Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH FISIOLOGI HEWAN

SISTEM IMUN

DISUSUN OLEH
KELOMPOK VI A
KELAS A

ANGGOTA :
1. NOVITA SARI ALMISTA (1410421009) 4
2. FITRIASANI BATUBARA (1410421011) 5
3. VINALIA WINDARI (1410421019) 9
4. ALIA SUGESTI (1410421033) 14
5. AHMAD EFENDI (1310422033) 4KP

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2016
SISTEM IMUN

A. Pengertian Sistem Imun


Sistem imun dapat diartikan sebagai sistem kompleks komponen selular dan
molekular yang memiliki fungsi primer membedakan self dan not self dan
pertahanan melawan zat atau organisme asing (Dorland 2002).Sistem pertahanan ini
terdiri atas sistem imun nonspesifik (natural/innate) dan spesifik (adaptive/aquired)
(Baratawidjaja, & Iris, 2007).
Tubuh memiliki pertahanan sendiri dalam melawan berbagai infeksi yang
disebabkan oleh organisme dan patogen asing. Benda asing dapat masuk ke dalam
tubuh melewati berbagai barier seperti kulit, rambut, atau saluran lainnya seperti
pernafasan, pencernaan dan sebagainya. Sebagai konsekuensi, mekanisme alami
(innate) dari tubuh akan beroperasi akan tetapi hal tersebut tidak cukup untuk
memproteksi tubuh dalam segala kasus. Oleh karenanya harus ada sistem imun yang
membantu dalam sistem pertahanan tersebut. Respon antibodi ini bersifat adaptif di
alam dan beroperasi melalui pembentukan antibodi oleh limfosit (Abbas dan
Santoso, 2009).
Vertebrata memiliki kemampuan yang lebih kuat dari semua kelompok hewan
karena memiliki kapasitas untuk membentuk imunitas adaptif melawan berbagai
benda asing. Sistem imun spesifik telah berkembang dan berhubungan erat dengan
mekanisme melawan patogen. Sistem imun adalah semua mekanisme yang
digunakan untuk mempertahankan keutuhan tubuh, sebagai perlindungan terhadap
bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup. Pertahanan
disini itu adalah pertahanan yang ada dalam tubuh organisme (makhluk hidup). Kulit,
membran mukus, mukus, sel-sel bersilia pada saluran sistem pernafasan, lisozim, dan
cairan lambung merupakan sistem pertahanan garis depan dari tubuh dengan sistem
kerja yang tidak spesifik. Jika garis depan sistem pertahanan mengalami kegagalan
maka sistem pertahanan kedua inilah yang akan bekerja. Sistem pertahanan ini
sangat mengandalkan kerja neutrofil, makrofag, respon inflamasi, dan protein
antimikroba. Setelah itu akan ada kerja mekanisme pertahanan spesifik pada lapis
ketiga dengan fungsi yang sangat penting yang melibatkan limfosit dan antibody
(Abbas dan Santoso, 2009).
Fungsi Sistem Imun
 Sistem imun memiliki beberapa fungsi bagi tubuh, yaitu sebagai:
Pertahanan tubuh, yaitu menangkal bahan berbahaya agar tubuh tidak sakit,
dan jika sel-sel imun yang bertugas untuk pertahana ini mendapatkan
gangguan atau tidak bekerja dengan baik, maka oranmg akan mudah terkena
sakit
 Keseimbangan, atau fungsi homeostatik artinya menjaga keseimbangan dari
komponen tubuh.
 Perondaan, sebagian dari sel-sel imun memiliki kemampuna untuk memantau
ke seluruh bagian tubuh. Jika ada sel-sel tubuh yang mengalami mutasi maka
sel peronda tersebut akan membinasakannya (Watson, 1997).
B. Tipe-tipe Sistem Imun
Sistem imun dapat dibagi menjadi menjadi dua yaitu non spesifik dan sistem
imun spesifik. Mekanisme imunitas spesifik timbul atau bekerja lebih lambat
dibanding imunitas non spesifik. Pembagian sistem imun dalam sistem imun spesifik
dan non spesifik hanya dimaksudkan untuk mempermudah pengertian saja.
Sebenarnya antara kedua sistem imun tersebut terjadi kerja sama yang erat, yang satu
tidak dapat dipisahkan dari yang lain (Bratawijaya dan Rengganis 2009).
Menurut Tortora (2009) sistem imun non spesifik adalah sistem pertahanan
tubuh, yang merupakan komponen normal tubuh yang selalu ditemukan pada
induvidu sehat dan siap mencegah mikroba yang akan masuk kedalam tubuh. Untuk
menyingkirkan mikroba tersebut dengan cepat, imunitas non spesifik melibatkan
kulit dan selaput lendir, fagositosis, inflamasi, demam, serta produksi komponen-
komponen antimikrobial (selain antibodi). Sistem imun ini disebut non spesifik
karena tidak ditujukan terhadap mikroba tertentu, telah ada dan siap berfungsi sejak
lahir. Sistem ini merupakan pertahanan terdepan dalam menghadapi serangan
berbagai mikroba dan dapat memberikan respon secara langsung (Bratawijaya,
2006).
Imunitas non spesifik jumlahnya dapat ditingkatkan oleh infeksi, misalnya
jumlah sel darah putih meningkat selama fase akut pada banyak penyakit.
Mekanismenya tidak menunjukkan spesifitas terhadap bahan asing dan mampu
melindungi tubuh terhadap banyak patogen potensial. Sistem tersebut merupakan
pertahanan terdepan dalam menghadapi serangan berbagai mikroba dan dapat
memberikan respon langsung (Wahab, Samik dan Julia 2002).
Sedangkan sistem imun spesifik yang mempunyai kemampuan untuk
mengenal benda yang dianggap asing bagi dirinya terdiri dari sistem imun spesifik
humoral dan seluler (Baratawidjaja, & Iris. 2007). Sel yang berperan penting dalam
sistem imun spesifik ini adalah limfosit T dan limfosit B.Sel limfosit T berperan
dalam system seluler sedang sel limfosit B berperan dalam pembentukan
imunoglobulin yang penting dalam system imunitas humoral.
Imunitas memberikan manfaat bagi keseluruhan tubuh hewan dengan
membentuk sistem resistensi terhadap agen-agen penginfeksi spesifik. Hal ini
tergantung kepada beberapa faktor yaitu (a) resistensi host (inang), (b) dosis dimana
dosis yang tinggi dari patogen akan melebihi kapasitas pertahanan alami hewan, dan
(c) sifat virulensi dari organisme yang menyerang. Kekuatan resistensi mungkin
diturunkan yaitu imunitas alami (innate), dan imunitas adaptif sebagai respon
terhadap infeksi sebelumnya atau karena memang ada inokulasi melalui vaksinasi
atau imunisasi. Menurut Abbas dan Santoso (2009)
1. Imunitas Alami (Innate Imunity)
Tipe ini adalah suatu sistem resistensi yang diturunkan dan sangat berhubungan
dengan aspek spesies, ras, atau individu artinya bahwa setiap spesies, setiap ras, atau
bahkan setiap individu akan memiliki sistem yang berbeda dalam hal ketahanan
imunitasnya.
Sistem imun ini bersifat alami dan bukan karena adanya induksi oleh infeksi-
infeksi sebelumnya. Resistensi terhadap infeksi sangat beragam antara satu individu
dengan yang lainnya juga dengan usia yang berbeda. Anak-anak dan orang tua sangat
mudah terkena serangan mikroba jika dibandingkan dengan kelompok usia muda dan
dewasa. Hal ini terkait dengan kekuatan sistem imun alami yang dimilikinya.
2. Imunitas Induksi (Acquired Imunity)
Imunitas ini terbentuk selama kehidupan seseorang dan biasanya terbentuk karena
adanya faktor induktor yang memicu pembentukan sistem pertahanan. Secara
mendasar ada dua tipe dari sistem imun ini, yaitu imunitas aktif dan imunitas pasif.
(a). Imunitas aktif
merupakan resistensi adaptif yang terbentuk dalam tubuh seseorang setelah
terjadinya kontak dengan antigen asing misalnya mikroorganisme dan produk toksik
yang dihasilkannya. Mekanismenya melibatkan produksi antibodi oleh sel-sel tubuh
individu. Imunitas aktif berkembang sangat lamban dalam kurun waktu berhari-hari
atau bahkan beberapa minggu akan tetapi tetap bertahan selama beberapa tahun.
Mekanismenya juga melibatkan respon humoral dan respon yang dimediasi oleh sel
(cell mediated response).
Kekebalan aktif merupakan kekebalan tubuh yang diperoleh dari dalam
tubuh, karena tubuh membuat antibodi sendiri. Jenis kekebalan ini dapat terbentuk
baik secara alami ataupun buatan. Kekebalan aktif alami (natural immunity) adalah
kekebalan tubuh yang diperoleh tubuh setelah seseorang sembuh dari serangan suatu
penyakit. Sebagai contoh, orang yang pernah terserang penyakit seperti cacar air,
campak, dan gondongan tidak akan terserang penyakit yang sama untuk kedua
kalinya. Sebab, tubuh yang terserang sudah begitu kenal atau tidak asing dengan
antigen yang menyerang. Akibatnya, darah membentuk antibodi untuk melawan
antigen tersebut (Kresno dan Boediana, 2001).
Selain secara alami, kekebalan aktif dapat diperoleh secara buatan. Kekebalan
aktif buatan (induced immunity) diperoleh dari luar tubuh, yakni setelah tubuh
mendapatkan vaksinasi. Vaksinasi merupakan proses memasukkan vaksin ke dalam
tubuh supaya tubuh membentuk antibodi sehingga kebal terhadap suatu penyakit.
Sementara vaksin ialah kuman penyakit yang sudah dilemahkan atau dijinakkan
sehingga tidak berbahaya bagi tubuh.Tindakan membentuk kekebalan dalam tubuh
seseorang dengan memberikan vaksin disebut imunisasi. Imunisasi mempunyai
beberapa tipe. Imunisasi yang diberikan kepada individu dari spesies yang sama
disebut isoimun. Sedangkan imunisasi yang diberikan pada individu yang berbeda
dan dari spesies yang berbeda pula disebut heteroimu (Kresno dan Boediana, 2001).
 Imunitas humoral
dalam hal ini, berbagai reaksi imunologis secara khusus melawan mikroorganisme
secara langsung dan dimediasi melalui protein dalam sirkulasi darah yang disebut
dengan antibodi. Antibodi secara aktif bekerja melawan antigen mikroorganisme
beserta produk toksiknya. Antibodi ini dapat menginduksi resistensi dengan
beberapa cara yaitu :
- Menetralisasi toksin atau enzim seluler
- Membunuh bakteri atau melisisnya dengan komplemen
- Menghambat kapasitas infeksi dari mikroorganisme
- Membuat mikroorganisme menjadi rentan terhadap aksi fagositosis
- Berkombinasi dengan antigen seluler yang berinterferensi dengan fagositosis
(oposinasi).
 Imunitas yang dimediasi oleh sel (cell mediated imunity)
ini adalah kategori respon yang kompleks yang memperlihatkan adanya proses
imunologis spesifik dan non spesifik. Responya dapat melibatkan pembentukan
antibodi humoral atau tidak sama sekali, dan yang menjadi agen utamanya adalah
sel limfoid yang aktif secara imunologis. Sel-sel tersebut disirkulasikan dan akan
mengenali benda-benda asing (antigen) dan menginisiasi serangkaian reaksi.
Reaksi-reaksinya meliputi respon inflamasi mononuklear, destruksi sitotoksik dari
sel invader, aktivasi fagositosis makrofag dan menunda hipersensitifitas pada
jaringan.
(b). Imunitas Pasif
yaitu resistensi yang temporer yang melawan agen penginfeksi yang diinduksi oleh
pemberian antibodi yang melawan agen tersebut. Antibodi tersebut diperoleh dari
individu lainnya. Imunitas pasif akan hilang pada periode yang singkat, biasanya
dalam beberapa minggu karena antibodi tersebut akan rusak dan tidak ada proses
penggantiannya di dalam tubuh. Keuntungannya adalah ketika diberikan ke dalam
tubuh maka respon imunitasnya akan segera meningkat dengan cepat tanpa adanya
fase diam (lag period).
Kekebalan pasif merupakan kekebalan yang diperoleh bukan dari antibodi
yang disintesis dalam tubuh, melainkan tinggal memakainya saja. Seperti halnya
kekebalan aktif, kekebalan pasif juga terjadi secara alami dan buatan. Kekebalan
pasif alami adalah kekebalan yang diperoleh bukan dari tubuhnya sendiri, melainkan
dari tubuh orang lain. Misalnya kekebalan bayi yang diperoleh dari ibunya. Ketika
masih dalam kandungan, bayi mendapatkan antibodi dari ibunya melalui plasenta
dan tali pusat. Kemudian setelah lahir, bayi mendapatkan antibodi dari ASI eksklusif
melalui proses menyusui. Sedangkan kekebalan pasif buatan adalah kekebalan yang
di peroleh dari antibodi yang sudah jadi dan terlarut dalam serum. Sepintas antibodi
ini mirip dengan vaksin. Perbedaannya yakni vaksin bersifat sementara, sedangkan
serum dapat digunakan dalam jangka waktu yang relatif lebih lama (Kresno dan
Boediana, 2001).
C. Interaksi Antigen dan Antibodi
Menurut Abbas dan Santoso (2009) plasma dari individu yang normal memiliki
ratusan jenis antibodi yang berbeda dalam jumlah yang sedikit. Jika antigen baru
masuk ke dalam tubuh, antibodi spesifik akan muncul di dalam darah yang akan
bereaksi dengan antigen. Pendedahan berulang dengan berbagai antigen akan
memperbanyak jumlah jenis antibodi dalam plasma. Jika individu didedahkan
dengan antigan yang sebelumnya pernah masuk ke dalam tubuh individu tersebut,
maka akan dihasilkan sejumlah besar antibodi secara cepat di dalam plasma. Seluruh
antibodi adalah protein. Pemberian satu antigen akan menstimulasi pembentukan
beberapa antibodi. Jika antigen memiliki dua sisi aktif dan akan diikat oleh antibodi
yang memiliki dua sisi tempat berkombinasi dengan antigen maka akan mengasilkan
reaksi presipitasi.
Jenis-Jenis Antibodi dan Reaksinya
Ada beberapa kategori antibodi yang penting, diantaranya adalah :
a. Antitoksin yang menghasilkan pelawan toksin
b. Aglutinin yaitu antibodi yang menyebabkan aglutinasi (aglutininin vs
aglutinogen).
c. Presipitan yaitu antibodi yang membentuk kompleks dimana molekul antigen akan
larut.
d. Lisin yaitu antibodi yang mengaktifkan komplemen (fiksasi kompelemen) yang
akan memicu lisisnya sel.
e. Opsonin yaitu antibodi yang berkombinasi dengan komponen permukaan mikroba
yang akan menetralkan atau memblok tempat pengikatan mikroba sehingga menjadi
inaktif.
Gambar 1. Reaksi antigen dan antibodi yang terdiri atas reaksi opsosinasi, aglutinasi,
prespitasi, dan pengaktifan komplemen

Gambar 2. Grafik dinamika pembentukan antibodi imunglobulin IgG dan IgM


dengan dua kali pendedahan. IgM merupakan antibodi yang pertama kali merespon
keberadaan antigen yang kemudian diikuti oleh IgG. Setelah pendedahan kedua, IgG
telah banyak terbentuk maka responnya akan melonjak drastis.
D. Reaksi-Reaksi Imunologis Penting Lainnya
1. Respon Inflamasi
Respon inflamasi banyak ditemukan pada jaringan yang luka. Pada jaringan yang
luka sel-sel akan mengalami kerusakan dan melepaskan histamin. Histamin adalah
suatu senyawa kimia yang memicu pembesaran dan peningkatan permeabilitas
pembuluh darah sehingga memungkinkan cairan dan sel-sel fagosit memasuki
jaringan yang rusak. Disana akan terjadi fagositosis terhadap patogen. Respon ini
termasuk respon imun non spesifik.
Gambar 3. Ikhtisar mekanisme respon inflamasi yang terjadi pada jaringan yang luka
2. Reaksi Alegi
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa imunglobulin IgE bertanggung
jawab dalam reaksi alergi. Reaksi alergi salah satunya adalah terhadap butir polen
yang diangap sebagai pemicu alergi (alergen). Pendedahan pertama terhadap tubuh
(misalnya pada saluran pernafasan) akan memicu pembentukan antibodi oleh sel B.
Selanjutnya antibodi yang terbentuk akan berikatan dengan sel mast dan akan
menimbulkan reaksi alergi setelah pendedahan kedua.

Gambar 4. Reaksi alergi polen yang melibatkan sel B dan IgE


3.Reaksi Protein Antimikroba (Interferon)
Protein antimikroba yang penting dalam darah dan jaringan adalah protein dari
sistem komplemen yang terlibat dalam mekanisme respon imun spesifik dan
nonspesifik serta interferon. Interferon adalah substansi yang dihasilkan oleh sel-sel
yang terinfeksi oleh virus yang berfungsi untuk me nghambat produksi virus pada sel
tetangganya.
Gambar 5. Reaksi pembentukan protein antimikroba (interferon) yang akan melawan
virus yang menyerang sel-sel lain setelah sel pertama rusak dan melepaskan
interferonnya.
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, N. D dan P. Santoso. 2009. Buku Ajar Fisiologi Hewan. Padang : Universitas
Andalas

Baratawidjaja, K. G. 2006. Imunologi Dasar. Edisi ketujuh, Balai Penerbit FKUI,


Jakarta.

Dorland, W.A. Newman, 2002, Kamus Kedokteran Dorland, Edisi 29, trans.
Huriawati Hartanto, EGC, Jakarta.

Kresno dan Boedina, S. 2001. Imunologi : Diagnosis dan Prosedur Laboratorium,


Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia. Jakarta.

Tortora, G. J dan Derrickson, B. H. 2009. Principles of Anantomy and Physiology.


Twelfth Edition. Asia : Wiley

Wahab, A., Samik dan Julia, M. 2002. Sistem Imun, Imunisasi, Penyakit Imun .
Widya Medika. Jakarta.

Watson, R. 1997. Anatomi dan fisiologi untuk perawat (Edisi kedua). ECG. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai