Tidak banyak sumber yang menceritakan tentang kelahiran Nabi Ilyasa AS. Begitu juga nama ibu kandungnya. Nabi
ini hanya terceritakan lahir dari keluarga sederhana dengan ayah bernama Akhthub bin ‘Ajuz. Menurut salasilah, Nabi
Ilyasa merupakan keturunan keempat dari Nabi Yusuf AS. Berikut ini salasilah keluarga Nabi Ilyasa iaitu:
Yusuf AS > Ifrayim > Syutlim > Akhthub > Ilyasa AS
Nabi Ilyasa lahir dan tinggal di sekitar lembah sungai Yordania. Sebab, pada saat dikejar-kejar Bani Israil, Nabi Ilyas
menuju lembah sungai Yordania dan bersembunyi di rumah keluarga Nabi Ilyasa. Pada saat itu, Nabi Ilyasa sedang di
rumah dalam keadaan sakit. Dengan kata lain, rumah Nabi Ilyasa tidak jauh dari tempat di mana Nabi Ilyas melarikan
diri tersebut.
Nabi Ilyasa diutus ke bumi untuk meneruskan perjuangan Nabi Ilyas dalam membimbing Bani Israil ke jalan yang
benar. Sebab, semenjak ditinggal wafat Nabi Ilyas, banyak Bani Israil yang awalnya sudah taat kepada Allah, kembali
menyembah berhala. Mereka tidak takut kembali untuk melakukan berbagai perbuatan dosa dan maksiat. Pengalaman
selama mendampingi Nabi Ilyas dalam berdakwah, membuatnya menjadi kuat dan tahan banting saat menghadapi
berbagai penolakan serta penghinaan dari Bani Israil.
Dalam al-Qur’an, Allah menegaskan tentang kenabian Nabi Ilyasa ini dalam dua surat, yaitu Surat al-An’aam dan
Surat Shaad. Pada Surat al-An’aam ayat 86–87, Allah menyebutkan bahwa Nabi Ilyasa bersama Nabi Ismail, Nabi
Yunus, Nabi Luth termasuk orang yang dilebihkan darjatnya di atas umatnya. Allah juga mengangkat darjat keluarga,
keturunan, dan saudara-saudara mereka.
Nabi Ilyasa sangat kagum dengan kemampuan Nabi Ilyas tersebut. Oleh karena itu, sejak sembuh, ia kemudian
beriman dan mempelajari semua ilmu Islam yang dimiliki Nabi Ilyas. Tidak hanya itu, Nabi Ilyasa juga selalu
menemani perjalanan Nabi Ilyas dalam berdakwah. Ke mana pun Nabi Ilyas pergi untuk berdakwah, Nabi Ilyasa tidak
pernah ketinggalan. Ketika Nabi Ilyas wafat, Allah swt kemudian mengangkatnya sebagai nabi penerus Nabi Ilyas. Ia
diberi tugas untuk membimbing kaum Bani Israil. Pada saat Nabi Ilyas masih hidup, sebenarnya sudah banyak kaum
Bani Israil yang menjalankan perintah Allah. Namun, sejak Nabi Ilyas wafat, mereka kembali menyembah berhala.
Kesombongan, keangkuhan, dan tindakan maksiat kembali mereka lakukan.
Hingga akhirnya, Allah memberi azab kembali kepada mereka berupa kekeringan dalam waktu panjang. Nabi Ilyasa
tidak henti-hentinya mengajak Bani Israil untuk bertaubat kembali. Seperti halnya nenek moyang mereka, Bani Israil
pun melakukan perlawanan terhadap Nabi Ilyasa. Mereka tidak menghirauan seruan Nabi Ilyasa untuk bertaubat.
Bahkan, mereka memperolok dan mengejarnya jika tidak berhenti dalam berdakwah.
Namun begitu, Nabi Ilyasa tidak pernah takut dan berhenti untuk berdakwah. Beliau tetap mengajak setiap orang yang
ditemuinya untuk bertaubat dan kembali menyembah Allah. Untuk menunjukkan kebenaran dari dakwahnya, Nabi
Ilyasa diberi mukjizat oleh Allah bisa menghidupkan kembali seseorang yang sudah mati. Ternyata, usaha tersebut
tidak sia-sia. Banyak Bani Israil yang kemudian beriman kembali kepada Allah. Di zamannya, kehidupan masyarakat
Bani Israil menjadi aman dan makmur. Berbagai hasil panen pertanian melimpah ruah setiap tahunnya. Tindakan
kejahatan dan perbuatan maksiat juga sudah ditinggalkan mereka. Sayangnya, setelah Nabi Ilyasa meninggal, mereka
kembali berbuat maksiat dan melakukan berbagai dosa. Hingga akhirnya Allah menimpakan kembali azab yang pedih.