Organisme hidup membutuhkan tempat yang ideal dimana organisme
lainnya dapat melakukan perkembangan dan pertumbuhan. Karena itu tidaklah mengejutkan bahwa manusia maupun hewan merupakan objek infeksi bagi virus, bakteri, protista ,fungi ,dan hewan-hewan parasit sebagai tempat hidup mereka. Akan tetapi , manusia maupun hewan mempunyai suatu mekanisme yang dapat merusak atau menghancurkan agen penginfeksi tersebut. Semua mekanisme yang digunakan tubuh untuk merusak atau menghancurkan penginfeksi tersebut dinamakan respon imun (Meirina, 2009). Respon imun adalah respon tubuh berupa suatu urutan kejadian yang kompleks terhadap antigen, untuk mengeliminasi antigen tersebut. Respons imun ini dapat melibatkan berbagai macam sel dan protein, terutama sel makrofag, sel limfosit, komplemen, dan sitokin yang saling berinteraksi secara kompleks (Rajab, M. 2012). Respon imun seseorang terhadap unsur-unsur patogen sangat bergantung pada kemampuan sistem imun untuk mengenal molekul-molekul asing atau antigen yang terdapat pada permukaan unsur patogen dan kemampuan untuk melakukan reaksi yang tepat untuk menyingkirkan antigen (Kholik, M. 2014). Senjata yang digunakan respon imun untuk menghancurkan patogen (molekul asing) tersebut meliputi sel dan protein terlarut. Senjata-senjata tersebutlah yang akan melindungi tubuh dari serangan patogen dan infeksi penyakit. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa respon imun berfungsi sebagai kekuatan utama bagi makhluk hidup, terutama manusia dan hewan (Meirina, 2009). 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penulisan BAB II PEMBAHASAN
A. Sistem Imun Pada Ikan
Sistem imun atau sistem kekebalan adalah sistem perlindungan dari
pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Ikan memiliki sistem pertahanan (kekebalan) tubuh untuk melawan berbagai macam penyakit. Dalam tubuhnya, terdapat dua sistem pertahanan yaitu sistem pertahanan non spesifik dan spesifik. Sistem pertahanan non spesifik berfungsi untuk segala patogen yang menyerang dan bersifat permanen (selalu ada). Sistem pertahanan spesifik berfungsi untuk melawan penyakit yang memerlukan rangsangan terlebih dahulu (Ellis 1988 dalam Mothy, 2014). Pertahahan non spesifik bersifat permanen dan tidak perlu dirangsang terlebih dahulu, sehingga sering menentukan suatu jenis ikan lebih tahan terhadap patogen dibanding lainnya. Pertahahan non spesifik terdiri dari sistem pertahahan pertama (kulit, sisik, lendir) dan sistem pertahanan kedua (darah). Menurut Irianto (2005) lendir memiliki kemampuan menghambat kolonisasi mikroorganisme pada kulit, insang, dan mukosa. Lendir (mucus) ikan mengandung imunoglobin (Ig-M) alami. Imunoglobin tersebut dapat menghancurkan patogen yang menginvasi (Mothy, 2014). Sistem pertahanan spesifik terdiri atas dua faktor yaitu antibodi dan seluler, dimana yang paling berperan adalah antibodi. Sistem pertahanan spesifik berfungsi melawan penyakit yang memerlukan rangsangan terlebih dahulu. Pada awal kehidupannya, sistem pertahanan ikan yang mula-mula berfungsi adalah sistem pertahanan non spesifik, sedangkan pertahanan spesifik (antibodi dan seluler) pada ikan baru berkembang dan dapat berfungsi dengan baik sekitar umur beberapa minggu setelah telur menetas (Ellis 1988 dalam Mothy, 2014). Pembentukan respon imun dilakukan oleh sel limposit. Proses pembentukan respon imun dimulai dengan stimulasi patogen yang merupakan protein asing dan dikenal sebagai antigen. Menurut Anderson (1990) bahwa dalam proses imunomodulasi melibatkan dua mekanisme yaitu sistem imun afferent yang dimulai dengan kontak, seleksi dan pemrosesan antigen dan sistem imun efferen yang menghasilkan aktifitas limposit, antibodi dan mekanisme pertahanan lainnya seperti respon seluler faktor nonlimfoid baik humoral maupun seluler (Mothy, 2014). B. Komponen Dalam Sistem Imun Komponen utama dalam sistem imun adalah sel darah putih. Sistem kekebalan tubuh berkaitan dengan sel darah putih atau leukosit. Berdasarkan adanya bintik-bintik atau granular, leukosit terbagi atas (Kholik, 2014) : a. Granular, memiliki bintik-bintik. Leukosit granular yaitu basofil, asidofil/eosinofil dan neutrofil. b. Agranular, tidak memiliki bintik-bintik . Leukosit agranular yaitu monosit dan limfosit. Selain itu, ada juga sel bernama Macrophage (makrofag), yang biasanya berasal dari monosit. Makrofag bersifat fagositosis, menghancurkan sel lain dengan cara memakannya. Kemudian, pada semua limfosit dewasa, permukaannya tertempel reseptor antigen yang hanya dapat mengenali satu antigen. Ada juga sel pemuncul antigen (Antigen Presenting Cells). Saat antigen memasuki memasuki sel tubuh, molekul tertentu mengikatkan diri pada antigen dan memunculkannya di hadapan limfosit. Molekul ini dibuat oleh gen yang disebut Major Histocompability Complex (MHC) dan dikenal sebagai molekul MHC. MHC 1 menghadirkan antigen di hadapan limfosit T pembunuh dan MHC II menghadirkan antigen ke hadapan limfosit T pembantu (Kholik, 2014). C. Macam-Macam Respon Imun Spesifik dan Non Spesifik 1. Sistem Imun Humoral Imunitas humoral adalah imunitas yang diperankan oleh sel limfosit B dengan atau tanpa bantuan sel imunokompeten lainnya. Di dalam imunitas humoral yang berperan adalah limfosit B atau sel B berasal dari stem sel . Fungsi utamanya adalah mempertahankan tubuh terhadap infeksi bakteri, virus dan melakukan netralisasi toksin. Dibuat di sumsum tulang yaitu sel batang yang sifatnya pluripotensi (pluripotent stem cells) dan dimatangkan di sumsum tulang(Bone Marrow). Limfosit B menyerang antigen yang ada di cairan antar sel. Terdapat 3 jenis sel limfosit B yaitu : limfosit B plasma memproduksi antibodi, limfosit B pembelah menghasilkan limfosit dalam jumlah banyak secara cepat, limfosit B memori mengingat antigen yang pernah masuk ke tubuh (Zaykaf, 2012). Humor berarti cairan di dalam tubuh. Sel B bila dirangsang oleh benda asing, akan berproliferasi dan berkembang menjadi sel plasma yang dapat membentuk antibodi. Antibodi yang dilepaskan akan ditemukan di dalam serum. Fungsi utama adalah antibodi ini adalah pertahanan terhadap infeksi ekstraseluler, virus dan bakteri serta menetralisir toksinnya (Zaykaf, 2012). Sel Th 2 juga mempunyai kontribusi didalam sistim imunitas ini. Th 2 akan memproduksi Il-4, Il-5, Il-6 yang merangsang sel B untuk menghasilkan immunoglobulin (Ig), menekan kerja monosit/makrophag dan respon imun seluler 2,8 Immunoglobulin (Ig) dibentuk oleh sel plasma yang berasal dari proliferasi sel B akibat kontak dengan antigen. Antibodi yang terbentuk secara spesifik ini akan mengikat antigen baru lainnya yang sejenis. Bila serum protein tersebut dipisahkan dengan cara elektroforesis, maka IgG ditemukan terbanyak dalam fraksi globulin alfa dan beta (Zaykaf, 2012). Ada lima jenis IgG yaitu IgG, IgA, IgM, IgD, IgE (Zaykaf, 2012) : IgG merupakan komponen utama didalam Ig serum dengan kadar di dalam darah sekitar 75 % dari semua immunoglobulin. IgG dapat menembus plasenta dan masuk ke fetus dan berperan dalam imunitas bayi sampai berusia 6-9 bulan. IgG dan komplemen bekerja saling membantu di dalam sebagai opsonin pada pemusnahan antigen. IgG juga berperan di dalam imunitas sellular. IgA ditemukan dalam jumlah yang sedikit didalam darah. IgA di dalam serum dapat Amengagglutinasi kuman. Mengganggu motilitasnya hingga memudahkan fagositosis oleh sel PMN. IgM merupakan antibody dalam respon imun primer terhadap kebanyakan antigen. IgM dapat mencegah gerakan mikroorganisme patogen, memudahkan fagositosis dan merupakan aglutinator poten protein. IgD ditemukan dengan kadar yang sangat rendah didalam sirkulasi. IgD merupakan 1% dari total immunoglobulin dan ditemuksan banyak pada sel membran sel B bersama IgM dan berfungsi sebagai reseptor pada aktivasi sel B. IgE ditemukan dalam serum dengan kadar yang rendah di dalam serum dan meningkat pada penyakit alergi, infeksi cacing. Respon imun primer terjadi pada paparan pertama pada antigen. Karakteristiknya mempunyai lag period ini dibutuhkan sel B spesifik dalam melawan antigen untuk berproliferasi dan berdifferensiasi menjadi plasma sel. Jika seseorang terpapar untuk kedua kalinya dengan antigen yang sama respon imun sekunder terjadi. Respon ini lebih cepat lebih lama, dan lebih efektif karena sistim imun sudah disiapkan melawan antigen tersebut (Zaykaf, 2012). Walaupun antibodi tidak dapat menghancurkan antigen secara langsung tetapi dapat menginaktifkan dan menandainya untuk dihancurkan. Yang terjadi di dalam interaksi antigen-antibodi adalah suatu formasi kompleks antigen-antibodi (Zaykaf, 2012). 2. Sistem Imun Selular Imunitas selular adalah imunitas yang diperankan oleh limfosit T dengan atau tanpa bantuan komponen sistem imun lainnya. Di dalam imunitas seluler yang berperan adalah limfosit T atau sel T yang berasal dari sel yang sama dengan sel B tetapi proliferasinya di dalam kelenjar timus atas pengaruh berbagai faktor asal timus.Limfosit T menyerang antigen yang berada di dalam sel. Fungsi utama sistim imun spesifik seluler ialah untuk pertahanan terhadap bakteri, virus , jamur dan keganasan di intra seluler. Yang berperan disini adalah limfosit T atau sel T. Sel T bermacam-macam jenisnya, berdasarkan fungsinya secara umum ada tiga golongan utama dari sel T. Yang merupakan sel efektor dari killing sel adalah sel sitotoksik (Tc), dua golongan lagi termasuk di dalam sel regulasi yaitu sel T helper (Th) dikenal juga sebagai CD4 dan sel T suppressor (Ts) dikenal juga sebagai CD8.T helper(Th) yang disebut juga dengan CD4 dan sel T suppressor (Ts) yang dikenal juga dengan CD8. Th berbeda fungsi berdasarkan kemampuan sitokin yang diproduksi, terbagi menjadi Th1 dan Th2. Th1 mempunyai kontribusi di dalam imunitas humoral (Zaykaf, 2012). Sel T terdapat dalam jumlah yang banyak didalam submukosa jalan nafas dan dinding alveoli. Sebagai tambahan sel T terdapat dalam jumlah sedikit didalam lumen bronkus dapat melakukan migrasi ke jaringan. Hal ini dapat menjelaskan bahwa limfosit dapat melakukan resirkulasi dari darah ke jaringan limpoid dan kembali ke darah. Sel B terdapat dalam jumlah yang sedikit di dalam lamina propria dari saluran nafas. Konsisten dengan observasi, sejumlah kecil IgA terdapat di dalam sekresi jalan nafas seperti pada sputum maupun pada BAL. IgG juga didapat dalam lumen bronkus. Pada keadaan penyakit atopik sel B juga memproduksi IgE yang didapati disekresi saluran nafas (Zaykaf, 2012). Fungsi respon imun seluler : a. Sel CD8 mematikan secara langsung sel sasaran b. Sel T menyebabkan reaksi hipersensitifitas tipe lambat c. Sel T memiliki kemampuan menghasilkan sel pengingat d. Sel T sbg pengendali CD4 dan CD8 memfasilitasi dan menekan respon imun seluler dan humoral Peran sel T helper (CD4) Th berperan menolong sel B dalam differensiasi dan memproduksi antibodi. Sel Th1 memproduksi mediator interleukin-2 (IL-2) dan interferon gamma (IFN-) yang memegang peranan penting proteksi dengan meningkatkan kemampuan makrophag untuk fagositosis dan mencerna kuman yang telah difagotisir. Sel Th berinteraksi secara langsung dengan sel B yang banyak mengandung fragmen antigen pada permukaannya untuk berikatan dengan reseptor MHC II memacunya untuk cepat membelah dan memberi sinyal untuk antibodi untuk memulai fungsinya. Ketika sel Th berikatan dengan sel B, sel T IL 2 (dan limpokin lainnya). Limpokin yang dilepaskan oleh sel Th tidak hanya memobilisasi sel imun dan makrophag, juga menarik sel darah putih seperti neutropil untuk memperkuat pertahanan non spesifik (Zaykaf, 2012). Fungsi sel CD4 : a. Pengendali ; mengaitkan sistem monosit-makrofag ke sistem limfoid b. Berinteraksi dengan sel penyaji antigen untuk mengendalikan Ig c. Menghasilkan sitokin yang memungkin tumbuhnya sel CD4 dan CD8 d. Berkembang menjadi sel pengingat Peran sel T sitotoksik (Tc) Sel T sitotoksik juga dikenal sebagai sel T killer (pemusnah) adalah satu- satunya sel T yang dapat langsung menyerang dan membunuh sel lainnya. Target utamanya adalah sel yang terinfeksi virus, juga menyerang jaringan lain yang yang terinfeksi oleh bakteri intraseluler, parasit, sel kanker, dan sel asing lainnya yang memasuki tubuh melalui transfusi darah maupun transplantasi organ (Zaykaf, 2012). Peran sel T suppressor (Ts) (CD8) Seperti sel Th, Ts adalah sel regulasi. Bagaimanapun aksinya adalah inhibisi karena ia melepaskan limpokin yang dapat menekan aktivitas dari sel T dan sel B. Sel Ts akan menghentikan respon imun setelah sukses menginaktifkan dan menghancurkna antigen. Hal ini membantu mencegah tidak terkontrolnya dan tidak dibutuhkannnya lagi kerja dari sistem imun (Zaykaf, 2012). Mori (1990) mengemukakan, bahwa respon imunitas pada hewan merupakan upaya proteksi terhadap infeksi maupun preservasi fisiologik. homeostasi. Respon imunitas hewan akuatik terdiri dari respon non spesifik dan spesifik baik pada ikan maupun pada udang. Karenanya, memori, spesifitas dan pengenalan zat asing merupakan dasar mekanisme respon imunitas baik pada ikan maupun udang (Alifuddin, 2002). D. Respon Imun Pada Udang dan Ikan 1. Respon Imun Pada Udang Respon imunitas dibentuk oleh jaringan limfoid. Pada udang, jaringan limfoid menyatu dengan jaringan mieloid, sehingga dikenal sebagai jaringan limfomieloid. Produk jaringan limfomieloid adalah sel-sel darah dan respon imunitas baik seluler maupun humoral. Pada udang, organ limfoidnya disebut sebagai organ oka, yang mirip dengan sel dentritik retikulum pada folikel mamalia. Organ oka ini terdiri dari 2 lobus, terletak di dorso-anterior hepatopankreas dan ventro-lateral lambung anterior dan posterior; secara histologis, anastomosa tubul organ limfoid mengandung massa basofilik (Alifuddin, 2002). Maynard (1960) menyatakan, bahwa sel hemosit yang identik dengan leukosit vertebrata adalah granulosit dan hialosit. Granula sekretori pada hemosit mengandung phenoloksidase (PO), prophenoloksidase (proPO) dan serin protease yang berperan dalam respon humoral. Struktur eksoskeleton dan hambatan kimiawi merupakan bagian dari sistem ketahanan non spesifik udang. Respon non spesifik yang merupakan ketahanan seluler udang dilakukan oleh sel-sel hemosit bergranula yang dilakukan melalui fagositosis. Fagositosis merupakan aktivitas primer respon imun udang terhadap benda asing (Alifuddin, 2002). Albores et al. (1998) mengemukakan, bahwa komponen mikrobial dapat mengaktivasi respon pertahanan seluler, dalam hal ini mengaktivasi fagositosis, melanisasi, enkapsulasi, nodulasi dan koagulasi. Opsonin akan meningkatkan kemampuan fagosit sel hemosit. Aktivitas ini dapat distimulir oleh 1,3-glukan dan lipopolisakarida (LPS) (Alifuddin, 2002). Respon humoral pada udang dimungkinkan oleh adanya multivalen sugar binding agglutinin, disebut sebagai lektin atau hemagglutinin dan monovalen sugar binding residue, disebut beta glukan binding protein (BGBP). Selain itu, monomerik glikoprotein merupakan faktor humoral yang berperan dalam respon humoral. Molekul ini dengan berat molekul 76 kDA dan titik isoelektriknya sebesar 7,2 berperan sebagai faktor pelekat sel hemosit pada permukaan benda asing dan berkaitan dengan sistem proPO, enkapsulasi. Secara in vitro sistem memacu proses degranulasi dengan menghambat sintesis protein dan aggregasi sel Hemosit (Alifuddin, 2002). 2. Respon Imun Pada Ikan Seperti halnya dengan udang, jaringan limfoid ikan menyatu dengan jaringan mieloid disebut sebagai jaringan limfomieloid. Pada ikan teleostei jaringan limfomieloidnya adalah limfa, timus dan ginjal depan. Berbeda dengan udang, pada ikan terdapat populasi sel B dan sel T. Sel-sel ini sangat berperan dalam respon imunitas baik seluler maupun humoral. Respon dan faktor humoral antara lain antibodi, transferin, interferon, protein C-reaktif; respon dan faktor seluler seperti sel makrofag, sel killer, neutrofil, reaksi penolakan allograft dan hipersensitivitas. Selain itu, barir mekanik dan kimiawi permukaan seperti kulit, sisik dan mukus pada permukaan tubuh dan insang juga merupakan alat pertahanan tubuh ikan yang bersifat non spesifik (Anderson 1974 dalam Alifuddin, 2002). Respon humoral merupakan respon yang bersifat spesifik dilakukan oleh suatu substansi yang dikenal sebagai antibodi atau imunoglobulin, sedangkan respon seluler ikan bersifat non spesifik dilakukan oleh "cell mediated imunity". Komunikator dan amplikator dalam fungsi dan mekanisme pertahanan humoral dan seluler ikan dilakukan oleh limfokin, interleukin, interferon dan sitokin (Anderson 1992 dalam Alifuddin, 2002).
DAFTAR PUSTAKA
Alifuddin. 2002. IMUNOSTIMULASI PADA HEWAN AKUATIK.
http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id
Kholik, M. 2014. Makalah Biokimia Sistem Imun, Imunitas Humoral Dan