Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Imun

1. Pengertian Sistem Imun

Sistem imunitas atau sistem kekebalan merupakan sistem pertahanan

tubuh manusia sebagai pelindung terhadap infeksi dari serangan organisme

(parasit, protozoa, bakteri dan virus) ataupun dari makromolekul asing

(Dimyati & Mudjiono, 2012). Sistem imunitas merupakan kumpulan-

kumpulan mekanisme dalam suatu mahluk hidup yang akan melindunginya

dari suatu infeksi dengan cara mengidentifikasi dan membunuh substansi

patogen. Sistem ini sendiri dapat mendeteksi bahan patogen, mulai dari

parasit sampai virus dan cacing hingga dapat membedakannya dari sel dan

jaringan normal. Proses mendeteksi ini adalah suatu hal rumit dikarenakan

bahan patogen yang mampu melakukan cara-cara baru untuk menginfeksi

tubuh individu dan dapat beradaptasi (Widiastuti, 2020).

Menurut Fox dalam Hidayat & Syahputa (2020) sistem imun adalah

semua proses dan struktur yang menyediakan pertahanan tubuh seseorang

untuk melawan suatu penyakit, sistem imun ini dapat dibagi jadi dua kategori,

yaitu; sistem imun bawaan atau innate yang bersifat non-spesifik dan sistem

imun adaptif yang bersifat spesifik.

2. Komponen Sistem Imun

a. Sistem Imun Non-Spesifik

Sistem imun non-spesifik fisiologi berupa komponen normal

tubuh pada seseorang, selalu ditemukan pada orang atau individu yang

6
7

sehat dan siap mencegah masuknya mikroba ke dalam tubuh dan dapat

dengan cepat menyingkirkannya. Innate atau bawaan merupakan semua

mekanisme pertahanan dalam tubuh yang artinya pertahanan tersebut

secara alamiah ada dan tidak adanya pengaruh secara intrinsik oleh

kontak dengan agen infeksi sebelumnya. Mekanisme dari pertahanan

ini berperan sebagai penghambat kebanyakan patogen pyensial

sebelum menjadi infeksi yang terlihat dan sebagai garis pertahanan

pertama (Hasdianah, 2012).

Mekanisme imunitas alami fisiologinya berupa komponen

normal tubuh pada seseorang yang selalu ditemukan pada individu yang

sehat dan siap mencegah masuknya mikroba ke dalam tubuh seta dapat

menyingkirkan mikroba tersebut dengan cepat. Disebut non-spesifik

dikarenakan tidak ditujukan pada mikroba tertentu, siap berfungsi dan

telah ada sejak lahir. Imunitas alami merupakan pertahanan paling

terdepan dalam menghadapi serangan berbagai macam mikroba dan

dapat lansung memberikan respon (Baratawidjaja, 2014).

Pertahanan terdepan pada imunitas alami antara lain; pertahanan

fisik atau mekanik yang meliputi bersin, batuk, silia saluran pernafasan,

selaput lendir dan kulit. Jika mikroba patogen bisa menembus pertahan

fisik atau mekanik, maka akan berhadapan dengan sistem pertahanan

biokimia. Pertahanan biokimia meliputi sekresi sebaseus, pH asam

keringat, berbagai asam lemak yang dilepas kulit dan mempunyai efek

denaturasi protein membran sel sehingga dapat mencegah infeksi yang

terjadi melalui kulit. Lisozim dalam air mata, ludah dan keringat dapat
8

melindungi tubuh seseorang terhadap bakteri gram positif dikarenakan

dapat menghancurkan dinding bakteri (lapiran peptidoglikan)

(Baratawidjaja, 2014).

Bila mikroba patogen dapat menembus pertahanan fisik/mekanik

dan biokimia maka patogen tersebut harus menghadapi garis

pertahanan imunitas alami kedua, yaitu mekanisme yang saling

berinteraksi, respon peradangan, protein antimikroba dan meliputi

fagositosis (Campbell et al, 2014). Komponen-komponen yang

berperan pada sistem imun non-spesifik antara lain; sel dendritik,

makrofag dan netrofil. Sel netrofil dianggap memeliki peran netrofil

ini juga telah terdeteksi pada awal infeksi serta beberapa hari setelah

infeksi (Fulton et al., 2002).

Makrofag sendiri memiliki peran penting lainnya, seperti

mengeliminasi partikel atau bakteri yang masuk ke dalam tubuh melalui

udara. (Dannenberg, 2011). Winarni et al., (2010) mengatakan bahwa

sel dendritik memiliki peran pada antigen tubuh yang dimana dapat

menghasilkan antigen persentisel untuk meningkatkan sistem

kekebalan tubuh. Sel-sel imunokompeten pada imunitas alami juda

dapat mempengaruhi sistem imun adatif dengan melalui proses

produksi sitokin, yaitu protein yang mengadakan komunikasi antara sel

dan berperan penting dalam regulasi hasil dari respon imun baik itu dari

alamin maupun adaptif. (Delcenserie et al., 2018).


9

1. Pertahanan Fisik/Mekanik

Kulit, selaput lendir, silia saluran napas, batuk dan bersin,

merupakan garis pertahanan terdepan terhadap infeksi.

2. Pertahanan Biokimia

pH asam keringat, sekresi sebaseus, berbagai asam lemak

yang dilepas kulit, lizosim dalam keringat, air mata, dan air susu

ibu, enzim saliva, asam lambung, enzim proteolitik, antibodi, dan

empedu dalam usus halus, mukosa saluran nafas, gerakan silia.

3. Pertahanan Humoral

Pertahanan humoral terdiri dari komplemen, protein fase

akut, mediator asal fosfolipid, sitokin IL-1, IL-6, TNF-α.

Komplemen terdiri atas sejumlah besar protein yang bila

diaktifkan akan memberikan proteksi terhadap infeksi dan

berperan dalam respons inflamasi. Komplemen berperan sebagai

opsonin yang meningkatkan fagositosis, sebagai faktor

kemotaktik dan juga menimbulkan destruksi/lisis bakteri dan

parasit. Protein fase akut terdiri dari CRP, lektin, dan protein fase

akut lain α1- antitripsin, amyloid serum A, haptoglobin, C9,

faktor B dan fibrinogen. Mediator asal fosfolipid diperlukan

untuk produksi prostaglandin dan leukotrien. Keduanya

meningkatkan respons inflamasi melalui peningkatan

permeabilitas vaskular dan vasodilatasi.


10

4. Pertahanan Seluler

Fagosit, sel NK, sel mast, dan eosinofil berperan dalam

sistem imun non spesifik seluler. Sel-sel imun tersebut dapat

ditemukan dalam sirkulasi atau jaringan. Contoh sel yang dapat

ditemukan dalam sirkulasi adalah neutrofil, eosinofil, basofil,

monosit, sel T, sel B, sel NK, sel darah merah, dan trombosit.

Contoh sel-sel dalam jaringan adalah eosinofil, sel mast,

makrofag, sel T, sel plasma, dan sel NK (Paramitha, 2015).

b. Sistem Imun Spesifik

Sistem imun spesifik ini merupakan sistem pertahanan yang

sangat efektif dalam mengingat agen infeksi tertentu sehingga

mencegah terjadinya penyakit dan dapat memberantas infeksi. Sistem

imun spesifik ini terdiri dari sistem humoral dan sistem seluler

(Hasdianah, 2012).

1. Sistem Imun Spesifik Humoral

Pemeran utama dari sistem imun spesifik humoral ialah sel

B atau limfosit B. Limfosit B yang dirangsang oleh benda asing

akan berkembang, berdiferensiasi, dan berproliferasi menjadi sel

plasma yang memproduksi antibodi. Fungsi utama dari antibodi

sendiria adalah pertahanan terhadap virus, infeksi ekstraseluler,

bakteri, dan menetralkan (Sasmito, 2017).

2. Sistem Imun Spesifik Seluler

Sel T atau limfosit T berperan pada sistem seluler. Limfosit

T teridiri dari beberapa subset sel dengan fungsinya yang


11

berlainan, yaitu sel CD4+ (Th1, Th2), CD8+ atau CTL atau Tc dan

Ts atau sel Tr atau Th3. Fungsi utama dari sistem seluler adalah

pertahanan terhadap virus, parasit, jamur, keganasan dan bakteri

yang hidup intraseluler. Sel CD4+ mengaktifkan sel Th1 dan

selanjutnya mengaktifkan makrofag untuk menghancurkan

microba. Sel CD8+ memusnahkan sel yang terinfeksi. Th1

memproduksi IFN- γ dan IL2. Th2 memproduksi IL4 dan IL5.

Treg yang dibentuk dari timosit di timus melepas dan

mengekspresikan IL-10 dan TGF- β yang diduga merupakan

pertanda supresif. IL-10 menekan fungsi dari antigen presenting

cell dan aktivasi makrofag sedangkan TGF- β menekan

proloferasi limfosit T atau sel T dan aktivasi makrofag.

(Paramitha, 2015).

B. Aerobic Exercise

1. Pengertian Aerobik

Aerobik berarti oksigen yang berasal dari kata aero. Jadi dapat

disimpulkan bahwa aerobik sangat erat dengan penggunaan oksigen. Aerobik

berarti hidup dengan oksigen atau udara yang dimana itu berdasarkan

istilahnya yang berasal dari bahasa Yunani, maka kata-kata aerobik artinya

kegiatan fisik yang membutukan oksigen atau udara untuk menunjang

aktivitas tubuh seseorang/individu (Rosidah, 2013). Olahraga dalam bentuk

aerobic merupakan latihan yang akan menggunakan energi dari pembakaran

oksigen, seperti contohnya senam. Senam aerobik adalah latihan gabungan

gerakan, berirama, terarah dan teratur serta ringan pembawaannya. Senam


12

aerobik memiliki susunan latihan yang seimbang antara latihan lower body

dan upper body. Gerakan yang dipilih untuk senam antara lain

menyenangkan, mudah dan bervariasi, sehingga dapat memungkinkan

seseorang/individu melakukan secara teratur dengan kurun waktu yang lama.

(Wandansari, 2016).

Serangkaian gerak yang mengikuti irama suatu musik pilihan dan

dipilih secara sengaja akan melahirkan durasi, ritmis dan kontinuitas tertentu

disebut senam aerobik. Senam aerobik merupakan serangkaian suatu latihan

seperti jumping, walking, running dan jogging yang di susun sebaik mungkin

dengan gerakan penghubung yang dapat dilakukkan berkelompok maupun

sendiri.seimbang dan musiknya juga seimbang yang (Budiyono, 2015).

Senam aerobik adalah suatu aktifitas yang dimana bertujuan untuk melatih

otot jantung seseorang atau individu agar dapat bekerja dalam masa waktu

yang lama dan seterusnya. (Rosidah, 2013). Olahraga kesehatan yang

bertingkat sasaran 3 dan wujudnya adalah gerakan senam merupakan senam

aerobik (Giriwijoyo & Sidik, 2012).

Senam sendiri mempunyai batasan tertentu dan kaidah-kaidah

tersendiri. Kaidah senam antara lain: 1) Merencanakan dan menciptakan

dengan sengaja gerakan-gerakan. 2) Harus menyusun secara sistematis

gerakan-gerakan senam. 3) Gerakan senam dapat bermanfaat dan mempunyai

suatu tujuan yang tertentu, seperti acrobatik, seni gerak atau senam irama,

prestasi, keindahan kesehatan, pembentukan dan normalisasi. Berikut lima

komponen senam :
13

1. Kekuatan Otot

Selama kontraks dapat menggunakan kekuatan maksimal dari

pada grup otot atau suatu otot.

2. Ketahanan Fisik

Melawan kosistensi selama beberapa waktu dapat menggunakan

kemampuan grup otot atau otot.

3. Ketahanan Otot Jantung

Paru-paru, peredaran darah dan kapasitas kerja jantung dapat

berguna untuk memberikan oksigen kepada kerja otot dan jaringan-

jaringan selama melakukan latihan beberapa kali dan dapat

mewujudkan rasa lelah, secara efisiensi penggunaan sistem kerja

jantung ialah tercapainya kegiatan fisik secara optimal. Secara

umumnya kegiatan itu adalah latihan aerobik yang merukapan kunci

secara efisiensi dalam mengembangkan fungsi kerja jantung..

4. Kelentukan

Kelentukan bertujuan untuk enggerakkan sendi-sendi melalui

seluruh perputaran otot. Kelentukan dapat berguna untuk menjaga dan

mencegah kestabilan tubuh.

5. Komposisi Tubuh

Komposisi tubuh dapat berguna dalam proses berlangsungnya

metabolisme, dapat bertahan dalam latihan dengan menggunakan

tubuh.
14

2. Klasifikasi Senam Aerobik

Menurut Yudha dalam Gustiyani (2017) senam aerobik dibagi menjadi

tiga macam, antara lain :

a. Senam Aerobik Low Impact

Gerakan senam aerobik low impact dilakukan dengan intensitas

rendah, yaitu dengan hentakan-hentakan yang ringan, ketukan-ketukan

lembut yang disertai dengan musik. Low impact ini lebih cocok untuk

pemula maupun semua usia.

b. Senam Aerobik High Impact

Gerakan senam aerobik high impact dilakukan dengan intensitas

tinggi yang bertujuan untuk memicu cardiovascular. Senam aerobik

high impact ini dilakukan dengan hentakan yang lebih keras, kencang

dan dinamis serta lutut yang diangkat tinggi sehingga gerakan tubuh

yang lebih berat dapat ditahan.

c. Senam Aerobik Mix Impact

Gerakan senam aerobik mix impact merupakan gerakan aerobik

yang menkombinasikan low impact dan high impact. Senam aerobik

mix impact dilakukan untuk memberikan variasi gerakan sehingga

tidak mudah bosan atau jenuh dan tidak cepat lelah dikarenakan tubuh

yang terus-menerus dipicu dengan gerakan high impact.

3. Efek Fisiologi Senam Aerobik

a. Meningkatkan efisiensi dan memperkuat otot jantung.

b. Mengurangi tekanan darah dengan meningkatkan sirkulasi.

c. Kemampuan otat pernafasan dapat meningkat.


15

d. Meningkatkan komposisi tubuh seseorang dan dapat membakar

lemak.

e. Resiko diabetes berkurang.

f. Secara positig mengurangi resiko depresi dan mempengaruhi

kesehatan mental (Hodgkin & Pearce, 2014).

4. Manfaat Senam Aerobik

Olahraga yang berupa aerobik dilakukan secara baik dan benar dengan

dosis yang tepat serta dapat memberikan suatu manfaat berupa:

a. Bisa meningkatkan kreativitas, pengalaman estetis, kemampuan

kontrol emosi dan pelepasan ketegangan.

b. Bisa meningkatkan kardiovaskuler, fungsi sistem imun tubuh,

kekuatan, fleksibilitas, daya tahan otot dan komponen kebugaran

lainnya.

c. Bisa meningkatkan keharmonisan fungsi otot dan saraf, melalui

berbagai latihan koordinasi di dalamnya.

d. Peserta senam suatu kelas senam harus tetap mengikuti

koreografi dalam meningkatkan kecerdasan.

e. Bisa menjaga keharmonisan dalam hidup bersama dan bisa

meningkatkan kondisi dari lingkungan sekitar sehingga dapat

beradaptasi dengan baik dan mudah.

f. Bisa meningkatkan kemampuan menerjemahkan isyarat,

membedakan, menerima dikarenakan dalam melakukan senam

aerobik terutama diiringi olrh musik seseorang harus tetap

mengikuti irama musik tersebut. (Rosidah, 2013).


16

5. Pelaksanaan Senam Aerobik

a. Intensitas

Dalam rentang 70-85% dari denyut nadi yang maksimal

merupakan intensitas yang baik. Dimana rentang daerah ini bisa disebut

daerah latihan atau training zone. Jika denyut latihan berada pada

rentang 70-85% dari denyut nadi maksimal maka latihan telah

dilakukan oleh seseorang atau individu ini dinilai sudah memenuhi

takaran atau dosis yang (Fandi, 2017).

b. Durasi

Durasi latihan paling sedikit 15-30 menit akan bermanfaat untuk

meningkatkan kesegaran jasmani seseorang/individu. Lama suatu

latihan sangat berbanding terbalik dengan intensitas suatu latihan.

Latihan ringan akan membutukan waktu yang panjang, sebalikna

latihan berat akan membutukan waktu yang lebih pendek. Latihan yang

dilakukan dengan waktu yang terlalu pendek atau lama akan

menghasilkan hasil yang kurang efektif. Dalam melakukan senam

aerobik total wkatu yang paling umun digunakan ialah 20-60 menit

dalam satu sesi latihannya (Fandi, 2017).

c. Frekuensi

Latihan intensif beberapa kali yang dilakukan seseorang adalah

frekuensi suatu latihan. Senam aerobik memiliki frekuensi latihan 2-5

kali seminggu. Jika melebihi frekuensi latihan dikhawatirkan tubuh

individu tidak cukup beristirahat dan melakukan pembiasaan kembali

ke kondisi tubuh yang normal sehingga bisa menimbulkan over training


17

atau sakit. (Fandi, 2017). Didalam penelitian yang dilakukan oleh Fandi

2017 tentang “Pengaruh Senam Aerobik Low Impact Terhadap

Kualitas Tidur Lansia” frekuensi yang digunakan 3 kali seminggu

selama 3 minggu hasilnya menunjukkan bahwa adaa peningkatan pada

kelompok kasus daripada kelompok kontrol, yaitu kualitas tidur yang

membaik.

Menurut Wandansari (2016) tahapan senam aerobik sendiri, terdiri dari:

b. Pemanasan, kurang lebih dari 15 menit, pada sesi pemanasan ini

ada beberapa latihan:

1. Solation

Pada latihan tahap ini biasanya posisi tidak berpindah-

pindah, seperti posisi half squat dengan cara kaki direnggangkan

selebar setengah bahu, lutut sedikit ditekuk, gerakan yang

dilakukan terbatas pada otot lokal dan persendian saja. Pada

latihan ini bertujuan untuk menaikkan suhu, dengan menyaipkan

otot-otot lokal dan persendian agar mampu melakukan latihan

berikutnya.

2. Full Body Movement

Menggerakkan seluruh bagian otot pada tubuh dengan

gerakan bouncing meluruskan tungkai dan menekuk dengan

kombinasi gerakan yang tujuannya untuk melatih semua

persendian dan otot.


18

3. Stretching

Diusahakan tetap menjaga gerakan-gerakan yang dilakukan

baik secara intensitas, tujuan dan teknik karena pada tahap

peregangan ini yang dilakukan ialah dynamic stetch atau

peregangan dinamis. Secara umumnya ada bagian tubuh yang

harus di stretching yaitu: punggung, pantat, betis, paha belakang

dan paha depan.

Gambar 2. 1 Pemanasan (Syafari & Fahrurrozi, 2020)

c. Latihan Inti I (cardiorespiratory), latihan yang ditujukan untuk

melatih pernafasan, melatih daya tahan otot tubuh dan membakar

lemak yang dilakukan selama 20 menit, terdiri dari latihan:

1. Pre-aerobic atau Low Impact

Latihan ini bertujuan untuk mengantarkan ke dalam tujuan

kelas senam aerobik yang ditargetkan.

2. Peak-aerobic

Pada sesi latihan ini target yang dicapai harus

dipertahankan untuk beberapa saat, contohnya tujuan yang ingin


19

dicapai ialah untuk melatih pernafasan dan sistem peredaran

darah melaui mix impact.

3. Post-aerobic atau Low Impact

Gerakan pilihan yang tidak menguras konsetrasi atau fokus

seseorang, ini menggunakan gerakan-gerakan pada sesi pre-

aerobic, intensitas harus diatur, dan intensitas diturunkan secara

perlahan.

d. Latihan Inti II (challestenic), yang dilakukan selama 15 menit dan

terdiri dari latihan:

1. Pengencangan

2. Penguatan atau Strength

3. Kelentukan atau Flexibility

Gambar 2. 2 Latihan Inti II (Syafari & Fahrurrozi, 2020)


d. Pendinginan (cooling down), yang dilakukan selama 10 menit

dan teridiri dari latihan:

1. Peregangan Dinamis

2. Peregangan Statis
20

Gambar 2. 3 Pendinginan (Syafari & Fahrurrozi, 2020)

C. Mekanisme Aerobic Exercise dalam Meningkatkan Sistem Imun

Aktivitas fisik atau olahraga yang dikerjakan secara teratur akan

menimbulkan ketahanan pada tubuh seseorang atau individu terhadap suatu

penyakit, tidak hanyak penyakit ringan seperti pilek, batuk dan pusing tetapi juga

bisa penyakit yang seperti menurut Fox & Kirby dalam Purwanto (2011) mereka

mengatakan bahwa latihan fisik atau olahraga yang dilakukan seseorang atau

individu secara teratur memiliki potensial untuk meningkatkan kemampuan

kardiovaskuler yang dapat berpengaruh terhadap bahaya penyakit kardiovaskuler.

Senam aerobik dapat memperoleh daya tahan tubuh yang baik. Dengan senam

aerobik tubuh seseorang atau individu dapat menjadi kuat dan sehat. Menurut

Purwanto (2011) tubuh manusia yang kuat dan sehat dapat membentuk antibodi

dengan lebih cepat atau giat daripada tubuh manusia yang lemah. Dengan
21

banyaknya zat antibodi maka tubuh akan tahan terhadap berbagai penyakit,

sehingga tingkat daya tahan tubuhnya akan meningkat.

Kushartanti dalam Purwanto (2011) juga menjelaskan bahwa latihan fisik

atau olahraga dapat mengurangi stres pada seseorang atau individu dan akibat stres

dengan jalan meningkatkan kadar epinefirin di otak. Stres akan sangat

mempermudah timbulnya penyakit kepada seseorang atau individu melalui

penekanannya terhadap sistem imun tubuh. Sebaliknya pada orang yang

bergembira atau bahagia, mereka mempunyai kadar epinefirin yang tinggi.

Latihan fisik juga dapat meningkatkan aliran darah menuju ke otak sehingga

dapat menambah suplai oksigen ke otak, keadaan ini akan memperbaiki suasana

hati seseorang atau individu. Latihan fisik juga akan menurunkan kadar garam di

otak dengan jalan pengeluaran keringat. Penurunan kadar garam di otak akan

memperbaiki suasana hati seseorang. Menurut Kushartanti dalam Purwanto (2011)

senam aerobik, renag,bersepeda dan joging dapat meningkatkan HDL kolesterol

atau kolesterol baik dan dapat menurunkan LDL kolesterol atau kolesterol jahat

sehingga mencegah terjadinya penyakit jantung. Saat melakukan latiahn fisik pada

intensitas sedang, kadar glukosa darah pada penderita DM mengalami penurunan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa latihan fisik yang salah satunya senam

aerobik akan menyebabkan seseorang atau individu tidak mudah untuk terkena

suatu penyakit.

Menurut Yasirin et al, (2014) berolahraga akan menyebabkan sel-sel sistem

kekebalan tubuh seseorang akan bersirkulasi lebih cepat di dalam tubuhnya, dan

kemungkinannya juga akan ada dorongan sementara di dalam produksi makrofag

yaitu sel-sel yang akan menyerang bakteri. Dengan berolahraga seseorang juga
22

akan dapat meningkatkan metabolisme dalam tubunya, termasuk metabolisme

protein. Yang dimana nanti akan berdampak pada peningkatan kualitas daya tahan

tubuhnya.

Anda mungkin juga menyukai