Anda di halaman 1dari 19

Sistem kekebalan tubuh adalah pertahanan alami terhadap mikroorganisme penyebab penyakit (patogen)

dan melawan sel-sel yang bukan berasal dari sel tu buh sendiri, seperti sel-sel pada organ yang
ditransplantasikan. Sistem kekebalan pubuh juga bereaksi terhadap sel-sel dalam tubuh sendiri yang
abnormal, seperti sel-sel kanker, menganggapnya sebagai benda asing dan menyerangnya dengan energi
yang sama seperti menyerang mikroorganisme.

Namun, ketika sistem kekebalan tubuh terganggu oleh penyakit (seper-

6 HIV), tubuh kehilangan kemampuan untuk melawan mikroorganisme dan

menghancurkan sel-sel abnormal. Pasien mengalami lebih banyak episode in-

feksi yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian. Dalam bab ini, Anda akan belajar mengenai
terapi yang digunakan untuk membantu sistem pertahanan tubuh dalam melawan penyakit dan Anda juga
akan belajar tentang obat untuk menghambat pertumbuhan HIV.

Sekilas tentang Sistem Kekebalan Tubuh

Sistem kekebalan tubuh adalah cara tubuh untuk memerangi serbuan organis- me mikroskopis seperti
bakteri, virus, jamur, spora, serbuk sari, protozoa, dan sel-sel dari donor transplantasi (manusia atau
hewan). Sistem kekebalan tubuh mencegah mikroorganisme agar tidak menyerang organ dalam dan, jika
upaya tersebut gagal, sistem kekebalan tubuh berusaha menetralkan, menghancurkan, dan menghilangkan
seluruh protein dan sel yang tidak berasal dari tubuh sendiri, termasuk mikroorganisme. Sistem kekebalan
tubuh akan menyingkirkan baik protein dan sel yang tidak berasal dari tubuh sendiri maupun sel-sel tubuh
sendiri yang telah terinfeksi atau lemah. Salah satu contoh adalah transformasi maligna yang mengubah
sel-sel

sehat menjadi sel kanker. Kemampuan sistem kekebalan tubuh untuk mem-

bedakan antara sel-sel tubuh sendiri dan yang bukan disebut toleransi diri atau

self-tolerance.
Sistem kekebalan tubuh dapat mengenali sel-sel tubuh sendiri melalui pro- tein yang unik yang terdapat
pada permukaan sel. Protein tersebut ibarat sebuah kode identifikasi. Sel asing memiliki kode identifikasi
yang berbeda. Inilah yang disebut dengan antigen dan merangsang respons imun tubuh.

Saat bakteri masuk ke tubuh, sistem kekebalan tubuh mendeteksi protein pada permukaan bakteri tersebut
yang tidak sama dengan protein pada permukaan sel tubuh sendiri. Hal ini memicu sistem kekebalan
tubuh untuk melancarkan se- rangan terhadap bakteri tersebut.

Sistem kekebalan tubuh berasal dari sumsum tulang. Sel-sel sistem keke- balan tubuh yang matang
dilepaskan dari sumsum tulang ke dalam aliran darah di mana mereka beredar di seluruh tubuh mencari
sel asing atau mikroorganisme. Ada tiga proses yang penting dalam sistem kekebalan tubuh:
inflamasi,imunitas yang diperantarai antibodi (imunitas humoral), dan imunitas yang diperantarai sel
(imunitas seluler).

INFLAMASI

Telah dibahas secara mendetail dalam Bab 12.

IMUNITAS YANG DIPERANTARAI ANTIBODI

Imunitas yang diperantarai antibodi, yang juga dikenal sebagai imunitas humoral, terjadi ketika sistem
kekebalan tubuh menghasilkan antibodi yang menetralisir, menghilangkan, atau menghancurkan antigen
(protein asing). Antibodi diproduksi oleh limfosit B. Tubuh harus terpapar antigen dalam jumlah yang
cukup sebelum sistem kekebalan tubuh dapat menghasilkan antibodi untuk memerangi Antigen tersebut.
Pasien dapat diberikan vaksinasi yang merangsang sistem keke- tubuh untuk menghasilkan antibodi
sebelum mikroorganisme benar-benar tubuh. Dengan cara ini, terbentuklah antibodi dan dapat menyerang
da tanda pertama dari mikroorganisme. yerang

IMUNITAS YANG DIPERANTARAI SEL

Imunitas yang diperantarai sel, yang juga dikenal sebagai imunitas seluler, menggunakan leukosit T
(disebut juga sebagai sel pembunuh alami atau natural killer AK/cell) untuk menyerang sel-sel yang tidak
berasal dari tubuh sendiri. Imuni- seluler juga menyebabkan tubuh melepaskan sitokin, yang mengatur
aktivitas unitas humoral dan inflamasi.

Imunitas seluler sangat berguna dalam mengidentifikasi dan membersihkan abah dari sel-sel tubuh yang
terinfeksi oleh mikroorganisme yang hidup dalam dinang dan sel-sel tubuh yang bermutasi pada tingkat
DNA di mana mere- a berubah menjadi sel-sel abnormal dan berpotensi membahayakan. Imunitas seluler
sangat penting dalam mencegah perkembangan kanker dan metastasis torpapar karsinogen.

dan sistem kekebalan tubuh

Human immunodeficiency virus (HIV) adalah retrovirus yang secara bertahap menghancurkan fungsi
sistem kekebalan tubuh. Ketika retrovirus aktif, pasien engembangkan sekumpulan gejala yang disebut
acquired immunodeficiency Syndrome (AIDS), yang ditandai dengan defisit imunologi yang berat,
infeksi uportunistik, infeksi sekunder, dan neoplasma ganas.

HIV menonaktifkan dan membunuh sel T CD4+, yang menurunkan kemampuan sistem kekebalan tubuh
untuk melawan infeksi. Jumlah sel T CD4+ memicu sel-sel lain dalam sistem kekebalan tubuh untuk
menyerang mikroorganisme. HIV menurunkan jumlah sel T CD4+ dan dengan demikian menghambat l-
sel lain dalam sistem kekebalan tubuh untuk menyerang mikroorganisme.

Orang sehat yang tidak terinfeksi HIV, memiliki sekitar 800 hingga 1.200 TCD4+ per milimeter kubik
(mm³) darah. HIV mengurangi jumlah sel ini enjadi hanya 200 mm³. Ini sama dengan atau kurang dari
14% dari jumlah mal. Pasien yang terinfeksi sangat rentan terhadap infeksi oportunistik dan kanker.
Selain jumlah sel T viral load (VL) adalah tes yang digunakan untuk meng evaluasi status sistem
kekebalan tubuh pasien. Semakin tinggi angkanya, semakin tinggi viral load. HIV ditularkan melalui tiga
cara: injeksi darah atau produk darah yang ter

infeksi, kontak seksual, dan penularan dari ibu ke janin. Kecelakaan kerja yang HIV menggunakan tiga
enzim untuk secara genetik mengodekan, merepli mengakibatkan paparan HIV biasanya karena tertusuk
jarum suntik. kasi, dan menciptakan virus HIV baru dalam sel inang. HIV dapat bereplikasi

hanya di dalam sel. Enzim yang digunakan adalah transkriptase balik, integrase,
dan protease.

Virus HIV memasuki sel melalui molekul CD4 pada permukaan selnya. Se telah memasuki sel, virus ini
tidak dilapisi dengan bantuan enzim transkriptase balik yang memungkinkan RNA rantai tunggal virus
dikonversi menjadi DNA. DNA virus berpindah ke inti sel di mana ia disambungkan ke dalam DNA
inang dengan bantuan enzim integrase. Setelah digabungkan, DNA HIV disebut provi rus dan digandakan
setiap kali sel membelah. Enzim protease membantu dalam perakitan bentuk baru dari partikel virus..

Pasien dengan HIV menjalani terapi antiretrovirus yang sangat aktif atau highly active antiretroviral
therapy (HAART) yang menggunakan obat an tiretrovirus yang dirancang untuk memperlambat atau
menghambat enzim transkriptase balik dan protease. FDA menyetujui inhibitor transkriptase balik
pertama pada tahun 1987. Inhibitor protease pertama disetujui pada tahun 1995. Belum ada inhibitor
integrase yang telah disetujui. HAART menurunkan viral load ke tingkat di mana ia tidak terdeteksi, se-

hingga mempertahankan dan meningkatkan jumlah sel T CD4+. HAART juga

mencegah resistensi terhadap penyakit dan menjaga pasien dalam kondisi klinis

yang baik serta mencegah terjadinya infeksi sekunder dan kanker.

Pasien harus mematuhi terapi HAART untuk mencegah virus menjadi re- sisten dan agen antiretrovirus
kehilangan efek terapeutiknya. Selain itu, pasien harus menghindari infeksi oportunistik dan profilaksis
agresif, dan pengobatan infeksi oportunistik yang terjadi sangat dianjurkan. Terapi nutrisi, terapi komple
menter, dan perawatan suportif juga diperlukan.

Terapi antiretrovirus direkomendasikan kepada pasien yang memiliki sel T CD4+ kurang dari 500 mm'
atau yang memiliki kadar viral load HIV dalam plas- ma lebih dari 10.000 kopi/mL (assay B-DNA) atau
20.000 kopi/mL (pengkajian R-PCR). Terapi harus dipertimbangkan untuk semua pasien yang terinfeksi
HIV yang dalam plasmanya terdeteksi RNA HIV. Inisiasi awal terapi antiretrovirus. [10.40, 30/1/2023]
Usan Daryaman: pada pasien yang terinfeksi HIV yang tidak menunjukkan gejala memiliki man- dan
risiko,

349
Manfaat potensial

Mengendalikan replikasi dan mutasi virus Mengurangi beban virus

Mencegah imunodefisiensi progresif Memelihara sistem kekebalan tubuh yang normal

Merekonstruksi sistem kekebalan tubuh yang normal Menghambat berkembangnya menjadi acquired
immunodeficiency syn- drome dan memperpanjang hidup

Menurunkan risiko pemilihan virus resisten Menurunkan risiko toksisitas obat Kemungkinan menurunkan
risiko penularan virus

Risiko potensial

Penurunan kualitas hidup disebabkan oleh reaksi yang Ketidaknyamanan dalam menjalani pengobatan

Timbulnya resistensi yang lebih dini terhadap obat virus resisten

merugikan dari obat

Penularan yang terhadap obat Di masa yang akan datang, dapat mengalami keterbatasan dalam memilih
agen antiretrovirus sebagai akibat dari resistensi yang berkembang

. Toksisitas jangka panjang dari agen antiretrovirus tidak diketahui . Durasi efektivitas agen antiretrovirus
saat ini tidak diketahui

Pengobatan HIV
Ada empat kategori terapi HIV yang disetujui oleh Food and Drug Administra- tion (lihat grafik).
Keempat kategori tersebut adalah:

L. Inhibitor transkriptase balik non-nukleosida (nonnucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI)

NNRTI berikatan dengan transkriptase balik, sebuah enzim yang dibutuh- kan HIV untuk membuat
salinan dirinya. Dengan demikian, transkriptase balik menjadi cacat. Obat dalam kategori ini meliputi
delavirdin (Rescriptor, DLV), efavirenz (Sustiva, EFV), dan neviapin (Viramune,

[10.42, 30/1/2023] Usan Daryaman: Inhibitor transkriptase balik nukleosida (nucleoside reverse
transcriptase inhibitor INRTID

NRTI adalah versi rusak dari transkriptase balik. Reproduksi HIV terhenti ketika HIV menggunakan
NRTI bukan transkriptase balik yang normal. Obat dalam kategori ini meliputi abacavir (Ziagen, ABC);
abacavir, lamivudin (Epzicom); abacavir, lamivudin, zidovudin (Trizivir); didanosin (Videx, ddl, Videx
EC), emtricitabin (Emtriva, FTC, Coviracil); emtricitabin, tenofovir DF (Truvada); lamivudin (Epivir,
3TC); lamivudin, zidovudine (Combivir), stavudin (Zerit, d4T); tenofovir DF (Viread, TDF); zalcitabin
(Hivid, ddCy dan zidovudin (Retrovir, AZT, AZV).

3. Inhibitor protease (protease inhibitor [PI])

PI menonaktifkan protease, sebuah enzim yang dibutuhkan HIV untuk membuat salinan dirinya. Obat
dalam kategori ini termasuk amprenavir (Agenerase, APV); atazanavir (Reyataz, ATV); fosamprenavir
(Lexiva, FPV); indinavir (Crixivan, IDV); lopinavir, ritonavir (Kaletra, LPV/r); nelvi- navir (Viracept,
NFV); ritonavir, (Norvir, RTV); dan saquinavir (Fortovase, SQV; Invirase).

4. Inhibitor fusi (fusion inhibitor) Inhibitor fusi mencegah HIV masuk ke sel. Obat dalam kategori ini
termasuk enfuviritid (Fuzeon, T-20)..

Daftar obat yang digunakan dalam pengobatan HIV tersedia dalam Lam- piran. Tabel yang secara
terperinci memberikan informasi mengenai dosis, rekomendasi, efek yang diharapkan, efek samping,
kontraindikasi, dan masih banyak lagi, tersedia di situs web buku ini (lihat URL pada Lampiran).
Pengobatan HIV dan kehamilan.

Perhatian khusus harus diberikan pada pasien HIV yang sedang hamil. Tujuan- nya adalah untuk
mengurangi risiko penularan HIV kepada janin. Sebelum awal persalinan, pasien diberikan 100 mg ZDV
lima kali sehari, dimulai pada minggu ke 14 hingga 34 kehamilan dan berlanjut sepanjang kehamilan.

Pasien diberikan ZDV melalui intravena dalam 10 jam dosis muatan seba nyak 2 mg/kg berat badan,
diikuti dengan infus kontinu sebanyak 1 mg/kg berat badan per jam pada awal persalinan hingga
kelahiran bayi.

Bayi yang baru lahir kemudian diberikan ZDV per oral sebanyak 2 mg/kg/ per dosis setiap 6 jam selama
6 minggu pertama kehidupan, mulai dari 8 hingga 12 jam setelah lahir

Profilaksis pasca pajanan

Profilaksis pasca pajanan diberikan kepada semua pekerja kesehatan sesuai de- gan pernyataan layanan
kesehatan publik tentang rekomendasi dan pengelolaan paparan terhadap HIV di tempat kerja. Kebijakan
untuk profilaksis pascapajanan adalah spesifik sesuai institusi kesehatan dan harus tersedia bagi semua
karya- wan

Profilaksis Pasca Pajanan Dasar dan Lanjutan

Kategori Pengobatan Dasar


Aplikasi

Paparan terhadap HIV di tempat kerja di mana terdapat risiko penu laran yang dikenali.

Lanjutan

Paparan terhadap HIV di tempat kerja yang menimbulkan pening- katan risiko penularan (volume darah
lebih banyak dan/atau titer virus dalam darah lebih tinggi)

Tata Laksana Pengobatan

4 minggu (28 hari) menggunakan zidovudine 600 mg setiap hari dalam beberapa dosis terpisah (misalnya
300 mg dua kali sehari, 200 mg tiga kali sehari, atau 100 mg setiap 4 jam) dan lamivudin 150 mg dua kali
sehari.

Tata laksana dasar ditambah salah satu dari indinavir 800 mg setiap 8 jam atau nelfinavir 750 mg tiga kali
sehari.

Vaksin

Sistem kekebalan tubuh mengembangkan antibodi untuk menyerang patogen dengan menggunakan salah
satu dari dua metode berikut: kekebalan aktif dan kekebalan pasif.

Kekebalan aktif terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menghasilkan anti- bodi pada paparan pertama
patogen. Respons kekebalan relatif lambat, sehingga pasien menunjukkan tanda dan gejala penyakit.

Namun, sistem kekebalan tubuh mengingat patogen dan cepat mengirim- kan antibodi pada serangan
patogen berikutnya. Respons ini terjadi lebih cepat dari respons awal dan umumnya dapat menghilangkan
patogen sebelum pasien
[10.46, 30/1/2023] Usan Daryaman: mengalami tanda dan gejala penyakit. Pasien mungkin memiliki
kekebalan seu mur hidup terhadap patogen berkat kekebalan aktif alami tubuh.

Kekebalan aktif alami juga dapat terjadi melalui imunisasi ketika pasien me nerima vaksinasi terhadap
patogen, Vaksinasi mengandung sejumlah kecil dari patogen untuk merangsang produksi antibodi, tetapi
kurang memiliki kekuatan

untuk mengembangkan tanda dan gejala penyakit. Ada lima cara di mana patogen dalam vaksin
diproduksi:

1. Menggunakan keseluruhan mikroorganisme atau komponen mikroorga nisme yang tidak aktif (mati). 2.
Menggunakan mikroorganisme hidup yang sudah dilemahkan.

3. Menggunakan toksoid, yang merupakan racun yang dilemahkan, yang di-

produksi oleh beberapa mikroorganisme 4. Konjugasi, merupakan vaksin yang menghubungkan protein
(toksoid) dari suatu organisme yang tidak berhubungan dengan lapisan luar dari mi kroorganisme
penyebab penyakit. Hasilnya adalah zat yang diakui oleh sistem kekebalan tubuh yang belum matang
pada bayi. Haemophilus in- fluenzae tipe b adalah salah satu contohnya.

5. Vaksin subunit rekombinan adalah di mana DNA patogen dimasukkan ke dalam sel atau organisme.
Sel atau organisme kemudian menghasil- kan sejumlah besar dari patogen yang digunakan untuk
menggantikan keseluruhan patogen. Contohnya adalah hepatitis B dan LYMErix untuk penyakit Lyme.

Dosis booster vaksin kadang-kadang diperlukan untuk mempertahankan kekebalan yang adekuat. Sistem
kekebalan tubuh memiliki memori dan ketika individu divaksinasi kemudian terkena patogen yang
sebenarnya, tubuh dapat memunculkan respons imun yang cepat dan mencegah penyakit. Ini disebut de-
ngan imunitas buatan.

Kekebalan pasif terjadi ketika pasien menerima antibodi dari sumber lain (tidak menghasilkan antibodi
sendiri). Bayi baru lahir memiliki kekebalan pasif alami untuk melindungi mereka dari patogen, ia
menerima kekebalan pasif alami dari antibodi yang melintasi plasenta. Antibodi juga dapat diperoleh dari
kelom pok antibodi dari sumber manusia atau hewan. Ini disebut dengan kekebalan pasif yang didapat.
Kekebalan pasif bertahan sementara, tidak lebih dari beberapa minggu hingga beberapa bulan. Individu
tidak memunculkan respons imunnya sendiri terhadap antigen. Kekebalan pasif yang didapat penting
ketika waktu tidak mengizinkan

[10.47, 30/1/2023] Usan Daryaman: vaksinasi aktif saja, ketika individu berisiko tinggi untuk terkena
komplikasi dari penyakit, atau ketika individu menderita defisiensi sistem kekebalan tubuh, yang
membuatnya tidak mampu menghasilkan respons imun yang efektif.

353

Lebih dari 20 penyakit menular di Amerika Serikat dapat dicegah dengan vak- sinasi. Beberapa vaksin
secara rutin diberikan kepada anak-anak dan orang

Mencegah Penyakit

dewasa. Vaksin lainnya diberikan dalam situasi tertentu kepada anggota militer, wisatawan dengan tujuan
negara-negara asing tertentu, dan sakit kronis. Penyakit-penyakit yang dapat dicegah tersebut mencakup
adenovirus, kolera, difteri, Haemophilus influenzae tipe b (Hib), hepatitis A, hepatitis B. influenza,
ensefalitis Jepang, penyakit Lyme, campak, penyakit meningokokus, poliomielitis, rabies, rotavirus,
rubela, tetanus, TBC, tifus, varicella, dan demam

Lusing

Pusat Pengendalian Penyakit atau Center for Disease Control (CDC) mereko- mendasikan jadwal untuk
vaksinasi anak yang dapat dilihat di situs web (http:// www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/mm5351-
Immunizational.htm).

IMUNISASI DEWASA

Orang dewasa sering kali diabaikan dalam hal vaksinasi karena penekanannya berfokus pada mencegah
anak-anak dari terjangkit penyakit yang dapat dicegah. Namun, CDC menyarankan orang dewasa
meninjau status imunisasi mereka pada tiap dekade ulang tahun (20, 30, 40, 50, dan 60). Orang dewasa
juga harus meninjau status imunisasi mereka setiap kali

mereka bepergian ke luar negeri, tanpa memandang usia. CDC menyediakan

informasi mengenai imunisasi yang sesuai di situs web (http://www.cdc.gov/).

EFEK SAMPING VAKSIN

Produk biologis seperti vaksin tidak mengalami proses farmakokinetik seperti terapi obat lainnya. Vaksin
umumnya aman. Beberapa reaksi ringan yang umum timbul meliputi pembengkakan pada tempat
suntikan dan demam. Kontraindika- si absolut untuk penggunaan vaksin termasuk reaksi anafilaksis
terhadap vaksin tertentu atau komponen vaksin lain atau penyakit sedang hingga berat.

[10.49, 30/1/2023] Usan Daryaman: Tenaga kesehatan diharapkan melaporkan reaksi yang merugikan
dari vaksin ke pejabat kesehatan masyarakat untuk melaporkannya ke CDC setiap minggu menggunakan
Vaccine Adverse Event Reporting System (VAERS), yang digu nakan untuk memberikan kompensasi
bagi cedera dan kematian yang disebabkan olch vaksinasi.

APAKAH ANDA DIVAKSINASI ?

Pasien mungkin tidak tahu apakah mereka telah divaksinasi. Oleh karena itu, tenaga kesehatan dapat
melakukan tes darah untuk menentukan tingkat antibodi yang terdeteksi dalam aliran darah untuk
penyakit yang dapat dicegah seperti rubela.

Jika antibodi terdeteksi dalam jumlah yang cukup, maka pasien kebal terha dap penyakit. Jika antibodi
tidak terdeteksi, maka pasien perlu vaksinasi ulang Tenaga kesehatan juga harus divaksinasi untuk
penyakit menular yang umum, untuk mencegah tertular dan menularkan penyakit tersebut kepada pasien.

TINDAKAN KEPERAWATAN UNTUK VAKSINASI

Berikut adalah langkah-langkah yang harus diikuti ketika memberikan vaksinasi


kepada pasien: ⚫ Kaji riwayat imunisasi pasien.

Kaji riwayat medis mengenai penyakit defisiensi imun, seperti keganasan (kanker) atau HIV.

Kaji riwayat kehamilan dan tes kehamilan. Kaji riwayat mengonsumsi obat termasuk imunosupresan
dosis tinggi,

transfusi darah, dan immune globulin. Kaji riwayat alergi lengkap termasuk alergi obat-obatan, makanan,
dan lingkungan.

• Jangan memberikan vaksin kepada pasien yang sedang hamil. Tentukan apakah ada dalam rumah pasien
anggota keluarga yang tidak

divaksinasi atau menderita penyakit imunodefisiensi. • Kaji gejala penyakit akut sedang hingga berat baik
dengan atau tanpa de- mam.

Patuhi persyaratan penyimpanan vaksin untuk memastikan potensinya.

[10.50, 30/1/2023] Usan Daryaman: Berikan vaksin dalam batas waktu yang telah ditentukan setelah
persiap Jika lebih dari satu vaksin diberikan pada saat yang sama, gunakan area an injeksi yang berbeda.
Jangan mencampur vaksin dalam jarum suntik yang sama.

Amati pasien apakah ia menunjukkan tanda dan gejala reaksi yang meru- gikan terhadap vaksin. Pastikan
epinefrin selalu tersedia untuk mewaspadai reaksi anafilaksis. Dokumentasikan bahwa Pernyataan
Informasi Vaksin atau Vaccine In- formation Statement (VIS) tersedia dari CDC untuk tiap vaksin yang
diberikan dan pernyataan tersebut diberikan kepada pasien/keluarga. Pas- tikan untuk menyertakan
tanggal vaksinasi, jalur pemberian dan lokasi, jenis vaksin, produsen, nomor lot, dan tanggal
kedaluwarsa; nama, alamat, dan judul pemberian vaksin individu. Berikan pasien catatan imunisasi.

PENDIDIKAN KESEHATAN UNTUK PASIEN TENTANG VAKSINASI


Benkut adalah fakta yang harus diketahui pasien tentang vaksinasi:

Jelaskan risiko tertular penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian vaksin. . Pasien wanita usia subur
harus tidak dalam keadaan hamil dalam waktu

satu bulan setelah pemberian vaksin.

Berikan pada pasien atau keluarga Pernyataan Informasi Vaksin (VIS) yang tersedia dari CDC untuk tiap
vaksin yang diberikan. Pastikan untuk menyertakan tanggal vaksinasi, jalur pemberian dan lokasi, jenis
vaksin, produsen, nomor lot, tanggal kedaluwarsa, serta nama, alamat, dan judul pemberian vaksin
individu.

⚫ Ingatkan pasien atau keluarga untuk membawa catatan VIS tersebut pada

setiap kunjungan.

• Beritahukan pada pasien atau keluarga tanggal untuk kembali menerima

vaksinasi berikutnya. • Diskusikan efek samping yang umum dari pemberian vaksin. Beritahukan pada
pasien atau keluarga untuk menghubungi tenaga kese- hatan jika timbul tanda-tanda reaksi yang serius
terhadap vaksin.

[10.51, 30/1/2023] Usan Daryaman: IMUNOSUPRESAN

Perkembangan transplantasi organ yang meliputi ginjal, hati, jantung, paru- paru, dan pankreas telah
memicu perkembangan obat imunosupresan. Obat imunosupresan dimaksudkan untuk menekan reaksi
alami tubuh agar tidak meno lak protein asing sehingga individu tersebut tidak menolak organ
transplantasi, Beberapa obat imunosupresan meliputi azatioprin (Imuran), siklosporin (San- dimmune),
muromonab-DC3 (Orthoclone OKT3), mikofenolat mofetil (Cell Cept), dan takrolimus (FK506 Prograf).
Obat ini menimbulkan beberapa efek samping termasuk mual, muntah, dan peningkatan risiko
pertumbuhan tumor. Leukopenia dan trombositopenia signifi- kan dapat terjadi. Obat ini mahal dan harus
terus diminum untuk kelangsungan hidup pasien.

Ringkas

Sistem kekebalan tubuh memberikan pertahanan alami terhadap patogen dan melawan sel-sel abnormal
yang mungkin menyebabkan kanker. Sistem ini mem- antara sel-sel yang berasal dari tubuh sendiri dan
sel-sel yang bukan berasal dari tubuh. Mikroorganisme yang dianggap antigen dan sel-sel yang bu- kan
berasal dari tubuh menyebabkan sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi yang menetralisir
dan menghancurkan antigen.

Ada tiga proses untuk menghasilkan kekebalan: inflamasi, imunitas yang

diperantarai antibodi (imunitas humoral), dan imunitas yang diperantarai sel

(imunitas seluler).

Human immunodeficiency virus (HIV) adalah retrovirus yang menghancur- kan sistem kekebalan tubuh.
Ketika retrovirus aktif, pasien menunjukkan sekumpulan gejala yang disebut acquired immunodeficiency
syndrome (AIDS).

Terapi antiretrovirus yang sangat aktif (HAART) adalah penggunaan obat antiretrovirus yang dirancang
untuk memperlambat atau menghambat enzim transkriptase balik dan protease yang mereplikasi HIV.
Pasien harus mematuhi terapi HAART jika tidak ingin virus menjadi resisten dan agen antiretrovirus ke-
hilangan efek terapetiknya. Ada empat kelas obat yang disetujui oleh FDA untuk pengobatan HIV:
NNRTI, NRTI, PI, dan inhibitor fusi.

Vaksin mengandung sejumlah kecil patogen yang cukup untuk merangsang produksi antibodi, tetapi tidak
cukup untuk menimbulkan tanda dan gejala pe nyakit. Setelah antibodi untuk patogen tertentu dihasilkan,
sistem kekebalan
[11.14, 31/1/2023] Usan Daryaman: Sistem hematopoietik merupakan sistem yang tersusun

atas cairan dan partikel yang dikenal sebagai darah. Darah merupakan cairan kompleks yang beredar
secara terus menerus melalui jantung dan pembuluh darah hingga menuju sel terluar dari jaringan tubuh.
Terdapat 3 sel darah didalam tubuh, yaitu sel darah merah (eritrosit) yang berperan dalam memasok
oksigen dari paru-paru ke jaringan dan sel tubuh; sel darah putih (leukosit), yang berperan untuk
melindungi tubuh dari s mikroorganisme yang tidak menguntungkan; dan platelet (megakariosit) yang
mengontrol pendarahan mikroskopis hingga kerusakan berat di dalam jaringan. serangan

Penyakit kronis dan terapi menggunakan obat-obatan (kemoterapi) dapat menyebabkan kegagalan
hematologis. Pada kondisi demikian, tubuh menghasilkan sejumlah sel. Akibatnya, tubuh tidak dapat
memenuhi kebutuhan transpor oksigen, koagulasi darah, atau pencegahan serangan mikroorganisme.
Dalam kondisi demikian, infeksi dan anemia dapat terjadi. Untuk menangani masalah ini, obat
hematopoietik diberikan untuk menstimulasi tubuh agar memproduksi sel darah spesifik. yang

Dalam dunia kesehatan dikenal istilah neutropenia, yaitu kondisi yang merupakan akibat dari penurunan
kadar neutrofil dalam darah. Pada kondisi demikian, seorang pasien dapat dengan mudah terserang
penyakit.

[11.15, 31/1/2023] Usan Daryaman: Faktor penstimulasi koloni (CFS) merupakan glikoprotein yang
bekerja padasel hematopoietik untuk menstimulasi proliferasi, diferensiasi, dan pematangan sel darah
putih. CSF digunakan untuk mengobati atau mencegah infeksi dengan cara meminimalkan neutropenia.
CFS dapat digunakan pada kondisi neutropenia yang diinduksi kemoterapi selama pengobatan kanker,
neutropenia selama transplantasi sumsum tulang, dan neutropenia yang rentan terhadap infeksi kronis
simptomatik.

Tindakan Perawatan

Perawat dapat memberikan darbepoetin secara intravena atau secara subkutan sekali sehari, namun dosis
tersebut dapat dihilangkan jika kadar hemoglobin lebih dari 12 g/dL. Efek terapeutik yang perlu diamati
antara lain peningkatan jumlah sel darah merah, hemoglobin, dan hematokrit. Efek samping yang perlu
diamati oleh perawat antara lain mual, muntah, diare, dan hipertensi. Obat yang dapat meningkatkan efek
sargramostin adalah kortikosteroid dan litium.

IMUNOSUPRESAN
Dewasa ini, pengobatan gangguan penyakit telah berkembang pesat. Pada kondisi tertentu, seorang pasien
dapat ditangani dengan implantasi organ. Sebagai contoh, transplantasi hati, jantung, paru- paru, dan
pankreas dapat dilakukan untuk menangani kondisi tertentu. Meskipun demikian, tubuh memiliki sistem
imun yang bekerja dengan menyerang sel asing. Sistem imun tubuh membaca organ-organ yang
diimplantasi tersebut sebagai sel asing sehingga akan mengerahkan sel darah putih dan sistem
pertahannnya untuk menyerang sel tersebut.

Obat imunosupresan digunakan untuk menekan reaksi alami tubuh untuk tidak menolak sel atau protein
asing. Dengan demikian, sistem imun tubuh pada pasien yang diimplantasi tidak menyerang atau menolak
organ transplantasi tersebut.

Beberapa contoh obat imunosupresan antara lain sebagai berikut.

1. Kortikosteroid

Kortikosteroid bekerja melalui aktivitas antiperadangan, menghambat metabolisme asam arakidonat,


menurunkan jumlah leukosit, menimbulkan limfopenia terutama sel Th, dan dalam dosis tinggi menekan
pengeluaran sitokin dari sel T.

[11.16, 31/1/2023] Usan Daryaman: 2. Asathioprine dan Siklosporin A

Aratioprin merupakan inhibitor mitosis dengan meng hambat sintesis asam inosinat, prekursor purine,
asam adenilar, dan guanilat. Proliferasi sel T dan sel B akan terhambat oleh aratioprin. Azatioprin juga
menghambat sintesis purine sel dan mengakibarkan hambatan pada penggandaan sel. Azatioprin bekerja
dengan menekan fungsi sistem imun selular dengan cara menurunkan jumlah monosit dan fungsi sel K.
Pada dosis 1-5 mg/kg, berat badan azatioprin tidak berpengaruh pada sistem imun humoral. Penurunan
fungsi sistem selular mengakibatkan penerimaan transplan menjadi mudah dan terjadi anergi. Kerugian
pemberian azatiprinadalah terjadi peningkatan kerentanan terhadap infeksi dan kecenderungan timbul
keganasan.

Siklosporin menghambat aktivasi sel T dengan menghambat transkripsi gen yang mengodekan IL-2 dan
IL-2R. Siklosporin A merupakan suatu heksa-dekapeptida yang berasal dari jamur dengan karakteristik
menghambat proliferasi dan transformasi sel Th, menghambat sitotoksisitas sel Th, menghambat produksi
limfokin sel Th, dan meningkatkan aktivitas sel Ts. Pada kasus transplantasi organ, obat ini meningkatkan
masa hidup transplan Kerugian pemberian siklosporin adalah peningkatan kerentanan terhadap infeksi
dan insiden penyakit limfoproliferatif.
3. Globulin Antilimfosit

Globulin antilimfosit merupakan antibodi yang bekerja melawan limfosit. Mekanisme kerja globulin
antilimfositdengan cara menghambat sel T dan sel B, serta menimbulkan limfositopenia.

4. Radiasi

Radiasi sinar X digunakan karena memiliki sifat sebagai sitosida pada sel neoplasma tertentu.

5. Laktoferin

Laktoferin terdapat dalam ASI. Laktoferin dapat meng- hambat komplemen dan produksi granulosit dan
makrofag melalui pengendalian GM-CSA. Lisozim menghambat kemo- taksis neutrofil dan pengeluaran
oksigen radikal.

[11.16, 31/1/2023] Usan Daryaman: 6. 1,25-dihydroxy-vitamin D3

Senyawa 1,25-dihydroxy-vitamin D3 merupakan analog vitamin D yang bersifat sinergis dengan


deksametason dalam menghambat Th-1 dalam produksi IFN-g. Hidrolisat kasein dengan Lactobacillus
menghambat proliferasi limfosit in vitro.

7. Linomida

Linomida dalam pengujian, dapat menghambat ekspresi gen sitokin Th-, 1 yaitu IFN-g, IL-2, dan TNF-b.
8. Rekombinan CD58 (rCD58)

Rekombinan CD58 menunjukkan aktivitas dengan menghambat aktivasi dan adhesi sel T, serta
menghambat sitotoksisitas sel NK. APASAN
9. Tindakan Perawatan

Perawat dapat memberikan basiliximab kepada pasien melalui infusi intravena selama 20-30 menit. Jika
obat diberikan untuk menekan respons imun pada transplan organ, efek terapeutik yang perlu diamati
adalah tidak adanya gejala penolakan pada jaringan yang ditransplantasi. Efek samping yang perlu
diamati adalah terjadinya infeksi yang ditandai dengan demam atau batuk produktif. Obat yang dapat
meningkatkan efek obat imunosupresan adalah antibiotik aminoglikosida dan inhibitor enzim, sedangkan
obat yang dapat menurunkan efek obat imunosupresan adalah penginduksi enzim.

Anda mungkin juga menyukai