S
Kisah Teladan dari Nabi ILYAS as
diutus oleh Allah Swt. untuk
mengingatkan kaum Bani Israil
yang kufur, yaitu penduduk negeri
Baalbek, sebuah darah di Libanon.
Mereka menyembah berhala
bernama Baal.
BENCANA KEKERINGAN
NABI ILYASA AS
Nabi Ilyas memiliki seorang anak angkat bernama Ilyasa. Ia sering menemani Nabi Ilyas
dalam melaksanakan tugasnya berdakwah, terutama ketika Nabi Ilyas sudah menginjak usia
tua. Setelah Nabi Ilyas meninggal dunia, Allah Swt. mengutus Ilyasa untuk melanjutkan
tugas ayahnya menyampaikan dakwah kepada kaumnya yang angkuh itu.
BAALBEK
Demikianlah Allah mengabadikan seruan nabi Ilyas dalam Al Qur'an agar umat manusia
sesudahnya mau meninggalkan perbuata maksiat.
Kaum nabi Ilyas adalah kaum yang tidak takut dengan semua ancamannya. Pernah suatu
ketika nabi Ilyas menakut-nakuti mereka dengan suatu ancaman. Namun mereka malah
rnenantangnya dan ingin melihat serta merasakan ancaman itu.
Karena nabi Ilyas tidak mampu lagi mengajak kaumnya pada jalan kebenaran, maka ia pun
berdoa.
" Ya Allah ya Tuhanku, berilah peringatan pada mereka agar mau mengakui kerasulanku dan
mau kembali ke jalan-Mu, "doa nabi Ilyas.
Allah mengambulkan doa itu sehingga datanglah musim kemarau yang mematikan semua
tanaman dan hewan ternak. Kemarau itu begitu panjang dan ini dirasakan oleh kaumnya.
Kaum nabi Ilyas semula meminta perlindungan dari berhala namun kemarau tetap
berlangsung. Akhirnya mereka mendatangi nabi Ilyas dan meminta padanya agar kemarau itu
cepat berakhir.
" Jika kalian betul-betul mengakui kerasulanku dan beriman kepada Allah, maka aku akan
meminta pada-Nya agar kemarau itu berakhir, "kata nabi Ilyas. Kemudian ia berdoa agar
kemarau itu berakhir.
Allah mengabulkan permintaannya, dan datanglah hujan yang lebat sekali. Kaumnya dapat
lagi menanam gandum dan memelihara ternak lagi. Namun keinsyafan mereka tidak
berlangsung lama, sebab mereka mendustakan kerasulan Ilyas dan tidak mau beriman kepada
Allah lagi.
Karena iapun berdoa agar Allah menimpakan azab-Nya. Allahpun mengabulkan doanya.
Tidak lama kemudian datanglah azab itu berupa gempa yang maha dahsyat dan mampuslah
orang-orang kafir it
KELAS ; 8C
NO. ; 19
Budi Utomo (ejaan van Ophuijsen:
Boedi Oetomo) adalah sebuah
organisasi pemuda yang didirikan
oleh Dr.Soetomo dan para mahasiswa
STOVIA yaitu Goenawan
Mangoenkoesoemo dan Soeraji pada
tanggal 20 Mei 1908. Digagaskan
oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo.
Organisasi ini bersifat sosial,
ekonomi, dan kebudayaan tetapi tidak
bersifat politik. Berdirinya Budi Utomo menjadi awal gerakan yang bertujuan mencapai
kemerdekaan Indonesia walaupun pada saat itu organisasi ini awalnya hanya ditujukan bagi
golongan berpendidikan Jawa. Saat ini tanggal berdirinya Budi Utomo, 20 Mei, diperingati
sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Pada hari Minggu, 20 Mei 1908, pada pukul sembilan pagi, bertempat di salah satu ruang
belajar STOVIA, Soetomo menjelaskan gagasannya. Dia menyatakan bahwa hari depan
bangsa dan Tanah Air ada di tangan mereka. Maka lahirlah Boedi Oetomo. Namun, para
pemuda juga menyadari bahwa tugas mereka sebagai mahasiswa kedokteran masih banyak,
di samping harus berorganisasi. Oleh karena itu, mereka berpendapat bahwa "kaum tua" yang
harus memimpin Budi Utomo, sedangkan para pemuda sendiri akan menjadi motor yang
akan menggerakkan organisasi itu.
Sepuluh tahun pertama Budi Utomo mengalami beberapa kali pergantian pemimpin
organisasi. Kebanyakan memang para pemimpin berasal kalangan "priayi" atau para
bangsawan dari kalangan keraton, seperti Raden Adipati Tirtokoesoemo, mantan Bupati
Karanganyar, dan Pangeran Ario Noto Dirodjo dari Keraton Pakualaman.
Budi Utomo mengalami fase perkembangan penting saat kepemimpinan Pangeran Noto
Dirodjo. Saat itu, Douwes Dekker, seorang Indo-Belanda yang sangat properjuangan bangsa
Indonesia, dengan terus terang mewujudkan kata "politik" ke dalam tindakan yang nyata.
Berkat pengaruhnyalah pengertian mengenai "tanah air Indonesia" makin lama makin bisa
diterima dan masuk ke dalam pemahaman orang Jawa. Maka muncullah Indische Partij yang
sudah lama dipersiapkan oleh Douwes Dekker melalui aksi persnya. Perkumpulan ini bersifat
politik dan terbuka bagi semua orang Indonesia tanpa terkecuali. Baginya "tanah air api
udara" (Indonesia) adalah di atas segala-galanya.
Pada tanggal 3-5 Oktober 1908, Budi Utomo menyelenggarakan kongresnya yang pertama di
Kota Yogyakarta. Hingga diadakannya kongres yang pertama ini, BU telah memiliki tujuh
cabang di beberapa kota, yakni Batavia, Bogor, Bandung, Magelang, Yogyakarta, Surabaya,
dan Ponorogo. Pada kongres di Yogyakarta ini, diangkatlah Raden Adipati Tirtokoesoemo
(mantan bupati Karanganyar) sebagai presiden Budi Utomo yang pertama. Semenjak
dipimpin oleh Raden Adipati
Tirtokoesoemo, banyak anggota baru BU
yang bergabung dari kalangan bangsawan
dan pejabat kolonial, sehingga banyak
anggota muda yang memilih untuk
menyingkir. Pada masa itu pula muncul
Sarekat Islam, yang pada awalnya
dimaksudkan sebagai suatu perhimpunan
bagi para pedagang besar maupun kecil di
Solo dengan nama Sarekat Dagang Islam,
untuk saling memberi bantuan dan dukungan. Tidak berapa lama, nama itu diubah oleh,
Tjokroaminoto, menjadi Sarekat Islam, yang bertujuan untuk mempersatukan semua orang
Indonesia yang hidupnya tertindas oleh penjajahan. Sudah pasti keberadaan perkumpulan ini
ditakuti orang Belanda. Munculnya gerakan yang bersifat politik semacam itu rupanya yang
menyebabkan Budi Utomo agak terdesak ke belakang. Kepemimpinan perjuangan orang
Indonesia diambil alih oleh Sarekat Islam dan Indische Partij karena dalam arena politik Budi
Utomo memang belum berpengalaman. Karena gerakan politik perkumpulan-perkumpulan
tersebut, makna nasionalisme makin dimengerti oleh kalangan luas. Ada beberapa kasus yang
memperkuat makna tersebut. Ketika Pemerintah Hindia Belanda hendak merayakan ulang
tahun kemerdekaan negerinya, dengan menggunakan uang orang Indonesia sebagai bantuan
kepada pemerintah yang dipungut melalui penjabat pangreh praja pribumi, misalnya, rakyat
menjadi sangat marah.
Pendapat tersebut bertentangan dengan beberapa pendapat yang mengatakan bahwa Budi
Utomo hanya mengenal nasionalisme Jawa sebagai alat untuk mempersatukan orang Jawa
dengan menolak suku bangsa lain. Demikian pula Sarekat Islam juga tidak mengenal
pengertian nasionalisme, tetapi hanya mempersyaratkan agama Islam agar seseorang bisa
menjadi anggota. Namun, Soewardi tetap mengatakan bahwa pada hakikatnya akan segera
tampak bahwa dalam perhimpunan Budi Utomo maupun Sarekat Islam, nasionalisme
"Indonesia" ada dan merupakan unsur yang paling penting.
Selain sering bergaul dengan rakyat, dokter yang terkenal pula pandai menabuh gamelan dan
mencintai seni suara, ini juga sering mengunjungi tokoh-tokoh masyarakat di beberapa kota
di Jawa. Wahidin Sudiro Husodo mengajak para tokoh untuk mendirikan “dana pelajar” Dana
tersebut direncanakan untuk memberi beasiswa generasi muda yang cerdas, tetapi tidak
mampu. Namun, ajakannya kurang mendapat sambutan.
Dr. Wahidin Sudiro Husodo juga menerbitkan majalah Retna Doemilah (1904) yang artinya
“penerangan”, dimaksudkan untuk menyampaikan kepada rakyat bagaimana pentingnya arti
pengajaran. Wahidin Sudiro Husodo menerbitkan majalah Guru Desa yang menerangkan
bagaimana pentingnya kesehatan sebagai lawan terhadap kepercayaan kepada dukun dan
tahayul di waktu itu
Boedi Oetomo adalah organisasi pada masa pergerakan nasional Indonesia. Organisasi ini
didirikan oleh para mahasiswa kedokteran STOVIA di Jakarta, meliputi : Soetomo,
Goenawan, Suraji dan teman-temannya. Budi Utomo berdiri pada tanggal 20 Mei tahun 1908.
Selain dari kedokteran tersebut, ada beberapa sekolah lain, yaitu : Sekolah Pamong Praja,
Sekolah Sore Surabaya, Sekolah Guru di Bandung, Sekolah Peternakan dan Pertanian Bogor.
Pelajar tersebut terdiri dari Muhammad Saleh, Suwarno B, Soeradji, Goenawan M, R.
Gumberg, Soetomo dan R. Angka. Munculnya nama Soetomo (Budi Utomo) dalam
kelompok ini karena usulan dari Soeradji.
Organisasi Budi Utomo pada awalnya adalah bersifat terbatas, yakni hanya kaum elit dan
intelektual golongan elit Jawa (Golongan atasan). Keanggotaannya dibatasi karena takut
mendapat saingan dari golongan rakyat jelata. Organisasi tidak berpolitik melainkan
organisasi sosial dan ekonomi. Berdirinya organisasi Budi Utomo menjadi awal munculnya
gerakan-gerakan yang memiliki tujuan mencapai Kemerdekaan Republik Indonesia. Saat ini,
tanggal 20 Mei merupakan dijadikan Hari Kebangkitan Nasional yang pada asal mulanya
merupakan tanggal berdirinya Organisasi Budi Utomo (organisasi pertama bertujuan
mencapai kemerdekaan Indonesia).
Pendirian Budi Utomo mulanya merupakan inspirasi dari Wahidin Sudirohusodo yang
berasal dari Yogyakarta. Ia kemudian pada tahun 1906 membentuk Yayasan Beasiswa (studi
fonds) untuk membiayai pemuda-pemuda pandai latarbelakang kurang biaya (miskin), yang
ingin meneruskan pendidikannya ke sekolah yang lebih tinggi. Untuk mempropagandakan
idenya, pada tahun itu juga ia mengadakan perjalanan keliling Jawa dan ketika berada di
Jakarta ia pun bertemu pemuda-pemuda Stovia tadi.
Namun Budi Utomo kemudian mempelopori berdirinya perkumpulan modern yang lainnya.
Di samping itu arah perkembangan pergerakan ini juga nasional. Jadi Bu dapat dipandang
secara simbolis sebagai pergerakan nasional menantang penjajah sejak awal mula. Pengertian
kebangkitan nasional dalam kaitannya dengan Budi Utomo memandang unsur simbolis. BU
mengandung unsur simbolis. Budi Utomo melambangi kebangkitan nasional! Di sini nampak
bahwa mahasiswa atau pelajar juga menjadi pelopor seperti mahasiswa-mahasiswa di luar
negeri, misalnya di Jerman sesudah kongres Wina.
Tujuan Berdirinya Budi Utomo pada awalnya adalah membangun masyarakat Jawa-Madura
secara harmonis. Di samping pergerakannya sebagai perintis, sifat sosial kultural terpaksa
melekat pada Organisasi Budi Utomo karena pasal 111 Regeringings Reglement (RR) yang
melarang berdirinya organisasi atau perkumpulan politik. Tujuan awal Organisasi ini adalah
untuk mengumpulkan dana pelajar. Mengingat pemuka dan pendukung-pendukung
kebanyakan orang yang erat dengan masyarakat Belanda, dan bahkan banyak di antaranya
pegawai pemerintah, tidak mustahil kalau Organisasi Budi Utomo bersikap loyal terhadap
pemerintah Hindia Belanda.
Usaha yang dilakukan demi mencapai tujuannya, dilakukan beberapa cara. Berikut ini usaha
yang dilakukan Organisasi Budi Utomo dalam mencapai tujuan.
Memajukan bidang pendidikan yakni pengajaran, ini adalah usaha pertama yang dilakukan
dan harus dapat tercapai, dalam hal ini untuk kemajuan bangsa Indonesia.
Memajukan bidang pertanian, peternakan serta perdagangan, hal ini untuk kemajuan
perekonomian Indonesia.
Perkembangan Budi Utomo - Kongres pertama kali Organisasi Budi Utomo yakni pada
tanggal 3 sampai 8 Oktober 1908 di Yogyakarta. Dalam kegiatan kongres kali ini, Raden
Adipati Tirtokoesoemo diangkat sebagai pemimpin BU dan pada saat itu, Budi Utomo sudah
memiliki 7 cabang yang tersebar di beberapa kota meliputi ; Yogyakarta, Batavia, Magelang,
Surabaya, bandung, Bogor dan Ponorogo. Sejak dipimpin oleh R. Adipati Tirtokoesoemo,
kemudian anggota baru mulai berdatangan baik dari kalangan pejabat kolonial ataupun
bangsawan. Hal ini membuat para anggota muda banyak yang menyingkir dan keluar dari
organisasi ini. Setelah itu Organisasi Budi Utomo berisi anggota-anggota dari kalangan
pegawai negeri dan pryai. Berikut ini Hasil kongres pertama Budi Utomo di Yogyakarta
meliputi :
Organisasi Budi Utomo memiliki kegiatan dalam bidang sosial, pendidikan dan budaya.
Organisasi Budi Utomo mengalami perkembangan pada tahun 1912, yakni saat Notodirjo
menjadi ketuanya. Dalam pimpinannya ia berambisi untuk mengejar ketertinggalan Budi
utomo. Akan tetapi, hasilnya tidak berdampak besar, karena saat itu telah bermunculan
organisasi nasional lainnya, yakni Sarekat Islam (SI) dan Indische Partij (IP). Namun
demikian, Organisasi Budi Utomo tetap mempunyai peran yang besar dalam sejarah
pergerakan nasional, karena dengan munculnya organisasi ini kemudian mempelopori
gerakan kebangsaan indonesia.
Tahun 1916 menjadi anggota komite India (nama Indonesia saat itu) yang memperjuangkan
terlaksananya milisi bagi pemuda-pemuda Indonesia.
Tahun 1931 Kongres Budi Utomo di Jakarta memutuskan BU terbuka untuk seluruk bangsa
Indonesia
Tahun 1932 Kongres Budi Utomo di Sala memutuskan tujuan BU secara tegas adalah
Indonesia Merdeka
Tahun 1935 bersama dengan PBI dan berbagai perkumpulan pemuda dan daerah, Bu
mengadakan fusi dan membentuk suatu wadah yang lebih besar: Parinda (Partai Indonesia
Raya).