Anda di halaman 1dari 2

Nabi Ilyas diakui tidak hanya oleh agama Islam tetapi juga oleh agama Kristen dan Yahudi.

Namanya dikenal sebagai Elijah, juga dieja Elias atau Elia, nabi Ibrani yang sejajar dengan Musa
dalam menyelamatkan agama tauhid dari kerusakan oleh penyembahan agama Baal. Nabi
Ilyas menekankan monoteisme kepada orang-orang dengan penekanan yang mungkin belum
pernah terjadi sebelumnya. Ia diperingati oleh umat Kristiani pada tanggal 20 Juli. Namanya
disebut dalam kitab Perjanjian Lama, klo di Al Quran Kisah Nabi Ilyas dan kaumnya tercantum
dalam Surah As-Saffat ayat 123-128, dan riwayat itu Allah SWT terangkan secara singkat.

Melansir Tafsir Ibnu Katsir, dijelaskan bahwa Allah SWT mengutus Nabi Ilyas kepada Bani Israil.
Beliau diperintah untuk menyerukan ajaran Allah SWT kepada mereka yang kala itu
menyembah patung atau berhala yang bernama Ba'l. Saat itu Israel diperintah Raja Ahab dan
Ratu Izebel

Nabi Ilyas pun menjalankan tugas dari Allah dengan sungguh-sungguh, tetapi kaumnya terus
menentang dan raja mereka mengancam akan membunuhnya. Karena itulah Nabi Ilyas pergi ke
Gunung Qasiyun untuk bersembunyi.

Dikatakan bahwa ia bersembunyi di sebuah gua dan baru kembali setelah sepuluh tahun,
hingga raja itu meninggal dan digantikan dengan raja lain (yaitu anaknya raja: Ahazia).
Kemudian ia keluar dari sana bersama seseorang yang diyakini adalah Nabi Ilyasa AS.

Nabi Ilyas kembali mengajak raja Bani Israil yang baru kepada ketauhidan Allah SWT, tetapi
ditolak. Padahal banyak dari rakyatnya yang mau beriman kepada Allah, diperkirakan lebih dari
sepuluh ribu orang.

Namun raja itu menegaskan untuk tidak menerima ajaran Nabi Ilyas dan memerintahkan
tentaranya untuk membunuh hingga lenyap siapa saja dari Bani Israil yang beriman kepada
Allah.

Pertemuan dengan Nabi Ilyasa AS


Ketika Nabi Ilyas melarikan diri dari ancaman pembunuhan raja dan kaumnya, ia menetap di
sebuah gua di Gunung Qasiyun hingga empat puluh hari. Selama di sana ia memakan makanan
yang dibawa oleh burung gagak.

Ia terus berpindah-pindah tempat persembunyian di kawasan gunung tersebut, yakni di lereng


dan sungai. Hingga suatu hari ia menemukan rumah seorang wanita Bani Israil yang dermawan.
wanita itu memiliki anak laki-laki yang dipercaya oleh sejumlah ulama sebagai Nabi Ilyasa AS.
Kala itu Nabi Ilyasa masih sangat muda dan menderita penyakit, dan sang ibu meminta Nabi
Ilyas untuk mendoakan dan membantu penyembuhan anaknya.

Selama sepuluh tahun persembunyiannya, barulah Nabi Ilyas kembali kepada kaumnya untuk
menyeru lagi kepada jalan Allah SWT. Dan ia ditemani Nabi Ilyasa yang merupakan sahabat
sekaligus yang mendampinginya dalam menyiarkan jalan kebenaran. 
Apa yang Dapat Kita Pelajari dari Nabi Ilyas?
Bahkan dalam menghadapi kesengsaraan dan keputusasaan, ia tetap setia. Dia diangkat sebagai
contoh kesalehan dan kekuatan. Tidak hanya dia disebutkan kemudian dalam Perjanjian Lama,
tetapi juga dalam keempat Injil dan dua surat. 
Kisah beliau bisa menjadi penyemangat bagi kita. Menjadi umat yang kuat bukan berarti kita
tidak akan pernah putus asa, melainkan berarti memandang kepada Alloh ketika menghadapi
kesulitan. Saat Nabi Ilyas merasa sendirian, dan tidak mengerti rencana Alloh, tetapi dia tetap
mencari Alloh. Sebagai imbalannya, dia terus-menerus melihat kekuatan Alloh ditampilkan
dalam kelemahannya: ketika Alloh menghidupkan kembali putra janda itu dari kematian, ketika
Alloh memenangkan Nabi Ilyas di Gunung Karmel, dan ketika Alloh menghujani tentara raja
dengan api dari langit. 
Nabi Ilyas di Basilika
Nabi Ilyas (Elia) digambarkan di beberapa area Basilika (gereja Romawi kuno), dalam bentuk
kaca patri yaitu di pilar penopang timur dari pintu masuk selatan, jendela lunette di apse barat
Gereja Crypt , jendela di transept barat Gereja Besar Atas, dan di Kapel Ascension Gereja Atas.

Anda mungkin juga menyukai