Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Organisme hidup membutuhkan tempat yang ideal dimana organisme


lainnya dapat melakukan perkembangan dan pertumbuhan. Karena itu tidaklah
mengejutkan bahwa manusia maupun hewan merupakan objek infeksi bagi virus,
bakteri, protista ,fungi ,dan hewan-hewan parasit sebagai tempat hidup mereka.
Akan tetapi , manusia maupun hewan mempunyai suatu mekanisme yang dapat
merusak atau menghancurkan agen penginfeksi tersebut. Semua mekanisme yang
digunakan tubuh untuk merusak atau menghancurkan penginfeksi tersebut
dinamakan respon imun (Meirina, 2009).
Respon imun adalah respon tubuh berupa suatu urutan kejadian yang
kompleks terhadap antigen, untuk mengeliminasi antigen tersebut. Respons imun
ini dapat melibatkan berbagai macam sel dan protein, terutama sel makrofag, sel
limfosit, komplemen, dan sitokin yang saling berinteraksi secara kompleks
(Rajab, M. 2012). Respon imun seseorang terhadap unsur-unsur patogen sangat
bergantung pada kemampuan sistem imun untuk mengenal molekul-molekul asing
atau antigen yang terdapat pada permukaan unsur patogen dan kemampuan untuk
melakukan reaksi yang tepat untuk menyingkirkan antigen (Kholik, M. 2014).
Senjata yang digunakan respon imun untuk menghancurkan patogen
(molekul asing) tersebut meliputi sel dan protein terlarut. Senjata-senjata
tersebutlah yang akan melindungi tubuh dari serangan patogen dan infeksi
penyakit. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa respon imun berfungsi sebagai
kekuatan utama bagi makhluk hidup, terutama manusia dan hewan (Meirina,
2009).
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sistem Imun Pada Ikan

Sistem imun atau sistem kekebalan adalah sistem perlindungan dari


pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu
organisme. Ikan memiliki sistem pertahanan (kekebalan) tubuh untuk melawan
berbagai macam penyakit. Dalam tubuhnya, terdapat dua sistem pertahanan yaitu
sistem pertahanan non spesifik dan spesifik. Sistem pertahanan non spesifik
berfungsi untuk segala patogen yang menyerang dan bersifat permanen (selalu
ada). Sistem pertahanan spesifik berfungsi untuk melawan penyakit yang
memerlukan rangsangan terlebih dahulu (Ellis 1988 dalam Mothy, 2014).
Pertahahan non spesifik bersifat permanen dan tidak perlu dirangsang
terlebih dahulu, sehingga sering menentukan suatu jenis ikan lebih tahan terhadap
patogen dibanding lainnya. Pertahahan non spesifik terdiri dari sistem pertahahan
pertama (kulit, sisik, lendir) dan sistem pertahanan kedua (darah). Menurut Irianto
(2005) lendir memiliki kemampuan menghambat kolonisasi mikroorganisme pada
kulit, insang, dan mukosa. Lendir (mucus) ikan mengandung imunoglobin (Ig-M)
alami. Imunoglobin tersebut dapat menghancurkan patogen yang menginvasi
(Mothy, 2014).
Sistem pertahanan spesifik terdiri atas dua faktor yaitu antibodi dan
seluler, dimana yang paling berperan adalah antibodi. Sistem pertahanan spesifik
berfungsi melawan penyakit yang memerlukan rangsangan terlebih dahulu. Pada
awal kehidupannya, sistem pertahanan ikan yang mula-mula berfungsi adalah
sistem pertahanan non spesifik, sedangkan pertahanan spesifik (antibodi dan
seluler) pada ikan baru berkembang dan dapat berfungsi dengan baik sekitar umur
beberapa minggu setelah telur menetas (Ellis 1988 dalam Mothy, 2014).
Pembentukan respon imun dilakukan oleh sel limposit. Proses
pembentukan respon imun dimulai dengan stimulasi patogen yang merupakan
protein asing dan dikenal sebagai antigen. Menurut Anderson (1990) bahwa
dalam proses imunomodulasi melibatkan dua mekanisme yaitu sistem imun
afferent yang dimulai dengan kontak, seleksi dan pemrosesan antigen dan sistem
imun efferen yang menghasilkan aktifitas limposit, antibodi dan mekanisme
pertahanan lainnya seperti respon seluler faktor nonlimfoid baik humoral maupun
seluler (Mothy, 2014).
B. Komponen Dalam Sistem Imun
Komponen utama dalam sistem imun adalah sel darah putih. Sistem
kekebalan tubuh berkaitan dengan sel darah putih atau leukosit. Berdasarkan
adanya bintik-bintik atau granular, leukosit terbagi atas (Kholik, 2014) :
a. Granular, memiliki bintik-bintik. Leukosit granular yaitu basofil,
asidofil/eosinofil dan neutrofil.
b. Agranular, tidak memiliki bintik-bintik . Leukosit agranular yaitu monosit
dan limfosit.
Selain itu, ada juga sel bernama Macrophage (makrofag), yang biasanya
berasal dari monosit. Makrofag bersifat fagositosis, menghancurkan sel lain
dengan cara memakannya. Kemudian, pada semua limfosit dewasa,
permukaannya tertempel reseptor antigen yang hanya dapat mengenali satu
antigen. Ada juga sel pemuncul antigen (Antigen Presenting Cells). Saat antigen
memasuki memasuki sel tubuh, molekul tertentu mengikatkan diri pada antigen
dan memunculkannya di hadapan limfosit. Molekul ini dibuat oleh gen yang
disebut Major Histocompability Complex (MHC) dan dikenal sebagai molekul
MHC. MHC 1 menghadirkan antigen di hadapan limfosit T pembunuh dan MHC
II menghadirkan antigen ke hadapan limfosit T pembantu (Kholik, 2014).
C. Macam-Macam Respon Imun Spesifik dan Non Spesifik
1. Sistem Imun Humoral
Imunitas humoral adalah imunitas yang diperankan oleh sel limfosit B
dengan atau tanpa bantuan sel imunokompeten lainnya. Di dalam imunitas
humoral yang berperan adalah limfosit B atau sel B berasal dari stem sel . Fungsi
utamanya adalah mempertahankan tubuh terhadap infeksi bakteri, virus dan
melakukan netralisasi toksin. Dibuat di sumsum tulang yaitu sel batang yang
sifatnya pluripotensi (pluripotent stem cells) dan dimatangkan di sumsum
tulang(Bone Marrow). Limfosit B menyerang antigen yang ada di cairan antar
sel. Terdapat 3 jenis sel limfosit B yaitu : limfosit B plasma memproduksi
antibodi, limfosit B pembelah menghasilkan limfosit dalam jumlah banyak secara
cepat, limfosit B memori mengingat antigen yang pernah masuk ke tubuh
(Zaykaf, 2012).
Humor berarti cairan di dalam tubuh. Sel B bila dirangsang oleh benda
asing, akan berproliferasi dan berkembang menjadi sel plasma yang dapat
membentuk antibodi. Antibodi yang dilepaskan akan ditemukan di dalam serum.
Fungsi utama adalah antibodi ini adalah pertahanan terhadap infeksi ekstraseluler,
virus dan bakteri serta menetralisir toksinnya (Zaykaf, 2012).
Sel Th 2 juga mempunyai kontribusi didalam sistim imunitas ini. Th 2
akan memproduksi Il-4, Il-5, Il-6 yang merangsang sel B untuk menghasilkan
immunoglobulin (Ig), menekan kerja monosit/makrophag dan respon imun seluler
2,8
Immunoglobulin (Ig) dibentuk oleh sel plasma yang berasal dari proliferasi sel
B akibat kontak dengan antigen. Antibodi yang terbentuk secara spesifik ini akan
mengikat antigen baru lainnya yang sejenis. Bila serum protein tersebut
dipisahkan dengan cara elektroforesis, maka IgG ditemukan terbanyak dalam
fraksi globulin alfa dan beta (Zaykaf, 2012).
Ada lima jenis IgG yaitu IgG, IgA, IgM, IgD, IgE (Zaykaf, 2012) :
IgG merupakan komponen utama didalam Ig serum dengan kadar di dalam
darah sekitar 75 % dari semua immunoglobulin. IgG dapat menembus
plasenta dan masuk ke fetus dan berperan dalam imunitas bayi sampai
berusia 6-9 bulan. IgG dan komplemen bekerja saling membantu di dalam
sebagai opsonin pada pemusnahan antigen. IgG juga berperan di dalam
imunitas sellular.
IgA ditemukan dalam jumlah yang sedikit didalam darah. IgA di dalam
serum dapat Amengagglutinasi kuman. Mengganggu motilitasnya hingga
memudahkan fagositosis oleh sel PMN.
IgM merupakan antibody dalam respon imun primer terhadap kebanyakan
antigen. IgM dapat mencegah gerakan mikroorganisme patogen,
memudahkan fagositosis dan merupakan aglutinator poten protein.
IgD ditemukan dengan kadar yang sangat rendah didalam sirkulasi. IgD
merupakan 1% dari total immunoglobulin dan ditemuksan banyak pada sel
membran sel B bersama IgM dan berfungsi sebagai reseptor pada aktivasi
sel B.
IgE ditemukan dalam serum dengan kadar yang rendah di dalam serum
dan meningkat pada penyakit alergi, infeksi cacing.
Respon imun primer terjadi pada paparan pertama pada antigen.
Karakteristiknya mempunyai lag period ini dibutuhkan sel B spesifik dalam
melawan antigen untuk berproliferasi dan berdifferensiasi menjadi plasma sel.
Jika seseorang terpapar untuk kedua kalinya dengan antigen yang sama respon
imun sekunder terjadi. Respon ini lebih cepat lebih lama, dan lebih efektif karena
sistim imun sudah disiapkan melawan antigen tersebut (Zaykaf, 2012).
Walaupun antibodi tidak dapat menghancurkan antigen secara langsung
tetapi dapat menginaktifkan dan menandainya untuk dihancurkan. Yang terjadi di
dalam interaksi antigen-antibodi adalah suatu formasi kompleks antigen-antibodi
(Zaykaf, 2012).
2. Sistem Imun Selular
Imunitas selular adalah imunitas yang diperankan oleh limfosit T dengan
atau tanpa bantuan komponen sistem imun lainnya. Di dalam imunitas seluler
yang berperan adalah limfosit T atau sel T yang berasal dari sel yang sama dengan
sel B tetapi proliferasinya di dalam kelenjar timus atas pengaruh berbagai faktor
asal timus.Limfosit T menyerang antigen yang berada di dalam sel. Fungsi utama
sistim imun spesifik seluler ialah untuk pertahanan terhadap bakteri, virus , jamur
dan keganasan di intra seluler. Yang berperan disini adalah limfosit T atau sel T.
Sel T bermacam-macam jenisnya, berdasarkan fungsinya secara umum ada tiga
golongan utama dari sel T. Yang merupakan sel efektor dari killing sel adalah sel
sitotoksik (Tc), dua golongan lagi termasuk di dalam sel regulasi yaitu sel T
helper (Th) dikenal juga sebagai CD4 dan sel T suppressor (Ts) dikenal juga
sebagai CD8.T helper(Th) yang disebut juga dengan CD4 dan sel T suppressor
(Ts) yang dikenal juga dengan CD8. Th berbeda fungsi berdasarkan kemampuan
sitokin yang diproduksi, terbagi menjadi Th1 dan Th2. Th1 mempunyai kontribusi
di dalam imunitas humoral (Zaykaf, 2012).
Sel T terdapat dalam jumlah yang banyak didalam submukosa jalan nafas
dan dinding alveoli. Sebagai tambahan sel T terdapat dalam jumlah sedikit
didalam lumen bronkus dapat melakukan migrasi ke jaringan. Hal ini dapat
menjelaskan bahwa limfosit dapat melakukan resirkulasi dari darah ke jaringan
limpoid dan kembali ke darah. Sel B terdapat dalam jumlah yang sedikit di dalam
lamina propria dari saluran nafas. Konsisten dengan observasi, sejumlah kecil IgA
terdapat di dalam sekresi jalan nafas seperti pada sputum maupun pada BAL. IgG
juga didapat dalam lumen bronkus. Pada keadaan penyakit atopik sel B juga
memproduksi IgE yang didapati disekresi saluran nafas (Zaykaf, 2012).
Fungsi respon imun seluler :
a. Sel CD8 mematikan secara langsung sel sasaran
b. Sel T menyebabkan reaksi hipersensitifitas tipe lambat
c. Sel T memiliki kemampuan menghasilkan sel pengingat
d. Sel T sbg pengendali CD4 dan CD8 memfasilitasi dan menekan respon
imun seluler dan humoral
Peran sel T helper (CD4)
Th berperan menolong sel B dalam differensiasi dan memproduksi
antibodi. Sel Th1 memproduksi mediator interleukin-2 (IL-2) dan interferon
gamma (IFN-) yang memegang peranan penting proteksi dengan meningkatkan
kemampuan makrophag untuk fagositosis dan mencerna kuman yang telah
difagotisir. Sel Th berinteraksi secara langsung dengan sel B yang banyak
mengandung fragmen antigen pada permukaannya untuk berikatan dengan
reseptor MHC II memacunya untuk cepat membelah dan memberi sinyal untuk
antibodi untuk memulai fungsinya. Ketika sel Th berikatan dengan sel B, sel T IL
2 (dan limpokin lainnya). Limpokin yang dilepaskan oleh sel Th tidak hanya
memobilisasi sel imun dan makrophag, juga menarik sel darah putih seperti
neutropil untuk memperkuat pertahanan non spesifik (Zaykaf, 2012).
Fungsi sel CD4 :
a. Pengendali ; mengaitkan sistem monosit-makrofag ke sistem limfoid
b. Berinteraksi dengan sel penyaji antigen untuk mengendalikan Ig
c. Menghasilkan sitokin yang memungkin tumbuhnya sel CD4 dan CD8
d. Berkembang menjadi sel pengingat
Peran sel T sitotoksik (Tc)
Sel T sitotoksik juga dikenal sebagai sel T killer (pemusnah) adalah satu-
satunya sel T yang dapat langsung menyerang dan membunuh sel lainnya. Target
utamanya adalah sel yang terinfeksi virus, juga menyerang jaringan lain yang
yang terinfeksi oleh bakteri intraseluler, parasit, sel kanker, dan sel asing lainnya
yang memasuki tubuh melalui transfusi darah maupun transplantasi organ
(Zaykaf, 2012).
Peran sel T suppressor (Ts) (CD8)
Seperti sel Th, Ts adalah sel regulasi. Bagaimanapun aksinya adalah
inhibisi karena ia melepaskan limpokin yang dapat menekan aktivitas dari sel T
dan sel B. Sel Ts akan menghentikan respon imun setelah sukses menginaktifkan
dan menghancurkna antigen. Hal ini membantu mencegah tidak terkontrolnya dan
tidak dibutuhkannnya lagi kerja dari sistem imun (Zaykaf, 2012).
Mori (1990) mengemukakan, bahwa respon imunitas pada hewan
merupakan upaya proteksi terhadap infeksi maupun preservasi fisiologik.
homeostasi. Respon imunitas hewan akuatik terdiri dari respon non spesifik dan
spesifik baik pada ikan maupun pada udang. Karenanya, memori, spesifitas dan
pengenalan zat asing merupakan dasar mekanisme respon imunitas baik pada ikan
maupun udang (Alifuddin, 2002).
D. Respon Imun Pada Udang dan Ikan
1. Respon Imun Pada Udang
Respon imunitas dibentuk oleh jaringan limfoid. Pada udang, jaringan
limfoid menyatu dengan jaringan mieloid, sehingga dikenal sebagai jaringan
limfomieloid. Produk jaringan limfomieloid adalah sel-sel darah dan respon
imunitas baik seluler maupun humoral. Pada udang, organ limfoidnya disebut
sebagai organ oka, yang mirip dengan sel dentritik retikulum pada folikel
mamalia. Organ oka ini terdiri dari 2 lobus, terletak di dorso-anterior
hepatopankreas dan ventro-lateral lambung anterior dan posterior; secara
histologis, anastomosa tubul organ limfoid mengandung massa basofilik
(Alifuddin, 2002).
Maynard (1960) menyatakan, bahwa sel hemosit yang identik dengan
leukosit vertebrata adalah granulosit dan hialosit. Granula sekretori pada hemosit
mengandung phenoloksidase (PO), prophenoloksidase (proPO) dan serin protease
yang berperan dalam respon humoral. Struktur eksoskeleton dan hambatan
kimiawi merupakan bagian dari sistem ketahanan non spesifik udang. Respon non
spesifik yang merupakan ketahanan seluler udang dilakukan oleh sel-sel hemosit
bergranula yang dilakukan melalui fagositosis. Fagositosis merupakan aktivitas
primer respon imun udang terhadap benda asing (Alifuddin, 2002).
Albores et al. (1998) mengemukakan, bahwa komponen mikrobial dapat
mengaktivasi respon pertahanan seluler, dalam hal ini mengaktivasi fagositosis,
melanisasi, enkapsulasi, nodulasi dan koagulasi. Opsonin akan meningkatkan
kemampuan fagosit sel hemosit. Aktivitas ini dapat distimulir oleh 1,3-glukan dan
lipopolisakarida (LPS) (Alifuddin, 2002).
Respon humoral pada udang dimungkinkan oleh adanya multivalen sugar
binding agglutinin, disebut sebagai lektin atau hemagglutinin dan monovalen
sugar binding residue, disebut beta glukan binding protein (BGBP). Selain itu,
monomerik glikoprotein merupakan faktor humoral yang berperan dalam respon
humoral. Molekul ini dengan berat molekul 76 kDA dan titik isoelektriknya
sebesar 7,2 berperan sebagai faktor pelekat sel hemosit pada permukaan benda
asing dan berkaitan dengan sistem proPO, enkapsulasi. Secara in vitro sistem
memacu proses degranulasi dengan menghambat sintesis protein dan aggregasi sel
Hemosit (Alifuddin, 2002).
2. Respon Imun Pada Ikan
Seperti halnya dengan udang, jaringan limfoid ikan menyatu dengan
jaringan mieloid disebut sebagai jaringan limfomieloid. Pada ikan teleostei
jaringan limfomieloidnya adalah limfa, timus dan ginjal depan. Berbeda dengan
udang, pada ikan terdapat populasi sel B dan sel T. Sel-sel ini sangat berperan
dalam respon imunitas baik seluler maupun humoral. Respon dan faktor humoral
antara lain antibodi, transferin, interferon, protein C-reaktif; respon dan faktor
seluler seperti sel makrofag, sel killer, neutrofil, reaksi penolakan allograft dan
hipersensitivitas. Selain itu, barir mekanik dan kimiawi permukaan seperti kulit,
sisik dan mukus pada permukaan tubuh dan insang juga merupakan alat
pertahanan tubuh ikan yang bersifat non spesifik (Anderson 1974 dalam
Alifuddin, 2002).
Respon humoral merupakan respon yang bersifat spesifik dilakukan oleh
suatu substansi yang dikenal sebagai antibodi atau imunoglobulin, sedangkan
respon seluler ikan bersifat non spesifik dilakukan oleh "cell mediated imunity".
Komunikator dan amplikator dalam fungsi dan mekanisme pertahanan humoral
dan seluler ikan dilakukan oleh limfokin, interleukin, interferon dan sitokin
(Anderson 1992 dalam Alifuddin, 2002).

DAFTAR PUSTAKA

Alifuddin. 2002. IMUNOSTIMULASI PADA HEWAN AKUATIK.


http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id

Kholik, M. 2014. Makalah Biokimia Sistem Imun, Imunitas Humoral Dan


Seluler

Meirina, 2009. RESPON IMUN.

Rajab, M. 2012. Mekanisme Sistem Imun dalam Tubuh

Zaykaf, Z. 2012. RESPON IMUN HUMORAL DAN SELULER

Anda mungkin juga menyukai