Anda di halaman 1dari 5

Nama :Shandy Ageng Samudera

NIM :31102200121
SGD :7

LI LBM 1 SGD 7

1. Apa pengertian vaksinasi ?


Jawab :
Vaksin adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhdap suatu antigen (dari kuman, virus atau bakteri) sehingga bila kelak terpajan
dengan atigen (kuman) yang sama, orang tersebut sudah mempunyai antibodi
sehingga tidak terjadi penyakit.
Sumber :
Tania Tamara. (2021). Overview of COVID-19 Vaccination in Indonesia in July
2021. Lampung. Medical Profession Journal of Lampung, 11(1), 180-183.

2. Apa pengertian imunitas ?


Jawab :
Imunitas adalah mekanisme tubuh manusia untuk melawan, mengusir dan
memusnahkan benda asing yang masuk ke dalam tubuh manusia. Benda asing
tersebut bisa berupa bakteri, virus, organ transplantasi dll dan jika
ditransplantasikan ke dalam tubuh maka tubuh akan menolaknya karena benda
asing tersebut dianggap bukan sebagai bagian dari jaringan tubuh. Benda asing
tersebut dianggap sebagai pendatang (invader) yang harus diusir. Oleh karena itu,
fungsi sistem imun perlu senantiasa dijaga agar imunitas tubuh kita kuat.
Sumber :
Yuziani, Mulyati Sri Rahayu. (2021). PENYULUHAN PEMANFAATAN
TANAMAN OBAT KELUARGA (TOGA) UNTUK MENINGKATKAN
IMUNITAS TUBUH LANSIA MENGHADAPI PANDEMI COVID-19 DI
PANTI JOMPO ANNUR KOTA LHOKSEUMAWE. Lhokseumawe. Jurnal
Vokasi, Vol. 5 No. 1

3. Apa tujuan dari vaksinasi ?


Jawab :
Vaksinasi memiliki tujuan untuk dapat memberikan kekebalan spesifik pada suatu
penyakit tertentu, sehingga jika suatu saat terjangkit dengan penyakit tersebut
maka tidak akan sakit ataupun hanya sakit ringan
Sumber :
Ratna Anjelika, Sofwan Indarjo. (2022). Pengetahuan, Sikap dan Motivasi Ibu
Hamil terhadap Partisipasi Vaksinasi COVID-19. Semarang. HIGEIA JOURNAL
OF PUBLIC HEALTH RESEARCH AND DEVELOPMENT
4. Apa pengertian imunitas artivicial dan natural ?
Jawab :
- Aktif alami : Tubuh memproduksi antibodi sebagai respon terhadap paparan
patogen hidup.
- Aktif buatan : Tubuh memproduksi antibodi sebagai respon terhadap vaksin.
- Pasif alami : Antibodi ditularkan dari ibu kebayinya melalu plasenta dan asi.
- Pasif buatan : Immunoglobuins diberikan kepada individu setalah terpapar
patogen.

Imunitas bawaan (Innate immunity)


Imunitas bawaan sangat penting untuk bertahan melawan mikroba dalam beberapa
jam atau hari setelah terinfeksi sebelum respon imunitas adaptif berkembang.
Imunitas bawaan dimediasi oleh mekanisme yang sudah ada dalam tubuh bahkan
sebelum infeksi terjadi dan bereaksi dengan cepat terhadap mikroba yang
menyerang.
Komponen utama imunitas bawaan adalah (1) penghalang fisik dan kimia, seperti
epitel dan antimikrobabahan kimia yang diproduksi di permukaan epitel. (2) Sel
fagosit (neutrofil, makrofag), sel dendritik (DC), sel mast, sel pembunuh alami (sel
NK), dan sel limfosid bawaan lainnya; dan (3) protein darah, termasuk komponen
sistem komplemen dan mediator inflamasi lainnya. Banyak sel imun bawaan,seperti
DC, beberapa makrofag, dan sel mast, adalah jaringan penduduk (asli dalam tubuh),
dan mereka berfungsi sebagai penjaga untuk mengawasi mikroba yang mungkin
menyerang jaringan. Respon imun bawaan dalam melawan mikroba melalui dua
strategi utama dengan memberi sinyal pada fagosit dan leukosit lain yang
menghancurkan mikroba dalam proses yang disebut inflamasi dan menghalangi
replikasi virus atau membunuh sel yang terinfeksi virus.
Imunitas adaptif (Adaptive immunity)
Imunitas adaptif terbentuk atau berkembang karena stimulasi oleh paparan infeksi
dan kemampuan bertahannya setiap kali terkena paparan mikroba tertentu secara
berturut-turut dan mampu beradaptasi dengan baik.
Respon imun adaptif dimediasi oleh sel yang disebut limfosit. Limfosit
mengekspresikan reseptor yang sangat beragam yang mampu mengenali sejumlah
besar antigen. Ada dua tipe limfosit, yang disebut limfosit B dan limfosit T, yang
memediasi berbagai jenis respon imun adaptif. Sel limfosit T menyerang langsung
antigen dan sel limfosit B berubah menjadi sel plasma yang mensintesis dan
mengeluarkan protein spesifik yang disebut antibodi.
Sumber :
Murphy, K.M,, Weaver, C., Berg, L.J., 2017, Janeway's immunobiology. 9thEd.,
New York: W.W. Norton & Company
Abul K. Abbas,Andrew H. Lichtman, Shiv Pillai. 2022. Cellular and Molecular
Immunology. 10thEd. Elsevier, Philadephia, Pennsyvania.
5. Jelaskan klasifikasi imun berdasarkan cara memperolehnya ? (gambar/video)
Jawab :
Cara memperoleh imunitas dengan 2 cara yaitu dengan imunitas bawaan/ non
spesifik dan imunitas spesifik/adaptif. Respon imun terhadap benda asing secara
garis besar dibagi dalam dua sistem utama, yaitu innate / non spesifik/bawaan dan
adaptif/acquired atau imunitas spesifik. Imunitas adaptif akan bekerja apabila
imunitas bawaan (innate) tidak dapat meniadakan infeksi dalam waktu
dekat/pendek. Selanjutnya, pada saat serangan kedua benda asing ke dalam tubuh,
sel B dan T memori akan membantu sistem imun beraksi lebih cepat. Imunitas
bawaan (innate)/non spesifik terdiri dari garis pertahanan epitel, komponen seluler
(makrofag, lekosit polimorfonuklear, natural killer (NK) dan dendritic cell (DCs))
dan komponen non-seluler dengan molekul marker/pendeteksi (CRP/C-reactive
protein, serum amiloid protein, complement). Dalam bekerja, baik imunitas
bawaan maupun imunitas adaptif tidak dapat dipisah-pisahkan, namun saling
melengkapi. Meningkatkan imunitas juga bisa dengan melakukan imunisasi dan
vaksinasi. Karena kandungan vaksin menimbulkan reaksi imunitas tubuh, yang
dapat mempersiapkan tubuh untuk melawan serangan infeksi di kemudian hari.
Proses ini merupakan proses imunisasi dalam tubuh.
Sumber :
Suardana, Ida Bagus Kade (2017). Dikti Imunologi Dasar Sistem Imun. Fakultas
Kedokteran Universitas Denpasar
https://youtu.be/pEPn0zx3uOs?si=KREs23pdvE1FVSAD

6. Bagaimana mekanisme vaksinasi menjadi memperoleh imunitas ? (gambar/video)


Jawab :
sistem imun spesifik adalah sistem imun khusus yang akan mulai berkerja saat suatu
virus atau bakteri itu sudah dikenali sebelumnya karena sistem imun ini memiliki
memori atau daya ingat tentang suatu bibit penyakit yang sebelumnya dan mulai
memproses sel imun khusus yang disebut limfosit untuk membasmi penyakit
tersebut. Hal ini mencakup pengenalan terlebih dahulu terhadap suatu bibit
penyakit, kemudian memproduksi antibodi atau T-limfosit khusus yang hanya akan
bereaksi terhadap bibit penyakit tersebut yang sudah dikenali (Irianto, 2012).
Leukosit adalah sel imun tubuh non-spesifik atau yang disebut sebagai sel darah
putih yang bekerja melawan benda virus atau benda asing lainnya secara langsung
atau tanpa harus mengenali virus tersebut terlebih dahulu. Sedangkan Limfosit atau
sel imun tubuh spesifik adalah sel khusus yang akan melawan penyakit atau virus
yang sudah pernah masuk kedalam tubuh, sehingga limfosit bisa menjadi lebih kuat
dari sebelumnya.
Sumber :
Irianto, K. (2012). Mikrobiologi. Bandung: CV. Yrama Widya.
https://youtu.be/jl4jo-zGmdI?si=Hwu57nV6wMHdeD3B
7. Apa saja komponen sistem imun yang berperan dalam memperoleh imunitas ?
(gambar)
Jawab :

Organ limfatik primer terdiri dari :


-timus yang berfungsi menghasilkan proliferasi dan maturasi T cell
-sum sum tulang berfungsi menghasilkan sel Bdan sekresi sitokin
Organ Limfatik Sekunder terdiri dari :
-Limpa sebagai pemfilter darah dan antigen
-Nodus Limpatikus sebagai tempat imun menangkap antigen
-Tonsil berfungsi melawan antigen yang masuk melalui rute nasal dan oral epithel
-MALT(Mucosa Associated Lymphoid Tissue) tempat ditemukannya IgA
-BALT
-SALT
-GALT
Sumber :
Gerard J.Tortora, Bryan Derrickson. (2014). Principles of Anatomy and
Physiology. English. Wiley; 14th edition

8. Apa saja faktor yang memengaruhi terbentuknya sistem imun ?


Jawab :
faktor genetik, terdapat sejumlah factor yang dapat mempengaruhi mekanisme
imun seperti: faktor metabolik, lingkungan, gizi, anatomi, fisiologi, umur dan
mikroba
a. Faktor Metabolik
Beberapa hormon dapat mempengaruhi respons imun tubuh, misalnya pada
keadaan hipoadrenal dan hipotiroidisme akan mengakibatkan menurunnya daya
tahan terhadap infeksi. Demikian juga pada orang-orang yang mendapat
pengobatan dengan sediaan steroid sangat mudah mendapat infeksi bakteri
maupun virus. Steroid akan menghambat fagositosis, produksi antibodi dan
menghambat proses radang. Hormon kelamin yang termasuk kedalam golongan
hormone steroid, seperti androgen, estrogen dan progesterone diduga sebagai
faktor pengubah terhadap respons imun. Hal ini tercermin dari adanya perbedaan
jumlah penderita antara laki-laki dan perempuan yang mengidap penyakit imun
tertentu
b. Faktor lingkungan
Kenaikan angka kesakitan penyakit infeksi, sering terjadi pada masyarakat yang
taraf hidupnya kurang mampu. Kenaikan angka infeksi tersebut, mungkin
disebabkan oleh karena lebih banyak menghadapi bibit penyakit atau hilangnya
daya tahan tubuh yang disebabkan oleh jeleknya keadaan gizi.
c. Faktor Gizi
Keadaan gizi seseorang sangat berpengaruh terhadap status imun seseorang.
Tubuh membutuhkan enam komponen dasar bahan makanan yang dimanfaatkan
untuk pertumbuhan dan pemeliharaan kesehatan tubuh. Keenam komponen
tersebut yaitu : protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan air. Gizi yang
cukup dan sesuai sangat penting untuk berfungsinya system imun secara normal.
Kekurangan gizi merupakan penyebab utama timbulnya imunodefisiensi.
d. Faktor Anatomi
Garis pertahanan pertama dalam menghadapi invasi mikroba biasanya terdapat
pada kulit dan selaput lender yang melapisi bagian permukaan dalam tubuh.
Struktur jaringan tersebut, bertindak sebagai imunitas alamiah dengan
menyediakan suatu rintangan fisik yang efektif. Dalam hal ini kulit lebih efektif
dari pada selaput lender. Adanya kerusakan pada permukaan kulit, atau pada
selaput lender, akan lebih memudahkan timbulnya suatu penyakit.
e. Faktor Fisiologis
Getah lambung pada umumnya menyebabkan suatu lingkungan yang kurang
menguntungkan untuk sebagian besar bakteri pathogen. Demikian pula dengan air
kemih yang normal akan membilas saluran kemih sehingga menurunkan
kemungkinan infeksi oleh bakteri. Pada kulit juga dihasilkan zat- zat yang bersifat
bakterisida. Didalam darah terdapat sejumlah zat protektif yang bereaksi secara
non spesifik. Faktor humoral lainnya adalah properdin dan interferon yang selalu
siap untuk menanggulangi masuknya zat-zat asing.
f. Faktor Umur
Berhubung dengan perkembangan sistem imun sudah dimulai semasa dalam
kandungan, maka efektifitasnya juga diawali dari keadaan yang lemah dan
meningkat sesuai dengan bertambahnya umur. Walaupun demikian tidak berarti
bahwa pada umur lanjut, sistem imun akan bekerja secara maksimal. Malah
sebaliknya fungsi sistem imun pada usia lanjut akan mulai menurun dibandingkan
dengan orang yang lebih muda, walaupun tidak mengalami gangguan pada sistem
imunnya. Hal tersebut, selain disebabkan karena pengaruh kemunduran biologik,
secara umum juga jelas berkaitan dengan menyusutnya kelenjar timus. Keadaan
tersebut akan mengakibatkan perubahan-perubahan respons imun seluler dan
humoral. Pada usia lanjut resiko akan timbulnya berbagai kelainan yang
melibatkan sistem imun akan bertambah, misalnya resiko menderita penyakit
autoimun, penyakit keganasan, sehinggaakan mempermudah terinfeksi oleh suatu
penyakit.
g. Faktor Mikroba
Berkembangnya koloni mikroba yang tidak pathogen pada permukaan tubuh,baik
diluar maupun didalam tubuh, akan mempengaruhi sistem imun. Misalnya
dibutuhkan untuk membantu produksi natural antibody. Flora normal yang
tumbuh pada tubuh dapat pula membantu menghambat pertumbuhan kuman
pathogen. Pengobatan dengan antibiotika tanpa prosedur yang benar, dapat
mematikan pertumbuhan flora normal, dan sebaliknya dapat menyuburkan
pertumbuhan bakteri pathogen.]
Sumber : Suardana, Ida Bagus Kade (2017). Dikti Imunologi Dasar Sistem Imun.
Denpasar. Fakultas Kedokteran Universitas Denpasar

Anda mungkin juga menyukai