ﺗ‬‫ﺭ‬
ْ‫ﺍ‬‫ِﻱ‬
‫ﺬ‬‫ﻟ‬
‫ﱠ‬
‫ﺍ‬‫ﻢ‬
ُ‫ﻬ‬
ُ
‫ﻨ‬
َ‫ﻳ‬
‫ْﺩ‬
ِ‫ﻢ‬‫ﻬ‬
ُ
‫ﻟ‬
َ‫َﻦ‬
‫ﱠ‬‫ﻨ‬
‫ﻜ‬
‫ﱢ‬‫ﻤ‬
َ‫ﻴ‬
ُ
‫ﻟ‬
َ‫ﻭ‬
َ
‫ﻮﻥ‬
َ‫ﻘ‬
ُ‫ﺎﺳ‬
ِ‫ﻔ‬
َ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﻢ‬
ُ‫َﻫ‬
ُ‫ِﻚ‬
‫ﺌ‬
‫ﻟ‬
َ‫ﻭ‬‫ﺄ‬
ُ
‫َﻓ‬
َ‫ِﻚ‬
‫ﻟ‬‫َﺫ‬
َ‫ﺪ‬‫ﻌ‬
ْ
‫ﺑ‬
َ‫ﺮ‬
َ‫ﻔ‬
َ‫ْﻛ‬
َ‫َﻦ‬
‫ﻣ‬‫ﺎﻭ‬
َ ‫ﺌ‬
ً
‫ﻴ‬
ْ‫ِﻲﺷ‬
َ ‫ﺑ‬
“DanAl laht elahber janj
ikepadaor ang-orang yang beriman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan
mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang
sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama
yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan)
mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka
51

tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan
barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang
yangf asik.”

Al-Qur’ an SebagaiMinhajul Hayah.


Konsepsi inilah yang pada akhirnya dapat mengeluarkan umat manusia dari
kejahiliyahan menuju cahaya Islam. Dari kondisi tidak bermoral menjadi memiliki
moral yang sangat mulia. Dan sejarah telah membuktikan hal ini terjadi pada
sahabat Rasulullah SAW. Sayid Qutub mengemukakan (1993 : 14) :
“Bahwasebuahgener asit el
aht er lahirdarida’wah–yaitu generasi sahabat –yang
memiliki keistimewaan tersendiri dalam sejarah umat Islam, bahkan dalam sejarah
umat manusia secara keseluruhan. Generasi seperti ini tidak muncul kedua kalinya
ke atas duni a i
ni sebagai mana mer eka… Meski pun t i
dak disangkal adanya
beberapa individu yang dapat menyamai mereka, namun tidak sama sekali
sejumlah besar sebagaimana sahabat dalam satu kurun waktu tertentu,
sebagaiamanayangt erjadipadaper i
odeawaldar ikehidupanda’ wahi ni
…”

Cukuplah kesaksian Rasulullah SAW menjadi bukti kemulyaan mereka, manakala


beliau mengatakan dalam sebuah haditsnya:
‫ﻢ‬
‫ﱠ‬
‫ﺛ‬
ُ‫ِﻲ‬
‫ﻧ‬
‫ﺮ‬
ْ‫ْﻗ‬
َ‫ﻢ‬
‫ﻛ‬
ُ‫ﺮ‬
ُ‫ﻴ‬
ْ
‫َﺧ‬
َ ‫ﻢ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬
‫ﱡﺻ‬
َ ‫ِﻲ‬
‫ﺒ‬
‫ﻨ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺎﻝ‬
َ‫َﻗ‬
َ‫ﺎﻝ‬
‫ﺎﻗ‬
َ ‫ﻤ‬
َ
‫ﻬ‬
ُ‫ﻨ‬
ْ‫ُﻋ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻲ‬
َ‫َﺿ‬
‫ٍﺭ‬
‫ْﻦ‬
‫ﻴ‬
‫ُﺼ‬
َ ‫َﺣ‬
‫ْﻦ‬
‫ﺑ‬‫ﺍﻥ‬
َ‫ﺮ‬
َ‫ﻤ‬
ْ‫ﻋﻦﻋ‬
ِ
‫ﻢ‬
ْ
‫ﻬ‬
ُ‫ﻧ‬
َ
‫ﻮ‬‫ﻠ‬
ُ
‫ﻳ‬
َ‫ﻳﻦ‬
َ‫ﺬ‬
ِ‫ﻟ‬
‫ﱠ‬
‫ﺍ‬‫ﻢ‬
‫ﱠ‬‫ﺛ‬
ُ‫ﻢ‬
ْ
‫ﻬ‬
ُ‫ﻧ‬
َ
‫ﻮ‬‫ﻠ‬
ُ
‫ﻳ‬
َ‫ﻳﻦ‬
َ ‫ﺬ‬
ِ
‫ﻟ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬

Dar iI
mranbinHushainra,Rasul
ull
ahSAW bersabda:‘
Sebaik-baik kalian adalah generasi
yangadapadamasaku( par
asahabat),kemudiangener
asiyangber ikutnya( tabi
’i
n),
kemudi
angener
asiyangber i
kut
nyalagi(at
ba’
uttabiin)
.( HR.Bukhar i
)”

Imam Nawawisecar ajelasmengemukakanbahwayangdi maksuddengan‘gener


asi
pada masaku’adalah sahabatRasulull
ah SAW.Dal am hadi
tslai
n,Rasul
ull
ah SAW
juga mengemukakan mengenai keutamaan sahabat:
‫ﻮ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ‫ِﻲﻓ‬
َ ‫ﺑ‬
‫ﺎ‬
‫ْﺤ‬
َ ‫َﺻ‬‫ﺃ‬
‫ﺍ‬‫ﻮ‬‫ﺒ‬
‫ﱡ‬
‫َﺴ‬
ُ‫ﺗ‬‫َﻻ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬
‫ﱡﺻ‬
َ ‫ِﻲ‬
‫ﺒ‬
‫ﻨ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺎﻝ‬
َ‫َﻗ‬
َ‫ﺎﻝ‬
‫ُﻗ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻨ‬
ْ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻲ‬
َ‫َﺿ‬‫ﱢﺭ‬
‫ِﻱ‬
‫ﺭ‬‫ﺪ‬
ْ‫ْﺨ‬
ُ‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺪ‬
ٍ‫ﻴ‬
‫ﻌ‬
ِ‫ِﻲﺳ‬
َ ‫ﺑ‬
‫ﺃ‬
َ‫َﻦ‬
ْ‫ﻋ‬
(‫ﺭﻱ‬‫ﺎ‬
‫ﺒﺨ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻩ‬
‫ﺍ‬‫ﻭ‬
‫ﺭ‬)ُ
‫ﻪ‬‫ﻔ‬
َ
‫ﻴ‬‫َﺼ‬
ِ‫ﻧ‬‫َﻻ‬
َ‫ْﻭ‬
‫ﻢ‬‫ﻫ‬
ِ
‫ﺪ‬
ِ‫َﺣ‬
َ‫ﺃ‬
‫ﺪ‬
‫ﱠ‬‫َﻣ‬
ُ‫ﻎ‬‫ﻠ‬
َ
‫ﺑ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﺎﻣ‬
َ ‫ﺒ‬
ً
‫ﻫ‬
َ‫ٍﺫ‬
َ‫ﺪ‬‫ُﺣ‬
ُ‫ﺃ‬‫ْﻞ‬
َ‫ﺜ‬
‫َﻣ‬
ِ‫َﻖ‬
‫ﻔ‬‫ﻧ‬
ْ
‫ﺃ‬
َ‫ﻢ‬
ْ‫ﻛ‬
ُ
‫ﺪ‬
َ‫َﺣ‬
َ‫ﺃ‬‫َﻥ‬
‫ﱠ‬‫ﺃ‬
Dari AbuSa’idal -Khudr ira,Rasul ul
lahSAW ber sabda,‘ Janganlahkalianmencelasahabat -
sahabatku. Karena sekiranya salah seorang diantara kalian menginfakkan emas sebesar
gunung uhud, niscaya ia tidak akan dapat menyamai keimanan mereka, bahkan menyamai
setengahnya pun tidak. (HR. Bukhari).

Sayid Qutub mengemukakan (1993 : 14 – 23) , terdapat tiga hal yang


melatar belakangi para sahabat sehingga mereka dapat menjadi khairul qurun,
yang tiada duanya di dunia ini. Secara ringkasnya adalah sebagai berikut:
pertama, karena mereka menjadikan Al-Qur'an sebagai satu-satunya sumber
petunjuk jalan, guna menjadi pegangan hidup mereka, dan mereka membuang
jauh-jauh berbagai sumber lainnya.
Kedua, ketika mereka membacanya, mereka tidak memiliki tujuan untuk tsaqofah,
pengetahuan, menikmati keindahannya dan lain sebainya. Namun mereka
membacanya hanya untuk mengimplementaikan apa yang diinginkan oleh Allah
dalam kehidupan mereka.
Ketiga, mereka membuang jauh-jauh segala hal yang berhubungan dengan masa
lalu ketika jahiliah. Mereka memandang bahwa Islam merupakan titik tolak
perubahan, yang sama sekali terpisah dengan masa lalu, baik yang bersifat
pemikiran maupun budaya.
Dengan ketiga hal inilah, generasi sahabat muncul sebagai generasi terindah
yang pernah terlahir ke duni ai ni.Disebabkan kar ena‘ ketotal
it
asan’mer ekaketi
ka
berinteraksi dengan Al-Qur ’an, yang di l
andasi sebuah keyaki nan yang sangat
52

mengakar dalam lubuk sanubari mereka yang teramat dalam, bahwa hanya Al-
Qur’anlahsat u-satunya pedoman hidup yang mampu mengantarkan manusia pada
kebahagiaan hakiki baik di dunia maupun di akhirat.

Penutup
Tinggallah dua pilihan masih ternganga di hadapan kita; antara jaya dengan
Al-Qur’an,at au binasa dengan meni nggalkannya.Sej arah t el
ah ber bicara sebagai
fakta abadi; bahwa umat ini dapat memperoleh izzahnya dengan Al-Qur ’
an.Dan
merekapun Allah kerdilkan karena meninggalkan Al-Qur ’
an.Dal am sebuah hadi ts
Rasulullah SAW mengatakan:
‫ﺍ‬
‫ﺬ‬
َ‫ﻬ‬
َ
‫ﺑ‬
ِ‫ﻊ‬
ُ‫ﻓ‬
َ
‫ﺮ‬
ْ‫ﻳ‬
َ‫ﻪ‬
َ
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻥ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬

‫ﻢ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﺍﷲ‬
‫ﱠﻰ‬‫ﻠ‬
‫ِﺻ‬
َ ‫ﺍﷲ‬‫ْﻝ‬
ُ‫ﻮ‬‫َﺳ‬
ُ‫َﺭ‬
‫ﺎﻝ‬‫ﻗ‬،
َ‫ﺎﻝ‬
َ ‫ُﻗ‬
َ‫ﻪ‬
‫ﻨ‬
ْ‫ُﻋ‬
َ‫ﺍﷲ‬‫ِﻲ‬
َ‫َﺿ‬
‫ِﺭ‬
‫ﺎﺏ‬
‫َﻄ‬
‫ﱠ‬‫ﻟﺨ‬
‫ﺍ‬
ْ‫ْﻦ‬
ِ‫ﺑ‬‫ﺮ‬
َ
‫ﻤ‬
َ‫ْﻋ‬
ُ‫َﻦ‬
‫ﻋ‬
‫ﺎﺏ‬
ِ ‫ﺘ‬
َ
‫ﻜ‬
ِ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬
‫ْﻦ‬
َ‫ﻳ‬‫ﺮ‬
ِ
‫ﺁﺧ‬
َ ‫ﻪ‬
ِ‫ﺑ‬
ِ‫ﻊ‬
ُ‫َﻀ‬
َ‫ﻳ‬‫ﺎﻭ‬
َ ‫ﻣ‬
ً
‫ﺍ‬‫ﻮ‬
َ‫ﻗ‬
ْ
‫ﺃ‬
َ
DariUmarbi nKhat abr a.Rasul ul
lahSAW ber sabda:“ SesungguhnyaAl
lahSWTakan
mengangkat derajat suatu kaum dengan kitab ini (al-Qur’an)
,dengandengannyapul
a
All
ahakanmer endahkankaum yangl ain.”(HR.Musli
m)

Wal l
ahuA’ lam BisShawab.
By. Rikza Maulan, Lc., M.Ag.

Bahan Bacaan

Hadiri, Choiruddin. Klaifikasi Kandungan Al-Qur ’an. 1996. Cet. V. Jakarta –


Indonesia : Gema Insani Press.
Al-Qat than,Manna’ .Mabahi tsfiUl umi lQur ’
an.1995 –1416 H. Cet. XXVII. Beirut –
Libanon:Mu’ assasahal -Risalah.
Quthb, Sayyid. Ma’ ali
mf iAl -Thariq. 1993 –1413 H. Cet. XVII. Beirut –Libanon /
Kairo - Mesir: Dar Al-Syuruq.
Syahbah, Muhammad ibn Muhammad. Al-Sirah Al-Nabawi yahFiDhau’Al -Qur ’
anwa
Al-Sunnah:Di rasahMuhar r
ar ah,Jama’ atBai nAshal ahAl -Qadim wa Jiddatil
Hadits. 1996 –1417 H. Cet. III. Damaskus : Dar Al-Qalam.
CD. ROM. Fi Dzilal Al-Qur ’an.Ver si1. 6.Amman –Yordania : Dar Husibah al-Nash
al-Araby (Arabic Text ware).
CD. ROM. Al-Qur ’an 6.50 & Al -Hadits. Syirkah Sakhr li Baramij al-Hasib (1991 –
1997).
CD. ROM. Mausu’ ahal -Hadits al-Syarif 2.00 (Al-Ishdar al-Tsani). Syirkah al-Baramij
al-Islamiyah al-Dauliyah.
53

‫ﻴﻢ‬
‫ﺮﺣ‬‫ﻟ‬
‫ﺮﺣﻤﻦﺍ‬
‫ﻟ‬‫ﺑﺴﻢﺍﷲﺍ‬

UKHUWAH ISLAMIYAH
‫ﺔ‬
‫ﻴ‬‫ﻣ‬‫ﺍﻹﺳﻼ‬
‫ﺓ‬‫ﻮ‬‫ﺍﻷﺧ‬
Muqadimah
Ukhuwah merupakan anugrah Allah yang tiada terhingga yang Allah
limpahkan hanya kepada hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya saja. Ukhuwah
juga merupakan kenikmatan yang tidak dapat diukur oleh materi apapun yang ada
di dunia ini. Bahkan kendatipun seluruh manusia sepakat untuk mengumpulkan
semua kekayaan mereka, namun itu semua tidak dapat digunakan untuk membeli
‘ukhuwah’ . Kar ena ukhuwah t umbuh dan l ahir dar i cahaya kei manan yang
membara dalam sanubari seorang hamba. Allah SWT mengatakan dalam Al-Qur ’
an
(QS. 8 : 63) :
‫ﻪ‬
ُ
‫ﻧ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬
ِ‫ﻢ‬
ْ
‫ﻬ‬
ُ‫ﻨ‬
َ
‫ﻴ‬
ْ‫ﺑ‬
َ
‫ﱠﻒ‬
َ ‫ﻟ‬
‫ﺃ‬
َ‫ﻪ‬
َ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻦ‬
‫ﱠ‬‫ﻜ‬
‫ﻟ‬
َ‫ْﻭ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻬ‬
ِ
‫ﺑ‬
ِ‫ﻮ‬‫ﻠ‬
ُ
‫َﻗ‬
ُ‫ْﻦ‬
‫ﻴ‬
‫ﺑ‬
َ‫ْﺖ‬
َ‫ﻔ‬
‫ﻟ‬
‫ﱠ‬‫ﺃ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﺎﻣ‬
َ ‫ﻌ‬
ً
‫ﻴ‬‫ﻤ‬
ِ‫ِﺟ‬
َ‫ْﺽ‬‫ﺭ‬
‫ﺍﻷ‬
َ ‫ِﻲ‬
‫ﺎﻓ‬
‫َﻣ‬
َ‫ْﺖ‬
‫ﻘ‬
‫ﻔ‬
َ‫ﻧ‬
ْ
‫ﺃ‬
َ‫ﻮ‬
ْ‫ﻟ‬
َ
‫ﻢ‬
ْ‫ﻬ‬
ِ‫ﺑ‬
ِ
‫ﻮ‬‫ﻠ‬
ُ
‫َﻗ‬
ُ‫ْﻦ‬
‫ﻴ‬
‫ﺑ‬
َ‫ﱠﻒ‬
َ‫ﻟ‬‫ﺃ‬
َ
‫ﻭ‬
َ

‫ﻢ‬
‫ﻴ‬‫ﻜ‬
ِ
‫ٌﺣ‬
َ ‫ﺰ‬‫ﻳ‬
‫ﺰ‬
ِ‫ﻋ‬
َ

Dan(Al
lahlah) Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun
kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat
mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka.
Sesungguhnya Dia MahaPer kasal agiMahaBijaksana.”

Itulah ukhuwah Islamiyah, yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan
para sahabatnya. Dan banyak pula diamalkan oleh generasi berikutnya hingga pada
masa kita sekarang ini. Walaupun seolah dengan berlalunya zaman, berlalu pula
ruh ukhuwah dari dalam jiwa kaum muslimin. Bahkan jika kita perhatikan kondisi
54

kontemporer kaum muslimin, kita mendapatkan terjadinya perpecahan yang tiada


berkesudahan. Padahal, perpecahan merupakan sesuatu yang sangat dilarang
dalam Islam. Allah SWT berfirman (QS. 3 : 103) :
‫ﻢ‬
ْ
‫ﻜ‬
ُ‫ﺑ‬
ِ
‫ﻮ‬
ْ‫ﻠ‬
ُ
‫َﻗ‬
ُ‫ْﻦ‬
‫ﻴ‬
‫ﺑ‬
َ‫ﱠﻒ‬
َ‫ﻟ‬‫ﺄ‬
َ
‫ًﻓ‬
َ‫ء‬‫ﺍ‬
‫ﺪ‬
َ‫َﻋ‬
ْ‫ﺃ‬
‫ﻢ‬
ْ‫ﺘ‬
ُ‫ﻨ‬
ْ
‫ْﻛ‬
ُ‫ﺫ‬‫ﺇ‬
ِ
‫ﻢ‬
ْ‫ﻜ‬
ُ‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ
‫ِﻋ‬
َ ‫ﺍﷲ‬
‫َﺖ‬
َ ‫ﻤ‬‫ﻌ‬
ْ
‫ﺍﻧ‬
ِ ‫ﻭ‬
ْ‫ﺮ‬
ُ‫ﻛ‬
ُ
‫ﺫ‬
ْ‫ﺍ‬
‫ﻭ‬،
َ ‫ﺍ‬‫ﻮ‬
ْ
‫ﻗ‬
ُ‫ﺮ‬
‫ﱠ‬‫ﻔ‬
َ
‫ﺗ‬
َ‫َﻻ‬
َ‫ﺎﻭ‬
‫ﻌ‬
ً‫ﻴ‬
ْ
‫ﻤ‬
ِ‫ِﺟ‬
َ‫ﺍﷲ‬‫ْﻞ‬
ِ‫ﺒ‬
‫ِﺤ‬
َ‫ﺑ‬‫ﺍ‬
‫ﻮ‬
ْ‫ﻤ‬
ُ‫َﺼ‬
ِ‫ﺘ‬‫ﺍﻋ‬
ْ‫ﻭ‬
َ
*…‫ﺎ‬‫ﻧ‬
ً
‫ﺍ‬‫ﻮ‬
َ
‫ِﺧ‬
ْ‫ﺇ‬‫ﻪ‬
ِ‫ﺘ‬
ِ‫ﻤ‬
َ
‫ﻌ‬
ْ‫ﻨ‬
ِ‫ﺑ‬
ِ‫ﻢ‬
ْ
‫ﺘ‬
ُ‫َﺤ‬
ْ‫ﺒ‬
‫َﺻ‬
ْ ‫ﺄ‬
‫ﻓ‬
َ
“Danber pegangt eguhlahkal i
anpada tali Allah (Al-Islam) dan janganlah kalian berpecah
belah. Dan ingatlah oleh kalian akan nikmat Allah yang diberikan pada kalian, ketika dahulu
kalian saling bermusuhan lalu Allah satukan diantara hati kalian. Dan jadilah kalian atas
kenikmatan Allah ter sebutmenj adibersaudar a…”

Mereka menjalin persaudaraan yang demikian eratnya, bahkan lebih erat


dari persaudaraan yang terlahir karena adanya garis nasab. Oleh karena itulah,
Allah menggambarkan hal ini sebagai suatu kenikmatan yang tidak dapat diukur
dengan ukuran materiil, sebesar apapun materi tersebut.

Makna Ukhuwah
Dari segi bahasa, ukhuwah merupakan bentuk mashdar (baca; infinitif) dari
kata ‘Akha’yang berarti bersaudara. Sedangkan ukhuwah berarti persaudaraan.
Adapun dari segi istilahnya, para ulama memiliki definisi yang beragam.
Diantaranya adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh Dr. Abdullah Nasih Ulwan
: (1997 : 5)
..‫ﻟﺔ‬
‫ﺩ‬‫ﺎ‬‫ﺒ‬‫ﺘ‬
‫ﻟﻤ‬ ‫ﺜﻘﺔﺍ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ﻭ‬٬‫ﺍﻡ‬
‫ﺮ‬‫ﺘ‬‫ﺍﻹﺣ‬‫ﻭ‬٬
‫ﺒﺔ‬‫ﻟﻤﺤ‬
‫ﺍ‬‫ﻭ‬٬‫ﺎﻃﻔﺔ‬
‫ﻌ‬‫ﻟ‬‫ﺎ‬
‫ﻴﻖﺑ‬‫ﻌﻤ‬‫ﻟ‬‫ﺭﺍ‬
‫ﻮ‬‫ﻌ‬‫ﻟﺸ‬‫ﺭﺙﺍ‬‫ﻮ‬‫ﻴﺔﺗ‬‫ﻧ‬
‫ﺎ‬‫ﻳﻤ‬
‫ﺓﺇ‬‫ﻮ‬‫ﺓﻫﻲﻗ‬ ‫ﻮ‬‫ﺍﻷﺧ‬
..‫ﻮﻯ‬‫ﺘﻘ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ﺎﻥﻭ‬‫ﻳﻤ‬‫ﺋﺢﺍﻹ‬
‫ﺎ‬‫ﻭﺷ‬‫ﻴﺔﻭ‬‫ﺓﺍﻹﺳﻼﻣ‬ ‫ﻴﺪ‬
‫ﻌﻘ‬‫ﻟ‬
‫ﺮﺍ‬‫ﺍﺻ‬‫ﻭ‬‫ﻩﺃ‬
‫ﺎ‬‫ﻳ‬‫ﺇ‬
‫ﺑﻄﻪﻭ‬‫ﺮ‬
‫ﻣﻊﻛﻞﻣﻦﻳ‬
Ukhuwah merupakan kekuatan iman yang melahirkan perasaan kasih sayang
yang mendalam, cinta, penghormatan dan rasa saling tisqah (baca; salinng
percaya), terhadap seluruh insan yang memiliki ikatan aqidah Islamiyah yang
sama dan juga yang memiliki cahaya keimanan dan ketaqwaan..

Jadi, ukhuwah merupakan sesuatu yang terlahir dari keimanan yang


mendalam, dan juga merupakan buah dari ketaqwaan kepada Allah SWT. Oleh
karena itulah, ulama mengatakan, bahwa tidak ada iman tanpa ukhuwah,
sebagaimana tidak ada ukhuwah tanpa adanya pondasi iman. Membenarkan
hal tersebut, firman Allah SWT (QS. 49 : 10)

‫ﻮﻥ‬
‫ﻤ‬
ُ‫ْﺣ‬
َ‫ﺮ‬‫ﺗ‬
ُ
‫ﻢ‬
ْ‫ﻜ‬
ُ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻌ‬
َ‫ﻟ‬
َ‫ﻪ‬
َ
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺍ‬
‫ﻮ‬‫ﻘ‬
ُ
‫ﺗ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬
‫ْﻭ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻜ‬
ُ
‫ﻳ‬
ْ‫ﻮ‬
َ‫َﺧ‬
َ‫ﺃ‬
‫ْﻦ‬
َ‫ﻴ‬‫ﺑ‬
َ
‫ﺍ‬‫ﻮ‬‫ِﺤ‬
ُ‫ﻠ‬
‫َﺻ‬
ْ ‫ﺄ‬
‫ٌﻓ‬
َ‫ﺓ‬‫ﻮ‬
َ
‫ِﺧ‬
ْ‫ﺇ‬‫ﻮﻥ‬
َ‫ﻨ‬
ُ‫ﻣ‬
ِ‫ﺆ‬
ْ
‫ﻤ‬
ُ‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬
‫ﺎ‬‫ﻤ‬
َ‫ﻧ‬
‫ﱠ‬
‫ﺇ‬
ِ

Sesungguhnyaor
ang-orang mu'min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara
kedua
saudar
amudanber takwal
ahkepadaAl l
ahsupayakamumendapatr ahmat .”

Adapun mengenai ukhuwah sebagai buah dari ketaqwaan, sekaligus menafikan


tentang persahabatan tanpa adanya ketaqwaan (QS. 43 : 67) :

‫ﻴﻦ‬
‫ﻘ‬
ِ‫ﺘ‬
‫ﱠ‬
‫ﻤ‬
ُ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ِﻻ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬‫ﻭ‬
‫ﱞ‬
‫ﺪ‬
ُ‫ٍﻋ‬
َ‫ْﺾ‬‫ﻌ‬
‫ﺒ‬
َ‫ﻟ‬
ِ‫ﻢ‬
ْ
‫ﻬ‬
ُ‫ْﻀ‬
ُ‫ﻌ‬‫ﺑ‬
َ
‫ﺬ‬
ٍ‫ﺌ‬
ِ‫ﻣ‬
َ
‫ﻮ‬
ْ‫ﻳ‬
َ‫ء‬
ُ
‫ِﻼ‬
‫ﱠ‬ ‫َﺧ‬
‫ﺍﻷ‬

Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain
kecuali orang-or angyangber takwa.”

Dari sini kita juga dapat mengambil kesimpulan, bahwa seorang yang beriman
apabila tidak memiliki rasa ukhuwah terhadap sesama muslim lainnya, hal ini
menunjukkan bahwa imannya belum sempurna. Dalam hadits, Rasulullah SAW
bersabda :
‫ﻪ‬
ِ
‫ْﺴ‬
ِ‫ﻔ‬‫ﻨ‬
َ
‫ﻟ‬
ِ‫ِﺐ‬
‫ﱡ‬‫ُﺤ‬
‫ﺎﻳ‬
‫ِﻣ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻴ‬
‫َﺧ‬
ِ‫ﱠﻷ‬
‫ِﺐ‬
‫ُﺤ‬
‫ﻳ‬‫ﱠﻰ‬
‫ﺘ‬
‫ْﺣ‬
َ ‫ﻢ‬
‫ﻛ‬
ُ‫ﺪ‬
ُ‫َﺣ‬
َ‫ﺃ‬‫ِﻦ‬
ُ‫ﻣ‬
‫ﺆ‬
ْ‫ﻳ‬
ُ‫َﻻ‬
َ ‫ﺎﻝ‬
‫َﻗ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬
‫ﱢﺻ‬
َ ‫ِﻲ‬
‫ﺒ‬
‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫َﻦ‬
ْ‫ٍﻋ‬
‫َﺲ‬
‫ﻧ‬‫ﺃ‬
َ
‫َﻦ‬
ْ‫ﻋ‬
(‫ﺭﻱ‬‫ﺎ‬
‫ﺒﺨ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻩ‬‫ﺍ‬
‫ﻭ‬‫ﺭ‬)
55

DariQat adahr a,Rasul ullahSAW ber sabda,‘Ti


dakber imansal ahseorang
diantara kalian, hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai
diri
nyasendi ri.’(HR.Bukhar i
)

Keutamaan Ukhuwah
Di luar keutamaan yang terkandung dalam ukhuwah, sesungguhnya sebelum
segala-galanya, ukhuwah merupakan perintah Allah SWT. Perhatikan firman Allah
berikut (QS. 3 : 103)
ْ
‫ﻢ‬‫ﻜ‬
ُ
‫ﺑ‬
ِ‫ﻮ‬‫ﻠ‬
ُ
‫َﻗ‬
ُ‫ْﻦ‬
‫ﻴ‬
‫ﺑ‬
َ‫ﱠﻒ‬
َ ‫ﻟ‬
‫ﺄ‬
َ
‫ًﻓ‬
َ‫ء‬‫ﺍ‬
‫ﺪ‬
َ‫َﻋ‬
ْ‫ﺃ‬‫ﻢ‬
ْ
‫ﺘ‬
ُ‫ﻨ‬
ْ
‫ْﻛ‬
ُ ‫ﺫ‬
‫ﺇ‬
ِ‫ﻢ‬
ْ‫ﻜ‬
ُ‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ
‫ِﻋ‬
َ ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺔ‬
َ‫ﻤ‬
َ‫ﻌ‬
ْ
‫ﺍﻧ‬
ِ ‫ﻭ‬‫ﺮ‬
ُ‫ﻛ‬
ُ
‫ﺫ‬
ْ‫ﺍ‬
‫ﺍﻭ‬
َ ‫ﻮ‬‫ﻗ‬
ُ
‫ﺮ‬
‫ﱠ‬‫ﻔ‬
َ‫ﺗ‬
َ
‫َﻻ‬
َ ‫ﺎﻭ‬
‫ﻌ‬
ً‫ﻴ‬‫ﻤ‬
ِ
‫ِﺟ‬
َ ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ْﻞ‬
ِ‫ﺒ‬
‫ِﺤ‬
َ‫ﺑ‬‫ﺍ‬
‫ﻮ‬‫ﻤ‬
ُ‫َﺼ‬
ِ ‫ﺘ‬
‫ﺍﻋ‬
ْ‫ﻭ‬
َ
‫ﻢ‬
ْ
‫ﻜ‬
ُ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻌ‬
َ‫ﻟ‬
َ‫ﻪ‬
ِ‫ﺗ‬
ِ
‫ﺎ‬
‫ﻳ‬
َ‫ﺁ‬‫ﻢ‬
ْ
‫ﻜ‬
ُ‫ﻟ‬
َ‫ﻪ‬
ُ
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﱢﻦ‬
ُ‫ﻴ‬
‫ﺒ‬
َ‫ﻳ‬
ُ
‫ِﻚ‬
َ ‫ﻟ‬
‫ﺬ‬
َ‫ﺎﻛ‬
َ‫ﻬ‬
َ‫ﻨ‬
ْ‫ْﻣ‬
ِ‫ﻢ‬‫ﻛ‬
ُ
‫ﺬ‬
َ‫ﻘ‬
َ
‫ﻧ‬
ْ‫ﺄ‬
َ
‫ِﻓ‬
َ‫ﺭ‬‫ﺎ‬‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ِﻦ‬
َ‫ٍﻣ‬‫ﺓ‬
‫ﺮ‬
َ‫ﻔ‬
ْ‫ﺎﺣ‬
ُ ‫ﻔ‬
َ
‫َﻰﺷ‬
َ ‫ﻠ‬‫ْﻋ‬
َ ‫ﻢ‬
‫ﺘ‬
ُ‫ﻨ‬
ْ
‫ﻛ‬
ُ‫ﺎﻭ‬
َ ‫ﻧ‬
ً
‫ﺍ‬
‫ﻮ‬
َ‫ِﺧ‬
ْ‫ﺇ‬‫ﻪ‬
ِ
‫ﺘ‬
ِ‫ﻤ‬
َ‫ﻌ‬
ْ
‫ﻨ‬
ِ‫ﺑ‬
ِ‫ﻢ‬
ْ
‫ﺘ‬
ُ‫َﺤ‬
ْ‫ﺒ‬
‫َﺻ‬
ْ ‫ﺄ‬
‫ﻓ‬
َ

‫ﻭﻥ‬‫ﺪ‬
ُ‫ﺘ‬
َ
‫ﻬ‬
ْ‫ﺗ‬
َ
“Danber pegangl ahkamusemuanyakepadat al
i(agama)Al l
ah,danj anganl
ahkamu
bercerai berai, dan ingatlah akan ni`mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa
Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu
karena ni`mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang
neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayat-Nyakepadamu,agarkamumendapatpet unj
uk. ”

Ayat di atas melarang kita untuk bercerai berai. Sedangkan bercerai berai
merupakan lawan dari persatuan, yang menjadi salah satu komponen mendasar
ukhuwah islamiyah. Namun demikian, disamping sebagai kewajiban, ukhuwah
memiliki keutamaan yang cukup banyak, diantaranya adalah:
1. Wajah orang yang berukhuwah akan bersinar.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:
ْ
‫ﻢ‬
‫ﺎﻫ‬
ُ ‫ﺎﻣ‬
َ ‫ﺎﺳ‬
ً ‫ﻧ‬
َ
‫ِﻷ‬
ُ ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ﺩ‬
ِ‫ﺎ‬
‫ﺒ‬
َ
‫ْﻋ‬
ِ ‫ِﻦ‬
‫ﱠﻣ‬
‫ِﻥ‬
‫ﺇ‬‫ﻢ‬
َ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ‫ُﻋ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬‫ﱡﺻ‬
َ ‫ِﻲ‬
‫ﺒ‬‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ﺎﻝ‬
َ‫َﻗ‬
َ ‫ﺎﻝ‬
‫ِﻗ‬
َ‫ﺎﺏ‬‫َﻄ‬
‫ﱠ‬‫ْﺨ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ْﻦ‬
َ‫ﺑ‬‫ﺮ‬
ِ‫ﻤ‬
َ‫ْﻋ‬
ُ ‫َﻦ‬
‫ﻋ‬
‫ﻮﻝ‬
َ ‫َﺳ‬
ُ‫ﺎﺭ‬‫ﻳ‬
َ
‫ﺍ‬‫ﻮ‬ ‫ﻟ‬
ُ
‫ﺎ‬
‫َﻰﻗ‬
َ ‫ﻟ‬‫ﺎ‬‫ﻌ‬
َ‫ﺗ‬
َ‫ﻪ‬
ِ
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻦ‬
ْ‫ْﻣ‬
‫ﻢ‬‫ﻬ‬
ِ‫ﻧ‬
ِ
‫ﺎ‬
‫ﻜ‬
َ‫ﻤ‬
َ‫ﺑ‬
ِ‫ﺔ‬
ِ‫ﻣ‬
َ
‫ﺎ‬‫ﻴ‬
َ
‫ﻘ‬
ِ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﻡ‬
َ‫ﻮ‬
ْ‫ﻳ‬
َ‫ء‬
ُ‫ﺍ‬
‫ﺪ‬
َ‫ﻬ‬
َ
‫ﻟﺸ‬
‫ﱡ‬ ‫ﺍ‬‫ُﻭ‬
َ‫ء‬‫ﺎ‬‫ﻴ‬
َ
‫ﺒ‬
ِ‫ﻧ‬
ْ
‫ْﻷ‬
َ ‫ﺍ‬
‫ﻢ‬
ْ‫ﻬ‬
ُ‫ِﻄ‬
ُ‫ﺒ‬
‫ﻐ‬
ْ ‫ﻳ‬
َ
‫ء‬
َ‫ﺍ‬‫ﺪ‬
َ‫ﻬ‬
َ
‫َﺷ‬
ُ ‫َﻻ‬
‫َﻭ‬‫ء‬‫ﺎ‬
‫ﻴ‬
َ‫ﺒ‬
ِ
‫ﻧ‬
ْ‫ﺄ‬
َ
‫ﺑ‬
ِ
‫ﺎ‬‫ﻬ‬
َ‫ﻧ‬
َ‫ﻮ‬
ْ‫ﺎﻃ‬
َ‫ﻌ‬
َ‫ﺘ‬
َ
‫ﻳ‬
َ ‫ﺍﻝ‬
ٍ‫ﻮ‬
َ‫ﻣ‬
ْ‫ﺃ‬
َ ‫َﻻ‬
َ ‫ْﻭ‬
‫ﻢ‬‫ﻬ‬
ُ
‫ﻨ‬
َ‫ﻴ‬
ْ
‫ﺑ‬
َ‫ﻡ‬
ٍ‫ﺎ‬
‫ْﺣ‬
َ‫ﺭ‬‫ﺃ‬
َ‫ﺮ‬
ِ‫ﻴ‬
ْ
‫َﻰﻏ‬
َ ‫ﻠ‬
‫ِﻋ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻭﺡ‬
ِ ‫ﺮ‬
ُ‫ﺑ‬
ِ ‫ﺍ‬
‫ﻮ‬‫ﺑ‬
‫ﱡ‬‫ﺎ‬
‫َﺤ‬
َ‫ﺗ‬‫ﻡ‬
ٌ‫ﻮ‬
ْ‫ْﻗ‬
َ‫ﻢ‬‫َﻫ‬
ُ‫ﺎﻝ‬‫ْﻗ‬
َ‫ﻢ‬‫ْﻫ‬
ُ‫َﻦ‬
‫ﺎﻣ‬‫ﻧ‬
َ‫ﺮ‬
ُ‫ﺒ‬
ِ
‫ُﺨ‬
ْ ‫ﺗ‬
‫ﻪ‬
ِ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬
‫ِﻥ‬
َ‫ﺰ‬‫ﺍﺣ‬
َ ‫ﺫ‬
َ
‫ﺇ‬
ِ ‫ﻮﻥ‬
َ ‫ﻧ‬
ُ
‫ﺰ‬
َ ‫َﺤ‬
ْ ‫َﻳ‬
‫َﻻ‬
‫ُﻭ‬
‫ﺎﺱ‬‫ﻨ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺎﻑ‬
َ ‫ﺍﺧ‬
َ ‫ﺫ‬
َ
‫ﺇ‬
ِ‫ﻮﻥ‬
َ ‫ﻓ‬
ُ‫ﺎ‬
‫َﺨ‬
َ‫ﻳ‬‫ٍﻻ‬
َ ‫ﺭ‬‫ﻮ‬‫ﻧ‬
ُ‫َﻰ‬
‫ﻠ‬‫ْﻋ‬
َ ‫ﻢ‬
‫ﻬ‬
ُ‫ﻧ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬
ِ
‫ٌﻭ‬
َ‫ﺭ‬‫ﻮ‬‫ﻨ‬
ُ‫ﻟ‬
َ‫ﻢ‬
ْ‫ﻬ‬
ُ
‫ﻫ‬
َ‫ﻮ‬‫ُﺟ‬
ُ‫ﱠﻭ‬‫ِﻥ‬
‫ﺇ‬‫ﻪ‬
ِ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ﻮ‬
َ‫ﻓ‬
َ
(‫ﺩ‬‫ﻭ‬‫ﺍ‬
‫ﻮﺩ‬‫ﺑ‬
‫ﺃ‬ ‫ﻩ‬‫ﺍ‬
‫ﻭ‬‫ﺭ‬) (َ
‫ﻮﻥ‬‫ﻧ‬
ُ‫ﺰ‬
َ
‫َﺤ‬
ْ‫ْﻳ‬
‫ﻢ‬‫َﻫ‬
ُ‫ﻻ‬‫ْﻭ‬
َ ‫ﻢ‬
‫ﻬ‬
ِ‫ﻴ‬
ْ‫ﻠ‬
َ
‫ٌﻋ‬
َ ‫ْﻑ‬
‫ﻮ‬‫َﺧ‬
َ ‫ِﻻ‬
‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ء‬
َ‫ﺎ‬‫ﻴ‬
َ
‫ﻟ‬
ِ‫ﻭ‬
ْ‫ﺃ‬
َ‫ِﻥ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬‫ﻻ‬
َ‫ﺃ‬
َ
)َ‫ﺔ‬
‫ﻳ‬
َ‫ﺍﻵ‬‫ﻩ‬
ِ‫ﺬ‬
ِ
‫َﻫ‬
َ ‫ﺃ‬
‫ﺮ‬
َ ‫ﻗ‬
َ
‫ُﻭ‬
َ‫ﺎﺱ‬ ‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬
Dari Umar bin Khatab ra, Rasulullah SAW mengatakan kepadaku,
‘sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah terdapat sekelompok orang yang
mereka ini bukan para nabi dan bukan pula orang yang mati syahid, namun
posisi mereka di sisi Allah membuat para nabi dan orang yang mati syahid
menjadi iri. Para sahabat bertanya, beritahukan kepada kami, siapakah
mer eka itu ya Rasul ul
lah ? Bel iau menj awab,‘ mer eka adal
ah sekel ompok
orang yang saling mencintai karena Allah SWT, meskipun diantara mereka
tiada ikatan persaudaraan dan tiada pula kepentingan materi yang memotivasi
mereka. Demi Allah, wajah mereka bercahaya, dan mereka berada di atas
cahaya. Mereka tidak takut manakala manusia takut, dan mereka tidak
ber sedih hat i manakal a manusi a ber sdih hat i.’ Lalu Rasul ullah SAW
membacakan ayat ‘ Sesungguhnya wal i-wali Allah itu, mereka tidak takut dan
tidakpul aber sedihhat i
.”( HR.AbuDaud)

2. Tidak takut dan tidak bersedih hati.


(sebagaimana di gambarkan dalam hadits di atas)

3. Akan diampuni dosa-dosanya.


Rasulullah SAW bersabda:
56

َِ
‫ﻲ‬‫ﻘ‬
‫ﻟ‬
َ‫ﺍ‬‫ﺫ‬
َ‫ﺇ‬
ِ‫ْﻞ‬
ِ
َ‫ُﺴ‬
‫ﻤ‬‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ِﻥ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬:َ
‫ﻢ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬‫ﻪ‬
‫ﻴ‬
ْ‫ﻠ‬
َ‫ُﻋ‬
َ ‫ﺍﷲ‬‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬‫ِﺻ‬
َ ‫ﺍﷲ‬‫ْﻝ‬
ُ‫ﻮ‬‫َﺳ‬
ُ‫َﺭ‬
‫ﺎﻝ‬‫ﻗ‬،
َ ‫ﻪ‬
ُ
‫ﻨ‬
ْ‫ُﻋ‬
َ‫ﺍﷲ‬‫ِﻲ‬
َ‫َﺿ‬‫ّﺭ‬
‫ِﻲ‬
‫ِﺳ‬‫ﺭ‬‫ﺎ‬
‫ﻔ‬
َ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﺎﻥ‬
ِ‫ﻤ‬
َ‫ﻠ‬
ْ
‫ْﺳ‬
َ ‫َﻦ‬
‫ﻋ‬
‫ﻡ‬
ٍ‫ﻮ‬
ْ‫ﻳ‬
َ‫ِﻲ‬
ْ‫ِﻓ‬‫ﺔ‬
‫ِﺴ‬
َ‫ﺑ‬‫ﺎ‬
‫ﻴ‬
َ‫ﻟ‬
‫ﺍ‬
ْ‫ﺓ‬
ِ
‫ﺮ‬
َ‫ﱠﺠ‬
َ‫ﻟﺸ‬‫ﺍ‬‫َﻦ‬
ِ‫ُﻋ‬‫ﺔ‬ ‫ﻗ‬
َ
‫ﺭ‬
َ‫ﻮ‬
َ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﺎﺕ‬
‫ﱠ‬ ‫َﺤ‬
َ‫ﺘ‬‫ﺗ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﻤ‬
َ‫ﺎﻛ‬
َ ‫ﻤ‬
َ
‫ﻬ‬
ُ‫ﺑ‬
ُ‫ﻮ‬
ْ
‫ﻧ‬
ُ‫ﺎﺫ‬
ُ ‫ﻤ‬
َ
‫ﻬ‬
ُ‫ﻨ‬
ْ‫ْﻋ‬
َ‫َﺖ‬
‫ﺗ‬‫ﺎ‬
‫َﺤ‬
َ‫ﺗ‬‫ﻩ‬
ِ‫ﺪ‬
ِ
‫ﻴ‬
َ‫ﺑ‬
ِ‫ﺬ‬
َ‫َﺧ‬
َ‫ﺄ‬
‫َﻓ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻠ‬
ِ
‫ُﺴ‬
ْ‫ﻤ‬‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﻩ‬
ُ‫ﺎ‬
‫َﺧ‬
َ‫ﺃ‬
‫ﻢ‬
‫ﻌﺠ‬‫ﻤ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬ ‫ﻧﻲﻓﻲ‬
‫ﺍ‬‫ﺮ‬‫ﺒ‬
‫ﻟﻄ‬‫ﺍ‬‫ﻩ‬
‫ﺍ‬
‫ﻭ‬ ‫ﺭ‬)ِ‫ﺮ‬‫َﺤ‬
ْ‫ﺒ‬‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﺪ‬
ِ‫ﺑ‬
َ
‫َﺯ‬
َ‫ْﻞ‬‫ﺜ‬
‫َﻣ‬
ِ‫ﺎﻥ‬‫ْﻛ‬
َ‫ﻮ‬‫ﻟ‬
َ
‫ﺎﻭ‬
َ ‫ﻤ‬
َ‫ﻬ‬
ُ‫ﺑ‬
ُ
‫ﻮ‬
ْ‫ﻧ‬
ُ
‫ﺎﺫ‬
ُ ‫ﻤ‬
َ‫ﻬ‬
ُ
‫ﻟ‬
َ‫ﺮ‬
َ‫ﻔ‬
ِ‫ﱠﻏ‬
ُ‫ِﻻ‬
‫ﺇ‬‫ﻭ‬،
َ ‫ِﻒ‬
ٍ‫ﺎﺻ‬‫ٍﻋ‬
َ ‫ْﺢ‬
‫ﻳ‬
‫ﺭ‬
ِ
( ‫ﺎﻥ‬
‫ﻤ‬‫ﻳ‬
‫ﺍﻹ‬‫ﻌﺐ‬ ‫ﻘﻲﻓﻲﺷ‬‫ﻬ‬‫ﻴ‬
‫ﺒ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺮﻭ‬‫ﻴ‬
‫ﺒ‬‫ﻜ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬
Dari Salman al-Far i
sira,Rasul ul
lah SAW ber sabda,‘ Sesungguhnya seor ang
muslim, apabila ia bertemu dengan saudaranya muslim yang lainnya,
kemudian ia menjabat tangannya, maka akan berguguranlah dosa keduanya
sebagaimana bergugurannya dedaunan dari sebuah pohon yang telah kering di
hari angin bertiup sangat kencang. Atau kalau tidak, dosa keduanya akan
diampuni, meskipun sebanyak buih di lautan. (HR. Imam Tabrani dalam Al-
Mu’jam al-KabirVI /256,danI mam Bai haqidalam syu’abal -Iman VI/ 437)

4. Mendapat kan‘naungan’Al l
ah,dihar
iti
adanaungansel
ainnaungan-Nya.
Rasulullah SAW bersabda:
‫ْﻦ‬
َ‫ﻳ‬
‫ﺃ‬
َ‫ﺔ‬
ِ‫ﻣ‬
َ
‫ﺎ‬‫ﻴ‬
َ
‫ﻘ‬
ِ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﻡ‬
َ‫ﻮ‬
ْ
‫ﻳ‬
َ‫ﻮﻝ‬
ُ‫ﻘ‬
ُ‫ﻳ‬
َ‫ﻪ‬
َ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻥ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬‫ﻢ‬
َ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ‫ﻠ‬
َ
‫ُﻋ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬
‫ِﺻ‬
َ ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻮﻝ‬
ُ ‫َﺳ‬
ُ‫َﺭ‬
‫ﺎﻝ‬
‫َﻗ‬
َ‫ﺎﻝ‬
‫َﻗ‬
َ‫ﺓ‬‫ﺮ‬
َ
‫ﻳ‬
ْ‫ﺮ‬
َ‫ِﻲﻫ‬
ُ ‫ﺑ‬
‫ﺃ‬
َ‫َﻦ‬
ْ‫ﻋ‬
‫ﻢ‬
ْ
‫ﻬ‬
ُ‫ﻠ‬
‫ﱡ‬
‫ُﻇ‬
ِ‫ﺃ‬ ‫ﻡ‬
َ‫ﻮ‬
ْ‫ﻴ‬
َ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬‫ِﻲ‬
‫ﻟ‬
‫َﻼ‬
َ‫ِﺠ‬
‫ﺑ‬‫ﻮﻥ‬
َ‫ﺑ‬
‫ﱡ‬‫ﺎ‬
‫َﺤ‬
َ ‫ﺘ‬
‫ﻤ‬
ُ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬
(‫ﻢ‬
‫ﻠ‬‫ﻩﻣﺴ‬
‫ﺍ‬‫ﻭ‬‫ﺭ‬) ‫ﱢﻲ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠﻇ‬
ِ ‫ِﻻ‬
‫ﺇ‬‫ِﻞ‬
‫ﱠ‬‫َﻇ‬
‫َﻻ‬
‫ﻡ‬‫ﻮ‬
ْ‫ﱢﻲﻳ‬
َ ‫ﻠ‬
‫ِﻲﻇ‬
ِ ‫ﻓ‬
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda, bahwa Allah berfirman pada
hari kiamat . ‘ Di
manakah or ang-orang yang saling mencintai karena
keagungan-Ku.? Pada hari ini Aku akan menaungi mereka di hari tiada
naungan selain naungan-Ku. (HR. Muslim)

5. Mendapatkan cinta Allah.


Rasulullah SAW bersabda:
َ
‫ﺪ‬‫ْﺻ‬
َ‫ﺭ‬‫ﺄ‬
َ‫َﻯﻓ‬
َ ‫ﺮ‬‫ُﺧ‬
ْ‫ﺃ‬‫ﺔ‬
ٍ‫ﻳ‬
َ
‫ﺮ‬
ْ‫ِﻲﻗ‬
َ ‫ُﻓ‬
‫ﻪ‬
‫ﻟ‬
َ‫ﺎ‬‫َﺧ‬
ً ‫ﺃ‬
‫ﺭ‬
َ‫ﺍ‬‫ًﺯ‬
َ ‫ُﻼ‬
‫َﺟ‬
‫ﱠﺭ‬‫َﻥ‬‫ﺃ‬
‫ﻢ‬
َ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬ ‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ‫ُﻋ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬ ‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬
‫ﱢﺻ‬
َ ‫ِﻲ‬
‫ﺒ‬
‫ﻨ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫َﻦ‬
ْ‫َﻋ‬‫ﺓ‬
‫ﺮ‬
َ‫ﻳ‬
ْ‫ﺮ‬
َ‫ِﻲﻫ‬
ُ ‫ﺑ‬‫ﺃ‬
َ‫َﻦ‬
ْ‫ﻋ‬
‫َﻞ‬
ْ‫َﻫ‬
‫ﺎﻝ‬‫ِﻗ‬
َ‫ﺔ‬‫ﻳ‬
َ
‫ﺮ‬
ْ‫ﻘ‬
َ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬‫ﻩ‬
ِ
‫ﺬ‬
ِ‫ِﻲﻫ‬
َ ‫ِﻲﻓ‬
‫ﻟ‬‫ﺎ‬‫َﺧ‬
ً‫ﺃ‬‫ﺪ‬
ُ‫ﻳ‬
‫ﺭ‬
ِ‫ﺃ‬
ُ ‫ﺎﻝ‬
َ‫ُﻗ‬
َ‫ﺪ‬‫ﻳ‬
‫ﺮ‬
ِ ‫َﺗ‬
ُ‫ْﻦ‬
‫ﻳ‬‫ﺃ‬
َ‫ﺎﻝ‬
َ ‫ِﻗ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ‫ﻠ‬
َ
‫َﻰﻋ‬
َ ‫ﺗ‬‫ﺃ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﻤ‬
‫ﱠ‬‫ﻠ‬
َ
‫ﺎﻓ‬
َ ‫ﻜ‬
ً
‫ﻠ‬
َ‫ِﻣ‬
َ‫ﻪ‬‫ﺘ‬
ِ
‫َﺟ‬
َ‫ﺭ‬‫ﺪ‬
ْ‫َﻰﻣ‬
َ ‫ﻠ‬‫ُﻋ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻟ‬
َ‫ﻪ‬
ُ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬
‫ْﻚ‬
َ‫ﻴ‬
‫ﻟ‬
َ‫ﺇ‬
ِ
‫ﻪ‬
ِ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻮﻝ‬
ُ ‫َﺳ‬
ُ‫ﱢﻲﺭ‬
‫ﻧ‬‫ﺈ‬
ِ
‫َﻓ‬
َ‫ﺎﻝ‬
‫ﱠﻗ‬
َ‫َﻞ‬‫َﺟ‬
‫ﱠﻭ‬
‫ﺰ‬‫ِﻋ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻲ‬‫ُﻓ‬
‫ﻪ‬‫ﺘ‬
ُ
‫ﺒ‬
ْ‫ﺒ‬
َ‫َﺣ‬
ْ‫ﺃ‬‫ﱢﻲ‬‫ﻧ‬
‫ﺃ‬
َ‫ﺮ‬
َ‫ﻴ‬
ْ‫َﻏ‬
َ ‫َﻻ‬
‫ﺎﻝ‬‫ﺎﻗ‬
َ ‫ﻬ‬
َ‫ﺑ‬
‫ﱡ‬
‫ﺮ‬
ُ‫ﺗ‬
َ‫ﺔ‬
ٍ‫ﻤ‬
َ
‫ﻌ‬
ْ‫ﻧ‬
ِ‫ِﻦ‬
ْ‫ِﻣ‬‫ﻪ‬
‫ﻴ‬
ْ‫ﻠ‬
َ
‫َﻋ‬
َ‫َﻚ‬‫ﻟ‬
(‫ﻢ‬
‫ﻠ‬‫ﻩﻣﺴ‬‫ﺍ‬‫ﻭ‬‫ﺭ‬) ِ
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
‫ُﻓ‬
ِ‫ﻪ‬‫ﺘ‬
َ‫ﺒ‬
ْ‫ﺒ‬
َ
‫َﺣ‬
ْ‫ﺃ‬ ‫ﺎ‬
‫ﻤ‬
َ‫َﻛ‬
َ ‫ﱠﻚ‬
‫ﺒ‬‫َﺣ‬
َ‫ﺃ‬‫ﺪ‬
ْ‫َﻗ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫َﻥ‬
‫ﱠ‬ ‫ﺄ‬‫ﺑ‬
ِ
Dari Abu Hurairah ra, bahwa seorang pemuda mengunjungi saudaranya di kota
lain. Di tengah perjalanannya, Allah mengutuskan padanya seorang malaikat
(yang menyamar ).Ket i
ka mal ai
kat t i
ba padanya,berkata,‘Wahaipemuda,
engkau hendak kemana?’I a menj awab,‘aku ingi
n ber
sil
aturahim ke tempat
saudar aku dikot aini.’Malaikatber tanyalagi,‘
Apakah maksud kedat anganmu
ada kepent i
ngan duni awiyang i ngin kau cari
?’Ia menjawab,‘ Tidak,selain
hanya kar ena aku menci ntai
nya kar ena All
ah SWT. ’ Kemudian mal ai
kat
ber kata, ‘sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, diperintahkan
untuk menyampaikan kepadamu bahwa Allah telah mencintaimu, sebagaimana
kamu mencintai saudaramu tersebut. (HR. Muslim)

6. Dapat merasakan manisnya iman.


Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda:
َ
‫ﺪ‬
‫َﺟ‬
َ‫ِﻭ‬‫ﻪ‬
‫ﻴ‬‫ﱠﻓ‬
ِ‫ُﻦ‬
‫ْﻛ‬
‫َﻦ‬
‫ٌﻣ‬
‫َﺙ‬
‫َﻼ‬‫ﺛ‬
‫ﺎﻝ‬
َ ‫َﻗ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ‫ﻠ‬
َ
‫ُﻋ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﱠﻰ‬‫ﻠ‬
‫ﱢﺻ‬
َ ‫ِﻲ‬
‫ﺒ‬‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫َﻦ‬
ْ‫ُﻋ‬
‫ﻪ‬‫ﻨ‬
ْ‫ُﻋ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ِﻲ‬
َ‫َﺿ‬‫ٍﺭ‬
‫ِﻚ‬
‫ﻟ‬
‫ﺎ‬‫ِﻣ‬
َ‫ْﻦ‬
‫ﺑ‬‫َﺲ‬
ِ‫ﻧ‬‫ﺃ‬
َ
‫َﻦ‬
ْ‫ﻋ‬
‫ﻪ‬
ِ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
ِ‫ِﻻ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬‫ﻪ‬
ُ‫ﺒ‬
‫ﱡ‬
‫ُﺤ‬
ِ‫ﻳ‬‫َﻻ‬
َ‫ء‬‫ﺮ‬
ْ‫ﻤ‬
َ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ِﺐ‬
‫ﱠ‬‫ُﺤ‬‫ﻳ‬
‫َﻥ‬
ْ ‫ﺃ‬
‫ﺎﻭ‬
َ ‫ﻤ‬
َ
‫ﻫ‬
ُ‫ﺍ‬‫ﻮ‬
َ‫ﺎﺳ‬
ِ ‫ﻤ‬
‫ﱠ‬‫ِﻣ‬
ِ‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻟ‬
َ‫ﺇ‬
ِ
‫َﺐ‬
‫ﱠ‬ ‫َﺣ‬
‫ﺃ‬‫ﻪ‬
ُ‫ﻟ‬
ُ
‫ﻮ‬‫َﺳ‬
ُ‫ﺭ‬‫ُﻭ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻮﻥ‬
َ ‫ﻜ‬
ُ‫ﻳ‬
َ‫َﻥ‬
ْ‫ﺃ‬
‫ﺎﻥ‬
ِ ‫ﻤ‬
َ‫ﻳ‬
‫ﺍﻹ‬
ِ ‫ﺓ‬
َ
‫ﻭ‬
َ‫َﻼ‬
َ‫ﺣ‬
(‫ﺭﻱ‬‫ﺎ‬
‫ﺒﺨ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻩ‬
‫ﺍ‬‫ﻭ‬‫ﺭ‬)ِ
‫ﺭ‬‫ﺎ‬
‫ﻨ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻲ‬
‫َﻓ‬
‫َﻑ‬‫ﺬ‬
‫ﻘ‬
ْ‫ﻳ‬
ُ‫َﻥ‬
ْ‫ﺃ‬‫ﻩ‬
ُ‫ﺮ‬
َ‫ﻜ‬
ْ
‫ﻳ‬
َ‫ﺎ‬‫ﻤ‬
َ‫ِﻛ‬
َ‫ﺮ‬‫ﻔ‬
ْ‫ﻜ‬
ُ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬‫ِﻲ‬
‫َﻓ‬
‫ﺩ‬‫ﻮ‬
‫ﻌ‬
ُ ‫ﻳ‬
َ
‫َﻥ‬
ْ ‫ﺃ‬
‫ﻩ‬
َ‫ﺮ‬
َ‫ﻜ‬
ْ
‫ﻳ‬
َ‫َﻥ‬
ْ‫ﺃ‬‫ﻭ‬
َ
Dar iAnasbi n Mali
kr a,Rasulullah SAW ber sabda,‘ada ti
ga hal ,yang apabil
a
ketiganya terdapat dalam diri seseorang, maka ia akan dapat merasakan
manisnnya iman. (1) Lebih mencintai Allah dan rasul-Nya dari pada apapun
selain keduanya. (2) Mencintai seseorang semata-mata hanya karena Allah
57

SWT. (3) Tidak menyukai kembali pada kekafiran, sebagaimana ia benci jika
dilemparkan ke dalam api neraka. (HR. Bukhari)

Syarat Dalam Berukhuwah


Untuk melaksanakan kewajiban dalam berukhuwah dan juga untuk dapat
menggapai seluruh keutamaan yang terkandung dalam ukhuwah, seroang muslim
harus dapat merealisasikan syarat-syarat dalam berukhuwah. Diantara syarat-
syaratnya adalah:
1. Ikhlas.
Ukhuwah seorang muslim terhadap muslim lainnya, haruslah dilandasi dengan
keikhlasan kepada Allah SWT. Ukuhwah yang terlahir bukan karena sesuatu
yang bersifat keduniaan, atau karena termotivasi oleh kepentingan tertentu.
Karena apabila ukhuwah telah tercampur dengan ketidak ikhlasan, maka sudah
menjadi hak Allah apabila tidak menerima ukhuwah yang seperti itu. Kisah yang
terdapat dalam hadits, yang menceritakan seorang pemuda yang ingin
mengunj ungi‘saudarasei mannya’( li
hathadi t
s keutamaan ukhuwah no. 5 dalam
makalah ini) menunjukkan bahwa ukhuwah itu harus ikhlas semata-mata
cintanya hanya karena Allah. Dan ukhuwah seperti inilah yang akan
membuahkan mendapatkan cinta dari Allah SWT.

2. Dilandasi dengan iman dan ketaqwaan.


Karena hanya iman dan ketaqwaan sajalah, yang mampu menjadikan ukhuwah
tetap bersih, sebagaimana yang diinginkan oleh Islam. Allah menggambarkan
dalam Al-Qur ’an(QS.43:67) :

‫ﻴﻦ‬
‫ﻘ‬
ِ‫ﺘ‬
‫ﱠ‬
‫ﻤ‬
ُ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ِﻻ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬‫ﻭ‬
‫ﱞ‬
‫ﺪ‬
ُ‫ٍﻋ‬
َ‫ْﺾ‬‫ﻌ‬
‫ﺒ‬
َ‫ﻟ‬
ِ‫ﻢ‬
ْ
‫ﻬ‬
ُ‫ْﻀ‬
ُ‫ﻌ‬‫ﺑ‬
َ
‫ﺬ‬
ٍ‫ﺌ‬
ِ‫ﻣ‬
َ
‫ﻮ‬
ْ‫ﻳ‬
َ‫ء‬
ُ
‫ِﻼ‬
‫ﱠ‬ ‫َﺧ‬
‫ﺍﻷ‬

Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain
kecuali orang-or angyangber takwa.”

3. Komitmen dengan adab Islam.


Ukhuwah tidak akan pernah terajut, apabila kedua orang yang saling
berukhuwah tidak mengimplementasikan adab dan perilaku islami. Dan hal
seperti inilah, yang maknanya terkandung dalam salah satu sabda Rasulullah
SAW :
…ِ
‫ﻪ‬
‫ﻴ‬
ْ‫ﻠ‬
َ
‫ﺎﻋ‬
َ ‫ﻗ‬
َ
‫ﺮ‬
‫ﱠ‬‫ﻔ‬
َ‫ﺗ‬
َ
‫ِﻭ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ
‫ﺎﻋ‬
َ ‫ﻌ‬
َ
‫ﻤ‬
َ‫ﺘ‬
َ‫ﺍﺟ‬
ْ‫ﺍﷲ‬
ِ ‫ِﻲ‬
ْ‫ﺎﻓ‬
‫ﺑ‬
‫ﱠ‬
‫ﺎ‬‫َﺤ‬
َ‫ِﺗ‬
‫َﻥ‬
‫ُﻼ‬
‫َﺟ‬
‫ﺭ‬‫ﻭ‬
َ

…danduaorangpemuda,yangsal
ingmencintaikar
enaAll
ah.Mer
ekabert
emukar
ena
All
ahdanmerekapunberpi
sahkarenaAllahSWT… (
HR.Musl
im)

4. Berlandaskan pada prinsip saling menasehati kerena Allah.


Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW mengatakan bahwa:
‫ﺍ‬
‫ﺫ‬
َ‫ﺇ‬
ِ‫ﻪ‬
ِ
‫ﻴ‬
ْ‫َﺧ‬
ِ‫ﺃ‬
‫ﺓ‬
َ‫ﺁ‬
‫ﺮ‬
ْ‫ُﻣ‬
ِ‫ِﻦ‬
‫ﻣ‬
‫ﺆ‬
ْ‫ﻤ‬
ُ‫ﻟ‬
‫ﺍ‬:َ
‫ﻢ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﺍﷲ‬‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬‫ِﺻ‬
َ ‫ﺍﷲ‬‫ْﻝ‬
ُ‫ﻮ‬‫َﺳ‬
ُ‫َﺭ‬
‫ﺎﻝ‬‫ُﻗ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻨ‬
ْ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﺍﷲ‬
‫ِﻲ‬
َ ‫َﺿ‬
‫َﺭ‬
‫ﺓ‬‫ﺮ‬
َ
‫ﻳ‬
ْ‫ﺮ‬
َ‫ْﻫ‬
ُ‫ِﻲ‬
‫ﺑ‬
‫ﺃ‬
َ‫َﻦ‬
ْ‫ﻋ‬
‫ﻪ‬
ُ
‫َﺤ‬
َ‫ﻠ‬‫َﺻ‬
ْ ‫ﺃ‬
‫ﺎ‬‫ﺒ‬
ً
‫ﻴ‬
ْ‫ﺎﻋ‬
َ ‫ﻬ‬
َ‫ﻴ‬
ْ
‫َﻯﻓ‬
ِ ‫ﺃ‬‫ﺭ‬
َ
(‫ﺩ‬
‫ﺮ‬‫ﻔ‬‫ﻤ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺩﺏ‬‫ﺍﻷ‬‫ﺭﻱﻓﻲ‬‫ﺎ‬‫ﺒﺨ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ﻩ‬‫ﺍ‬
‫ﻭ‬ ‫ﺭ‬
)
DariAbuHur airahr a,Rasul
ullahSAW ber sabda,‘ Seorangmu’ mi nmer upakan
cer
mi nbagimu’ minlai
nnya,yangapabi l
aiamel ihatpadaai bpadadiri
saudaranya, ia memperbaikinya. (HR. Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad)

5. Saling tolong menolong dalam kesenangan dan kesusahan.


Hal ini digambarkan Allah dalam Al-Qur
’an(
QS.5:2)
58

‫ﺎﺏ‬
ِ‫ﻘ‬
َ‫ﻌ‬
ِ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬‫ﺪ‬
ُ
‫ﻳ‬‫ﺪ‬
ِ
‫َﺷ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻥ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬
‫ﻪ‬
َ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺍ‬
‫ﻮ‬‫ﻘ‬
ُ
‫ﺗ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬
‫ِﻭ‬
َ‫ﺍﻥ‬
‫ﻭ‬
َ‫ﺪ‬
ْ
‫ﻌ‬
ُ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ِﻭ‬
َ‫ﻢ‬‫ﺛ‬
ْ
‫ْﻹ‬
ِ‫ﺍ‬ ‫َﻰ‬
‫ﻠ‬
‫ﺍﻋ‬
َ ‫ﻮ‬
‫ﻧ‬
ُ‫ﻭ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﻌ‬
َ‫ﺗ‬
َ‫َﻻ‬
َ‫َﻯﻭ‬
‫ﻮ‬
‫ﻘ‬
ْ‫ﺘ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ﱢﻭ‬
َ‫ﺮ‬‫ﺒ‬
ِ
‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫َﻰ‬
‫ﻠ‬
‫ﺍﻋ‬
َ ‫ﻮ‬
‫ﻧ‬
ُ‫ﻭ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﻌ‬
َ‫ﺗ‬
َ
‫ﻭ‬
َ
*

Dant
olongmenolongl
ahkal
iandalam kebai
kandanket
aqwaan,danjanganlahkal
ian
sal
ingt
olongmenolongdal
am perbuat
andosadanpermusuhan.”

Tolong menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan merupakan perintah Allah


SWT, baik dalam kondisi suka maupun duka. Bahkan dalam sebuah hadits,
Rasulullah SAW mengungkapkan :
ْ
‫ﻢ‬
‫ﻫ‬
ِ‫ﺩ‬
‫ﱢ‬‫ﺍ‬
‫ﻮ‬
َ‫ﺗ‬
َ‫ِﻲ‬
‫َﻓ‬
‫ﻴﻦ‬
‫ﻨ‬
ِ‫ﻣ‬
ِ‫ﺆ‬
ْ
‫ﻤ‬
ُ‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬
‫َﻞ‬
ُ‫ﺜ‬‫َﻣ‬
َ‫ﻢ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬‫ِﺻ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ﻮﻝ‬
ُ ‫َﺳ‬
ُ‫َﺭ‬
‫ﺎﻝ‬‫َﻗ‬
َ‫ﺎﻝ‬
‫ٍﻗ‬
َ‫ﺮ‬‫ﻴ‬‫َﺸ‬
ِ‫ﺑ‬‫ْﻦ‬
ِ‫ﺑ‬‫ﺎﻥ‬
ِ‫ﻤ‬
َ‫ﻌ‬
ْ‫ﻨ‬
‫ﱡ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫َﻦ‬
ْ‫ﻋ‬
‫ﱠﻰ‬
‫ﻤ‬
‫ْﺤ‬
ُ‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ِﻭ‬
َ‫ﺮ‬‫ﻬ‬
َ‫ﻟﺴ‬
‫ﱠ‬‫ﺎ‬‫ﺑ‬
ِ
‫ﺪ‬
ِ‫َﺴ‬
َ‫ْﺠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ﺮ‬
ُ‫ﺋ‬
ِ‫ﺎ‬
‫ُﺳ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻟ‬
َ‫َﻰ‬
‫ﺍﻋ‬
‫ﺪ‬
َ‫ﺗ‬
َ‫ﻮ‬
ٌ
‫ُﻀ‬
ْ ‫ُﻋ‬‫ﻪ‬
‫ﻨ‬
ْ‫َﻰﻣ‬
ِ ‫ﻜ‬ ‫ﺘ‬
َ
‫ﺍﺷ‬
ْ ‫ﺍ‬‫ﺫ‬
َ
‫ﺇ‬
ِ‫ﺪ‬
ِ‫َﺴ‬
َ‫ْﺠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫َﻞ‬
ُ‫ﺜ‬‫ْﻣ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻬ‬
ِ
‫ﻔ‬
ِ‫ﺎﻃ‬
ُ‫ﻌ‬
َ ‫ﺗ‬
َ
‫ْﻭ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻬ‬
ِ
‫ﻤ‬
ِ‫ﺍﺣ‬
ُ‫ﺮ‬
َ‫ﺗ‬
َ
‫ﻭ‬
َ
(‫ﻢ‬
‫ﻠ‬‫ﻩﻣﺴ‬‫ﺍ‬
‫ﻭ‬‫ﺭ‬)
Dar iNu’manbi nBasyi rra,RasulullahSAW ber sabda,‘ Perumpamaanor ang-
or
angmu’ mi ndal am halkecintaan dan kasih sayang diantara mereka adalah
laksana satu tubuh, yang apabila terdapat salah satu anggota tubuhnya yang
sakit, maka seluruh tubuhnya akan merasakan sakit, dengan tidak dapat tidur
dandemam. ’(HR.Musl im)

Cara untuk mempererat tali ukhuwah


Terdapat beberapa cara untuk dapat menumbuhkan serta mempererat
jalinan tali ukhuwah yang terajut diantara kaum muslimin. Diantara caranya
adalah:

1. Member it
ahukanr asa‘ci
nta’nyakepadasaudar anya.
Hal ini sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah SAW:
‫َﺐ‬
‫ﱠ‬‫َﺣ‬
‫ﺃ‬
‫ﺍ‬‫ﺫ‬
َ‫ﺇ‬
ِ
‫ﺎﻝ‬
َ ‫َﻗ‬
َ‫ﻢ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ‫ُﻋ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ﱠﻰ‬‫ﻠ‬
‫ﱢﺻ‬
َ ‫ِﻲ‬
‫ﺒ‬‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫َﻦ‬
ْ‫ُﻋ‬
‫ﻪ‬‫ﻛ‬
َ‫ﺭ‬
َ‫ﺩ‬
ْ‫ﺃ‬
َ‫ﺎﻥ‬
َ‫ْﻛ‬
َ ‫ﺪ‬
‫ﻗ‬
َ‫َﻭ‬
َ‫ِﺏ‬‫ﺮ‬
‫ِﻱﻛ‬
َ ‫ﺪ‬
‫ﻌ‬
ْ‫ِﻣ‬
َ‫ْﻦ‬
‫ﺑ‬‫ﻡ‬
ِ
‫ﺍ‬‫ﺪ‬
َ
‫ﻘ‬
ْ‫ﻤ‬
ِ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬‫َﻦ‬
ْ‫ﻋ‬
(‫ﺩ‬‫ﻭ‬
‫ﺍ‬‫ﻮﺩ‬‫ﺑ‬
‫ﺃ‬‫ﻩ‬‫ﺍ‬
‫ﻭ‬‫ﺭ‬)ُ
‫ﻪ‬
‫ﺒ‬
‫ﱡ‬‫ُﺤ‬
ِ‫ُﻳ‬
‫ﻪ‬
‫ﻧ‬
‫ﱠ‬‫ﺃ‬
َ‫ﻩ‬
ُ
‫ﺮ‬
ْ‫ﺒ‬
ِ‫ُﺨ‬
ْ‫ﻴ‬‫ﻠ‬
ْ
‫ُﻓ‬
َ‫ﻩ‬‫ﺎ‬
‫َﺧ‬
َ‫ﺃ‬‫ُﻞ‬
ُ‫ﱠﺟ‬
‫ﺮ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬
Dari Al-Mi
qdam binMa’ diKarib,Rasul ull
ahSAW ber sabda,‘Apabila seorang
mu’mi nmencintaisaudaranyasesamamu’ min,makaber itahukanlahbahwai a
mencintainya (karena Allah SWT) (HR. Abu Daud)

Dalam riwayat lain, dikisahkan :


َ‫ﻮ‬
‫ﻝ‬ ‫َﺳ‬
ُ‫ﺎﺭ‬
‫ﻳ‬
َ‫ﺎﻝ‬
َ‫ﻘ‬
َ‫ٌﻓ‬
َ‫ُﻞ‬
‫َﺟ‬
‫ِﺭ‬
‫ﻪ‬‫ﺑ‬
ِ‫ﺮ‬
‫ﱠ‬‫ﻤ‬
َ‫َﻓ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ‫ﻠ‬
َ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬
‫ﱢﺻ‬
َ ‫ِﻲ‬
‫ﺒ‬
‫ﻨ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺪ‬
َ‫ﻨ‬
ْ
‫َﻋ‬
ِ ‫ﺎﻥ‬‫ًﻛ‬
َ‫ُﻼ‬
‫َﺟ‬‫ﱠﺭ‬‫َﻥ‬
‫ﺃ‬‫ِﻚ‬
ٍ‫ﻟ‬
‫ﺎ‬‫ِﻣ‬
َ‫ْﻦ‬
‫ﺑ‬‫َﺲ‬
ِ‫ﻧ‬‫ﺃ‬
َ‫َﻦ‬
ْ‫ﻋ‬
‫ﻪ‬
ُ
‫ﻘ‬
َ‫َﺤ‬
ِ‫ﻠ‬
‫َﻓ‬
َ‫ﺎﻝ‬
‫ُﻗ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻤ‬
ْ‫ﻠ‬
ِ
‫َﻋ‬
ْ‫ﺃ‬‫ﺎﻝ‬
َ‫َﻗ‬
َ‫َﻻ‬‫ﺎﻝ‬‫ُﻗ‬
َ‫ﻪ‬
‫ﺘ‬
َ‫ﻤ‬
ْ‫ﻠ‬
َ
‫َﻋ‬
ْ‫ﺃ‬‫ﻢ‬
َ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ‫ﻠ‬
َ
‫ُﻋ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬
‫ﱡﺻ‬
َ ‫ِﻲ‬‫ﺒ‬‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ﻪ‬
ُ
‫ﻟ‬
َ‫ﺎﻝ‬
َ ‫ﻘ‬
َ‫ﺍﻓ‬
َ ‫ﺬ‬
َ
‫ﱡﻫ‬
َ ‫ِﺐ‬
‫ُﺣ‬
‫ﱢﻲﻷ‬‫ﻧ‬
‫ﺇ‬
ِ‫ﻪ‬
ِ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬
(‫ﺩ‬‫ﻭ‬‫ﺍ‬
‫ﻮﺩ‬‫ﺑ‬
‫ﺃ‬‫ﻩ‬‫ﺍ‬
‫ﻭ‬‫ﺭ‬)ُ‫ﻪ‬
‫ﻟ‬
َ‫ِﻲ‬
‫ﻨ‬‫ﺘ‬
َ
‫ﺒ‬
ْ‫ﺒ‬
َ
‫َﺣ‬
ْ‫ﺃ‬‫ِﻱ‬
‫ﺬ‬‫ﻟ‬
‫ﱠ‬
‫ﺍ‬‫ﱠﻚ‬
َ‫ﺒ‬‫َﺣ‬
َ‫ﺃ‬‫ﺎﻝ‬
َ‫ﻘ‬
َ‫ِﻓ‬
َ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬ ‫ِﻲ‬
‫َﻓ‬
‫ﱡﻚ‬
‫ﺒ‬‫ُﺣ‬
ِ‫ﺃ‬‫ﱢﻲ‬‫ﻧ‬
‫ﺇ‬
ِ‫ﺎﻝ‬
َ ‫ﻘ‬
َ
‫ﻓ‬
َ
Dari Anas bin Malik ra, bahwa seorang pemuda ada di samping Rasulullah
SAW, kemudian tidak lama kemudian, lewatlah seseorang melalui mereka.
Kemudi anpemudai nimengat akan,‘ YaRasul ul
lah,sungguhakumenci ntai
orang itu (karenaAl l
ah) .
’Kemudi anRasul ullahSAW ber tanya,‘sudahkah
engkaumember i
tahukanpadanya?’I amenj awab,‘belum. ’Rasulul
lahSAW
mengat akan,kal audemi ki
anber i
tahukalahpadanya. ’Lalupemudai ni
mengi kutiorangt ersebutdanmengat akanpadanya,‘ akumencintaimu karena
All
ah. ’Orangt ersebutmenj awab,‘SemogaAl lahmenci ntaimuseper tiengkau
mencintaiku karena-Nya. ’(HR.AbuDaud)

2. Mendoakan saudaranya
Dalam sebuah riwayat dikisahkan:
‫ﺎﻝ‬
َ‫ﻗ‬
َ‫ِﻲﻭ‬
َ ‫ﻟ‬‫ِﻥ‬
َ‫ﺫ‬
‫ﺄ‬
َ‫ِﻓ‬
َ‫ﺓ‬
‫ﺮ‬
َ‫ﻤ‬
ْ‫ﻌ‬
ُ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬‫ِﻲ‬
‫َﻓ‬
‫ﻢ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ‫ﻠ‬
َ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠﺻ‬
َ ‫ِﻲ‬
‫ﺒ‬‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ْﺖ‬
ُ‫ﻧ‬‫ﺫ‬
َ
‫ﺄ‬
ْ‫ﺘ‬
َ
‫ﺍﺳ‬
ْ ‫ﺎﻝ‬
َ ‫ُﻗ‬
َ‫ﻪ‬
‫ﻨ‬
ْ‫ُﻋ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻲ‬
َ‫َﺿ‬‫َﺭ‬
‫ﺮ‬‫ﻤ‬
َ
‫ْﻋ‬
ُ ‫َﻦ‬
‫ﻋ‬
(‫ﺩ‬
‫ﻭ‬‫ﺍ‬
‫ﻮﺩ‬‫ﺑ‬
‫ﺃ‬‫ﻩ‬
‫ﺍ‬‫ﻭ‬‫ﺭ‬
) ‫ﺎ‬‫ﻴ‬
َ
‫ﻧ‬
ْ‫ﺪ‬
‫ﱡ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ﺎ‬
‫ﻬ‬
َ‫ﺑ‬
ِ‫ِﻲ‬
‫ﻟ‬‫َﻥ‬
‫ﱠ‬‫ﺃ‬‫ِﻲ‬
‫ﻧ‬
‫ﺮ‬
‫ﱡ‬‫َﺴ‬
ُ‫ﻳ‬‫ﺎ‬
‫ًﻣ‬
َ‫ﺔ‬‫ﻤ‬
َ‫ﻠ‬
ِ
‫َﻛ‬
َ‫ﺎﻝ‬
‫ﻘ‬
َ‫َﻓ‬
َ‫ِﻚ‬
‫ﺋ‬
‫ﺎ‬‫ُﻋ‬
َ‫ْﺩ‬
‫ِﻦ‬
‫ﱠﻣ‬
‫َﻲ‬
‫ُﺧ‬
‫ﺃ‬‫ﺎ‬
‫ﻳ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﻨ‬
َ‫ْﺴ‬
َ‫ﻨ‬
‫ﺗ‬
َ‫ﻻ‬
َ
59

Dari Umar bin Khattab ra, aku meminta izin kepada Rasulullah SAW untuk
pergiumr ah.Kemudi anRasul ull
ahSAW mengi zinkaakudanber kata,‘
jangan
lupa wahai saudaraku doanya. Beliau mengucapkan sebuah kalimat yang
teramat membahagiakan, seakan aku memiliki dunia. (HR. Abu Daud)

3. Memberikan senyuman.
‫ِﻦ‬
ْ‫ﱠﻣ‬
‫َﻥ‬
‫ﺮ‬‫ﻘ‬
ِ
‫َﺤ‬
ْ‫ﺗ‬‫َﻻ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬‫ﻪ‬
‫ﻴ‬
ْ‫ﻠ‬
َ
‫ُﻋ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬
‫ﱡﺻ‬
َ ‫ِﻲ‬
‫ﺒ‬‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻲ‬
َ‫ﻟ‬‫ﺎﻝ‬
َ‫َﻗ‬
َ‫ﺎﻝ‬
‫ﱟﻗ‬
َ‫ﺭ‬‫ِﻲﺫ‬
َ ‫ﺑ‬
‫ﺃ‬
َ‫َﻦ‬
ْ‫ِﻋ‬‫ِﺖ‬
‫ﻣ‬
‫ﺎ‬‫ﻟﺼ‬
‫ﱠ‬ ‫ﺍ‬
‫ْﻦ‬
ِ‫ﺑ‬‫ﻪ‬
ِ
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺪ‬
ِ‫ﺒ‬
ْ
‫ْﻋ‬
َ ‫َﻦ‬
‫ﻋ‬
(‫ﻢ‬
‫ﻠ‬‫ﻩﻣﺴ‬‫ﺍ‬
‫ﻭ‬‫ﺭ‬)ٍ
‫ْﻖ‬
‫ﻠ‬
‫ٍﻃ‬
َ ‫ﻪ‬
‫َﺟ‬
ْ‫ﻮ‬‫ﺑ‬
ِ‫ﺎﻙ‬
َ‫َﺧ‬
َ‫ﺃ‬‫َﻰ‬
‫ﻘ‬
‫ﻠ‬
ْ‫ﺗ‬
َ
‫َﻥ‬
ْ ‫ﺃ‬
‫ﻮ‬
ْ‫ﻟ‬
َ‫ﺎﻭ‬
َ ‫ﺌ‬
ً
‫ﻴ‬
ْ‫ِﺷ‬
َ‫ﻭﻑ‬‫ﺮ‬
ُ‫ﻌ‬
ْ‫ﻤ‬
َ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬
Dar
iAbuDzarr a,Rasulul
lahSAW mengat akankepadaku,‘ janganlahkal i
an
menganggap remeh satu perbuatan baik sedikitpun, meskipun hanya
memberikan senyuman (wajah yang ramah) kepada kepada saudaramu. (HR.
Muslim)

4. Menjabat tangan.
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW mengatakan:
َِ
‫ﻲ‬‫ﻘ‬
‫ﻟ‬
َ‫ﺍ‬‫ﺫ‬
َ‫ﺇ‬
ِ
‫ﻢ‬
َ‫ﻠ‬
ِ‫ُﺴ‬
ْ‫ﻤ‬
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬‫ِﻥ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬:َ
‫ﻢ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬‫ﻪ‬
‫ﻴ‬
ْ‫ﻠ‬
َ‫ُﻋ‬
َ ‫ﺍﷲ‬‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬‫ِﺻ‬
َ ‫ﺍﷲ‬‫ْﻝ‬
ُ‫ﻮ‬‫َﺳ‬
ُ‫َﺭ‬
‫ﺎﻝ‬‫ﻗ‬،
َ ‫ﻪ‬
ُ
‫ﻨ‬
ْ‫ُﻋ‬
َ‫ﺍﷲ‬‫ِﻲ‬
َ‫َﺿ‬‫ّﺭ‬
‫ِﻲ‬
‫ِﺳ‬‫ﺭ‬‫ﺎ‬
‫ﻔ‬
َ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﺎﻥ‬
ِ‫ﻤ‬
َ‫ﻠ‬
ْ
‫ْﺳ‬
َ ‫َﻦ‬
‫ﻋ‬
‫ﻡ‬
ٍ‫ﻮ‬
ْ‫ﻳ‬
َ‫ِﻲ‬
ْ‫ِﻓ‬
‫ﺔ‬‫ِﺴ‬
َ‫ﺑ‬
‫ﺎ‬‫ﻴ‬
َ
‫ﻟ‬‫ﺍ‬
ْ‫ﺓ‬
ِ
‫ﺮ‬
َ‫ﱠﺠ‬
َ‫ﻟﺸ‬‫ﺍ‬‫َﻦ‬
ِ‫ُﻋ‬‫ﺔ‬ ‫ﻗ‬
َ
‫ﺭ‬
َ‫ﻮ‬
َ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﺎﺕ‬
‫ﱠ‬ ‫َﺤ‬
َ‫ﺘ‬‫ﺗ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﻤ‬
َ‫ﺎﻛ‬
َ ‫ﻤ‬
َ
‫ﻬ‬
ُ‫ﺑ‬
ُ‫ﻮ‬
ْ
‫ﻧ‬
ُ‫ﺎﺫ‬
ُ ‫ﻤ‬
َ
‫ﻬ‬
ُ‫ﻨ‬
ْ‫ْﻋ‬
َ‫َﺖ‬
‫ﺗ‬‫ﺎ‬
‫َﺤ‬
َ‫ﺗ‬‫ﻩ‬
ِ‫ﺪ‬
ِ
‫ﻴ‬
َ‫ﺑ‬
ِ‫ﺬ‬
َ‫َﺧ‬
َ‫ﺄ‬
‫َﻓ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻠ‬
ِ
‫ُﺴ‬
ْ‫ﻤ‬‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﻩ‬
ُ‫ﺎ‬
‫َﺧ‬
َ‫ﺃ‬
‫ﻢ‬
‫ﻌﺠ‬‫ﻤ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻧﻲﻓﻲ‬‫ﺍ‬‫ﺮ‬
‫ﺒ‬‫ﻟﻄ‬
‫ﺍ‬ ‫ﻩ‬
‫ﺍ‬
‫ﻭ‬ ‫ﺭ‬)ِ‫ﺮ‬‫َﺤ‬
ْ‫ﺒ‬‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﺪ‬
ِ‫ﺑ‬
َ
‫َﺯ‬
َ‫ْﻞ‬
‫ﺜ‬‫َﻣ‬
ِ‫ﺎﻥ‬‫ْﻛ‬
َ‫ﻮ‬‫ﻟ‬
َ
‫ﺎﻭ‬
َ ‫ﻤ‬
َ‫ﻬ‬
ُ‫ﺑ‬
ُ
‫ﻮ‬
ْ‫ﻧ‬
ُ
‫ﺎﺫ‬
ُ ‫ﻤ‬
َ‫ﻬ‬
ُ
‫ﻟ‬
َ‫ﺮ‬
َ‫ﻔ‬
ِ‫ﱠﻏ‬
ُ‫ِﻻ‬
‫ﺇ‬‫ﻭ‬،
َ ‫ِﻒ‬
ٍ‫ﺎﺻ‬‫ٍﻋ‬
َ ‫ْﺢ‬
‫ﻳ‬
‫ﺭ‬
ِ
( ‫ﺎﻥ‬
‫ﻤ‬‫ﻳ‬
‫ﺍﻹ‬‫ﻌﺐ‬ ‫ﻘﻲﻓﻲﺷ‬‫ﻬ‬‫ﻴ‬
‫ﺒ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺮﻭ‬‫ﻴ‬
‫ﺒ‬‫ﻜ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬
Dari Salman al-Far isira,Rasulull
ahSAW ber sabda,‘ Sesungguhnyaseor ang
muslim, apabila ia bertemu dengan saudaranya muslim yang lainnya,
kemudian ia menjabat tangannya, maka akan berguguranlah dosa keduanya
sebagaimana bergugurannya dedaunan dari sebuah pohon yang telah kering di
hari angin bertiup sangat kencang. Atau kalau tidak, dosa keduanya akan
diampuni, meskipun sebanyak buih di lautan. (HR. Imam Tabrani dalam Al-
Mu’jam al -KabirVI /256,danI mam Bai haqidal am syu’ abal -Iman VI/ 437)

5. Bersilaturahim.
‫ِﻲ‬
‫ﱠ‬‫َﻓ‬
‫ﻴﻦ‬
‫ﺑ‬
‫ﱢ‬‫ﺎ‬
‫َﺤ‬
َ‫ﺘ‬‫ﻤ‬
ُ
‫ﻠ‬
ْ‫ﻟ‬
ِ‫ِﻲ‬
‫ﺘ‬
‫ﺒ‬
‫ﱠ‬‫َﺤ‬
َ‫ْﻣ‬
‫َﺖ‬
‫ﺒ‬‫َﺟ‬
َ‫ﱠﻭ‬
‫َﻞ‬
‫َﺟ‬
‫ﱠﻭ‬
‫ﺰ‬‫ُﻋ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ﺎﻝ‬
َ ‫ُﻗ‬
َ‫ﻮﻝ‬
‫ﻘ‬
ُ‫ﻳ‬
َ‫ﻢ‬
َ
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ‫ُﻋ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬‫ِﺻ‬
َ ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻮﻝ‬
ُ‫َﺳ‬
ُ‫َﺭ‬
‫ﺎﻝ‬
‫ﻗ‬
َ
(‫ﺪ‬‫ﻤ‬
‫ﺃﺣ‬‫ﻩ‬‫ﺍ‬
‫ﻭ‬‫ﺭ‬)‫ﱠ‬
‫ِﻲ‬
‫َﻓ‬
‫ﻴﻦ‬
‫ﻟ‬
ِ‫ﺫ‬
ِ
‫ﺎ‬‫ﺒ‬
َ
‫ﺘ‬
َ‫ﻤ‬
ُ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬
‫ﱠﻭ‬
َ‫ِﻲ‬‫َﻓ‬
‫ﻳﻦ‬‫ﺭ‬
ِ
‫ﻭ‬
ِ‫ﺍ‬‫ﺰ‬
َ
‫ﺘ‬
َ‫ﻤ‬
ُ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﱠﻭ‬
َ‫ِﻲ‬
‫َﻓ‬
‫ﻴﻦ‬
‫ِﺴ‬
ِ‫ﻟ‬‫ﺎ‬
‫َﺠ‬
َ‫ﺘ‬‫ﻤ‬
ُ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬
‫ﻭ‬
َ
Rasulul
lahSAW ber sabda,bahwaAl lahber f
irman,‘ Cinta-Ku wajib diberikan
kepada orang yang saling mencintai karena-Ku, kepada yang saling duduk
karena-Ku, kepada yang saling mengunjungi (bersilaturahim) karena-Ku, dan
yang saling berlomba untuk berkorban karena-Ku. ”(HR.Ahmadbi nHambal )

6. Mengucapkan selamat pada moment tertentu.


‫ِﺐ‬
‫ﱡ‬‫ُﺤ‬
‫ﻳ‬‫ﺎ‬
‫ﻤ‬
َ‫ﺑ‬
َ‫ﻢ‬
َ‫ﻠ‬
ِ
‫ُﺴ‬
ْ‫ﻤ‬‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﻩ‬
ُ
‫ﺎ‬‫َﺧ‬
َ‫ﺃ‬‫ِﻲ‬
َ‫ﻘ‬
‫ﻟ‬
َ‫َﻦ‬
ْ‫َﻣ‬‫ﻢ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﺍﷲ‬‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬
‫ِﺻ‬
َ ‫ﺍﷲ‬‫ْﻝ‬
ُ‫ﻮ‬‫َﺳ‬
ُ‫َﺭ‬
‫ﺎﻝ‬‫َﻗ‬
َ‫ﺎﻝ‬‫ٍﻗ‬
َ‫ِﻚ‬
‫ﻟ‬
‫ﺎ‬‫ِﻣ‬
َ‫ْﻦ‬
‫ﺑ‬‫َﺲ‬
ٍ‫ﻧ‬‫ﺃ‬
َ
‫َﻦ‬
ْ‫ﻋ‬
(‫ﺮ‬
‫ﻴ‬‫ﻐ‬‫ﻟﺼ‬
‫ﺍ‬‫ﻢ‬‫ﻌﺠ‬‫ﻤ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ﻧﻲﻓﻲ‬‫ﺍ‬
‫ﺮ‬‫ﺒ‬
‫ﻟﻄ‬‫ﺍ‬‫ﻩ‬
‫ﺍ‬‫ﻭ‬
‫ﺭ‬)ِ
‫ﺔ‬‫ﻣ‬
َ
‫ﺎ‬‫ﻴ‬
َ
‫ﻘ‬
ِ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﻡ‬
َ‫ﻮ‬
ْ
‫ﻳ‬
َ ‫ﺍﷲ‬
ُ ‫ﻩ‬
ُ
‫ﺮ‬
‫ﱠ‬‫َﺳ‬
َ ‫ِﻚ‬
‫ﻟ‬‫ﺬ‬
َ
‫ﺑ‬
ِ‫ﻩ‬
ُ‫ﺮ‬
َ‫َﺴ‬
‫ﱠ‬‫ﻴ‬
‫ﻟ‬
ِ
Dar
iAnasbi nMal i
kr a,Rasulul
lahSAW ber sabda,‘Bar angsi
apayangber temu
dengan saudaranya yang muslim dengan sesuatu yang menyenangkannya
untuk membahagiakannya, maka sungguh Allah akan membahagiakannya
padahar ikiamat.(HR.Tabr anidalam Mu’jam Shaghir,II/
288)

7. Memberikan hadiah.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW mengemukakan:
‫ﺍ‬
‫ﻮ‬
ْ‫ﺑ‬
‫ﱠ‬
‫ﺎ‬‫َﺤ‬
َ‫ﺗ‬‫ﺍ‬
‫ﻭ‬
ْ‫ﺩ‬
ُ
‫ﺎ‬‫ﻬ‬
َ
‫ﺗ‬
َ‫ﻢ‬
َ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﺍﷲ‬
‫ﱠﻰ‬‫ﻠ‬
‫ِﺻ‬
َ ‫ﺍﷲ‬
‫ْﻝ‬
ُ‫ﻮ‬‫َﺳ‬
ُ‫َﺭ‬
‫ﺎﻝ‬
‫َﻗ‬
َ‫ﺓ‬‫ﺮ‬
َ
‫ﻳ‬
ْ‫ﺮ‬
َ‫ْﻫ‬
ُ‫ِﻲ‬
‫ﺑ‬
‫ﺃ‬
َ‫َﻦ‬
ْ‫ﻋ‬
Saling mencintai dan saling memberi hadiahlah kalian (HR. Baihaqi & Tabrani)

8. Memberikan perhatian penuh pada kebutuhan saudaranya.


60

َِ
‫ﺏ‬‫ﺮ‬‫ْﻛ‬
ُ‫ِﻦ‬
‫ًﻣ‬
‫ﺔ‬‫ﺑ‬
َ
‫ﺮ‬
ْ‫ٍﻛ‬
ُ‫ِﻦ‬
‫ﻣ‬‫ﺆ‬
ْ‫ْﻣ‬
ُ‫َﻦ‬
‫َﻋ‬
‫ﱠﺲ‬‫ﻔ‬
‫ﻧ‬
َ‫َﻦ‬
ْ‫َﻣ‬
‫ﻢ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬‫ﻪ‬
‫ﻴ‬
ْ‫ﻠ‬
َ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬‫ِﺻ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻮﻝ‬
ُ ‫َﺳ‬
ُ‫َﺭ‬
‫ﺎﻝ‬
‫َﻗ‬
َ‫ﺎﻝ‬
‫َﻗ‬
َ‫ﺓ‬‫ﺮ‬
َ‫ﻳ‬
ْ
‫ﺮ‬
َ ‫ِﻲﻫ‬
ُ ‫ﺑ‬‫ﺃ‬
َ‫َﻦ‬
ْ‫ﻋ‬
‫ﺎ‬
‫ﻴ‬
َ‫ﻧ‬
ْ
‫ﺪ‬
‫ﱡ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻲ‬
‫ِﻓ‬
‫ﻪ‬
‫ﻴ‬
ْ‫ﻠ‬
َ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺮ‬
َ‫َﺴ‬
‫ﱠ‬‫ﻳ‬‫ﺮ‬
ٍ
‫ْﺴ‬
ِ ‫ﻌ‬
‫َﻰﻣ‬
ُ ‫ﻠ‬‫َﻋ‬
َ‫ﺮ‬‫َﺴ‬
‫ﱠ‬‫ﻳ‬‫َﻦ‬
ْ‫ﻣ‬‫ِﻭ‬
َ‫ﺔ‬‫ﻣ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﻴ‬
َ‫ﻘ‬
ِ
‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﻡ‬
ِ‫ﻮ‬
ْ‫ﻳ‬
َ‫َﺏ‬
ِ‫ﺮ‬‫ْﻛ‬
ُ‫ِﻦ‬
‫ًﻣ‬
‫ﺔ‬‫ﺑ‬
َ
‫ﺮ‬
ْ‫ُﻛ‬
ُ‫ﻪ‬‫ﻨ‬
ْ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬ ‫ﱠﺲ‬
َ‫ﻔ‬‫ﻧ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﻴ‬
َ‫ﻧ‬
ْ‫ﺪ‬
‫ﱡ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ِﻲ‬
‫ُﻓ‬
‫ﺪ‬‫ﺒ‬
ْ
‫ﻌ‬
َ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﺎﻥ‬
َ‫ﺎﻛ‬
َ ‫ِﻣ‬
َ‫ﺪ‬‫ﺒ‬
ْ
‫ﻌ‬
َ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ْﻥ‬
ِ‫ﻮ‬‫ِﻲﻋ‬
َ ‫ُﻓ‬
‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ِﻭ‬
َ‫ﺓ‬‫ﺮ‬
َ‫ْﻵﺧ‬
ِ ‫ﺍ‬
‫ﺎﻭ‬
َ ‫ﻴ‬
َ
‫ﻧ‬
ْ‫ﺪ‬
‫ﱡ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻲ‬
‫ُﻓ‬
‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ﻩ‬
ُ‫ﺮ‬
َ‫ﺘ‬
َ
‫ﺎﺳ‬
َ ‫ﻤ‬
ً‫ﻠ‬
ِ
‫ُﺴ‬
ْ‫َﻣ‬
‫ﺮ‬‫ﺘ‬
َ
‫ْﺳ‬
َ ‫َﻦ‬
‫ﻣ‬‫ِﻭ‬
َ‫ﺓ‬‫ﺮ‬
َ‫ْﻵﺧ‬
ِ ‫ﺍ‬‫ﻭ‬
َ
(‫ﻢ‬‫ﻠ‬
‫ﻩﻣﺴ‬‫ﺍ‬
‫ﻭ‬‫ﺭ‬)ِ
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
‫َﺧ‬
ِ‫ﺃ‬‫ْﻥ‬
ِ‫ﻮ‬‫ﻋ‬
َ
DariAbuHur airahr a,Rasul ul
lahSAW ber sabda,‘ Bar angsiapayang
mel
apangkankesempi tanduni aseor angmu’ min,makaAl laakanmel apangkan
baginya kesempitan pada hari kiamat. Dan barang siapa yang mempermudah
kesulitan seseorang, maka Allah akan mempermudahnya dalam kehidupan
dunia dan akhirat. Barang siapa yang menutupi sela seorang muslim, maka
Allah akan menutupi celanya di dunia dan di akhirat. Dan Allah akan
senantiasa menolong hamba-Nya, selagi hamba-Nya tersebut menolong
saudaranya.
(HR. Muslim)

9. Melaksanakan semua hak-hak ukhuwah.


Terdapat beberapa hal, yang menjadi hak seorang muslim dengan muslim
lainnya dalam berukhuwah yang harus ditunaikan oleh setiap muslim. Hak-hak
tersebut akan dibahas dalam pembahasan berikut:

Hak-Hak Dalam Berukhuwah


Dalam ukhuwah terdapat hak-hak yang mesti dilaksanakan oleh sesama
muslim yang saling bersaudara karena Allah SWT. Diantara hak-hak tersebut
adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah
haditsnya:
‫ُﱠ‬
‫ﻦ‬‫ﺎﻫ‬‫َﻣ‬
َ‫ﻴﻞ‬
‫ﱞﻗ‬
ِ‫ِﺖ‬
‫ِﺳ‬
‫ﻢ‬‫ﻠ‬
ِ
‫ُﺴ‬
ْ‫ﻤ‬‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬‫َﻰ‬
‫ﻠ‬
‫ِﻋ‬
َ ‫ﻢ‬
‫ﻠ‬
ِ‫ُﺴ‬
ْ‫ﻤ‬‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫َﻖ‬
‫ﱡ‬‫َﺣ‬
‫ﺎﻝ‬
‫َﻗ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ‫ﻠ‬
َ
‫ُﻋ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬‫ِﺻ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻮﻝ‬
َ ‫َﺳ‬
ُ‫ﱠﺭ‬
‫َﻥ‬
‫ﺃ‬‫ﺓ‬
َ
‫ﺮ‬
َ‫ﻳ‬
ْ‫ﺮ‬
َ
‫ِﻲﻫ‬
ُ ‫ﺑ‬
‫ﺃ‬
َ‫َﻦ‬
ْ‫ﻋ‬
‫َﺲ‬
َ‫َﻄ‬‫ﺍﻋ‬
‫ﺫ‬
َ‫ﺇ‬
ِ
‫ُﻭ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻟ‬
َ
‫َﺢ‬
ْ‫ْﺼ‬‫ﻧ‬
‫ﺎ‬‫َﻓ‬
َ‫َﻚ‬
‫َﺤ‬
‫ْﺼ‬‫ﻨ‬‫ﺘ‬
َ
‫ﺍﺳ‬
ْ ‫ﺍ‬
‫ﺫ‬
َ‫ﺇ‬
ِ
‫ُﻭ‬
َ‫ﻪ‬‫ﺒ‬
ْ
‫َﺟ‬
ِ‫ﺄ‬‫َﻓ‬
َ‫ﺎﻙ‬‫َﻋ‬
َ‫ﺍﺩ‬
‫ﺫ‬
َ‫ﺇ‬
ِ‫ِﻭ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ‫ْﻋ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻠ‬
‫ﱢ‬
‫َﺴ‬
َ‫ُﻓ‬
‫ﻪ‬‫ﺘ‬
َ
‫ﻴ‬‫ﻘ‬
ِ
‫ﻟ‬
َ‫ﺍ‬‫ﺫ‬
َ
‫ﺇ‬
ِ‫ﺎﻝ‬
َ‫ِﻗ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻮﻝ‬
َ ‫َﺳ‬
ُ‫ﺎﺭ‬‫ﻳ‬
َ
(‫ﻢ‬‫ﻠ‬
‫ﻩﻣﺴ‬‫ﺍ‬‫ﻭ‬
‫ﺭ‬)ُ
‫ﻪ‬‫ﻌ‬
ْ‫ﺒ‬
ِ
‫ﺗ‬
‫ﱠ‬‫ﺎ‬
‫َﻓ‬
َ‫ﺎﺕ‬‫ﺍﻣ‬
َ‫ﺫ‬
َ‫ﺇ‬
ِ
‫ُﻭ‬
َ ‫ﻩ‬‫ﺪ‬
ْ
‫ﻌ‬
ُ‫َﻓ‬
َ‫ِﺽ‬‫ﺮ‬‫ﺍﻣ‬
َ ‫ﺫ‬
َ‫ﺇ‬
ِ
‫ُﻭ‬
َ‫ﻪ‬‫ﺘ‬
ْ‫ﻤ‬
‫ﱢ‬
‫َﺴ‬
َ‫َﻓ‬
‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ﺪ‬
َ
‫ﻤ‬
ِ‫َﺤ‬
َ‫ﻓ‬
DariAbuHur ai
rahr a,Rasul ullahSAW ber sabda,‘ Hakseor ang muslim dengan
musli
ml ainnyaadaeman.Par asahabatber tanya,‘ Apai tuwahaiRasul ull
ah
SAW?Bel i
aumenj wab,‘ apabi l
aengkauber temudengannyaucapkanl ahsal am,
apabila ia mengundangmu penuhilah, apabila ia minta nasehat darimu
nasehatilah, apabila ia bersin doakanlah, apabila ia sakit tengoklah, dan apabila
iameni nggalduni amakai kuti
lahj enazahnya. ”( HR.Musl im)

Dari hadits di atas, dapat kita petik kesimpulan, bahwa diantara hak ukhuwah
seorang muslim terhadap muslim lainnya adalah:
1. Mengucapkan salam.
2. Memenuhi undangannya.
3. Memberikan nasehat.
4. Mendoakan ketika bersin.
5. Menengok ketika sakit.
6. Mengikuti jenazahnya ketika meninggal dunia.

Selain keenam hak ini, juga masih terdapat hak lainnya, yaitu sebagaimana yang
terdapat dalam sebuah hadits:
َِ
‫ﺏ‬‫ﺮ‬‫ْﻛ‬
ُ‫ِﻦ‬
‫ًﻣ‬
‫ﺔ‬‫ﺑ‬
َ
‫ﺮ‬
ْ‫ٍﻛ‬
ُ‫ِﻦ‬
‫ﻣ‬‫ﺆ‬
ْ‫ْﻣ‬
ُ‫َﻦ‬
‫َﻋ‬‫ﱠﺲ‬
‫ﻔ‬‫ﻧ‬
َ‫َﻦ‬
ْ‫َﻣ‬
‫ﻢ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬‫ﻪ‬
‫ﻴ‬
ْ‫ﻠ‬
َ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬‫ِﺻ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻮﻝ‬
ُ ‫َﺳ‬
ُ‫َﺭ‬
‫ﺎﻝ‬
‫َﻗ‬
َ‫ﺎﻝ‬
‫َﻗ‬
َ‫ﺓ‬‫ﺮ‬
َ‫ﻳ‬
ْ
‫ﺮ‬
َ‫ِﻲﻫ‬
ُ ‫ﺑ‬‫ﺃ‬
َ‫َﻦ‬
ْ‫ﻋ‬
‫ﺎ‬
‫ﻴ‬
َ‫ﻧ‬
ْ
‫ﺪ‬
‫ﱡ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻲ‬
‫ِﻓ‬
‫ﻪ‬
‫ﻴ‬
ْ‫ﻠ‬
َ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺮ‬
َ‫َﺴ‬
‫ﱠ‬‫ﻳ‬‫ﺮ‬
ٍ‫ْﺴ‬
ِ‫ﻌ‬‫َﻰﻣ‬
ُ ‫ﻠ‬‫َﻋ‬
َ‫ﺮ‬‫َﺴ‬
‫ﱠ‬‫ﻳ‬‫َﻦ‬
ْ‫ﻣ‬‫ِﻭ‬
َ‫ﺔ‬‫ﻣ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﻴ‬
َ‫ﻘ‬
ِ
‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﻡ‬
ِ‫ﻮ‬
ْ‫ﻳ‬
َ‫َﺏ‬
ِ‫ﺮ‬‫ْﻛ‬
ُ‫ِﻦ‬
‫ًﻣ‬
‫ﺔ‬‫ﺑ‬
َ
‫ﺮ‬
ْ‫ُﻛ‬
ُ‫ﻪ‬‫ﻨ‬
ْ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﱠﺲ‬
َ ‫ﻔ‬
‫ﻧ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﻴ‬
َ‫ﻧ‬
ْ‫ﺪ‬
‫ﱡ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ِﻲ‬
‫ُﻓ‬
‫ﺪ‬‫ﺒ‬
ْ
‫ﻌ‬
َ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﺎﻥ‬
َ‫ﺎﻛ‬
َ ‫ِﻣ‬
َ‫ﺪ‬‫ﺒ‬
ْ
‫ﻌ‬
َ‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬
‫ْﻥ‬
ِ‫ﻮ‬‫ِﻲﻋ‬
َ ‫ُﻓ‬
‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ِﻭ‬
َ‫ﺓ‬‫ﺮ‬
َ‫ْﻵﺧ‬
ِ ‫ﺍ‬
‫ﺎﻭ‬
َ ‫ﻴ‬
َ
‫ﻧ‬
ْ‫ﺪ‬
‫ﱡ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻲ‬
‫ُﻓ‬
‫ﻪ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ﻩ‬
ُ‫ﺮ‬
َ‫ﺘ‬
َ
‫ﺎﺳ‬
َ ‫ﻤ‬
ً‫ﻠ‬
ِ
‫ُﺴ‬
ْ‫َﻣ‬
‫ﺮ‬‫ﺘ‬
َ
‫ْﺳ‬
َ ‫َﻦ‬
‫ﻣ‬‫ِﻭ‬
َ‫ﺓ‬
‫ﺮ‬
َ‫ْﻵﺧ‬
ِ ‫ﺍ‬‫ﻭ‬
َ
(‫ﻢ‬
‫ﻠ‬‫ﻩﻣﺴ‬‫ﺍ‬
‫ﻭ‬‫ﺭ‬)ِ
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
‫َﺧ‬
ِ‫ﺃ‬‫ْﻥ‬
ِ‫ﻮ‬‫ﻋ‬
َ
61

DariAbuHur airahra,Rasul ul
lahSAW ber sabda,‘ Bar angsiapayangmel apangkan
kesempi t
anduni aseor angmu’ mi n,makaAl l
aakanmel apangkanbagi nya
kesempitan pada hari kiamat. Dan barang siapa yang mempermudah kesulitan
seseorang, maka Allah akan mempermudahnya dalam kehidupan dunia dan
akhirat. Barang siapa yang menutupi sela seorang muslim, maka Allah akan
menutupi celanya di dunia dan di akhirat. Dan Allah akan senantiasa menolong
hamba-Nya, selagi hamba-Nya tersebut menolong saudaranya. (HR. Muslim)

Dari hadits ini dapat di ambil beberapa poin penting, bahwa hak seorang muslim
terhadap muslim lainnya adalah :
7. Memperhatikan dan peduli terhadap kebutuhan dan kesusahannya.
8. Menutupi aib atau kekurangan yang dimilikinya.

Buah Lain Dari Ukhuwah


Selain berbagai keistimewaan yang telah digambarkan di atas, ukhuwah
memilki nilai positif lain yang sangat luas, yaitu akan dapat mewujudkan al-wihdah
al-islamiyah (baca; persatuan umat). Karena dengan adanya ukhuwah, setiap
muslim tidak akan memandang seseorang dari sukunya, bahasanya, negaranya,
warna kulitnya, warna rambutnya, organisasinya, partainya dan lain sebagainya.
Namun ia akan melihat seseorang dari segi aqidahnya. Siapapun ia, jika ia
mentauhidkan Allah, beragamakan Islam, bermanhajkan Al-Qur ’an,ber kibl
atkan
ka’bah,ber sunahkan sunah Rasul ull
ah SAW,makai aadalah saudaranya.Sehi ngga
ia akan memandang bahwa di setiap daerah, setiap wilayah atau bahkan di negara
manapun yang di sana terdapat orang-orang yang memperjuangkan kalimatullah,
maka itu adalah negrinya. Dan setiap muslim memiliki kewajiban untuk senantiasa
menolong saudaranya di jalan Allah SWT. Atau paling tidak, harus memiliki
kepedulian terhadap kebutuhan dan kesusahan yang dialami saudaranya. Dalam
sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda :
‫ﺮ‬
ِ
‫ﻣ‬
ْ‫ﺄ‬
َ‫ﺑ‬
ِ
‫ﻢ‬
ْ‫ﺘ‬
َ‫ﻬ‬
ْ
‫ﻳ‬
َ‫ْﻻ‬
َ‫َﻦ‬
‫ﻣ‬: َ
‫ﻢ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﺍﷲ‬‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬
‫ِﺻ‬
َ ‫ﺍﷲ‬‫ْﻝ‬
ُ‫ﻮ‬‫َﺳ‬
ُ‫َﺭ‬‫ﺎﻝ‬‫َﻗ‬
َ‫ﺎﻝ‬‫ُﻗ‬
َ‫ﻪ‬
‫ﻨ‬
ْ‫ُﻋ‬
َ‫ﺍﷲ‬‫ِﻲ‬
َ‫َﺿ‬
‫ِﺭ‬
‫ﺎﻥ‬
‫ﻤ‬
َ‫ﻴ‬
َ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬
‫ْﻦ‬
ِ‫ﺑ‬‫ﺔ‬
َ
‫ﻔ‬
َ‫ﻳ‬
ْ
‫ﺬ‬
َ‫ْﺣ‬
ُ‫َﻦ‬
‫ﻋ‬
(‫ﻧﻲ‬
‫ﺍ‬
‫ﺮ‬ ‫ﺒ‬
‫ﻟﻄ‬‫ﺍ‬
‫ﻩ‬‫ﺍ‬‫ﻭ‬
‫ﺭ‬ )ْ
‫ﻢ‬‫ﻬ‬
ُ
‫ﻨ‬
ْ‫َﻣ‬
ِ ‫ْﺲ‬‫ﻴ‬
‫ﻠ‬
َ‫َﻓ‬
َ‫ْﻦ‬
‫ﻴ‬
‫ﻤ‬
ِ‫ﻠ‬
ِ
‫ُﺴ‬
ْ‫ﻤ‬‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬
Dar iHudzaifahbinYamanr a,Rasul ull
ahSAW ber sabda,“ Barangsi apayangt i
dakpedul i
terhadap urusan kaum muslimin, maka bukanlah ia termasuk golongan mereka (kaum
musl i
min).”(HR.Tabr ani)

Adapun pada zaman sekarang ini, berangkat dari ketiadaan ukhuwah, maka
seolah tiada pula persatuan dan kesatuan di kalangan umat Islam. Hampir setiap
organisasi, kelompok, partai berpecah belah satu dengan yang lainnya. Ini masih
dalam satu negara, maka apatah lagi jika sudah berbeda negara, berbeda warna
kulit dan lain sebagainya. Kondisi seperti ini diperparah lagi dengan adanya
konspirasi kaum barat yang berusaha untuk memecah belah kaum muslimin.
Sehingga saat ini dapat dikatakan tidak ada satu negara muslim pun yang secara
politiknya mencoba untuk merealisasikan ukhuwah dalam politik luar negrinya
terhadap negara muslim lainnya. Padahal ukhuwah merupakan bagian terpenting
dari keimanan. Karena tiada kesempurnaan iman tanpa adanya ukhuwah.

Penutup
Inilah sekelumit bahasan tentang ukhuwah, yang tentunya kita semua harus
berusaha untuk mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam skala
individu, sosial, nasional, bahkan internasional. Karena kita akan lemah tanpa
adanya ukhuwah, sebaliknya kita akan dapat kuat dan besar dengan
merealisasikan ukhuwah dalam jiwa kita. Sementara, ukhuwah merupakan buah
dan konsekwensi logis dari keimanan kepada Allah SWT. Dalam artian, bahwa
62

ukhuwah mustahil direalisasikan tanpa memperdalam dan memperkokoh


keimanan.
Jadi, jalan yang harus ditempuh oleh setiap muslim adalah memperkokoh
keimanan dan mempertebal ketakwaan kepada Allah SWT. Karena hal tersebut
mer upakan ‘ pondasi’dariukhuwah,unt uk kemudi an mencoba mengamalkan kiat-
kiat Rasulullah SAW dalam mempertebal rasa ukhuwah dalam diri kita masing-
masing. Dan akhirnya, semoga Allah SWT menjadikan kita sebagai orang-orang
yang senantiasa dikuatkan keimanannya, dipererat ukhuwahnya dan dijadikan
sebagai hamba-hamba yang berhak mendapatkan sorga dari-Nya. Amin..

Wal l
ahuA’ lam BisShawab.
By. Rikza Maulan, Lc., M.Ag.

Bahan Bacaan

Hamid, Muhammad Abdul Halim. Sifat wa Sulukiyat Tarbawiyah. 1998 – 1419 H.


Kairo –Mesir : Dar al-Tauzi ’waal -Nasyr al-islamiyah.
Jarror, Husni Adham. Bercinta dan Bersaudara Karena Allah. 1993 –1413 H. Cet.
VIII. Jakarta –Indonesia : Gema Insani Press.
Ulwan, Abdullah Nasih. Al-Ukhuwah Al-Islamiyah. 1997 –1417 H. Cet. VI. Kairo –
Mesir : Dar Al-Salam li al-Thaba’ahwaal -Nasyr wa al-Tauzi
’.
Al-Wakil, Abdul Wahid. Buyutuna fi Ramadhan. 1997. Kairo –Mesir : Dar al-Tauzi
wa al-Nasyr al-Islamiyah.
CD. ROM. Maushu’ ah al -Hadits al-Syarif. Versi 2.00 : Syirkah al-Baramij al-
Islamiyah al-Dauliyah (Global Islamic Software Company)
CD. ROM. Al-Qur ’
an Al-Karim. Versi 6.50 : Syirkah Sakhr Li Baramij al-Hasib (1991
–1997).
63

‫ﻴﻢ‬
‫ﺮﺣ‬‫ﻟ‬
‫ﺮﺣﻤﻦﺍ‬
‫ﻟ‬‫ﺑﺴﻢﺍﷲﺍ‬

AKHLAQ ISLAMI
‫ﺔ‬
‫ﻴ‬‫ﻣ‬‫ﺍﻹﺳﻼ‬
‫ﺍﻷﺧﻼﻕ‬

Muqadimah
Ketika Islam belum datang sebagai sebuah pedoman hidup bagi umat
manusia, bangsa Arab sangat dikenal dengan kejahiliyannya. Kejahiliyahan
tersebut akan sangat terasa benar, manakala kita mencoba melihatnya dari sisi
moralitas (baca; akhlak). Keburukan apakah yang dapat menandingi dengan moral
seorang ayah, yang dengan tega dan rasa jijik, mengubur hidup-hidup anaknya
sendiri. Kejelekan apa yang melebihi dari pada terjadinya perzinaan pada seorang
istri, atas perintah sang suaminya sendiri? Namun ternyata hal tersebut dianggap
merupakan sesuatu yang sangat wajar pada zamannya.
Di sinilah, Islam datang merubah kondisi yang sangat bejat, menjadi
berputar ke arah yang posistif seratus delapan puluh derajat. Karena sesungguhnya
Islam datang, memang membawa misi untuk merubah kondisi jahiliyah yang ada,
menjadi kondisi Islami. Adapun moralitas, adalah merupakan implementasi dari
kondisi mental seseorang atau masyarakat pada suatu waktu tertentu. Baik
buruknya moral seseorang, atau moral suatu bangsa, sangat terkait dengan mental
orang atau bangsa tersebut. Mengenai misi ini, Rasulullah SAW pernah
mengatakan:
‫ﻡ‬
َ
‫ﺭ‬
ِ‫ﺎ‬‫ﻜ‬
َ
‫َﻣ‬
َ ‫ﻢ‬
‫ﻤ‬
‫ﱢ‬‫ﺗ‬
َ
‫ﺄ‬
ُ‫ﻟ‬
ِ
‫ْﺖ‬
ُ ‫ﺜ‬
‫ﻌ‬
ِ‫ﺑ‬
ُ‫ﺎ‬
‫ﻤ‬
َ‫ﻧ‬
‫ﱠ‬
‫ﺇ‬
ِ‫ﻢ‬
َ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﺍﷲ‬‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬
‫ِﺻ‬
َ ‫ﺍﷲ‬‫ْﻝ‬
ُ‫ﻮ‬‫َﺳ‬
ُ‫َﺭ‬
‫ﺎﻝ‬‫ﻗ‬،
َ‫ﺎﻝ‬
َ ‫ُﻗ‬
َ‫ﻪ‬
‫ﻨ‬
ْ‫ُﻋ‬
َ‫ﺍﷲ‬‫ِﻲ‬
َ‫َﺿ‬
‫َﺭ‬
‫ﺓ‬‫ﺮ‬
َ
‫ﻳ‬
ْ‫ﺮ‬
َ‫ْﻫ‬
ُ‫ِﻲ‬
‫ﺑ‬
‫ﺃ‬
َ‫َﻦ‬
ْ‫ﻋ‬
‫َﻕ‬
ِ‫ْﻼ‬
‫َﺧ‬
‫ْﻷ‬
‫ﺍ‬
(‫ﺭ‬‫ﺍ‬
‫ﺰ‬‫ﺒ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ﺪﻭ‬‫ﻤ‬‫ﺃﺣ‬‫ﻩ‬
‫ﺍ‬‫ﻭ‬
‫ﺭ‬)
Dar
iAbuHur
air
ahra,Rasulul
lahSAW ber sabda:“ Bahwasanyaaku diutus adalah untuk
menyempurnakan kemuliaan akhlak. (HR. Ahmad dan al-Bazar).

Sebagai seorang muslim, kitapun memiliki kewajiban untuk senantiasa


meningkatkan dan memperbaiki kualitas moral yang terdapat dalam diri kita. Dan
dalam Islam, akhlak memiliki dimensi yang luas dan universal. Mencakup akhlak
terhadap apapun dan siapapun yang ada di sekitar kita. Termasuk akhlak terhadap
lingkungan, terhadap alam, terhadap hewan, dan lain sebagainya. Namun dalam
pembahasan akhlak kita, akan terfokus pada hal-hal yang sangat urgen.
Diantaranya adalah; akhlak terhadap Allah SWT, akhlak seorang muslim terhadap
dirinya sendiri, akhlak terhadap orang tuanya, akhlak terhadap keluarga & kerabat,
akhlak terhadap saudara seiman, dan akhlak terhadap tetangga & masyarakatnya.
64

Akhlak Seorang Muslim Terhadap Allah SWT


Setiap muslim meyakini, bahwa Allah adalah sumber segala sumber dalam
kehidupannya. Allah adalah Pencipta dirinya, pencipta jagad raya dengan segala
isinya, Allah adalah pengatur alam semesta yang demikian luasnya. Allah adalah
pemberi hidayah dan pedoman hidup dalam kehidupan manusia, dan lain
sebagainya. Sehingga manakala hal seperti ini mengakar dalam diri setiap muslim,
maka akan terimplementasikan dalam realita bahwa Allah lah yang pertama kali
harus dijadikan prioritas dalam berakhlak.
Jika kita perhatikan, akhlak terhadap Allah ini merupakan pondasi atau dasar
dalam berakhlak terhadap siapapun yang ada di muka bumi ini. Jika seseorang
tidak memiliki akhlak positif terhadap Allah, maka ia tidak akan mungkin memiliki
akhlak positif terhadap siapapun. Demikian pula sebaliknya, jika ia memiliki akhlak
yang karimah terhadap Allah, maka ini merupakan pintu gerbang untuk menuju
kesempurnaan akhlak terhadap orang lain. Diantara akhlak terhadap Allah SWT
adalah:

1. Taat terhadap perintah-perintah-Nya.


Hal pertama yang harus dilakukan seorang muslim dalam beretika kepada Allah
SWT, adalah dengan mentaati segala perintah-perintah-Nya. Sebab bagaimana
mungkin ia tidak mentaati-Nya, padahal Allah lah yang telah memberikan
segala-galanya pada dirinya. Allah berfirman (QS. 4 : 65):
‫ﺎ‬
‫ﻤ‬
‫ﱠ‬‫ﺎﻣ‬
ِ‫َﺟ‬
ً‫ﺮ‬‫ْﺣ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻬ‬
ِ
‫ُﺴ‬
ِ‫ﻔ‬‫ﻧ‬
ْ
‫ﺃ‬
َ‫ﺍﻓﻲ‬
ِ ‫ﻭ‬
ْ‫ﺪ‬
ُ
‫َﺠ‬
ِ‫ﻳ‬َ
‫ﱠﻻ‬‫ﻢ‬
‫ﺛ‬
ُ‫ﻢ‬
ْ‫ﻬ‬
ُ‫ﻨ‬
َ
‫ﻴ‬
ْ
‫ﺑ‬
َ‫ﺮ‬
َ‫َﺠ‬
َ‫ﺎﺷ‬‫ﻤ‬
َ‫ﻴ‬
ْ‫َﻓ‬
ِ‫ْﻙ‬
‫ﻮ‬‫ﻤ‬
ُ‫ﻜ‬
‫ﱢ‬
‫ُﺤ‬
َ‫ﻳ‬‫ﱠﻰ‬
‫ﺘ‬
‫َﺣ‬
َ ‫ْﻥ‬
‫ﻮ‬
‫ﻨ‬
ُ‫ﻣ‬
ِ‫ﺆ‬
ْ
‫ﻳ‬
ُ‫َﻻ‬
َ‫ﱢﻚ‬
‫ﺑ‬
‫ﺭ‬
َ‫َﻭ‬
َ‫َﻼ‬
‫ﻓ‬
*‫ﺎ‬‫ﻤ‬
ً
‫ﻴ‬
ْ‫ﻠ‬
ِ
‫َﺴ‬
ْ‫ﺗ‬‫ﺍ‬‫ﻮ‬
ْ
‫ﻤ‬
ُ‫ﻠ‬
‫ﱢ‬‫ُﺴ‬
َ‫ﻳ‬
‫َﻭ‬
َ‫ْﺖ‬‫ﻴ‬‫َﻀ‬
َ‫ﻗ‬
“MakademiRab-mu, mereka pada hakekatnya tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemdian mrekea
tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap ptutusan yang kamu berikan, dan
mer ekamener imadengansepenuhnya. ”

Karena taat kepada Allah merupakan konsekwensi keimanan seoran muslim


kepada Allah SWT. Tanpa adanya ketaatan, maka ini merupakan salah satu
indikasi tidak adanya keimanan. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW juga
menguatkan makna ayat di atas:
‫ﻩ‬
‫ﺍ‬
‫ﻭ‬‫ﺭ‬)ِ
‫ﻪ‬
‫ﺑ‬
ِ‫ْﺖ‬
ُ‫ﺌ‬
‫ﺎﺟ‬
ِ ‫ﻤ‬
َ
‫ﻟ‬
ِ‫ﺎ‬‫ﻌ‬
ً
‫ﺒ‬
َ‫ﺗ‬
َ‫ﻩ‬
ُ
‫ﺍ‬
‫ﻮ‬
َ‫َﻫ‬
َ‫ْﻥ‬
‫ﻮ‬‫ﻜ‬
ُ‫ﻳ‬
َ
‫ﱠﻰ‬‫ﺘ‬
‫ْﺣ‬
َ ‫ﻢ‬
‫ﻛ‬
ُ‫ﺪ‬
ُ‫َﺣ‬
َ‫ﺃ‬‫ِﻦ‬
ُ‫ﻣ‬‫ﺆ‬
ْ‫ﻳ‬
ُ
‫ﻻ‬: َ
َ ‫ﻢ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ‫ُﻋ‬
َ‫ﺍﷲ‬‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬
‫ِﺻ‬
َ ‫ﺍﷲ‬
‫ْﻝ‬
ُ‫ﻮ‬‫َﺳ‬
ُ‫َﺭ‬
‫ﺎﻝ‬
‫ﻗ‬
َ
(‫ﺔ‬
‫ﻨ‬‫ﻟﺴ‬
‫ﺍ‬‫ﻧﻲﻓﻲ‬‫ﺎ‬
‫ﺒ‬‫ﻴ‬‫ﻟﺸ‬
‫ﺍ‬‫ﻢ‬‫ﺎﺻ‬‫ﺑﻲﻋ‬
‫ﺃ‬ ‫ﺑﻦ‬
‫ﺍ‬

Rasulull
ahSAW ber sabda,“Tidakber imansal ahseor angdi ant ar
akali
an,hinggahawa
nafsunya (keinginannya) mengikuti apa yang telah datang dariku (Al-Qur
’andan
sunnah). (HR. Abi Ashim al-syaibani).

2. Memiliki rasa tanggung jawab atas amanah yang diembankan padanya.


Etika kedua yang harus dilakukan seorang muslim kepada Allah SWT, adalah
memiliki rasa tanggung jawab atas amanah yang diberikan padanya. Karena
pada hakekatnya, kehidupan inipun merupakan amanah dari Allah SWT. Oleh
karenanya, seorang mukmin senantiasa meyakini, apapun yang Allah berikan
padanya, maka itu merupakan amanah yang kelak akan dimintai pertanggung
jawaban dari Allah. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW pernah bersabda:
َْ
‫ﻦ‬‫ٌﻋ‬‫ْﻝ‬
‫ﻭ‬‫ﺆ‬
ُ‫َﺴ‬
ْ‫ْﻣ‬
‫ﻢ‬‫ﻜ‬
ُ‫ﻠ‬
‫ﱡ‬‫ﻛ‬
ُ‫ٍﻭ‬
َ ‫ﺍﻉ‬
‫ْﺭ‬
َ ‫ﻢ‬‫ﻜ‬
ُ‫ﻠ‬
‫ﱡ‬
‫َﻛ‬
ُ‫َﻻ‬
‫ﺃ‬‫ﺎﻝ‬
َ‫ُﻗ‬
َ‫ﻪ‬ ‫ﻧ‬
‫ﱠ‬
‫َﺃ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫َﺳ‬
َ ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ‫ُﻋ‬
َ‫ﺍﷲ‬ ‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬‫ﱢﺻ‬
َ ‫ِﻲ‬
‫ﺒ‬‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫َﻦ‬
ِ‫َﻋ‬
‫ﺮ‬‫ﻤ‬
َ‫ِﻋ‬
ُ‫ْﻦ‬
‫ﺑ‬‫َﻦ‬
ْ‫ﻋ‬
‫ﻪ‬
ِ
‫ﺘ‬
ِ‫ﻴ‬
ْ
‫ﺑ‬
َ‫ْﻞ‬
ِ‫ﻫ‬‫ﺃ‬
َ‫َﻰ‬‫ﻠ‬
‫ٍﻋ‬
َ ‫ﺍﻉ‬‫ُﺭ‬
َ‫ُﻞ‬
‫ﱠﺟ‬‫ﺮ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻭ‬
َ‫ﻪ‬‫ﺘ‬
ِ‫ﻴ‬
‫ﱠ‬
‫َﻋ‬
ِ‫ْﺭ‬
‫َﻦ‬
‫ٌﻋ‬‫ْﻝ‬
‫ﻮ‬‫ﺌ‬
ُ
‫َﺴ‬
ْ‫َﻣ‬‫ﻮ‬‫ﻫ‬
ُ‫ٍﻭ‬
َ‫ﺍﻉ‬‫ِﺭ‬
َ‫ﺎﺱ‬ ‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬ ‫َﻰ‬
‫ﻠ‬‫ْﻋ‬
َ‫ِﻱ‬‫ﺬ‬‫ﻟ‬
‫ﱠ‬
‫ﺍ‬‫ﺮ‬
ُ‫ﻴ‬
ْ
‫ﻣ‬
ِ‫ْﻷ‬
َ‫ﺎ‬
‫ِﻓ‬
َ‫ﻪ‬‫ﺘ‬
ِ
‫ﻴ‬
‫ﱠ‬‫َﻋ‬
ِ‫ﺭ‬
‫َﻰ‬
‫ﻠ‬
‫ٍﻋ‬
َ ‫ﺍﻉ‬
‫ُﺭ‬
َ ‫ﺪ‬‫ﺒ‬
ْ
‫ﻌ‬
َ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ْﻭ‬
َ ‫ﻢ‬‫ﻬ‬
ُ
‫ﻨ‬
ْ‫ٌﻋ‬
َ ‫ﺔ‬‫ﻟ‬
َ
‫ﻮ‬
ْ‫ﺌ‬
ُ
‫َﺴ‬
ْ ‫َﻣ‬
‫ِﻲ‬
‫ﻫ‬‫ِﻭ‬
َ‫ﻩ‬‫ﺪ‬
ِ
‫ﻟ‬
َ‫ﻭ‬
َ
‫ﺎﻭ‬
َ ‫ﻬ‬
َ‫ﻠ‬
ِ
‫ﻌ‬
ْ‫ﺑ‬
َ‫ْﺖ‬
ِ‫ﻴ‬‫ﺑ‬
َ‫َﻰ‬
‫ﻠ‬
‫ٌﻋ‬
َ ‫ﺔ‬‫ﻴ‬
َ‫ﺍﻋ‬
ِ‫ُﺭ‬
َ ‫ﺓ‬‫ﺃ‬
َ
‫ﺮ‬
ْ ‫ﻤ‬
َ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬
‫ْﻭ‬
َ ‫ﻢ‬
‫ﻬ‬
ُ‫ﻨ‬
ْ
‫ٌﻋ‬
َ ‫ْﻝ‬
‫ﻮ‬
‫ﺌ‬
ُ‫َﺴ‬
ْ‫َﻣ‬
‫ﻮ‬‫ﻫ‬
ُ‫ﻭ‬
َ
(‫ﻢ‬‫ﻠ‬
‫ﻩﻣﺴ‬‫ﺍ‬
‫ﻭ‬‫ﺭ‬ )ِ
‫ﻪ‬‫ﺘ‬
ِ
‫ﻴ‬
‫ﱠ‬‫َﻋ‬
ِ‫ْﺭ‬‫َﻦ‬
‫ٌﻋ‬‫ْﻝ‬
‫ﻮ‬‫ﺌ‬
ُ
‫َﺴ‬
ْ‫ْﻣ‬
‫ﻢ‬‫ﻜ‬
ُ
‫ﻠ‬
‫ﱡ‬‫ﻛ‬
ُ‫ٍﻭ‬
َ‫ﺍﻉ‬‫ْﺭ‬
َ ‫ﻢ‬
‫ﻜ‬
ُ‫ﻠ‬
‫ﱡ‬‫ﻜ‬
ُ
‫َﻓ‬
َ‫َﻻ‬‫ﺃ‬
‫ﻪ‬
ُ ‫ﻨ‬
ْ
‫ٌﻋ‬
َ ‫ْﻝ‬
‫ﻮ‬‫ﺌ‬
ُ‫َﺴ‬
ْ‫َﻣ‬
‫ﻮ‬‫ﻫ‬
ُ‫ِﻭ‬
َ‫ﻩ‬‫ﺪ‬
ِ
‫ﻴ‬
‫ﱢ‬‫ِﺳ‬
َ‫ﺎﻝ‬‫ﻣ‬
َ
65

Dar iibnuUmarr a,Rasulull


ahSAW ber sabda,‘Setiapkal i
anadalahpemi mpin,dan
setiap kalian bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya. Seorang amir
(presiden/ imam/ ketua) atas manusia, merupakan pemimpin, dan ia bertanggung
jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang suami merupakan pemimpin bagi
keluarganya, dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang wanita
juga merupakan pemimpin atas rumah keluarganya dan juga anak-anaknya, dan ia
bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang hamba adalah pemimpin atas
harta tuannya, dan ia bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya. Dan setiap
kalian adalah pemimpin, dan bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. (HR.
Muslim)

3. Ridha terhadap ketentuan Allah SWT.


Etika berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim terhadap Allah SWT,
adalah ridha terhadap segala ketentuan yang telah Allah berikan pada dirinya.
Seperti ketika ia dilahirkan baik oleh keluarga yang berada maupun oleh
keluarga yang tidak mampu, bentuk fisik yang Allah berikan padanya, atau hal-
hal lainnya. Karena pada hakekatnya, sikap seorang muslim senantiasa yakin
(baca; tsiqah) terhadap apapun yang Allah berikan pada dirinya. Baik yang
berupa kebaikan, atau berupa keburukan. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW
bersabda:
ُ
‫ﻪ‬
‫ﺘ‬
ْ‫ﺑ‬
َ
‫ﺎ‬‫َﺻ‬
َ‫ﺃ‬‫ِﻥ‬
ْ‫ﺇ‬،
‫ﺮ‬
ٌ‫ﻴ‬
ْ‫ُﺧ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻟ‬
َ‫ﻪ‬
ُ
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ُﻛ‬
ُ‫ﻩ‬
‫ﺮ‬
َ‫ﻣ‬
ْ‫ﺃ‬
َ‫ِﻥ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬،
‫ﻢ‬
ِ‫ﻠ‬
ِ
‫ُﺴ‬
ْ‫ﻤ‬‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﺮ‬
ِ‫ﻣ‬
ْ‫ﺄ‬
َ
‫ﻟ‬
ِ‫ﺎ‬
‫ﺒ‬
ً‫َﺠ‬
َ‫ﻋ‬: َ
‫ﻢ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﺍﷲ‬‫ﱠﻰ‬‫ﻠ‬
‫ِﺻ‬
َ ‫ﺍﷲ‬
‫ْﻝ‬
ُ ‫ﻮ‬
‫َﺳ‬
ُ‫َﺭ‬‫ﺎﻝ‬
‫ﻗ‬
َ
(‫ﺭﻱ‬‫ﺎ‬
‫ﺒﺨ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻩ‬
‫ﺍ‬‫ﻭ‬‫ﺭ‬)ُ
‫ﻪ‬
‫ﻟ‬
َ‫ﺍ‬‫ﺮ‬
ً
‫ﻴ‬
ْ‫َﺧ‬
َ‫ﺎﻥ‬‫ﻜ‬
َ
‫َﻓ‬
َ‫ﺮ‬‫ﺒ‬
َ‫ُﺻ‬
َ ‫ء‬
‫ﺍ‬‫ﺮ‬
‫ﱠ‬‫ُﺿ‬
َ ‫ﻪ‬‫ﺘ‬
ْ
‫ﺑ‬
َ
‫ﺎ‬‫َﺻ‬
َ ‫ﺃ‬
‫ِﻥ‬
ْ ‫ﺇ‬
‫ﻭ‬،
َ ‫ﻪ‬
ُ
‫ﻟ‬
َ‫ﺍ‬‫ﺮ‬
ً‫ﻴ‬
ْ
‫َﺧ‬
َ ‫ﺎﻥ‬
‫ﻜ‬
َ‫َﻓ‬
َ‫ﺮ‬‫ﻜ‬
َ
‫ُﺷ‬
َ ‫ء‬‫ﺍ‬
‫ﺮ‬
‫ﱠ‬‫ﺳ‬
َ
Rasulullah SAW bersabda, sungguh mempesona perkara orang beriman. Karena segala
urusannya adalah dipandang baik bagi dirinya. Jika ia mendapatkan kebaikan, ia
bersyukur, karena ia tahu bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya. Dan
jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena ia tahu bahwa hal tersebut merupakan hal
erbaik bagi dirinya. (HR. Bukhari)

Apalagi terkadang sebagai seorang manusia, pengetahuan atau pandangan kita


terhadap sesuatu sangat terbatas. Sehingga bisa jadi, sesuatu yang kita anggap
baik justru buruk, sementara sesuatu yang dipandang buruk ternyata malah
memiliki kebaikan bagi diri kita.

4. Senantiasa bertaubat kepada-Nya.


Sebagai seorang manusia biasa, kita juga tidak akan pernah luput dari sifat lalai
dan lupa. Karena hal ini memang merupakan tabiat manusia. Oleh karena
it
ulah,et i
ka kita kepada Allah,manakal a sedang t erjerumus dal am ‘ kel upaan’
sehingga berbuat kemaksiatan kepada-Nya adalah dengan segera bertaubat
kepada Allah SWT. Dalam Al-Qur ’
anAl l
ahber fi
rman( QS.3:135):
‫ِﱠ‬
‫ﻻ‬‫ﺇ‬‫ْﺏ‬
َ‫ﻮ‬‫ﻧ‬
ُ
‫ﺬ‬
‫ﱡ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ﺮ‬
ُ‫ﻔ‬
ِ‫ﻐ‬
ْ‫ﻳ‬
َ
‫َﻦ‬
ْ ‫ﻣ‬
‫ﻭ‬،
َ ‫ﻢ‬
ْ‫ﻬ‬
ِ
‫ﺑ‬
ِ‫ﻮ‬
ْ‫ﻧ‬
ُ
‫ﺬ‬
ُ‫ﻟ‬
ِ‫ﺍ‬
‫ﻭ‬
ْ‫ﺮ‬
ُ‫ﻔ‬
َ
‫ﻐ‬
ْ‫ﺘ‬
َ
‫ﺎﺳ‬
ْ ‫َﻓ‬
َ‫ﺍﷲ‬‫ﺍ‬‫ﻭ‬
ْ‫ﺮ‬
ُ‫ﻛ‬
َ‫ْﺫ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻬ‬
ُ
‫ُﺴ‬
َ‫ﻔ‬‫ﻧ‬
ْ
‫ﺃ‬
َ‫ﺍ‬
‫ﻮ‬
ْ‫ﻤ‬
ُ‫ﻠ‬
َ
‫ْﻇ‬
َ ‫ﻭ‬
‫ﺃ‬
َ‫ﺔ‬
ً‫ِﺸ‬
َ‫ﺎﺣ‬‫ﺍﻓ‬
َ ‫ﻮ‬
ْ
‫ﻠ‬
ُ‫ﻌ‬
َ‫ﺍﻓ‬
َ‫ﺫ‬
َ‫ﺇ‬
ِ‫ْﻦ‬
َ‫ﻳ‬
‫ﺬ‬
ِ‫ﻟ‬
‫ﱠ‬
‫ﺍ‬
‫ﻭ‬
َ
‫ِﻱ‬
ْ‫ﺮ‬‫َﺠ‬
ْ‫ﺗ‬‫ﺎﺕ‬
ٍ ‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫َﺟ‬
َ‫ْﻭ‬
‫ﻢ‬‫ﻬ‬
ِ‫ﺑ‬
‫ﱢ‬
‫ْﺭ‬
َ ‫ِﻦ‬
‫ٌﻣ‬
‫ﺓ‬‫ﺮ‬
َ‫ﻔ‬
ِ
‫ﻐ‬
ْ‫ْﻣ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻫ‬
ُ‫ء‬
ُ‫ﺍ‬
‫ﺰ‬
َ‫َﺟ‬
َ ‫ِﻚ‬
‫ﺌ‬
‫ﻟ‬
َ‫ﻭ‬
ْ‫ﺃ‬
ُ*ً
‫ْﻥ‬
‫ﻮ‬‫ﻤ‬
ُ‫ﻠ‬
َ
‫ﻌ‬
ْ‫ﻳ‬
َ‫ﻢ‬
ْ
‫ﻫ‬
ُ‫ﺍﻭ‬
َ‫ﻮ‬
ْ‫ﻠ‬
ُ‫ﻌ‬
َ
‫ﺎﻓ‬
َ ‫َﻰﻣ‬
َ ‫ﻠ‬‫ﺍﻋ‬
َ ‫ﱡﻭ‬
ْ‫ﺮ‬‫ُﺼ‬
ِ ‫ﻳ‬‫ﻢ‬
ْ
‫ﻟ‬
َ‫ُﻭ‬
َ‫ﺍﷲ‬
*َ‫ْﻦ‬
‫ﻴ‬
‫ﻠ‬
ِ‫ﻣ‬
ِ
‫ﺎ‬‫ﻌ‬
َ‫ﻟ‬
‫ﺍ‬
ْ‫ﺮ‬
ُ‫َﺟ‬
ْ‫ﺃ‬‫ﻢ‬
َ
‫ﻌ‬
ْ‫ﻧ‬
ِ
‫ﺎﻭ‬
َ ‫ﻬ‬
َ
‫ﻴ‬
ْ‫َﻓ‬
ِ‫ْﻦ‬
‫ﻳ‬‫ﺪ‬
ِ
‫ﻟ‬
ِ‫ﺎ‬‫ُﺧ‬
َ‫ﺭ‬‫ﺎ‬
‫ﻬ‬
َ‫ﻧ‬
ْ
‫ْﻷ‬
َ‫ﺍ‬‫ﺎ‬
‫ﻬ‬
َ‫ﺘ‬
ِ
‫َﺤ‬
ْ ‫ﺗ‬
‫ِﻦ‬
ْ ‫ﻣ‬
Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri
mereka sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa
mereka. Dan siapakah yang dapat mengampuni dosa selain Allah? dan mereka tidak
meneruskan perbuatan kejinya itu sedang mereka mengetahui.

5. Obsesinya adalah keridhaan ilahi.


Seseorang yang benar-benar beriman kepada Allah SWT, akan memiliki obsesi
dan orientasi dalam segala aktivitasnya, hanya kepada Allah SWT. Dia tidak
beramal dan beraktivitas untuk mencari keridhaan atau pujian atau apapun dari
manusia. Bahkan terkadang, untuk mencapai keridhaan Allah tersebut,
66


terpakasa’ harus mendapat kan ‘keti
daksukaan’ dar
i para manusi al ai nnya.
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW pernah menggambarkan kepada kita:
َ
‫ﺔ‬‫ﻧ‬
َ
‫ﻭ‬
ْ‫ﺆ‬
ُ‫ُﻣ‬
َ‫ﺍﷲ‬‫ﻩ‬
ُ
‫ﺎ‬‫ﻔ‬
َ
‫ِﻛ‬
َ‫ﺎﺱ‬‫ﻨ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫َﻂ‬
ِ‫َﺨ‬
‫ِﺴ‬
‫ﺑ‬‫ﺍﷲ‬
ِ ‫ء‬
َ
‫ﺎ‬‫ِﺿ‬
َ ‫َﺭ‬
‫َﺲ‬‫ﻤ‬
‫ﺘ‬
َ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫َﻦ‬
ْ‫ﻣ‬:َ
‫ﻢ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﺍﷲ‬‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬
‫ِﺻ‬
َ ‫ﺍﷲ‬‫ْﻝ‬
ُ‫ﻮ‬
‫َﺳ‬
ُ ‫َﺭ‬
‫َﻝ‬
‫ﺎ‬
‫ﻗ‬
‫ﺎﻋﻲ‬
‫ﻘﻀ‬ ‫ﻟ‬
‫ﺍ‬
‫ﺬﻱﻭ‬‫ﻣ‬‫ﺮ‬‫ﺘ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻩ‬‫ﺍ‬
‫ﻭ‬‫ﺭ‬)ِ
‫ﺎﺱ‬‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫َﻰ‬‫ﻟ‬
‫ﺇ‬
ِ‫ﺍﷲ‬
ُ ‫ﻪ‬
ُ‫ﻠ‬
َ
‫ﻛ‬
َ‫ِﻭ‬
َ‫ﺍﷲ‬‫َﻂ‬
ِ‫َﺨ‬
‫ِﺴ‬
‫ﺑ‬‫ﺎﺱ‬
ِ ‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ء‬
َ
‫ﺎ‬‫ِﺿ‬
َ‫َﺭ‬
‫َﺲ‬‫ﻤ‬‫ﺘ‬
َ
‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫َﻦ‬
ْ‫ﻣ‬‫ﻭ‬،
َ ‫ﺎﺱ‬
ِ ‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬
(‫ﺮ‬‫ﻛ‬
‫ﺎ‬‫ﺑﻦﻋﺴ‬‫ﺍ‬
‫ﻭ‬
Rasulullah SAW bersabda, Barang siapa yang mencari keridhaan Allah dengan‘adanya’
kemurkaan manusia, maka Allah akan memberikan keridhaan manusia juga. Dan
barang siapa yang mencari keridhaan manusia dengan cara kemurkaan Allah, maka
Allah akan mewakilkan kebencian-Nya pada manusia. (HR. Tirmidzi, Al-Qadha’
Idani bnu
Asakir).

Dan hal seperti ini sekaligus merupakan bukti keimanan yang terdapat dalam
dirinya. Karena orang yang tidak memiliki kesungguhan iman, otientasi yang
dicarinya tentulah hanya keridhaan manusia. Ia tidak akan perduli, apakah Allah
menyukai tindakannya atau tidak. Yang penting ia dipuji oleh oran lain.

6. Merealisasikan ibadah kepada-Nya.


Etika atau akhlak berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim terhadap
Allah SWT adalah merealisasikan segala ibadah kepada Allah SWT. Baik ibadah
yang bersifat mahdhah, ataupun ibadah yang ghairu mahdhah. Karena pada
hakekatnya, seluruh aktiivitas sehari-hari adalah ibadah kepada Allah SWT.
Dalam Al-Qur ’anAl l
ahber berfi
rman( QS.51:56) :

‫ْﻥ‬
‫ﻭ‬
‫ﺪ‬
ُ‫ﺒ‬
ُ‫ﻌ‬
ْ
‫ﻴ‬
َ‫ﻟ‬
ِ‫ِﻻ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬‫ْﺲ‬
َ‫ﻧ‬‫ْﻹ‬
ِ‫ﺍ‬
‫ﱠﻭ‬
َ‫ِﻦ‬
‫ْﺠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ْﺖ‬
ُ‫ﻘ‬
‫ﻠ‬
َ‫ﺎﺧ‬
َ ‫ﻣ‬
َ
‫ﻭ‬
َ

Dant
idakl
ahAkumenciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka beribadah
kepada-Ku.”

Oleh karenanya, segala aktivitas, gerak gerik, kehidupan sosial dan lain
sebagainya merupakan ibadah yang dilakukan seorang muslim terhadap Allah.
Sehingga ibadah tidak hanya yang memiliki skup mahdhah saja, seperti shalat,
puasa haji dan sebagainya. Perealisasian ibadah yang paling penting untuk
dilakukan pada saat ini adalah beraktivitas dalam rangkaian tujuan untuk dapat
menerakpak hukum Allah di muka bumi ini. Sehingga Islam menjadi pedoman
hidup yang direalisasikan oleh masyarakat Islam pada khususnya dan juga oleh
masyarakat dunia pada umumnya.

7. Bannyak membaca al-Qur ’


an.
Etika dan akhlak berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim terhadap
Allah adalah dengan memperbanyak membaca dan mentadaburi ayat-ayat,
yang merupakan firman-firman-Nya. Seseeorang yang mencintai sesuatu,
tentulah ia akan banyak dan sering menyebutnya. Demikian juga dengan
mukmin, yang mencintai Allah SWT, tentulah ia akan selalu menyebut-nyebut
Asma-Nya dan juga senantiasa akan membaca firman-firman-Nya. Apalagi
menakala kita mengetahui keutamaan membaca Al-Qur ’
an yang dmi ki
an
besxarnya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW mengatakan kepada kita:
‫ﻪ‬
ِ
‫ﺑ‬
ِ‫ﺎ‬
‫ْﺤ‬
َ‫َﺻ‬
‫ﺄ‬‫ﻟ‬
ِ
‫ﺎ‬‫ﻌ‬
ً‫ﻴ‬
ْ
‫ﻔ‬
ِ‫ِﺷ‬
َ‫ﺔ‬‫ﻣ‬
َ
‫ﺎ‬‫ﻴ‬
َ
‫ﻘ‬
ِ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﻡ‬
َ‫ﻮ‬
ْ
‫ﻳ‬
َ‫ِﻲ‬
ْ‫ﺗ‬
‫ﺄ‬
ْ‫ﻳ‬
َ
‫ﻪ‬
ُ‫ﻧ‬
‫ﱠ‬‫ﺈ‬
ِ
‫َﻓ‬
َ‫ﺁﻥ‬
‫ﺮ‬
ْ‫ﻘ‬
ُ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﺍ‬
‫ﻭ‬
ْ‫ﺃ‬
ُ
‫ﺮ‬
َ‫ﻗ‬
ْ‫ﺍ‬ :َ
‫ﻢ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﺍﷲ‬
‫ﱠﻰ‬‫ﻠ‬
‫ِﺻ‬
َ ‫ﺍﷲ‬
‫ْﻝ‬
ُ‫ﻮ‬‫َﺳ‬
ُ‫َﺭ‬
‫ﺎﻝ‬
‫ﻗ‬
َ
(‫ﻢ‬
‫ﻠ‬‫ﻩﻣﺴ‬‫ﺍ‬
‫ﻭ‬‫ﺭ‬)
Rasul
ull
ahSAW ber sabda,‘ BacalahAl -Qur’an,karenasesungguhnyaAl -Qur’
ani tudapat
memberikan syafaat di hari kiamat kepada para pembacanya. (HR. Muslim)
67

Adapun bagi mereka-mereka yang belum bisa atau belum lancar dalam
membacanya, maka hendaknya ia senantiasa mempelajarinya hingga dapat
membacanya dengan baik. Kalaupun seseorang harus terbata-bata dalam
membaca Al-Qur ’
an tersebut,makaAl l
ah pun akan member ikan pahala dua kali
lipat bagi dirinya. Dalam hadits lain, Rasulullah SAW bersabda:
‫ﻡ‬
ِ
‫ﺍ‬‫ﺮ‬
َ‫ﻜ‬
ِ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬‫ﺓ‬
ِ
‫ﺮ‬
َ‫ﻔ‬
َ‫ﻟﺴ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬‫ﻊ‬
َ‫ِﻣ‬
َ‫ﻪ‬‫ﺑ‬
ِ‫ﺮ‬
ٌ‫ﻫ‬
ِ
‫ﺎ‬‫َﻣ‬
َ‫ﻮ‬‫ﻫ‬
ُ
‫َﻭ‬
َ ‫ﺁﻥ‬‫ﺮ‬
ْ‫ﻘ‬
ُ
‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﺃ‬
ُ‫ﺮ‬
َ‫ﻘ‬
ْ‫ﻳ‬
َ
‫ِﻱ‬
ْ ‫ﺬ‬
‫ﻟ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬:َ
‫ﻢ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﺍﷲ‬‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬
‫ِﺻ‬
َ ‫ﺍﷲ‬
‫ْﻝ‬
ُ‫ﻮ‬‫َﺳ‬
ُ‫َﺭ‬
‫ﺎﻝ‬
‫ﻗ‬
َ
‫ﺁﻥ‬
َ ‫ﺮ‬
ْ
‫ﻘ‬
ُ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﺃ‬
ُ‫ﺮ‬
َ‫ﻘ‬
ْ
‫ﻳ‬
َ‫ِﻱ‬
ْ ‫ﺬ‬
‫ﻟ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬
‫ﻭ‬،
َ ‫ﺓ‬
ِ‫ﺭ‬
َ
‫ﺮ‬
َ ‫ﺒ‬
َ
‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬
(‫ﻪ‬
‫ﻴ‬‫ﻠ‬
‫ﻔﻖﻋ‬‫ﺘ‬
‫ﻣ‬)ِ‫ﺍﻥ‬
‫ﺮ‬
َ‫َﺟ‬
ْ‫ﺃ‬‫ﻪ‬
ُ‫ﻟ‬
َ‫ﺎﻕ‬
‫ﱞ‬ ‫ِﺷ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ‫َﻋ‬
َ‫ﻮ‬‫ﻫ‬
ُ‫ِﻭ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ُﻓ‬
ِ‫ﻊ‬‫ﺘ‬
َ
‫ﻌ‬
ْ‫ﺘ‬
َ
‫ﺘ‬
َ‫ﻳ‬
َ‫ﻭ‬
َ
Rasul ul
lahSAW ber sabda,Orang( mu’ min)yangmembacaAl -Qur’andanial ancar
dalam membacanya, maka ia akan bersama para malaikat yang mulia lagi suci. Adapun
or
angmu’ minyangmembacaAl-Qur ’an,sedangi at erbat
a-bata dalam membacanya,
lagi berat (dalam mengucapkan huruf-hurufnya), ia akan mendapatkan pahala dua kali
lipat. (Mutafaqun Alaih)

Akhlak Seorang Muslim Terhadap Dirinya Sendiri


Paling tidak, seorang muslim adalah pemimpin bagi dirinya sendiri. Siapapun
dia, seorang muslim tentu akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang telah
diperbuat terhadap dirinya sendiri. Oleh karena itulah, Islam memandang bahwa
setiap muslim harus menunaikan etika dan akhlak yang baik terhadap dirinya
sendiri, sebelum ia berakhlak yang baik terhadap orang lain. Dan ternyata hal ini
sering dilalaikan oleh kebanyakan kaum muslimin.
Secara garis besar, akhlak seorang muslim terhadap dirinya dibagi menjadi
tiga bagian; terhadap fisiknya, terhadap akalnya dan terhadap hatinya. Karena
memang setiap insan memiliki tiga komponen tersebut, dan kita dituntut untuk
memberikan hak kita terhadap diri kita sendiri dalam ketiga unsur yang terdapat
dalam dirinya tersebut:

1. Terhadap Fisiknya
Setiap insan, Allah berikan anugerah berupa fisik yang sempurna.
Kesempurnaan fisik manusia ini, Allah katakan sendiri dalam Al-Qur
’an(
QS.95:
4)
‫ﻢ‬
ٍ
‫ﻳ‬
ْ‫ﻮ‬
ِ‫ﻘ‬
ْ
‫ﺗ‬
َ‫َﻦ‬
ِ‫ْﺴ‬
‫َﺣ‬
‫ﺃ‬
‫ِﻲ‬
ْ ‫َﻓ‬
‫ﺎﻥ‬
‫ْﺴ‬
َ‫ﻧ‬‫ْﻹ‬
ِ‫ﺍ‬‫ﺎ‬
‫ﻨ‬
َ
‫ﻘ‬
ْ‫ﻠ‬
َ
‫ْﺧ‬
َ‫ﺪ‬‫ﻘ‬
َ
‫ﻟ‬
َ
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.

Kesempurnaan fisik ini, merupakan sesuatu yang harus disyukuri. Karena Allah
hanya memberikannya pada manusia. Adapun salah satu cara dalam
mensyukurinya adalah dengan menunaikan hak yang harus diberikan pada fisik
kita tersebut, yang sekaligus merefleksikan etika kita terhadap fisik kita sendiri.
Diantara hal tersebut adalah:

1. Seimbang dalam mengkonsumsi makanan.


Hak yang harus kita penuhi terhadap fisik kita adalah dengan memberikan
makanan dan minuman yang baik dan sehat, sehingga fisik kita pun dapat
tumbuh dan bekerja dengan baik dan sehat pula. Seorang muslim sangat
menyadari hal ini, dan oleh karenanya ia tidak akan menkonsumsi makanan
yang akan memberikan madharat terhadap dirinya tersebut. Dan termasuk
dalam kategori yang memberikan mudharat adalah mengkonsumsi makanan
secara berlebihan. Islam sendiri telah memberikan larangan kepada para
pemeluknya untuk berlebihan dalam menkonsumsi makanan. Allah berfirman
(QS. 7 : 31)
68

‫ْﻦ‬
َ‫ﻴ‬
‫ﻓ‬
ِ‫ﺮ‬
ِ‫ُﺴ‬
ْ‫ﻤ‬
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬‫ِﺐ‬
‫ﱡ‬‫ُﺤ‬
‫ﻳ‬‫ُﻻ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻧ‬
‫ﱠ‬
‫ﺇ‬
ِ‫ﺍ‬
‫ﻮ‬
ْ‫ﻓ‬
ُ
‫ﺮ‬
ِ‫ُﺴ‬
ْ‫ﺗ‬‫َﻻ‬
َ‫ﺍﻭ‬
‫ﻮ‬
ْ‫ﺑ‬
ُ
‫ﺮ‬
َ‫ﺍﺷ‬
ْ‫ﺍﻭ‬
َ ‫ﻮ‬
ْ
‫ﻠ‬
ُ‫ﻛ‬
ُ‫ﻭ‬
َ

Makandanmi
numl ahkal ian,danjanganl ahkalianber lebih-lebihan. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.”

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bahkan memberikan rincian batasan


dalam masalah mengkonsumsi makanan. Beliau mengatakan:
‫ﻪ‬
ِ
‫ﺑ‬
ِ‫ﺍ‬
‫ﺮ‬
َ‫ِﺸ‬
َ‫ﻟ‬
‫ُﺚ‬
ٌ ‫ﻠ‬
‫ﺛ‬
ُ
‫ﻭ‬،
َ ‫ﻪ‬
ِ
‫ﻣ‬
ِ‫ﺎ‬‫ﻌ‬
َ
‫ِﻄ‬
َ‫ﻟ‬‫ُﺚ‬
ٌ‫ﻠ‬
‫ﺜ‬
ُ‫ﻓ‬،
َ‫ِﻼ‬
ً‫ﺎﻋ‬‫َﻓ‬
َ‫ﺔ‬‫ﻟ‬
َ
‫ﺎ‬
‫َﺤ‬
َ‫َﻣ‬
‫َﻻ‬‫ﺎﻥ‬‫ﺍﻛ‬
َ‫ﺫ‬
َ‫ﺈ‬
ِ
‫ﻓ‬،
َ ‫ﻪ‬
ِ‫ﻨ‬
ِ
‫َﻄ‬
ْ‫ﺑ‬‫ِﻦ‬
ْ‫ﺍﻣ‬
‫ﺮ‬
‫ًﺷ‬
َ‫ء‬‫ﺎ‬
‫ِﻋ‬
َ‫ﱞﻭ‬
‫ِﻲ‬
‫ﻣ‬
‫ﺩ‬
َ‫ﺁ‬‫ﺄ‬
َ
‫ﻠ‬
َ
‫ﺎﻣ‬
َ ‫ﻣ‬
َ
‫ﻪ‬
ِ‫ْﺴ‬
ِ‫ﻔ‬
‫ﻨ‬
َ‫ﻟ‬
ِ‫ُﺚ‬
ٌ‫ﻠ‬‫ﺛ‬
ُ
‫ﻭ‬
َ
(‫ﺬﻱ‬
‫ﻣ‬‫ﺮ‬‫ﺘ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ﺪﻭ‬‫ﻤ‬‫ﺃﺣ‬‫ﻩ‬
‫ﺍ‬‫ﻭ‬
‫ﺭ‬)
Janganlah seseorang itu mengisi perutnya sesuatu yang buruk baginya. Dan apabila
tidak menyulitkan baginya hendaknya ia mengisi sepertiga untuk makanannya,
sepertiga untuk minumannnya dan sepertiga lagi untuk dirinya.
(HR. Ahmad & Turmudzi)

2. Membiasakan diri untuk berolah raga & hidup teratur.


Islam sangat menginginkan terciptanya kondisi yang baik dan teratur bagi
para pemeluknya. Bekerja teratur, makan teratur, tidur teratur, belajar
teratur dan juga berolah raga secara teratur. Sebagai contoh menyegerakan
ti
durdan j uga menyeger akan bangun.Ti dak t i
durba’ da subuh,ti
dak ti
dur
ba’da ashar dan lain sebagainya.
Di samping itu, Islam juga menganjurkan pada pemeluknya untuk menjaga
fi
sik dengan membi asakan di r
i berolah r aga. Agar di ri seorang mu’min
menjadi kuat dan sehat. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW mengatakan
kepada kita:
(‫ﻢ‬
‫ﻠ‬‫ﻩﻣﺴ‬
‫ﺍ‬
‫ﻭ‬‫ﺭ‬)ِ
‫ْﻒ‬
‫ﻴ‬‫ﻌ‬
ِ
‫ﻟﻀ‬
‫ﱠ‬ ‫ﺍ‬
‫ِﻦ‬
ِ‫ﻣ‬‫ﺆ‬
ْ
‫ﻤ‬
ُ‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬
‫ِﻦ‬
َ‫ِﻣ‬
‫ﺍﷲ‬‫َﻰ‬
‫ﻟ‬
‫ﺇ‬
ِ‫َﺐ‬
‫ﱡ‬‫َﺣ‬
‫ﺃ‬
‫ٌﻭ‬
َ‫ﺮ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﱡﺧ‬
َ ‫ِﻱ‬
‫ﻮ‬
‫ﻘ‬
َ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ِﻦ‬
ُ‫ﻣ‬
‫ﺆ‬
ْ‫ﻤ‬
ُ‫ﻟ‬
‫ﺍ‬
Seor
angmu’
minyangkuat
,lebi
hbai
kdanlebi
hdici
ntaiAl
lahdar
ipadaseor
ang
mu’minyangl
emah.(HR.Musli
m)

Jika fisik kaum muslimin kuat, tentulah hal ini akan dapat menggetarkan
para musuh-musuh Islam, yang tiada henti-hentinya membuat makar
terhadap agama Allah ini. Oleh karenanya kita melihat betapa Allah
memerintahkan kita untuk mempersiapkan kekuatan kita. Dan olah raga
merupakan salah satu cara untuk mempersiapkan kekuatan tersebut. Allah
berfirman (QS. 8 : 60)
‫ْﻦ‬
َ‫ﻳ‬
‫ﺮ‬
ِ‫ﺁﺧ‬
َ‫ْﻭ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻛ‬
ُ
‫ﻭ‬
‫ﱠ‬‫ﺪ‬
ُ‫َﻋ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﺍﷲ‬‫ﻭ‬
‫ﱠ‬
‫ﺪ‬
ُ‫ِﻋ‬
َ‫ﻪ‬‫ﺑ‬
ِ
‫ْﻥ‬
َ ‫ﻮ‬
‫ﺒ‬
ُ‫ﻫ‬
ِ‫ﺮ‬
ْ
‫ﺗ‬
ُ‫ْﻞ‬
ِ‫ﻴ‬
‫ْﺨ‬
َ‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ﺎﻁ‬
ِ‫ﺑ‬
َ‫ْﺭ‬
ِ‫ِﻦ‬
‫ﻣ‬‫ٍﻭ‬
َ‫ﺓ‬‫ﻮ‬
‫ﱠ‬
‫ْﻗ‬
ُ‫ِﻦ‬
‫ْﻣ‬
‫ﻢ‬
‫ﺘ‬
ُ‫ﻌ‬
ْ
‫َﻄ‬
َ‫ﺘ‬‫ﺍﺳ‬
ْ‫ﺎ‬‫ْﻣ‬
َ‫ﻢ‬
‫ﻬ‬
ُ‫ﻟ‬
َ‫ﺍ‬
‫ﻭ‬
ْ‫ﺪ‬
ُ
‫َﻋ‬
ِ‫ﺃ‬‫ﻭ‬
َ
‫ﻢ‬
ْ
‫ﻬ‬
ُ‫ﻤ‬
ُ‫ﻠ‬
َ
‫ﻌ‬
ْ‫ُﻳ‬
َ‫ﺍﷲ‬‫ﻢ‬
ْ
‫ﻬ‬
ُ‫ﻤ‬
ُ‫ﻠ‬
َ
‫ﻌ‬
ْ‫ﺗ‬
َ‫ْﻻ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻬ‬
ِ‫ﻧ‬
ِ
‫ﻭ‬
ْ‫ْﺩ‬
ُ‫ِﻦ‬
‫ﻣ‬
Dan persiapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu
sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang, yang dapat
menggentarkan musuh Allah , musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu
tidak mengetahuinya, sedang Allah mengetahuinya.

3. Tidak melakukan hal-hal yang memberikan madharat bagi fisik dan


kesehatannya.
Terkadang manusia senang untuk melakukan hal-hal tertentu yang terlihat
menyenangkan dan mengenakkan meskipun hal tersebut akan menimbulkan
madharat terhadap dirinya sendiri. Diantara tersebut antara lain, berlebihan
dalam menkonsumsi kopi atau teh, tidur terlalu larut malam dan merokok.
Hal yang terakhir disebut (yaitu rokok) bahkan sudah seperti menjadi
“kebiasaan waji
b” bagior ang t er tentu. Sement ar
aj ika dili
hat dar iaspek
syar’i
nya,rokok mer upakan sesuat u yang mel anggarsyar ’idan hukumnya
69

haram, kecuali menurut sebagian ulama di Indonesia yang cenderung


berfatwa bahwa hukumnya adalah makruh. Hal ini bisa dimaklumi karena
sebagaian besar ulama di Indonesia masih belum mampu meninggalkan
kebiasaan rokoknya.
Terdapat beberapa tinjauan dalam menegaskan bahwa rokok secara hukum
adalah haram. Diantaranya adalah :

a. Merokok merusak kesehatan (Yadhurru Linafsih)


Semua orang sepakat, bahwa rokok akan memiliki dampak negatif
terhadap fisik manusia. Terlebih-lebih jika ditinjau dari segi ilmu
kesehatan atau kedokteran, rokok memiliki dampak yang begitu besar
dalam diri insan yang akan menyebabkan berbagai penyakit. Perokok
sendiri akan mengakui hal tersebut. Dan jika demikian, seseorang ketika
ia merokok berarti ia memberikan kemadharatan atau merusak bagi
dirinya sendiri. Sementara Allah SWT berfirman (QS. 4 : 29)
‫ﺍﺽ‬
ٍ ‫ﺮ‬
َ
‫ْﺗ‬
َ‫َﻦ‬
‫ًﻋ‬
‫ﺓ‬‫ﺭ‬
َ
‫ﺎ‬‫ِﺠ‬
َ‫ﺗ‬‫ﻮﻥ‬
َ ‫ﻜ‬
ُ‫ﺗ‬
َ
‫َﻥ‬
ْ ‫ﺃ‬
‫ِﻻ‬
‫ﱠ‬ ‫ﺇ‬
‫ِﻞ‬
ِ‫ﺎﻃ‬‫ﺒ‬
َ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺎ‬
‫ﺑ‬
ِ‫ﻢ‬
ْ‫ﻜ‬
ُ
‫ﻨ‬
َ‫ﻴ‬
ْ
‫ْﺑ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻜ‬
ُ
‫ﻟ‬
َ‫ﺍ‬
‫ﻮ‬
َ‫ﻣ‬
ْ‫ﺃ‬
َ
‫ﺍ‬‫ﻮ‬‫ﻠ‬
ُ
‫ﻛ‬
ُ‫ﺄ‬
ْ
‫ﺗ‬
َ‫ﺍﻻ‬
َ ‫ﻮ‬‫ﻨ‬
ُ
‫ﻣ‬
َ‫ﺍ‬
‫َء‬
َ‫ﻳﻦ‬
‫ﺬ‬
ِ‫ﻟ‬
‫ﱠ‬
‫ﺍ‬‫ﺎ‬
‫ﻬ‬
َ‫ﻳ‬
‫ﱡ‬
‫ﺃ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﻳ‬
َ
‫ﺎ‬
‫ﻤ‬
ً ‫ﻴ‬
‫َﺣ‬
ِ‫ْﺭ‬
‫ﻢ‬‫ﻜ‬
ُ‫ﺑ‬
ِ‫ﺎﻥ‬
َ‫َﻛ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻥ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬‫ﻢ‬
ْ
‫ﻜ‬
ُ‫ُﺴ‬
َ‫ﻔ‬
‫ﻧ‬
ْ‫ﺃ‬
َ‫ﺍ‬
‫ﻮ‬‫ﻠ‬
ُ
‫ﺘ‬
ُ‫ﻘ‬
ْ
‫ﺗ‬
َ‫َﻻ‬
َ‫ْﻭ‬
‫ﻢ‬‫ﻜ‬
ُ‫ﻨ‬
ْ
‫ﻣ‬
ِ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu sendiri; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.”

b. Merokok mendzolimi orang lain (Dzalim)


Selain merusak atau merugikan terhadap diri sendiri, rokok juga dapat
merugikan atau mendzalimi orang lain yang tidak merokok. Sebab asap
rokok yang dihisap perokok tentu akan dikeluarkan lagi. Dan asap inilah
yang memiliki potensi untuk dihisap secara langsung melalui nafas orang
lain (baca; perokok pasif) yang berada di sekitarnya, yang bisa jadi akan
menimbulkan penyakit-penyakit tertentu. Jika hal ini terjadi, berarti
per okok ‘mendzl i
mi’or ang l ai
n yang t idak mer okok.Dan Al lah sangat
membenci orang-orang yang dzalim. Allah SWT berfirman (QS. 42 : 40)
‫ﻴﻦ‬
َ‫ﻤ‬
ِ‫ﻟ‬
ِ
‫ﺎ‬‫ﻟﻈ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬‫ِﺐ‬
‫ﱡ‬‫ُﺤ‬
‫ﻳ‬‫ُﻻ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻧ‬
‫ﱠ‬
‫ﺇ‬
ِ‫ﻪ‬
ِ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫َﻰ‬
‫ﻠ‬
‫ُﻋ‬
َ‫ﻩ‬‫ﺮ‬
ُ
‫َﺟ‬
ْ ‫ﺄ‬
‫َﻓ‬
َ‫َﺢ‬
‫ﻠ‬
‫َﺻ‬
ْ ‫ﺃ‬
‫ﺎﻭ‬
َ ‫ﻔ‬
َ
‫ْﻋ‬
َ ‫َﻦ‬
‫ﻤ‬
‫ﺎﻓ‬
َ ‫ﻬ‬
َ
‫ﻠ‬
ُ‫ﺜ‬
ْ
‫ٌﻣ‬
ِ‫ﺔ‬‫ﺌ‬
َ
‫ﻴ‬
‫ﱢ‬
‫ٍﺳ‬
َ ‫ﺔ‬
‫ﺌ‬
َ‫ﻴ‬
‫ﱢ‬
‫ُﺳ‬
َ ‫ء‬
‫ﺍ‬‫ﺰ‬
َ‫َﺟ‬
َ‫ﻭ‬
"Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barangsiapa
mema`afkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah.
Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim."

c. Merokok memiliki unsur menghambur-hamburkan harta (Tabdzir)


Selain dua tinjauan di atas, rokok juga mengandung unsur menghambur-
hambur kanuang( baca’tabdzir). Hampir semua kalangan sepakat, bahwa
rokok merupakan salah satu bentuk perbuatan yang mubadzir, karena
banyak hal yang lebih bermanfaat dari pada digunakan untuk rokok,
seperti membantu fakir miskin, shadaqoh kepada kerabat, atau
digunakan untuk membeli makanan yang menambah kesehatan, seperti
susu, buah-buahan dan lain sebagainya. Dan jika merokok merupakan
salah satu perbuatan tabdzir, maka alangkah kerasnya Allah SWT
menegur orang-orang yang menghambur-hamburkan uang. Allah
berfirman (QS. 17 : 27 ) :
‫ﺍ‬
‫ﻮ‬‫ﻧ‬
ُ
‫ﺎ‬‫َﻛ‬
َ‫ﻳﻦ‬
‫ﺭ‬
ِ‫ﺬ‬
‫ﱢ‬‫ﺒ‬
َ
‫ﻤ‬
ُ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ِﻥ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬*‫ﺍ‬
‫ﺮ‬
ً‫ﻳ‬
‫ﺬ‬
ِ‫ﺒ‬
ْ
‫ﺗ‬
َ‫ﺭ‬
ْ‫ﺬ‬
‫ﱢ‬
‫ﺒ‬
َ‫ﺗ‬
ُ‫َﻻ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻴﻞ‬
‫ﺒ‬
ِ‫ﻟﺴ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬‫ْﻦ‬
َ‫ﺑ‬
‫ﺍ‬‫َﻭ‬
َ‫ﻴﻦ‬‫ﻜ‬
ِ‫ِﺴ‬
ْ‫ﻤ‬‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬
‫ُﻭ‬
َ ‫ﻪ‬‫ﻘ‬
‫ﱠ‬
‫َﻰﺣ‬
َ ‫ﺑ‬
‫ﺮ‬
ْ‫ﻘ‬
ُ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬
‫ﺍ‬‫ِﺫ‬
َ‫ﺁﺕ‬
‫ﻭ‬
َ
*‫ﺍ‬
‫ﺭ‬
ً‫ﻮ‬‫ﻔ‬
ُ
‫ِﻛ‬
َ‫ﻪ‬‫ﺑ‬
‫ﱢ‬
‫ﺮ‬
َ‫ﻟ‬
ِ‫ﺎﻥ‬
ُ‫ْﻄ‬
َ‫ﻴ‬‫ﻟﺸ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬‫ﺎﻥ‬
َ‫ﻛ‬
َ‫ِﻭ‬
َ‫ﻴﻦ‬‫ﺎﻃ‬
ِ‫ﻴ‬
َ‫ﻟﺸ‬
‫ﱠ‬ ‫ﺍ‬
‫ﺍﻥ‬
َ ‫ﻮ‬
َ‫ِﺧ‬
ْ‫ﺇ‬
70

“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada


orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-
pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat
ingkar kepada Tuhannya.”

4. Bersih fisik dan pakaian.


Etika seorang muslim terhadap dirinya yang berikutnya adalah
membersihkan fisik dan juga pakaiannya. Karena fisik kita memiliki hak
untuk dibersihkan dan memakai pakaian yang bersih. Dalam masalah bersih
fisik, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a) Bersih mulut dan gigi.
Islam sangat menganjurkan kebersihan gigi dan mulut. Karena kedua hal
ini merupakan hal yang akan sangat berkaitan dengan orang lain. Ketika
gigi dan mulut kita tidak bersih bahkan bau, maka pasti akan memiliki
pengaruh negatif terhadap orang yang menjadi lawan bicaranya. Oleh
karena itulah, Rasulullah SAW mengatakan kepada kita:
‫ﺪ‬
َ
‫ﻨ‬
ْ‫ِﻋ‬
ِ‫ﺍﻙ‬
‫ﻮ‬
َ‫ﻟﺴ‬
‫ﱢ‬‫ﺎ‬
‫ﺑ‬
ِ‫ﻢ‬
ْ‫ﻬ‬
ُ
‫ﺗ‬
ُ‫ﺮ‬
ْ‫ﻣ‬
َ
‫ﺄ‬
َ‫ﻟ‬
َ‫ِﻲ‬
‫ﺘ‬
‫ﻣ‬
‫ﱠ‬‫ﺃ‬
ُ‫َﻰ‬‫ﻠ‬
‫ﱠﻋ‬
َ‫ُﻖ‬
‫َﺷ‬‫ﺃ‬
‫َﻥ‬
ْ‫ﺃ‬‫ْﻻ‬
َ ‫ﻮ‬‫ﻟ‬
َ

‫ﻢ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ‫ُﻋ‬
َ‫ﺍﷲ‬‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬
‫ِﺻ‬
َ ‫ﺍﷲ‬
‫ْﻝ‬
ُ‫ﻮ‬‫َﺳ‬
ُ‫َﺭ‬
‫ﺎﻝ‬
‫ﻗ‬
َ
(‫ﺎﻥ‬
‫ﻴﺨ‬‫ﻟﺸ‬
‫ﺍ‬‫ﻩ‬‫ﺍ‬
‫ﻭ‬‫ﺭ‬)ٍ
‫ﺓ‬
‫َﻼ‬
َ‫ﱢﺻ‬‫ُﻞ‬
‫ﻛ‬

Sekir
anyat idakmember atkanbagiumatku,sungguhakanakuper
int
ahkan
mereka untuk bersiwak setiapkal
ihendakshalat
.”(
HR.Bukhar
iMusli
m).

Bahkan dalam hadits lain, Rasulullah SAW menerangkan mengenai


dampak negatif yang ditimbulkan dari ketidak bersihan mulut dan gigi.
Beliau mengatakan:
‫ﺎ‬
‫ﻤ‬
‫ﱠ‬‫ﱠﻱﻣ‬
ِ ‫ﺫ‬
‫ﺄ‬
َ‫ﺘ‬
َ
‫ﺗ‬
َ‫ﺔ‬
َ‫ﻜ‬
َ
‫ﺋ‬
ِ‫َﻼ‬
َ‫ﻤ‬
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬‫ِﻥ‬
‫ﱠ‬‫ﺈ‬
‫ﻓ‬،
َ ‫ﺍ‬
‫ﺬ‬
َ‫ﺎﻫ‬
َ‫ﻧ‬
َ‫ﺪ‬
َ
‫ْﺠ‬
ِ‫َﺴ‬
‫ﱠﻣ‬
‫َﻦ‬
‫ﺑ‬‫ﺮ‬
ِ‫ﻘ‬
ْ
‫ﻳ‬
َ‫َﻼ‬
َ‫َﻓ‬
‫ﺍﺙ‬‫ﺮ‬
‫ﱠ‬
‫ﻜ‬
َ‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬
‫َﻭ‬
َ‫ﻡ‬‫ﻮ‬
ْ
‫ﺜ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫َﻭ‬
َ‫َﻞ‬
‫َﺼ‬
‫ﺒ‬‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫َﻞ‬
َ‫ﻛ‬
‫ﺃ‬
َ‫َﻦ‬
ْ‫ﻣ‬
(‫ﻢ‬‫ﻠ‬
‫ﻩﻣﺴ‬
‫ﺍ‬‫ﻭ‬‫ﺭ‬
)َ‫ﻡ‬
‫ﺩ‬
َ‫ﺁ‬‫ﻮ‬
‫ﻨ‬
ُ‫ﺑ‬
َ‫ﻪ‬
ُ
‫ﻨ‬
ْ‫ﱠﻱﻣ‬
ِ ‫ﺫ‬‫ﺄ‬
َ
‫ﺘ‬
َ‫ﻳ‬
َ
RasulullahSAW ber sabda,“ Barangsiapayangmemakanbawangmer ah,bawang
putih dan yang sebangsa bawang, maka hendaknya mereka jangan mendekati
masj i
dkamii ni.Karenasesungguhnyapar amal ai
kat‘ter
ganggu’denganbaunya
t
er sebut
,sebagaimanat erganggunyaanakcucuadam. ”( HR.Musli
m)

b) Bersih rambut.
Selain mulut dan gigi, Islam juga menganjurkan kita agar senantiasa
membersihkan rambut. Karena rambut juga memiliki hak untuk
dibersihkan. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda:
‫ﻪ‬
ُ
‫ﻣ‬
ْ‫ﺮ‬
ِ‫ﻜ‬
ْ
‫ﻴ‬
ُ‫ﻠ‬
ْ
‫ٌﻓ‬
َ‫ﺮ‬‫ﻌ‬
ْ
‫ُﺷ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﻟ‬
َ‫ﺎﻥ‬
َ‫ْﻛ‬
َ‫َﻦ‬
‫ﻣ‬: َ
‫ﻢ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﺍﷲ‬‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬
‫ِﺻ‬
َ ‫ﺍﷲ‬‫ْﻝ‬
ُ‫ﻮ‬
‫َﺳ‬
ُ‫َﺭ‬
‫ﺎﻝ‬
‫ﻗ‬،
َ ‫ﺎﻝ‬
َ‫َﻗ‬
َ‫ﺓ‬‫ﺮ‬
َ
‫ﻳ‬
ْ‫ﺮ‬
َ‫ْﻫ‬
ُ‫ِﻲ‬
‫ﺑ‬
‫ﺃ‬
َ‫َﻦ‬
ْ‫ﻋ‬
(‫ﺩ‬‫ﻭ‬
‫ﺍ‬‫ﻮﺩ‬
‫ﺑ‬‫ﺃ‬‫ﻩ‬
‫ﺍ‬‫ﻭ‬
‫ﺭ‬)
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda,‘Bar
angsi apayangmemil
iki
r
ambut ,makahendakl ahi amemul i
akanrambut nyatersebut.”(
HR.AbuDaud)

Adapun cara untuk memuliakan rambut, diantaranya adalah dengan


senantiasa membersihkannya, menyisirnya yang rapi serta merawatnya.
Dalam sebuah riwayat Imam Malik, Rasulullah SAW suatu ketika sedang
berada dalam masjid. Kamudian tiba-tiba masuklah seorang pemuda
yang rambut dan jenggotnya acak-acakan. Kemudian Rasulullah SAW
memerintahkannya dengan isyarat agar ia membersihkan rambut dan
jenggotnya tersebut. Pemuda itupun kembali pulang, lalu kembali ke
masjid dalam keadaan rambut dan jenggotnya yang telah tersisir rapi.
Melihat hal tersebut Rasulull
ah SAW mengat akan, ‘ bukankah yang
71

demikian lebih baik, dari pada seseorang datang ke masjid dalam kondisi
rambut dan jenggotnya acak-acakan,seper tisyai
tan?’

c) Bersih badan.
Hal ini terbukti dengan diperintahkannya kita untuk senantiasa
membersihkan diri kita dengan mandi. Dalam sebuah hadits, Rasulullah
SAW berasbda:
‫ﻢ‬
ْ
‫ﻟ‬
َ‫ِﻥ‬
ْ‫ﺇ‬
‫ْﻭ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻜ‬
ُ
‫ْﺳ‬
َ‫ﻭ‬‫ﺅ‬
ُ
‫ﺍﺭ‬
ُ ‫ﻮ‬
ْ‫ﻠ‬
ُ
‫ْﺴ‬
ِ‫ﺍﻏ‬
‫ﻭ‬،
َ ‫ﺔ‬
ِ‫ﻌ‬
َ
‫ﻤ‬
ْ‫ْﺠ‬
ُ‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻡ‬
َ‫ﻮ‬
ْ
‫ﻳ‬
َ ‫ﺍ‬
‫ﻮ‬
ْ‫ﻠ‬
ُ
‫َﺴ‬
ِ‫ﺘ‬
‫ﺍﻏ‬
ْ :َ
‫ﻢ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ‫ُﻋ‬
َ‫ﺍﷲ‬‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬
‫ِﺻ‬
َ ‫ﺍﷲ‬
‫ْﻝ‬
ُ‫ﻮ‬‫َﺳ‬
ُ‫َﺭ‬
‫ﺎﻝ‬
‫ﻗ‬
َ
(‫ﺭﻱ‬‫ﺎ‬
‫ﺒﺨ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ﻩ‬‫ﺍ‬
‫ﻭ‬‫ﺭ‬)ِ
‫ﱢﺐ‬
‫ﻴ‬‫ﻟﻄ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬‫ِﻦ‬
َ‫ﺍﻣ‬
‫ﻮ‬
ْ‫ﺒ‬
ُ‫ﻴ‬
ْ
‫َﺻ‬
ِ ‫ﺃ‬
‫ﺎﻭ‬
َ ‫ﺒ‬
ً
‫ﻨ‬
ُ
‫ﺍﺟ‬
ُ ‫ﻮ‬
ْ‫ﻧ‬
ُ
‫ﻮ‬
ْ‫ﻜ‬
ُ‫ﺗ‬
َ
Rasulull
ahSAW ber sabda,‘ Mandi l
ahkal i
anpadahar ij
um’ at
.Bersi
hkanlahkepal a
kalian, meskipun tidak sedang junub. Dan sentuhlah dengan wewangian. (HR.
Bukhari)

d) Bersih pakaian.
Jasad atau fisik kita, juga memiliki hak untuk mendapatkan pakaian yang
bersih dan sehat. Pakaian disamping untuk menutupi aurat, namun juga
menjaga dirinya dari penyakit-penyakit yang terkait dengan pakaian,
seperti gatal-gatal, jamur dan lain sebagainya.
َ
‫ﻢ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬‫ﻪ‬
‫ﻴ‬
ْ‫ﻠ‬
َ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﺍﷲ‬‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬
‫ِﺻ‬
َ ‫ﺍﷲ‬‫ْﻝ‬
ُ‫ﻮ‬‫َﺳ‬
ُ‫ﺎﺭ‬‫ﻧ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﺗ‬
َ‫ﺃ‬
َ
‫ﺎﻝ‬
َ ‫ُﻗ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻧ‬
‫ﱠ‬‫ﺃ‬
َ
‫ﻪ‬
ُ‫ﻨ‬
ْ‫ُﻋ‬
َ‫ﺍﷲ‬‫ِﻲ‬
َ‫َﺿ‬
‫ِﺭ‬
‫ﺍﷲ‬‫ﺪ‬
ِ‫ﺒ‬
ْ
‫ِﻋ‬
َ ‫ْﻦ‬
‫ﺑ‬
‫ﺮ‬
ِ‫ﺑ‬
ِ‫ﺎ‬‫ْﺟ‬
َ‫َﻦ‬
‫ﻋ‬
‫ﻩ‬
‫ﺍ‬‫ﻭ‬‫ﺭ‬)‫؟‬‫ﻪ‬
ُ‫ﺑ‬
َ
‫ﻮ‬
ْ‫ﺛ‬
َ‫ِﻞ‬
ُ‫ْﺴ‬
‫ﻐ‬
‫ﻳ‬
َ‫ﺎ‬‫ﺍﻣ‬
َ‫ﺬ‬
َ‫ُﻫ‬
َ‫ﺪ‬‫َﺠ‬
ِ‫ﻳ‬‫ﺎﻥ‬
َ ‫ﺎﻛ‬
َ‫َﻣ‬
َ ‫ﺎﻝ‬
‫ﻘ‬
َ‫ﻓ‬،
َ ‫ﺔ‬
ٍ
‫ْﺨ‬
َ‫َﺳ‬
‫ُﻭ‬
‫ﺎﺏ‬‫ﻴ‬
َ
‫ِﺛ‬
ِ‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ
‫ًﻋ‬
َ ‫ُﻼ‬
‫َﺟ‬
‫َﻯﺭ‬
‫ﺃ‬‫ﺮ‬
َ‫ﺍﻓ‬
َ‫ﺮ‬
ً‫ﺋ‬
ِ‫ﺍ‬
‫ﺯ‬
َ
(‫ﺋﻰ‬
‫ﺎ‬‫ﻨﺴ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬
‫ﺪﻭ‬‫ﻤ‬‫ﺃﺣ‬
Dari Jabir ra, beliau berkata, suatu ketika rasulullah SAW berziarah mengunjungi
kami. Lalu beliau melihat seseorang yang memakai pakaian yang kotor. Beliau
ber kata,‘ Tidakkahadayangdapatmenyuci kanbaj unya?’(HR.Ahmaddan
Nasa’ I)

e) Berpenampilan rapi
Berpenampilan rapi juga merupakan salah satu sunnah Rasulullah SAW.
Sehingga seseorang akan terlihat terhormat di mata orang lain. Dalam
sebuah riwayat dikisahkan ketika Rasulullah SAW dan para sahabatnya
sedang berpergian mendatangi saudara mereka, Rasulullah SAW
mengatakan:
(‫ﺩ‬
‫ﻭ‬‫ﺍ‬
‫ﻮﺩ‬‫ﺑ‬
‫ﺃ‬‫ﻩ‬
‫ﺍ‬‫ﻭ‬
‫ﺭ‬)ْ
‫ﻢ‬
‫ﻜ‬
ُ‫ﺎﺳ‬
َ‫ﺒ‬
َ‫ﻟ‬
ِ
‫ﺍ‬‫ﻮ‬
ْ‫ﻨ‬
ُ
‫ْﺴ‬
ِ‫َﺣ‬
‫ﺃ‬
‫ْﻭ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻜ‬
ُ
‫ﻟ‬
َ‫ﺎ‬
‫ِﺣ‬
َ‫ﺍﺭ‬
‫ﻮ‬
ْ‫ِﺤ‬
ُ‫ﻠ‬
‫َﺻ‬
ْ ‫ﺄ‬
‫ﻓ‬،
َ ‫ﻢ‬
ْ
‫ﻜ‬
ُ‫ﻧ‬
ِ
‫ﺍ‬‫ﻮ‬
َ
‫ِﺧ‬
ْ‫ﺇ‬‫َﻰ‬
‫ﻠ‬
‫َﻋ‬
َ‫ْﻥ‬
‫ﻮ‬
‫ﻣ‬
ُ‫ﺩ‬
ِ‫ﺎ‬
‫ْﻗ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻜ‬
ُ
‫ﻧ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬
ِ
Kalian akan tiba mendatangi saudara kalian. Oleh karena itu, rapikanlah bawaan
kalian dan rapikanlah pula pakaian kalian. (HR. Abu Daud)

Berpenampilan rapi seperti ini juga merupakan sunnah para sahabat.


Bahkan terkadang ada diantara mereka yang membeli pakaian yang
relatif mahal, untuk kemudian digunakannya. Seperti Ibnu Abbas pernah
membeli pakaian seharga seribu dirham, lalu beliau mengenakannya.
(Hilyat ulAul
ia’I/321) .Demi ki
anj ugadenganAbdur r
ahmanbi nAuf ,yang
pernah memakai burdah seharga lima ratus atau empat ratus (Thabaqat
Ibnu Sa’ dIII/131). Dan berpenampilan rapi serta mengenakan paiakan
yang baik, sesungguhnya tidak identik dengan kesombongan. Karena
kesombongan adalah mengingkari kebenaran dan meremehkan manusia.

2. Terhadap Akalnya.
72

Sebagaimana fisik, akal memiliki hak yang harus kita tunaikan. Akal juga
membut uhkan ‘ makanan’ , sebagai mana f isi
k membut uhkannya. Namun
kebutuhan tersebut jelas berbeda dengan kebutuhan fisik. Oleh karenanya, kita
perlu memberikan porsi kepada kita, sebagaimana kita memberikannya pada
fisik. Berikut adalah diantara hal-hal yang harus kita tunaikan terhadap akal
kita:
1. Menuntut ilmu sebagai kewajiban dan kemuliaan bagi setiap muslim
Hal pertama yang harus kita lakukan bagi setiap muslim terhadap akalnya
adalah dengan mengisinya dengan ilmu pengetahuan yang bermanfaat.
Karena disamping sebagai suatu kewajiban, belajar juga merupakan
kemuliaan tersendiri bagi dirinya. Karena Allah SWT senantiasa akan
mengangkat derajat orang-orang yang berilmu. Dalam Al-Qur ’an All
ah
mengatakan (QS. 35 : 28) :
‫ء‬
ُ
‫ﺎ‬‫ﻤ‬
َ‫ﻠ‬
َ
‫ﻌ‬
ُ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﻩ‬
ِ
‫ﺩ‬
ِ‫ﺎ‬
‫ﺒ‬
َ‫ْﻋ‬
ِ‫ِﻦ‬
‫َﻣ‬
‫ﺍﷲ‬‫َﻰ‬
‫ْﺸ‬
‫َﺨ‬
‫ﻳ‬‫ﺎ‬
‫ﻤ‬
َ‫ﻧ‬
‫ﱠ‬
‫ﺇ‬
ِ

Bahwasanyaor
ang-orang yang takut kepada Allah, hanyalah para ulama (orang
yangber i
lmu)”

Kemuliaan ini juga telah terwujud, meskipun ketika ia baru dalam proses
belajar guna menuntut ilmu sendiri. Dalam sebuah riwayat dikisahkan:
ِْ
‫ﻲ‬‫َﻓ‬
‫ﻮ‬‫ﻫ‬
ُ‫َﻭ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ‫ﻠ‬
َ
‫ُﻋ‬
َ‫ﺍﷲ‬ ‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬‫ﱢﺻ‬
َ ‫ِﻲ‬
‫ﺒ‬‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫َﻰ‬
‫ﻟ‬‫ﺇ‬
ِ‫ﻪ‬
ُ
‫ﻨ‬
ْ‫ُﻋ‬
َ ‫ﺍﷲ‬‫ِﻲ‬
َ‫َﺿ‬‫ِﻱﺭ‬‫ﺩ‬‫ﺍ‬
‫ﺮ‬
َ‫ﻤ‬
َ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﺎﻝ‬
ٍ ‫َﺴ‬
‫ﱠ‬‫ُﻋ‬
‫ْﻦ‬‫ﺑ‬
‫ﺍﻥ‬
ٌ ‫ﻮ‬
ْ
‫ﻔ‬
ْ‫َﺻ‬
َ ‫ء‬‫ﺎ‬
‫ﺟ‬
َ
‫ِﻥ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬
،‫ﻢ‬
ِ‫ﻠ‬
ْ
‫ﻌ‬
ِ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ِﺐ‬
ِ ‫ﻟ‬
‫ﺎ‬
‫ِﻄ‬
َ ‫ﺑ‬‫ﺎ‬
‫ﺒ‬
ً
‫ْﺣ‬
َ ‫ﺮ‬
‫ﻣ‬
َ "َ
‫ﺎﻝ‬
‫ﻘ‬
َ‫ﻓ‬،
َ ‫ﻢ‬
َ
‫ﻠ‬
ْ‫ﻌ‬
ِ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ُﺐ‬
ُ‫ﻠ‬‫َﻃ‬
ْ‫ﺃ‬‫ْﺖ‬
ُ‫ﺌ‬‫ْﺟ‬
ِ‫ﱢﻲ‬
‫ﻧ‬‫ﺇ‬
ِ،‫ﺍﷲ‬
ِ ‫ْﻝ‬
َ‫ﻮ‬‫َﺳ‬
ُ‫ﺎﺭ‬‫ﻳ‬
َ‫ﻪ‬
ُ‫ﻟ‬
َ‫ﺎﻝ‬
َ‫ﻘ‬
َ‫ﻓ‬،
َ‫ﺪ‬
ِ‫ْﺠ‬
ِ‫َﺴ‬
‫ﻤ‬
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬
‫ِﻦ‬
ْ‫ﺎﻣ‬
‫ﻴ‬
َ‫ﻧ‬
ْ
‫ﺪ‬
‫ﱡ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ء‬
َ‫ﺎ‬
‫ﻤ‬
َ‫ﻟﺴ‬
‫ﱠ‬ ‫ﺍ‬
‫ﻎ‬
َ‫ﻠ‬
ُ‫ﺒ‬
ْ
‫ﻳ‬
َ‫ﱠﻰ‬
‫ﺘ‬‫ﺎﺣ‬
َ ‫ْﻀ‬
ً ‫ﻌ‬‫ﺑ‬
َ‫ﻢ‬
ْ
‫ﻬ‬
ُ‫ْﻀ‬
ُ ‫ﻌ‬‫ﺑ‬
َ
‫َﺐ‬
ُ ‫ﻛ‬‫ﺮ‬
ْ‫ﻳ‬
َ‫ﻢ‬
‫ﱠ‬‫ﺛ‬
ُ
،‫ﺎ‬‫ﻬ‬
َ‫ﺘ‬
ِ
‫ِﺤ‬
َ‫ﻨ‬‫َﺟ‬
ْ‫ﺄ‬
‫ﺑ‬
ِ ‫ﺔ‬
ُ
‫ﻜ‬
َ‫ﺋ‬
ِ‫َﻼ‬
َ‫ﻤ‬‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﻪ‬
ُ‫ﻔ‬
‫ﱡ‬
‫َﺤ‬
ُ‫ﺗ‬‫ﻢ‬
ِ‫ﻠ‬
ْ
‫ﻌ‬
ِ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ِﺐ‬
َ‫ﻟ‬‫ﺎ‬
‫ﻃ‬
َ
(‫ﻢ‬
‫ﻛ‬‫ﺎ‬
‫ﻟﺤ‬‫ﺍ‬
‫ﺎﻥﻭ‬‫ﺒ‬‫ﺑﻦﺣ‬‫ﺍ‬‫ﻧﻲﻭ‬‫ﺍ‬
‫ﺮ‬‫ﺒ‬
‫ﻟﻄ‬‫ﺍ‬‫ﺪﻭ‬‫ﻤ‬
‫ﺃﺣ‬‫ﻩ‬‫ﺍ‬
‫ﻭ‬‫ﺭ‬)ُ‫ُﺐ‬
‫ﻠ‬‫َﻄ‬
ْ‫ﻳ‬‫ﺎ‬
‫ﻤ‬
َ‫ﻟ‬
ِ‫ﻢ‬
ْ‫ﻬ‬
ِ‫ﺘ‬
ِ
‫ﺒ‬
‫ﱠ‬
‫َﺤ‬
َ ‫ﻣ‬
“Suatuket i
kaSaf wanbi nAssalal -Maradi mendatangi Rasulullah SAW yang sedang
berada di masjid. Safwan berkata, Ya Rasulullah SAW, aku datang untuk menuntut
i
lmu.Rasul ul
lahSAW menj awab,‘ selamatdat angpenunt utilmu.Sesungguhnya
orang yang menuntut ilmu akan dikelilingi oleh para malaikat dengan sayap-
sayapnya. Kemudian mereka berbaris, sebagian berada di atas sebagian malaikat
lainnya, hingga sampai ke langit dunia, karena kecintaan mereka terhadap penuntut
i
lmu. ”(HR.Ahmad,Tabr ani,IbnuHi bandanAl -Hakim)

2. Menuntut ilmu hingga akhir hayat.


Terkadang manusia sering puas, manakala telah mencapai tingkatan tertentu
dalam dunia pendidikan. Padahal sesungguhnya dalam Islam bahwa proses
belajar mengajar merupakan proses yang tiada mengenal kata henti. Karena
pada hakekatnya semakin seseorang mendalami ilmu pengetahuan, maka
semakin pula ia merasa kurang dan kurang. Salah seorang salafuna shaleh
bernama ibnu Abi Gassan –sebagaimana diriwayatkan oleh ibnu Abdil Bar –
berkata :
‫ِﻼ‬
ً‫ﻫ‬‫ﺎ‬
‫َﺟ‬
َ ‫ْﺖ‬
‫ﻨ‬
‫َﻛ‬
ُ‫ْﺖ‬
‫ﻴ‬
‫ﻨ‬
َ‫ﻐ‬
ْ
‫ﺘ‬
َ‫ﺍﺳ‬
ْ‫ﺍ‬‫ﺫ‬
َ‫ﺈ‬
ِ
‫ﻓ‬،
َ ‫ﺎ‬
‫ﻤ‬
ً‫ﻠ‬
‫ﱢ‬
‫ﻌ‬
َ‫ﺘ‬
َ
‫َﻣ‬
ُ‫ْﺖ‬
‫ﻨ‬
‫ﺎﻛ‬
ُ ‫ﺎﻣ‬
َ‫ﻤ‬
ً‫ﻟ‬
ِ
‫ﺎ‬‫ُﻋ‬
َ‫ﺍﻝ‬
‫ﺰ‬
َ‫ﺗ‬
َ‫ﻻ‬
َ
Engkau akan tetap menjadi orang yang berilmu, manakala senantiasa masih mencari
ilmu. Namun apabila engkau telah merasa cukup, maka jadilah dirimu orang yang
bodoh. ”

3. Yang harus dipelajari oleh setiap muslim.


Minimal sekali, setiap muslim perlu mempelajari hal-hal yang memang
sangat urgen dalam kehidupannya. Menurut Dr. Muhammad Ali Al-Hasyimi
(1993 : 48), hal-hal yang harus dikuasai setiap muslim (yang bukan
spesi al
isasisyari
’ah)adal ah :Al -Qur’an,bai
k dar
isegibacaan,t ajwi
d dan
tafsirnya; kemudian ilmu hadits; sirah dan sejarah para sahabat; fikih
terutama yang terkait dengan permasalahan kehidupan, dan lain sebagainya.
73

4. Spesialisasi.
Namun demikian, setiap muslim juga harus memiliki bidang spesialisasi yang
harus ditekuninya. Spesialisasi ini tidak harus bersifat ilmu syariah, namun
bisa juga dalam bidang-bidang lain, seperti ekonomi, tehnik, politik dan lain
sebagainya. Dalam sejarahnya, banyak diantara generasi awal kaum
muslimin yang memiliki spesialisasi dalam bidang tertentu.

5. Mempelajari bahasa asing


Mempelajari bahasa asing juga merupakan suatu kebutuhan yang penting.
Apalagi manakala bahsa tersebut merupakan bahasa resmi dalam ilmu
pengetahuan seperti bahasa Inggris dan bahasa Arab, untuk bidang
keislaman. Dalam sebuah riwayat dikisahkan:
‫ِﻲ‬
‫ﻟ‬‫ﻢ‬
ْ
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻌ‬
َ‫ﺗ‬
َ
‫ﺪ‬
ٌ‫ﻳ‬
ْ‫ﺎﺯ‬
َ‫ﻳ‬
َ ،
‫ﻪ‬
ُ‫ﻟ‬
َ‫ﺎﻝ‬
َ‫َﻗ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ‫ﻠ‬
َ
‫ُﻋ‬
َ‫ﺍﷲ‬ ‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠﺻ‬
َ ‫ِﻲ‬
‫ﺒ‬‫ﻨ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫َﻥ‬
‫ﱠ‬‫ﺃ‬‫ﻪ‬
ُ
‫ﻨ‬
ْ‫ُﻋ‬
َ‫ﺍﷲ‬‫ِﻲ‬
َ‫َﺿ‬‫ٍﺭ‬
‫ِﺖ‬‫ﺑ‬
‫ﺎ‬‫ﺛ‬
َ
‫ْﻦ‬
ِ ‫ﺑ‬
‫ﺪ‬
ِ‫ﻳ‬
ْ‫ْﺯ‬
َ‫َﻦ‬
‫ﻋ‬
‫ْﻒ‬
َ ‫ِﺼ‬
‫ﻧ‬‫ِﻲ‬
ْ‫ﻟ‬‫َﻰ‬
‫َﻀ‬‫ﺎﻣ‬
‫ﻤ‬
َ‫ُﻓ‬
َ‫ﻪ‬‫ﺘ‬
ُ
‫ﻤ‬
ْ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫ﻌ‬
َ ‫ﺘ‬
َ‫ٌﻓ‬
َ‫ﺪ‬
‫ﻳ‬
ْ‫َﺯ‬
َ‫َﻝ‬
‫ﺎ‬‫ﻘ‬
‫ﻓ‬،
َ ‫ِﻲ‬
‫ﺑ‬‫ﺎ‬
‫ﺘ‬
َ
‫َﻰﻛ‬
ِ ‫ﻠ‬
‫ِﻯﻋ‬
َ ‫ﺩ‬
‫ﻮ‬
ْ‫ﻬ‬
ُ‫ﻳ‬
َ‫َﻦ‬
ُ‫ﻣ‬‫ﺁ‬‫ﺎ‬
‫ِﻣ‬
َ‫ﺍﷲ‬‫ْﻭ‬
َ‫ﱢﻲ‬
‫ﻧ‬‫ﺈ‬
ِ
‫ﻓ‬،
َ ‫ﺩ‬
َ
‫ﻮ‬
ْ‫ﻬ‬
ُ‫ﻳ‬
َ‫ﺎﺏ‬
َ ‫ﺘ‬
َ
‫ﻛ‬
ِ
‫ﺃ‬
ُ‫ﺮ‬
َ‫ﻗ‬
ْ
‫ﺃ‬
َ
‫ﻭ‬،
َ ‫ﻢ‬
ْ‫ﻬ‬
ِ‫ﻴ‬
ْ
‫ﻟ‬
َ‫ﺇ‬
ِ
‫َﺐ‬
َ ‫ﺘ‬
‫ﺍﻛ‬
َ ‫ﺫ‬
َ‫ﺇ‬
ِ
‫ﻢ‬
َ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫َﺳ‬
َ ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬
‫ﻴ‬
ْ‫ﻠ‬
َ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﺍﷲ‬‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬‫ِﺻ‬
َ ‫ﺍﷲ‬‫ْﻝ‬
ِ‫ﻮ‬‫َﺳ‬
ُ‫ﺮ‬‫ﻟ‬
ِ
‫ُﺐ‬
ُ ‫ﺘ‬
‫ﻛ‬
ْ‫ﺃ‬
َ‫ْﺖ‬
ُ‫ﻨ‬‫ﻜ‬
ُ
‫ﻓ‬،
َ ‫ﻪ‬
ُ‫ﺘ‬
ُ
‫ﻗ‬
ْ‫ﺬ‬
َ
‫ﱠﻰﺣ‬
َ ‫ﺘ‬
‫ٍﺣ‬
َ ‫ﺮ‬‫ﻬ‬
ْ‫ﺷ‬
َ
(‫ﺬﻱ‬‫ﻣ‬
‫ﺮ‬‫ﺘ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻩ‬
‫ﺍ‬‫ﻭ‬‫ﺭ‬)ِ
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻟ‬
َ‫ﺇ‬
ِ
‫ﺍ‬‫ﻮ‬
ْ‫ﺒ‬
ُ
‫ﺘ‬
َ‫ﺍﻛ‬
َ‫ﺫ‬
َ‫ﺇ‬
ِ‫ﻢ‬
ْ
‫ﻬ‬
ُ‫ﺒ‬
َ‫ﺘ‬
َ
‫ﻛ‬
ِ
DariZai dbi nTsabitr a,bahwaRasul ul
lahSAW ber katapadanya,‘ Wahai Zaid,
pelajarilah untukku tulisan Yahudi. Karena sesungguhnya aku demi Allah tidak yakin
tul
isankupadaor angyahudi .’Zai dmengat akan,laluakumempel ajari
nya.Dan
belum genap setengah bulan berlalu, aku telah dapat menguasai bahasa Yahudi. Aku
senantiasa menulis surat Rasulullah SAW, ketika beliau ingin menujukannya pada
mereka. Akupun membacakan surat mereka pada Rasulullah SAW. (HR. Turmudzi)

3. Terhadap Hatinya/ Ruhiyahnya.


Hati juga merupakan unsur penting dalam diri setiap insan, yang memiliki hak
yang sama sebagaimana akal dan fisik. Hati membutuhkan makanan
sebagaimana akal dan fisik membutuhkannya. Oleh karena itulan, setiap
muslim dituntut untuk memberikan porsi yang sama terhadap ruhiyahnya
sebagaimana ia telah memberikan pada fisik dan akalnya. Berikut adalah
beberapa hal yang patut direalisasikan seorang muslim terhadap ruhiyahnya.
1. Mengisi ruhiyahnya dengan ibadah.
Ibadah merupakan makanan pokok bagi hati dan ruhiyah kita. Bahkan
makanan ruhiyah ini tidak memiliki batasan kuantitas. Semakin banyak
ibadah seseorang, semakin ia rindu untuk melaksanakan ibadah lainnya.
Semakin ia dekat dengan Allah, semakin ia ingin lebih dekat dan dekat lagi.
Berbeda dengan makanan fisik, dimana paling banyak seseorang dapat
memakan dua sampai tiga piring untuk sekali makannya. Makanan ruhiyah
ini akan dapat membersihkan hati dan menentramkan jiwa. Seseorang yang
memiliki kualitas ibadah yang baik, ia akan senantiasa merasa tenang, sejuk
dan damai. Ibadah-ibadah yang harus dilakukannya, selain yang wajib
adalah yang sunnah. Diantaranya adalah, memperbanyak membaca dan
mentadaburi Al-Qur ’
an,shalatlail,shadaqah,mendat angimaj li
s-majlis ilmu,
tafakur alam dan lain sebagainya.

2. Mengikatkan diri dengan tempat-tempat dan teman yang menambah


keimanan.
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW pernah mengatakan, bahwa kadar
keislaman seseorang itu, seperti kadar keislaman teman akrabnya. Maka
hendaklah seseorang memper hatikan si
apa yang akan di
jadi
kan temannya.”
(HR. Turmudzi & Abu Daud). Karena teman dan lingkungan memiliki
74

pengaruh yang tidak sedikit terhadap kadar keimanan seseorang. Orang


yang bergaul dengan teman-temannya yang shaleh, maka sedikit banyak
akan mempengaruhi dirinya untuk menjadi orang shaleh. Demikian juga
sebaliknya, jika ia berteman dengan mereka-mereka yang suka mabok-
mabokan, judi dan lain sebagainya, maka sedikit banyak ia akan terpengaruh
dan akan terbawa pada kebiasaan teman-temannya. Dalam Al-Qur ’
an All
ah
berfirman (QS. 18 : 28) :
ْ
‫ﻢ‬
‫ﻬ‬
ُ‫ﻨ‬
ْ
‫َﻋ‬
َ ‫ﺎﻙ‬
‫ﻨ‬
َ
‫ﻴ‬
ْ‫ُﻋ‬
َ‫ﺪ‬‫ﻌ‬
ْ‫َﺗ‬
َ‫َﻻ‬
‫ﻭ‬،‫ﻪ‬
ُ
‫ﻬ‬
َ‫َﺟ‬
ْ‫َﻭ‬
‫ْﻥ‬
‫ﻭ‬‫ﺪ‬
ُ
‫ﻳ‬
ْ‫ﺮ‬
ِ‫ﻳ‬
ُ‫ِﻲ‬
‫ﱢ‬‫َﺸ‬
‫ﻌ‬
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬
‫ِﻭ‬
َ ‫ﺓ‬
‫ﺍ‬
‫ﺪ‬
َ‫ﻐ‬
َ‫ﻟ‬
ْ‫ﺎ‬
‫ﺑ‬
ِ‫ﻢ‬
ْ‫ﻬ‬
ُ
‫ﺑ‬
‫ﱠ‬‫َﺭ‬
َ‫ْﻥ‬
‫ﻮ‬‫ْﻋ‬
ُ‫ﺪ‬‫َﻳ‬
َ‫ْﻦ‬
‫ﻳ‬
‫ﺬ‬
ِ‫ﻟ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬
‫ﻊ‬
َ‫َﻣ‬
َ ‫َﻚ‬
‫ْﺴ‬
‫ﻔ‬
‫ﻧ‬
َ‫ﺮ‬
ْ‫ﺒ‬
ِ
‫ﺍﺻ‬
ْ ‫ﻭ‬
َ
‫ﺎ‬
‫ُﻃ‬
ً‫ﺮ‬‫ُﻓ‬
ُ‫ﻩ‬
‫ﺮ‬
ُ‫ﻣ‬
ْ‫ﺃ‬
َ
‫ﺎﻥ‬
َ ‫ﻛ‬
َ‫ُﻭ‬
َ‫ﻩ‬‫ﺍ‬
‫ﻮ‬
َ‫َﻫ‬
َ‫ﻊ‬‫ﺒ‬
َ
‫ﺗ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬
‫ﺎﻭ‬
َ ‫ﻧ‬
َ
‫ﺮ‬
ِ‫ﻛ‬
ْ‫ْﺫ‬
ِ‫َﻦ‬
‫ُﻋ‬
‫ﻪ‬‫ﺒ‬
َ
‫ﻠ‬
ْ‫ﺎﻗ‬
َ‫ﻨ‬
َ‫ﻠ‬
ْ
‫ﻔ‬
َ‫َﻏ‬
ْ‫ﺃ‬‫َﻦ‬
ْ‫ْﻣ‬
‫ﻊ‬‫ُﻄ‬
ِ‫ﺗ‬‫َﻻ‬
َ‫ﺎﻭ‬‫ﻴ‬
َ‫ﻧ‬
ْ
‫ﺪ‬
‫ﱡ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺓ‬
ِ‫ﺎ‬
‫ﻴ‬
َ
‫ْﺤ‬
َ ‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺔ‬
َ‫ﻨ‬
َ
‫ﻳ‬
ْ
‫ُﺯ‬
ِ ‫ﺪ‬
‫ﻳ‬
ْ‫ﺮ‬
ِ‫ﺗ‬
ُ
“Danber sabarl
ahkamuber sama-sama dengan orang-orang yang menyeru
Tuhannya di pagi dan senja hari dengan menharap keridhaan-Nya; dan janganlah
kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan
dunia; dan janganlah kamu mengkuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari
mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu
melewatibat
as.”

3. Memperbanyak dzikir kepada Allah SWT.


Dzikir merupakan penguat ruhiyah seorang muslim yang sangat efektif.
Dzikir juga secara langsung dapat menentramkan jiwa pembacanya. Bahkan
dengan dzikir inilah, yang membedakan apakah hati seseorang itu hidup atau
mati. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda:
‫ﺮ‬
ُ
‫ﻛ‬
ُ‫ﺬ‬
ْ‫ﻳ‬
َ
‫ِﻱ‬
ْ ‫ﺬ‬
‫ﻟ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬‫َﻞ‬
ُ‫ﺜ‬
‫ﻣ‬،
َ ‫ﻢ‬
َ
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ‫ُﻋ‬
َ‫ﺍﷲ‬‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬
‫ِﺻ‬
َ ‫ﺍﷲ‬‫ْﻝ‬
ُ‫ﻮ‬
‫َﺳ‬
ُ ‫َﺭ‬
‫ﺎﻝ‬‫َﻗ‬
َ‫ﺎﻝ‬
‫ُﻗ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻨ‬
ْ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﺍﷲ‬
‫ِﻰ‬
َ ‫َﺿ‬
‫َﻰﺭ‬‫ْﺳ‬
‫ﻮ‬
‫ْﻣ‬
ُ ‫ِﻲ‬
‫ﺑ‬
‫ﺃ‬
َ‫َﻦ‬
ْ‫ﻋ‬
(‫ﺭﻱ‬‫ﺎ‬‫ﺒﺨ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻩ‬‫ﺍ‬
‫ﻭ‬‫ﺭ‬)ِ
‫ﱢﺖ‬
‫ﻴ‬
‫ﻤ‬
َ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﱢﻭ‬
َ‫َﻲ‬
‫ْﺤ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫َﻞ‬
ُ‫ﺜ‬‫ُﻣ‬
َ‫ﻪ‬‫ﺑ‬
‫ﱠ‬
‫ُﺭ‬
َ ‫ﺮ‬
‫ﻛ‬
ُ‫ﺬ‬
ْ‫ﻳ‬
َ‫ِﻱﻻ‬
َ ‫ﺬ‬‫ﻟ‬
‫ﱠ‬
‫ﺍ‬‫ُﻭ‬
َ‫ﻪ‬‫ﺑ‬
‫ﱠ‬
‫ﺭ‬
َ
DariAbuMusar a,Rasul ul
lahSAW ber sabda,‘ Perumpamaanor angyangber dzikir
kepada Allah dengan orang yang tidak berdzikir adalah seumpama orang yang hidup
dan orang yang mat i
.”( HR.Bukhar i
)

Oleh karenanyalah, setiap muslim seyogyanya senantiasa membiasakan diri


dengan dzikir kapanpun dan dimanapun mereka berada. Minimal sekali,
dzikir-dzikir pengiring aktivitas tertentu, seperti dzikir hendak makan,
sesudah makan, mau tidur, ke kamar mandi dan lain sebagainya. Dzikir akan
lebih baik lagi manakala kita membiasakan membaca dzikir-dzikir pagi dan
petang, sebagaimana yang sering dibaca oleh Rasulullah SAW.

Akhlak Seorang Muslim Terhadap Orang tuanya


Orang tua merupakan orang yang paling dekat dan paling prioritas kita
perlakukan secara baik di dunia ini. Apalagi jika kita ingin mencoba untuk
mengupas satu persatu kebaikan mereka, tentulah kita akan sulit untuk
membalasnya. Oleh karena itulah, pengorbanan yang demikian besarnya dari orang
tua, hendaknya kita balas dengan akhlak dan etika yang baik terhadap mereka.
Jangan sampai sebagai seorang anak, kita durhaka kepada mereka. Apalagi jika
kita mengingat bahwa durhaka kepada orang tua merupakan dosa kedua terbesar
dalam Islam.
Berikut adalah berapa moralitas seorang muslim yang harus dipenuhi dalam
berinteraksi terhadap kedua orangtuanya:

1. Berbuat baik terhadap kedua orang tua.


Diantara sifat utama seorang muslim adalah berbuat baik terhadap kedua orang
tuanya. Karena berbakti terhadap orang tua merupakan salah satu sifat yang
paling diperhatikan oleh Islam. Hal ini terbukti bahwa Islam menjadikan durhaka
75

kepada kedua orang tua sebagai dosa terbesar setelah menyekututkan Allah.
Oleh karena itulah, setiap muslim mendapatkan perintah Allah untuk berbuat
baik kepada kedua orang tuanya. Dalam Al-Qur
’anAll
ahber f
irman:( QS.4:36)
‫ﺎ‬
‫ﻧ‬
ً
‫ﺎ‬‫ْﺴ‬
َ‫ِﺣ‬
‫ﺇ‬
‫ْﻦ‬
ِ‫ﻳ‬‫ﺪ‬
َ
‫ﻟ‬
ِ‫ﺍ‬
‫ﻮ‬
َ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺎ‬‫ﺑ‬
ِ
‫ﺎﻭ‬
َ ‫ﺌ‬
ً
‫ﻴ‬
ْ
‫ِﺷ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﺑ‬
ِ‫ﺍ‬‫ﻮ‬
ْ
‫ﻛ‬
ُ‫ﺮ‬
ِ‫ُﺸ‬
ْ‫ﺗ‬‫َﻻ‬
َ‫َﻭ‬
‫ﺍﷲ‬‫ﺍ‬
‫ﻭ‬
ْ‫ﺪ‬
ُ
‫ﺒ‬
ُ‫ﺍﻋ‬
ْ‫ﻭ‬
َ

DansembahlahAll
ah,danj
anganl
ahkamumemper sekutukan-Nya dengan sesuatu
apapun.Danber
buatbaikl
akkepadaduaorangibubapak. .

2. Menget ahui ‘keutamaan’ mer eka ber dua, serta apa yang waj i
b di l
akukan
terhadap mereka berdua. Karena sesungguhnya Islam mengangkat derajat
kedua orang tua pada tingkatan yang sangat tinggi dalam sejarah kehidupan
manusia. Dimana Allah menjadikan berbuat baik terhadap mereka berdua
sebagai derajat tertinggi dalam beribadah, setelah ibadah kepada Allah SWT.
Dalam Al-Qur’anAl lahber f
irman(QS.17:23)
‫ﺎ‬
‫ﻤ‬
َ‫ﻫ‬
ُ‫ِﻼ‬
َ‫ْﻛ‬
‫ﻭ‬‫ﺃ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﻤ‬
َ‫ﻫ‬
ُ‫ﺪ‬
ُ
‫َﺣ‬
َ‫ﺃ‬‫ﺮ‬
َ
‫ﺒ‬
َ‫ﻜ‬
ِ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫َﻙ‬
َ‫ﺪ‬‫ﻨ‬
ْ
‫ﱠﻋ‬
ِ ‫َﻦ‬
‫ﻐ‬‫ﻠ‬
ُ
‫ﺒ‬
ْ‫ﻳ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﻣ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬
ِ،
‫ﺎ‬‫ﻧ‬
ً
‫ﺎ‬‫ْﺴ‬
َ‫ِﺣ‬
‫ﺇ‬‫ْﻦ‬
ِ‫ﻳ‬‫ﺪ‬
َ
‫ﻟ‬
ِ‫ﺍ‬
‫ﻮ‬
َ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺎ‬‫ﺑ‬
ِ
‫ُﻭ‬
َ‫ﻩ‬‫ﺎ‬‫ﻳ‬
‫ﱠ‬
‫ﺇ‬
ِ‫ِﻻ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬‫ﺍ‬
‫ﻭ‬
ْ‫ﺪ‬
ُ
‫ﺒ‬
ُ‫ﻌ‬
ْ
‫ﺗ‬
َ‫َﻻ‬
‫ﱠ‬‫ﺃ‬‫ﱡﻚ‬
َ‫ﺑ‬
‫َﻰﺭ‬
َ ‫َﻀ‬
‫ﻗ‬‫ﻭ‬
َ
‫ﺔ‬
ِ
‫ﻤ‬
َ‫ﱠﺣ‬
ْ‫ﺮ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻦ‬
َ‫ﱢﻣ‬
‫ﱡﻝ‬
‫ﺬ‬‫ﻟ‬
‫َﺍ‬
‫ﺎﺡ‬
‫ﻨ‬
َ‫ﺎﺟ‬
َ ‫ﻤ‬
َ‫ﻬ‬
ُ
‫ﻟ‬
َ‫ِﺾ‬
ْ ‫ﻔ‬
‫ﺍﺧ‬
ْ ‫ﺎ*ﻭ‬
َ ‫ﻤ‬
ً‫ﻳ‬
ْ
‫ﺮ‬
ِ‫ًﻛ‬
َ ‫ْﻻ‬
‫ﻮ‬‫ﺎﻗ‬
َ‫ﻤ‬
َ‫ﻬ‬
ُ‫ﻟ‬
َ‫ُﻞ‬
ْ‫ﻗ‬
‫ﺎﻭ‬
َ ‫ﻤ‬
َ‫ْﻫ‬
ُ‫ﺮ‬‫ﻬ‬
َ‫ﻨ‬
ْ
‫ﺗ‬
َ‫َﻻ‬
َ‫ﱟﻭ‬
‫ُﻑ‬
‫ﺃ‬‫ﺎ‬
َ‫ﻤ‬
ُ
‫ﻬ‬
َ‫ﻟ‬‫ُﻞ‬
ْ‫ﻘ‬
‫ﺗ‬
َ‫َﻼ‬
َ‫ﻓ‬
*‫ﺍ‬‫ﺮ‬
ً‫ﻴ‬
ْ
‫ﻐ‬
ِ‫ِﻲ ﺻ‬
َ ‫ﻧ‬
‫ﺎ‬
‫ﻴ‬
َ‫ﺑ‬
‫ﱠ‬
‫ﺎﺭ‬
َ ‫ﻤ‬
َ‫ﺎﻛ‬
َ ‫ﻤ‬
َ
‫ﻬ‬
ُ ‫ﻤ‬
ْ
‫ْﺣ‬
َ‫ﺭ‬‫ﺍ‬‫َﺏ‬
‫ﱢ‬‫ْﺭ‬‫ُﻞ‬
‫ﻗ‬‫ﻭ‬
َ
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang di atantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan pada keduanya
per kataan“ ah”danj anganlahkamumembent akmer rekadanucapkanl akhkepada
mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua
dengan pneuh kesangayangadanucapkanl ah,‘WahaiTuhanku,kasi hilahmer eka
keduanya,sebagai manamer rekaber duat el
ahmendi dikakuwakt ukeci l
.”

Ayat di atas sangat jelas memberikan batasan kepada kita, bagaimana


seharusnya berinteraksi dengan kedua orang tua. Terutama pada saat-saat
mereka telah memasuki usia lanjut, yang terkadang segala tindakan mereka
menyebabkan munculnya kejengkelan terhadap mereka. Namun Islam dengan
tegas memberikan perintah untuk tetap harus berbuat baik terhadap mereka
berdua. Bahkan Islam melarang, walaupun unt uk sekedar mengat akan “
ah”,
kepada meraka berdua. Islam memerintahkan untuk menggunakan tutur kata
yang baik dan sopan kepada keduanya, apapun kondisinya.

3. Berbuat baik terhadap orang tua, meskipun mereka bukan muslim.


Bahkan sekiranya kita memiliki orang tua yang bukan muslim sekalipun, kita
tetap harus menunaikan kewajiban kita terhadap mereka berdua. Tetap harus
berbuat baik kepada mereka, harus bertutur kata yang sopan santun dan penuh
kelembutan dan juga harus tetap taat kepada mereka berdua, selagi tidak
dalam perbuatan melanggar perintah Allah SWT. Dalam sebuah riwayat
dikatakan:
ِْ
‫ﻝ‬‫ﻮ‬‫َﺳ‬
ُ‫ِﺭ‬
‫ﺪ‬‫ﻬ‬
ْ
‫ْﻋ‬
َ ‫ِﻲ‬
‫ٌﻓ‬
‫ﺔ‬‫ﻛ‬
َ
‫ﺮ‬
ِ ‫ُﺸ‬
ْ‫َﻣ‬
‫ِﻲ‬
‫ﻫ‬‫ﱢﻲﻭ‬
َ ‫ﻣ‬‫ﺃ‬
ُ‫َﻲ‬
‫ﱠ‬‫ﻠ‬‫ْﻋ‬
َ‫َﺖ‬‫ﻣ‬
‫ﺪ‬
َ‫ْﻗ‬
َ‫َﺖ‬
‫ﻟ‬
‫ﺎ‬‫ﺎﻗ‬
َ ‫ﻤ‬
َ
‫ﻬ‬
ُ‫ﻨ‬
ْ‫ُﻋ‬
َ‫ﺍﷲ‬‫ِﻲ‬
َ‫َﺿ‬‫ٍﺭ‬
‫ﺮ‬ ‫ﻜ‬
ْ
‫ﺑ‬
َ‫ِﻲ‬
ْ‫ﺑ‬
‫ﺃ‬
َ‫ْﺖ‬
ِ ‫ﻨ‬
‫ﺑ‬
ِ‫ء‬
َ‫ﺎ‬
‫ﻤ‬
َ‫َﺳ‬
ْ‫ﺃ‬
‫َﻦ‬
ْ‫ﻋ‬
‫ِﻲ‬
َ‫ﻫ‬‫ْﻭ‬
َ‫َﺖ‬
‫ﻣ‬‫ﺪ‬
َ‫ﱢﻲﻗ‬
َ ‫ﻣ‬
‫ﺃ‬
ُ‫ِﻥ‬
‫ﱠ‬ ‫ﺇ‬‫ْﺖ‬
ُ‫ﻠ‬
‫َﻗ‬
ُ‫ﻢ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ‫ُﻋ‬
َ ‫ﺍﷲ‬‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬
‫ِﺻ‬
َ ‫ﺍﷲ‬ ‫ْﻝ‬
َ‫ﻮ‬
‫َﺳ‬
ُ‫ُﺭ‬‫ْﺖ‬
‫ﻴ‬‫ﺘ‬
َ
‫ﻔ‬
ْ‫ﺘ‬
َ
‫ﺎﺳ‬
ْ ‫َﻓ‬
َ‫ﻢ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﺍﷲ‬‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬
‫ِﺻ‬
َ ‫ﺍﷲ‬
(‫ﺭﻱ‬‫ﺎ‬
‫ﺒﺨ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻩ‬
‫ﺍ‬‫ﻭ‬
‫ﺭ‬)ِ‫ﱠﻚ‬
‫ﻣ‬‫ﺃ‬
ُ‫ِﻲ‬
‫ﻠ‬
‫ْﺻ‬
ِ ‫ﻢ‬‫ﻌ‬
َ‫َﻧ‬
َ‫ﺎﻝ‬
‫ﱢﻲﻗ‬
َ ‫ﻣ‬
‫ﺃ‬
ُ‫ِﻞ‬
ُ‫َﺻ‬‫ﺄ‬
‫ﻓ‬
َ‫ﺃ‬
َ‫ﺔ‬
ٌ
‫ﺒ‬
َ‫ﺍﻏ‬
ِ‫ﺭ‬
َ
Dar iAsma’bintiAbuBakarr a,bel iauberkata,‘Ibukudat angkepadaku,dandi amasi h
seorang yang musyrik pada zaman Rasulullah SAW. Lalu aku bertanya pada Rasulullah
SAW,‘WahaiRasul ul
lahSAW,i bukudat angkepadamenghar apkansesuat udar iku,
apakah aku harus berbuat baik kepadanya, sedangkan ia masih musyrik? Rasulullah
SAW menjawab, ya,ber buatbai klahkepadanya. ”
(HR. Bukhari & Muslim)
76

Beginilah Islam memperlakukan orang tua, meskipun orang tua kita berada
dalam agama lain yang bukan Islam. Namun Islam memerintahkan untuk
berbuat baik kepadanya. Meskipun demikian, Islam tetap memiliki rambu-rambu
dalam berbuat baik kepada orang tua yang tidak muslim. Dalam Al-Qur ’
anAl l
ah
mengatakan (QS. 31 : 15)
‫ﺎ‬
‫ﻓ‬
ً‫ﻭ‬
ْ
‫ﺮ‬
ُ‫ﻌ‬
ْ‫ﺎﻣ‬
َ‫ﻴ‬
َ‫ﻧ‬
ْ
‫ﺪ‬
‫ﱡ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻲ‬
‫ﺎﻓ‬
‫ﻤ‬
َ‫ﻬ‬
ُ‫ﺒ‬
ْ
‫ﺎﺣ‬
ِ ‫َﺻ‬
َ‫ﺎﻭ‬
‫ﻤ‬
َ‫ﻬ‬
ُ‫ﻌ‬
ْ
‫ُﻄ‬
ِ‫ﺗ‬‫َﻼ‬
َ‫ٌﻓ‬
‫ﻢ‬
‫ﻠ‬
ْ‫ِﻋ‬
ِ‫ﻪ‬‫ﺑ‬
ِ
‫َﻚ‬
َ ‫ﻟ‬
‫ْﺲ‬
َ ‫ﻴ‬
‫ﻟ‬
َ‫ﺎ‬
‫ْﻣ‬
َ‫ِﻲ‬
‫ﺑ‬‫ِﻙ‬
َ‫ﺮ‬‫ُﺸ‬
ْ‫ﺗ‬‫َﻥ‬
ْ‫ﺃ‬
‫َﻰ‬‫ﻠ‬
‫َﻋ‬
َ‫ﺍﻙ‬
‫ﺪ‬
َ‫ﻫ‬
َ‫ﺎ‬
‫ْﺟ‬
َ ‫ِﻥ‬
‫ﺇ‬
‫ﻭ‬
َ
“Danj ika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang
tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengkuti keduanya, dan
per
gauli
lahkeduanyadiduni adenganbai k.”

4. Tidak durhaka kepada kedua orang tuanya.


Selain memerintahkan untuk berbuat baik terhadap keduanya, Islam juga
melarang kita untuk berbuat durhaka kepada orang tua. Karena durhaka
terhadap orang tua merupakan dosa terbesar dalam Islam, setelah
menyekutukan Allah. Dalam sebuah riwayat disebutkan:
ِ
‫ﺮ‬‫ﺒ‬
َ‫ﻛ‬
ْ
‫ﺄ‬
َ‫ﺑ‬
ِ‫ﻢ‬
ْ
‫ﻜ‬
ُ‫ﺌ‬
ُ
‫ﺒ‬
‫ﱢ‬‫ﻧ‬
َ
‫ﺃ‬
ُ ‫َﻻ‬
َ‫ﺃ‬"َ
‫ﻢ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﺍﷲ‬
‫ﱠﻰ‬‫ﻠ‬
‫ِﺻ‬
َ ‫ﺍﷲ‬‫ْﻝ‬
ُ‫ﻮ‬‫َﺳ‬
ُ‫َﺭ‬
‫ﺎﻝ‬
‫ﻗ‬:َ
َ ‫ﺎﻝ‬‫ِﻗ‬
َ‫ِﺙ‬
‫ﺭ‬‫ﺎ‬
‫ْﺤ‬
َ‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ْﻦ‬
ِ‫ﺑ‬‫ﻊ‬
ِ
‫ﻴ‬
ْ‫ﻔ‬
َ
‫ﻧ‬
ُ‫ﺓ‬
َ‫ﺮ‬
َ‫ﻜ‬
ْ
‫ﺑ‬
َ‫ِﻲ‬
ْ‫ﺑ‬‫ﺃ‬
َ‫َﻦ‬
ْ‫ﻋ‬
(‫ﻪ‬
‫ﻴ‬‫ﻠ‬
‫ﻔﻖﻋ‬‫ﺘ‬‫ﻣ‬
) "ِ
‫ْﻦ‬
‫ﻳ‬‫ﺪ‬
َ
‫ﻟ‬
ِ‫ﺍ‬
‫ﻮ‬
َ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ْﻕ‬
ُ‫ﻮ‬‫ﻘ‬
ُ
‫َﻋ‬
ُ‫ِﻭ‬
‫ﺎﷲ‬‫ﺑ‬
ِ
‫ﺍﻙ‬
ُ ‫ﺮ‬
َ‫ِﺷ‬
ْ‫ﺍﻹ‬:َ
‫ﺎﻝ‬
‫ﻗ‬،
َ ‫ﺍﷲ‬
ِ ‫ْﻝ‬
ُ‫ﻮ‬‫َﺳ‬
ُ‫ﺎﺭ‬
‫ﻳ‬
َ‫َﻰ‬
‫ﻠ‬
‫ﺑ‬
َ:‫ﺎ‬
‫ﻨ‬
َ‫ﻠ‬
ْ
‫ﻗ‬.‫ﺎ‬
ُ ‫ﺛ‬
ً
‫َﻼ‬
َ ‫ﺛ‬‫؟‬
‫ﺮ‬
ِ‫ﺋ‬
ِ‫ﺎ‬
‫ﺒ‬
َ‫ﻜ‬
َ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬
Dari Abu BakrahNufai’bi
nal-Hari
ts,bahwaRasul ullahSAW bersabda“Maukahkalian
akuber i
tahut ent
angdosayangpal ingbesar ?”Kamimenj awab,“Tent
uwahaiRasulull
ah
SAW. ”Beliauberkata,“MenyekutukanAllahdandur hakakepadakeduaorangtua.”
(Mutafaqun Alaih)

5. Mendahulukan ibu, kemudian ayah.


Bagaimanapun juga, seorang ibu lebih memiliki peran yang besar dalam diri
kita. Ibu kitalah yang telah mengandung kita selama sembilan bulan,
melahirkan kita dengan susah payah, membesarkan, merawat dan mendidik kita
hingga dewasa seperti saat ini. Meskipun dalam hal tersebut peran bapak juga
besar, namun tidak sedominan peranan ibu. Oleh karena itulah, Islam
menjadikan berbakti kepada ibu, lebih prioritas dibandingkan dengan berbakti
kepada bapak. Dalam sebuah riwayat dikemukakan:
‫ﺎ‬
‫ﻳ‬
َ‫ﺎﻝ‬
َ ‫ﻘ‬
َ
‫َﻓ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ‫ُﻋ‬
َ‫ﺍﷲ‬‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬‫ِﺻ‬
َ ‫ﺍﷲ‬
‫ْﻝ‬
ِ ‫ﻮ‬
‫َﺳ‬
ُ ‫َﻰﺭ‬
‫ﻟ‬‫ﺇ‬
ِ‫ُﻞ‬
ٌ‫َﺟ‬
‫َﺭ‬‫ء‬‫ﺎ‬
‫َﺟ‬
َ ‫ﺎﻝ‬
‫ُﻗ‬
َ ‫ﻪ‬‫ﻨ‬
ْ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﺍﷲ‬‫ِﻲ‬
َ‫َﺿ‬‫َﺭ‬‫ﺓ‬
‫ﺮ‬
َ‫ﻳ‬
ْ‫ﺮ‬
َ‫ْﻫ‬
ُ‫ِﻲ‬
‫ﺑ‬
‫ﺃ‬
َ ‫َﻦ‬
ْ‫ﻋ‬
‫ﺎﻝ‬
َ‫؟ﻗ‬
َ ‫َﻦ‬
ْ‫ﱠﻣ‬
‫ﻢ‬‫ﺛ‬
ُ
‫ﺎﻝ‬
َ ‫ﻗ‬،
َ‫ﱡﻚ‬
َ‫ﻣ‬‫ﺃ‬
ُ‫ﺎﻝ‬
َ‫؟ﻗ‬
َ ‫َﻦ‬
ْ‫ﱠﻣ‬
‫ﻢ‬‫ﺛ‬
ُ
‫ﺎﻝ‬
َ ‫ﻗ‬،
َ ‫ﱡﻚ‬
َ‫ﻣ‬‫ﺃ‬
ُ‫ﺎﻝ‬
َ ‫؟ﻗ‬
َ ‫ِﻲ‬
‫ﺘ‬‫ﺑ‬
َ
‫ﺎ‬
‫َﺤ‬
َ ‫ِﺻ‬‫ْﻦ‬
‫ُﺴ‬
‫ِﺤ‬
‫ﺑ‬ ‫ﺎﺱ‬
ِ ‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫َﻖ‬
‫ﱡ‬ ‫َﺣ‬
‫ﺃ‬‫َﻦ‬
ْ‫ﻣ‬،‫ﺍﷲ‬
ِ ‫ْﻝ‬
َ‫ﻮ‬‫َﺳ‬
ُ‫ﺭ‬
(‫ﻪ‬
‫ﻴ‬‫ﻠ‬
‫ﻔﻖﻋ‬‫ﺘ‬‫ﻣ‬
) "َ
‫ْﻙ‬
‫ﻮ‬‫ﺑ‬
ُ
‫ﺃ‬
َ‫ﺎﻝ‬
َ ‫ﻗ‬،
َ ‫َﻦ‬
ْ‫ﱠﻣ‬
‫ﻢ‬‫ﺛ‬
ُ‫ﺎﻝ‬
َ ‫ﻗ‬،
َ‫ﱡﻚ‬
َ ‫ﻣ‬‫ﺃ‬
ُ
Dari Abu Hurairah ra, bahwa seseorang datang kepada rasulullah SAW, lalu bertanya,
wahai rasulullah, siapakan orang yang paling berhak aku berbuat baik kepadanya?
Rasulullah menjawab, ibumu. Lalu ia bertanya lagi, kemudian siapa wahai rasulullah ?
Beliau menjawab ibumu. Kemudian ia bertanya lagi, lalu siapa wahai rasulullah? Beliau
menjawab, ibumu. Lalu ia bertanya lagi, kemudian siapa wahai rasulullah? Beliau
menjawab, bapakmu. (Mutafaqun Alaih)

6. Berbuat baik terhadap orang yang dicintai orang tua.


Sekiranya pun orang tua kita telah tiada, kita masih memiliki kewajiban
sekaligus menunjukkan etika kita kepada kedua orang tua kita, yaitu dengan
menyambung tali persaudaraan dengan orang-orang yang dicintai orang tua
kita, apakah famili, kerabat, teman dan lain sebagainya. Dalam sebuah riwayat
digambarkan:
‫ﺩ‬
‫ﱠ‬
‫ُﻭ‬
ُ ‫ُﻞ‬
‫ﱠﺟ‬
‫ﺮ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻞ‬
َ‫َﺼ‬
‫ﻳ‬‫َﻥ‬
ْ‫ﺃ‬
‫ﺮ‬
‫ﱠ‬‫ﺒ‬
ِ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ﺮ‬
‫ﱡ‬‫ﺑ‬
َ
‫ﺃ‬
َ‫ﺎﻝ‬
َ‫َﻗ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬‫ﻪ‬
‫ﻴ‬
ْ‫ﻠ‬
َ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﺍﷲ‬‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬‫ﱠﺻ‬
َ ‫ِﻲ‬
‫ﺒ‬
‫ﻨ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫َﻥ‬
‫ﱠ‬‫ﺃ‬
،‫ﻪ‬
ُ‫ﻨ‬
ْ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﺍﷲ‬
‫ِﻲ‬
َ ‫َﺿ‬
‫َﺭ‬
‫ﺮ‬‫ﻤ‬
َ
‫ِﻋ‬
ُ ‫ْﻦ‬
‫ﺑ‬
‫ﺍ‬‫َﻦ‬
ِ‫ﻋ‬
(‫ﻢ‬
‫ﻠ‬‫ﻩﻣﺴ‬‫ﺍ‬
‫ﻭ‬‫ﺭ‬)ِ
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﺑ‬
ِ‫ﺃ‬
َ
77

Darii bnuUmarr a,Rasulul


lahSAW ber sabda,“ Sebai
k-baik perbuatan baik terhadap
orang tua adalah mernyambung persaudaraan terhadap orang-orang yang cintai orang
tuanya.”( HR.Musl im)

Dalam riwayat lain, digambarkan :


َ
‫ﺪ‬‫ﻌ‬
ْ‫ﺑ‬
َ‫ء‬
ٌ
‫َﻲ‬
ْ ‫ﱠﺷ‬
‫َﻱ‬
‫ﻮ‬‫ﺑ‬
َ‫ﺃ‬
َ
‫ﺮ‬
‫ﱢ‬‫ﺑ‬
ِ‫ِﻦ‬
ْ‫َﻣ‬‫ِﻲ‬
‫ﻘ‬
‫ﺑ‬
َ‫َﻞ‬
ْ‫ﻫ‬،‫ﺍﷲ‬
ِ ‫ْﻝ‬
َ‫ﻮ‬‫َﺳ‬
ُ‫ﺭ‬‫ﺎ‬
‫ﻳ‬
َ‫ﺎﻝ‬
َ ‫ﻘ‬
َ
‫َﻓ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ‫ُﻋ‬
َ‫ﺍﷲ‬‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬‫ﱠﺻ‬
َ ‫ِﻲ‬
‫ﺒ‬‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫َﻞ‬
ٌ‫َﺟ‬
‫َﺭ‬‫َﻝ‬
‫ﺄ‬
‫ﺳ‬
َ
‫ﻡ‬
ِ
‫ﺍ‬‫ﺮ‬
َ‫ﻛ‬
ْ
‫ﺇ‬
ِ‫ﻭ‬،
َ ‫ﺎ‬
‫ﻤ‬
َ‫ﻫ‬
ِ‫ﺪ‬
ِ
‫ﻬ‬
ْ‫ُﻋ‬
َ ‫ﺫ‬
‫ﺎ‬‫ﻘ‬
َ
‫ﻧ‬
ْ‫ﺇ‬
ِ
‫ﻭ‬،
َ ‫ﺎ‬‫ﻤ‬
َ
‫ﻬ‬
ُ‫ﻟ‬
َ‫ﺭ‬
ُ‫ﺎ‬
‫ﻔ‬
َ‫ﻐ‬
ْ
‫ﺘ‬
ِ‫ِﺳ‬
ْ‫ْﻹ‬
‫ﺍ‬
‫ﺎﻭ‬
َ ‫ﻤ‬
َ‫ﻬ‬
ُ‫ﻟ‬
َ
‫ء‬
ُ‫ﺎ‬‫ﱡﻋ‬
َ‫ﺪ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬:ٌ
‫ﻊ‬‫ﺑ‬
َ
‫ﺭ‬
ْ‫ﺃ‬
َ‫ﺎﻝ‬
ٌ‫ِﺼ‬
َ ‫ﺧ‬،‫ﻢ‬
ْ
‫ﻌ‬
َ‫ﻧ‬
َ‫ﺎﻝ‬
َ ‫؟ﻗ‬
َ ‫ﺎ‬
‫ﻤ‬
َ‫ﻫ‬
ُ‫ﺮ‬
‫ﱡ‬
‫ﺑ‬
َ‫ﺃ‬
َ‫ﺎ‬‫ﻤ‬
َ
‫ﻬ‬
ِ‫ﺗ‬
ِ‫ﻮ‬
ْ‫ﻣ‬
َ
(‫ﺩ‬
‫ﺮ‬‫ﻐ‬‫ﻤ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺩﺏ‬‫ﺍﻷ‬‫ﺭﻱﻓﻲ‬‫ﺎ‬‫ﺒﺨ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ﻪ‬
‫ﺮﺟ‬‫ﺃﺧ‬)‫ﺎ‬
‫ﻤ‬
َ‫ﻬ‬
ِ‫ﻠ‬
ِ
‫ﺒ‬
َ
‫ْﻗ‬
ِ‫ِﻦ‬
‫ﱠﻣ‬‫ِﻻ‬
‫ﺇ‬
‫َﻚ‬
َ ‫ﻟ‬‫ﻢ‬
َ‫َﺣ‬
ِ‫َﺭ‬
‫ِﻰﻻ‬‫ﺘ‬
‫ﻟ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬
‫ﻢ‬
ِ‫ﱠﺣ‬
ِ‫ﺮ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬ ‫ﺔ‬
ُ
‫ﻠ‬
َ‫َﺻ‬
ِ‫ﻭ‬،‫ﺎ‬‫ﻤ‬
َ
‫ﻬ‬
ِ ‫ﻘ‬
ِ
‫ﻳ‬
ْ‫ﺪ‬
ِ
‫ﺻ‬
َ
Seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW, wahai Rasulullah, apakah masih tersisa
kewajibanku untuk berbuat baik kepada kedua orangtuaku, apakah aku masih harus
berbakti kepada keduanya? Rasulullah SAW menjawab, Ya. Ada empat hal yang harus
dilakukan: Mendoakan dan memohon ampunkan bagi keduanya, merealisasikan janji/
keinginan mereka berdua, memuliakan teman-teman mereka berdua dan menyambung
tali persaudaraan yang engkau tidak memiliki hubungan lagi dengan mereka kecuali
melalui kedua orang tuamu. (HR. Bukhari dalam Adab Mufrad)

7. Diantara cara berbuat baik terhadap orang tua.


Pada dasarnya, dalam kondisi apapun juga, kita diperintahkan oleh Allah dan
Rasulullah SAW untuk selalu berbuat baik kepada orang tua dan
menghormatinya dengan penghormatan yang mulia. Berikut merupakan
beberapa hal yang posisitf yang seyogyanya dilakukan seorang muslim:
a) Berdiri untuk menyambutnya, menakala mereka tiba di tempat kita berada.
b) Mencium tangan kedua orang tua, ketika akan pergi atau tiba dari orang tua.
c) Mengecilkan volume suara kita dihadapan orang tua kita, sebagai
penghormatan terhadapnya.
d) Senantiasa berusaha menyenangkan hati keduanya.
e) Menggunakan cara dan bahasa yang lembut ketika berbicara pada keduanya.
f) Tidak menampakkan sikap negatif dari diri kita, manakala kita mendapatkan
hal yang kurang menyenangkan yang berasal dari orang tua kita.

Akhlak Seorang Muslim Terhadap Kerabat Keluarganya


Sebagai seorang muslim, kita juga memiliki etika sekaligus kewajiban
terhadap kerabat keluarga kita, dengan berbuat ihsan terhadap mereka. Karena
berbuat baik, dalam Islam tidak hanya ditujukan kepada orang tua saja. Namun
lebih jauh dari itu, terhadap seluruh kerabat keluarga kita secara keseluruhan.
Kerabat keluarga adalah mereka-mereka yang jika ditinjau dari segi nasab
keturunan, masih memiliki hubungan kekeluargaan dengan kita. Baik yang satu ahli
waris, atau pun yang diluar ahli waris. Dan ternyata Islam memiliki perhatian yang
cukup besar dalam masalah hubungan seseorang dengan kerabat keluarganya.
Sebagai contoh, Allah berfirman dalam Al-Qur ’
an( QS.4:36)
‫ِﻯ‬
‫ِﺫ‬
‫ﺭ‬‫ﺎ‬
‫ْﺠ‬
َ‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻭ‬
َ‫ْﻦ‬
‫ﻴ‬
‫ﻛ‬
ِ‫ﺎ‬
‫َﺴ‬
َ‫ﻤ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬
ْ
‫َﻰﻭ‬
َ ‫ﻣ‬
‫ﺎ‬‫ﺘ‬
َ
‫ﻴ‬
َ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬
‫َﻰﻭ‬
َ ‫ﺑ‬‫ﺮ‬
ْ‫ﻘ‬
ُ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬‫ِﻯ‬‫ﺬ‬
‫ﺑ‬
ِ‫ﺎﻭ‬
َ ‫ﻧ‬
ً
‫ﺎ‬‫ْﺴ‬
َ‫ِﺣ‬
‫ﺇ‬‫ْﻦ‬
ِ‫ﻳ‬
‫ﺪ‬
َ‫ﻟ‬
‫ﺍ‬
ِ‫ﻮ‬
َ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺎ‬
‫ﺑ‬
ِ‫ﺎﻭ‬
َ‫ﺌ‬
ً‫ﻴ‬
ْ
‫ِﺷ‬
َ ‫ﻪ‬
‫ﺑ‬
ِ‫ﺍ‬‫ﻮ‬
ْ
‫ﻛ‬
ُ‫ﺮ‬
ِ‫ُﺸ‬
ْ‫ﺗ‬‫َﻻ‬
َ ‫َﻭ‬
‫ﺍﷲ‬‫ﺍ‬
‫ﻭ‬
ْ‫ﺪ‬
ُ
‫ﺒ‬
ُ‫ﺍﻋ‬
ْ‫ﻭ‬
َ
‫ُﻞ‬
‫ﱠ‬‫ﱡﻛ‬
‫ِﺐ‬
‫ُﺤ‬
‫َﻳ‬
‫َﻻ‬
‫ﺍﷲ‬‫ِﻥ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬‫ﻢ‬
ْ
‫ﻜ‬
ُ‫ﻧ‬
ُ
‫ﺎ‬‫ﻤ‬
َ‫ﻳ‬
ْ
‫ﺃ‬
َ‫َﺖ‬
ْ‫ﻜ‬‫ﻠ‬
َ
‫ﺎﻣ‬
َ ‫ﻣ‬
َ
‫ِﻭ‬
َ ‫ْﻞ‬‫ﻴ‬
‫ﺒ‬
ِ
‫ﻟﺴ‬
‫ﱠ‬ ‫ﺍ‬‫ْﻦ‬
ِ‫ﺑ‬‫ﺍ‬
‫ِﻭ‬
َ‫ْﺐ‬‫ﻨ‬
‫ْﺠ‬
َ‫ﻟ‬
‫ﺎ‬‫ﺑ‬
ِ‫ِﺐ‬
ِ‫ﺎﺣ‬‫ﻟﺼ‬
‫ﱠ‬ ‫ﺍ‬
‫ِﻭ‬
َ‫ُﺐ‬
‫ﻨ‬‫ْﺠ‬
ُ‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺭ‬
ِ‫ﺎ‬‫ْﺠ‬
َ‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫َﻭ‬
َ‫ﺑﻰ‬
‫ﺮ‬
ْ‫ﻘ‬
ُ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬

‫ﺭ‬‫ﻮ‬
ْ‫َﺨ‬
ُ‫ٍﻓ‬
‫ﺎﻝ‬‫ﺘ‬
َ
‫ُﺨ‬
ْ‫ﻣ‬
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan
berbuat baiklah kepad dua orang ibu bapak, kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin
tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba
sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga0banggakan diri.
78

Dalam ayat di atas, Allah menjadikan urutan berbuat baik kepada kerabat, setelah
keharusan berbuat baik kepada kedua orang tua. Hal ini menunjukkan betapa
berbuat baik dan menyambung tali persaudaraan terhadap kerabat merupakan hal
yang sangat penting. Dalam hadits Rasulullah SAW mengatakan:
‫ِﱡ‬
‫ﻲ‬‫ﺒ‬‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺎﻝ‬
َ ‫ﻘ‬
َ
‫ﻓ‬،
َ ‫ﺔ‬
َ
‫ﻨ‬
‫ﱠ‬‫ْﺠ‬
َ‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻰ‬
‫ﻨ‬
‫ﻠ‬
ُ‫ْﺧ‬
ِ‫ﺪ‬
‫ﻳ‬
ُ‫َﻞ‬
ٍ‫ﻤ‬‫ﻌ‬
َ
‫ﺑ‬
ِ‫ِﻲ‬
‫ﻧ‬
‫ﺮ‬
ْ‫ﺒ‬
ِ‫َﺧ‬
ْ‫ﺃ‬،‫ﺍﷲ‬
ِ ‫ْﻝ‬
َ‫ﻮ‬
‫َﺳ‬
ُ‫ﺎﺭ‬ ‫ﻳ‬
َ‫ﺎﻝ‬
َ ‫ًﻗ‬
َ‫ُﻼ‬
‫َﺟ‬
‫ﱠﺭ‬
‫َﻥ‬
‫ﺃ‬‫ِﻱ‬
‫ﺭ‬‫ﺎ‬
‫ْﺼ‬
َ ‫ﻧ‬‫ْﻷ‬
َ‫ﺍ‬‫ْﺏ‬
ِ‫ﻮ‬‫ﻳ‬
‫ﱡ‬
‫ﺃ‬
َ‫ِﻲ‬
‫ﺑ‬
‫ﺃ‬
َ‫َﻦ‬
ْ‫ﻋ‬
‫ﻢ‬
َ‫ﱠﺣ‬
ِ‫ﺮ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻞ‬
َ‫َﺼ‬
‫ﺗ‬‫َﻭ‬
َ‫ﺓ‬‫ﺎ‬
‫ﻛ‬
َ‫ﺰ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻰ‬
‫ﺗ‬
‫ﺆ‬
ْ‫ﺗ‬
ُ
‫َﻭ‬
َ‫ﺓ‬‫ﱠﻼ‬
َ‫ﻟﺼ‬‫ﺍ‬
‫ﻢ‬
ُ‫ﻴ‬
ْ‫ﻘ‬
ِ
‫ﺗ‬
ُ‫ﺎﻭ‬
َ ‫ﺌ‬
ً
‫ﻴ‬
ْ‫ِﺷ‬
َ‫ﻪ‬‫ﺑ‬
ِ‫ﺍ‬
‫ﻮ‬
ْ‫ﻛ‬
ُ ‫ﺮ‬
ِ
‫ُﺸ‬
ْ ‫ﺗ‬‫َﻻ‬
َ‫َﻭ‬
‫ﺍﷲ‬‫ﺍ‬
‫ﻭ‬
ْ‫ﺪ‬
ُ‫ﺒ‬
ُ
‫ﻌ‬
ْ‫ﺗ‬
َ‫ﻢ‬
َ
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ‫ﻠ‬
َ
‫ُﻋ‬
َ‫ﺍﷲ‬‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬
‫ﺻ‬
َ
(‫ﻪ‬‫ﻴ‬
‫ﻠ‬
‫ﻔﻖﻋ‬‫ﺘ‬‫ﻣ‬)
Dari Abu Ayub al-Anshari ra, bahwa seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW, wahai
Rasulullah, beritahukan padaku akan amalan yang dapat memasukkan ku ke dalam surga.
Rasul ul
lahSAW menj awab,‘ MenyembahAl lahdanmenyekut ukannyapadaapapunj uga,
menegakkan shalat, menunaikan zakat dan menyambung tali persaudaraan. (Mutafaqun
Alaih)

Oleh karena itulah, seorang muslim juga harus memiliki akhlak yang baik terhadap
kerabat keluarganya, sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Diantara akhak
terhadap kerabat keluarga adalah :

1. Larangan untuk memutuskan tali persaudaraan.


Di samping memerintahkan untuk menyambung persaudaraan terhadap kerabat
keluarga, Islam juga secara tegas memberikan larangan untuk memutuskan tali
persaudaraan. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda:
(‫ﻪ‬
‫ﻴ‬‫ﻠ‬
‫ﻔﻖﻋ‬
‫ﺘ‬‫ﻣ‬

‫ﻢ‬‫َﺣ‬
ِ‫ُﺭ‬
‫ﻊ‬‫ﺎﻃ‬
ِ‫َﻗ‬
َ‫ﺔ‬‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ْﺠ‬
َ‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ُﻞ‬
ُ‫ْﺧ‬
‫ﺪ‬
‫ﻳ‬
َ‫َﻻ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﺍﷲ‬
‫ﱠﻰ‬‫ﻠ‬
‫ِﺻ‬
َ ‫ﺍﷲ‬
‫ْﻝ‬
ُ‫ﻮ‬‫َﺳ‬
ُ‫َﺭ‬
‫ﺎﻝ‬
‫ﻗ‬
َ
Rasul
ull
ahSAW ber
sabda,‘
Tidakakanmasuksurga orang yang memutuskan
per
saudaraan.
’(Mut
taf
aqunAlaih)

2. Seorang muslim menyambung tali persaudaraan berdasarkan petunjuk Islam.


Karena seorang muslim yang baik, ia akan senantiasa menyambung tali
persaudaraan terhadap siapapun, apalagi terhadap mereka yang memiliki
hubungan kekeluargaan. Namun dalam menyambung tali persaudaraan
tersebut, haruslah dengan memberikan skala prioritas dalam berbuat baik
kepada mereka. Pertama-tama harus dimulai dari yang terdekat, kemudian
yang dekat. Dalam hal ini dimulai dari ibu, bapak, baru kerabat terdekat
lainnya.
Disamping itu menyambung tali persaudaraan kepada mereka, dengan tujuan
meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah SWT. Sehingga
manakal a ki
ta melihatadanya faktor yang justr
u‘ membahayakan’kei manan
kita, maka kita perlu memberikan batasan dalam menyambung tali
persaudaraan tersebut.

3. Menyambung tali persaudaraan, meskipun terhadap kerabat yang bukan


muslim.
Karena pada hakekatnya mereka secara nasab, masih memiliki hubungan
dengan kita. Oleh karena itulah, kita diperintahkan untuk senantiasa berbuat
baik kepada mereka. Dalam sebuah riwayat digambarkan:
ِ
‫ﻪ‬
‫ﻴ‬
ْ‫ﻠ‬
َ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﺍﷲ‬‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬
‫ِﺻ‬
َ ‫ﺍﷲ‬
‫ْﻝ‬
َ‫ﻮ‬‫َﺳ‬
ُ‫ُﺭ‬
‫ْﺖ‬‫ﻌ‬
‫ﻤ‬
ِ‫ﺳ‬: َ
َ ‫ﺎﻝ‬
‫ُﻗ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻨ‬
ْ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﺍﷲ‬‫ِﻲ‬
َ‫َﺿ‬‫ِﺭ‬
‫ﺎﺹ‬ ‫ﻌ‬
َ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬‫ْﻦ‬
ِ‫ﺑ‬‫ﻭ‬
‫ﺮ‬
ُ‫ﻤ‬
ْ‫ِﻋ‬
َ‫ْﻦ‬
‫ﺑ‬‫ﺍﷲ‬
ِ ‫ﺪ‬
ِ
‫ﺒ‬
ْ‫ْﻋ‬
َ‫َﻦ‬
‫ﻋ‬
‫ْﻦ‬
َ‫ﻴ‬
‫ﻨ‬
ِ‫ﻣ‬
ِ
‫ﺆ‬
ْ‫ﻤ‬
ُ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ِﺢ‬
ُ‫ﻟ‬‫ﺎ‬
‫َﺻ‬
َ ‫ُﻭ‬
‫ﺍﷲ‬‫ﱢﻲ‬
‫ﻴ‬
‫ﻟ‬
ِ‫ﺎﻭ‬
َ‫ﻤ‬
َ‫ﻧ‬
‫ﱠ‬
‫ﺇ‬
ِ،‫ِﻲ‬
‫ﺋ‬
‫ﺎ‬‫ﻴ‬
َ‫ﻟ‬
ِ
‫ﻭ‬
ْ‫ﺄ‬
َ
‫ﺑ‬
ِ‫ﺍ‬
‫ﻮ‬
ْ‫ْﺴ‬
ُ‫ﻴ‬‫ﻟ‬
َ‫َﻥ‬
ٍ‫ُﻼ‬
‫ِﻲﻓ‬
‫ﺑ‬‫ﺃ‬
َ
‫ﺁﻝ‬‫ِﻥ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬"ُ
‫ْﻝ‬
‫ﻮ‬‫ﻘ‬
ُ
‫ﻳ‬
َ‫ﺮ‬
‫ﱟ‬‫َﺳ‬
ِ‫ﺮ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﺍﻏ‬
َ ‫ﺭ‬
ً‫ﺎ‬
‫ﻬ‬
َ‫َﺟ‬
ِ‫ﻢ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫َﺳ‬
َ‫ﻭ‬
(‫ﻪ‬‫ﻴ‬
‫ﻠ‬
‫ﻔﻖﻋ‬‫ﺘ‬‫ﻣ‬)‫ﺎ‬
‫ﻬ‬
َ‫ﻟ‬
ِ
‫ِﻼ‬
َ‫ﺒ‬‫ﺑ‬
ِ‫ﺎ‬‫ﻬ‬
َ‫ﻠ‬
‫ﱡ‬
‫ﺑ‬
ُ
‫ﺃ‬
َ‫ﻢ‬
ٌ‫َﺣ‬
ِ‫ْﺭ‬
‫ﻢ‬‫ﻬ‬
ُ‫ﻟ‬
َ
‫ِﻦ‬
ْ‫ﻜ‬‫ﻟ‬
َ‫ﻭ‬
َ
Dari Abdillah bin Amru bin Ash ra, aku mendengar Rasulullah SAW dengan suara keras,
tidakdengansuar apel anber sabda:“ Sesungguhnyakel uargaAbuFulanbukanl ah
termasuk‘ penolongku’.Kar enapenpl ongkuhanyalahAl l
ahdankaum musl i
mi nyang
79

shaleh. Namun terhadap mereka aku memiliki kekerabatan yang aku menyambung tali
persaudaraan dengan berbuat baik yang layak terhadap mereka. (Mutafaqun Alaih)

4. Memahami hakekat silaturahim dengan makna yang lebih luas


Dalam artian bahwa menyambung silaturahim dengan seluruh kerabat keluarga
kita, tidak hanya dalam skup materi saja, namun juga harus dalam hal-hal yang
lebih luas dari sekedar materi, seperti dengan silaturahim mengunjungi
rumahnya, mempererat hubungan dengan memperdalam rasa cinta, saling
memberikan nasehat, ungkapan-ungkapan yang baik, dan dalam hal-hal positif
lainnya. Dalam sebuah riwayat Rasulullah SAW bersabda:
‫ﻮ‬
ْ
‫ﻟ‬
َ‫ْﻭ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻜ‬
ُ
‫ﻣ‬
َ‫ﺎ‬‫ْﺣ‬
َ‫ﺭ‬‫ﺃ‬
َ
‫ﺍ‬‫ﻮ‬
ْ‫ﻠ‬
‫ﱡ‬
‫ﺑ‬
ُ:َ
‫ﻢ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﺍﷲ‬‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬‫ِﺻ‬
َ ‫ﺍﷲ‬‫ْﻝ‬
ُ‫ﻮ‬
‫َﺳ‬
ُ ‫َﺭ‬
‫ﺎﻝ‬
‫ﻗ‬،
َ ‫ﻪ‬
ُ
‫ﻨ‬
ْ‫ُﻋ‬
َ‫ﺍﷲ‬‫ِﻲ‬
َ‫َﺿ‬
‫ٍﺭ‬
‫ﺎﺱ‬‫ﺒ‬
‫ﱠ‬
‫ِﻋ‬
َ ‫ْﻦ‬
‫ﺑ‬
‫ﺍ‬‫َﻦ‬
ِ‫ﻋ‬
(‫ﺭ‬
‫ﺍ‬‫ﺰ‬‫ﺒ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ﻩ‬‫ﺍ‬‫ﻭ‬
‫ﺭ‬)ِ
‫ﻡ‬‫ﱠﻼ‬
َ‫ﻟﺴ‬‫ﺎ‬
‫ﺑ‬
ِ
Dar
iibnuAbbasra,Rasul
ull
ahSAW ber
sabda“ Ber
buatbai
klaht
erhadapker
abat kalian,
wal
aupunsekedarmengucapkansalam.
”(HR.Al-Bazar)

5. Menyambung tali persaudaraan, sekalipun terhadap kerabat yang tidak mau


menyambungnya.
Sebagai manusia biasa, terkadang terhadap kerabat keluarga sekalipun dapat
terjadi perselisihan yang mengakibatkan retaknya hubungan. Bahkan tidak
jarang, sikap satu pihak terhadap pihak yang lainnya cenderung untuk tidak
menegur, tidak menyapa dan tidak mau menyambung lagi tali
persaudaraannya. Namun sebagai agama yang penuh dengan nilai-nilai rahmat,
Islam melarang seseorang untuk berbuat seperti itu. Dalam sebuah riwayat
dikatakan:
‫َﺖ‬
ْ‫ﻌ‬‫َﻄ‬
َ‫ﺍﻗ‬
‫ﺫ‬
َ‫ﺇ‬
ِ‫ِﻱ‬
‫ﺬ‬
‫ﻟ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬‫ِﻞ‬
َ‫ﺍﺻ‬‫ﻮ‬
َ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬‫ِﻦ‬
‫ﱠ‬‫ﻜ‬
‫ﻟ‬
َ‫ِﺊﻭ‬
َ ‫ﻓ‬
‫ﺎ‬‫ﻜ‬
َ
‫ﻤ‬
ُ‫ﻟ‬
ْ‫ﺎ‬
‫ﺑ‬
ِ‫ِﻞ‬
ُ‫ﺍﺻ‬‫ﻮ‬
َ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ْﺲ‬
َ‫ﻴ‬‫ﻟ‬
َ:َ
‫ﻢ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﺍﷲ‬
‫ﱠﻰ‬‫ﻠ‬
‫ِﺻ‬
َ ‫ﺍﷲ‬
‫ْﻝ‬
ُ‫ﻮ‬‫َﺳ‬
ُ‫َﺭ‬
‫َﻝ‬
‫ﺎ‬
‫ﻗ‬
(‫ﺭﻱ‬‫ﺎ‬
‫ﺒﺨ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻩ‬‫ﺍ‬
‫ﻭ‬‫ﺭ‬)‫ﺎ‬
‫ﻬ‬
َ‫ﻠ‬
َ
‫َﺻ‬
َ ‫ُﻭ‬‫ﻪ‬
‫ﻤ‬
ُ‫َﺣ‬
ِ‫ﺭ‬
Rasulullah SAW besabda, Bukanlah orang yang (dinamakan) menyambung
persaudaraan dengan berupa balasan (menyambung jika kerabat kita
menyambungnya). Namun orang yang menyambung persaudaraan adalah yang
senantiasa menyambungnya meskipun mereka memutuskan persaudaraannya. (HR.
Bukhari)

Akhlak Seorang Muslim Terhadap Tetangga & Masyarakatnya.


Tetangga dan masyarakat sekitar tempat kita tinggal merupakan kumpulan
dari manusia-manusia yang terdekat dengan kehidupan kita. Keberadaan mereka
merupakan sesuatu yang sangat penting, apalagi manakala kita mencoba
merenungkan bahwa sesungguhnya Islam merupakan agama sosial. Karena Islam
sangat memperhatikan masalah sosial, serta menjadikan kehidupan sosial sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dari ajaran-ajarannya. Oleh karena itulah, kita akan
banyak menemukan, baik dalam Al-Qur ’
an maupun dal am Sunnah,aj aran-ajaran
yang sangat bersinggungan dengan masalah sosial. Berikut adalah beberapa etika
seorang muslim terhadap masyarakat dan tetangganya, diantaranya adalah:
1. Memuliakan tetangganya.
Islam bahkan menj adikan ‘ memul i
an’t et
angga sebagaisal ah sat u syarat
unt uk dapatmewj ujudkan ‘ kesempur naan i
man’ .Kar ena orang musl im yang
memiliki kesempurnaan iman, segala perbuatannya akan
mengimplementasikan nilai-nilai keimanan dalam dirinya, termasuk
diantaranya adalah memuliakan tetangganya. Dalam sebuah hadits,
Rasulullah SAW bersabda:
80

،
‫ﻩ‬
ِ‫ﺭ‬
ِ‫ﺎ‬
‫َﻰﺟ‬
َ ‫ﻟ‬‫ﺇ‬
ِ‫ِﻦ‬
ْ‫ْﺴ‬
‫ُﺤ‬
‫ﻴ‬
‫ﻠ‬
ْ‫ِﻓ‬
َ‫ﺮ‬‫َﺧ‬
ِ‫ْﻷ‬
‫ﺍ‬‫ﻡ‬
ِ
‫ﻮ‬
ْ‫ﻴ‬
َ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ِﻭ‬
َ‫ﺎﷲ‬‫ﺑ‬
ِ
‫ِﻦ‬
ُ ‫ﻣ‬
‫ﺆ‬
ْ‫َﻳ‬
ُ‫ﺎﻥ‬‫ْﻛ‬
َ‫َﻦ‬
‫َ "ﻣ‬
‫ﻢ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﺍﷲ‬‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬
‫ِﺻ‬
َ ‫ﺍﷲ‬‫ْﻝ‬
ُ‫ﻮ‬
‫َﺳ‬
ُ ‫َﺭ‬
‫ﺎﻝ‬
‫ﻗ‬
َ
‫ُﻞ‬
ْ‫ﻘ‬‫ﻴ‬
َ
‫ﻠ‬
ْ
‫ِﻓ‬
َ‫ﺮ‬‫َﺧ‬
ِ‫ْﻷ‬
‫ﺍ‬‫ﻡ‬
ِ‫ﻮ‬
ْ‫ﻴ‬
َ
‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬‫ِﻭ‬
َ‫ﺎﷲ‬‫ﺑ‬
ِ‫ِﻦ‬
ُ‫ﻣ‬
‫ﺆ‬
ْ‫ﻳ‬
ُ‫ﺎﻥ‬
َ ‫ْﻛ‬
َ‫َﻦ‬
‫ﻣ‬‫ﻭ‬،
َ ‫ﻪ‬
ُ‫ﻔ‬
َ
‫ﻴ‬
ْ‫ْﺿ‬
َ ‫ﻡ‬‫ﺮ‬
ِ
‫ﻜ‬
ْ‫ﻴ‬
ُ‫ﻠ‬
ْ
‫ِﻓ‬
َ‫ﺮ‬‫َﺧ‬
ِ‫ْﻷ‬
‫ﺍ‬‫ﻡ‬
ِ‫ﻮ‬
ْ
‫ﻴ‬
َ‫ﻟ‬
‫ﺍ‬
ْ‫ِﻭ‬
َ‫ﺎﷲ‬
‫ﺑ‬
ِ‫ِﻦ‬
ُ‫ﻣ‬‫ﺆ‬
ْ
‫ﻳ‬
ُ‫ﺎﻥ‬
َ ‫ْﻛ‬
َ‫َﻦ‬
‫ﻣ‬‫ﻭ‬
َ
(‫ﻪ‬‫ﻴ‬
‫ﻠ‬‫ﻔﻖﻋ‬‫ﺘ‬
‫ﻣ‬)ْ
‫ُﺖ‬
‫ﻜ‬‫َﺴ‬
ْ‫ﻴ‬‫ﻟ‬
ِ‫ﻭ‬
ْ‫ﺃ‬
َ‫ﺍ‬
‫ﺮ‬
ً‫ﻴ‬
ْ‫ﺧ‬
َ
Rasulul
lahSAW ber sabda,“ Barangsiapayangber imankepadaAl lahdanhar ikiamat ,
maka hendaklah ia berbuat baik kepada tetangganya, barang siapa yang beriman
pada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia memuliakan tamunya, dan barang siapa
yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia bertutur kata yang baik atau
hendaknya ia diam. (Mutafaqun Alaih)

2. Pemaaf dan pemurah terhadap tetangga.


Tetangga kita adalah juga merupakan manusia biasa biasa yang terkadang
berbuat kesalahan terhadap kita. Namun sebagai seorang muslim yang baik
yang memahami hal ini, akan memiliki rasa pemaaf dan pemurah terhadap
mereka. Dalam sebuah riwayat disebutkan:
‫ﻔﻖ‬
‫ﺘ‬‫ﻣ‬

‫ﻩ‬‫ﺭ‬
ِ
‫ﺍ‬‫ﺪ‬
َ‫ْﺟ‬
ِ‫ِﻲ‬
‫ًﻓ‬
‫ﺔ‬
‫ﺒ‬
َ‫َﺸ‬
ْ‫َﺧ‬
‫ﺯ‬‫ﺮ‬
ِ
‫ﻐ‬
ْ‫ﻳ‬
َ‫َﻥ‬
ْ‫ﺃ‬
‫ﻩ‬
ُ‫ﺭ‬
َ‫ﺎ‬
‫ٌﺟ‬
َ ‫ﺭ‬
‫ﺎ‬‫ْﺟ‬
َ‫ﻊ‬‫ﻨ‬
َ‫ﻤ‬
ْ
‫ﻳ‬
َ‫َﻻ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﺍﷲ‬
‫ﱠﻰ‬‫ﻠ‬
‫ِﺻ‬
َ ‫ﺍﷲ‬
‫ْﻝ‬
ُ‫ﻮ‬‫َﺳ‬
ُ‫َﺭ‬
‫ﺎﻝ‬
‫ﻗ‬
َ
(‫ﻪ‬‫ﻴ‬
‫ﻠ‬
‫ﻋ‬
Rasulullah SAW bersabda, hendaklah seseorang jangan melarang tetangganya ketika
menancapkan sepotong kayu pada dinding (rumahnya) (Mutafaqun Alaih)

3. Mencintai mereka sebagaimana mencintai diri kita sendiri.


Bahkan hal ini sudah menjadi sesuatu yang harus dilakukan terhadap
siapapun yang masih memiliki ikatan akidah yang sama. Dalam sebuah hadits
Rasulullah SAW mengatakan:
(‫ﻪ‬
‫ﻴ‬‫ﻠ‬
‫ﻔﻖﻋ‬
‫ﺘ‬‫ﻣ‬

‫ﻪ‬‫ْﺴ‬
ِ‫ﻔ‬
‫ﻨ‬
َ‫ﻟ‬
ِ
‫ِﺐ‬
‫ﱡ‬ ‫ُﺤ‬
‫ﻳ‬
‫ﺎ‬‫ِﻣ‬
َ‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫َﺧ‬
ِ‫ﺄ‬‫ﻟ‬
ِ
‫ِﺐ‬
‫ﱠ‬ ‫ُﺤ‬
‫ﻳ‬
‫ﱠﻰ‬‫ﺘ‬
‫ْﺣ‬
َ ‫ﻢ‬
‫ﻛ‬
ُ‫ﺪ‬
ُ‫َﺣ‬
َ‫ﺃ‬
‫ِﻦ‬
ُ‫ﻣ‬‫ﺆ‬
ْ
‫ﻳ‬
ُ‫ﻻ‬
َ
Tidak beriman salah seorang diantara kalian, hingga ia mencintai saudaranya sendiri
sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. (Mutafaqun Alaih)

Dan salah satu bentuk kecintaan kita kepada mereka adalah dengan memiliki
kepedulian terhadap sesuatu yang menimpa mereka. Rasulullah SAW
bersabda:
‫ﻮ‬
َ
‫ﻫ‬
ُ‫ِﻭ‬
َ‫ﻪ‬‫ﺒ‬
ِ
‫ﻨ‬
ْ
‫َﻰﺟ‬
َ ‫ﻟ‬
‫ﺇ‬
ِ‫ﻊ‬
ٌ‫ﺋ‬
ِ
‫ﺎ‬
‫ُﺟ‬
َ ‫ﻩ‬
‫ﺭ‬
ُ‫ﺎ‬‫َﺟ‬
َ‫َﻭ‬
‫ﺎﻥ‬
‫ﻌ‬
َ‫ﺒ‬
ْ
‫َﺷ‬
َ ‫ﺎﺕ‬
‫ﺑ‬
َ‫َﻦ‬
ْ‫ْﻣ‬
‫ِﻲ‬
‫ﺑ‬‫َﻦ‬
َ‫ﻣ‬‫ﺁ‬‫ﺎ‬
‫َﻣ‬
َ‫ﻢ‬‫ﻠ‬
‫ﱠ‬
‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﺍﷲ‬
‫ﱠﻰ‬‫ﻠ‬
‫ِﺻ‬
َ ‫ﺍﷲ‬
‫ْﻝ‬
ُ‫ﻮ‬‫َﺳ‬
ُ‫َﺭ‬
‫ﺎﻝ‬
‫ﻗ‬
َ
(‫ﻧﻲ‬
‫ﺍ‬
‫ﺮ‬‫ﺒ‬‫ﻟﻄ‬
‫ﺍ‬‫ﻩ‬
‫ﺍ‬‫ﻭ‬‫ﺭ‬
)ُ‫ﻢ‬
‫ﻠ‬
َ‫ﻌ‬
ْ
‫ﻳ‬
َ
Rasulull
ahSAW ber sabda,‘Ti
dakber imanseseor angkepadaku,si apasaj ayangt idur
dalam keadaan kenyang, sementara tetangga yang berada di sisinya kelaparan dan ia
mengetahui hal tersebut. (HR. Tabrani)

4. Berbuat baik kepada tetangga, baik yang muslim atau yang non muslim.
Kendatipun tetangga kita ada yang bukan muslim, namun kita masih memiliki
kewajiban untuk berbuat baik kepada mereka. Dalam sebuah riwayat
digambarkan, bahwa Abdullah bin Amru bin Ash suatu ketika menyembelih
seokor kambing, lalu memberikannya pada tetangganya yang Yahudi. Ketika
ditanya,bel iau menjawab aku mendengarRasul ull
ah SAW ber sabda,‘Bahwa
Jibril senantiasa memberikan wasiat kepadaku untuk berbuat baik kepada
tetangga, sampai aku mengiranya bahwa beliau akan memberikan warisan
kepadat etangganya.”(HR.Bukhar iMusl i
m)

5. Memprioritaskan perbuatan ihsan, terhadap yang terdekat kemudian yang


dekat.
Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Aisyah ra ketika bertanya kepada
Rasulullah SAW:
81

‫َﻰ‬
‫ﻟ‬
‫ﺇ‬
ِ‫ﺎﻝ‬
َ‫؟ﻗ‬
َ ‫ِﻯ‬
‫ﺪ‬
‫ﻫ‬
ْ‫ﺃ‬
ُ‫ﺎ‬
‫ﻤ‬
َ‫ﻬ‬
ِ‫ﻳ‬
‫ﱢ‬
‫ﺃ‬
َ‫َﻰ‬
‫ﻟ‬
‫ﺈ‬
ِ
‫ِﻓ‬
َ‫ْﻦ‬
‫ﻳ‬‫ﺭ‬
َ‫ﺎ‬
‫ْﺟ‬
َ ‫ِﻲ‬
‫ﻟ‬
‫ِﻥ‬
‫ﱠ‬‫ﺇ‬‫ﺍﷲ‬
ِ ‫ْﻝ‬
َ ‫ﻮ‬
‫َﺳ‬
ُ‫ﺭ‬‫ﺎ‬‫ﻳ‬
َ
‫ْﺖ‬
ُ ‫ﻠ‬
‫ْﻗ‬
ُ‫َﺖ‬
‫ﻟ‬‫ﺎ‬
‫ﺎﻗ‬
َ ‫ﻬ‬
َ
‫ﻨ‬
ْ‫ُﻋ‬
َ‫ﺍﷲ‬‫ِﻲ‬
َ‫َﺿ‬
‫َﺭ‬
‫ﺔ‬‫ِﺸ‬
َ‫ﺋ‬
‫ﺎ‬‫ْﻋ‬
َ‫َﻦ‬
‫ﻋ‬
(‫ﺭﻱ‬‫ﺎ‬
‫ﺒﺨ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻩ‬
‫ﺍ‬‫ﻭ‬
‫ﺭ‬) "‫ﺎ‬
‫ﺑ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﺑ‬
َ‫ْﻚ‬
ِ‫ﻨ‬
‫ﺎﻣ‬
ِ ‫ﻤ‬
َ‫ﻬ‬
ُ
‫ﺑ‬
ُ‫ﺮ‬
َ‫ﻗ‬
ْ
‫ﺃ‬
َ
DariAi syahr a,beliauber t
anyakepadar asulull
ahSAW,‘ Wahair asulul
lah,aku
memiliki dua tetangga, kepada yang manakah aku mengirimkan hadiah? Rasulullah
menjawab, kepada yang paling dekat pintunya dari umahmu. (HR. Bukhari)

6. Muslim terbaik adalah yang terbaik bagi tetangganya.


Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW mengatakan :
(‫ﺩ‬
‫ﺮ‬‫ﻔ‬‫ﻤ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ﺩﺏ‬
‫ﺍﻷ‬‫ﺭﻱﻓﻲ‬
‫ﺎ‬‫ﺒﺨ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻩ‬‫ﺍ‬
‫ﻭ‬‫ﺭ‬)ِ
‫ﻩ‬
‫ﺭ‬
ِ‫ﺎ‬‫ِﺠ‬
َ‫ﻟ‬
‫ﻢ‬
ْ‫ﻫ‬
ُ‫ﺮ‬
ُ
‫ﻴ‬
ْ‫ِﺧ‬
َ‫ﺍﷲ‬‫ﺪ‬
َ
‫ﻨ‬
ْ‫ِﻋ‬
ِ‫ﺍﻥ‬
‫ﺮ‬
َ‫ﻴ‬
ْ
‫ْﺠ‬
ِ‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﺮ‬
ُ‫ﻴ‬
ْ
‫ﺧ‬
َ
Sebaik-baik tetangga di sisi Allah, adalah sebaik-baik mereka bagi tetangganya. (HR.
Bukhari dalam Al-Adab al-Mufrad)

7. Tetangga yang buruk.


Islam bahkan melarang seseorang untuk menjadi tetangga yang tidak baik
bagi tetangganya yang lain. Bahkan Rasulullah SAW menyebutkan sebagai
seseorang yagn tidak beriman kepada Allah. Rasulullah SAW mengatakan:
‫ﻩ‬
ُ
‫ﺭ‬
ُ‫ﺎ‬‫ُﺟ‬
َ‫َﻦ‬
‫ﻣ‬
‫ﺄ‬
ْ‫ﻳ‬
َ‫ِﻱﻻ‬
َ ‫ﺬ‬
‫ﻟ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬‫ﺎﻝ‬
َ‫؟ﻗ‬
َ ‫ﺍﷲ‬
ِ ‫ْﻝ‬
َ‫ﻮ‬
‫َﺳ‬
ُ‫ﺎﺭ‬‫ﻳ‬
َ
‫َﻦ‬
ْ ‫َﻣ‬
‫ْﻞ‬
‫ﻴ‬
‫ﻗ‬،
ِ ‫ِﻦ‬
ُ‫ﻣ‬‫ﺆ‬
ْ
‫ﻳ‬
ُ‫ِﻻ‬
َ ‫ﺍﷲ‬
‫ﻭ‬،
َ ‫ِﻦ‬
ُ‫ﻣ‬
‫ﺆ‬
ْ‫ﻳ‬
ُ‫ِﻻ‬
َ‫ﺍﷲ‬
‫ﻭ‬،
َ ‫ِﻦ‬
ُ‫ﻣ‬
‫ﺆ‬
ْ‫ﻳ‬
ُ‫ِﻻ‬
َ‫ﺍﷲ‬
‫ﻭ‬
َ
(‫ﻪ‬
‫ﻴ‬‫ﻠ‬
‫ﻔﻖﻋ‬‫ﺘ‬‫ﻣ‬
)ُ‫ﻪ‬
‫ﻘ‬
َ‫ﺋ‬
ِ
‫ﺍ‬‫ﻮ‬
َ‫ﺑ‬
َ
Rasulull
ahbersabda“ DemiAl lahtidakber i
man,demiAl l
aht i
dakber i
man,demiAllah
t
idakber i
man”,kemudi andit
anyakansi apawahair asulullah?Bel iaumenjawab,yang
tidak memberikan rasa aman pada tetangganya dari kejelekan-kej
elekandi
ri
nya.”
(Mutafaqun Alaih)

8. Menjaga untuk tidak terjerumus pada perbuatan salah terhadap tetangganya.


Karena kesalahan yang paling besar adalah kesalahan yang dilakukan
seseorang terhadap tetangganya. Dalam sebuah hadtis disebutkan
(‫ﺪ‬
‫ﻤ‬‫ﺃﺣ‬
‫ﻩ‬‫ﺍ‬
‫ﻭ‬‫ﺭ‬)ِ
‫ﻩ‬
‫ﺭ‬
ِ‫ﺎ‬‫ِﺟ‬
َ‫ﺓ‬‫ﺃ‬
َ
‫ﺮ‬
َ‫ﻣ‬
ْ‫ﺎ‬
‫ﺑ‬
ِ‫ِﻲ‬
َ‫ﻧ‬
‫ﺰ‬
ْ‫ْﻳ‬
َ‫َﻥ‬
‫ﺃ‬
‫ِﻦ‬
ْ‫ِﻣ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ
‫َﻋ‬
َ ‫ﺮ‬
‫ْﺴ‬
َ ‫ﻳ‬
‫ﺃ‬
َ‫ﺓ‬
ٍ
‫ﻮ‬
َ‫ِﺴ‬
ْ‫ِﻧ‬
‫ﺮ‬
‫َﺸ‬
ْ ‫ﻌ‬
‫ﺑ‬
ِ‫ُﻞ‬
ُ‫ﱠﺟ‬
‫ﺮ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻲ‬
َ‫ﻧ‬
‫ﺰ‬
ْ‫ﻳ‬
َ‫َﻥ‬
ْ‫ﺄ‬
‫ﻟ‬
ِ
Rasulullah bersabda, bahwa zinanya seseorang terhadap sepuluh wanita, itu lebih
ringan dari pada zinanya seseorang terhadap wanita tetangganya. (HR. Ahmad)

9. Sabar terhadap keburukan tetangga dan masyarakatnya.


Karena bagaimanapun juga, tidak semua orang memiliki sifat yang baik.
Adakalanya kita harus berhadapan dengan tetangga yang buruk perangainya,
atau senantiasa berbuat kemaksiatan kepada Allah SWT. Mengenai hal ini,
Rasulullah SAW mengatakan kepada kita:
‫َﻻ‬
َ‫َﻭ‬
‫ﺎﺱ‬‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻂ‬
ُ‫ﻟ‬
‫ﺎ‬‫ُﺨ‬
َ‫ﻳ‬‫ِﻱﻻ‬
َ ‫ﺬ‬
‫ﻟ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬‫ِﻦ‬
ِ‫ﻣ‬‫ﺆ‬
ْ‫ﻤ‬
ُ
‫ﻟ‬
ْ‫ﺍ‬‫ِﻦ‬
َ‫ُﻣ‬
‫َﻞ‬
‫ْﻀ‬‫ﻓ‬
‫ﺃ‬
َ‫ﻢ‬
ْ‫ﻫ‬
ُ
‫ﺍ‬‫ﺫ‬
َ‫ﺁ‬
‫َﻰ‬‫ﻠ‬
‫ُﻋ‬
َ‫ﺮ‬‫ﺒ‬
ِ
‫ْﺼ‬
ْ ‫ﻳ‬
‫َﻭ‬
َ‫ﺎﺱ‬‫ﻨ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ِﻂ‬
ُ‫ﻟ‬
‫ﺎ‬‫ُﺨ‬
َ‫ﻳ‬‫ِﻱ‬
‫ﺬ‬
‫ﻟ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬‫ِﻦ‬
ُ‫ﻣ‬
‫ﺆ‬
ْ‫ﻤ‬
ُ‫ﻟ‬
‫ﺍ‬
(‫ﻧﻲ‬
‫ﺍ‬‫ﺮ‬‫ﺒ‬
‫ﻟﻄ‬‫ﺍ‬‫ﻩ‬
‫ﺍ‬
‫ﻭ‬‫ﺭ‬)ْ
‫ﻢ‬‫ﻫ‬
ُ‫ﺍ‬
‫ﺫ‬
َ‫ﺁ‬‫َﻰ‬
‫ﻠ‬
‫ُﻋ‬
َ ‫ﺮ‬
‫ﺒ‬
ِ‫َﺼ‬
‫ﻳ‬
Rasulull
ahSAW ber sabda,“Seor angmu’ minyangber i
nteraksidenganmasyar akatnya
danber sabarat askeburukanmer eka,l ebihbai kdar i
padaseor angmu’ minyangt idak
berinteraksi dengan mereka serta tidak sabar atas keburukan mereka. (HR. Tabrani)

10. Tidak membalas kejelekan tetangganya dengan yang serupa


Karena pada dasarnya Islam tidak mengizinkan untuk berbuat buruk kepada
orang yang juga berbuat buruk kepada kita. Kita justru diminta untuk
senantiasa tetap berbuat baik kepada mereka meskipun mereka terkadang
tidak baik terhadap kita. Dalam sebuah hadits digambarkan:
‫ِﻲ‬‫ﻧ‬
‫ﺍ‬
‫ﺫ‬
َ‫ﺁ‬‫ﺎﻝ‬
َ‫ﻘ‬
َ‫َﻓ‬
َ‫ﻢ‬
‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫َﺳ‬
َ‫ِﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ‫ُﻋ‬
َ‫ﺍﷲ‬‫ﱠﻰ‬
‫ﻠ‬‫ﱠﺻ‬
َ ‫ِﻲ‬
‫ﺒ‬
‫ﻨ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻪ‬
ُ‫ﻨ‬
ْ
‫ُﻋ‬
َ ‫ﺍﷲ‬‫ِﻲ‬
َ‫َﺿ‬
‫ٍﺭ‬‫ﻡ‬‫َﻼ‬
َ‫ِﺳ‬‫ْﻦ‬
‫ﺑ‬‫ﺍﷲ‬
ِ ‫ﺪ‬
ِ
‫ﺒ‬
ْ‫ُﻋ‬
َ‫ْﻦ‬
‫ﺑ‬‫ﺪ‬
ٌ
‫ﻤ‬
‫ﱠ‬‫ُﺤ‬
َ‫َﻰﻣ‬
‫ﺗ‬‫ﺃ‬
َ
‫ِﻲ‬
ْ‫ﻧ‬
‫ﺍ‬‫ﺫ‬
َ
‫ﺁ‬‫ﺎﻝ‬
َ ‫ﻘ‬
َ
‫َﻓ‬
َ‫ﺔ‬‫ﺜ‬
َ
‫ﻟ‬
ِ‫ﺎ‬
‫ﺜ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ﺩ‬
َ
‫ﺎ‬‫ﱠﻋ‬
َ‫ﻢ‬‫ﺛ‬
ُ،
‫ﺮ‬
ْ‫ﺒ‬
ِ‫ﺍﺻ‬
ْ ‫ﺎﻝ‬
َ ‫ﻘ‬
َ
‫ْﻓ‬
َ‫ِﻱ‬
‫ﺭ‬‫ﺎ‬‫ِﻲﺟ‬
َ ‫ﻧ‬
‫ﺍ‬
‫ﺫ‬
َ‫ﺁ‬‫ﺎﻝ‬
َ‫ﻘ‬
َ‫َﻓ‬
َ‫ﺔ‬
‫ﻴ‬
َ‫ﻧ‬
ِ‫ﺎ‬
‫ﺜ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ﺩ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﱠﻋ‬
َ ‫ﻢ‬
‫ﺛ‬
ُ،‫ﺮ‬
ْ‫ﺒ‬
ِ
‫ﺍﺻ‬
ْ ‫ﺎﻝ‬
َ‫ﻘ‬
َ‫ﻓ‬،
َ‫ِﻱ‬
ْ‫ﺭ‬‫ﺎ‬‫ﺟ‬
َ
82

‫ﱠﻖ‬
ُ‫ﻘ‬
‫َﺤ‬
َ‫ﺘ‬‫ﻓ‬،
َ‫ِﻱ‬
ْ‫ﺭ‬‫ﺎ‬
‫ِﻲﺟ‬
َ ‫ﻧ‬
‫ﺍ‬‫ﺫ‬
َ
‫ﺁ‬ ‫ُﻞ‬
ْ‫ﻘ‬
‫ٍﻓ‬
َ‫ﺁﺕ‬‫ْﻚ‬
َ‫ﻴ‬‫ﻠ‬
َ
‫َﻰﻋ‬
َ ‫ﺗ‬‫ﺃ‬
َ‫ﺍ‬
‫ﺫ‬
َ‫ﺈ‬
ِ
‫ِﻓ‬
َ‫ﺔ‬‫ﻜ‬
‫ﱠ‬
‫ﻟﺴ‬
‫ﱠ‬ ‫ﺍ‬
‫ِﻲ‬‫ُﻓ‬
‫ﻪ‬‫ﻓ‬
ْ
‫ﺬ‬
ِ‫ﻗ‬
ْ
‫ﺎ‬‫َﻓ‬
َ‫ِﻚ‬
‫ﺎﻋ‬
‫ﺘ‬
َ‫َﻰﻣ‬
َ ‫ﻟ‬‫ﺇ‬
ِ
‫ﺪ‬
ْ‫ﻤ‬
ِ‫ﺍﻋ‬
ْ‫ﺎﻝ‬
َ ‫ﻘ‬
َ
‫ْﻓ‬
َ‫ِﻱ‬
‫ﺭ‬‫ﺎ‬
‫ﺟ‬
َ

‫ﻩ‬
‫ﺭ‬
َ‫ﺎ‬‫ْﺟ‬
َ ‫ﻡ‬
‫ﺮ‬
ِ‫ﻜ‬
ْ‫ﻴ‬
ُ
‫ﻠ‬
ْ
‫ِﻓ‬
َ‫ﺮ‬‫َﺧ‬
ِ‫ْﻷ‬
‫ﺍ‬‫ﻡ‬
ِ
‫ﻮ‬
ْ‫ﻴ‬
َ‫ﻟ‬
ْ
‫ﺍ‬
‫ِﻭ‬
َ ‫ﺎﷲ‬
‫ﺑ‬
ِ‫ِﻦ‬
ُ‫ﻣ‬‫ﺆ‬
ْ
‫ﻳ‬
ُ ‫ﺎﻥ‬
َ‫ْﻛ‬
َ‫َﻦ‬‫ﻣ‬،
‫ﺔ‬
َ‫ﻨ‬
َ
‫ﻌ‬
ْ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﻟ‬
‫ﺍ‬‫ﻪ‬
ِ‫ﻴ‬
ْ
‫ﻠ‬
َ
‫ﻋ‬
َ
Suatu ketika Abdullah bin Salam ra mendatangi Rasulullah SAW lalu berkata, wahai
rasulullah, sesungguhnya tetanggaku menyakitiku. Rasulullah SAW bersabda,
bersabarlah. Kemudian beliau pulang, lalu kembali pada Rasulullah SAW untuk kedua
kalinya dan berkata, wahai Rasulullah SAW. Tetanggaku menuyakitiku. Rasulullah
SAW menjawab, bersabarlah. Kemudian ia pulang lalu kembali mendatangi Rasulullah
SAW untuk yang ketiga kalinya, dan berkata, wahai Rasulullah SAW, tetanggaku
menyakitiku. Beliau menjawab, kalau demikian peganglah barang-barangmu, lalu
lemparkan ke jalan. Dan apabila ada seseorang yang mendatagimu, katakalnlah
(bahwa hal ini dilakukan) karena tetanggaku menyakitiku, hingga ia akan
mendapatkan laknat. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir
hendaklah ia memuliakan tetagganya.
(Hayatus Shahabah III/50)

Penutup
Pada dasarnya, ketika kita ingin mengupas secara lebih teliti mengenai etika
atau akhlak dalam Islam, kita akan mendapatkan, betapa Islam merupakan agama
yang penuh dengan nilai-nilai budi pekerti yang mulia. Karena memang Islam
diturunkan oleh Allah adalah untuk memperbaiki tatanan moralitas yang telah
rusak yang terjadi pada masyarakat dunia. Rasulullah SAW sendiri mengatakan
bahwa beliau diutus dalam rangka untuk memperbaiki budi pekerti atau akhlak
masyarakat dunia, dari kondisi yang buruk menjadi kondisi yang baik. Adapun
gambaran mengenai akhlak dan etika di atas, barulah merupakan sekelumit ajaran
Islam mengenai tatacara berakhlak, baik terhadap Allah ataupun terhadap manusia
lainnya.
Namun ketika kita mempelajari akhlak islami, bukanlah semata-mata hanya
sebagai bahan atau obyek dalam bidang keilmuan. Namun lebih dari itu, bahwa
akhlak haruslah merupakan sesuatu yang mengakar dan tertancap dalam jiwa
setiap muslim. Sehingga dimanapun ia berada, senantiasa mencerminkan sebagai
seorang muslim sejati, kendatipun ia hidup ditengah-tengah masyarakat jahiliyah.

Wal l
ahuA’ lam BisShawab
By. Rikza Maulan, Lc., M.Ag.

Bahan Bacaan

Al-Baqi, Muhammad Fuad Abd. Al-Mu’ jam Al -Mufahras fi Al-Fadz Al-Qur


’an Al
-
Karim. 1987 –1407 : Beirut –Libanon : Dar Al-Fikir.

Hadiri, Choiruddin. Klaifikasi Kandungan Al-Qur


’an. 1996. Cet. V. Jakarta –
Indonesia : Gema Insani Press.
83

Al-Hasyimi, Muhammad Ali. Syakhsiyatul Muslim; Kama Yashughuha al-Islam fi al-


Kitab wa al-Sunnah. 1993 – 1414. Cet. V. Beirut : Dar al-Basya’ ir Al -
Islamiyah.

CD ROM. Al-Maktabah Al-Alfiyah Li Al-Sunnah Al-Nabawiyah. Versi 1.5. 1999 –


1419. Yordan : Al-Turats ; Al-Markaz Li Abhasts Al-Hasib Al-Ali.

Anda mungkin juga menyukai