Anda di halaman 1dari 12

NABI ILYAS A.

S
Kisah Teladan dari Nabi ILYAS as
diutus oleh Allah Swt. untuk
mengingatkan kaum Bani Israil
yang kufur, yaitu penduduk negeri
Baalbek, sebuah darah di Libanon.
Mereka menyembah berhala
bernama Baal.

Ilyas merupakan keturunan


keempat Nabi Harun. Ia adalah
putra Yasin bin Fanhash bin Aizar
bin Harun. Ia berdakwah agar
Baalbek, Lebanon kaumnya mau meninggalkan
kebiasaan buruk mereka menyembah berhala. Berkali-kali Nabi Ilyas mengingatkan, namun
mereka tidak pernah menghiraukan. Menyadari kaumnya tidak mematuhi seruannya, Nabi
Ilyas meminta agar Allah Swt. menurunkan azab-Nya. Maka datanglah bencana kekeringan
melanda negeri Baalbek. Kisah Nabi Ilyas ini tidak banyak diceritakan dalam Al Qur'an.
Nama Ilyas hanya disebut empat kali, yaitu dalam surah al-An'am ayat 85 serta surah as-
Saffat ayat 123, 129 dan 130.

BENCANA KEKERINGAN

Karena kaum Nabi Ilyas durhaka, Allah


Swt. menurunkan azab berupa kemarau
panjang selama tiga tahun berturut-turut.
Semua tanaman dan hewan mati karena
kelaparan. Kaum Nabi Ilyas akhirnya
menyadari kesalahan mereka. Mereka
bersedia meninggalkan berhala dan
berjanji tidak menyembahnya lagi. Karena
mereka sadar, Nabi Ilyas memohon
kepada Allah Swt. agar menurunkan hujan
ke tengah- tengah kaumnya. Namun
setelah menikmati kemakmuran hidup, kaum Nabi Ilyas kembali ingkar. Mengetahui
kekufuran kaumnya, Nabi Ilyas pun berdoa agar Allah Swt. menarik kembali nikmat yang
telah dicurahkan kepada kaumnya dan mereka kembali ditimpa bencana yang lebih dahsyat
daripada bencana sebelumnya.
BERHALA BAAL

Nabi Ilyas mendapat tugas dari Allah Swt. untuk


menyadarkan kaum Bani Israil yang suka menyembah
berhala Baal. Ilyas mengingatkan kaumnya, bahwa berhala
yang mereka sembah itu bukan tuhan yang sebenarnya. Ia
juga menyerukan agar mereka takut kepada Allah Swt. yang
menciptakan alam semesta, dan menegaskan bahwa Allah
Swt. adalah Tuhan para pendahulu mereka. Namun kaum
Bani Israil mendustakan seruan Ilyas tersebut. Kisah Nabi
Ilyas yang memperingatkan kaumnya itu terdapat dalam Al-
Qur'an surah as-Saffat ayat 124-127.

NABI ILYASA AS

Nabi Ilyas memiliki seorang anak angkat bernama Ilyasa. Ia sering menemani Nabi Ilyas
dalam melaksanakan tugasnya berdakwah, terutama ketika Nabi Ilyas sudah menginjak usia
tua. Setelah Nabi Ilyas meninggal dunia, Allah Swt. mengutus Ilyasa untuk melanjutkan
tugas ayahnya menyampaikan dakwah kepada kaumnya yang angkuh itu.

BAALBEK

Baalbek merupakan sebuah kota yang sekarang


berada dalam wilayah Libanon. Pada masa Nabi
Ilyas, kota ini didiami oleh bangsa Fenisia, yang
merupakan bangsa pelaut terkenal. Bangsa ini
menyembah berhala Baal. Sampaisekarang masih
ada sebuah bangunan altar bernama Heliopolis yang
diyakini sebagai tempat penyembahan bangsa
Fenisia kepada Dewa Baal. Nama kota Baalbek
sendiri diambil dari nama Baal, dewa bangsa
Fenisia.
Kaum nabi Ilyas telah melupakan dan meninggalkan ajaran nabi Harun dan Musa AS.
Mereka tidak lagi menyembah Allah. Namun mereka menyembah berhala yang bernama
Ba'laa.
Melihat kerusakan ini Allah mengutus nabi Ilyas agar menasehati kaumnya.
" Wahai kaumku, hentikan penyembahan kalian pada berhala wanita itu. Apakah kalian tidak
berpikir kalau patung itu hanya sebuah batu yang tak dapat menolong kesulitan, "dakwah
nabi Ilyas kepada kaumnya.
"Apakah kalian telah melupakan ajaran Harun dan Musa yang benar itu. Ataukah kalian tidak
takut dengan siksa Allah, "tambahnya.
Namun kaumnya yang telah tertutup hatinya tidak mau mendengarkan teriakan nabi Ilyas.
Mereka malah mendustakan nabi Ilyas
Dakwah nabi Ilyas selalu mendapat rintangan. Meskipun demikian ia tidak pernah berhenti
sampai disitu. Siang dan malam nabi Ilyas melakukan seruannya seperti yang telah tertera
dalam Al Qur'an surat Ash-Shofat ayat 124 sampai 126:
Surat Ash-Shofat ayat 124 sampai 126
Artinya:
Ingatlah ketika Ilyas berkata pada kaumnya : "Mengapa kamu tidak bertakwa. (Ash-Shofat:
124)
Patutkah kamu menyembah Ba'al dan kamu tinggalkan sebaik-baiknya Pencipta. (Ash-
Shofat: 125)
(yaitu) Allah Tuhanmu dan Tuhan bapak-bapakmu yang terdahulu. (Ash-Shofat: 126)

Demikianlah Allah mengabadikan seruan nabi Ilyas dalam Al Qur'an agar umat manusia
sesudahnya mau meninggalkan perbuata maksiat.
Kaum nabi Ilyas adalah kaum yang tidak takut dengan semua ancamannya. Pernah suatu
ketika nabi Ilyas menakut-nakuti mereka dengan suatu ancaman. Namun mereka malah
rnenantangnya dan ingin melihat serta merasakan ancaman itu.

Karena nabi Ilyas tidak mampu lagi mengajak kaumnya pada jalan kebenaran, maka ia pun
berdoa.

" Ya Allah ya Tuhanku, berilah peringatan pada mereka agar mau mengakui kerasulanku dan
mau kembali ke jalan-Mu, "doa nabi Ilyas.

Allah mengambulkan doa itu sehingga datanglah musim kemarau yang mematikan semua
tanaman dan hewan ternak. Kemarau itu begitu panjang dan ini dirasakan oleh kaumnya.
Kaum nabi Ilyas semula meminta perlindungan dari berhala namun kemarau tetap
berlangsung. Akhirnya mereka mendatangi nabi Ilyas dan meminta padanya agar kemarau itu
cepat berakhir.

" Jika kalian betul-betul mengakui kerasulanku dan beriman kepada Allah, maka aku akan
meminta pada-Nya agar kemarau itu berakhir, "kata nabi Ilyas. Kemudian ia berdoa agar
kemarau itu berakhir.

Allah mengabulkan permintaannya, dan datanglah hujan yang lebat sekali. Kaumnya dapat
lagi menanam gandum dan memelihara ternak lagi. Namun keinsyafan mereka tidak
berlangsung lama, sebab mereka mendustakan kerasulan Ilyas dan tidak mau beriman kepada
Allah lagi.

Karena iapun berdoa agar Allah menimpakan azab-Nya. Allahpun mengabulkan doanya.
Tidak lama kemudian datanglah azab itu berupa gempa yang maha dahsyat dan mampuslah
orang-orang kafir it

NAMA : M. THAARIQ. ANNUR

KELAS ; 8C

NO. ; 19 
Budi Utomo (ejaan van Ophuijsen:
Boedi Oetomo) adalah sebuah
organisasi pemuda yang didirikan
oleh Dr.Soetomo dan para mahasiswa
STOVIA yaitu Goenawan
Mangoenkoesoemo dan Soeraji pada
tanggal 20 Mei 1908. Digagaskan
oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo.
Organisasi ini bersifat sosial,
ekonomi, dan kebudayaan tetapi tidak
bersifat politik. Berdirinya Budi Utomo menjadi awal gerakan yang bertujuan mencapai
kemerdekaan Indonesia walaupun pada saat itu organisasi ini awalnya hanya ditujukan bagi
golongan berpendidikan Jawa. Saat ini tanggal berdirinya Budi Utomo, 20 Mei, diperingati
sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

Pada hari Minggu, 20 Mei 1908, pada pukul sembilan pagi, bertempat di salah satu ruang
belajar STOVIA, Soetomo menjelaskan gagasannya. Dia menyatakan bahwa hari depan
bangsa dan Tanah Air ada di tangan mereka. Maka lahirlah Boedi Oetomo. Namun, para
pemuda juga menyadari bahwa tugas mereka sebagai mahasiswa kedokteran masih banyak,
di samping harus berorganisasi. Oleh karena itu, mereka berpendapat bahwa "kaum tua" yang
harus memimpin Budi Utomo, sedangkan para pemuda sendiri akan menjadi motor yang
akan menggerakkan organisasi itu.

Sepuluh tahun pertama Budi Utomo mengalami beberapa kali pergantian pemimpin
organisasi. Kebanyakan memang para pemimpin berasal kalangan "priayi" atau para
bangsawan dari kalangan keraton, seperti Raden Adipati Tirtokoesoemo, mantan Bupati
Karanganyar, dan Pangeran Ario Noto Dirodjo dari Keraton Pakualaman.

Budi Utomo mengalami fase perkembangan penting saat kepemimpinan Pangeran Noto
Dirodjo. Saat itu, Douwes Dekker, seorang Indo-Belanda yang sangat properjuangan bangsa
Indonesia, dengan terus terang mewujudkan kata "politik" ke dalam tindakan yang nyata.
Berkat pengaruhnyalah pengertian mengenai "tanah air Indonesia" makin lama makin bisa
diterima dan masuk ke dalam pemahaman orang Jawa. Maka muncullah Indische Partij yang
sudah lama dipersiapkan oleh Douwes Dekker melalui aksi persnya. Perkumpulan ini bersifat
politik dan terbuka bagi semua orang Indonesia tanpa terkecuali. Baginya "tanah air api
udara" (Indonesia) adalah di atas segala-galanya.

Pada tanggal 3-5 Oktober 1908, Budi Utomo menyelenggarakan kongresnya yang pertama di
Kota Yogyakarta. Hingga diadakannya kongres yang pertama ini, BU telah memiliki tujuh
cabang di beberapa kota, yakni Batavia, Bogor, Bandung, Magelang, Yogyakarta, Surabaya,
dan Ponorogo. Pada kongres di Yogyakarta ini, diangkatlah Raden Adipati Tirtokoesoemo
(mantan bupati Karanganyar) sebagai presiden Budi Utomo yang pertama. Semenjak
dipimpin oleh Raden Adipati
Tirtokoesoemo, banyak anggota baru BU
yang bergabung dari kalangan bangsawan
dan pejabat kolonial, sehingga banyak
anggota muda yang memilih untuk
menyingkir. Pada masa itu pula muncul
Sarekat Islam, yang pada awalnya
dimaksudkan sebagai suatu perhimpunan
bagi para pedagang besar maupun kecil di
Solo dengan nama Sarekat Dagang Islam,
untuk saling memberi bantuan dan dukungan. Tidak berapa lama, nama itu diubah oleh,
Tjokroaminoto, menjadi Sarekat Islam, yang bertujuan untuk mempersatukan semua orang
Indonesia yang hidupnya tertindas oleh penjajahan. Sudah pasti keberadaan perkumpulan ini
ditakuti orang Belanda. Munculnya gerakan yang bersifat politik semacam itu rupanya yang
menyebabkan Budi Utomo agak terdesak ke belakang. Kepemimpinan perjuangan orang
Indonesia diambil alih oleh Sarekat Islam dan Indische Partij karena dalam arena politik Budi
Utomo memang belum berpengalaman. Karena gerakan politik perkumpulan-perkumpulan
tersebut, makna nasionalisme makin dimengerti oleh kalangan luas. Ada beberapa kasus yang
memperkuat makna tersebut. Ketika Pemerintah Hindia Belanda hendak merayakan ulang
tahun kemerdekaan negerinya, dengan menggunakan uang orang Indonesia sebagai bantuan
kepada pemerintah yang dipungut melalui penjabat pangreh praja pribumi, misalnya, rakyat
menjadi sangat marah.

Kemarahan itu mendorong Soewardi Suryaningrat (yang kemudian bernama Ki Hadjar


Dewantara) untuk menulis sebuah artikel "Als ik Nederlander was" (Seandainya Saya
Seorang Belanda), yang dimaksudkan sebagai suatu sindiran yang sangat pedas terhadap
pihak Belanda. Tulisan itu pula yang menjebloskan dirinya bersama dua teman dan
pembelanya, yaitu Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo ke penjara oleh
Pemerintah Hindia Belanda (lihat: Boemi Poetera). Namun, sejak itu Budi Utomo tampil
sebagai motor politik di dalam pergerakan orang-orang pribumi.

Agak berbeda dengan Goenawan Mangoenkoesoemo yang lebih mengutamakan kebudayaan


dari pendidikan, Soewardi menyatakan bahwa Budi Utomo adalah manifestasi dari
perjuangan nasionalisme. Menurut Soewardi, orang-orang Indonesia mengajarkan kepada
bangsanya bahwa "nasionalisme Indonesia" tidaklah bersifat kultural, tetapi murni bersifat
politik. Dengan demikian, nasionalisme terdapat pada orang Sumatera maupun Jawa,
Sulawesi maupun Maluku.

Pendapat tersebut bertentangan dengan beberapa pendapat yang mengatakan bahwa Budi
Utomo hanya mengenal nasionalisme Jawa sebagai alat untuk mempersatukan orang Jawa
dengan menolak suku bangsa lain. Demikian pula Sarekat Islam juga tidak mengenal
pengertian nasionalisme, tetapi hanya mempersyaratkan agama Islam agar seseorang bisa
menjadi anggota. Namun, Soewardi tetap mengatakan bahwa pada hakikatnya akan segera
tampak bahwa dalam perhimpunan Budi Utomo maupun Sarekat Islam, nasionalisme
"Indonesia" ada dan merupakan unsur yang paling penting.

Wahidin Sudiro Husodo lahir di desa Mlati, Yogyakarta,


pada tanggal 7 Januari 1852. Dokter lulusan STOVIA,
sekolah dokter untuk penduduk pribumi di Jakarta, ini
sangat senang bergaul dengan rakyat biasa. Sehingga tak
heran bila ia mengetahui banyak penderitaan rakyat.
Wahidin Sudiro Husodo juga sangat menyadari bagaimana
terbelakang dan tertindasnya rakyat akibat penjajahan
Belanda. Menurutnya, salah satu cara untuk membebaskan
diri dari penjajahan adalah rakyat harus cerdas. Untuk itu,
rakyat harus diberi kesempatan mengikuti pendidikan di
sekolah. Sebagai dokter, ia pun sering mengobati rakyat
tanpa memungut bayaran.

Selain sering bergaul dengan rakyat, dokter yang terkenal pula pandai menabuh gamelan dan
mencintai seni suara, ini juga sering mengunjungi tokoh-tokoh masyarakat di beberapa kota
di Jawa. Wahidin Sudiro Husodo mengajak para tokoh untuk mendirikan “dana pelajar” Dana
tersebut direncanakan untuk memberi beasiswa generasi muda yang cerdas, tetapi tidak
mampu. Namun, ajakannya kurang mendapat sambutan.

Saat di Jakarta, Wahidin Sudiro Husodo mengunjungi para pelajar STOVIA. Ia


menganjurkan agar para pelajar STOVIA mendirikan organisasi yang bertujuan memajukan
pendidikan dan meninggikan martabat bangsa. Gagasan beliau mendapat sambutan baik.
Mereka juga sependapat dan menyadari rakyat Indonesia sangat menderita. Pada tanggal 20
Mei 1908, Sutomo dan kawan-kawannya mendirikan sebuah organisasi yang diberi nama
Budi Utomo. Lnilah organisasi modern pertama yang lahir di Indonesia. Karena itu, tanggal
lahir Budi Utomo, 20 Mei, diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Kendati tidak
termasuk pendiri Budi Utomo, Wahidin Sudiro Husodo selalu dikaitkan dengan organisasi
kebangkitan nasional tersebut karena sesungguhnya dialah penggagas berdirinya Budi
Utomo.Beliau wafat pada tanggal 26 Mei 1917 dan dimakamkan di Desa Mlati, Yogyakarta.

Tempat/Tgl. Lahir : Yogyakarta, 7 Januari 1852

Tempat/Tgl. Wafat : Yogyakarta, 26 Mei 1917


SK Presiden : Keppres No. 088/TK/1973, Tgl. 6 November 1973

Gelar : Pahlawan Nasional

Dr. Wahidin Sudiro Husodo juga menerbitkan majalah Retna Doemilah (1904) yang artinya
“penerangan”, dimaksudkan untuk menyampaikan kepada rakyat bagaimana pentingnya arti
pengajaran. Wahidin Sudiro Husodo menerbitkan majalah Guru Desa yang menerangkan
bagaimana pentingnya kesehatan sebagai lawan terhadap kepercayaan kepada dukun dan
tahayul di waktu itu
Boedi Oetomo adalah organisasi pada masa pergerakan nasional Indonesia. Organisasi ini
didirikan oleh para mahasiswa kedokteran STOVIA di Jakarta, meliputi : Soetomo,
Goenawan, Suraji dan teman-temannya. Budi Utomo berdiri pada tanggal 20 Mei tahun 1908.
Selain dari kedokteran tersebut, ada beberapa sekolah lain, yaitu : Sekolah Pamong Praja,
Sekolah Sore Surabaya, Sekolah Guru di Bandung, Sekolah Peternakan dan Pertanian Bogor.
Pelajar tersebut terdiri dari Muhammad Saleh, Suwarno B, Soeradji, Goenawan M, R.
Gumberg, Soetomo dan R. Angka. Munculnya nama Soetomo (Budi Utomo) dalam
kelompok ini karena usulan dari Soeradji.

Organisasi Budi Utomo pada awalnya adalah bersifat terbatas, yakni hanya kaum elit dan
intelektual golongan elit Jawa (Golongan atasan). Keanggotaannya dibatasi karena takut
mendapat saingan dari golongan rakyat jelata. Organisasi tidak berpolitik melainkan
organisasi sosial dan ekonomi. Berdirinya organisasi Budi Utomo menjadi awal munculnya
gerakan-gerakan yang memiliki tujuan mencapai Kemerdekaan Republik Indonesia. Saat ini,
tanggal 20 Mei merupakan dijadikan Hari Kebangkitan Nasional yang pada asal mulanya
merupakan tanggal berdirinya Organisasi Budi Utomo (organisasi pertama bertujuan
mencapai kemerdekaan Indonesia).

Sejarah Organisasi Budi Utomo Lengkap : Awal sampai Perkembangannya

Sejarah Organisasi Budi Utomo

Berdirinya Organisasi Budi Utomo

Pendirian Budi Utomo mulanya merupakan inspirasi dari Wahidin Sudirohusodo yang
berasal dari Yogyakarta. Ia kemudian pada tahun 1906 membentuk Yayasan Beasiswa (studi
fonds) untuk membiayai pemuda-pemuda pandai latarbelakang kurang biaya (miskin), yang
ingin meneruskan pendidikannya ke sekolah yang lebih tinggi. Untuk mempropagandakan
idenya, pada tahun itu juga ia mengadakan perjalanan keliling Jawa dan ketika berada di
Jakarta ia pun bertemu pemuda-pemuda Stovia tadi.

Kepada mereka ia menerangkan apa maksudnya. Kepada Wahidin, Soetomo mengatakan


bahwa Budi Utomo adalah "Budi Ingkang Utama". Ini merupakan asal usul nama organisasi
Budi Utomo. Kemudian tepat pada tanggal 20 Mei tahun 1908, Dokter Wahidin
Sudirohusodo dan rekan-rekannya mendirikan organisasi Budi Utomo, yang salah satu
rekannya adalah Mangunkusumo dan Soeraji. Budi Utomo sendiri merupakan organisasi
modern pertama pada masa perjuangan pergerakan nasional Indonesia.

Munculnya Organisasi Budi Utomo merupakan penanda bagi perkembangan sejarah


pergerakan nasional di Indonesia. Van Deventer berkomentar "India/Hindia/Indonesia, negeri
cantik jelita yang selama ini tidur nyenyak, kini telah bangkit". Selain itu, pers Belanda
berkomentar bahwa berdirinya BU dengan kata "Java Vooruit" (Jawa maju) dan "Java
Anwaakt" (Jawa bangkit). Berdirinya Budi Utomo yakni tanggal 20 Mei selalu diperingati
oleh Indonesia sebagai Harkitnas atau Hari Kebangkitan Nasional, hal ini disebabkan karena
Budi Utomo merupakan pergerakan modern pertama, meski pada waktu didirikan sebenarnya
masih bersifat kedaerahan, karena pengertian "nasional indonesia" baru mulai muncul.
Bahkan nama Indonesia dalam kancah perjuangan belum dipakai sebelum 1922. Nama yang
digunakan sebelum 1922 adalah India.

Namun Budi Utomo kemudian mempelopori berdirinya perkumpulan modern yang lainnya.
Di samping itu arah perkembangan pergerakan ini juga nasional. Jadi Bu dapat dipandang
secara simbolis sebagai pergerakan nasional menantang penjajah sejak awal mula. Pengertian
kebangkitan nasional dalam kaitannya dengan Budi Utomo memandang unsur simbolis. BU
mengandung unsur simbolis. Budi Utomo melambangi kebangkitan nasional! Di sini nampak
bahwa mahasiswa atau pelajar juga menjadi pelopor seperti mahasiswa-mahasiswa di luar
negeri, misalnya di Jerman sesudah kongres Wina.

Tujuan Berdirinya Budi Utomo

Tujuan Berdirinya Budi Utomo pada awalnya adalah membangun masyarakat Jawa-Madura
secara harmonis. Di samping pergerakannya sebagai perintis, sifat sosial kultural terpaksa
melekat pada Organisasi Budi Utomo karena pasal 111 Regeringings Reglement (RR) yang
melarang berdirinya organisasi atau perkumpulan politik. Tujuan awal Organisasi ini adalah
untuk mengumpulkan dana pelajar. Mengingat pemuka dan pendukung-pendukung
kebanyakan orang yang erat dengan masyarakat Belanda, dan bahkan banyak di antaranya
pegawai pemerintah, tidak mustahil kalau Organisasi Budi Utomo bersikap loyal terhadap
pemerintah Hindia Belanda.

Usaha yang dilakukan demi mencapai tujuannya, dilakukan beberapa cara. Berikut ini usaha
yang dilakukan Organisasi Budi Utomo dalam mencapai tujuan.

Memajukan bidang pendidikan yakni pengajaran, ini adalah usaha pertama yang dilakukan
dan harus dapat tercapai, dalam hal ini untuk kemajuan bangsa Indonesia.

Memajukan bidang pertanian, peternakan serta perdagangan, hal ini untuk kemajuan
perekonomian Indonesia.

Memajukan bidang Industri dan Teknik

Memajukan dan menghidupkan Kebudayaan yang telah redup

Perkembangan Organisasi Budi Utomo


Perkembangan Budi Utomo kemudian mengalami beberapa kali pergantian pemimpin dalam
sepuluh tahun pertama. Pemimpin rata-rata dari golongan kelas elit (priyai atau kelas atas)
dari karangan keraton, seperti R. Adipati Tirtokoesoemo (pemimpin pertama) eks Bupati
Karanganyar, dan Pangeran A.N. Dirodjo dari Keraton Pakualam. Budi Utomo mengalami
perkembangan penting terjadi saat dipimpin oleh Pangeran Noto Dirodjo. Ia merupakan
orang keturunan Indonesia Belanda yang sangat mendukung perjuangan bangsa Indonesia
yakni Douwes Dekker beliau mewujudkan makna politik dalam pergerakan yang nyata.
Kemudian pengertian tentang tanah air Indonesia semakin lama dapat diterima dan dipahami
orang Jawa semua itu berkat peran dari Douwes Dekker. Setelah itu, muncul lah Indische-
Partij (organisasi politik murni) yang pertama kali didirikan. Organisasi ini bersifat politik
dan juga terbuka untuk seluruh masyarakat Indonesia.

Perkembangan Budi Utomo - Kongres pertama kali Organisasi Budi Utomo yakni pada
tanggal 3 sampai 8 Oktober 1908 di Yogyakarta. Dalam kegiatan kongres kali ini, Raden
Adipati Tirtokoesoemo diangkat sebagai pemimpin BU dan pada saat itu, Budi Utomo sudah
memiliki 7 cabang yang tersebar di beberapa kota meliputi ; Yogyakarta, Batavia, Magelang,
Surabaya, bandung, Bogor dan Ponorogo. Sejak dipimpin oleh R. Adipati Tirtokoesoemo,
kemudian anggota baru mulai berdatangan baik dari kalangan pejabat kolonial ataupun
bangsawan. Hal ini membuat para anggota muda banyak yang menyingkir dan keluar dari
organisasi ini. Setelah itu Organisasi Budi Utomo berisi anggota-anggota dari kalangan
pegawai negeri dan pryai. Berikut ini Hasil kongres pertama Budi Utomo di Yogyakarta
meliputi :

Organisasi Budi Utomo tidak terjun dalam bidang politik

Organisasi Budi Utomo memiliki kegiatan dalam bidang sosial, pendidikan dan budaya.

Organisasi Budi Utomo hanya meliputi Jawa serta Madura

Adipati Tritokusumo dipilih sebagai pimpinan pusat Organisasi Budi Utomo

Organisasi Budi Utomo mengalami perkembangan pada tahun 1912, yakni saat Notodirjo
menjadi ketuanya. Dalam pimpinannya ia berambisi untuk mengejar ketertinggalan Budi
utomo. Akan tetapi, hasilnya tidak berdampak besar, karena saat itu telah bermunculan
organisasi nasional lainnya, yakni Sarekat Islam (SI) dan Indische Partij (IP). Namun
demikian, Organisasi Budi Utomo tetap mempunyai peran yang besar dalam sejarah
pergerakan nasional, karena dengan munculnya organisasi ini kemudian mempelopori
gerakan kebangsaan indonesia.

Kemudian pada tahun 1912 Notokusumo menggantikan Notodirjo menjadi pemimpin


Organisasi Budi Utomo. Pergantian ini bertujuan untuk mengejar ketertinggalan dari
organisasi lain yang telah dibentuk dan berkembang pesat. Namun sangat disayangkan BU
tidak dapat bersaing dengan organisasi yang telah ada dan mengalami perkembangan pesat
seperti Indische Partij dan Sarekat Islam.

Berikut ini merupakan ikhtisar perkembangan Organisasi Budi Utomo :

Tahun 1916 menjadi anggota komite India (nama Indonesia saat itu) yang memperjuangkan
terlaksananya milisi bagi pemuda-pemuda Indonesia.

Tahun 1918 mengirimkan wakilnya ke Volksraad.

Tahun 1918 menjadi anggota Konservasi Radikal.

Tahun 1927 menjadi anggota PPPKI hingga terpengaruh sifat kenasinalannya.

Tahun 1931 Kongres Budi Utomo di Jakarta memutuskan BU terbuka untuk seluruk bangsa
Indonesia

Tahun 1932 Kongres Budi Utomo di Sala memutuskan tujuan BU secara tegas adalah
Indonesia Merdeka

Tahun 1935 bersama dengan PBI dan berbagai perkumpulan pemuda dan daerah, Bu
mengadakan fusi dan membentuk suatu wadah yang lebih besar: Parinda (Partai Indonesia
Raya).

Anda mungkin juga menyukai